SKRIPSI
Diajukan Oleh : Agusdin Faried 0612010127/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan Oleh : Agusdin Faried 0612010127/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Di SURABAYA
Yang diajukan
Agusdin Faried 0612010132/FE/EM
Disetujui untuk ujian skripsi oleh :
Pembimbing Utama
Drs. Ec.Pandji Soegiono, MM Tanggal : ...
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
Jawa Timur
Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030 194 437
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul : “
PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN, SIKAP
DAN KEYAKINAN TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN
PENGGUNA SABUN PEMBERSIH WAJAH DOVE WOMEN DI
SURABAYA”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Ec. Pandji S. MM, selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi
peneliti, yang selalu memberikan motivasi, dorongan dan bimbingan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
ii
5. Segenap Staff Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur yang telah memberikan ilmunya.
6. Untuk kedua orang tuaku, terima kasih atas segala doa yang dipanjatkan siang
dan malam kepada Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih atas dukungan materil,
pengertian, dan kasih sayang yang telah diberikan.
7. Untuk Eyang mayjend, tante, dan kakak ku, terima kasih banyak atas doa dan
kasih sayangnya yang telah di berikan kepada saya.
8. Buat sesorang yang special dalam skripsi ini Zerlina Amelia, terima kasih
banyak atas doa dan motivasinya agar cepat-cepat menyelesaikan skripsi ini,
makasih banyak sayang.
9. Untuk temen-temenku wahyu, oya, dea, maulid, waskito, damba, warkop
enyak, ibu pentol, kantin 4 ‘bu soepadmo”, crew kapak 06, indra, adit, pak
grunge, numen, dll. Maaf tidak bisa menyebutkan semuanya, Terima Kasih
Banyak doa dan motivasinya kawan.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang tersusun dalam skripsi
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran tetap peneliti
butuhkan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat memberikan sumbangan
bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di Fakultas Ekonomi Jurusan
Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Surabaya, Desember 2011
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAKSI ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 9
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 11
2.2.2. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 12
2.2.3. Pengertian Periklanan... 13
2.2.4. Tujuan Periklanan ... 14
2.2.5. Sikap Atas Iklan ... 15
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iv
2.2.6. Periklanan Media Cetak ... 18
2.2.6.1. Periklanan Majalah... 19
2.2.6.2. Periklanan Koran... 21
2.2.7. Efektifitas Iklan... 23
2.2.8. Sikap Konsumen (Attitude) ... 26
2.2.9. Keyakinan Konsumen (Confidence) ... 28
2.2.10.Minat Beli (Purchase Intention) ... 31
2.2.11.Hubungan Antar Variabel ... 32
2.2.11.1. Pengaruh Efektifitas Iklan Terhadap Sikap Konsumen ... 32
2.2.11.2. Pengaruh Efektifitas Iklan Terhadap Keyakinan Konsumen ... 33
2.2.11.3. Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli ... 35
2.2.11.4. Pengaruh Keyakinan Konsumen Terhadap Minat Beli ... 36
2.3. Kerangka Konseptual ... 38
2.4. Hipotesis... 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40
3.1.1. Definisi Operasional... 40
3.1.2. Pengukuran Variabel... 42
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 42
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
v
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.3.1. Jenis Data ... 44
3.3.2. Sumber Data... 44
3.3.3. Pengumpulan Data ... 44
3.4. Teknik Analisa ... 45
3.4.1. Asumsi Model SEM (Structural Equation Modelling) 45 3.4.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 47
3.4.3. Pengujian Model Dengan One-Step Approach ... 48
3.4.4. Evaluasi Model... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Responden... 52
4.2. Deskripsi Hasil Jawaban Responden ... 55
4.2.1. Deskripsi Variabel Efektivitas Iklan (X1) ... 55
4.2.2. Deskripsi Variabel Sikap Konsumen (X2) ... 58
4.2.3. Deskripsi Variabel Keyakinan Konsumen (X3) ... 59
4.2.4. Deskripsi Variabel Minat Beli (Y)... 60
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61
4.3.1. Uji Outlier Multivariate ... 61
4.3.2. Uji Reliabilitas ... 62
4.3.3. Uji Validitas ... 64
4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Ectracted ... 65
4.3.5. Uji Normalitas... 67
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
vi
4.3.6. Evaluasi Model One Step Approach to SEM ... 68
4.3.7. Analisis Unidimensi First Order... 71
4.3.8. Uji Kausalitas ... 71
4.4. Pembahasan... 72
4.4.1. Efektivitas Iklan Berpengaruh Signifikan Positif Terhadap Sikap Konsumen... 72
4.4.2. Efektivitas Iklan Berpengaruh Signifikan Positif Terhadap Keyakinan Konsumen... 73
4.4.3. Sikap Konsumen Berpengaruh Tidak Signifikan Negatif Terhadap Minat Beli ... 75
4.4.4. Keyakinan Konsumen Berpengaruh Tidak Signifikan Positif Terhadap Minat Beli ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 78
5.2. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
x
PENGARUH EFEKTIFITAS IKLAN, SIKAP DAN KEYAKINAN
TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PENGGUNA SABUN
PEMBERSIH WAJAH DOVE WOMEN
DI SURABAYA
Oleh : Agusdin Faried
ABSTRAKSI
Perusahaan dalam era globalisasi bisnis yang semakin ketat dan dinamis memerlukan pengolahan bauran pemasaran yang tepat. Salah satu strategi promosi yang dijalankan oleh perusahaan untuk memberikan informasi kepada orang-orang tentang produk dan mempersuasi pembeli/target pasar, saluran distribusi dan publik untuk membeli produknya adalah iklan. Dengan adanya pembuktian nyata akan manfaat dan kualitas produk akan menimbulkan keyakinan untuk berminat membeli produk tersebut. Pengguna sabun pembersih wajah Dove yang dilakukan mealalui TBI (Top Brand Indonesia) masih menduduki peringkat ke 3 dari tahun 2008-2010 . Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh efektivitas iklan terhadap sikap konsumen, efektivitas iklan terhadap keyakinan konsumen, sikap konsumen terhadap minat beli dan pengaruh keyakinan terhadap minat beli konsumen sabun pembersih wajah Dove di Surabaya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang pernah melihat iklan Sabun pembersih wajah Dove Women di media cetak serta berminat membeli Sabun pembersih wajah Dove Women di Surabaya. Skala pembentukan menggunakan skala likert. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling, yaitu pengambilan sampel menurut kriteria atau pertimbangan tertentu yaitu konsumen berusia minimal 17 tahun, di mana pemakai dan pengguna ialah di mulai pada pangsa anak remaja, dan masyarakat yang pernah melihat iklan Sabun pembersih wajah Dove di media cetak serta berminat membeli Sabun pembersih wajah Dove Women di Surabaya. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 112 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner kepada responden. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM (Structural Equation Modeling).
Hasil pengujian memperlihatkan bahwa efektivitas iklan berpengaruh signifikan positif terhadap sikap konsumen, efektivitas iklan berpengaruh signifikan positif terhadap keyakinan konsumen, sikap konsumen berpengaruh tidak signifikan negatif terhadap minat beli, dan keyakinan konsumen berpengaruh tidak signifikan positif terhadap minat beli.
Keyword : Efektivitas Iklan, Sikap Konsumen, Keyakinan Konsumen dan Minat Beli
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perusahaan dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat dan
dinamis memerlukan pengelolahan brauran pemassaran yang tepat.
Perusahaan tidak hanya sekedar mngembangkan produk yang baik,
menawarkan dengan harga yang menarik dan membuattnya mudah
diperoleh oleh pelanggan yang membutuhkan, perusahaan juga perlu
mengembangkan program promosi (komunikasi) pemasaran efektif untuk
stakeholder, terutama kepada para pelanggan sasarannya.
Diantara alat promosi pemasaran, periklanan dipercaya sebagai
pilihan yang tepat bagi produsen yang menghasilkan consumer goods
dengan frekuensi penggunaan tinggi. Hal ini karena peiklanan tidak hanya
berpengaruh pada preferensi dan perilaku pembelian konsumen terhadap
produk, (Lilien dan Rangaswamy,2003).
