• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Sahabat Senandika

Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Yayasan Spiritia

No. 37, Desember 2005

Daftar Isi

Laporan Kegiatan

Laporan Kegiatan 1

Pengetahuan adalah kekuatan 2

Nevirapine dan rifampisin dapat dipakai

bersama secara aman 2

Interaksi Malaria dan HIV dan Implikasinya pada Kebijakan Kesehatan Masyarakat 3 Kandidiasis Oral Waktu Pakai ART Tandai

Kegagalan Kekebalan 4

Pojok Info 4

Lembaran Informasi Baru 4

Perpustakaan Gambar HIV/AIDS 4

Tips 5

Tips untuk Odha 5

Tanya-Jawab 5

Tanya-Jawab 5

Positive Fund 6

Partisipasi Spiritia dalam

workshop PMI

Oleh: O. Baju. Bradjanto

Pada tanggal 12 – 15 Desember 2005 di Hotel Cipta Dua Jakarta, Palang Merah Indonesia mengadakan Workshop tentang Dukungan

Terhadap Odha. Adapun peserta yang kurang lebih berjumlah 24 orang berasal dari 12 propinsi (Sumatera Utara, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Riau, Kalimantan Timur, Papua, Jawa Tengah, DIY, Bali, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat dan Jawa Timur) meliputi PMI daerah maupun cabang yang mempunyai program HIV/AIDS, karena belum semua PMI daerah maupun cabang mempunyai program HIV/AIDS, juga dari setiap propinsi di undang salah satu teman yang sudah terlibat kerjasama dengan PMI sebelumnya yang nota bene tergabung dengan KDS(Kelompok Dukungan Sebaya) setempat (Medan Plus, Batam Plus, Semarang Plus, Papua dan Bandung).

Seperti kita ketahui bersama tugas pokok PMI (seperti yang dikenal masyarakat pada umumnya) adalah mengamankan darah donor, ternyata selain tugas pokok diatas, PMI juga mempunyai program lain seperti Penanggulangan Bencana, Pendidikan Remaja Sebaya, Palang Merah Remaja serta program HIV/AIDS yang mempunyai tiga pilar: Pencegahan, Dukungan dan Perawatan serta Anti stigma dan Diskriminasi.

Yayasan Spiritia diminta untuk memfasilitasi pada acara workshop tersebut dengan membawakan ‘Kerjasama dengan KDS’, adapun Yayasan Spiritia diwakilkan oleh Odon Baju Pradjanto dan Siradj Okta, kami berdua memfasilitasi workshop ini selama satu hari penuh, setelah satu hari sebelumnya difasilitasi oleh rekan dari Yayasan Kharisma dan Yayasan Pelita Ilmu tentang ‘Fund Rising dan Perawatan Odha di rumah (Home Base Care)’.

Sesi ini diisi dengan:

1. Penyamaan persepsi tentang situasi dan kondisi

serta pengetahuan dasar tentang HIV/AIDS 2. Pengobatan dan dukungan terhadap Odha

karena ternyata belum semua peserta yang rata-rata berasal dari pengurus daerah maupun cabang paham tentang HIV/AIDS

3. Setelah itu kami melanjutkan dengan penjelasan apa yang telah Spiritia lakukan selama ini: tentang Kelompok Dukungan Sebaya,

GIPA(Greater Involvement People Living With HIV/AIDS) dan bagaimana bisa mendukung atau terlibat dengan penanggulangan HIV/ AIDS.

