• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Pasar Rebo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Pasar Rebo"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

TENTANG GIZI DAN POSYANDU DENGAN STATUS GIZI

BALITA DI KECAMATAN PASAR REBO

FANJI ANDI BIMANTORO

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Pasar Rebo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Fanji Andi Bimantoro NIM I14114002

(3)

ABSTRAK

FANJI ANDI BIMANTORO. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Pasar Rebo. Dibimbing oleh SRI ANNA MARLIYATI.

Pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi dan posyandu diperlukan dalam pemberian pola makan yang baik bagi balita sehingga gizi yang cukup bagi balita akan tercapai, dengan demikian mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi dan posyandu dengan status gizi balita di Kecamatan Pasar Rebo. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah desain cross sectional. Contoh dalam penelitian ini adalah 100 orang ibu dan balitanya. Pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excell dan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) versi 16.0 for Windows. Berdasarkan hasil uji statistika, terdapat hubungan signifikan antara partisipasi ibu balita di posyandu terhadap tingkat pengetahuan gizi dan posyandu ibu balita (p<0.05). Namun tingkat pengetahuan gizi ibu balita tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecukupan energi dan protein (p>0.05). Tingkat pengetahuan gizi ibu balita juga tidak berpengaruh signifikan terhadap status gizi balita berdasarkan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB (p>0.05).

Kata kunci: Pengetahuan gizi, sikap gizi, status gizi balita, posyandu.

ABSTRACT

FANJI ANDI BIMANTORO. Correlation between Knowledge and Mother’s Attitudes about Nutrition and Posyandu with Nutritional Status of Children in Subdistrict Pasar Rebo. Supervised by SRI ANNA MARLIYATI.

Knowledge and mother’s attitudes about nutrition and posyandu are required to improve children feeding pattern so that adequate nutrition for the children is reached, and in this way they can grow and develop well. The purpose of this study was to analyze the correlation between knowledge and mother’s attitudes about nutrition and posyandu with nutritional status of children in subdistrict Pasar Rebo. Study design used in this study was a cross-sectional design. The sampling of this reasearch was 100 mother and their underfive children. Data processing and analysis was done using Microsoft Excel and the Statistical Package for Social Science (SPSS) version 16.0 for Windows. Based on the results of statistical test, there was a significant correlation between the level of participation of mothers with nutrition knowledge levels (p<0.05). The level of mothers nutrition knowledge had no significant correlation to level of energy and protein adequacy (p> 0.05). Mothers nutrition knowledge level had no significant correlation with nutritional status of children based index weight for age, height for age, and weight for height (p> 0.05).

(4)

iv

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

TENTANG GIZI DAN POSYANDU DENGAN STATUS GIZI

BALITA DI KECAMATAN PASAR REBO

FANJI ANDI BIMANTORO

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul : Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Pasar Rebo

Nama : Fanji Andi Bimantoro NIM : I14114002

Disetujui oleh

Dr Ir Sri Anna Marliyati MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hikmat dan kasih karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Pasar Rebo” ini dapat diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, serta masukan sehingga skripsi ini bisa ditulis dengan baik, serta kepada dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, MSc selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberi saran terhadap skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu-ibu kader Posyandu Dahlia Mekar 2 Kelurahan Pekayon Kecamatan Pasar Rebo, serta teman-teman yang terlibat dalam proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, mama, mbah Mudjiati, adik-adik (Edo, Riski, Fani), serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungan yang diberikan. Terima kasih juga untuk AKK (Tin, Andrian, Alfriendo, Jo, Amos) dan keluarga COOL Sabtu (bang Hendri, Kak Jessy, Mona, Yusuf, Yanto, Yanuar, Ledy, Ricky, Riko, Vicky, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu) yang telah mendukung dalam doa dan selalu memberi semangat. Terima kasih pula kepada teman-teman alih jenis Gizi angkatan 5 yang banyak memberi masukan demi terlangsungnya seminar, penelitian, dan sidang akhir.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(8)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

KERANGKA PEMIKIRAN ... 3

METODE PENELITIAN ... 5

Desain, Waktu, dan Tempat ... 5

Teknik Penarikan Contoh ... 5

Jenis dan Metode pengumpulan data ... 5

Pengolahan dan Analisis Data ... 6

Definisi Operasional ... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 10

Karakteristik Keluarga ... 10

Karakteristik Balita ... 12

Status Gizi Balita ... 12

Pengetahuan Ibu Balita tentang Gizi dan Posyandu ... 14

Kebiasaan Makan Balita ... 14

Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Balita ... 16

Partisipasi Ibu Balita di Posyandu ... 18

HubunganTingkat Kehadiran Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan Gizi ... 19

Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Balita dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein ... 20

Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita (BB/U, TB/U, BB/TB) ... 20

Hubungan Tingkat Kehadiran Ibu Balita di Posyandu dengan Status Gizi Balita (BB/U, TB/U, BB/TB) ... 21

KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

Kesimpulan ... 22

Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN ... 25

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jenis dan cara pengumpulan data ... 6

2 Jenis Varibel Data dan Kategorinya ... 8

3 Sebaran contoh menurut karakteristik sosial keluarga ... 10

4 Karakteristik balita menurut umur dan jenis kelamin ... 12

5 Sebaran contoh balita berdasarkan status gizi ... 12

6 Persentase jawaban benar setiap pertanyaan mengenai Posyandu ... 14

7 Kebiasaan makan balita berdasarkan tingkat pendidikan ibu ... 15

8 Total asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi balita ... 16

9 Sebaran tingkat kehadiran ibu balita di Posyandu berdasarkan ... 18

10 Sebaran ibu balita menurut tingkat pengetahuan dan kehadiran di Posyandu ... 19

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran penelitian ... 4

2 Posyandu Dahlia Mekar 2 tampak depan ... 32

3 Ibu-ibu dan balita di Posyandu Dahlia Mekar II ... 32

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner recall 2x24 jam ... 26

2 Hasil uji normalitas data ... 29

3 Hasil uji chi-square antara tingkat pendidikan dengan kebiasaan sarapan pada balita ... 29

4 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat partisipasi ibu balita di Posyandu dengan tingkat pengetahuan gizi dan Posyandu ... 29

5 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan tingkat kecukupan energi dan protein ... 30

6 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan status gizi balita menurut BB/TB, BB/U, TB/U ... 30

7 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat kehadiran ibu balita dengan status gizi balita menurut BB/TB, BB/U, TB/U ... 30

8 Peta Kelurahan Pekayon ... 31

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejak dasawarsa 1990-an, kata kunci pembangunan bangsa-bangsa di dunia berkembang, termasuk Indonesia adalah sumber daya manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Salah satu cara mengukur tinggi rendahnya kualitas SDM menggunakan Indeks Pembangungan Manusia (Human Development Indeks). Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks) masih sangat rendah. Pada tahun 2000 berdasarkan informasi yang diperoleh oleh United Nation Development Program, HDI Indonesia berada pada urutan ke 109 dari 174 negara. Indonesia masih tertinggal dari Negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Brunai Darussalam (Soekirman 2000).

