• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA UNIT 74 SD NEGERI BHAYANGKARA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA UNIT 74 SD NEGERI BHAYANGKARA YOGYAKARTA."

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

i

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA UNIT 74

SD NEGERI BHAYANGKARA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh Dani Pratomo NIM 11108244037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA UNIT 74

SD NEGERI BHAYANGKARA YOGYAKARTA

Oleh: Dani Pratomo NIM 11108244037

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian terdiri atas kepala sekolah, pembina dan pelatih ekstrakurikuler Palang Merah Remaja. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis data yaitu dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta kesimpulan dan verifikasi. Untuk menguji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan kegiatan ekstrakurikuler dilakukan oleh pelatih ekstrakurikuler Palang Merah Remaja kemudian diseleksi dalam rapat sekolah dan hasilnya dijabarkan dalam program kegiatan. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja diikuti oleh sebagian siswa kelas V SD Negeri Bhayangkara. Siswa sekolah dasar dilibatkan secara aktif dalam program kegiatan yang dapat membantu perkembangan sosial dan emosional siswa. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja dilakukan dengan evaluasi pelatihan dan evaluasi program kegiatan. Faktor pendukung kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara adalah dukungan dari pihak sekolah dan wali murid. Faktor penghambat kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara adalah pelatih PMR memiliki kesibukan di tempat lain, partisipasi anak masih kurang, dan keterbatasan anggaran.

(3)

iii

IMPLEMENTATION OF EXTRACURRICULAR ACTIVITIES OF YOUTH RED CROSS IN 74 UNIT BHAYANGKARA

STATE ELEMENTARY SCHOOL OF YOGYAKARTA By:

Dani Pratomo NIM 11108244037

ABSTRACT

This research aimed to determine the implementation of extracurricular activities of Youth Red Cross in Unit 74 of Bhayangkara State Elementary School of Yogyakarta.

This research was used a qualitative descriptive approach with the subjects were principal, supervisors and trainer of Youth Red Cross. The method was observation, interview and documentation. Data analyze used Miles and Huberman theory by data collection, data reduction, data presentation, and conclusions and verification. The data validity used triangulation of sources and techniques.

The results show that the program plans are conducted by the trainer then selected in the school meeting and the results were elaborated in the activity programs. The implementation of extracurricular activities are followed by some students in grade fifth of Bhayangkara State Elementary School. The students are invited in the programs which is able to develop social and emotional of the students. Evaluation of Youth Red Cross extracurricular has done by training evaluation and program evaluation. Support factor is support from the school and parents. Constraint factor is the trainers have another job, the participation of students is low, and budget constraints

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia

Nabi Muhammad SAW

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna” ~ Einstein

Do your best at any moment that you have”. (Lakukan yang terbaik pada setiap saat yang kamu miliki)

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan atas limpahan rahmat Allah SWT, sehingga karya kecil ini dapat saya persembahkan kepada:

 Kedua orang tua, Bapak Senen dan Ibu Sarinem yang sangat saya banggakan, karena dengan kasih sayang kalian akhirnya saya dapat menyelesaikan studi sampai jenjang ini.

 Almamater Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memfasilitasi dalam berbagai studi keilmuan.

 Organisasi Palang Merah Indonesia, Khususnya KSR PMI Unit UNY yang bergerak dalam bidang kemanusiaan.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Kegiatan Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta”. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar atas bantuan dari berbagai pihak yang memberikan dukungan dan memberikan kemudahan dalam penyusunan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta atas ijin bimbingan yang telah diberikan untuk melakukan penelitian. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar yang telah

menyetujui judul ini.

3. Ibu Wuri Wuryandini, M.Pd selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama masa studi.

4. Bapak Sudarmanto, M.Kes dan Bapak Banu Setyo Adi, M.Pd selaku dosen pembimbing atas waktu dan kesabaran yang membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. 5. Bapak dan ibu dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

yang telah memberikan ilmu dan wawasan selama masa studi penulis. 6. Kepala sekolah, guru kelas V, pembina PMR, pelatih PMR dan siswa

kelas V SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta yang telah mengijinkan, membantu dan memberikan informasi selama penelitian.

7. Kedua orang tuaku yang terus berusaha mendo’akan, membesarkan, mendidik serta membiayai pendidikanku demi tercapainya kesuksesanku.

(10)
(11)

xi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...iv

HALAMAN PERSETUJUAN ...v A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...5 1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ...8

2. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler...9

3. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler ...10

4. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler ...11

5. Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler...12

B. Palang Merah Remaja 1. Palang Merah Indonesia dan Palang Merah Remaja...14

a. Palang Merah Indonesia ...14

b. Palang Merah Remaja ...18

1). Visi dan Misi Palang Merah Remaja ...20

2). Landasan Hukum Palang Merah Remaja...21

(12)

xii

4). Kurikulum Palang Merah Remaja ...22

5). Manajemen Palang Merah Remaja ...26

6). Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ...32

C. Penelitian yang Relevan ...36

D. Pertanyaan penelitian ...37

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...38

B. Tempat dan Waktu penelitian ...38

C. Sumber Data Penelitian ...39

D. Teknik Pengumpulan Data ...39

E. Instrumen Penelitian...41

F. Teknik Analisis Data ...47

G. Keabsahan Data ...49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...51

1. Deskripsi Lokasi Penelitian...51

2. Deskripsi Hasil penelitian ...55

a. Perencanaan program ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara ...56

b. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara ...61

c. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara ...84

B. Pembahasan ...94

1.Perencanaan program ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara..94

2.Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara..96

3.Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara ...100

C. Keterbatasan Penelitian ...104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...105

B. Saran ...106

DAFTAR PUSTAKA... 109

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kurikulum pelatihan PMR ...29

Tabel 2. Kisi-kisi umum hubungan sumber data, metode, dan instrumen pengumpulan data ...43

Tabel 3. kisi-kisi pedoman wawancara kepala sekolah ...44

Tabel 4. kisi-kisi pedoman wawancara pembina PMR ...45

Tabel 5. kisi-kisi pedoman wawancara pelatih PMR ...46

Tabel 6. jumlah guru dan karyawan SD Negeri Bhayangkara ...54

Tabel 7. jumlah siswa SD Negeri Bhayangkara...54

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Siklus manajemen PMR ... 27 Gambar 2. Komponen dalam analisis data ... 47 Gambar 3. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara dalam kegiatan orientasi,

pengukuhan pengurus, dan keakraban anggota PMR di Bumi Perkemahan Babarsari ... 65 Gambar 4.1. Anggota PMR sedang melakukan permainan ular tangga siaga

bencana dalam pelatihan PMR ... 66 Gambar 4.2. Pelatih sedang mengamatai dan mengarahkan permainan ular tangga

siaga bencana ... 66 Gambar 5. Tanaman TOGA yang terletak di halaman samping SD Negeri