Pada akhir diskusi tentang ‘Bagaimana peran PMI dalam menanggapi epidemi HIV/AIDS’, peserta menyimpuljan bahwa mereka sepakat bahwa penyebarluasan informasi tentang HIV/AIDS adalah mutlak dilakukan di semua tingkatan PMI; memaksimalkan peran PMI sebagai perwujudan program HIV/AIDS dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk KDS; Sosialisasi Tiga Pilar Program HIV/AIDS baik secara internal PMI maupun eksternal kepada organisasi atau lembaga lain. Pada hari terakhir, atas kesepakatan semua peserta, mereka membuat suatu komitmen

(2)

Pengetahuan

adalah kekuatan

Nevirapine dan rifampisin

dapat dipakai bersama

secara aman

Oleh Michael Carter, 19 Desember 2005

Terapi antiretroviral (ART) dengan nevirapine tampaknya pilihan yang aman dan efektif untuk pasien yang harus memakai obat anti-TB (OAT) yang mengandung rifampisin bersama dengan obat anti-HIV-nya. Ini menurut data awal dari sebuah penelitian yang dilakukan di Thailand, dan dipresentasikan pada Interscience Conference on Antimicrobial Agents and Chemotherapy ke-45 di AS pada 16 Desember lalu.

Pada rangkaian terbatas sumber daya, termasuk Thailand, rejimen pengobatan HIV yang

mengandung nevirapine sering dipakai bersama dengan terapi TB yang mengandung ripampisin. Ada keprihatinan bahwa kepekatan nevirapine dapat dikurangi bila rifampisin dipakai pada waktu yang sama, tetapi hanya ada sedikit data mengenai penggunaan dua obat tersebut secara bersama.

Oleh karena itu, para peneliti Thailand dan Belanda merancang sebuah penelitian untuk mengukur tingkat nevirapine yang terendah (trough

level) di darah pada pasien yang juga memakai

rifampisin bersama dengan nevirapine, d4T dan 3TC, dan membandingkan tingkat ini dengan tingkat nevirapine terendah dalam darah pada orang yang memakai rejimen ART yang sama tetapi tidak memakai rifampisin. Tingkat nevirapine dalam darah diukur 8 dan 12 minggu setelah mulai ART dan OAT. Data juga dikumpulkan untuk

membandingkan fungsi hati pada 8 dan 12 minggu, dan tanggapan virologis dan imunologis pada ART setelah 12 minggu.

Sejumlah 140 pasien, dibagi secara rata antara masing-masing kelompok pengobatan, dilibatkan pada penelitian. Pasien rata-rata berusia 36 tahun, 68 persen laki-laki, dan jumlah CD4-nya rata-rata 33 pada kelompok yang memakai ART dan OAT bersama, dan 29 pada kelompok yang hanya memakai ART.

bersama yang di tandatangani oleh semua peserta yang bertujuan untuk keberlangsungan program HIV/AIDS di PMI khususnya.

Berikut kami lampirkan isi dari ‘Komitmen Cipta

Dua’ yang di buat oleh seluruh peserta workshop :

1. Penanganan HIV/AIDS secara komperehensif oleh Pengurus, Staf dan Relawan dengan melakukan Assesment Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap (PKS) pada unsur PMI tersebut untuk selanjutnya dapat dihasilkan program Penanggulangan HIV/ AIDS yang terpadu di semua lini

2. Menambah keterlibatan Odha (sesuai dengan prinsip GIPA) di segala lini dan tingkatan di PMI sesuai dengan kapasitasnya sehingga keterlibatan Odha tidak lagi sebagai obyek tetapi sebagai subyek di dalam ikut mengimplementasikan Tiga Pilar Program HIV/AIDS PMI

3. Peningkatan pelayanan Unit Transfusi Darah di dalam mendukung program penanganan dan penanggulangan HIV/AIDS melalui kegiatan yang terpadu dengan mulai menerapkan kebijakan dari

Unlinked Anonymous menjadi kebijakan Linked Confidential

4. PMI di segala tingkatannya dan sesuai dengan kapasitasnya menempatkan program penanganan dan penanggulangan HIV/AIDS lewat Tiga Pilar Program HIV/AIDS dengan menempatkan petugas yang bertanggungjawab secara professional pada program yang terpadu dan komprehensif 5. Adanya Pembahasan Program HIV/AIDS di forum-forum resmi PMI mulai dari tingkatan Musyawarah Kerja Cabang, Musyawarah Kerja Daerah sampai pada tingkat Musyawarah Kerja Nasional sebagai bahan masukan pada Musyawarah Nasional

6. Untuk pengenalan HIV/AIDS secara dini perlu di integrasikan pada materi kurikulum PMR, KSR dan Relawan PMI

Kami berharap kerjasama yang sudah terjalin antara PMI dan Spiritia serta dengan Kelompok Dukungan Sebaya di daerah dapat berlangsung seterusnya sehingga bersama-sama bisa ikut terlibat dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

(3)

Walaupun persentase yang lebih tinggi secara bermakna dari peserta kelompok yang memakai OAT mempunyai tingkat nevirapine terendah dalam darah di bawah 3,4mg/l, pada 8 dan 12 minggu tingkat nevirapine terendah dalam darah rata-rata serupa pada kedua kelompok. 88 persen pasien pada kelompok OAT dengan tingkat nevirapine terendah di bawah 3,4mg/l mencapai

viral load di bawah 400 pada minggu 24.

Lagi pula, para peneliti tidak mengamati perbedaan pada fungsi hati, yang ditandai oleh tingkat SGPT rata-rata antara kedua kelompok pada 8 dan 12 minggu (p = 0,67). Tambahan, pasien yang memakai rifampisin mencapai viral load di bawah 50 pada waktu yang sama dengan mereka yang hanya memakai ART (p = 0,43), dan kedua kelompok mengalami perubahan serupa pada jumlah CD4 rata-rata 12 minggu setelah mulai terapi (p = 0,58).

“ART yang mengandung nevirapine dapat menjadi pilihan untuk pasien terinfeksi HIV yang memakai rifampisin”, menyimpulkan para peneliti. Namun mereka mengingati, “penelitian lebih lanjut pada hasil virologis dan imunologis jangka panjang dibutuhkan.”

Referensi: Manosuthi W et al. Comparison of plasma levels of nevirapine, liver function, virological and immunological outcomes in HIV-1 infected patients receiving and not receiving rifampicin: preliminary results. 45th Interscience Conference on Antimicrobial Agents and Chemotherapy, abstract H-414, Washington DC, 2005. URL: http://www.aidsmap.com/en/news/CAC342E3-21C1-45D8-95C7-1C1EA929EFEB.asp

Interaksi Malaria dan HIV

dan Implikasinya pada

Kebijakan Kesehatan

Masyarakat

Malaria dan HIV/AIDS keduanya adalah penyakit kemiskinan dan alasan kemiskinan, dan juga mereka mempunyai alasan kerentanan

bersama. Dengan adanya tumpang tindih geografis yang luas dalam kejadian dan koinfeksi yang dihasilkannya, interaksi antara kedua penyakit jelas mempunyai implikasi kesehatan masyarakat yang besar. WHO melakukan konsultasi teknik di Jenewa 23-25 Juni 2004 dihadiri oleh para peneliti,

pembuat kebijakan dan pimpinan program untuk meninjau bukti mengenai interaksi antara malaria dan HIV, dan implikasi interaksi tersebut pada pencegahan dan penanggulangan kedua penyakit. Konsultasi teknis ini meliputi presentasi makalah kerja, diskusi paripurna dan kelompok serta rekomendasi yang menjadi dasar laporan ini.

Rekomendasi Utama

• Orang yang terinfeksi HIV - termasuk

perempuan hamil - yang hidup di daerah malaria stabil atau labil adalah terutama rentan terhadap malaria. Pelindungannya terhadap malaria dengan kelambu diresapkan dengan insektisida atau sarana pencegahan yang sesuai dengan keadaan lokal harus menjadi prioritas tinggi.

• Layanan kesehatan reproduksi harus diperkuat untuk meyakinkan pemberian jadwal perawatan pralahir empat kunjungan (perawatan pralahir yang terfokus) yang disarankan oleh WHO, termasuk paket intervensi minimum untuk mencegah baik malaria maupun HIV.

• Perempuan terinfeksi HIV yang hamil di daerah dengan malaria stabil harus diberikan profilaksis dengan sedikitnya tiga dosis

sulfadoksin-pirimetamin atau kotrimoksazol harian, tergantung pada tahap infeksi HIV. Penyakit malaria pada perempuan terinfeksi HIV yang hamil yang

diberikan profilaksis kotrimoksazol harus ditangani dengan obat antimalaria yang tidak mengandung sulfonamid atau sulfon.

• Rekomendasi sementara UNAIDS dan WHO mengenai profilaksis infeksi oportunistik dengan kotrimoksazol harus direvisikan dan diperbarui pada 2005.

(4)

Pojok Info

Lembaran Informasi Baru

Pada September-Desember 2005, Yayasan Spiritia telah merevisikan 11 lembaran informasi:

• Informasi Dasar

Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran Informasi

Lembaran Informasi 103—Infeksi HIV Primer • Terapi Antiretroviral

Lembaran Informasi 400—Penggunaan Obat Antiretroviral

Lembaran Informasi 413—Tes Viral Load Lembaran Informasi 422—ddI

Lembaran Informasi 428—Tenofovir • Infeksi Oportunistik

Lembaran Informasi 515—Tuberkulosis (TB) Lembaran Informasi 517—Toksoplasmosis • Obat untuk Infeksi Oportunistik

Lembaran Informasi 532—Klaritromisin Lembaran Informasi 535—Kotrimoksazol • Efek Samping

Lembaran Informasi 550—Efek Samping Untuk memperoleh lembaran revisi ini atau seri Lembaran Informasi komplet, silakan hubungi Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman belakang. Anggota milis WartaAIDS dapat akses file ini dengan browse ke:

<http://groups.yahoo.com/group/wartaaids/files/ Lembaran%20Informasi/>

Perpustakaan Gambar HIV/

AIDS

HIV/AIDS Image Library, National HIV/AIDS Program, U.S. Department of Veterans Affairs. November 2005.

Perpustakaan gambar ini mengandung gambar yang dapat didownload mengenai penyakit terkait perwujudan infeksi HIV oleh sistem organ. Perpustakaan ini juga meliputi gambar komplikasi misalnya kanker, infeksi oportunistik, dan

lipodistrofi terkait HIV, serta penelitian radiografis dan histopatologis/mikroskopis.

Browse ke <http://www.hiv.va.gov/ • Di daerah dengan malaria stabil dan prevalensi

HIV tinggi, harus ada tingkat kecurigaan yang tinggi di antara pasien dengan demam berulang, dan pengobatan untuk demam sebagai malaria tersendiri (terutama di antara pasien yang bukan anak muda) tidak cukup; selain memberikan pengobatan untuk malaria, pemberi layanan kesehatan harus menawarkan konseling dan tes HIV.

• Definisi kasus malaria berdasarkan demam dapat menghasilkan penyakit yang menimbulkan demam yang disebabkan oleh infeksi oportunistik salah didiagnosis sebagai malaria, dengan akibat

pengobatan malaria yang tidak dibutuhkan. Namun, pengobatan malaria dini sangat penting untuk mencegah kelanjutan pada malaria parah dan kematian, terutama pada anak muda. Sebagaimana perbaikan pada sistem layanan kesehatan terjadi, tes konfirmasi untuk malaria harus menjadi semakin tersedia di daerah endemis malaria.

• Di negara dengan epidemi HIV ‘generalized’, pemantauan rutin tentang kemanjuran atau efektivitas obat antimalaria harus termasuk

penilaian dampak HIV pada hasil terapi antimalaria. • Penggabungan layanan pencegahan dan

penanggulangan malaria dan HIV sangat penting untuk mengurangi beban kedua penyakit; program harus bekerja sama untuk merencanakan

penggunaan sumber daya terbatas untuk pemberian layanan yang ada secara paling efisien. Penyatuan layanan terutama penting dalam rangka layanan kesehatan reproduksi dan anak.

• Dasar bukti (evidence base) di beberapa bidang penting belum cukup, dan penelitian operasional dan pengamatan, dan uji coba klinis dibutuhkan secepatnya.

• Semua uji coba klinis mengenai strategi

pengobatan antimalaria harus mengenal status HIV semua peserta uji coba dan menilai dampak

potensial dari kerusakan kekebalan pada respon terapi antimalaria.

Referensi: Malaria and HIV Interactions and their Implications for Public Health Policy

(5)

Tips

Tanya-Jawab

Tanya-Jawab

T: Mengapa merokok lebih berbahaya untuk Odha dan bagaimana kita dapat berhenti merokok?

J: Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan HIV di AS lebih mungkin merokok dibandingkan dengan orang HIV-negatif. Walaupun keadaan di Indonesia belum diketahui, ada kesan bahwa sebagian besar Odha masih merokok. Merokok dapat menggangu fungsi paru pada orang yang sehat. Pada Odha, merokok membuatnya lebih sulit melawan infeksi yang berat. Saat ini, sebagai akibat dari penggunaan terapi antiretroviral (ART), Odha bertahan hidup semakin lama. Namun mutu jangka panjang ini dapat terganggu oleh merokok dan masalah terkait.

Merokok melemahkan sistem kekebalan tubuh, dengan akibat sistem tersebut lebih sulit melindungi kita dari infeksi oportunistik. Hal ini terutama benar untuk infeksi yang dikaitkan dengan paru. Resiko ini juga meliputi merokok mariyuana (ganja), bukan hanya tembakau. HIV meningkatkan resiko penyakit paru kronis.

Merokok dapat mempengaruhi penguraian obat oleh hati. Merokok juga dapat memperburuk masalah hati, misalnya hepatitis.

Odha yang merokok lebih mungkin mengalami efek samping dari obat HIV. Merokok

meningkatkan resiko efek samping jangka panjang obat dan dampak lain dari infeksi HIV. Ini termasuk osteoporosis (tulang lemah dan lebih rentan patah). ART sendiri memang sedikit meningkatkan resiko penyakit jantung dan strok akibat gaya hidup yang dapat kita kendalikan, merokok adalah yang terbesar.

Odha yang merokok juga lebih mungkin mengembangkan beberapa infeksi oportunistik, termasuk kandidiasis, oral hairy leukoplakia, pneumonia bakteri, pneumonia pnemocystis/PCP. Untuk perempuan, merokok dapat meningkatkan resiko dan beratnya infeksi human papilloma virus (HPV). Infeksi ini meningkatkan resiko penyakit pada leher rahim. Baru-baru ini, bakteri yang menyebabkan Mycobacterium avium complex (MAC) dikaitkan dengan merokok. Bakteri ini ditemukan pada tembakau, kertas rokok dan saringan rokok walaupun benda tersebut sudah terbakar.

Tips untuk Odha

Afte, yang juga disebut sebagai seriawan/sariawan adalah tukak yang biasanya dialami dalam mulut. Walaupun tidak gawat, afte dapat menyebabkan perasaan sakit dan tidak nyaman, selama sampai 10 hari. Afte dapat berkembang pada orang HIV-negatif, tetapi lebih sering dialami oleh Odha. Namun afte tidak dianggap sebagai infeksi oportunistik atau penyakit yang mendefinisikan AIDS. Afte biasanya pulih sendiri tanpa obat, tetapi ada beberapa cara sederhana untuk mengurangi rasa sakitnya, yaitu: Hindari makanan pedas, asin, asam, keras atau terlalu panas; Hindari minuman soda atau air jeruk; Pakai sedotan waktu minum; Berkumur dengan air garam; dan beberapa orang menganggap bahwa madu dapat mengurangi rasa sakit.

Tukak yang lebih parah dapat diobati dengan krim kortikosteroid, tetapi bila tukak besar, mungkin pil kortikosteroid dapat lebih efektif. Talidomid juga dapat dipakai untuk mengobatinya, tetapi obat tersebut sulit terjangkau, karena menyebabklan cacat lahir yang parah bila dipakai oleh perempuan hamil.

(6)

Sahabat Senandika

Diterbitkan sekali sebulan oleh

Yayasan Spiritia

dengan dukungan THE FORD THE FORD THE FORD THE FORD THE FORD FOUND FOUND FOUND FOUND

FOUNDAAAAATIONTIONTIONTIONTION

Kantor Redaksi: Jl Radio IV/10 Kebayoran Baru Jakarta 12130 Telp: (021) 7279 7007 Fax: (021) 726-9521 E-mail: yayasan_spiritia@yahoo.com Editor: Caroline Thomas

Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).

Positive Fund

Merokok, atau sebetulnya, nikotin sangat

menimbulkan ketagihan atau adiksi. Berhenti merokok sangatlah sulit. Tidak ada satu cara yang terbaik untuk kita semua. Ada cara terbaik untuk setiap orang. Dokter dapat membantu memilih cara terbaik untuk kita. Beberapa orang berhenti

merokok dengan cara mendadak. Orang lain membutuhkan suatu macam dukungan. Dukungan ini dapat bersifat obat yang membantu menangani gejala fisik lepas zat. Ada juga macam terapi yang menangani masalah ketagihan psikologis.

Gejala lepas nikotin dapat diobati. Beberapa obat dapat dibeli tanpa resep, sementara yang lain membutuhkan resep. Obat resep termasuk inhaler dan semprot hidung, serta juga pil. Obat ini semua mengobati gejala fisik dan kimia lepas zat. Beberapa orang mencoba berhenti merokok dengan

mengubah rutinitas yang mendorongnya merokok. Orang lain mencari dukungan untuk mengurangi faktor seperti stres yang mendorongnya untuk merokok. Beberapa orang mendapatkan sukses dengan terapi tradisional, misalnya akupuntur atau hipnosis.

Laporan Keuangan Positive Fund Yayasan Spiritia

Periode Desember 2005

Saldo awal 1 Desember 2005 10,655,675 Penerimaan di bulan

Desember 2005 750,000 _________+

Total penerimaan 11,405,675

Pengeluaran selama bulan Desember :

Item Jumlah Pengobatan 0 Transportasi 0 Komunikasi 0 Peralatan / Pemeliharaan 0 Modal Usaha 0 _______+ Total pengeluaran

0-Saldo akhir Positive Fund

Referensi

Dokumen terkait

JAWA TIMUR JAWA TENGAH JAWA BARAT LAMPUNG BALI NUSA TENGGARA BARAT DKI JAKARTA SULAWESI UTARA BANTEN SUMATERA SELATAN NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT SUMATERA UTARA

mendengar ada orang-orang hendak membunuhnya, hal itu memang tidak aneh karena tentu banyak orang memusuhinya, baik sebagai seorang pendekar Butong-pai yang sudah banyak

RIAU JAWA BARAT, LAMPUNG JAWA TENGAH JAMBI JAWA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN UTARA MALUKU UTARA MALUKU NUSA TENGGARA BARAT NUSA

Jawa Timur DKI Jakarta Sulawesi Selatan Jawa Tengah Jawa Barat Kalimantan Selatan Sumatera Utara Sumatera Selatan Bali Papua Sulawesi Utara Nusa Tenggara Barat Banten Kalimantan

Tugas Akhir dengan judul “Kajian Kelayakan Teknis Pembangunan Jalan Lingkar Ambarawa” ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi permasalahan lalu lintas yang ada

Bahwa Para Penggugat menolak secara tegas poin 5 halaman 9 dalil Jawaban Tergugat karena dasar hukum yang digunakan dalam menerbitkan Objek Gugatan bertentangan dengan

Mohon melampirkan Dokumen pendukung yang disyaratkan dalam polis anda ketika mengajukan klaim meninggal dunia (misalnya KTP, KK, surat keterangan meninggal dunia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) koreksi at-sensor dan at-surface reflectance merupakan metode koreksi yang paling efektif dan sekaligus stabil untuk dijadikan basis