Kualitas manusia dari pandangan gizi dijabarkan dalam bentuk peningkatan kemampuan intelektual dan kesehatan yang bisa diukur dengan terwujudnya kemampuan fisik dan produktifitas kerja. Perhatian besar dalam usaha meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dewasa ini adalah usaha mempersiapkan generasi muda melalui pembinaan gizi dan kesehatan sejak dini mulai dari pembinaan wanita calon ibu, pemeliharaan janin, bayi, anak balita, dan anak sekolah. Hal ini dimaksudkan dengan semakin dini dan berkesinambungan pembinaan gizi dan kesehatan serta stimulasi yang dilakukan maka pembentukan generasi berkualitas semakin cepat terwujud (Yuliana et al. 2006).

Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat yang dimanfaatkan oleh ibu untuk memperoleh pelayanan dan sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuannya dalam hal gizi dan kesehatan. Pemantauan status gizi dan kesehatan anak dapat dilakukan dengan baik melalui kegiatan di posyandu, (Madanijah & Triana 2007). Posyandu telah berperan penting dalam menurunkan angka kematian ibu balita. Hal ini terbukti dengan berkurangnya angka kematian ibu hamil dan menurunnya jumlah balita yang kurang gizi serta meningkatnya kesehatan ibu dan anak balita. Selama 5 tahun, dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak (AKB) sebesar 73/1000 kelahiran hidup, nenjadi 58/1000 kelahiran hidup (Depkes 1997).

Peran Posyandu perlu didukung oleh masyarakat, khususnya peran ibu sebagai tokoh penting di keluarga sebagai pengambil keputusan pemenuhan gizi bagi balita. Penemuan Khomsan et al. (2007) di Jawa Barat memaparkan ibu yang sering pergi ke posyandu memiliki pengetahuan gizi yang lebih tinggi daripada ibu yang jarang pergi ke posyandu. Menurut Khomsan et al. (2006) masalah yang menyebabkan malnutrisi adalah tidak cukupnya pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik.

(12)

2

mengamati bagaimana pelaksanaan kegiatan posyandu di daerah pinggiran Ibu Kota Jakarta.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan dari penilitian ini adalah menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi dan posyandu dengan status gizi balita di Kecamatan Pasar Rebo.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga (besar keluarga, umur, pendidikan, dan pekerjaan)

2. Mengidentifikasi karakteristik balita (umur, jenis kelamin, dan status gizi) 3. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu balita seputar gizi dan posyandu 4. Mengidentifikasi tingkat kehadiran ibu di posyandu

5. Mengidentifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi berdasarkan konsumsi pangan balita (recall 2x24 jam)

6. Menganalisis hubungan antara tingkat kehadiran ibu balita di posyandu dengan tingkat pengetahuan gizi

7. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dengan tingkat kecukupan energi dan zat gizi

8. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi balita (BB/U, TB/U, dan BB/TB)

9. Menganalisis hubungan antara tingkat kehadiran ibu balita di posyandu dengan status gizi balita (BB/U, TB/U, dan BB/TB)

Hipotesis

1. Tingkat kehadiran ibu balita di posyandu berhubungan dengan tingkat pengetahuan gizinya

2. Pengetahuan ibu balita tentang gizi dan posyandu berhubungan dengan status gizi balita

Manfaat Penelitian

(13)

KERANGKA PEMIKIRAN

Balita merupakan salah satu dari penduduk yang masuk dalam kategori rawan kekurangan gizi. Menurut Khomsan et al. (2009) periode kritis anak berada pada lima tahun pertama setelah kelahiran. Pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada periode ini, akan melahirkan generasi yang berkualitas dikemudian hari. Balita perlu mendapat perhatian khusus karena selain peka terhadap kekurangan gizi juga sangat peka terhadap lingkungan. Status gizi pada balita secara langsung diakibatkan oleh makanan yang dikonsumsi dan penyakit infeksi yang diderita oleh balita.

Pelayanan dasar gizi dan kesehatan untuk balita salah satunya dapat dilaksanakan melalui posyandu. Menurut Khomsan et al. (2007) pelayanan gizi dan kesehatan yang diberikan oleh posyandu kepada balita mencangkup penimbangan berat badan, penentuan status pertumbuhan, pemberian suplemen zat gizi, imunisasi, pemberian makanan tambahan, penyuluhan gizi dan kesehatan pada ibu balita. Posyandu diharapkan dapat mempercepat uapaya perbaikan status gizi dalam menurunkan angka kematian balita dan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk serta mampu mengubah sikap dan perilaku keluarga dari yang kurang sehat menjadi sikap dan perilaku yang sehat.

Selain peran dari posyandu, peran yang paling penting dalam menjaga status gizi dan kesehatan anak adalah peran keluarga sebagai komponen terdekat dengan balita. Peranan ibu banyak berpengaruh terhadap pola makan keluarga karena ibulah yang mempersiapkan makanan mulai dari mengatur menu, berbelanja, memasak, serta mengajarkan tata cara makan terhadap anak-anaknya. Dengan meningkatnya pengetahuan gizi yang dimiliki ibu, semakin tinggi pula kemampuan ibu dalam memilih dan merencanakan makanan dengan ragam dan kombinasi yang sesuai dengan syarat-syarat gizi.

Pengetahuan ibu tentang pentingnya gizi dan posyandu diharapkan meningkatkan kesadaran ibu untuk hadir dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan di posyandu. Salah satu fungsi posyandu melalui pemantauan status gizi balita memberikan informasi yang akurat dan cepat kepada ibu tentang status gizi balitanya, sehingga ibu mempunyai kesempatan untuk memperbaiki status gizi balitanya. Selain itu, salah satu kegiatan posyandu adalah memberikan penyuluhan tentang gizi dan informasi kesehatan terkini, sehingga kepada peserta yang hadir akan dibekali dengan pengetahuan gizi yang lebih baik. Menurut penemuan Khomsan et al. (2007) di Jawa Barat, ibu yang sering pergi ke posyandu memiliki pengetahuan gizi yang lebih tinggi daripada ibu yang jarang pergi ke posyandu.

(14)

4

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis

: Hubungan yang tidak dianalisis Konsumsi pangan

Karakteristik keluarga  Besar keluarga

Pengetahuan ibu balita tentang gizi dan

posyandu

Karakteristik orang tua balita:

 Umur  Pendidikan

 Pekerjaan

Tingkat kehadiran Ibu di posyandu

Status gizi Balita

Kegiatan posyandu: Pemberian PMT Pelayanan posyandu Sarana & Prasarana

Penyakit infeksi

(15)

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini menggunakan data hasil program CSR PT Nutricia Indonesia Sejahtera yang bekerjasama dengan PERGIZI Pangan Indonesia, dan Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor yang dilakukan pada bulan Oktober 2013. Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian terletak di kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Kegiatan penelitian dilakukan dengan cara melalukan wawancara kepada ibu balita menggunakan kuesioner, serta melakukan pengambilan data status gizi balita melalui penimbangan dan pengukuran tinggi atau panjang badan.