Bhayangkara ... 68 Gambar 6. Slayer, seragam, dan bed anggota PMR SD Negeri Bhayangkara. 69 Gambar 7.1. Anggota PMR menggunakan co-card Panitia dalam kegiatan

pemeriksaan golongan darah ... 70 Gambar 7.2. Pelatih memberikan arahan kepada anggota PMR yang sedang

bertugas memanggil peserta aksi donor darah ... 70 Gambar 7.3. Anggota PMR sedang duduk menunggu pendonor yang telah selesai

mendonorkan darahnya untuk diberi cenderamata ... 71 Gambar 7.4. Walikota, kapolresta dan kadindikdas kota Yogyakarta mengamati aksi donor darah yang dilaksanakan PMR SD Negeri Bhayangkara Gambar 8.1. Tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara dalam acara

Penghargaan Relawan PMI DIY ... 73 Gambar 8.2. Tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara berfoto bersama

gubernur DIY dan ketua PMI DIY ... 73 Gambar 9. Kegiatan futsal persahabatan antara PMR SD Negeri Bhayangkara

dengan PMR SD Negeri Demangan ... 75 Gambar 10.1. ruang UKS sebagai sarana anggota PMR memberikan pertolongan

(15)

xv

Gambar 10.2. ruang kelas sebagai sarana pelatihan PMR ... 77 Gambar 10.3. penggunaan halaman sekolah untuk kegiatan praktek atau

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat ijin observasi ... 111

Lampiran 2. Surat ijin penelitian ... 112

Lampiran 3. Surat ijin dari Dinas Perijinan Kota Yogyakarta ... 113

Lampiran 4. Instrumen wawancara kepala sekolah ... 114

Lampiran 5. Instrumen wawancara pembina PMR ... 115

Lampiran 6. Instrumen wawancara pelatih PMR ... 116

Lampiran 7. Pedoman observasi ... 117

Lampiran 8. Pedoman Dokumentasi ... 118

Lampiran 9. Surat Keputusan PMI Kota Yogyakarta ... 119

Lampiran 10. Struktur Organisasi PMR... 122

Lampiran 11. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara ... 124

Lampiran 12. Program kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara ... 126

Lampiran 13. Foto kegiatan PMR SD Bhayangkara ... 129

Lampiran 14. Silabus kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara tahun 2015/2016 ... 131

Lampiran 15. Lembar pelaksanaan harian ekstrakurikuler PMR... 135

Lampiran 16. Catatan wawancara kepala sekolah ... 139

Lampiran 17. Catatan wawancara pembina PMR ... 144

Lampiran 18. Catatan wawancara pelatih PMR ... 151

Lampiran 19. Analisis data ... 157

Lampiran 20. Lembar Observasi ... 179

Lampiran 21. Catatan lapangan... 183

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan ada selama manusia tersebut menjalani kehidupannya. Hal ini karena sejak awal manusia dilahirkan dan memulai kehidupannya manusia tersebut tidak mengetahui apa-apa. Melalui bantuan orang-orang yang berada disekitarnya, manusia tersebut dapat belajar dan melakukan sesuatu yang dikehendakinya misalnya makan, minum, berbicara dan berjalan. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(18)

2

“Siswa sekolah dasar yang berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun adalah kelompok usia yang masih mempunyai keinginan untuk selalu bergerak karena pada masa itu anak mempunyai kelebihan energi sehingga disalurkan melalui bergerak. Sering didapatkan ketika bermain terjadi suatu kecelakaan besar maupun kecil sehingga kadang-kadang menyebabkan kepanikan bagi pihak sekolah. Untuk itu guru sebagai orang pertama yang bertangung jawab diharapkan mampu memberikan suatu pertolongan pertama agar tidak terjadi akibat yang lebih buruk” (Adi, 2012:88)

Pada kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru merupakan orang yang bertanggung jawab untuk memberikan pertolongan pertama (first aid). Namun pada kenyataannya, guru tidak dapat mengawasi semua siswa satu persatu. Siswa yang berada dekat dengan yang mengalami kecelakaan itulah yang memiliki peran untuk memberikan pertolongan pertama. Pertolongan pertama harus diberikan dengan tepat karena jika tidak tepat, justru akan memperparah kondisi siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan pemahaman tentang pertolongan pertama pada semua siswa untuk dapat memberikan bantuan yang tepat dengan kecelakaan yang dialami.

(19)

3

Berdasarkan dua permasalahan diatas, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran sekolah biasa, yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenai hubungan antar mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan berkala atau hanya dalam waktu-waktu tertentu dan ikut dinilai (Saputra, 1999:4).

Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dasar (SD) yaitu kepramukaan, usaha kesehatan sekolah, palang merah remaja, kesenian, dan olahraga. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan anak dalam pertolongan pertama dan membentuk karakter siswa yang peduli terhadap lingkungan disekitarnya adalah palang merah remaja (PMR).

PMR merupakan suatu organisasi yang terdiri dari para remaja untuk melakukan suatu kegiatan sosial yang bermanfaat bagi manusia. Susilo (2008:1) juga menyatakan bahwa PMR adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja Palang Merah Indonesia (PMI), anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan di bidang kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan prinsip-prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI.

(20)

4

dan mempererat persahabatan nasional dan internasional (Susilo, 2008:2). Berdasarkan Tri Bhakti tersebut, PMR memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter remaja yang berjiwa sosial. Kegiatan PMR memiliki banyak kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan sikap kepedulian siswa terhadap keadaan di lingkungan sekitarnya. Kegiatan-kegiatan tersebut juga memiliki manfaat terhadap masyarakat yang ada di sekitar lingkungan siswa. Materi kegiatan ekstrakurikuler PMR di sekolah dasar yaitu pengenalan akan kegiatan-kegiatan dan keterampilan-keterampilan sosial misalnya: pemberian pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan, perawatan keluarga, kepemimpinan, kesehatan remaja, donor darah, dan kesiapsiagaan bencana (Susilo, 2008: 18).

Namun pada kenyataannya, kegiatan ekstrakurikuler PMR masih dipandang sebelah mata. PMR juga belum menjadi primadona di sekolah (PMI, 2007:10). Banyak sekolah yang belum melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler PMR. Berdasarkan data yang diperoleh dari staf Pendidikan dan Latihan PMI Kota Yogyakarta baru enam SD yang telah melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler PMR dari jumlah 244 SD yang ada di kota Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang belum mengetahui tujuan dan manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler PMR

(21)

5

XIV yang diadakan oleh PMI Kota Yogyakarta. Berikut ini daftar prestasi yang diperoleh SD Bhayangkara dalam kegiatan tersebut:

a. Juara I Ceramah PHBS JUMBARA PMR XIV tahun 2014 b. Juara I Foto Kemanusiaan JUMBARA PMR XIV tahun 2014 c. Juara I Vocal Grup JUMBARA PMR XIV tahun 2014

d. Juara I Mendirikan Tenda JUMBARA PMR XIV tahun 2014 e. Juara II Pengetahuan Umum JUMBARA PMR XIV tahun 2014 f. Juara I Dapur Umum JUMBARA PMR XIV tahun 2014

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara berjalan dengan baik. Hampir pada semua lomba mendapatkan juara I, namun belum diketahui bagaimana proses pembelajarannya dan faktor-faktor yang mendukung ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti menemukan berbagai masalah yaitu :

1. Anak sekolah dasar perlu dibekali keterampilan pertolongan pertama. 2. Perkembangan IPTEK membuat anak lebih individualis, komunikasi dan

(22)

6

3. Banyak sekolah dasar di kota Yogyakarta yang belum melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja.

4. Belum diketahui proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara yang mampu mendapat juara umum di JUMBARA PMI Kota Yogyakarta.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat disimpulkan terdapat berbagai masalah yang ada di lingkungan sekolah dasar yang cakupannya sangat luas. Oleh karena itu, peneliti akan memfokuskan penelitian

pada “pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta ”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka rumusan masalah yang dapat peneliti ajukan adalah: “Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SD Negeri Bhayangkara.

F. Manfaat Penelitian

(23)

7 1. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan referensi atau rujukan bagi pengambil kebijakan sekolah yang ingin menerapkan kegiatan ekstrakurikuler PMR di tingkat SD, memberikan gambaran tentang kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR), dan sekolah dapat lebih memperhatikan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler khususnya PMR.

2. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan kepalangmerahan, menambah pengetahuan tentang kegiatan sosial di sekitar lingkungannya dan meningkatkan minat siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja.

3. Bagi peneliti

(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan-kegiatan peserta didik diluar jam pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang diselenggarakan secara khusus di sekolah atau madrasah (Muhaimin, dkk. 2008:74). Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar jam pelajaran untuk memperkaya dan memperluas wawasan, pengetahuan, dan kemampuan dari materi pelajaran yang telah dipelajari dalam kurikulum (Raharjo, 2010:155-156). Mengingat terbatasnya jam pelajaran yang disediakan sekolah untuk program intrakurikuler (Program pengajaran berupa label mata pelajaran, alokasi waktu, dan penyebarannya di setiap kelas dan satuan pengajarannya), kegiatan ekstrakurikuler membantu peserta didik, terutama yang memiliki kemampuan kurang (Saputra, 1998 :7).

Hal ini sejalan dengan pendapat Hernawan (2008: 12.5) yang menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan kebutuhan tiap sekolah.

(25)

9 2. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, pasti tidak lepas dari aspek tujuan. Kerena suatu kegiatan yang diakukan tanpa jelas tujuannya, maka kegiatan itu akan sia-sia. Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler tertentu memiliki tujuan tertentu. Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi untuk menunjang program pembelajaran yang telah direncanakan dalam pembelajaran di kelas dan untuk menunjang program keberhasilan program kurikuler. Termasuk di dalamnya mencakup kepribadian, serta pengembangan minat dan bakat peserta didik (Raharjo : 149).

Sementara itu, Muhaimin (2008:75) menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi sebagai:

a. Edukatif dan ritual, kegiatan-kegiatan tersebut sangat menunjang proses pembinaan dan pendidikan praktis di sela-sela kehidupan peserta didik (An Nahlawi dalam Muhaimin 2008 : 75).

b. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakat peserta didik.

c. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab peserta didik.

d. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan hati peserta didik yang menunjang proses perkembangannya.

(26)

10

Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah dapat berfungsi untuk menunjang tujuan pembelajaran sekaligus membantu dalam mengembangkan minat, bakat, sikap sosial dan tanggung jawab, memberikan suasana rileks, dan mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

3. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler

Hernawan (2008:12.24 – 12.25) menyebutkan bahwa ada lima prinsip dalam pengembangan kegiatan ekstrakurikuler. Prinsip-prinsip tersebut meliputi :

a. Orientasi pada tujuan

Prinsip ini memiliki arti yang sangat penting untuk perkembangan kepribadian peserta didik secara utuh. Oleh karena kegiatan ekstrakurikuler memiliki tujuan yang ingin dicapai, maka perlu dirancang alat evaluasi sebagai alat untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan program untuk mencapai tujuan.

b. Sosial dan kerjasama

Siswa adalah makhluk sosial, maka melalui kegiatan ekstrakurikuler, harus ditumbuhkan sikap sosial dalam arti bekerja sama dalam kelompok secara harmonis, saling membantu, saling menghargai, bersikap toleran dan sebagainya.

c. Motivasi

Untuk keberhasilan program ekstrakurikuler, maka menumbuhkan motivasi itu sangat penting. Baik kepala sekolah terhadap guru, maupun guru terhadap peserta didik.

d. Pengkoordinasian dan tanggung jawab

(27)

11

kegiatan, untuk memberdayakan potensi Sumber Daya Manusia yang tersedia dengan mempertimbangkan bakat, kemampuan dan pengalaman – pengalaman yang pernah dilaluinya.

e. Relevansi

Kesesuaian kegiatan ekstrakurikuler dengan program kurikuler dan kesesuaian kegiatan ekstrakurikuler dengan kondisi dan tuntunan lingkungan sekitar.

4. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Peserta didik banyak menghabiskan waktunya di lingkungan sekolah dalam kegiatan belajar mengajar baik dalam kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan belajar mengajar yang ditawarkan tersebut membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sebagai individu. Kegiatan ekstrakurikuler menekankan pada pengalaman peserta didik berupa pengalaman yang beriklim sosial untuk tujuan hubungan antar manusia (peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya). Pengalaman ini dapat menjadi pondasi penting terhadap perilaku peserta didik ketika memasuki masa remaja (Saputra 1998 :16).

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ekstrakurikuler menurut Hernawan ( 2008 : 12-16) antara lain :

a. Memperluas, memperdalam pengetahuan dan kemampuan/ kompetansi yang relevan dengan program kurikuler.

(28)

12

d. Mendekatkan pengetahuan yang diperoleh dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

e. Melengkapi upaya penbinaan manusia seutuhnya dalam arti membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan

5. Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler pada umumnya dibagi dalam beberapa bidang, antara lain :

a. Bidang Olahraga, meliputi Sepak Bola, Bola Basket, Bola Volly, Futsal, Tenis Meja, Bulu Tangkis, Renang, Billyard, Bridge, dan Fitnes.

b. Bidang Seni Beladiri, meliputi Karate, Silat, Tae Kwon Do, Gulat, Tarung Drajat, Kempo, Wushu, Capoeira, Tinju dan Merpati Putih.

c. Bidang Seni Musik, meliputi Band, Paduan Suara, Orkestra, Drumband/Marching Band, Akapela, Angklung, Nasyid, Qosidah dan Karawitan.

d. Bidang Seni Tari dan Peran, meliputi Cheerleader, Modern Dance/Tari Modern, Tarian Tradisional dan Teater.

(29)

13

f. Bidang-bidang lain, meliputi Komputer, Otomotif, PMR, Pramuka, Karya Ilmuan Remaja/KIR, Pecinta Alam, Bahasa Paskibraka, Wirausaha, Koperasi Siswa, dan lain-lain.

Jenis kegiatan ekstrakurikuler yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A Tahun 2013 dapat berbentuk:

a. Krida; meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), dan lainnya;

b. Karya ilmiah; meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya;

c. Latihan/olah bakat/prestasi; meliputi pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan, dan lainnya; atau

d. Jenis lainnya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A Tahun 2013 juga menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan berdasarkan kaitan kegiatan tersebut dengan kurikulum, yakni ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan.

Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Dalam Kurikulum 2013, Kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib dari sekolah dasar (SD/MI) hingga sekolah menengah atas (SMA/SMK), dalam pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pelaksananannya dapat bekerja sama dengan organisasi Kepramukaan setempat/terdekat.

(30)

14

klub yang kegiatan ekstrakurikulernya dikembangkan atau berkenaan dengan konten suatu mata pelajaran, misalnya klub olahraga seperti klub sepak bola atau klub bola voli.

B. Palang Merah Remaja

1. Palang Merah Indonesia dan Palang Merah Remaja a. Palang Merah Indonesia

Berdirinya Perhimpunan Palang Merah Indonesia (PMI) dimulai sejak masa kolonial sebelum Perang Dunia Ke-II. Pada 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan organisasi Palang Merah di Indonesia dengan nama Het Nederland-Indische Rode Kruis (NIRK) yang kemudian berubah menjadi Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI). NERKAI dibubarkan ketika Jepang datang merebut Hiindia Belanda. Munandar (2008 :28) menyatakan di masa operasionalnya NERKAI berfungsi layaknya sebuah organisasi kemanusiaan, namun NERKAI melupakan prinsip kesamaan dan kesemestaan karena lembaga ini mementingkan orang-orang belanda ketimbang warga anak jajahan. Hal inilah yang membuat sejumlah tokoh pejuang perlu memiliki sendiri organisasi palang merah meskipun pada saat itu Indonesia belum merdeka.

(31)

15

Momentum pembentukan PMI baru hadir di masa kemerdekaan. Pada 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu Badan Palang Merah Nasional.

Atas perintah Presiden, maka dr. Buntaran Martoatmodjo yang saat itu menjabat Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, membentuk panitia lima pada 5 September 1945. Panitia itu terdiri atas: dr. R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), serta tiga orang anggota, yaitu dr. Djuhana, dr. Marzuki dan dr. Sitanala. Akhirnya pada 17 September 1945, Perhimpunan PMI berhasil dibentuk dan diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Pasca pembentukan, PMI mulai merintis kegiatannya dengan memberi bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang.

PMI terus melakukan kegiatan pemberian bantuan hingga akhirnya melalui Keputusan Presiden (Keppres) RIS (Keppres) Nomor 25 tanggal 16 Januari 1950 yang diperkuat dengan Keppres Nomor 246 tanggal 29 November 1963, Pemerintah Indonesia mengakui keberadaan PMI.

Secara Internasional pada 15 Juni 1950, keberadaan PMI diakui oleh Komite Internasional Palang Merah (International Committee of the Red Cross) atau disingkat ICRC. Setelah itu PMI diterima menjadi anggota Perhimpunan Nasional ke-68 oleh Liga Perhimpunan Palang Merah pada 16 Oktober 1950.

Berikut adalah nama-nama tokoh yang pernah menjabat Ketua Umum PMI dalam PMI Provinsi Jawa Timur (2012:23):

(32)

16

2. Ketua PMI II (1946-1948) : Soetardjo Kartohadikoesoemo 3. Ketua PMI III (1948-1952) : BPH. Bintoro

4. Ketua PMI IV (1952-1954) : Prof. Dr. Bahder Djohan 5. Ketua PMI V (1954-1966) : K.G.P.A.A. Paku alam VIII 6. Ketua PMI VI (1966-1969) : Letnan Jenderal Basuki Rachmat 7. Ketua PMI VII (1970-1982) : Prof. Dr. Satrio

8. Ketua PMI VIII (1982-1986) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo 9. Ketua PMI IX (1986-1994) : Dr. H. Ibnu Sutowo

10.Ketua PMI X (1994-1999) : Dra. Siti Hardiyanti Rukmana 11.Ketua PMI XI (1999-2004) : Mar’ie Muhammad

12.Ketua PMI XI (1999-2004) : Mar’ie Muhammad 13.Ketua PMI XI (2004-2009) : Muhammad Jusuf Kalla 14.Ketua PMI XI (2014-2019) : Muhammad Jusuf Kalla

Sebagai perhimpunan nasional di Indonesia, cakupan tugas PMI sesuai dengan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia melalui UU Nomor 59 tahun 1958 (Munandar 2008 : 36). Cakupan tugas PMI dijabarkan menjadi empat tugas pokok yaitu: (1) kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana; (2) pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan; (3) pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, serta (4) pelayanan tranfusi darah.

(33)

17

Penanganan Bencana, (3) Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat, (4) Pembinaan PMR dan Relawan, dan (5) pelayanan Tranfusi Darah.

Pembinaan PMR dan Relawan dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya PMI. Pembinaan dilakukan melalui beragam kegiatan secara tepat, berkualitas dan mengandung nilai-nilai Gerakan. Sasaran pembinaan untuk Palang Merah Remaja (PMR) meliputi anggota remaja pada tingkat Mula, Madya dan Wira. Sedangkan untuk relawan meliputi anggota biasa yang berada dalam wadah Korps Sukarela (KSR) dan Tenaga Sukarela (TSR).

Susilo, dkk (2008 : 74) Palang Merah Indonesia dalam melaksanakan kegiatan dan pelayanannya berpegang pada prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh Prinsip Dasar Gerakan itu meliputi:

1) Kemanusiaan

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang merah menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerja sama, dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.

2) Kesamaan

(34)

18 3) Kenetralan

Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, Gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau ideologi.

4) Kemandirian

Gerakan ini bersifat mandiri. Selain membantu pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, perhimpunan nasional harus menaati peraturan negaranya dan harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan PrinsipPrinsip dasar Gerakan.

5) Kesukarelaan

Gerakan ini adalah Gerakan pemberi bantuan sukarela yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apa pun.

6) Kesatuan

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

7) Kesemestaan

Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan palang merah atau bulan sabit merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

b. Palang Merah Remaja

(35)

pelayanan-19

pelayanan kesehatan dan medis terhadap para korban atau pasien yang membutuhkan pertolongan, baik di lingkungan internal sekolah maupun masyarakat yang berada di sekitarnya (Kompri, 233:2015). PMR adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI, yang selanjutnya disebut PMR. Terdapat di PMI cabang di seluruh Indonesia, dengan anggota lebih dari 3 juta orang. Anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI (Susilo, dkk 2008 : 1).

PMR dibentuk oleh Palang Merah Indonesia di Jakarta pada 1 Maret 1950 yang dipimpin oleh Nn. Siti Dasimah, dan tokoh lainnya ialah Nn. Paramita Abdurachman. Palang Merah Remaja Dahulu bernama Palang Merah Pemuda (PMP). Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatarbelakangi oleh Perang Dunia I. Pada waktu itu Palang Merah Australia mengerahkan anak sekolah untuk turut membantu sesuai dengan kemampuannya seperti : mengumpulkan pakaian bekas, menghimpun majalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya. Anak – anak tersebut dihimpun oleh sebuah organisasi yang dinamakan “Palang

Merah Remaja”. Kemudian prakarsa ini diikuti oleh negara-negara lain.

(36)

20

Perhimpunan-perhimpunan Palang Merah Nasional tahun 1919, diputuskan bahwa PMR menjadi satu bagian dari Perhimpunan Palang Merah.

1) Visi dan Misi Palang Merah Remaja

Visi dan misi PMR yang tercantum di dalam Manajemen PMR yaitu sebagai berikut:

a. Visi PMR

PMR sebagai generasi muda kader PMI mampu dan siap menjalankan kegiatan sosial kemanusiaan sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

b. Misi PMR

1) Membangun karakter kader muda PMI sesuai dengan Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional serta Tri Bhakti PMR 2) Menanamkan jiwa sosial kemanusiaan.

3) Menanamkan rasa kesukarelaan.

Tujuan dikembangkannya kegiatan PMR dalam pandangan Rifai dalam Kompri (233:2015) adalah sebagai berikut:

1) membentuk sebuah wadah di sekolah yang siap dan terampil dalam melakukan pelayanan kesehatan dan medis terhadap masyarakat, khususnya untuk teman di sekolah.

(37)

21

3) Menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan pada diri peserta didik sehingga senantiasa berbuat baik dan memberi manfaat kepada sesamanya.

2) Landasan Hukum Palang Merah Remaja

a. Perjanjian kerjasama PMI dengan Depdiknas RI tanggal 24 Mei 1995 No. 118/U/95 dan No. 0090-KEP/PP/V/95 tentang Pembinaan dan Pengembangan Kepalangmerahan di kalangan siswa, Warga Belajar, dan mahasiswa.

b. Keputusan bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan PMI No. D119/U/1996; No 320A.KEP/PP/V/96 tanggal 7 Mei 1996 tentang pembentukan tim pembina pengembangan kepalangmerahan di kalangan siswa warga belajar dan mahasiswa.

c. Perjanjian kerjasama PMI dengan Depag RI tanggal 26 September 1995 No. 459 tahun 1995 dan No. 0185-KEP/PP/IX/95 tentang Pembinaan dan Pengembangan Kepalangmerahan di Madrasah.

d. Kesepakatan bersama antara Mendiknas RI dengan Ketua Umum Palang Merah Indonesia, No.01/III/KB/2003 dan No.0753/SDM/III/2003 tentang pengembangan dan pemberdayaan kepalangmerahan di Perguruan Tinggi. 3) Keanggotaan Palang Merah Remaja

(38)

22

diadakan oleh PMI berupa pendidikan dan latihan kepalangmerahan. Oleh karena itu, dalam penerimaan anggota PMR ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Menurut Depdikbud (1996:4) syarat menjadi anggota PMR yaitu:

a. Warga negara Republik Indonesia

b. Berusia 7 tahun sampai dengan 20 tahun, belum menikah, atau seusia siswa SD/MI s/d SMU/MA atau yang sederajat.

c. Dapat membaca dan menulis. d. Atas kemauan sendiri.

e. Mendapatkan persetujuan orang tua/wali

f. Bersedia mengikuti orientasi , pelatihan, dan pelaksanaan kegiatan kepalangmerahan

g. Mengisi formulir pendaftaran dan mengembalikannya kepada Pembina PMR diunit PMR masing-masing, untuk selanjutnya disampaikan kepada Pengurus Cabang Palang Merah Indonesia setempat

h. Setelah dilantik menjadi anggota penuh, bersedia melaksanakan tugas-tugas kepalangmerahan selaku anggota PMR secara sukarela.

4) Kurikulum Palang Merah Remaja

Kurikulum adalah segala kegiatan, usaha dan pekerjaan yang dilaksanakan oleh para siswa, sehingga melalui proses belajar mengajar dapat tercapai tujuan pendidikan. Kurikulum juga dipakai sebagai dokumen rencana, dokumen program pelaksanaan dan bahan untuk evaluasi, serta dasar untuk pengembangan pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman. Isi dari kurikulum PMR yang lengkap berisi:

a. Tujuan Pendidikan

Tujuan umum pelaksanaan pendidikan PMR adalah untuk menghasilkan tunas bangsa yang bermental PMI, terampil dalam melakukan kegiatan kepalangmerahan sesuai dengan jenjang usia. Sedangkan tujuan khusus dari Pelaksanaan PMR adalah:

(39)

23

2) Menjalin hubungan baik antar remaja yang serasi dalam lingkup nasional maupun internasional.

3) Menjadi suri teladan terutama dalam hal membantu sesama yang menderita.

4) Memberikan informasi yang tepat dan benar kepada orangtua, OSIS, dan masyarakat yang membutuhkannya demi memasyarakatkan PMI. b. Pengajar/Pelatih/Fasilitator

Dalam pembelajaran PMR tidak hanya menitikberatkan pada pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pemahaman dan penerapan, maka diperlukan pelatih dan fasilitator. Pelatih berperan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Fasilitator berperan meningkatkan pemahaman, bagaimana anggota PMR menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan kepalangmerahan (Tri Bakti PMR), meningkatkan keterlibatan anggota PMR dalam proses pengambilan keputusan perilaku hidup sehat , dan memberikan peluang pada PMR untuk berperan dalam peningkatan kapasitas lingkungannya. Pelatih/fasilitator dalam pendidikan PMR terdiri dari:

1) Pelatih yang telah lulus program pendidikan Pelatih PMR tingkat pusat/daerah/cabang.

2) Tenaga ahli dari Tingkat cabang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan PMR.

(40)

24 c. Siswa

Siswa atau peserta didik yang bergabung dalam keanggotaan PMR dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1) PMR Mula : setingkat usia sekolah dasar, dari 10 sampai dengan 12 tahun. 2) PMR Madya : setingkat usia siswa Sekolah Menengah Pertama, dari 12

sampai dengan 15 tahun.

3)

PMR Wira : setingkat usia siswa Sekolah Menengah Atas, dari usia 15 sampai dengan 17 tahun.

d. Tempat/Waktu penyelenggaran

Pelatihan anggota PMR diselenggarakan oleh pengurus cabang PMI setempat dengan koordinasi tim pembina PMI Kabupaten/kota Madya setempat dengan waktu diluar jam pelajaran, liburan sekolah, atau diluar masa ujian/evaluasi pelajaran serta bertempat di lingkungan sekolah atau tempat lain sesuai kesepakatan antara pengurus PMI Cabang dan sekolah.

e. Metode dan Model Pendidikan

(41)

25

strategi atau model yang dapat membuat siswa merasa tertarik untuk mengikuti materi yang akan dipelajari. Beberapa strategi tersebut antara lain sebagai berikut:

1) belajar yang menyenangkan (Fun learning)

Proses belajar dan kegiatan menjadi aktivitas kehidupan nyata yang dihayati dengan penuh kegembiraan. Hal ini membantu anggota PMR menikmati kegiatan dan membangun gambaran tentang apa dan bagaimana seharusnya menjadi seorang anggota PMR

2) belajar sambil mengalami (Learning by doing)

Untuk menjadi lebih paham dan mengerti, anggota PMR hanya perlu difasilitasi dalam mempelajari sesuatu. Biarkan mereka mengamati, mengalami, merasakan, dan memahami berbagai macam perbedaan. Biarkan mereka yang merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil kerja mereka.

3) jaring laba-laba (Spider web)

(42)

26 f. Media Pendidikan

Beberapa jenis media pendidikan yang digunakan dalam proses pendidikan (Harjanto, 2005 : 237) yaitu sebagai berikut:

1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis disebut juga media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.

2) Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, diorama, dan lain-lain.

3) Media proyeksi seperti slide, filmstrip, film, OHP. 4) Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan. g. Evaluasi Pendidikan.

Saputra (1998: 151) menerangkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan suatu program pengajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran intrakurikuler. Untuk melihat dan mengetahui keberhasilan dari program terebut perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi berkaitan dengan segala sesuatu yang dilakukan oleh guru, pembina, pelatih, dan anak didik guna mendapatkan informasi seberapa jauh tujuan atau sasaran kegiatan ekstrakurikuler itu telah dicapai.

5) Manajemen Palang Merah Remaja

(43)

27

Kepalangmerahan untuk menjadi relawan masa depan. Proses manajemen PMR dapat digambarkan dalam sebuah siklus sebagai berikut:

Gambar 1. Siklus Manajemen PMR a) Perekrutan

Perekrutan adalah peningkatan jumlah anggota dan kelompok PMR. Perekrutan dapat dilakukan melalui proses promosi, pendaftaran, dan wawancara. Perekrutan dilakukan minimal setahun sekali pada bulan Juli - Agustus, sebagai Bulan Perekrutan Nasional sekaligus memperingati Hari Remaja Internasional dan Hari PMR (12 Agustus).

b) Proses Pelatihan

(44)

28

relawan, anggota PMR tidak hanya tahu dan terampil, tetapi juga perlu memahami dan menerapkan yang telah mereka pelajari dalam proses pelatihan. Proses pelatihan dapat dilakukan oleh PMI Cabang maupun Unit PMR, sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Waktu pelaksanaan menyesuaikan dengan kalender pendidikan, berintegrasi dengan kegiatan-kegiatan tertentu, maupun waktu-waktu yang telah disepakati bersama antara PMI Cabang, fasilitator/pelatih, dan anggota PMR.

Pada awal pelatihan seluruh anggota PMR akan mendapatkan informasi mengenai cakupan materi dan tujuan yang akan dicapai. Pada tahap ini pelatih maupun fasilitator mengidentifikasi anggota yang baru pertama bergabung dengan PMR, dan anggota yang melanjutkan keanggotaannya (misalnya dari anggota PMR Mula melanjutkan ke PMR Madya). Anggota yang baru bergabung akan mengikuti proses pelatihan sejak awal, sedangkan yang melanjutkan keanggotaannya dapat dilibatkan sebagai asisten membantu anggota yang baru untuk memahami materi.

(45)

29

Materi-materi yang diberikan dalam kegiatan pelatihan tercantum di dalam kurikulum pelatihan PMR. Isi dari kurikulum PMR yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Kurikulum Pelatihan PMR

Materi Judul buku Cakupan materi

1 jam pelajaran = 45

2. Kepemimpinan PMR Relaw an Masa

7. Donor Darah Siapkan Dirimu menjadi Donor atau setelah kejadian bencana

5 6 10

(46)

30 c) Tri Bakti PMR

PMI (1991:59) memberikan gambaran bahwa anggota PMR diperbantukan dalam tugas-tugas kepalangmerahan seperti membantu memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, membantu korban bencana, dan lain sebagainya sesuai dengan tingkatannya. Tugas-tugas tersebut dimuat dalam tiga pedoman kegiatan yang disebut dengan Tri Bakti PMR. Isi kegiatan dari Tri Bakti PMR untuk tingkat Mula yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan keterampilan hidup sehat

Mempraktekkan kebersihan pribadi antara lain melalui kegiatan pemeriksaan kebersihan rutin (kuku, pakaian, sepatu, rambut, gigi, kulit) serta Penerapan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala umpamanya pemeriksaan ketajaman mata, pengukuran tinggi dan berat badan berkala yang diisikan pada KMS-AS, pemeriksaan gigi, telinga, dan kulit. Serta melakukan kegiatan UKS lainnya.

2) Berkarya dan berbakti di masyarakat

Di rumah, membantu pekerjaan orang tua. Menjaga kebersihan sekolah melalui kerja bakti kebersihan di lingkungan sekolah dan sekitarnya, piket kebersihan, lomba kebersihan kelas dan lain-lain.

3) Mempererat persahabatan nasional dan internasional

(47)

31

Keterlibatan anggota remaja PMI dalam kegiatan Tri Bakti PMR disesuaikan dengan kompetensi dan ketertarikan mereka, serta kebutuhan PMI dan remaja. Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan, mereka memerankan fungsi yang berbeda-beda. Contoh; PMR Mula berfungsi sebagai peer leadership, yaitu dapat menjadi contoh/model keterampilan hidup sehat bagi teman sebaya. PMR Madya berfungsi sebagai peer support, yaitu memberikan dukungan, bantuan, semangat kepada teman sebaya agar meningkatkan keterampilan hidup sehat. PMR Wira berfungsi sebagai peer educator, yaitu pendidik sebaya keterampilan hidup sehat.

d) Pengakuan Dan Penghargaan

Pengakuan dan penghargaan memiliki tujuan untuk memotivasi PMR agar tetap bersama dengan PMI, memberikan rasa bangga dan kesadaran akan kualitasnya bahwa meskipun masih remaja PMR dapat berperan untuk kemanusiaan, meningkatkan kepercayaan diri dan komitmen, serta meningkatkan kualitas kegiatan kepalangmerahan.

Peranan pengurus, staf, pembina PMR, pelatih, dan fasilitator sangat penting dalam menyampaikan penghargaan dan pengakuan atas peran dan kegiatan PMR. Hal ini memberikan dampak yang besar dan efektif karena pihak tersebut bagian dari markas PMI dan yang berinteraksi dengan PMR.

Suatu sistem penghargaan, pengakuan, pemantauan, dan evaluasi tingkat pengetahuan, keterampilan, pemahaman, dan sikap dirancang dalam bentuk Syarat Kecakapan PMR.

e) Pemantauan dan Evaluasi

(48)

32

siswa (Kompri, 2015:245). Penilaian dapat dilakukan sewaktu-waktu untuk menetapkan tingkat keberhasilan siswa pada tahap-tahap tertentu dan pada jangka waktu tertentu berkenaan dengan proses dan hasil kegiatan ekstrakurikuler.

PMI harus mengetahui apakah anggota PMR telah melaksanakan hak dan kewajibanya dengan tepat, sedangkan anggota PMR juga perlu mengetahui apakah mereka telah melaksanakan tugas dengan baik. Pemantauan dan evaluasi adalah proses berkelanjutan dan melekat di keseluruhan siklus.

Memerlukan waktu untuk memantau bagaimana anggota PMR melakukan kegiatan, apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan menjawab kebutuhan anggota PMR, merupakan sebagian dari tahapan pemantauan dan evaluasi, yang jika tidak dilakukan menunjukkan ketidakpedulian PMI terhadap kualitas anggota, kegiatan, dan Tri Bakti yang sedang dan telah dilakukan.

Pemantauan dan Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang dari PMI Pusat ke Daerah minimal setahun sekali, PMI Daerah ke Cabang minimal 2x/tahun, dan dari PMI Cabang ke unit PMR minimal 1x /bulan

6) Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Program pembelajaran di SD akan berlangsung efektif jika sesuai dengan karakteristik siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui karakteristik siswa SD. Siswa SD rata-rata berusia 6-12 tahun, pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. menurut suryobroto (dalam Djamarah, 2002:90) kelas di SD dikelompokkan menjadi dua yaitu kelas rendah (kelas 1, 2 dan 3) dan kelas tinggi (kelas 4, 5 dan 6).

(49)

33

a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi. b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.

c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri. d. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.

e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.

f. Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

Karakteristik siswa SD pada masa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu: a. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

b. Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.

d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.

(50)

34

Setiap fase perkembangan anak menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda. Demikian pula pada anak usia SD mempunyai karakteristik tersendiri. Menurut Sumantri dan Sukmadinata (2006) karakteristik anak pada usia SD adalah:

a. Senang Bermain.

Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas rendah itu senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD mampu merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

b. Senang Bergerak

Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.

c. Senangnya Bekerja dalam Kelompok

(51)

35

menerima tanggung jawab, belajar bersaing secara sehat bersama teman-temannya, belajar bagaimana bekerja dalam kelompok,belajar keadilan dan demokrasi melalui kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

d. Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu Secara Langsung

Berdasarkan teori tentang psikologi perkembangan yang terkait dengan perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, anak belajar menghubungkan antara konsep-konsep baru dengan konsep lama. Pada masa ini anak belajar untuk membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi badan, peran jenis kelamin, moral. Pembelajaran di SD cepat dipahami anak, apabila anak dilibatkan langsung melakukan atau praktik apa yang diajarkan gurunya. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

(52)

36 C. Penelitian Yang Relevan

Berikut ini adalah hasil dari beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

1. Nilai –Nilai Pendidikan Islam dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Di SMA Negeri 5 Yogyakarta yang diteliti oleh Doni Setiyono pada tahun 2011. Penelitian tersebut membahas tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian tersebut adalah: (1) Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SMA Negeri 5 yogyakarta adalah: iman dan taqwa. (2) Implikasi nilai-nilai pendidikan Islam terhadap perilaku siswa anggota PMR di SMA Negeri 5 yogyakarta yaitu: siswa memiliki sikap tenggang rasa dengan yang berlainan agama, menghormati orang lain, menjalin persahabatan, senang menolong, menolong dengan ikhlas, disiplin, tidak membuang sampah sembarangan, dan hati-hati dalam memberikan pertolongan.

(53)

37

dari dua unsur yaitu: (1) unsur pikiran (pendapat, respon, dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan PMR, serta pengenalan alat-alat peraga pada kegiatan PMR), (2) unsur perbuatan yang meliputi pelaksanaan kegiatan dan pengalaman siswa dalam mengikuti kegiatan PMR.

D. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan program untuk ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?

3. Bagaimana evaluasi program pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?

a. Faktor pendukung kegiatan ekstrarkurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara

(54)

38 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Richie dalam Moleong (2013:6) menyataan bahwa penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.

Selanjutnya diungkapkan oleh Akbar (2001: 4), bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan suatu obyek secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Soedjarwo (2001: 51) yang mengemukakan bahwa penelitian deskriptif merupakan pola penelitian yang berpola menggambarkan apa yang ada di lapangan dan mengupayakan penggambaran data, terlepas apakah itu data kualitatif atau kuantitatif.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif untuk memahami pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta. Penelitian ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kegiatan ekstrakurikuler PMR tanpa adanya penambahan perilaku dan intervensi dari peneliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

(55)

39 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 dimana pada bulan-bulan tersebut merupakan bulan-bulan efektif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR.

C. Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2000:112) Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, dokumen, dan lain-lain. Penentuan sumber data pada penelitian kualitatif dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2008: 216). Sejalan dengan pendapat tersebut, teknik dalam menentukan sumber data pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik menentukan sumber data dengan mempertimbangkan informan yang dianggap paling tahu tentang masalah yang akan diteliti dan mempunyai informasi yang dapat digunakan peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data penelitian adalah kepala sekolah, Pelatih PMR, dan pembina PMR SD Negeri Bhayangkara.

D. Teknik Pengumpulan Data

(56)

40 1. Observasi

Menurut Sukmadinata (2010:220) observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2006: 156). Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, peraba, dan pengecap.

Pengumpulan data secara observasi dilakukan dengan pengamatan langsung di tempat penelitian yaitu SD Negeri Bhayangkara, Gondokusuman, kota Yogyakarta. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipatif dengan mengikuti kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler PMR yang rutin dilaksanakan setiap hari Sabtu setelah kegiatan belajar mengajar (KBM) kurikuler selesai.

2. Wawancara

(57)

41

melakukan wawancara kepada kepala sekolah, pembina ekstrakurikuler PMR, dan pelatih/pengajar ekstrakurikuler PMR. Untuk memperoleh informasi yang lengkap, tepat, dan objektif peneliti harus mampu menciptakan hubungan baik dengan narasumber, yaitu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa narasumber bersedia bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi sesuai dengan pikiran dan keadaan sebenarnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku-buku acuan, surat kabar, majalah, notulen rapat, legger, agenda, dan sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Menurut Sukmadinata (2010: 221) studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi foto dan dokumentasi administrasi. Dokumentasi foto berupa foto-foto kegiatan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR. Dokumenasi administratif berupa pengumpulan dokumen-dokumen administratif yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara.

E. Instrumen Penelitian

(58)

42

bersifat subyektif dan instrumen sebagai alat pengumpul data adalah peneliti itu sendiri. Lincoln dan Guba menyatakan bahwa karakteristik manusia sebagai instrumen penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri, yaitu responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, memperluas dan meningkatkan pengetahuan berdasarkan pengalaman, memproses data secepatnya, memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim. selanjutnya Sugiyono (2010: 223) berpendapat bahwa setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan.

(59)

43

Tabel 2. kisi-kisi umum hubungan sumber data, metode dan instrumen pengumpulan data

Sub Aspek Indikator Sumber

Data

e. Pihak yang terlibat dalam perencanaan program c.Sarana dan prasarana yang

dibutuhkan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR

d.Sumber dana yang dibutuhkan e.Materi kegiatan pelatihan f. Metode dalam pelatihan

(60)

44

Tabel. 3. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

(61)

45

Tabel 4. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pembina PMR

(62)

46

Tabel 5. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pelatih PMR

(63)

47 F. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2008:244) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Selanjutnya, Muhadjir dalam Tohirin (2012:141) mendefinisikan analisis data sebagai proses Mencari dan menyusun atur secara sistematis catatan temuan penelitian melalui pegamatan dan wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang fokus yang dikaji dan menjadikannya sebagai temuan untuk orang lain, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi dan menyajikannya.

Miles dan Hubberman dalam Tohirin (2012:141-142) juga menjelaskan bahwa analisis data merupakan langkah-langkah untuk memproses temuan penelitian yang telah ditranskripsikan melalui proses reduksi data, yaitu data disaring dan disusun lagi, dipaparkan, diverifikasi atau dibuat kesimpulan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Gambar 2. Komponen dalam analisis data (interactive model)

Data Collection

Data Display

Data Reduction

(64)

48 1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kulitatif mulai dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2008: 246).

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berasal dari subjek penelitian yaitu kepala sekolah, pembina PMR dan Pelatih PMR dengan menggunakan tehnik pengumpulan data wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

2. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Saat mereduksi data, peneliti dapat membuang data-data yang tidak dipakai. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan

3. Display data

(65)

49 4. Kesimpulan dan verifikasi

Pengambilan kesimpulan dilakukan secara sementara, kemudian diverifikasi dengan cara mempelajari kembali data yang terkumpul. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Dari data yang direduksi dapat ditarik kesimpulan yang memenuhi syarat kredibilitas dan objektifitas hasil penelitian, dengan jalan membandingkan hasil penelitian dengan teori.

G. Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Teknik pengujian keabsahan data dalam penelitian ini mencakup uji kredibilitas data (credibility) menggunakan teknik trianggulasi.

(66)

50

sekolah, pembina PMR, dan pelatih PMR. Adapun untuk mengecek kredibilitas data, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

(67)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

(68)

52

310 Brimob). Pada tahun 2007 SD Negeri Bhayangkara 1 dan SD Negeri Bhayangkara 2 diregruping menjadi SD Negeri Bhayangkara. Pada bulan September tahun 2014 SD Negeri Bhayangkara diregruping lagi dengan SD Negeri Langensari menjadi SD Negeri Bhayangkara.

a. Berikut profil dari SD Negeri Bhayangkara : Nama Sekolah : SD Negeri Bhayangkara Terakreditasi : A

Kecamatan : Gondokusuman

Kota : Yogyakarta

Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta E-mail : newbhayangkara@yahoo.com Nama Kepala Sekolah : Dewi Partini, M.Pd

No. HP : 08122733205

b. Visi dan Misi SD Negeri Bhayangkara Visi :

“Unggul dalam prestasi berlandaskan imtaq, IPTEK dan berwawasan

lingkungan berbasis budaya Daerah Istimewa Yogyakarta”.

Misi :

(69)

53

2) Melaksanakan kegiatan ilmiah sederhana di berbagai mata pelajaran 3) Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif melalui komunikasi

intensif sehingga tumbuh semangat belajar dan kerja yang terprogram pada semua warga sekolah

4) Melestarikan dan mengembangkan seni budaya bangsa berbasis budaya Daerah Istimewa Yogyakarta

5) Meningkatkan pembinaan kompetensi dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan

6) Meningkatkan kegiatan keagamaan secara kontinyu

7) Meningkatkan pembinaan Sekolah Berwawasan Lingkungan

8) Melaksanakan pembinaan dalam bidang Olahraga dan Kepramukaan 9) Menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak sebagai

jaringan usaha pengembangan pendidikan

10)Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah bersama dengan komite sekolah

11)Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran

c. Tujuan SD Negeri Bhayangkara

1) Meningkatkan mutu akademis dan non akademis di atas Kriteria Ketuntasan Minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.

2) Meningkatkan kemampuan penelitian sederhana sesuai dengan pengembangan mata pelajaran.

3) Meningkatkan prestasi siswa bidang seni budaya nasional berbasis budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.

4) Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional.

5) Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu memberikan keteladanan yang mengedepankan pola pikir, pola sikap dan pola tindak

ʺIng Ngarso Sung Tulodha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayaniʺ

Gambar

Gambar 1. Siklus Manajemen PMR
Tabel 1. Kurikulum Pelatihan PMR
Tabel 2. kisi-kisi umum hubungan sumber data, metode dan instrumen
Tabel. 3. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait