BAB II
TINJAUAN PUSTAK
A
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yag dimilikinya (mata, hidung,
telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
(Notoatmodjo, 2005).
b. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003) faktor faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah :
1) Umur
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
2) Jenis Kelamin
Beberapa orang beranggapan bahwa pengetahuan
seseorang dipengaruhi oleh jenis kelaminnya. Dan hal ini
sudah tertanam sejak jaman penjajahan. Namun hal itu di
jaman sekarang ini sudah terbantahan karena apapun jenis
kelamin seseorang, bila dia masih produktif,
berpendidikan, atau berpengalaman maka ia akan
cenderung mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi.
3) Pendidikan
Menurut Notoadmojo (1997) Pendidikan adalah suatu
kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan
atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Hary (1996)
menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin
semakin baik pula pengetahuanya.
4) Pekerjaan
Memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, hal ini
dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor
dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran
informasi. Dan hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang.
5) Sosial budaya dan ekonomi
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam
hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini
seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh
suatu pengetahuan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
6) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan
memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga
hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.
Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh
pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir
7) Sumber informasi
Menurut Hary (1996) Informasi akan memberikan
pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media
misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan
dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari objek penelitian atau responden. Adapun kualitas
pengetahuan pada masing masing tingkat pengetahuan dapat
dilakukan dengan skoring yaitu (Nursalam, 2003):
Baik : Bila didapatkan jawaban benar sebanyak76%-100%
Cukup : Bila didapatkan jawaban benar sebanyak 56-75%
Kurang : Bila didapatkan jawaban benar sebanyak 40%-55%
2. Konsep Gizi Seimbang
a. Pengertian Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh
individu sehari hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5
tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002). Menu seimbang adalah
menu yang terdiri dari beranekaragam makanan dengan jumlah
dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi
seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel sel tubuh dan
proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan
(Almatsier, 2001). Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari
hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan,
dan berat badan (BB) ideal.
Para pakar gizi yang bergabung dalam Yayasan Institut
Danone Indonesia (DII) bersama para penulis dari Tabloid nakita
(Kompas-Gramedia), mengadaptasi piramida sesuai dengan
budaya Indonesia, dalam bentuk tumpeng dengan nampannya yang
Tumpeng
. Tumpeng Gizi Seimbang dirancang untuk membantu setiap orang
memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai
dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja,
dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan (hamil,
Tumpeng Gizi Seimbang menjelaskan mengenai 4 prinsip
Gizi Seimbang, yaitu: aneka ragam makanan sesuai kebutuhan,
kebersihan, aktivitas fisik dan memantau berart badan ideal
Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang
Sumber: Yayasan Institut Danone Indonesia (DII)
Luas potongan Tumpeng Gizi Seimbang menunjukkan porsi
makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per hari. Tumpeng
Gizi Seimbang yang terdiri atas potongan-potongan itu dialasi oleh
air putih. Artinya, air putih merupakan bagian terbesar dan zat gizi
Di atas air putih terdapat potongan besar yang merupakan
golongan makanan pokok (sumber karbohidrat). Golongan ini
dianjurkan dikonsumsi 3 8 porsi. Kemudian di atasnya lagi
terdapat golongan sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan
mineral. Keduanya dalam potongan yang berbeda luasnya untuk
menekankan pentingnya peran dan porsi setiap golongan.Di
lapisan ketiga dari bawah ada golongan protein, seperti daging,
telur, ikan, susu dan produk susu (yogurt, mentega, keju, dan
lain-lain) di potongan kanan, sedangkan di potongan kiri ada
kacang-kacangan serta hasil olahan seperti tahu, tempe, dan oncom. Di
puncak Tumpeng Gizi Seimbang makanan dalam potongan yang
sangat kecil adalah minyak, gula, dan garam, yang dianjurkan
dikonsumsi seperlunya.
Pada bagian bawah tumpeng terdapat prinsip Gizi Seimbang
lain, yaitu pola hidup aktif dengan berolahraga, menjaga
kebersihan dan pantau berat badan. Karena prinsip gizi seimbang
didasarkan pada kebutuhan zat gizi yang berbeda menurut
kelompok umur, status kesehatan, dan jenis aktivitas, maka satu
macam Tumpeng Gizi Seimbang tidak cukup. Diperlukan
beberapa macam Tumpeng Gizi Seimbang untuk ibu hamil dan
menyusui, bayi dan balita, remaja, dewasa, dan usia lanjut
Faktor yang mempengaruhi pelaksaan atau praktek gizi seimbang adalah
(Almatsier, 2001): ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga),
sosial budaya (tidak bertentangan), kondisi kesehatan, umur, berat badan,
aktivitas, kebiasaan makan (like or dislike), ketersediaan pangan
setempat.
c. Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS)
Terdapat 13 Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS), antara lain: (Hartono
2006)
1) Makanlah aneka ragam makanan
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat untuk
kesehatan. Makanan harus mengandung unsur zat gizi yang
diperlukan tubuh baik kuantitas maupun kualitas. Idealnya, ada zat
tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Kebutuhan energi dapat tercukupi dengan mengkonsumsi makanan
sumber karbohidrat, protein dan lemak. Tanda kecukupan energi
dapat dipantau dengan keadaan berat badan yang normal.
Pemantauan berat badan dilakukan pada bayi, balita dan usia
sekolah dengan menggunakan KMS. Kelebihan energi disimpan
dalam bentuk lemak/ jaringan lain.
3) Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan
Dua kelompok karbohidrat adalah karbohidrat kompleks (
padi-padian, umbi-umbian, tepung, sagu dan pisang) dan karbohidrat
sederhana (gula). Karbohidrat kompleks penyerapannya lebih lama
sehingga tidak membuat mudah lapar. Pembatasaan konsumsi gula
dianjurkan sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau ± 3 4
sendok makan setiap hari.
4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari
kecukupan energi
Adapun guna lemak dan minyak adalah untuk meningkatkan
jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, K dan
menambah lezat hidangan. Tiga golongan lemak: lemak yang
mengandung asam lemak tak jenuh ganda (paling mudah dicerna),
lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal (mudah
dicerna), dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh (sulit
dicerna). Konsumsi lemak dan minyak kurang sama dengan 10%
dan tidak lebih dari 25 % dari kebutuhan energi. Komposisi
konsumsi lemak nabati: hewani= 2 : 1.
5) Gunakan garam beryodium
Garam beryodium yang dianjurkan adalah garam dg KIO3
(Kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Kekurangan yodium dapat
gondok; kretin dan penurunan IQ. Indonesia kehilangan 140 juta
IQ point akibat GAKY. Konsumsi garam beryodium ± 6 gram per
hari/ 1 sendok teh.
6) Makanlah makanan sumber zat besi
Fe merupakan unsur penting untuk pembentukan sel darah merah.
Kekurangan Fe dapat berakibat Anemia Gizi Besi (AGB). Adapun
Tanda-tanda AGB : pucat, lemah lesu, pusing dan penglihatan
berkunang-kunang; kadar Hb kurang dari normal. Resiko AGB
bagi ibu hamil adalah BBLR, perdarahan dan kematian. Bagi
anak-anak adalah kemampuan belajar turun. Sedangkan bagi orang
dewasa adalah penurunan produktivitas kerja.
7) Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan
MP-ASI sesudahnya
ASI merupakan makanan terbaik bayi. Pemberian : 0-6 bulan (ASI
Eksklusif = pemberian ASI saja tanpa makanan lain). Kegagalan
ASI Eksklusif sebabkan jumlah sel otak berkurang 15-20%.
8) Biasakan makan pagi
Manfaat makan pagi adalah untuk memelihara ketahanan fisik,
mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan produktifitas
kerja dan meningkatkan konsentrasi belajar. Kebiasaan makan
pagi, membantu memenuhi kecukupan gizi sehari-hari. Tidak
membiasakan makan pagi adalah gangguan kesehatan yang berupa
9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
Air yang kita minum harus bersih dan aman (bebas dri kuman).
Fungsi air dalam tubuh adalah untuk melancarkan transportasi zat
gizi dlm tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral
dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, melancarkan dlm buang air
besar dan buang air kecil. Kebutuhan air minum ± 2 liter sehari/ 8
gelas sehari, dengan kecukupan air minum dapat mencegah
dehidrasi dan menurunkan resiko batu ginjal
10) Lakukan aktivitas fisik secara teratur
Manfaat dari melakukan aktifitas fisik adalah meningkatkan
kebugaran; mencegah kelebihan berat badan; meningkatkan fungsi
jantung, paru dan otot; memperlambat proses penuaan. Olahraga
teratur disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan dan
kondisi kesehatan.
11) Hindari minuman yang beralkohol
Alkohol mengandung energi, tapi tidak terdapat unsur gizi lain.
Akibat kebiasaan minum minuman beralkohol adalah
terhambatnya proses penyerapan gizi, hilangnya zat-zat gizi yang
penting, meski mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah
yang cukup, kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf
12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
Selain bergizi lengkap dan seimbang, makanan juga harus layak
konsumsi (aman untuk kesehatan). Syarat makanan aman adalah
(zat-zat gizi tidak banyak yang hilang dan bentuk
fisiknya masih utuh. Kecuali, bila makanan sengaja akan diolah
dan diubah bentuk fisiknya). Ciri makanan yang tidak sehat adalah
berlendir, berjamur, aroma dan rasa berubah, lewat tanggal
kadaluwarsa dan rusak pada kemasan, terdapat zat/ bahan
pengawet, cara pengolahan yang tidak benar.
13) Bacalah label pada makanan yang dikemas
Label adalah keterangan tentang isi, jenis, ukuran bahan-bahan
yang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kadaluwarsa dan
keterangan penting lain. Beberapa singkatan yang lazim digunakan
dalam label antara lain:
Tabel 2.1 Tabel singkatan dalam label
Singkatan Keterangan
MD Makanan yang dibut di dalam negeri
ML Makanan luar negeri (import)
Exp Tanggal kadaluarsa. Artinya batas waktu
makanan tersebut masih layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak dikonsumsi.
SNI Standart Nasional Indonesia (keterangan mutu makanan telah sesuai dengan persyaratan)
d. Perbedaan Gizi Seimbang dengan 4 Sehat 5 Sempurna
Slogan 4S5S yang dipopulerkan oleh Soedarmo, Bapak Gizi
Indonesia, pada tahun 1950-an dianggap tak lagi sesuai dengan
perkembangan iptek gizi, seperti halnya slogan "Basic Four" di Amerika
yang merupakan acuan awal 4S5S pada masa itu. "Basic Four" dari AS
yang diciptakan tahun 1940-an bertujuan mencegah pola makan orang
Amerika yang cenderung banyak lemak, tinggi gula, dan kurang serat.
Namun, setelah dievaluasi tahun 1970-an, ternyata slogan tersebut tidak
memperbaiki pola makan penduduk Amerika, yang disertai dengan
meningkatnya penyakit degeneratif terkait gizi. Sejak itu, slogan "Basic
Four" diperbarui dan disempurnakan menjadi "Nutrition Guide for
Balance Diet" dengan visual piramida.
Sesuai dengan prinsip Gizi Seimbang, pola makan berdasarkan
"Pedoman Gizi Seimbang" (PGS) tidak dapat berlaku sama untuk setiap
orang. Tiap golongan usia, status kesehatan, dan aktivitas fisik,
memerlukan PGS yang berbeda sesuai kondisi masing-masing. Hal ini
berbeda dengan pola makan berdasarkan slogan "4 sehat 5 sempurna" (4S
& 5S) yang berlaku bagi semua orang di atas dua tahun. Tak jelas
bagaimana pedoman yang mengelompokkan makanan hanya ke dalam 4
kelompok secara kualitatif itu dapat menjadi acuan untuk memenuhi
Pada saat slogan 4S5S diciptakan tahun 1950-an, diasumsikan
bahwa kebiasaan makan masyarakat makin sehat sehingga berbagai
masalah kesehatan karena kekurangan dan kelebihan gizi dapat dicegah
dan dikurangi. Asumsi ini ternyata tidak terwujud, baik di Indonesia
maupun negara-negara lain, termasuk negara asal 4S5S di AS. Oleh
karena itu pedoman 4S5S sejak awal tahun 1990-an secara internasional
telah digantikan oleh pedoman yang lebih rinci yang disebut PGS dengan
alasan sebagai berikut: Susunan makanan yang terdiri atas 4 kelompok ini,
belum tentu sehat, bergantung apakah porsi dan jenis zat gizinya sesuai
dengan kebutuhan. Selain jenis makanan, pola makan berdasarkan PGS
menekankan pula proporsi yang berbeda untuk setiap kelompok yang
disesuaikan atau diseimbangkan dengan kebutuhan tubuh. PGS pun
memperhatikan aspek kebersihan makanan, aktivitas fisik, dan kaitannya
dengan pola hidup sehat lain.
Susu bukan "makanan sempurna" seperti anggapan umum selama
ini. Dengan anggapan itu banyak orang, termasuk kalangan pemerintah,
menganggap susu merupakan "jawaban" atas masalah gizi. Sebenarnya,
susu adalah sumber protein hewani yang juga terdapat pada telur, ikan dan
daging. Oleh karena itu di dalam PGS, susu ditempatkan dalam satu
kelompok dengan sumber protein hewani lain. Dari segi kualitas protein,
telur dalam ilmu gizi dikenal lebih baik dari susu karena daya cerna
3. Konsep Status Gizi
a. Pengertian Status Gizi
Status gizi berasal dari kata status dan gizi. Status diartikan
sebagai tanda tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh suatu
keadaan, sedangkan gizi sebagai hasil proses dari organism dalam
menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, metabolism, dan pembuangan untuk memelihara hidup,
pertumbuhan, dan fungsi organ tubuh, serta untuk produksi energy.
Jadi status gizi adalah tanda tanda atau penampilan fisiologis yang
disebabkan intake gizi dan penggunaannya oleh organism (Gibson,
1990)
Menurut Supariasa dkk (2002), status gizi merupakan ekspresi dari
keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan dalam bentuk
variabel tertentu. Sebagai contoh gondok endemik, merupakan suatu
keadaan dimana ada ketidakseimbangan antara pemasukan dan
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi status gizi balita,
antara lain:
1) Usia anak
Balita usia 0-59 bulan merupakan kelompok balita yang sangat
rentan terhadap kekurangan gizi karena sedang dalam masa
pertumbuhan sehingga memerlukan asupan gizi yang memadai baik
kualitas maupun kuantitasnya.
2) Jenis kelamin anak
Menurut Almatsier (2003) menyatakan tingkat kebutuhan protein
anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan anak
perempuan hal ini dipengaruhi oleh tingkat aktifitas anak laki-laki
lebih banyak dibanding anak perempuan.
3) Jumlah anggota keluarga
Semakin banyaknya jumlah anggota keluarga maka jumlah
makanan yang diperoleh setiap individu dalam keluarga tersebut
akan semakin sedikit. Hal ini dapat disebabkan karena distribusi
makanan dalam tiap anggota keluarga tersebut berbeda.
4) Pekerjaan orang tua
Pekerjaan orang tua menentukan taraf hidup anak tersebut dalam
5) Pendapatan orang tua
Indikator masalah gizi dalam masyarakat adalah tingkat
kemiskinan. Kemiskinan yang memicu terjadinya gizi buruk
diakibatkan karena ketidakmampuan kepala keluarga untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarganya.
6) Tingkat pendidikan orang tua
Jika pendidikan orang tua tinggi maka upaya untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya pun akan semakin tinggi karena pengaruh
pengetahuan dan ketrampilan dari orang tua.
7) Tingkat pengetahuan pengasuh anak
Kurangnya pengetahuan pengasuh anak akan menyebabkan kesalah
pahaman tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan. Jika
pengetahuan pengasuh anak bertambah tentang gizi seimbang,
maka pemenuhan gizi anak akan baik, tetapi bila pengetahuan
pengasuh anak rendah maka pemenuhan gizi pada anak juga akan
terpengaruh.
c. Klasifikasi status gizi
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak balita
bahwa sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi serta hasil temu
pakar gizi di Indonesia pada bulan Mei 2000 di Semarang, standar baku
antopometri yang digunakan secara nasional di Indonesia disepakati
for Health Statistics (WHO-NCHS). Di bawah ini merupakan klasifikasi
status gizi anak menurut WHO 2005, dimana klasifikasinya adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Tabel WHO 2005
Indeks Status Gizi Ambang Batas
BB Menurut
Normal -2SD sampai +2SD Kurus
(wasted)
<- -3SD
Kurus sekali <-3SD
Sumber: WHO 2005
d. Penilaian Status Gizi Antropometri
Penilaian status gizi pada anak di lakukan dengan pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai usia dan tingkat gizi
(Supariasa, 2002).
Penyimpangan pertumbuhan dapat diketahui dengan pengukuran
berat badan terhadap tinggi badan dan pengukuran lingkar kepala anak
yang dapat digunakan untuk menunjukkan status gizi dari balita. Dalam
penilaian status gizi peneliti menggunakan pengukuran berat badan
Untuk pengukuran BB/U dilakukan dengan jadwal deteksi dini
tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih. Pertama- tama dilakukan pengukuran Berat Badan
yaitu dengan menggunakan timbangan berat badan anak dengan cara
anak berdiri pada timbangan. Kemudian baca angka yang ditunjukkan
pada timbangan. Selanjutnya mencatat tanggal lahir anak dengan melihat
KMS.
Setelah ditemukan BB dan U anak kemudian sesuaikan pada tabel
BB/U, akan ditemukan standar deviasi dari hasil pengukuran, maka akan
dapat dibaca status gizi dari anak tersebut dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Gizi lebih jika > 2 SD
2) Gizi baik jika -2 SD sampai dengan 2 SD
3) Gizi kurang jika < - 2 SD sampai dengan -3 SD
4) Gizi buruk sekali jika < - 3 SD
Ada beberapa jenis parameter yang dapat dilakukan untuk mengukur
tubuh manusia yaitu umur, berat badan, tinggi badan,, lingkar lengan
atas, lingkar kepala, lingkar dada, lipatan kulit (Soetiningsih, 1998).
a. Tergantung umur, yaitu berat badan terhadap umur, tinggi
badan terhadap umur, lingkaran kepala terhadap umur, dan
lingkaran lengan atas (LLA) terhadap umur.
b. Tidak tergantung umur, yaitu berat badan terhadap tinggi /
panjang badan, LLA terhadap TB (QUAC Stick = Quacker
Arm Circumference measuring stick), dan LLA terhadap
standar baku
A. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Status Gizi
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ada dua yaitu
penyebab langsung, dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu
makanan anak dan penyakit infeksi. Timbulnya KEP tidak hanya
disebabkan karena kurangnya konsumsi makanan tetapi juga disebabkan
oleh penyakit. Anak yang mendapat makanan cukup tetapi sering
terserang diare atau demam dapat menderita KEP. Sebaliknya anak yang
tidak cukup makanan, daya tahan tubuh akan melemah, mudah terserang
infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya KEP (Soekirman, 1999/2000).
Kekurangan Energi Protein walaupun masih ringan mempunyai pengaruh
negatif terhadap daya tahan tubuh anak terhadap infeksi, dan infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi anak (Depkes RI, 1999)
Penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi yaitu
ketahanan pangan dalam keluarga, pola pengasuhan pada anak serta
pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Ketahanan pangan di
memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah
yang cukup baik jumlah maupun gizinya. (Soekirman, 1999/2000) Gizi
sangat berperan dalam status gizi anak-anak. Anak-anak yang
kekurangan makanan akan menjadi kurus (wasting) dan cebol (stunting),
sedang anak yang kurus dan cebol dapat menjadi baik kembali setelah
diberikan makanan yang cukup (Satoto, 1990). Pertumbuhan seorang
anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat
badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu,
tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang perkembangan
keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan
(requirement) zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis,
termasuk untuk tumbuh. Keseimbangan energi bisa dicapai bila energi
yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang
dikeluarkan.
Menurut Riyadhi (2001) dalam Nurmiati (2006) menyatakan
gangguan status nutrisi pada anak balita umumnya dikarenakan keluarga
tidak memperhatikan perlunya gizi yang seimbang untuk pertumbuhan
anak. Anak tidak akan tumbuh dengan baik tanpa perawatan dari
keluarga yang tinggal bersama anak. Salah satu yang menyebabkan
kurangnya perawatan yang baik bagi anak adalah rendahnya tingkat
pengetahuan pengasuh anak terhadap gizi seimbang. Sehingga anak tidak
diberikan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Husaini
diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh. Zat gizi
berperan memelihara dan memulihkan kesehatan serta untuk
melaksanakan kegiatan sehari-hari, dalam pengaturan makanan yang
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah semakin tinggi tingkat pengetahuan
pengasuh anak tentang gizi seimbang, maka semakin baik pula status gizi