Teknik Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini berasal dari populasi rumah tangga yang memiliki bayi dan balita, bertempat tinggal di RW terpilih di Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Jumlah contoh minimum untuk rumah tangga ditentukan dengan menggunakan rumus perhitungan minimum sebagai berikut:

n = zα2 x p (1-p) = 1.962 x 0.5 (1-0.5) d2 0.12

n = 97 Keterangan:

n = Jumlah contoh minimal p = Estimasi proporsi

d = simpangan mutlak = 10% (batas toleransi)

z = Nilai z pada derajat kepercayaan 1-a/2 = 1.96 (nilai z pada derajat kepercayaan

1-α/2 (α = 0.5)

Jumlah contoh minimal yang dihasilkan kemudian dibulatkan menjadi 100 yang merupakan jumlah contoh dalam penelitian ini.

Jenis dan Metode pengumpulan data

Contoh dalam penelitian ini dipilih dengan teknik convenience sampling. Adapun kriteria inklusi dari penelitian ini adalah ibu dan balitanya yang pernah berkunjung ke Posyandu Dahlia Mekar II RW 01 Kelurahan Pekayon, serta bersedia di wawancara sebagai contoh dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah balita yang berusia kurang dari 6 bulan, atau balita yang hanya mengonsumsi ASI eksklusif saja.

(16)

6

badan menggunakan alat microtoise kapasitas 200 cm dengan ketelitian 0.1 cm. Data sekunder meliputi data gambaran umum lokasi penelitian. Jenis data dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 1. Kuesioner untuk recall 2x24 jam disajikan pada Lampiran 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

Variabel Data Jenis

Data

Cara pengumpulan

data Karakteristik keluarga -Besar Keluarga

Primer Wawancara

balita tentang gizi dan posyandu

-Respon dan sikap Ibu terhadap pelayanan

- Jumlah pangan yang dikonsumsi

Primer Wawancara dengan Kuesioner Status gizi balita -Umur

-Jenis Kelamin Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2010, SPSS versi 16.0 for windows, dan WHO Anthro V3.0.1. Proses pengolahan data meliputi pengeditan data, pemberian kode, entri data, cleaning data dan analisis data. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan frekuensi, rata-rata, dan standar deviasi dari besar keluarga, pendidikan dan pekerjaan orangtua, karakteristik balita, pengetahuan ibu balita tentang gizi dan posyandu, sedangkan statistik inferensia meliputi uji korelasi.

Data karakterisktik keluarga yaitu besar keluarga dikelompokkan menjadi

(17)

tingkat pendidikan orang tua dikelompokkan menjadi SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi. Jenis pekerjaannya terdiri dari ibu rumah tangga, wiraswasta, PNS, karyawan swasta, petani, buruh, TNI dan Polri.

Penilaian pengetahuan ibu balita tentang gizi dan posyandu berdasarkan kemampuan ibu balita dalam menjawab berbagai pertanyaan tentang gizi dan Posyandu, kemudian skor dari hasil jawaban dikategorikan menjadi kurang (skor <60%), sedang (skor 60-80%), dan baik (skor >80%). Sikap ibu terhadap gizi dan pelayanan di posyandu digambarkan dengan jumlah kehadirannya di posyandu, berdasarkan kehadirannya dikategorikan menjadi rutin, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah datang.

Data konsumsi pangan balita diperoleh dengan metode Food Recall 2 x 24 jam. Data tersebut diolah secara deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel 2010. Rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan gizi yang dikonsumsi adalah:

Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan:

Kgij = Kandungan zat gizi i dari bahan pangan j Bj = Berat bahan pangan j (gram)

Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan pangan j BDD = Persen bahan pangan j yang dapat dimakan (Sumber : Hardinsyah & Briawan 1994)

Setelah diketahui jumlah asupan zat gizi, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) untuk balita. Secara umum, tingkat kecukupan gizi dapat dihitung dengan rumus berikut (Hardinsyah & Briawan 1994):

Tingkat kecukupan zat gizi = Konsumsi zat gizi aktual x 100 % Angka kecukupan gizi (AKG)

Hasil akhir dari perhitungan kecukupan zat gizi akan berbentuk persentase, kemudian kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes (1996) ke dalam lima kategori yaitu: (1) Defisit tingkat berat: <70% AKG; (2) Defisit tingkat sedang: 70-79% AKG; (3) Defisit tingkat ringan: 80-89% AKG: (4) Normal: 90-119% AKG dan (5) Kelebihan: > 120% AKG. Kategori kecukupan kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin C, dan vitamin B dibagi menjadi dua kategori menurut Gibson (2005), yaitu defisit apabila <77 % AKG serta cukup

apabila ≥77 % AKG.

(18)

8

Tabel 2 Jenis Varibel Data dan Kategorinya

Variabel Kategori Sumber

Acuan 2. Dewasa madya (30-49 tahun) 3. Dewasa lanjut (≥ 50 tahun)

WNPG 2004 Pendidikan orang

tua

1. Tidak tamat SD/Sederajat 2. Tamat SD/Sederajat 3. Tamat SMP/Sederajat 4. Tamat SMA/Sederajat

5. Tamat Perguruan Tinggi/Sederajat

Kemenkes 2010 Pengetahuan ibu

balita tentang gizi dan Posyandu

1. Kurang (skor <60%) 2. Sedang (skor 60-80%) 3. Baik (skor >80%)

1. Rutin (setiap bulan datang ke Posyandu) 2. Kadang-kadang (datang ke Posyandu

selang 1-2 bulan)

1. Defisit tingkat berat (<70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG)

5. Kelebihan (> 120% AKG)

1. Defisit (<77% AKG)

(19)

Definisi Operasional

Balita merupakan singkatan dari Bawah Lima Tahun, merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60 bulan.

Besar keluarga adalah banyaknya individu yang tinggal bersama dalam satu atap dan bergantung pada sumber penghidupan yang sama.

Karakteristik contoh adalah data yang berisi tentang jenis kelamin, umur, berat badan, dan tinggi badan contoh yang diambil melalui wawancara dengan orang tua contoh dan pengukuran langsung atau data dari Posyandu di Kelurahan Pekayon.

Karakteristik keluarga adalah kondisi keluarga contoh yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan status gizi orang tua, diambil melalui pengisian kuesioner dan pengukuran langsung.

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dimakan oleh balita dinilai dari recall 2x24 jam.

Pekerjaan adalah jenis pekerjaan atau mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, seperti wiraswasta, PNS, karyawan swasta, petani, buruh, TNI dan Polri.

Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh anggota keluarga dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan dalam bentuk uang dan dibagi dengan seluruh tanggungan keluarga yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) perkapita perbulan.

Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh orang tua balita, dikelompokkan menjadi SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi.

Pengetahuan ibu balita tentang gizi dan Posyandu adalah tingkat pemahaman ibu balita mengenai gizi, pelayanan, dan program yang terdapat di posyandu seperti gizi seimbang, slogan 4 sehat 5 sempurna, pemberian ASI eksklusif, MP-ASI, PMT, dan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

Partisipasi dalam hal kehadiran adalah keterlibatan ibu untuk aktif menimbangkan balita setiap bulan ke posyandu secara rutin.

Perilaku ibu adalah tindakan nyata yang dilakukan oleh ibu balita dalam praktek pemberian makanan kepada balitanya serta ditunjukkan dengan tingkat kehadirannya di posyandu.

Sikap gizi adalah kecenderungan seseorang untuk menyetujui atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan (statement) yang diajukan terkait dengan pangan dan gizi.

(20)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Pekayon merupakan salah satu dari lima kelurahan di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Kelurahan Pekayon berbatasan dengan Cijantung di sebelah utara, berbatasan dengan Cibubur di sebelah timur, berbatasan dengan Depok di sebelah selatan, dan berbatasan dengan kali Suwuk di sebelah barat. Luas wilayahnya 313,73 Ha, terdiri atas 116 RT dan 10 RW. Posyandu Dahlia Mekar II merupakan Posyandu yang terletak di RT 009 RW 01 Kelurahan Pekayon. Jumlah penduduk di RW 01 terdiri dari laki-laki, sebesar 2.097 dan penduduk perempuan sebesar 1.983 jiwa, sedangkan jumlah balita sebesar 308 jiwa. Tingkat pendidikan penduduk terbanyak adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat dengan mata pencaharian penduduk terbanyak sebagai karyawan swasta. Posyandu ini memiliki kader aktif sejumlah 5 orang, yang aktif juga sebagai pengajar di PAUD. Setiap bulannya, posyandu ini melayani penimbangan, imunisasi, pemberian kapsul vitamin A, pemberian pil KB, Program Makanan Tambahan (susu dan biskuit) , dan pemeriksaan kesehatan pada balita. Selain itu, Posyandu Dahlia Mekar II memiliki program tambahan seperti Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UP2KS), Bina Keluarga Bahagia (BKB), pembinaan lansia, Gerakan Sayang Ibu, pemberantasan sarang nyamuk, dan pembuatan lubang resapan biopori.

Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga dalam penelitian ini meliputi besar keluarga, karakteristik umur ibu, tingkat pendidikan formal, dan jenis pekerjaan. Sebaran contoh menurut karakteristik sosial keluarga disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran contoh menurut karakteristik sosial keluarga

(21)

Tabel 3 Sebaran contoh menurut karakteristik sosial keluarga (lanjutan)

Variabel n %

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga PNS

Wiraswasta Buruh Lainnya

80 1 9 5 5

80 1 9 5 5

Total 100 100

Besar Keluarga

Besar keluarga merupakan banyaknya individu yang tinggal bersama dalam satu atap dan bergantung pada sumber penghidupan yang sama. Anggota keluarga terdiri dari ayah, ibu, anak, saudara, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu atap. Jumlah keluarga dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai 8 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang, dimana sebagian besar terdiri atas orang tua dengan dua anak. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebanyak 80% contoh memiliki besar keluarga masuk dalam kategori kecil. Hal ini memenuhi norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak (BPS 2000).

Umur Ibu Balita

Umur ibu balita diklasifikasikan menurut WNPG (2004), rata-rata umur ibu balita yaitu 31.8 tahun. Rentang umur ibu balita berkisar antara 20-55 tahun, dimana persentase terbesar yaitu 61% berada pada kategori umur 30-49 tahun. Menurut Kotler (2002), salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam menerima informasi adalah umur. Sunyoto (1991) menyatakan bahwa seseorang yang berumur relatif muda cenderung lebih cepat menerima sesuatu yang baru sedangkan orang yang termasuk golongan tua cenderung bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga sulit untuk menerima hal-hal yang bersifat baru.

Pendidikan

Menurut Hardinsyah (2007) semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah mengakses informasi mengenai gizi, sehingga diharapkan akan memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase pendidikan ibu balita terbanyak pada tingkat pendidikan SMA/sederajat sebesar 55%, diikuti tingkat pendidikan Perguruan Tinggi/sederajat sebesar 19%.

Pendidikan memiliki peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tingkat pendidikan orangtua khususnya ibu merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak, termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi anak (Madanijah 2003).

Pekerjaan

(22)

12

tingginya tingkat pendapatan cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase pekerjaan ibu balita terbesar adalah sebagai ibu rumah tangga (80%), diikuti oleh bidang pekerjaan wiraswasta (9%). Pekerjaan utama seseorang mempengaruhi partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan. Jika pekerjaan utama seseorang membutuhkan waktu yang banyak maka partisipasi orang tersebut dalam suatu kegiatan akan rendah.

Karakteristik Balita

Karakteristik balita meliputi jenis kelamin, umur, dan status gizi. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik balita menurut umur dan jenis kelamin Kelompok umur Laki-Laki Perempuan Total

n % n % n % umur balita yaitu 35,11 bulan dengan persentase balita terbanyak pada kelompok umur 13-36 bulan (51%), diikuti dengan kelompok umur 37-60 bulan (46%).

Status Gizi Balita

Menurut Soekirman (2004), bayi sampai anak berusia lima tahun atau disebut dengan balita, ibu hamil, dan ibu menyusui merupakan penduduk golongan rawan kekurangan gizi. Status gizi balita dapat menggambarkan status gizi di masyarakat. Penilaian status gizi anak dapat dilakukan melalui pengukuran antropometrik, klinik, dan laboratorik. Cara antropometrik merupakan cara yang relatif sederhana dan banyak dilakukan. Sebaran contoh status gizi balita dalam penelitian ini dapat dilihat dari Tabel 5.

(23)

Tabel 5 Sebaran contoh balita berdasarkan status gizi (lanjutan) Variabel

Jenis kelamin Z-Scored (Rata-rata±SD) Laki-laki Perempuan Total

n % n %

Status Gizi Balita berdasarkan Berat Badan menurut Umur

Indeks berat badan menurut umur lebih mencerminkan status gizi saat ini karena berat badan menggambarkan massa tubuh yang sensitif terhadap perubahan mendadak. Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak, tulang, dan otot. Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata nilai Z-score BB/U balita adalah -0.048 atau tergolong baik. Sebesar 83% balita laki-laki dan 74% balita perempuan berstatus gizi baik.

Status Gizi Balita berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur

Indeks tinggi badan menurut umur dapat menggambarkan status gizi masa lalu seseorang. Hal ini disebabkan tinggi badan lebih menggambarkan pertumbuhan skeletal yang dalam keadaan normal berjalan seiring dengan pertumbuhan umur dan relatif kurang sensitif terhadap masalah kurang gizi dalam waktu pendek (Supariasa et al. 2001).

Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata Z-score TB/U adalah 0.244 atau tergolong normal. Sebesar 77% balita laki-laki dan 70% balita perempuan berstatus gizi normal. Namun sebanyak 8% dari balita perempuan masuk dalam kategori sangat pendek dan pendek (stunting) sedangkan pada balita laki-laki tidak ditemukan kasus tersebut. Hasil ini sejalan dengan penelitian Khomsan et al. (2007) di Jawa Barat, dimana balita laki-laki memiliki kecenderungan tinggi badan lebih tinggi dibanding balita perempuan.

Status Gizi Balita berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan

Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi, karena BB/TB dapat memberi gambaran proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan, sehingga indeks ini dijadikan indikator kekurusan seseorang. Menurut Soekirman (2000) berat badan berkolerasi linear dengan tinggi badan. Hal ini berarti bahwa dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan diikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu.

(24)

14

kategori kurus dan sangat kurus berdasarkan kriteria WHO. Masalah gizi dan kesehatan masyarakat tergolong tinggi apabila prevalensi kurus (wasting) berkisar antara 10-14%. Riyadi (2001) menyatakan bahwa wasting secara luas digunakan untuk menjelaskan proses yang mengarah pada terjadinya kehilangan berat badan, sebagai akibat dari kelaparan akut atau penyakit berat. Selain itu dalam penelitian ini sebanyak 17% dari total balita termasuk gemuk.

Pengetahuan Ibu Balita tentang Gizi dan Posyandu

Menurut Sukandar dan Riyadi (2009), pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang mencirikan seseorang memahami tentang gizi, pangan, dan kesehatan. Menurut Suhardjo (1996), pengetahuan gizi mempengaruhi praktek melalui sikap terhadap makanan, sedangkan praktek konsumsi makanan merupakan hasil interaksi dari pengetahuan gizi dan sikap terhadap gizi. Tingkat pengetahuan ibu balita diukur dari pertanyaan-pertanyaan umum mengenai gizi dan Posyandu. Tabel 6 menyajikan persentase jawaban yang benar dari pertanyaan yang diajukan kepada ibu balita seputar gizi dan Posyandu.

Tabel 6 Persentase jawaban benar setiap pertanyaan mengenai Posyandu

No. Pengetahuan mengenai posyandu n %

1.

Tahu dan memahami beberapa kegiatan di posyandu Tahu manfaat tentang posyandu bagi anak

Tahu mengenai slogan 4 sehat 5 sempurna Tahu tentang gizi seimbang

Tahu mengenai fungsi KMS Tahu manfaat dari KMS Tahu mengenai ASI eksklusif Tahu manfaat ASI eksklusif

Tahu mengenai pemberian MP ASI Tahu contoh beberapa MP ASI yang baik Tahu tentang PMT

Tahu tentang menentukan status gizi pada balita

96 Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 42% ibu balita memiliki pengetahuan gizi dan Posyandu dalam kategori sedang (skor 60-79). Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar ibu balita (>80%) hanya mengetahui fungsi posyandu sebatas tempat penimbangan balita saja. Pengetahuan tentang gizi dan posyandu cukup wajar jika banyak diketahui oleh ibu balita, karena pelaksanaan kegiatan posyandu yang rutin dilaksanakan setiap bulannya melibatkan ibu balita. Aspek pengetahuan gizi dan posyandu yang paling sedikit diketahui/dijawab benar oleh ibu adalah pertanyaan mengenai gizi seimbang (11%), indikator status gizi balita (47%), mengenai PMT (51%), dan manfaat dari KMS (56%). Khomsan et al. (2009) menyatakan bahwa pengetahuan gizi merupakan prasyarat penting untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku gizi. Pengetahuan gizi yang baik akan mendorong ibu untuk mempraktekkan pemberian makan yang baik bagi anak-anaknya.

Kebiasaan Makan Balita

(25)

makanan bagi anak. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik akan mempraktekkan pemberian makanan yang sehat dan bergizi kepada anak-anaknya. Peranan ibu banyak berpengaruh terhadap pola makan keluarga karena ibulah yang mempersiapkan makanan mulai dari mengatur menu, berbelanja, memasak, serta mengajarkan tata cara makan terhadap anak-anaknya. Kebiasaan makan balita pada penelitian mencakup frekuensi makan dan kebiasaan makan. Data kebiasaan makan berdasarkan tingkat pendidikan ibu disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kebiasaan makan balita berdasarkan tingkat pendidikan ibu Kebiasaan

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa frekuensi makan rata-rata balita adalah 3 kali per hari (75%). Namun tidak semua balita terbiasa sarapan pagi, masih ada sebesar 29% balita yang tidak terbiasa sarapan pagi. Hasil survey ini sedikit berbeda dengan hasil penelitan Khomsan et al. (2009) yang dilakukan di wilayah Bogor dimana jumlah anak yang terbiasa sarapan lebih dari 75%.

Kebiasaan tidak sarapan pada balita menunjukkan kebiasaan makan yang kurang baik. Menurut Khomsan et al. (2009) sarapan pagi adalah bekal untuk melakukan aktivitas sepanjang pagi hingga siang. Paling tidak ada dua manfaat pentingnya sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Kadar gula darah yang normal merupakan bekal untuk melakukan aktivitas fisik. Kedua, sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting pemenuhan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat dalam proses fisiologis tubuh.

Sarapan pagi yang terlewatkan akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsentrasi karena tiadanya suplai energi. Jika hal ini terjadi, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada dari jaringan lemak tubuh. Tidak sarapan pagi menyebabkan kekosongan lambung selama 10-11 jam karena makanan terakhir yang masuk ke tubuh seseorang adalah saat makan malam.

(26)

16

anak-anak memulai aktivitas harian. Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan pada balita tidak berhubungan signifikan dengan pendidikan ibu balita (P>0.05). Kebiasaan makan balita kemungkinan dapat dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi keluarga, tingkat pendapatan, dan besar keluarga.

Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Balita

Menurut Khomsan et al. (2007), pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat hidup sehat. Semakin beragam pangan yang dikonsumsi maka akan semakin beragam pula zat gizi yang diperoleh sehingga dapat meningkatkan mutu gizi. Asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi balita disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Total asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi balita Energi dan Zat gizi Asupan Tk. kecukupan Kategori Energi (kkal) 854±255 70% Defisit tingkat sedang

Protein (g) 29.1±58.6 100% Normal

Kalsium (mg) 306±222 60% Defisit

Fosfor (mg) 460.8±528.5 120% Cukup

Besi (mg) 5.9±4,6 10% Defisit

Vitamin A (µgRE) 580.1±335.7 140% Cukup

Vitamin C (mg) 9±8 20% Defisit

Vitamin B1 (mg) 15.5±97.5 140% Cukup

Asupan Energi Anak Balita

Asupan energi secara keseluruhan rata-rata sebesar 854 kkal/hari, terlihat bahwa asupan energi hanya mencukupi 70% angka kecukupan gizi yang dianjurkan (RDA). Sumbangan energi terbesar untuk balita berasal dari konsumsi makanan pokok yaitu nasi. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1988), kekurangan zat gizi khususnya energi dan protein pada tahap awal menimbulkan rasa lapar, dalam jangka waktu tertentu maka berat badan akan menurun. Kekurangan yang berlanjut akan menyebabkan kekurangan energi dan protein (marasmus, kwashiorkor, atau marasmus-kwashiorkor). Bila tidak ada perbaikan asupan energi dan protein yang mencukupi maka seseorang akhirnya akan mudah terserang penyakit dan selanjutnya mengakibatkan kematian.

Asupan Protein Anak Balita

(27)

Asupan Kalsium Anak Balita

Asupan kalsium anak balita pada umumnya masih defisit, hanya mencukupi 60% dari angka yang dianjurkan, adapun rata-rata konsumsi kalsium aktual anak balita sebesar 306 mg/hari. Konsumsi kalsium ini bervariasi pada anak balita, dari yang sangat rendah sampai yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari standar deviasi yang cukup besar. Susu dan produk-produk olahannya umumnya kaya akan kalsium karena memiliki kandungan kalsium tinggi per porsi dan bioavailabilitas yang tinggi. Penelitian kohort yang dilakukan oleh Wiley (2011) menunjukkan konsumsi susu berhubungan positif dengan pertumbuhan linier pada anak-anak dan dewasa. Peneliti lain yaitu Kiem Lien et al. (2009) memaparkan terjadinya penurunan kejadian underweight dan stunting hingga 10% melalui intervensi susu di Vietnam. Selain susu dan produk olahannya, pangan sumber kalsium yang dikonsumsi oleh balita dalam penelitian ini adalah sayuran hijau seperti bayam dan brokoli serta produk kacang kedelai seperti tempe dan tahu.

Asupan Fosfor Anak Balita

Asupan fosfor rata-rata keseluruhan anak balita adalah 460.8 mg/hari, jumlah tersebut telah mampu memenuhi angka kecukupan fosfor yang dianjurkan. Jenis pangan yang memberikan kontribusi fosfor cukup besar untuk balita dalam penelitian ini adalah susu bubuk dan telur ayam. Konsumsi 1 butir telur ayam sudah memenuhi sekitar 45% dari AKG fosfor untuk anak balita. Fosfor dan kalsium merupakan mineral yang membentuk struktur tulang dan gigi. Keadaan kekurangan asupan fosfor jarang terjadi, karena hampir semua bahan pangan mengandung fosfor, baik pangan nabati maupun hewani (Soekarti & Kartono 2004).

Asupan Besi Anak Balita

Konsumsi besi rata-rata keseluruhan anak balita sebesar 5.9 mg/hari, jumlah ini hanya memenuhi 10% dari angka kecukupan kalsium yang dianjurkan. Pangan yang merupakan sumber zat besi diantaranya adalah daging sapi, hati ayam, ikan, daun bayam, kismis, dan kacang-kacangan. Asupan zat besi balita pada penelitian ini umumnya hanya bersumber dari konsumsi telur dan bayam. Apabila asupan zat besi terus mengalami defisiensi maka dapat menjadi faktor resiko terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi. Penelitian yang dilakukan oleh Fikawati et al. (2012) menunjukkan kekurangan zat besi pada masa anak-anak akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tidak optimal dan menurunkan prestasi belajar karena rasa cepat lelah, kehilangan gairah dan tidak dapat berkonsentrasi

Asupan Vitamin A Anak Balita

Secara keseluruhan konsumsi vitamin A rata-rata adalah 580 µgRE/hari, jumlah tersebut telah memenuhi angka kecukupan yang dianjurkan. Sumbangan vitamin A ini bersumber dari konsumsi wortel yang sering diberikan pada balita. Selain itu, konsumsi susu, telur ayam, dan bayam merupakan pangan penyumbang vitamin A untuk kelompok balita di penelitian ini.

Asupan Vitamin C Anak Balita

(28)

18

dalam penelitian ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi sayuran dan buah. Konsumsi buah pada balita di penelitian ini paling banyak hanya 1 sajian per hari. sedangkan konsumsi buah yang dianjurkan adalah 2-4 sajian per hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Khomsan et al. (2009), tingkat kecukupan vitamin C pada balita hanya 53.8%. Kekurangan vitamin C yang berat akan mengakibatkan terganggunya sintesa kolagen dan akan tampak sebagai pendarahan terutama pada jaringan lunak seperti perdarahan gusi (scurvy).

Asupan Vitamin B1 Anak Balita

Secara keseluruhan asupan rata-rata vitamin B1 sebesar 15.5 mg telah memenuhi angka kecukupan yang dianjurkan. Pangan sumber vitamin B1 diantaranya adalah serealia, bayam, brokoli, kacang hijau, wortel, dagin, ikan, dan telur ayam. Sumber asupan vitamin B1 yang diperoleh oleh balita pada penelitian ini hampir semua berasal dari semua jenis pangan tersebut seperti beras, bayam, brokoli, wortel, dan telur.

Partisipasi Ibu Balita di Posyandu

Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya dapat dilihat dari kesediaan dan partisipasi anggota masyarakat, baik individu, keluarga ataupun kelompok dalam melaksanakan dan menggerakkan upaya kesehatan (Widagdo 2006). Salah satu partisipasi ibu balita di posyandu dapat dilihat dengan kehadirannya secara rutin pada kegiatan posyandu, digambarkan dengan grafik berat badan pada KMS yang tidak terputus (Madanijah & Triana 2007). Tingkat kehadiran ibu balita di Posyandu disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran tingkat kehadiran ibu balita di posyandu berdasarkan

(29)

Tabel 9 Sebaran tingkat kehadiran ibu balita di posyandu berdasarkan mengunjungi posyandu (63%). Menurut tingkat pendidikan, golongan SMA/sederajat merupakan yang paling rutin mengunjungi posyandu (47%). Berdasarkan pekerjaan, ibu rumah tangga (IRT) merupakan golongan pekerjaan yang paling rutin mengunjungi posyandu (83%). Ibu rumah tangga (IRT) memiliki banyak waktu senggang, sehingga partisipasinya dalam kegiatan posyandu tidak menggangu aktifitas lainnya.

Umumnya yang menjadi alasan ibu-ibu tidak mengunjungi posyandu adalah lupa dan tidak tahu jadwal (34%), sibuk (19%), dan malas (16%). Ibu yang malas berkunjung ke posyandu umumnya merasa malas jika datang ke posyandu hanya untuk menimbang anaknya, maka sebaiknya pelayanan meja konsultasi gizi perlu diaktifkan secara rutin dalam kegiatan posyandu.

HubunganTingkat Kehadiran Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan Gizi

Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal, dan non formal. Khomsan et al. (2009) berpendapat bahwa seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar, dan orang lain (suami, teman, tetangga, ahli gizi, dokter, dan lain-lain. Penemuan Khomsan et al. (2007) di Jawa Barat memaparkan ibu yang sering pergi ke Posyandu memiliki pengetahuan gizi yang lebih tinggi daripada ibu yang jarang pergi ke posyandu. Tingkat pengetahuan gizi ibu balita menurut kehadirannya di posyandu disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran ibu balita menurut tingkat pengetahuan dan kehadiran di posyandu

Tingkat pengetahuan

Tingkat kehadiran di posyandu

(30)

p-20

Tabel 10 menunjukkan bahwa semakin rutin ibu balita mengunjungi posyandu maka tingkat pengetahuannya cenderung dalam kategori sedang (36%) dan baik (32%). Berdasarkan uji Rank spearman diketahui bahwa tingkat partisipasi ibu balita di posyandu berhubungan signifikan dengan tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi dan Posyandu (P<0.05 dan r=0.246). Hal ini sejalan dengan penelitian Khomsan et al. (2007) di Jawa Barat, dimana ibu yang sering pergi ke posyandu memiliki pengetahuan gizi yang lebih tinggi daripada ibu yang jarang pergi ke posyandu. Pengetahuan tentang gizi dan posyandu yang benar akan memberikan bekal kepada ibu dalam mempraktekkan pemberian makanan yang sehat dan bergizi kepada anak-anaknya.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Balita dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

Pengetahuan gizi merupakan prasyarat penting untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku gizi. Pengetahuan gizi yang baik akan mendorong ibu untuk mempraktekkan pemberian makan yang baik bagi anak-anaknya (Khomsan et al. 2009). Hasil uji Rank spearman antara tingkat pengetahuan gizi ibu balita dengan tingkat kecukupan energi menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p>0.05 dan r= -0.110). Sama halnya dengan hasil uji Rank spearman antara tingkat pengetahuan gizi ibu balita dengan tingkat kecukupan protein yang menunjukkan hubungan tidak signifikan (p>0.05 dan r=-0.138).

Menurut Azwar (2004), tidak ada jaminan sikap dan pengetahuan yang baik dari seseorang akan benar-benar ditunjukkan dalam bentuk perilaku yang sesuai. Penelitian ini menggambarkan bahwa pengetahuan gizi yang baik dari ibu tidak selalu diikuti oleh sikap gizi yang baik. Pengetahuan ibu balita tentang gizi dan posyandu kurang diterapkan dalam praktek pemberian makanan yang baik pada balita, misalnya masih ditemukan kebiasaan tidak sarapan (29%), frekuensi makan yang sedikit sehingga asupan kalorinya kurang, dan kurangnya konsumsi sayur dan buah.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita (BB/U, TB/U, BB/TB)

Menurut Mustamin et al. (2010) pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang memahami konsep dan prinsip serta informasi yang berhubungan dengan gizi, makanan dan hubungannya dengan kesehatan. Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang saling berinteraksi membentuk pola perilaku yang khas. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Tingginya tingkat pengetahuan gizi seseorang, maka diharapkan akan lebih baik juga keadaan gizinya.

(31)

tidak langsung. Faktor langsung adalah asupan gizi dan infeksi sedangkan faktor tidak langsung adalah tingkat pendidikan orang tua, besar keluarga, dan status ekonomi keluarga.

Hubungan Tingkat Kehadiran Ibu Balita di Posyandu dengan Status Gizi Balita (BB/U, TB/U, BB/TB)

(32)

22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sebagian besar keluarga ibu balita tergolong keluarga kecil (≤4 orang). Rata-rata umur ibu balita yaitu 31.8 tahun, sebagian besar berada pada golongan umur 30-49 tahun. Sebagian besar tingkat pendidikan ibu balita adalah SMA/sederajat. Kebanyakan ibu balita berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT). Persentase jenis kelamin balita laki-laki dengan perempuan hampir sama banyaknya. Rata-rata umur balita yaitu 35.11 bulan, sebagian besar balita berada pada golongan umur 13-36 bulan.

Berdasarkan indeks BB/U, sebagian besar balita tergolong dalam gizi baik (78%). Berdasarkan indeks TB/U, sebagian besar balita tergolong normal (73%). Demikian pula berdasarkan indeks BB/TB, sebagian besar balita tergolong normal (70%). Tingkat pengetahuan gizi dan posyandu ibu balita tergolong kategori sedang (42%). Sebagian besar ibu-ibu rutin hadir dalam kegiatan posyandu setiap bulannya (59%), dimana sebagian besar ibu balita yang rutin mengunjungi posyandu adalah ibu rumah tangga (83%) dengan usia 30-49 tahun.

Sebagian besar balita makan tiga kali sehari (75%), dimana sebagian besar balita terbiasa sarapan (71%). Tingkat kecukupan energi tergolong defisit sedang, tingkat kecukupan protein tergolong normal, tingkat kecukupan kalsium, zat besi, dan vitamin C dalam kategori defisit, sedangkan tingkat kecukupan fosfor, vitamin A, vitamin B1 tergolong cukup.

Berdasarkan hasil uji Rank Spearman, terdapat hubungan signifikan antara partisipasi ibu balita di posyandu dengan tingkat pengetahuan gizi dan posyandu ibu balita (p<0.05). Namun tingkat pengetahuan gizi ibu balita tidak berhubungan signifikan dengan tingkat kecukupan energi dan protein (p>0.05). Tingkat pengetahuan gizi ibu balita tidak berhubungan signifikan dengan status gizi balita berdasarkan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB (p>0.05). Tingkat kehadiran ibu balita di posyandu juga tidak berhubungan signifikan dengan status gizi balita berdasarkan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB (p>0.05).

Saran

Perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi ibu balita untuk berpartisipasi lebih di posyandu. Adapun upaya yang dapat dilakukan di antaranya perlu adanya peningkatan pelayanan posyandu yang memadai baik dari segi sarana maupun prasarana. Selain itu, perlu dilakukan program penyuluhan bagi masyarakat agar masyarakat benar-benar memahami pentingnya posyandu serta dapat meningkatkan kesadaran untuk memanfatkan pelayanan posyandu dalam upaya perbaikan gizi.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar A. 2004. Aspek kesehatan dan gizi dalam ketahanan pangan. Di dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta (ID): Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hlm 101-109.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Umum

Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Depkes RI.

Fikawati S, Syafiq A, Nurjuaida S. 2012. Pengaruh suplementasi zat besi satu dan dua kali per mingu terhadap kadar hemoglobin pada siswi yang menderita anemia. Universa Medicina Vol. 24 No. 4.

Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford University Press Inc, New York.

Hardinsyah. 2007. Review faktor determinan keragaman konsumsi pangan. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2007 2(2): 55-74.

__________, Martianto D. 1988. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari.

__________, Tambunan V. 2004. Angka kecukupan energy, protein, lemak, dan serat makanan. Di dalam: Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: LIPI.

__________, Riyadi H, Napitupulu V. 2013. Kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. http://hadiriyadiipb.files.wordpress.com/2013/03/angka-kecukupan-gizi-2012 [12 Oktober 2013].

Hurlock EB. 1993. Perkembangan Anak Jilid Dua. M Tjandrasa, M Zarkasih, penerjemah. Jakarta: Erlangga.

Khomsan A. 2000. Teknik pengukuran pengetahuan gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

__________,2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup.Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

__________, Anwar F, Sukandar D, Riyadi H, Mudjajanto ES. 2006. Studi tentang pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan makan pada rumah tangga di daerah dataran tinggi dan pantai. Jurnal Gizi dan Pangan, 1(1), 23 – 28. __________, Anwar F, Sukandar D, Riyadi H, Mudjajanto ES. 2007. Studi

Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan, Keefektifan, dan Dampak terhadap Status Gizi Ibu dan Kader Posyandu serta Perbaikan Gizi Balita. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. __________, Anwar F, Mudjajanto ES. 2009. Pengetahuan, sikap, dan praktek

gizi ibu peserta posyandu. Jurnal Gizi dan Pangan, 4(1), 33 – 41.

(34)

24

Kiem Lien et al .2009. Impact of milk consumption on performance and health of primary school children in rural Vietnam. Asia pac J Clin Nutr. 18 (3):326-334.

Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid ke 1. Molan B, penerjemah. Jakarta: Prenhallindo.

Manasseh ZM, Katsaras EM, Dewey KG. 2011. Obesity in preschool children is more prevalent and identified at younger age when WHO growth charts are used compared CDC charts. J. Nutr. 141: 1154–1158, 2011.

Madanijah S. 2003. Model pendidikan “GI-PSI-SEHAT” bagi ibu serta dampaknya terhadap perilaku ibu, lingkungan pembelajaran, konsumsi pangan, dan status gizi anak usia dini [disertasi]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Madanijah S, Triana N. 2007. Hubungan antara status gizi masa lalu anak dan partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian tuberculosis pada murid taman kanak-kanak. Jurnal Gizi dan pangan, 2(1), 29-41.

Mariani. 2002. Hubungan pola asuh makan, konsumsi pangan, dan status gizi anak balita [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Bogor:

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Soekatri M, Kartono D. 2004. Angka kecukupan mineral: kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Di dalam: Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: LIPI.

Suhardjo. 1996. Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta: Bumi Aksara bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Sukandar D. Riyadi H. 2009. Asupan anak balita peserta Posyandu. Jurnal Gizi dan Pangan, 4(1), 42 – 51.

Sunyoto A. 1991. Partisipasi masyarakat sasaran dalam kegiatan Posyandu [tesis]. Bogor. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ulfani DH, Martianto D, Baliwati YF. 2011. Faktor sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat kaitannya dengan masalah gizi underweight, stunted, dan wasted di Indonesia: pendekatan ekologi gizi. Jurnal Gizi dan Pangan, 6(1), 59–65. Widagdo L. 2006. Kepala desa dan kepemimpinan pedesaan: Persepsi kader

Posyandu di kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Makara Kesehatan, 10(2), 54-59.

Wiley AS. 2009. Consumption of milk, but not other dairy products, is associated with height among US preschool children in NHANES 1999-2002. Annals of human biology. 36 (2): 125-138.

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan pangan dan gizi di era otonomi daerah dan globalisasi. Jakarta, 17-19 Mei 2004.

(35)
(36)

26

Lampiran 1 Kuesioner recall 2x24 jam Kode Responden:...

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

TENTANG GIZI DAN POSYANDU DENGAN STATUS GIZI

BALITA DI KECAMATAN PASAR REBO

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Tanggal : ...

Alamat : ...

Nama Responden : ...

Nomor HP : ...

Umur Responden : ...

Berat balita : ...

Tinggi balita : ...

Umur balita : ...

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(37)

*Kode Responden:...

D. KONSUMSI PANGAN RESPONDEN

Metode Recall 2 x 24 jam:

Hari ke-1 Hari/Tanggal :

No Waktu

Makan Makanan Bahan Pangan

Jumlah (URT)

Jumlah

(gram)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

(38)

28

*Kode Responden:...

Hari ke- 2 Hari/Tanggal :

No Waktu

Makan Makanan Bahan Pangan

Jumlah (URT)

Jumlah

(gram)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

(39)

Lampiran 2 Hasil uji normalitas data

Kolmogorov-Smirnova

Statistik df Sig.

Umur ibu .129 100 .000

Berat badan balita .190 100 .000

Tinggi badan balita .077 100 .145*

Umur balita .108 100 .006

Pekerjaan ibu .447 100 .000

Status gizi BB/U .157 100 .000

Status gizi TB/U .050 100 .200*

Status gizi BB/TB .078 100 .142*

Tingkat pengetahuan gizi .139 100 .000

Tingkat partisipasi .364 100 .000

Kebiasaan sarapan .448 100 .000

Besar keluarga .249 100 .000

Keterangan: *data terdistribusi normal

Lampiran 3 Hasil uji chi-square antara tingkat pendidikan dengan kebiasaan sarapan pada balita

Variabel Kebiasaan sarapan

Tingkat pendidikan ibu Taraf nyata (0.05) N

0.085 100

Lampiran 4 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat partisipasi ibu balita di Posyandu dengan tingkat pengetahuan gizi dan Posyandu

Variabel Tingkat partispasi

Tingkat pengetahuan gizi Koefisien korelasi Taraf nyata (0.05) N

0.246 0.14

(40)

30

Lampiran 5 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan tingkat kecukupan energi dan protein

Variabel Tingkat pengetahuan gizi

Tingkat kecukupan energi Koefisien korelasi Taraf nyata (0.05) N

-0.110 0.276

100 Tingkat kecukupan protein Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

-0.138 0.172

100

Keterangan: *berhubungan signifikan α <0.05

Lampiran 6 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan status gizi balita menurut BB/TB, BB/U, TB/U

Variabel Tingkat pengetahuan gizi

Status gizi BB/U Koefisien korelasi Taraf nyata (0.05) N

0.031 0.759 100 Status gizi TB/U Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

0.104 0.305 100 Status gizi BB/TB Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

-0.068 0.501

100

Keterangan: *berhubungan signifikan α <0.05

Lampiran 7 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat kehadiran ibu balita dengan status gizi balita menurut BB/TB, BB/U, TB/U

Variabel Tingkat kehadiran

Status gizi BB/U Koefisien korelasi Taraf nyata (0.05) N

0.031 0.759 100 Status gizi TB/U Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

0.104 0.305 100 Status gizi BB/TB Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

-0.068 0.501

100

(41)
(42)

32

Lampiran 9 Dokumentasi kegiatan

Gambar 2 Posyandu Dahlia Mekar 2 tampak depan

(43)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 2 Jenis Varibel Data dan Kategorinya
Tabel 3 Sebaran contoh menurut karakteristik sosial keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi Ibu dengan status gizi balita di Desa Selodoko Kecamatan Ampel

Adapun tujuan khususnya (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan, pendapatan keluarga), karakteristik demografi (umur,

Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu: (1) mengetahui karakteristik keluarga balita meliputi besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran RT per kapita di

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : (1) Mengideintifikasi karakteristik balita (jenis kelamin, umur dan karakteristik keluarga contoh (umur orang tua,

Data primer meliputi data karakteristik penjamah makanan (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama berkerja), karakteristik santri putri (tanggal lahir,

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS.. GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN

Data primer yang meliputi karakteristik anak (usia anak, jenis kelamin anak, riwayat kesehatan, kebiasaan makan anak); karakteristik keluarga (besar keluarga, pekerjaan

Data Primer, diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang meliputi : karakterisik keluarga umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, dan