Pemasar melakukan komunikasi pemasaran melalui periklanan .
pemasaran langsung, promosi penjualan, penjualan personal, publisitas dan
hubungan massyarakat (Kotler,2002). Perilklanan merupakan salah satu
kegiatan yang banyak dilakukan oleh perusahaan maupun perseorangan.
Dalam periklanan pihak yang memasang iklan harus mnegeluarkan sejumlah
biaya pada media. Jadi manurut Basu Swasta dan Ibnu Sukotjo (1999:223)
1 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
2 berbagai media yang dilakukan perusahaan lembaga non laba serta
individu-individu.
Namun meskipun iklan menjadi pilihan yang menarik, iklan
bukanlah satu-satunya elemen penentu yang mampu meningkatkan
penjualan karena masih ada elemen bauran pemasaran lainnya, yaitu produk,
harga dan distribusi yang ikut serta menentukan berhasil tidaknya penjualan
(Purnama, 2001).
Hal tersebut dikemukakan oleh Kotler (1993 : 30) “Karena
anggaran biaya iklan yang sangat besar, petumbuhan pasar yang terus
meningkat itu harus disertai dengan kenaikan keuntungan yang memadai”.
Agar suatu pesan iklan menjadi efektif proses pengiriman harus
berhubungan dengan proses si penerima, untuk itu komunikator harus
merancang pesan agar menarik perhatian sasarannya. Selain itu menurut
Sutisna (2001 : 122) bahwa kepercayaan yang terbentuk merupakan hasil
dan proses evaluasi terhadap informasi yang diterima. Di mana pesan iklan
yang disajikan disertai dengan adanya pembuktian nyata akan manfaat dan
kualitas produk akan menimbulkan keyakinan. Konsumen percaya akan
produk tersebut melalui pesan iklan/informasi yang diterimanya. Akan tetapi
Sutisna (2001 : 101) menyatakan keterlibatan yang tinggi dari konsumen
atas pembeliannya akan lebih tinggi hubungan antara kepercayaan, sikap
dan perilaku. Ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi, sikap
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
3 membeli (pertama kali konsumen mempunyai kepercayaan terhadap merek,
kemudian mengembangkan sikap terhadap merek, dan kemudian
memutuskan apakah membeli atau tidak).
Dengan memberikan keyakinan pada pelanggan, iklan dapat
mengukuhkan sikap dan dengan demikian juga mempertahankan kesukaan
merek dan kesetiaan akan merek untuk tujuan melakukan pembelian
terhadap produk tersebut (Sukarno, 2005 : 139). Mengukur sebuah iklan
haruslah dilakukan secara berkala dan kontinyu, karena efektivitas iklan
dapat diketahui dengan melakukan riset.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh TBI (Top Brand Indonesian)
Pengguna Sabun Pembersih Wajah dari tahun 2008-2010 di kota Surabaya
adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Top Brand Indonesian Pengguna sabun pembersih wajah
Tahun 2008- 2010
KATEGORI MEREK TOM
AD
Sumber: www.google.co.id
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa fenomena yang terjadi
selama 3 tahun terakhir ini mengalami penurunan pada pengguna sabun
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
4 pembersih wajah DOVE women dalam melakukan pengiklanan. Sehingga
yang biasanya memakai merek Dove pindah ke merek lain karena para
konsumen tidak ada keyakinan terhadap minat beli produk tersebut. Dilihat
dari hasil TBI pada tahun 2008-2010 dari sumber www.google.co.id . Pada
tahun 2008 yang menduduki peringkat pertama adalah sabun pembersih
wajah Ponds dengan nilai 35,4%, di peringkat 2 sabun pembersih wajah
Biore dengan nilai 32,6% , dan di peringkat 3 sabun pembersih wajah Dove
dengan nilai 6,5%. Untuk tahun 2009, yang menduduki peringkat pertama
adalah sabun pembersihwajah Ponds dengan nilai 34,7%, peringkat 2 sabun
pembersih wajah Biore dengan nilai 33,3% dan peringkat 3 adalah sabun
pembersih wajah Dove dengan nilai 4,7% dan pada tahun 2010 yang
menduduki peringkat pertama adalah sabun pembersih wajah Ponds dengan
nilai 35,2%, peringkat 2 sabun pembersih wajah Biore dengan nilai 33,9%
dan peringkat 3 sabun pembersih wajah Dove dengan nilai 4,5%. Pangsa
pasar sabun pembersih wajah Dove di Surabaya tiap tahunnya yang masih
sedikit ini menunjukkan bahwa minat beli sabun pembersih wajah Dove
yang masih sedikit. Hal ini dindikasikan karena masih kurang gencarnya
iklan sabun pembersih wajah Dove yang ditayangkan (sebagian besar
melalui media cetak) sehingga produknya banyak tidak di sukai dan tidak di
minati oleh konsumen.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
5 di kota Surabaya menunjukkan posisi suatu merek yang paling diingat
konsumen melalui media advertising, pada tabel berikut ini :
Tabel 1.2 Brand Share Sabun Pembersih Wajah Dove Women
Brand Brand Share
Ponds 52,5%
Biore 16,9%
Dove 10,0%
Sumber: www.google.co.id
Minat beli adalah suatu proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh konsumen sebelum mengadakan pembelian atas produk yang
ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut. (Pandji,
2000:228).
Menurut Bernard (1982:117) dalam Gunawan (2003) efektivitas
adalah suatu tiindakan dimana tindakan itu akan efektif apabila telah
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Mengukur sebuah iklan haruslah
dilakukan secara berkala dan kontinyu, karena efektivitas iklan dapat
diketahui dengan melakukan riset.
Sikap menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak
baik, perasaan emosional, dan kecendrungan berbuat yang bertahan selama
waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan. Sikap merupakan
suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang memberikan respon
dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
6 merupakan suatu respon yang diberikan oleh pesan ikian dan ditangkap oleh
konsumen. (Lingga Purnama, 2001).
Tidak hanya faktor efektivitas iklan dan sikap konsumen yang
perlu diperhatikan perusahaan untuk meningkatkan minat beli konsumen,
akan tetapi perusahaan harus memperhatiakn faktor keyakinan konsumen
karena untuk membuat seorang konsumen merasa yakin atas produk yang
ditawarkan, maka tidak terlepas dari mempelajari perilaku konsumen
tersebut. Menurut Kotler (2000) dalam Sukarno (2005:139) keyakinan
adalah gambarran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal.
Dengan memberikan keyakinan kepada pelanggan bahwa merek atau
pembekal tersebut secara terus-menerus memberikan tingkat kepuasan
tertinggi untuk manfaat-manfaat yang paling penting iklan dapat
mengukuhkan sikap dan dengan demikian juga mempertahankan kesuksesan
dan kesetiaan untuk tujuan poembelian terhadap produk tersebut.
Dengan efektivitasnya informasi yang diberikan melelui iklan
tersebut, yang berupaya untuk mengenalkan merek dari produk yang
ditawarkan, sehingga menimbulkan sikap dan keyakinan dari perilaku
konsumen untuk mengadakan pembelian maka diharapkan para konsumen
dan calon konsumen akan mempuyai niat beli terhadap produk yang
ditawarkan melalui iklan dengan media televisi tersebut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
7
melakukan penelitian dengan judul “
PENGARUH EFEKTIVITAS
IKLAN, SIKAP DAN KEYAKINAN TERHADAP MINAT BELI
KONSUMEN SABUN PEMBERSIH WAJAH DOVE WOMEN
DI SURABAYA”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yaitu:
1. Apakah efektivitas iklan akan berpengaruh terhadap sikap konsumen
pada Sabun pembersih wajah Dove ?
2. Apakah efektivitas iklan akan berpengaruh terhadap keyakinan
konsumen pada Sabun pembersih wajah Dove ?
3. Apakah sikap konsumen akan berpengaruh terhadap minat beli
konsumen pada Sabun pembersih wajah Dove ?
4. Apakah keyakinan konsumen akan berpengaruh terhadap minat beli
konsumen pada Sabun pembersih wajah Dove ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui efektivitas iklan akan mempengaruhi sikap
konsumen pada Sabun pembersih wajah Dove.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
8 konsumen pada Sabun pembersih wajah Dove.
3. Untuk mengetahui sikap konsumen akan mempengaruhi minat beli
konsumen pada Sabun pembersih wajah Dove.
4. Untuk mengetahui keyakinan konsumen akan mempengaruhi minat
beli konsumen pada Sabun pembersih wajah Dove.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dan penelitian ini adalah:
1. Bagi Perusahaan
Memberikan sumbangan informasi bagi perusahaan akan
efektivitas iklan sebagai sarana komunikasi perusahaan.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya di
bidang manajemen periklanan dan sebagai referensi atas penelitian
lebih lanjut di waktu mendatang.
3. Bagi Peneliti
Sebagai wawasan untuk mengetahui tentang pemasaran, terutama
dibidang ekonomi dan dapat menerapkan ilmunya.
4. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan informasi bila akan melakukan penelitian.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
9
2.1. Penelitian Terdahulu
1. Ade Gunawan (2003) “Analisis Consumer Decision Model Untuk
Pengukuran Efektifitas Periklanan” Sampel pada penelitian ini adalah
konsumen yang menonton iklan. Kesimpulan: Seorang konsumen yang
tergerak mungkin akan mencari informasi yang lebih banyak terhadap
produk yang diinginkannya, yang dapat diperolehnya memalui pesan
iklan dari berbagai sumber, seperti: media televisi, radio, majalah,
surat kabar, internet dan masih banyak lagi media informasi lainnya.
Tujuannya informasi ini adlah untuk merangsang konsumen atau
pembeli untuk mempunyai minat atau niat beli atas produk yang
ditawarkan. Dengan efektifitasnya informasi yang diberikan melalui
iklan tersebut, yang berupaya untuk mengenalkan merek dari produk
yang ditawarkan, sehingga menimbulkan keyakinan dan sikap dari
perilaku konsumen untuk mengadakan pembelian, maka diharapkan
para konsumen dan calon konsumen akan mempunyai niat beli
(Intention) terhadap produk yang ditawarkan melalui iklan dengan
media Televisi tersebut.
2. Zuraida dan Chasanah (2001) “Analisis Efektifitas Iklan Rinso, Soklin
Dan Attack Dengan Menggunakan Consumer Decision Model
memiliki enam variabel yang berhubungan yaitu Pesan Iklan
(F,Information), Pengenalan Merek (B,Brand Recognition), Sikap
Konsumen (A,Attitude), Keyakinan Konsumen (C,Confidence), Niat
Beli (I,Intention), dan Pembelian (P,Purchase).
Berdasarkan hasil analisis data tersebut , maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut : Variabel Pesan Iklan mempuyai pengaruh
signifikan terhadap Keyakinan Konsumen, variabel Pesan Iklan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Sikap Konsumen, variabel
Keyakinan Konsumen mempunyai pengaruh signifikan terhadap Niat
Beli, variabel Sikap Konsumen mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Niat Beli, variabel Pesan Iklan dapat berpengaruh langsung
terhadap Niat Beli tanpa melalui Keyakinan Konsumen, Keyakinan
Konsumen bukan sebagai variabel antara, variabel Pesan Iklan dapat
berpengaruh langsung terhadap Niat Beli tanpa melalui Sikap
Konsumen, Sikap Konsumen bukan sebagai variabel antara.
3. Sukarno gendut (2005) “Efektifitas Iklan Shampo Merek Pantene Di
Surabaya ( Penggunaan Consumer Decision Model )” Pengambilan
sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Kuesioner
diberikan kepada penduduk atau masyarakat pengguna shampoo merek
pantene serta masyarakat/pemirsa tayangan iklan shampomerek
pantene pada televise di Surabaya timur sebanyak 147 responden.
Kesimpulan : berdasarkan hasil analisis data tentang efektifitas iklan
positif terhadap pengenalan merek dapat diterima. Untuk faktor iklan
berpengaruh positif terhadap sikap konsumen tidak dapat diterima dan
Faktor sikap konsumen berpengaruh positif terhadap minat beli
konsumen tidak dapat diterima.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Pemasaran
Definisi pemasaran telah banyak dikemukan oleh para ahli antara
lain oleh Kotler (2000 : 8) yang mendefinisikan pemasaran sebagai, “a
societal process by which individuals and groups obtain what they need and
want through creating, offering, and freely exchanging products and
services of value with others.” Suatu proses sosial dimana individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk dan jasa yang
bernilai secara bebas dengan pihak lain.
Sementara definisi pemasaran menurut American Marketing
Association (AMA) yang dikutip Kasali (2000 : 53) yaitu : proses
perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga,
promosi, hingga distribusi barang-barang, ide-ide dan jasa-jasa, untuk
melakukan pertukaran yang memuaskan individu dan
lembaga-lembaganya”.
Dari beberapa penjelasan tersebut nampak bahwa pemasaran
pengendalian program yang mencakup barang, jasa dan gagasan yang
tergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi
pihak-pihak terkait melalui usaha memaharni kebutuhan dan keinginan
konsumen. Dengan cara ini perusahaan dapat memaksimalkan usahanya
untuk memuaskan konsumen yang menjadi target rnarketnya. Intrik itu
sudah sewajarnya apabila perusahaan berupaya untuk mempertahankan dan
rnengembangkan usahanya dengan senantiasa memperhatikan kebutuhan,
keinginan dan kepuasan konsurnen sebagai pemakai produrk atau
penggunaan jasa.
2.2.2. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Berbagai macam unsur program pemasaran yang perlu
dipertimbangkan agar berhasil melaksanakan strategi dan posisioning dalam
pemasaran suatu produk. Umumnva pemasar telah memikirkan 4 komponen
dasar atari unsur-unsur bauran pemasaran : produk, harga, distribusi dan
promosi. Kendala yang dihadapi konsep pemasaran 4P adalah tidak
mencerminkan kompleksitas penuh pemasaran jasa dalam praktek, juga
tidak menggambarkan hubungan timbal balik yang penting antara aspek
kunci pemasaran dalam bisnis jasa. Akibatnya banyak peneliti memberikan
tambahan kerangka kerja 4P menjadi 7P karena tiga unsur tambahan itu
diperlukan dalam pemasaran jasa.
Seperti pendapat Bitner (2000 : 19) yang rnengungkapkan bahwa
sebutan 4P [Product (Produk), Price (Harga), Place (Distribusi), Promotion
(Promosi)], akan menjadi lebih sempurna bila ditambahkan dengan 3p yaitu
People, Physical Evidence dan Process atau dikenal dengan expanded
marketing mix for service. Begitu pula pendapat Yazid (1999:146) yang
membagi variabel marketing mix menjadi 7 bagian yaitu : Product, Price,
Place, Promotion, People, Process dan Physical evidence. Sementara Payne
(2000 : 32) menganggap bahwa model 4 P tidak begitu ketat, bauran
pemasaran yang diperluas lebih tepat. Payne menambahkan tiga unsur dari
marketing mix yaitu: Orang (people), Proses (process) dan Layanan
Pelanggan (Proactive customer service).
2.2.3. Pengertian Periklanan
Menurut Kasali (1995:9), pengertian iklan adalah segala bentuk
pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan
kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Namun untuk membedakannya
dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang
supaya membeli atau advertising aims to persuade people to buy.
Sementara menurut Peter dan Olson (2000 : 181) adalah suatu
penyajian informasi non personal tentang suatu produk, merek, perusahaan
yang dilakukan dengan bayaran tertentu. Pada iklan biasanya ditampilkan
organisasi yang rnensponsorinya. Iklan ditujukan untuk mempengamhi
afeksi dan kognisi konsumen yaitu perasaan, pengetahuan, kepercayaan,
Walaupun pertama-tama iklan mempengaruhi afeksi dan kognisi,
tujuannya yang paling akhir adalah bagaimana mempengaruhi perilaku
pembelian konsurnen. Iklan yang menarik adalah iklan yang mempunyai
daya tarik, yaitu memiliki kemampuan untuk menarik perhatian pasar
(audience) sasaran. Pesan - pesan yang akan disampaikan dapat disajikan
dalam gaya penyampaian yang berbeda beda yaitu dengan menampilkan:
cuplikan kehidupan individu atau kelompok, gaya hidup individu, fantasi
tentang produk, suasana hati (mood) atau citra seputar produk, musik untuk
lebih menghidupkan pesan, simbol kepribadian untuk menciptakan karakter
yang mempersonifikasikan produk, memamerkan keahlian dan pengalaman
perusahaan dalam menghasilkan produk, bukti bukti ilmiah keunggulan
produk, bukti kesaksian dari orang orang terkenal (Fandi Tjiptono, 1997).
2.2.4. Tujuan Periklanan
Untuk menunjang keberhasilan pemasaran suatu produk barang
atau jasa, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan tujuan.
Tujuan periklanan menuntut Tjiptono (1997 : 240) diarahkan pada
tahap-tahap kesiapan pembeli untuk membeli produk baik itu barang atau jasa,
yaitu mengubah calon pembeli dari tidak tahu menjadi memahami,
mengambil sikap dan kemudian membeli.
Menurut Sutisna (2001 : 227), terdapat tiga tujuan utama dan
periklanan yaitu menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan.
rupa agar hal-hal penting mengenai produk bisa disampaikan dalam pesan.
Iklan yang menonjolkan aspek manfaat produk biasanya dikategorikan
sebagai iklan yang bersifat infomatif. Periklanan yang bersifat membujuk
berperan penting bagi perusahaan dengan tingkat persaingan tinggi. Tujuan
pemasar adalah mencoba meyakinkan konsumen bahwa merek yang
ditawarkan adalah pilihan yang tepat. iklan yang bersifat membujuk
biasanya dituangkan dalam pesan-pesan iklan perbandingan.
Tujuan iklan yang ketiga adalah mengingatkan, pada umumnya,
iklan yang bersifat mengingatkan digunakan untuk produk-produk yang
sudah mapan dan mempunyai kelompok konsumen tertentu. Iklan yang
bersifat mengingatkan sangat penting terutama untuk produk-produk yang
dibeli dengan keterlibatan rendah.
2.2.5. Sikap Atas Iklan
Para pengiklan telah lama tertarik untuk mengukur sejauh mana
konsumen mengevaluasi iklan. Sikap konsumen terhadap iklan menurut
Peter dan Olson (2000 : 195) adalah afeksi terhadap iklan itu sendiri yang
dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap merek yang diiklankan. Yaitu
Iklan yang disenangi konsumen dapat menciptakan sikap merek yang
positif. Pada saat konsumen menerima informasi dari suatu iklan maka akan
terbentuk sikap terhadap iklan dan kemudian sikap ini akan mempengaruhi
sikap terhadap merek, sikap yang positif terhadap iklan akan menimbulkan
Sikap konsumeti aias iklan ditunjukkan dan perasaan suka atau
tidak suka pada suatu tayangan iklan, secara jelas diungkapkan oleh Mowen
(1995:352) “An attitude toward advertising is a consumer’s general or
disliking for a particular advertising stimulus during a particular
advertising exposure.” Menurut Rossiter dan Percy (1987 : 197)
menyatakan bahwa “Processing responses are made to stimulus detail
(elements) contained in the advertisement. These elements or stimuli,
depending on the advertising medium, can be pictures, words (seen or
heard), music or other special effects that comprise the various details of
the adv”. Ungkapan ini dapat diartikan bahwa proses tanggapan terbentuk
karena adanya rangsangan secara detil (elemen-elemen) yang ada dalam
iklan. Elemen ini tergantung pada media iklan yang dipakai dan dapat
berupa gambar, kata-kata (dililiat atau didengar) dan musik.
Lebih lanjut Rossiter dan Percy (1987 : 209) menguraikan tentang
elemen-elemen yang terdapat pada iklan yang dapat mempengaruhi emosi
seseorang. “Creatives have a wide range or stimuli or elements that they
can include in ads to elicit various emotions. They can be drawn from any
of six elements types, depending on the advertising medium: heard words,
music, seen words, pictures, colour, movement”. Artinya, kreativitas
mempunyai jangkauan atau rangsangan atau elemen-elemen yang secara
luas dapat dimasukkan dalam iklan untuk memperoleh berbagai tanggapan
Kreativitas dapat dijabarkan dalam 6 tipe elemen tergantung dari
media advertising yang digunakan yaitu: kata-kata yang terucap, musik,
kata-kata yang terlihat, gambar, warna dan gerakan. Adapun yang dimaksud
Rossiter dan Percy (1987 : 209) adalah:
1. Kata-kata yang terucap adalah kata, suara dan penekanan
kata-kata yang jelas yang terdengar
2. Musik adalah kemenarikan musik.
3. Kata-kata yang terlihat adalah kemudahan kata-kata untuk diingat.
4. Gambar adalah meliputi kemenarikan figur dan gambar-gambar dalam
tayangan iklan.
5. Warna adalah keserasian, komposisi perpaduan warna dan tata cahaya.
6. Gerakan adalah kreativitas suatu gerakan yang ditampilkan yaitu
gerakan yang terlihat pada saat tayangan ikian yang dapat
mempengaruhi ernosi seseorang untuk larut di dalamnya.
Hal ini sesuai dengan pemyataan Rossiter and Percy (1987 : 208)
yaitu: “Perhaps the most vital contribution of creative input in advertising
is in selecting advertising stimuli (pictures, words, music, special effct) that
elicit appropriate emotional responses in the target audience.” Maksudnya
adalah mungkin sumbangan paling penting dari input kreatif dalam
advertising adalah seleksi rangsangan-rangsangan elemen advertising
(gambar, kata-kata dan musik) sehingga mendorong tanggapan emosional
Sikap,menurut Allport dalam Basu Swastha (1998 : 45) adalah
suatu status mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk
menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang
mengarahkan terhadap perilaku. Hal yang sama dikemukakan oleh Mittal
(1994), menurutnya sikap memainkan peranan utama dalam membentuk
perilaku, sikap mengevaluasi suatu kegiatan pemasaran yang akan
dilaksanakan, memahami sikap masyarakat saat ini membantu dalam suatu
kegiatan periklanan yang lebih baik. Sedangkan menurut Mc Guire (1986)
sikap adalah perasaan atau evaluasi secara umum baik positif atau negatif
kepada orang atau objek.
Selanjutnya Chaudhuri (1999) mengatakan bahwa sikap merek
(brand attitude) atau sikap terhadap merek adalah evaluasi keseluruhan
konsumen terhadap merek, dalam model ekuitas merek ditemukan bahwa
peningkatan pangsa pasar terjadi ketika sikap terhadap merek semakin
positif, sikap merek (brand attitude) akan berpengaruh terhadap ekuitas
merek (Chaudhuri, 1999). Sikap merek dikatakan mendapat nilai positif
apabila merek tersebut lebih disukai, merek lebih diingat (Till & Baack,
2005, Shaphiro & Krishnan, 2001), dan merek tersebut lebih dipilih
dibandingkan merek pesaing (Hyun Seung Jin, 2003)
2.2.6. Periklanan Media Cetak
Setiap media dan sarana periklanan memiliki karakteristik dan
sarana yang karakteristiknya paling sesuai dengan yang diiklankan, dan
yang akan memajukan citra produk. Banyak majalah mampu mereproduksi
iklan-iklan dengan tingkat ketajaman warna yang sempurna. Kebutuhan
akan reproduksi warna yang baik adalah jelas bagi jenis-jenis periklanan
produk tertentu seperti makanan dan make-up. Ini menguraikan periklanan
cetak (majalah atau koran) memajukan bauran media pengiklan.
2.2.6.1. Periklanan Majalah
Majalah merupakan satu media yang tumbuh pesat untuk melayani
kebutuhan dan kepentingan pendidikan, informasi serta hiburan dari banyak
pembaca dalam pasar konsumen maupun bisnis. Keragaman majalah yang
besar ini menjadikannya media yang menarik bagi banyak pengiklan.
Klasifikasi majalah merupakan ribuan majalah berbeda diterbitkan di
Amerika Serikat. Karena begitu beragamnya majalah pengklasifikasian
tipe-tipe utamanya akan sangat bermanfaat.
Majalah umumnya dikategorikan berdasarkan khalayak luas yang
mereka layani :
1. Majalah Konsumen
Para pengiklan tidak memilih sebagai media sesering yang mereka
lakukan dengan produk berdaya tarik massal pada umumnya. Namun
demikian majalah sangat baik untuk menjangkau segmen konsumen
2. Majalah Bisnis
Sementara majalah konsumen diarahkan kepada mereka yang membeli
produk-produk untuk dikonsumsi sendiri, majalah bisnis diarahkan
kepada para pembaca bisnis. Terdapat beberapa tipe majalah bisnis,
majalah industri yang diarahkan kepada para pelaku manufaktur,
majalah perdangangan yang diarahkan kepada para perantara, majalah
profesioanal yang diarahkan kepada sebuah profesi spesifik,
3. Majalah Pertanian
Kategori majalah ketiga adalah pulikasi-publikasi pertanian, diarahkan
kepeda para petani dan keluarga-keluarga mereka atau kepada
perusahaan-perusahaan yang memproduksi atau menjual peralatan,
pasokan dan jasa pertanian.
4. Majalah Komputer/Internetan
Sebagai sebuah kategori majalah baru, ditargetkan kapada para
pangguna komputer dan internetan, pertumbuhannya merebak dari
pertengahan hingga pengunjung tahun 1990-an.
Majalah memiliki sejumlah karakteristik dan kualitas yang
menjadikannya menarik sebagai sebuah media periklanan. ( Lee dan
Johnson : 2004) :
Kemampuan untuk menuju khalayak-khalayak spesifik adalah ciri
yang paling membedakan periklanan majalah dari media lain.
Majalah dicatat atas usia panjangnya dan keterlibtan pembaca yang
membaca majalah baru kemudian menyimpannya untuk jangkau waktu
lama.
Iklan-iklan majalah memilih kualitas cetak dan warna yang baik.
Majalah menawarkan format-format luwes yang memungkinkan
ukuran-ukuran iklan berbeda, demikian pula dengan sisispan-sisipan
dan sampel aroma.
Terkadang, alih-alih membeli halaman periklanan standar, satu
pengiklan menggunakan sisipan majalah.
2.2.6.2. Periklanan Koran
Koran secara historis telah menjadi media periklanan terkemuka di
Amerika Serikat, namun akhir-akhir ini televisi mampu melewati koran
sebagai media yang menerima jumlah belanja iklan terbesar. Bagaimanapun
orang tetap merujuk pada koran harian untuk mencari liputan berita yang
dalam dan informasi mutakhir lain yang tidak tersedia di telivisi. Koran
tetap menjadi sebuah media periklanan yang penting bagi para pengiklan
lokal dan khususnya bagi para pengecer yang mengandalkan periklan koran
dalam jumlah besar. Karena koran memngkinkan komunikasi segera, para
pengecer menggunakan media ini untuk mengumumkan penjualan dan
menawarkan kupon-kupon diskon.
Sebagaimana majalah, terdapat klasifikasi-klasifikasi atau tipe-tipe
koran:
Khalayak khusus ( misalnya, Advertising Age)
Pennysaver ( publikasi-publikasi lokal dengan format koran dan isi
non-iklan yang minimal
Majalah koran adalah hibrida dari dua media cetak. Koran
memiliki satu editor dan staf majalah terpisah dan formatnya menyerupai
dengan yang terdapat pada majalah, dengan kisah-kisah lebih panjang yang
di ilustrasikan melalui foto-foto berwarna ukuran besar. Kelebihan koran,
dapat memberikan cakupan lengkap dan tidak dibatasi pada
kelompok-kelompok sosioekonomi atau demografis tertentu- hampir setiap orang
membaca koran, periklanan koran dapat dilakukan dengan cepat’ waktu
tampilan yang singkat mamungkinkan para pengiklan mengaitkan materi
iklan dengan perkembangan-perkembangan pasar lokal atau
peristiwa-peristiwa yang layak diamati sehingga hasilnya akan lebih responsif, iklan
dapat dengan cepat dan mudah diubah, koran menarik mereka yang telah
berminat untuk membaca jadi koran memberikan khalayak sekaligus ruang
bagi materi panjang dan terinci termasuk daftar produk dan harga,
edisi-edisi khsus memungkinkan penargetan secara cepat, kabanyakan koran
ditargetkan secara geogarfis bahkan koran-koran kota besar memiliki
edisi-edisi khusus bagi berbagai lingkungan hunian dan pemukiman perkotaan.
Kekurangan koran adalah koran tidak memiliki usia baca
sepanjang majalah kebanyakan di daur ulang atau disingkirkan setelah
dibaca, pengiklan nasional haris melakukan penanganan terpisah terhadap
cetak dan warna dalam bebagai koran, serupa dengan periklanan majalah
banyak iklan koran harus muncul ditengah kepadatan iklan-iklan lain ( Lee
dan Johnson : 2004) .
2.2.7. Efektivitas Iklan
Dalam setiap proses manajemen, baik itu manajemen sumber daya
manusia, manajemen informasi sistem, manajemen operasional, manajemen
keuangan maupun manajemen pemasaran, efektivitas merupakan kriteria
utama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemisahaan.
Menurut Bernard (1982 : 117) bahwa : “Efektivitas adalah suatu tindakan
dimana tindakan itu akan efektif apabila telah mencapai tujuan yang telah
ditentukan”.
Sedangkan Pandji Anoraga (2000 : 178) menyatakan bahwa :
“Efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lebih dikaitkan
dengan hasil kerja”. Kata kunci efektifitas adalah efektif, karena pada
akhirnya keberhasilan perusahaan diukur dengan konsep efektivitas.
Pengertian efektifitas mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang,
tergantung kepada kerangka acuan yang dipakainya. Seorang ahli ekonomi
mempunyai persepsi bahwa efektifitas organisasi akan semakna dengan
keuntungan atau laba. Bagi instansi pemerintah, efektifitas organisasi
semakna dengan program yang mempunyai pengaruh besar dengan
Dari pengertian sebelumnya, maka pada umumnya efektifitas
tersebut memberikan batasan dan segi hasil yang dicapai dan suatu kegiatan
tertentu tanpa memperhatikan segi sumber yang digunakan. Dengan
perkataan lain bahwa efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih
tujuan yang tepat atau arah yang tepat dalam pencapaian tujuan. Pada saat
sekarang, pengertian efektif sering diidentikkan dengan tepat guna.
Suatu iklan dapat dikatakan efektif, apabila tujuan dan periklanan
tersebut dapat tercapai atau terlaksana. Lingga Purnama (2001 : 159)
menyatakan bahwa : “Tujuan dan pembuatan iklan harus dapat
menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pembeli tentang produk
yang ditawarkan oleh perusahaan melalui media iklan tersebut”. Handoko
(1998 : 103) menyatakan bahwa ada beberapa kriteria dalam menilai
efektifitas, yaitu :
a. Kegunaan,
b. Ketepatan dan Objektivitas,
c. Ruang lingkup,
d. Efektivitas biaya,
e. Akuntabilitas, dan
f. Ketepatan waktu.
Agar berguna bagi perusahaan dalam pelaksanaan fungsi-fungsi
pemasaran, maka suatu periklanan harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan dan sederhana serta mudah untuk dipahami. Hal ini
dengan mempertimbangkan segala sesuatu pembuatan iklan sebagai proses
yang berkesinambungan.
Kegiatan iklan harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas,
mudäh dipahami, dan akurat dan tepat pada sasarannya. Berbagai keputusan
dan kegiatan perusahaan hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang
tepat. Periklanan juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan
(comprehensiveness), kepaduan (unity) dan konsistensi.
Efektifitas biaya menyangkut masalah waktu, usaha dan aliran
emosional dan pencapaian iklan tersebut. Kemudian periklanan juga hams
memperhatikan aspek tanggung jawab atas pelaksanaan iklan tersebut dan
tanggung jawab atas implementasi kegiatan periklanan tersebut.
Apabila tujuan periklanan tersebut dapat tercapai, dengan terlebih
dahulu mengadakan pemilihan media yang sesuai serta mengadakan
penyusunan anggaran untuk kegiatan periklanan tersebut, maka suatu iklan
dapat dikatakan efektif. Iklan memiliki empat fungsi utama yaitu
menginformasikan kepada khalayak mengenai seluk beluk produk (fungsi
informative), fungsi mempengaruhi khalayak untuk membeli (persuading),
menyegarkan kembali informasi yang telah diterima khalayak (fungsi
reminding atau mengingatkan), dan fungsi entertainment yaitu menciptakan
suasana yang menyenangkan (menghibur) sewaktu khalayak menerima dan
mencerna informasi (Rita & Saliman, 2001).
Iklan yang efektif adalah iklan yang memikirkan dan memahami
keuntungan yang spesifik, iklan yang menekankan pada tindakan spesifik
yang harus diambil oleh konsumen. Iklan yang baik memahami bahwa
orang orang tidak membeli produk, tapi membeli keuntungan dari produk
tersebut dan lebih dari itu iklan yang efektif adalah iklan yang mendapat
perhatian dan diingat serta membuat orang orang bertindak untuk
melakukan pembelian (Shultz & Tannenbaun dalam Shimp, 2000).
Menurut Lee dan Johnson (2004:197) dimensi variable iklan antara
lain :
a. Tata letak dan Desain
b. Tipografi
c. Desktop Publishing
2.2.8. Sikap Konsumen (Attitude)
Sikap menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak
baik, perasaan emosional, dan kecendrungan berbuat yang bertahan selama
waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan. Sikap konsumen
merupakan suatu respon yang diberikan oleh pesan ikian dan ditangkap oleh
konsumen.
Setelah seseorang menyelesaikan pencariannya akan informasi dan
melakukan evaluasi yang luas atas berbagai kemungkinan, hasilnya adalah
pembentukan suatu sikap terhadap alternatif-alternatif yang
dipertimbangkannya. Sikap merupakan suatu evaluasi menyeluruh yang
tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau
altematif yang diberikan (Lingga, 2001) dalam (Gunawan,2003 :9).
Orang biasanya berperilaku dengan cara yang konsisten dengan
sikap dan maksud mereka. Berdasarkan literatur dalam psikologi sosial dan
bidang terkait, setidaknya hingga belum lama ini, sikap adalah variabel
terpenting yang dimanfaatkan di dalam studi perilaku manusia. Lebih jauh
lagi, sikap dikonsepkan sebagai perasaan positif atau negatif terhadap
merek dan dipandang sebagai hasil dari penelitian merek bersama dengan
kriteria atau atribut evaluasi yang penting. Perubahan sikap dan perilaku
adalah sasaran yang umum. Proses ini mencerminkan pengaruh psikologis
dasar yang menjadi subjek dan beberapa dasawarsa penelitian yang intensif.
Menurut Setiadi Sutisna (2001) dalam Sukarno (2005) sikap
konsumen adalah melayani kecebderngan memberikan tanggapan pada
suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak disenangi
secara konsisten. Sikap memainkan peranan utama dalam pembentukan
perilaku individu dalam hal ini pembelian terhadap suatu produk atau
merek. Dalam memutuskan produk atau merek apa yang akan dibeli, atau
toko mana yang akan dijadikan langganan, konsmen akan secara khas
melakukan pemilihan terhadap satu merek atau produk dievaluasi secara
paling menguntungkan.
Menurut Kotler (2002) menyatakan sikap adalah evaluasi, perasaan
menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek
atau gagasan.
Konsumen memiliki sikap terhadap beberapa kategori
prodk,merek, tenaga jual, toko dan lain-lain. Sikap bukanlah sebuah elemen
psikologis yang bersifat statis, tetapi bersifat dinamis dalam arti bahwa
sikap dapat berubah. Sutisna (2001) dalam Sukarno (2005:139)
mengungkapkan ada 3 komponen sikap, antara lain :
a. Komponen kognitif, kepercayaan terhadap merek
b. Komponen afektif, evaluasi merek
c. Komponen konatif, maksud untuk membeli
Hubungan antara ketiga komponen tersebut mengilustrasikan
pengaruh keterlibatan yang tinggi (high involment) yaitu kepercayaan
terhadap merek mempengaruhi evaluasi merek dan evaluasi merek
mempunyai maksud untuk membeli.
Jadi berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan strategi promosi
dan satu konsep yang paling penting digunakan pemasar untuk memahami
konsumen
2.2.9. Keyakinan Konsumen (Confidence)
Menurut Pandji Anoraga (2000 : 228) dalam Gunawan (2003: 9)
bahwa “Keyakinan merupakan suatu gagasan deskriptif yang dianut oleh
konsumen merasa yakin atas produk yang ditawarkan, maka tidak terlepas
dari mempelajari perilaku konsumen tersebut.
Perilaku konsumen untuk dapat yakin atas produk tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada didalam menangkap pesan yang
diberikan pada konsumen tersebut. Oleh karenanya informasi yang
diberikan harus mampu menyentuh dan memberikan persepsi bagi
konsumen untuk merasa yakin dan aman dalam memperoleh dan
menggunakan produk yang ditawakan sesuai dengan yang dibutuhkannya.
Sebab persepsi merupakan proses pemilihan, pengorganisasi dan penafsiran
masukan-masukan dan informasi yang diberikan, sehingga tercipta sebuah
gambaran yang bermakna yang ditangkap oleh konsumen dan akhirnya
menjadi keyakinan bagi konsumen tersebut untuk memilih dan
menggunakan produk tersebut.
Menurut Christopher (1996) dalam Albari (2007:8) keyakinan
konsumen ditunjukan oleh tingkat keyakinan mereka tentang evaluasinya
terhadap produk, bertambahnya keyakinan pembeli akan meningkatkan
kemngkinan pembeli dan mengurangi keraguan yang menimbulkan ketidak
pastian.
Kotler (2000 : 199) dalam Sukarno (2005:139) mendefinisikan
keyakinan adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu
hal. Dengan memberikan keyakinan kepada pelanggan bahwa merek atau
pembekal tersebut terus menerus memberikan tingkat kepuasan tertinggi
dan dengan demikian juga mempertahankan kesukaan merek dan kesetiaan
akan merek untuk tujuan melakukan pembelian terhadap produk tersebut.
Mowen (2002 : 312) menyatakan bahwa kepercayaan konsumen
adalah semua pengetahuan yang dimililki oleh konsumen dan semua
kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya.
Dimana kesemuannya itu merupakan bagian dan proses pembelajaran
kognitif. Mowen (2002 : 312-313) seseorang membentuk tiga jenis
kepercayaan:
a. Kepercayaan atribut-obyek (objeck attribute-beliefs), pengetahuan
tentang sebuah obyek memiliki atribut khusus. Melalui kepercayaan
atribut-objek, konsumen menyatakan apa yang mereka ketahui tentang
sesuatu dalam hal variasi atributnya.
b. Kepercayaan atribut-manfaat (attribute-benefit beliefs), kepercayaan
atribut-manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh
sebuah atribut tertentu menghasilkan atau memberikan manfaat
tertentu.
c. Kepercayaan manfaat-obyek (object-benefit beliefs), merupakan
persepsi konsumen tentang seberapa jauh produk, orang atau jasa
tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu.
Dimana ketiga bagian tersebut dapat mempengaruhi konsumen
sebagai masukan atau pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Pengetahuan dapat diperoleh dan informasi produk atau product knowledge
2.2.10. Minat Beli (Purchase Intention)
Minat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh konsumen sebelum mengadakan pembelian atas produk
yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Ferdinand
(2006 : 242) menyatakan bahwa ada tiga tahap dalam proses pengambilan
keputusan untuk membeli yang umum dilakukan oleh seseorang, antara lain
yaitu :
a. Intensitas pencarian informasi
b. Keinginan segera membeli, keinginan untuk membeli atau memiliki
produk
c. Keinginan prefensial, produk tertentu inilah yang diinginkan dan
bersedia mengabaikan lainnya
Kebutuhan konsumen mungkin muncul karena menerima informasi
baru tentang suatu produk, kondisi ekonomi, periklanan, atau karena
kebetulan. Selain itu, gaya hidup seseorang, kondisi demografis, dan
karakteristik pribadi dapat pula mempengaruhi keputusan pembelian
seseorang.
Proses informasi konsumen meliputi pencarian sumber-sumber
informasi oleh konsumen. Proses informasi dilakukan secara selektif,
konsumen memilih informasi yang paling relevan bagi benefit yang dicari
dan sesuai dengan keyakinan dan sikap mereka. Memproses informasi
meliputi aktivitas mencari, memperhatikan, memahami, menyimpan dalam
Konsumen akan mengevaluasi karakteristik dan berbagai produk
atau merek yang mungkin paling memenuhi benefit yang diinginkannya.
Dalam pembelian, beberapa aktivitas lain diperlukan, seperti pemilihan
toko, Penentuan kapan akan membeli dan memungkinkan finansialnya.
Setelah ia menemukan tempat yang sesuai waktu yang tepat, dan dengan
didukung oleh daya beli, maka kegiatan pembelian dilakukan. Sekali
konsumen melakukan pembelian, maka evaluasi pasca pembelian terjadi.
Jika kinerja produk sesuai dengan harapan konsumen, konsumen akan puas.
Jika tidak, kemungkinan pembelian akan berkurang.
2.2.11. Hubungan Antar Variabel
2.2.11.1. Pengaruh Efektivitas Iklan terhadap Sikap Konsumen
Sebuah iklan cenderung menciptakan sikap yang baik terhadap
suatu produk dengan menjelaskan ciri-ciri positif serta konsekuensinya.
Sikap sangat penting bagi pemasaran karena sikap merupakan kunci
pemahaman mengapa seseorang berperilaku sedemikian rupa atas suatu
objek. Karena pada dasarnya sikap adalah bagaimana perasaan seseorang
atas suatu objek yang dapat mempengaruhi reaksi atau perilaku individu
atas objek tersebut. Jika iklan yang ditampilkan mampu menciptakan
kepercayaan positif pada merek, konsumen akan lebih mungkin untuk
mempunyai sikap positif dan membeli produk itu (Sutisna, 2003 : 107).
Menurut Engel (1995 : 95) menyatakan bahwa “kemampuan iklan
mungkin sering bergantung pada sikap konsumen terhadap iklan itu sendiri.
Iklan yang disukai atau dievaluasi secara menguntungkan dapat
menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap konsumen. Penelitian
memperlibatkan secar berulang- ulang bahwa sikap terhadap suatu iklan
berfungsi sebagai peramal yang signifikan atas sikap terhadap produk”.
Jadi kesimpulannya, sikap terhadap iklan terbentuk karena adanya
pengaruh elemen-elemen iklan baik secara verbal maupun visual, yang
kemudian akan mempengaruhi perasaan dan emosi konsumen atas iklan
tersebut. Perasaan dan emosi inilah yang kemudian akan mempengaruhi
bagaimana sikap konsurnen atas iklan tersebut, sikap atas iklan ini akan
mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek objek yang diiklankan.
2.2.11.2. Pengaruh Efektivitas Iklan Terhadap Keyakinan Konsumen
Setiap perusahaan saling berlomba untuk mengiklankan produk
lama maupun produk baru karena pemasar mempunyai keyakinan dengan
semakin tinggi intensitas iklan yang dilakukan dapat membangun kesadaran
akan produk (awarenss) dengan lebih baik. Periklanan sebagai proses
komunikasi bertujuan untuk menginformasikan keadaan suatu produk dan
manfaatnya, sehingga pelanggan sasaran memiliki kesadaran adanya suatu
produk serta dapat memperlihatkan citra produk maupun perusahaan.
Menurut Sutisna (2001 : 83) mendefinisikan citra adalah total persepsi
terhadap suatu obyek, yang dibentuk dengan memproses informasi dan
Sutisna (2001 : 82) “Konsumen mengembangkan inferensi atau
kesimpulan mengenai merek, harga toko dan perusahaan Kesimpulan
tersebut didasarkan pada komunikasi dan mulut ke mulut, teman, keluarga,
dan iklan. Sutisna (2001 : 122) bahwa kepercayaan yang terbentuk
merupakan hasil dan proses evaluasi terhadap informasi yang diterima. Di
mana pesan iklan yang disajikan disertai dengan adanya pembuktian nyata
akan manfaat dan kualitas produk akan menimbulkan keyakinan. Konsumen
percaya akan produk tersebut melalui pesan iklan/informasi yang
diterimanya.
Confidence atau keyakinan yaitu tingkat kepastian konsumen yang
menyatakan keyakinan dan penilaiannya terhadap suatu produk yang dinilai
benar. Pesan iklan yang disampaikan harus kredibel dan dapat dipercaya
kebenarannya tanpa bermaksud menyesatkan pelanggan sasaran. Henry
assael mengemukakan dari posisi konsumen bahwa tanggapan konsumen
terhadap sebuah iklan yaitu tanggapan kognitif berhubungan dengan
penilaian konsumen terhadap pesan iklan dan isi sebuah iklan, apakah
mereka menerima iklan itu atau menolaknya. (Henry Assael, 1992 : 608).
Jadi kesimpulannya, dengan semakin seringnya konsumen
mengetahui produk yang diiklankan, maka konsumen akan mengingat
produk tersebut dan timbul keyakinan dari konsumen atas produk tersebut.
Dalam hal ini pesan iklan yang disampaikan relatif konsisten dan sesuai
dengan apa yang sudah disampaikan dan diketahui oleh konsumen pada
2.2.11.3. Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli
Definisi sikap yang paling klasik dikemukakan oleh Gordon
Aliport yang termuat dalam buku Sutisna (2001 : 99). Allport
mendefinisikan sikap adalah melayani kecenderungan memberikan
tanggapan pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak
disenangi secara konsisten.
Sikap memainkan peranan utama dalam pembentukan perilaku
individu dalam hal ini pembelian terhadap suatu produk atau merek. Dalam
memutuskan produk atau merek apa yang akan dibeli, atau toko mana yang
akan dijadikan langganan, konsumen akan secara khas melakukan
pemilihan terhadap satu merek atau produk dievaluasi secara paling
menguntungkan.
Sebagai akibatnya peningkatan sikap ini dapat menjadi sasaran
pemasaran yang penting bagi perusahaan. Swastha (1990 : 114)
mendefinisikan sikap sehingga “suatu kecenderungan yang dipelajari untuk
bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik maupun
kurang baik secara konsisten”.
Menurut Kotler (2002 : 200) menyatakan sikap adalah evaluasi,
perasaan emosional dan kecenderungan tindakan menguntungkan atau
tidak. menguntungkan dan bertahan lama dan seseorang terhadap suatu
obyek atau gagasan. Definisi menurut schiffman dan Kanuk (1997 : 227)
adalah “An attitude is a learned predisposition to believe in consistenty
definisi tersebut bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan seseorang
untuk bertindak yang diperoleh dan hasil belajar dalam maksud yang
konsisten. yang menunjukkan rasa suka atau tidak suka terhadap obyek.
Akan tetapi Sutisna (2001 : 101) menyatakan keterlibatan yang
tinggi dari konsumen atas pembeliannya akan lebih tinggi hubungan antara
kepercayaan, sikap dan perilaku. Ketika konsumen mempunyai keterlibatan
yang tinggi, sikap merupakan bagian dan hirarki pengaruh yang
menyebebkan keputusan untuk membeli (pertama kali konsumen
mempunyai kepercayaan terhadap merek, kemudian mengembangkan sikap
terhadap merek, dan kemudian memutuskan apakah membeli atau tidak).
Jadi kesimpulannya, kemampuan iklan untuk menciptakan sikap
yang mendukung terhadap produk sering tergantung pada sikap konsumen
dengan adanya iklan. Iklan yang diminati atau dievaluasi secara
menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap
produk. Iklan yang tidak diminati dapat mengurangi minat pembelian
produk oleh konsumen.
2.2.11.4. Pengaruh Keyakinan Konsumen Terhadap Minat Beli
Dengan memberikan keyakinan pada pelanggan bahwa merek
tersebut terus-menerus memberikan tingkat kepuasan tertinggi untuk
manfaat-manfaat yang paling penting. Iklan dapat mengukuhkan sikap dan
merek untuk tujuan melakukan pembelian terhadap produk tersebut (Jurnal
Sukarno, 2005 : 139).
Dan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bila
konsumen sudah yakin atas produk yang ditawarkan oleh produsen, maka
produk tersebut secara otomatis akan tertanam di benak konsumen (Top of
Mind), menumbuhkan keyakinan dan akan mencoba membeli produk yang
diyakini tersebut.
Kesimpulan tersebut diperkuat dalam Jurnal Zuraida dan Chasanah
(2001 : 133), produsen sedapat mungkin memberikan informasi yang benar
tentang produk yang ditawarkan. Karena hal itu akan berpengaruh dalam
menumbuhkan keyakinan konsumen. Apabila keyakinan itu sudah
terbentuk, bukan merupakan sesuatu yang sulit untuk mempengaruhi
konsumen dengan mencoba membeli produk yang diiklankan dan diyakini.
Dapat pula dikatakan bahwa keyakinan konsumen akan mampu
menumbuhkan niat beli konsumen dan semula ragu-ragu yang disebabkan
2.3. Kerangka Konseptual
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Efektivitas
Iklan X1
Keyakinan Konsumen
X3 Sikap Konsumen
X2
2.4. Hipotesis
Berdasarkan masalah yang dipilih untuk penelitian ini maka
hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga efektivitas iklan akan berpengaruh positif terhadap sikap
konsumen Sabun pembersih wajah Dove di Surabaya.
2. Diduga efektivitas iklan akan berpengaruh positif terhadap keyakinan
konsumen Sabun pembersih wajah Dove di Surabaya.
3. Diduga sikap konsumen akan berpengaruh positif terhadap minat beli
konsumen Sabun pembersih wajah Dove di Surabaya.
4. Diduga keyakinan konsumen akan berpengaruh positif terhadap minat
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Variabel-variabel dalam penelitian didefinisikan sebagai berikut:
A. Efektivitas Iklan (X.1)
Efektivitas adalah suatu tindakan dimana tindakan itu akan efektif
apabila telah mencapai tujuan yang telah ditentukan malaui media
cetak ( majalah dan Koran ). Menurut Lee dan Johnson (2004:197)
Indikator variabel Iklan antara lain :
a. Tata Letak (X.1.1)
1. Copy Heavy (X.1.1.1)
2. Frame (X.1.1.2)
3. Picture Window (X.1.1.3)
b. Tipografi (X.1.2)
1. Jenis Huruf (X.1.2.1)
2. Poin (X.1.2.2)
c. Desktop Publishing (X.1.3)
1. Format (X.1.3.1)
2. Orientasi (X.1.3.2)
Adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas dan
keunggulan Sabun pembersih wajah Dove yang berkenaan dengan
maksud yang diharapkan. Indikator yang digunakan (Sukarno, 2005 :
141) :
a. Kognitif/kepercayaan terhadap merek (X.2.1)
b. Afektif/evaluasi merek (X.2.2)
C. Keyakinan Konsumen (X.3)
Keyakinan merupakan suatu gagasan deskriptif yang dianut oleh
sesorang tentang sesuatu. Oleh karena itu, untuk membuat seorang
konsumen merasa yakin atas produk yang ditawarkan, maka tidak
terlepas dari mempelajari perilaku konsumen tersebut. Indikator yang
digunakan (Sukarno: 2005 : 141) :
a. Tingkat keyakinan terhadap atribut produk (X.3.1)
b. Tingkat keyakinan terhadap manfaat produk (X.3.2)
D. Minat Beli (Y)
Minat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh konsumen sebelum mengadakan pembelian atas
produk yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen
tersebut. Ferdinand (2006:242) menyatakan bahwa ada tiga tahap
dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli yang umum
b. Keinginan segera membeli (Y.2)
c. Keinginan prefensial (Y.3)
3.1.2. Pengukuran variabel
Skala pengukuran variabel menggunakan skala likert. Adapun
teknik pengukuran menggunakan skala likert yaitu metode pengukuran
sikap dengan menggunakan skala penilaian lima butir yang berada dalam
rentang dua sisi (Umar, 2000:137). Digunakan jenjang 1-5 dalam penelitian
ini mengikuti pola sebagai berikut, misalnya:
1 5
Sangat tidak setuju sangat setuju
Keterangan :
1 = Sangat tidak setuju 4 = Setuju
2 = Tidak setuju 5 = Sangat setuju
3 = Netral
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi di penelitian ini adalah seluruh konsumen pada tiap tahunnya
112 populasi.
b. Sampel
Metode penentuan sampel menggunakan teknik non probability
sampling, dimana semua elemen populasi belum tentu memiliki
peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,
1999:77). Kriteria yang akan dijadikan sampel adalah : konsumen
(masyarakat) berusia minimal 17 tahun, di mana pemakai dan
pengguna ialah di mulai pada pangsa anak remaja, dan masyarakat
yang pernah melihat iklan Sabun pembersih wajah Dove di media
cetak serta berminat membeli Sabun pembersih wajah Dove.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100-200 responden,
sehubungan dengan digunakan Structural Equation Modeling (SEM), maka
jumlah sampel yang digunakan berdasarkan pertimbangan pedoman
pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48) adalah sebagai berikut:
a. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum like hood estimation
b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya
adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi
c. Tergantung pada jumlah indikator dikali 5 – 10. Bila terdapat 14
indikator, maka besarnya sampel adalah 14 x 8 indikator = 112
3.3.1. Jenis Data
Data Primer : Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang
disebarkan kepada konsumen (masyarakat di Surabaya) yang pernah
melihat iklan Sabun Pembersih Wajah Dove di media cetak serta berminat
membeli Sabun pembersih wajah Dove di Surabaya.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari :
Jawaban responden melalui kuesioner
3.3.3. Pengumpulan Data
1. Wawancara : Yaitu melakukan wawancara atau tanya jawab dengan
konsumen (masyarakat di Surabaya) yang pernah melihat iklan Sabun
pembersih wajah Dove di media cetak, serta berminat membeli Sabun
pembersih wajah Dove untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
2. Kuesioner : Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
daftar pertanyaan yang sudah disusun rapi dan terstruktur, tertulis
kepada konsumen (masyarakat di Surabaya) yang pernah melihat iklan
Sabun pembersih wajah Dove di media cetak serta berminat membeli
Sabun pembersih wajah Dove untuk diisi menurut pendapat pribadi
3.4.1. Asumsi Model SEM (Structural Equation Modelling)
a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau
dapat diuji dengan metode-metode statistik.
2. Menggunakan Critical Ratio yang dipeeroleh dengan membagi
koefisien sampel dengan standard errornya dan Skewness value yang
biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik
untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat
signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat
diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.
1) Normal Probability
2) Plot (SPSS 10.1)
3) Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan
memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk
menduga ada tidaknya linieritas.
b. Evaluasi atas Outlier
1) Mengamati nilai Z-score : ketentuannya diantara 3,0 non outlier.
2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada
tingkat < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square () pada df
sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis >