PERILAKU KOMUNIKASI PENGGUNA KAMERA DIGITAL SINGLE
LENS REFLEX (DSLR) DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh :
ACHMAD JA’FAR
NIM. B76212093
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Achmad Ja’far, B76212093, 2016. Perilaku Komunikasi Pengguna Kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) di Kalangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Perilaku Komunikasi, Motif, Kamera DSLR
Pada penelitian ini, persoalan yang hendak dikaji adalah tentang perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel dan motif yang mendorongnya.
Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi yang berguna untuk mengungkapkan perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang memiliki dan menggunakan kamera DSLR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 1 motif utama yang menjadi pendorong mahasiswa Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya membeli dan menggunakan kamera DSLR, yaitu motif aktualisasi diri. Dalam perwujudannya, motif aktualisasi diri terbagi menjadi 2, yaitu motif ingin keren dan motif ingin profesional. Sedangkan perilaku komunikasi yang ditunjukkan oleh mahasiswa pengguna kamera DSLR di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, yaitu aktif di komunitas fotografi, aktif mengikuti lomba fotografi, mengunggah foto di media sosial, dan meniti karir.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Pernyataan Keaslian Karya ... ii
Persetujuan Pembimbing ... iii
Lembaran Pengesahan ... iv
Motto dan Persembahan ... v
Kata Pengantar ... vi
Abstrak ... vii
Daftar Isi ... ix
Daftar Bagan ... xi
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 6
F. Definisi Konsep ... 7
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 9
H. Metode Penelitian ... 10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11
2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian ... 12
3. Jenis dan Sumber Data ... 12
4. Tahap-tahap Penelitian ... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ... 15
6. Teknik Analisa Data ... 17
7. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data ... 17
I. Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II: KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka ... 20
1. Perilaku Komunikasi ... 20
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Komunikasi ... 22
3. Kamera DSLR Sebagai Tren Anak Muda ... 37
B. Kajian Teori ... 39
Teori Atribusi ... 39
BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek, Objek dan Lokasi Penelitian ... 43
1. Deskripsi Subyek Penelitian ... 43
3. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47 B. Deskripsi Data Penelitian ... 49
BAB IV: ANALISA DATA
A. Hasil Temuan Penelitian ... 66 B. Konfirmasi Hasil Temuan dengan Teori ... 63
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 79 B. Rekomendasi ... 83
Daftar Pustaka
Biodata Penulis
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan kemajuan teknologi di segala bidang yang begitu pesat dan luar
biasa di era modern ini, tentunya sangat berperan penting dalam memudahkan
segala apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh setiap manusia. Dan pastinya
akan selalu berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi yang ada.
Begitu juga dengan perkembangan teknologi digital. Dahulu, untuk
foto atau pengambilan gambar, manusia menggunakan kamera analog/manual
dan film seluloid. Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi modern,
kamera analog secara perlahan tergantikan dengan kamera digital. Sebelumnya,
dengan kamera analog, hasil fotonya baru bisa dilihat setelah dicetak. Berbeda
dengan sekarang, dengan kamera digital kita dapat melihat preview hasil
jepretan sebelum mencetaknya pada media kertas atau kanvas.1 Kemudahan
dalam menggunakan kamera digital dalam pengambilan gambar, dan tidak
dibutuhkannya film seluloid untuk merekam obyek yang akan difoto,
menjadikan kamera digital banyak diminati untuk saat ini. Ditanamkannya
sensor digital di dalam body kamera dan juga memory card untuk media
penyimpanan gambarnya, sangat membantu seorang fotografer untuk
mengambil dan menyimpan gambar yang telah diambil.
1Bagas Dharmawan, Belajar Fotografi dengan Kamera DSLR, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
2
Dengan adanya kemajuan teknonogi dalam bidang fotografi ini,
menjadikan kamera manual atau Single Lens Reflex (SLR) mulai tergantikan
dengan kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR). Efisiensi penggunaan
kamera Digital SLR dari segala aspek membuat kamera ini menjadi pilihan
utama bagi fotografer-fotografer terdahulu maupun fotografer-fotografer baru
untuk beralih menggunakan kamera DSLR. Kamera ini bisa dikatakan sebagai
kamera tercanggih dan terpopuler saat ini. Kualitas foto yang sangat baik
dengan resolusi tinggi dan juga variasi lensa yang bisa disesuaikan dengan
kebutuhan, menjadi beberapa alasan penggemar fotografi untuk menggunakan
kamera Digital SLR.
Dalam perkembangan penggunanya, kamera DSLR saat ini tidak hanya
populer di kalangan fotografer profesional saja, melainkan sudah mulai diminati
oleh anak-anak muda Indonesia. Namun, motif pengguna kamera digital SLR
yang kebanyakan anak muda untuk sekarang ini, bukan didasari karena ingin
mendalami ilmu fotografi, melainkan hanya dijadikan sebagai tren dan sekedar
update gadget.
Bisa dikatakan, saat ini kamera DSLR dapat dilihat dari dua sisi
kegunaan. Yang pertama sebagai alat fotografi, dan kedua sebagai bagian dari
tren. Sebagai media fotografi, kamera DSLR digunakan oleh seorang fotografer
dengan cara yang sesuai dengan aturan dasar fotografi guna mendapatkan foto
yang bagus. Mulai dari cara memegang, penentuan angle, cara pengambilan
gambar, dan pengaturan kamera mulai dari komposisi ISO,
Aperture/Diafragma, dan Shutter Speed selalu disesuaikan dengan kondisi
3
pesan di dalamnya. Bahkan sebagai media informasi, fotografi bisa dikatakan
sebagai media komunikasi yang efektif.
Sedangkan sebagai tren, kamera DSLR hanya digunakan sebagai
simbol prestis. Suatu fenomena yang akan selalu mengalami perubahan dan
diikuti oleh sebagian anak muda jaman sekarang, yang nantinya akan perlahan
hilang dengan sendirinya termakan tren-tren baru di tahun-tahun berikutnya.
Fenomena tren kamera DSLR ini bisa dijumpai di berbagai pusat kota, tempat
wisata, mall, restoran dan bahkan di sekolah. Di berbagai tempat tersebut,
banyak terlihat anak-anak muda yang kemana-mana selalu mengenakan kalung
kamera Digital SLR. Bergaya selayaknya fotografer professional, namun cara
mengambil gambarnya tanpa didasari tehnik fotografi yang benar, dan hanya
menggunakan mode otomatis, namun dalam pengambilan gambar dan
penentuan anglenya, bisa dikatakan suka lebih heboh gaya pemotretnya,
daripada pose model yang difoto. Tanpa memikirkan berapa takaran ISO,
shutter speed, dan diafragma kamera, yang paling penting adalah lampu
flash/blitz terbuka dan menyala dalam kondisi apapun.
Di lihat dari segi harganya, kamera Digital SLR untuk jenis kamera
level pemula saja, harganya berkisar antara 3-5 jutaan. Belum ditambah lagi
aksesoris-aksesoris pendukungnya yang juga semuanya tergolong barang
mahal. Di mana kamera semahal itu, hanya digunakan untuk tuntutan gaya dan
mengikuti tren. Bisa dibayangkan, kamera sekelas DSLR hanya digunakan
4
Fenomena` tentang tren penggunaan kamera DSLR yang ditunjukkan
anak-anak muda ini, juga sudah menjadi sorotan di dalam forum komunitas
fotografer di salah satu website forum fotografi dan juga salah satu forum
terbesar di Indonesia yaitu kaskus. Dalam bahasan mengenai tren kamera DSLR
di kalangan anak muda ini, ada banyak pro dan kontra dalam diskusi para
anggota forum. Sebagian anggota berpendapat sangat menyayangkan kamera
DSLR hanya dimanfaatkan untuk memenuhi hasrat gaya dan tren saja. Namun
sebagian anggota menyatakan bahwa ini adalah sesuatu yang biasa yang
nantinya akan hilang termakan waktu dan tergolong sesuatu yang tidak perlu
dibesar-besarkan. Melihat dari kacamata hak asasi manusia, mereka
berpendapat bahwa setiap individu berhak memiliki benda apapun meskipun
tidak dipergunakan sesuai fungsi dasarnya.
Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti tertarik ingin mendalami
fenomena ini lebih mendalam dengan melakukan penelitian di Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Di mana Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya saat ini, karena terlihat di kampus UIN sunan ampel Surabaya sudah
mulai menjamur yang memiliki kamera Digital SLR. Dengan didasarkan
fenomena yang ditunjukkan sebagian anak-anak muda pengguna kamera
Digital SLR yang pada umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan trend dan
gaya hidup, paneliti ingin melakukan penelitian tentang perilaku komunikasi
pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel dan motif apa sajakah yang mendorong mahasiswa UIN Sunan
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti mengklasifikasikan
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa sajakah motif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya menggunakan
kamera DSLR?
2. Bagaimana perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan
mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui motif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
menggunakan kamera DSLR.
2. Untuk mengetahui perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di
kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau
masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi dan menambah kajian yang
berkaitan dengan motif dan perilaku komunikasi mahasiswa pengguna
kamera DSLR. Dan diharapkan bisa dijadikan sebagai landasan bagi
6
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya pengguna kamera
Digital SLR.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan penelitian terdahulu yang
menurut peneliti relevan dengan penelitian ini. Yaitu penelitian yang berjudul
“Perilaku Komunikasi Mahasiswa Dalam Situs jejaring sosial Twitter” di susun
oleh Nurul Fadjri Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer
Indonesia Bandung Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa UNIKOM Kota
Bandung pengguna media sosial Twitter.
Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif kualitatif. Teknik
pengambilan data menggunakan wawancara mendalam kepada lima orang
partisipan, observasi serta dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa berbagai faktor yang
melatarbelakangi terjadinya perilaku komunikasi melalui twitter pada
mahasiswa yang mengakses situs tersebut dengan intensitas waktu yang tinggi
antara kebutuhan dalammencari informasi, adanya fasilitas dan kemudahan
internet, dan memiliki waktu luang yang banyak.
Perilaku komunikasi pengguna situs jejaring sosial twitter memiliki
perilaku yang mencari informasi, yaitu melakukan following, membaca
timeline, melihat tranding topics di situs twitter. Perilaku mahasiswa yang
7
mencari informasi. Informasi yang disampaikan tergantung individu
masing-masing pengguna situs twitter.
F. Definisi Konsep Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian judul
skripsi ini, maka peneliti tegaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul
skripsi ini yaitu:
1. Perilaku Komunikasi
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan.2
Perilaku juga dapat diartikan sebagai hasil pengalaman, dan perilaku
digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak
kesenangan dan mengurangi penderitaan. Sedangkan komunikasi adalah
proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.3
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan melalui suatu media untuk menimbulkan suatu
perubahan tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung.
Perilaku yang dapat dikatakan sebagai komunikasi adalah perilaku
seseorang yang sengaja atau tidak disengaja yang dilihat dan dimaknai oleh
orang lain. Dan dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan perilaku
komunikasi adalah perilaku atau tindakan dari mahasiswa pengguna kamera
DSLR yang melibatkan interaksi dengan orang lain dan di dalamnya
terdapat motif komunikasi.
2 Kamus Besar Bahasa Indonesia
8
2. Pengguna
Arti pengguna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang
yang menggunakan.4 Namun dalam penelitian ini, yang dimaksud pengguna
adalah pemilik dari kamera Digital SLR di kalangan Mahasiswa UIN Sunan
Ampel Surabaya.
3. Kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR)
Kamera adalah alat paling populer dalam aktivitas fotografi. Nama
ini didapat dari camera obscura, bahasa Latin untuk "ruang gelap",
mekanisme awal untuk memproyeksikan tampilan di mana suatu ruangan
berfungsi seperti cara kerja kamera fotografis yang modern, kecuali tidak
ada cara pada waktu itu untuk mencatat tampilan gambarnya selain secara
manual mengikuti jejaknya.5 Dalam fotografi, kamera adalah alat untuk
melukis dengan cahaya.6
Digital Single Lens Reflex (DSLR) artinya kamera digital dengan
lensa tunggal.7 Kamera DSLR merupakan pengembangan dari kamera
analog DSL yang menggunakan single lens.8
Kamera DSLR dalam penelitian ini adalah alat atau media
komunikasi visual, di mana saat ini menjadi tren di kalangan anak muda dan
juga Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
4 Kamus Besar Bahasa Indonesia
5 Kamera, http://id.wikipedia.org/wiki/kamera, diaskses 27 Agustus 2015.
6 Edison Paulus & Laely Indah Lestari, Buku Saku Fotografi, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2011), hlm. 1.
7Husna Widyani, S. IP dan Jane Marsha, Kamera DSLR itu gampang, kok!(Jakarta: 2014), hlm. 6. 8Bagas Dharmawan, Belajar Fotografi Dengan Kamera DSLR, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
9
4. UIN Sunan Ampel Surabaya
UIN Sunan Ampel Surabaya adalah lokasi diadakan penelitian. UIN
Sunan Ampel Surabaya beralamatkan Jl. Ahmad Yani No. 117, Surabaya,
Jawa Timur 60237.
G. Kerangka Pikir Penelitian
Bagan 1.1 Kerangka Pikir
Dari kerangka pikir penelitian di atas, bisa dijelaskan bahwa kamera
sudah mengalami banyak perkembangan. Munculnya kamera Digital SLR
menjadikan banyak kalangan fotografer berpindah dari kamera analog.
Kemudahan dan banyaknya fitur dari kamera DSLR, menjadikan kamera ini
Kamera Digital SLR
Teori Atribusi
Perilaku Komunikasi Pengguna Kamera DSLR di Kalangan Mahasiswa
UIN Sunan Ampel Surabaya Motif Pengguna Kamera DSLR di Kalangan Mahasiswa UIN Sunan
Ampel Surabaya
10
diminati banyak kalangan. Baik dari kalangan fotografer profesional maupun
anak-anak muda yang hobi mengikuti perkembangan gadget terbaru untuk
ajang tren dan gaya saja.
Di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya, ada beberapa mahasiswa yang
memiliki dan menggunakan kamera DSLR ini. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teori atribusi. Teori Atribusi memberikan gambaran yang
menarik mengenai tingkah laku manusia. Teori ini memberikan perhatian pada
bagaimana seseorang sesungguhnya bertingkah laku. Teori atribusi
menjelaskan bagaimana orang menyimpulkan penyebab perilaku yang
dilakukan diri sendiri atau orang lain.9 Menurut Heider, bila akan mengamati
setiap bentuk perilaku seseorang, pertama–tama adalah menentukan dahulu apa
yang menyebabkannya.
Dengan menggunakan teori Atribusi, peneliti ingin mendalami tentang
motif apa yang melatarbelakangi mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
memiliki dan menggunakan kamera DSLR. Dengan mengetahui motif dari
penggunaan kamera, peneliti yakin akan diketahui juga perilaku komunikasi
pengguna kamera DSLR di kalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
H. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu strategi yang umum dilakukan
untuk mencoba mengumpulkan data serta menganalisinya. Selain itu, bahwa
dengan mengaplikasikan metodologi penelitian yang sesuai akan memudahkan
untuk melakukan atau menyikapi suatu problem yang diteliti.
11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Untuk mendiskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada
mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sudah tumbuh,
proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau
kecenderungan yang tengah berkembang, maka digunakan pendekatan
penelitian deskriptif.
b. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif
untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang
fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus.10 Penelitian kualitatif,
juga bisa disebut sebagai penelitian naturalistik. Istilah naturalistik
menunjukkan bahwa pelaksaan penelitian ini memang terjadi secara
alamiah, apa adanya, dan situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan
dan kondisinya, menekankan pada desikripsi secara alami. 11
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan
berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di
masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu. Dengan demikian laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara,
obesrvasi lapangan, gambar/foto, dan dokumen-dokumen.
10Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2014), hlm.
6.
11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta,
12
2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah Mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pengguna kamera
Digital SLR.
b. Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah perilaku
komunikasi pengguna kamera Digitial SLR di kalangan Mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
c. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, Jl. Ahmad Yani 117, Surabaya.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun
angka. Dengan kata lain segala fakta dan angka yang dapat dijadikan
bahan menyusun informasi. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan
dalam penelitian ini memerlukan jenis data kualitatif yaitu data yang
dinyatakan dalam bentuk uraian atau kalimat, dapat berupa gambaran
13
b. Sumber Data
Ada beberapa sumber data yang bisa digunakan oleh peneliti
diantaranya:
a. Informan adalah orang yang berpengaruh dalam proses
pengumpulan data bisa juga kita sebut sebagai informan atau
orang yang memegang kunci utama sumber data dalam
penelitian ini.
b. Tempat atau lokasi, yaitu dari memahami kondisi lokal
penelitian, secara tidak langsung peneliti bisa secara cermat
mencoba untuk mengkaji dan secara kritis menarik
kemungkinan kesimpulan.
c. Dokumen atau arsip, merupakan bahan tertulis atau benda yang
berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu.
d. Catatan lapangan, yaitu catatan yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan peran serta peneliti yang berupasituasi, proses
dan perilaku terutama yang berkaitan dengan perilaku
komunikasi yang dilakukan peneliti, kemudian hasilnya dibuat
suatu catatan.
4. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti
sebelum melakukan pengambilan data yaitu dengan prosedur:
a. Pra Lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan berbagai persiapan, baik yang
14
dibutuhkan di lapangan. Diantaranya adalah menyusun rancangan
penelitian dan memilih lapangan penelitian. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan adalah:
1. Menyusun Rancangan Penelitian
Pada tahap ini peneliti membuat usulan judul penelitian yang
sebelumnya telah didiskusikan dengan dosen pembimbing dengan
dosen pembimbing.
2. Memilih Lapangan Penelitian
Dalam hal ini peneliti memilih Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya sebagai lapangan penelitian.
3. Menentukan subyek dan obyek penelitian
Dalam tahap ini peneliti memilih dan menentukan Mahasiswa
pengguna kamera digital SLR sebagai subyek penelitian dan
perilaku komunikasi sebagai obyek penelitian.
b. Menjajaki Dan Menilai Lapangan
Pada tahap ini peneliti meninjau langsung keadaan lapangan dengan
mendatangi kampus UIN Sunan Ampel Surabaya. Dengan tujuan untuk,
melakukan interview dengan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
khususnya pengguna kamera DSLR untuk mengetahui motif
penggunaan kamera DSLR di kalangan mahasiswa dan menggali
informasi yang lebih mendalam yang berkaitan denga focus penelitian.
c. Pekerjaan Lapangan
Tahapan ini peneliti lebih fokus pada pencarian dan pengumpulan data
15
penelitian.Kemudian setelah mengamati dengan kondisi yang ada
dilapangan peneliti mencatat apapun informasi yang ada dilapangan.
Tujuan catatanpenelitiialah mempermudah mengarsipkan
informasi-informasi yang didapat dan menghindari lupa akan apa yang sudah
diserap dilapangn maka perlu catatanpeneliti, kemudian peneliti dibantu
dengan rekaman suara yang telah dilakukan atau me-recordingnya
ketika dilapangan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data guna mempermudah dalam
pengolahanya, maka perlu adanya sebuah teknik yang akan dipakai. Dalam
penelitian ini akan memakai teknik di bawah ini:
a. Interview
Teknik interview juga biasa disebut dengan metode wawancara.
Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuang
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.12 Wawancara ini
dilakukan dengan pengguna kamera Digital SLR khususnya Mahasiswa
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Teknik interview ini peneliti gunakan untuk menghimpun data
yang berkaitan dengan respon Mahasiswa pengguna kamera DSLR
mengenai fenomena ini.
12 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta : Prenada Media Group,
16
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantuk utamanya
selain pancara indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan
kulit.13
Teknik/metode observasi ini peneliti gunankan untuk
mengumpulkan data secara langsung di lapangan yang berhubungan
dengan perilaku pengguna kamera digital Sigle Lens Reflex (DSLR) di
kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik atau metode untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, prasasti, majalah,
agenda, transkrip, koran, buku, surat kabar, notulen rapat, lengger, dan
sebagainya.14
Teknik/metode dokumentasi ini peneliti gunakan untuk
mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian perilaku
pengguna kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) di kalangan
mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
13Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi (Jakarta : Kencana Prenada Media
GrouP, 2013), hlm. 142.
14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta,
17
6. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian, sebab dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menjawab
suatu rumusan masalah yang telah diajukan oleh peneliti. Adapun teknik
analisa data dari penelitian ini adalah menggunakan metode Induktif.
Metode Induktif adalah suatu penelitian yang berangkat dari
faktor-faktor yang bersifat khusus, peristiwa yang konkret, kemudian dari fakta
yang khusus atau peristiwa konkret tersebut ditarik satu generalisasi atau
kesimpulan yang bersifat umum.15
Karena jenis penelitian ini adalah kualitatif, maka penelitian ini
mendasarkan pola paradikma induktif artinya bahwa langkah peneliti untuk
mencari kebenaran berpijak dari data yang diperoleh di lapangan dari
temuan-temuan ilmiah yang berupa data (baik primer maupun sekunder).
Kemudian digeneralisasikan secara apa adanya sehingga dapat diperoleh
kesimpulan dari hasil penelitian.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konseppenting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitasi) dan keandalan (realibilitas) menurut versi
“positivism” dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan
paradigmanya sendiri.16 Adapun teknik yang digunakan adalah ketekunan
pengamat. Yaitu untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang
telah terkumpul, perlu dilakukan dengan teknik melakukan pengamatan
15Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi, UGM, Yogyakarta,
1986), hlm. 42.
18
yang diteliti, rinci dan terus-menerus selama proses pembelajaran
berlangsung yang diikuti dengan kegiatan wawancara secara intensif kepada
subyek agar data yang dihasilkan terhindar dari hal – hal yang tidak
diinginkan.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, maka perlu peneliti sajikan
sistematika dari pembahasan yang ada dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Kerangka Teori Penilitian, Metodologi
Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Dalam bab ini terdiri dari sub-sub bab tentang kajian pustaka dan kajian teori
yang berhubungan dengan penelitian dan menguraikan teori-teori secara
mendalam tentang perilaku komunikasi pengguna kamera Digital Sigle Lens
Reflex (DSLR) di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
BAB III PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi tentang data-data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti ketika
berada di lapangan. Adapun bagian-bagiannya berisi: deskripsi obyek, subyek
19
BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN
Paparan hasil penelitian yang mencakup secara lengkap penyajian dan analisis
data.
BAB V PENUTUP
20
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
Pada bab ini menerangkan tentang pengertian serta konsep dari judul
penelitian yang peneliti lakukan.
1. Perilaku Komunikasi
Perilaku merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahw yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitasmanusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
17
Definisi perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
tingkah laku, tanggapan seseorang terhadap lingkungan.18 Perilaku
komunikasi adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang
yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain
ataupun orang yang melakukannya.19 Sedangkan dari sudut biologis,
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan,
yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan
secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu suatu respons organisme
17 S. Notoatmodjo, MetodologiPenelitianKesehatanEdisiRevisi, Jakarta: Rineka Cipta,
2005, hlm. 113-114
18 Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Victory Inti Cipta, hlm. 380
19 bocahbancar.files.wodpress.com/2009/01/pertemuan-i-perilaku.ppt diakses pada tanggal 20
21
atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut. Tindakan
(practice) merupakan suat sikap pada diri individu belum tentu terwujud
dalam suatu tindakan. Agar sikap terwujud dalam perilaku nyata diperlukan
faktor pendukung dan fasilitas.
Pada dasarnya perilaku komunikasi merupakan interaksi dua arah,
dimana seseorang terlibat di dalamnya berusaha menciptakan dan
menyampaikan informasi kepada penerima. Dalam hal ini sumber dan
penerima harus mengformulasikan, menyampaikan serta menanggapi pesan
tersebut secara jelas, lengkap dan benar. Dengan demikian perilaku
komunikasi tidak lain dari bagaimana cara melakukai komunikasi dan
sejauh mana hasil yang mungkin diperoleh dengan cara tersebut.
Perilaku komunikasi dikategorikan sebagai perilaku yang terjadi
dalam berkomunikasi verbal maupun non verbal, yaitu bagaimana pelaku
(sumber dan penerima) mengelola dan mentransferkan suatu pesan. Di sini
sumber seharusnya meng formulasikan dan menyampaikan pesan secara
jelas, lengkap dan benar. Sementara pihak yang menerima (penerima)
diharapkan menanggapi pesan seperti apa yang dimaksud oleh sumber.
Dalam perilaku komunikasi, dapat ditelusuri sampai cara seseorang
memberikan makna pada sebuah kata.Sebuah kata dapat diartikan secara
berbeda karena kerangka budaya yang berbeda. “Betapa sering kita
menganggap hanya satu makna bagi kata atau isyarat tertentu. Padahal
setiap pesan verbal atau non–verbal dapat ditafsirkan dengan berbagai cara.
Bergantung pada konteks budaya di mana pesan tersebut berada”.20 Dalam
22
sebuah buku yang berjudul: ”perilaku manusia” Leonard F. Polhaupessy.
Menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar,
seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai mobil atau motor.
Skiner, seorangahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Jadi perilaku komunikasi adalah respon atau reaksi seseorang yang
berkecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu yang digunakan
sebagai pemberian makna pada kata-kata dalam berkomunikasi. Secara
khusus, mengacu pada kecenderungan orang untuk mengungkapkan
perasaan, kebutuhan, dan pikiran dengan cara pesan tidak langsung dand
ampak perilaku.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Komunikasi
Perilaku seseorang itu ditentukan oleh berbagai kebutuhan untuk
memenuhi tujuan adalah tindakan akhir yang paling disuka dari suatu objek.
Perilaku itu terjadi karena adanya dorongan-dorongan dari dalam diri
seseorang itu sendiri. Yang dipikirkan, dipercayai dan apa yang dirasakan.
Dorongan-dorongan itulah yang disebut motivasi. Motivasi adalah faktor
yang menyebabkan suatu aktifitas tertentu menjadi dominan, apabila
dibandingkan aktifitas-aktifitas lainnya.21
Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Motif
menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon dengan keadaan
dorongan tertentu. Motif yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan
2004, hlm. 95.
23
suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan.22
Ada beberapa definisi tentang motif:
Sherif & Sherif : motif sebagai suatu istilah generic yang meliputi
semua faktor internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yang
bertujuan, semua pengaruh internal, seperti kebutuhan (needs) yang berasal
dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera
sosial, yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.
Giddens: motif sebagai impuls atau dorongan yang memberi energy
pada tindakan manusia sepenjang lintasan kognitif/perilaku kearah
pemuasan kebutuhan. Menurut Giddens, motif tak harus dipersepsikan
secara sadar. Ia lebih merupakan suatu “keadaan perasaan”.
Harold Koontz dan kawan-kawan dalam buku Management,
mengutip pendapat Berelson dan steiner, mengemukakan bahwa motif
adalah suatu keadaan dari dalam yang member kekuatan, yang
menggiatkan, yang menggerakkan atau menyalurkan perilaku ke arah
tujuan-tujuan.23
Dari berbagai macam pendapat dari para ahli di atas, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa motif adalah kondisi seseorang yang
mendorong untuk mencari suatu kepuasan atau mencapai suatu tujuan.
Motif juga merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan
seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan, atau bersikap tertentu.
Motif merupakan suatu pengertian yang mencukupi semua penggerak,
22 M. Nur Ghufron Dan Rini Risnawita S, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
Hal 83
24
alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat
sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif.
Tingkah laku juga disebut tingkah laku secara refleks dan berlangsung
secara otomatis dan mempunyai maksud-maksud tertentu walaupun maksud
itu tidak senantiasa sadar bagi manusia.
Perilaku seseorang itu ditentukan oleh berbagai kebutuhan untuk
memenuhi tujuan adalah tindakan akhir yang paling disuka dari suatu objek.
Perilaku itu terjadi karena adanya dorongan-dorongan dari dalam diri
seseorang itu sendiri. Yang dipikirkan, dipercayai dan apa yang dirasakan.
Dorongan-dorongan itulah yang disebut motivasi. Motivasi adalah faktor
yang menyebabkan suatu aktifitas tertentu menjadi dominan, apabila
dibandingkan aktifitas-aktifitas lainnya.24
Para ahli psikologi mengklasifikasikan motif yang ada dalam diri
manusia ke dalam beberapa golongan, yaitu:25
a. Motif primer dan sekunder
Ciri pokok yang membedakan suatu motif tergolong dalam
motif primer berdasarkan pada keadaan fisiologis manusia,
sedangkan motif sekunder tidak berhubungan dengan keadaan
fisiologis manusia.
Motif primer juga tidak bergantung pada pengalaman
seseorang, sedangkan motif sekunder sangat bergantung pada
pengalaman seseorang.
25
b. Motif entrinsik dan motif ekstrinsik
Motif intrinsik merupakan motif yang berfungsi tanpa harus
dirangsang dari luar, karena dalam diri individu memang telah ada
dorongan itu. Sedangkan motif ekstrinsik ialah motif-motif yang
berfungsi karena ada rangsang dari luar.
c. Motif tunggal dan motif bergabung
Berdasarkan banyaknya motif yang bekerja di belakang
tingkah laku manusia, motif dapat dibagi menjadi motif tunggal dan
motif bergabung.
d. Motif mendekat dan motif menjauh
Suatu motif disebut motif mendekat bila reaksi terhadap
stimulus yang datang bersifat mendekati stimulus. Sedangkan motif
menjauh bila respon terhadap situmulus yang datang sifatnya
menghindari stimulus atau menjauhi stimulus yang datang.
e. Motif sadar dan motif tak sadar
Klasifikasi motif ini didasarkan pada taraf kesadaran
manusia terhadap motif yang sedang melatar belakangi tingkah laku.
f. Motif biogenetic, sosiogenetis dan teogeneis.
Motif biogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari
kebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara
biologis. Motif sosiogenetis adalah motif-motif yang dipelajari
orang yang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu
berada dan berkembang. Sedangkan motif teogenetis merupakan
26
Secara garis besar ada dua faktor: faktor biologis dan faktor
sosiopsikologis. Kita mulai dengan faktor yang pertama:26
a. Faktor Biologis
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia,
bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Warisan
biologis manusia sangatlah menentukan perilakunya. Karena
begitu besarnya pengaruh ini sampai memunculkan aliran baru
yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama,
kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya. Aliran ini
menyebut dirinya sebagai aliran sosiobiologi.
Selain itu diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang
mendorong perilaku manusia yang biasa disebut sebagai motif
biologis. Yang paling penting dari motif biologis antara lain
kebutuhan akan makanan-minuman, dan istirahat (visceral
motives), kebutuhan seksual, dan kebutuhan memelihara
kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya.
b. Faktor Sosiopsikologis
Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia
memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi
perilakunya. Kita dapat mengklasifikasinya ke dalam tiga
komponen yaitu, komponen afektif, komponen kognitif, dan
komponen konatif. Komponen afektif merupakan aspek
emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen kognitif
27
adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang
diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional
yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Komponen afektif terdiri dari motif sosiogenis, sikap dan emosi.
Motif Sosiogenis, sering juga disebut motif sekunder
sebagai lawan motif primer (motif biologis), sebetulnya bukan
motif “anak bawang”. Peranannya dalam membentuk perilaku
social bahkan sangat menentukan. Berbagai klasifikasi motif
sosiogenis disajikan dibawah ini.
W.I. Thomas dan Florian Znaniecki:
Keinginan memperoleh pengalaman baru
Keinginan untuk mendapat respons
Keinginan akan pengakuan;
Keinginan akan rasa aman.
David McClelland:
Kebutuhan berprestasi (need for achievement)
Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation)
Keinginan berkuasa (need of power).
Abraham Maslow:
Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
Kebutuhan akan keterikatan dan cinta(belongingness and love
needs)
Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
28
Melvin H.Marx:
Kebutuhan organismis:
o motif ingin tahu (curiosity)
o motif kompetensi (competence)
o motif prestasi (achievement)
Motif-motif sosial:
o motif kasih sayang (affiliation)
o motif kekuasaan (power)
o motif kebebasan (independence)
Klasifkasi di atas tidakmenunjukan perbedaan yang tegas.
Kalau tidak terjadi perulanagn dengan istilah lain (seperti motif,
prestasi dengan motif, pemenuhan diri), maka yang terjadi
adalah penambahan. Secara singkat, motif sosiogenis di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Motif ingin tahu: mengerti, menata, dan menduga
(predictability). Setiap orang berusaha memahami dan
memperoleh arti dari dunianya. Kita memerlukan kerangka
rujukan (frame of reference) utnuk mengevaluasi situasi baru
dan mengarahkan tindakan yang sesuai. Orang tidak sabar dalam
suasana ambigu, tidak menentu, atau sukar diramalkan. Karena
kecenderungan untuk memberi arti pada apa yang dialami, bila
informasi yang diperoleh terbatas, orang akan mencari jawaban
sendiri; orang akan menarik kesimpulan tanpa menunggu sampai
29
lebat, orang akan menafsirkan gejala yang aneh ini kemungkinan
pada Pak Bakil kaya yang meninggal sore tadi.
2. Motif kompetensi: setiap orang ingin membuktikan bahwa ia
mampu mengatasi persoalan kehidupan apapun. Perasaan
mampu amat bergantung pada perkembangan intelektual, social
dan emosional. Motif kompetensi hubungan eratnya dengan
kebutuhan akan rasa aman. Kita ingin memperoleh jaminan rasa
tua; kita ingin anak kita sekolah dengan baik sehingga
merupakan investasi ekonomi. Bila orang sudah memenuhi
kebutuhan biologinya, dan yakin bahwa masa depannya
gemilang, Ia dianggap sudah memenuhi kebutuhannya akan
kemampuan diri (kompetensi).
3. Motif cinta: sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial
bagi pertumbuhan kepribadian. Orang ingin diterima
dikelompoknya sebagai anggota sukarela bukan yang sukar rela.
Kehangatan persahabatan, ketulusan kasih saying, penerimaan
orang lain yang hangat amat dibutuhkan manusia. Berbagai
penelitian membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih saying
yang tidak terpenuhi menimbulkan perilaku manusia yang
kurang baik; orang akan menjadi agresif, kesepian, frustasi,
bunuh diri (Packard, 1974)
4. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas: erat
kaitannay dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan
30
menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin kehadiran kita
bukan saja dianggap bilangan, tapi juga diperhitungkan. Karena
itu, bersamaan akan kebutuhan harga diri, orang mencari
identitas dirinya. Hilangnya identitas diri akan menimbulkan
perilaku yang patologis (penyakit): impulsive, gelisah, mudah
terpengaruh dan sebagainya.
5. Kebutuhan akan nilai, dambaan dan makna kehidupan. Dalam
memahami gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nila-nilai
untuk menuntunnya dalama mengambil keputusan atau
memberikan makna dalam kehidupannya. Termasuk ke dalam
motif ini ialah motif keagamaan. Bila manusi akehilangan nilai,
tidak tahu apa tujuan hidup sebenarnya, ia tidak memiliki
kepastian untuk bertindak. Dengan demikian, ia akan lekas putus
asa dan kehilangan pegangan.
6. Kebutuhan akan pemenuhan diri. Kita bukan saja ingin
mempertahankan kehidupan, kita juga ingin meningkatkan
kualitas kehidupan kita, kita ingin memenuhi potensi kita.
Dengan ucapan Maslow sendiri. “what a man can be he must
be”. Kebutuhan akan pemenuhan diri dilakukan dalam berbagai
bentuk: Mengembangkan dan menggunakan potensi kita dengan
cara yang kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik,
sains, atau hal-hal yang mendorong ungkapan diri yang kreatif.
Memperkaya kualitas kehidupan dengan memperluas rentangan
31
darmawisata. Membentuk hubungan yang hangat dan berarti
dengan orang-orang lain disekitar kita. Berusaha “memanusia”,
menjadi pesona yang kita dambakan.
a. Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Selain beberapa faktor di atas, terdapat juga faktor
situasional yang mampu mempengaruhi perilaku komunikasi
manusia. Edward G. Sampson merangkum seluruh faktor
situasional sebagai berikut:
1. Faktor Ekologis
Kaum determinisme lingkungan sering menyatakan
bahwa keadaan mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. Banyak
orang menghubungkan kemalasan bangsa Indonesia pada mata
pencaharian bertani dan matahari yang selalu bersinar setiap
hari. Sebagain pandangan mereka telah diuji dalam berbagai
penelitian, seperti efek temperature pada tindakan kekerasan,
perilaku interpersonal, dan suassna emosional. Yang belum
diteliti, antara lain pengaruh temperatur ruangan pada efektivitas
komunikasi.
2. Faktor Rancangan dan Arsitektural.
Dewasa ini telah tumbuh perhatian di kalangan para
arsitek pada pengaruh lingkungan yang dibuat oleh manusia
terhadap perilaku penghuninya. Satu rancangan arsitektur dapat
mempengaruhi pola komunikasi di antara orang orang yang
32
Sommer (1969) membedakan antara design bangunan yang
mendorong orang untuk berinteraksi (socio petal) dan rancangan
bangunan yang menyebabkan orang menghindari interaksi
(socio fugal). Pengaturan ruangan juga telah terbukti
mempengaruhi pola pola perilaku yang terjadi ditempat itu.
3. Faktor Temporal
Telah banyak diteliti pengaruh waktu terhadap bioritma
manusia. Misalnya, dari tengah malam sampai pukul 4 fungsi
tubuh manusia berada pada tahap yang paling rendah tapi
pendengaran sangat tajam; pada pukul 10, bila anda orang
introvert, konsentrasi dan daya ingat anda mencapai puncaknya;
pada pukul 3 sore orang orang ekstrovert mencapai puncak
dalam kemampuan analis dan kreatifitas tanpa mengetahui
bioritma sekalipun banyak kegiatan kita diatur berdasarkan
waktu; makan, pergi ke sekolah, bekerja, beristirahat, berlibur,
beribadat, dan sebagainya. Satu pesan komunikasi yang
disampaikan pada pagi hari akan memberikan makna yang lain
bila disampaikan tengah malam. Jadi, yang mempengaruhi
manusia bukan saja dimana mereka berada tetapi juga bilaman
mereka berada.
4. Suasana Perilaku (Behaviour Settings)
Selama bertahun tahun, Roger Barker dan rekan
rekannya meneliti efek lingkungan terhadap individu.
33
yang disebut suasana perilaku. Pesta, ruangan kelas, took, rumah
ibadat, pemandian, bioskop, adalah contoh contoh suasana
perilaku. Pada setiap suansan terdapat pola pola hubungan yang
mengatur perilaku orang orang didalamnya. Di masjid orang
tidak akan berteriak keras, seperti dalam pesta orang tidak akan
melakukan upacara ibadat. Dalam suatu kampanye di lapangan
terbuka, komunikator akan menyusun dan menyampaikan pesan
dengan cara yang berbeda dari pada ketika ia berbicara di
hadapan kelompok kecil di ruang rapat partainya.
5. Teknologi
Pengaruh teknologi terhadap perilaku manusia sudah
sering dibicarakan orang. Revolusi teknologi sering disusul
dengan revolusi dalam perilaku social. Alvin Tofler melukiskan
tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi sabagai akibat
perubahan teknologi. Lingkungan teknologis (technosphere)
yang meliputi system produksi, dan system distribusi,
membentuk serangkaian perilaku social yang sesuai dengannya
(sociosphere). Bersamaaan dengan itu tumbuhlah pola pola
penyebaran informasi (infosphere) yang mempengaruhi suasana
kejiwaan (psychosphere )setiap anggota masyarakat. Dalam
ilmu komunikasi, Marshall McLuhan (1964) memnunjukan
bahwa bentuk teknologi komunikasi lebih penting daripada isi
media komunikasi. Misalnya, kelahiran mesin cetak mengubah
34
individualis; sedangkan kelahiran televisi membawa manusia
kembali kepada kehidupan noe/tribal.
6. Faktor-faktor Sosial
System peranan yang ditetapkan dalam suatu
masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik
populasi, adalah faktor faktor social yang menata perilaku
manusia. Dalam organisasi, hubungan antara anggota dengan
ketua diatur oleh system perana dan norma-norma kelompok.
Besar/kecilnya orgaisasi akan mempengaruhi jaringan
komunikasi dan system pengambilan keputusan. Karakteristik
populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis,
mempengaruhi pola pola perilaku anggot aanggota populasi itu.
Kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang pasti
berbeda dengan kelompok anak anak muda. Dari segi
komunikasi, teori penyebaran inovasi (Rogers dan Shoemaker,
1971) dan teoti kritik (Habermas, 1979) memperlihatkan
bagaimana system komunikasi sangat dipengaruhi oleh struktur
social.
7. Lingkungan Psikososial
Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan
memuaskan atau mengecewakan kita, akan mempengaruhi
perilaku kita dalam lingkungan itu. Lingkungan dalam persepsi
kita lazim di sebut sebagai iklim (climate) dalam organisasi,
35
individual, keketatan pengawasan, kemungkinan kemajuan. Dan
tingkat keakraban. Studi tentang organisasi nasional
menunjukan bagaimana iklim organisasi mempengaruhi iklim
komunikasi antara atasan dan bawahan, atau diantara orang
orang yang menduduki posisi yang sama. Para antropolog telah
memperluas istilah iklim ini ke dalam masyarakat secara
keseluruhan. Pola pola kebudayaan yang dominan atau ethos,
idiologi dan nilai dalam persepsi anggota masyarakat
mempengaruhi seluruh perilaku social. Ruth Benedict (1970),
misalnya, membedakan antara masyarakat yang mempunyai
sinergi tinggi dengan masyarakat yang ber-synergy rendah. Pada
masyarakat yang pertama, orang belajar sejak kecil bahwa
ganjaran yang diterimanya terpaut erat dengan ganjaran kolektif.
Cita-cita perorangan dicapai melalui usaha bersama. Pada
masyarakat seperti ini orang cenderung untuk mengurangi
kepentingan dirinya, bersifat kompromistis. Perilaku social yang
sebaliknya terjadi kepada masyarakat yang ber-sinergi rendah.
Margareth Mead (1928), walaupun belakangan dikritik orang
mewakili aliran determinisme budaya, yang menunjukan
bagaimana nilai nilai yang diserap anak pada waktu kecil
mempengaruhi perilakunya di malam hari.
8. Stimuli yang Mendorong dan Memperteguh Perilaku
Beberapa peneliti psikologi sosial seperti Fredericsen
36
mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada
situasi yang memberikan tentangan kelayakan perilaku
(behavioral appropriateness), seperti situasi di taman, dan
situasi yang banyak memberikan kendala pada perilaku, seperti
gereja. Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan
banyak hal tanpa harus malu. Sabaliknya, situasi restriktif
menghambat orang untuk berperilaku sekehendak harinya.
Faktor faktor situasional yang diuraikan diatas tidaklah
mengesampingkan faktor-faktor personal yang disebut
sebelumnya. Kita mengakui besarnya pengaruh situasi dalam
menentukan prilaku manusia. Tetapi manusia memberikan
reaksi yang berbeda beda terhadap situasi yang dihadapinya,
sesuai denga karakteristik personal yang dimilikinya. Perilaku
manusia memang merupakan hasil interaksi yang menarik antara
keuniakan individual dengan keumuman situasional.
3. Kamera DSLR Sebagai Tren Anak Muda
Kamera DSLR sebagai tren dan gaya hidup masyarakat kota,
sejumlah merek kamera DSLR aktif menggarap komunitas dan konsumen
baru. Inilah fenomena gaya hidup baru yang muncul bersamaan dengan
tumbuhnya media-media sosial, seperti facebook. Saat ini fotografi
berkembang menjadi hobi baru banyak kalangan, orang tua, anak-anak
muda, remaja, bahkan anak-anak sekolah dasar. Yang menarik, meskipun
wilayah edarnya “cuma” media sosial, kamera yang mereka miliki bukan
37
(DSLR). Difoto dan menfoto bisa menjadi bentuk refreshing bagi mereka
yang memang ikut terbawa arus tren kamera ini. Apalagi, kamera DSLR
sekarang user friendly, hanya membutuhkan sedikit teknik fotografi yang
tidak terlalu rumit. Jadi, siapa pun pasti bisa kalau mau belajar memotret.
Lahirnya gaya hidup baru fotografi ini memunculkan konsumen
baru kamera DSLR yang cukup signifikan. Menurut data Datascrip, total
penjualan kamera DSLR di Indonesia pada 2011 naik 40% dibanding tahun
sebelumnya. Penjualannya di tahun lalu itu mencapai lebih dari 160 ribu
unit. Belum ada data berapa nilai nominalnya. Hanya saja, kalau total
penjualannya yang sebanyak 160 ribu itu dikali dengan harga kamera Rp 5
juta, angkanya mencapai Rp 800 miliar. Kalau ditambah dengan harga
kamera yang di atas Rp 5 jutaan, nilai pasar (market size) kamera DSLR ini
lebih tinggi lagi. Apalagi, di 2012 ini diperkirakan penjualan DSLR akan
mencapai 250 ribu unit atau tumbuh 50%.
Tentunya, nilai pasar yang sebesar itu menjadi ladang gurih yang
diperebutkan banyak pemain. Masih menurut data Datascrip, pemain DSLR
yang dominan adalah Canon yang menguasai pangsa pasar sekitar 70%,
diikuti Nikon (30%), serta Sony dan Olympus (masing-masng di bawah
10%). Data ini sejalan dengan data GfK yang pada tahun lalu menyurvei
penggunaan kamera DSLR dan mirrorless di tujuh kota besar di Indonesia.
Apa yang diungkap dalam data Datascrip ataupun GfK memang sejalan
dengan realitas di lapangan. Canon, Nikon adalah pemain utama DSLR.
Disusul Sony dan Olympus. Kamera DSLR yang paling laku dari keempat
38
Model kamera yang saat ini paling digemari adalah DSLR mid level.
Yang dimaksud mid level adalah kamera seharga Rp 10 jutaan. Dalam
khasanah kamera DSLR, ada kategori entry level yang harganya Rp 5
jutaan. Lalu, kamera mid level bagi mereka yang lebih serius dalam
fotografi dengan harga Rp 10 jutaan. Serta top level untuk para profesional
dan orang-orang yang hobi foto serius dengan harga Rp 20 juta ke atas,
bahkan di atas Rp 50 juta.
Saat ini, DSLR Canon menjadi produk paling laris di pasaran. Ada
tujuh model kamera DSLR Canon yang dipasarkan Datascrip untuk
menyasar tiga segmen penggunanya. Untuk entry level, dipasarkan Canon
EOS 1100, EOS 550D dan EOS 600D; mid level, EOS 60D, EOS 7D dan
EOS 5D Mark II; dan top level, EOS 1 DX yang dibanderol Rp 60-70 juta.
Seperti halnya produk telekomunikasi, ke depan, teknologi dan
penjualan akan terus berkejaran. Adalah tugas para pemain untuk
menyinkronkan antara kebutuhan, teknologi, harga dan gaya hidup agar
permintaan terhadap kamera DSLR bukan karena sekadar tren, melainkan
karena kamera tersebut memang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
gaya hidup masyarakat menengah-atas.
B. Kajian Teoiritis
Teori Atribusi
Sebagai komunikator, terkadang bertanya kepada diri sendiri
mengapa seseorang bertingkah laku tertentu, mengapa seseorang
melakukan sesuatu hal atau mengapa orang lain melakukan tindakan
39
lakunya sendiri atau tingkah laku orang lain. Teori atribusi memberikan
gambaran yang menarik mengenai tingkah laku manusia. Teori ini
memberikan perhatian pada bagaimana seseorang sesungguhnya bertingkah
laku. Teori atribusi menjelaskan bagaimana orang menyimpulkan penyebab
tingkah laku yang dilakukan diri sendiri atau orang lain. Teori ini
menjelaskan proses yang terjadi dalam diri seseorang sehingga memahami
tingkah laku seseorang dan orang lain.
Teori atribusi diperkenalkan oleh Fritz Heider (1958) pertama kali.
Menurut Heider, setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan
semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang
lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan–potongan informasi
sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab–
sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Dengan kata lain seseorang itu
selalu berusaha untuk mencari sebab mengapa seseorang berbuat dengan
cara–cara tertentu. Misalkan ada seseorang melakukan pencurian. Sebagai
manusia yang ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai berbuat
demikian.
Fritz Heider, pendiri teori atribusi, mengemukakan beberapa
pendapat yang mendorong orang memiliki tingkah laku tertentu yaitu:
1. Penyebab situasional (orang dipengaruhi oleh lingkungannya);
2. Adanya pengaruh personal (ingin memengaruhi sesuatu secara
pribadi);
3. Memiliki kemampuan (mampu melakukan sesuatu);
40
5. Memiliki keinginan (ingin melakukan sesuatu);
6. Adanya perasaan (perasaan menyukai sesuatu);
7. Rasa memiliki (ingin memiliki sesuatu);
8. Kewajiban (perasaan harus melakukan sesuatu); dan
9. Diperkenankan (diperbolehkan melakukan sesuatu).27
Kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan
manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (sifat ilmuwan manusia),
termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain. Heider mengungkapkan
dua jenis atribusi, yaitu:
1. Atribusi kausalitas (sebab–akibat), yaitu teori yang
mempertanyakan apakah perilaku orang lain itu dipengaruhi oleh
faktor internal (personal) ataukah faktor eksternal (situasional).
2. Atribusi kejujuran, yang mempertanyakan sejauh mana pernyataan
seseorang menyimpang dari pernyataan umum dan sejauh mana
orang tersebut mendapatkan keuntungan dari pernyataan yang
diajukan.
Fritz Heider adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas.
Menurut Heider, bila mengamati perilaku sosial, pertama–tama menentukan
dahulu apa yang menyebabkannya, faktor situasional atau personal; dalam
teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal (atribusi eksternal) dan
kausalitas internal (atribusi internal). Heider membagi sumber atribusi ini
menjadi dua, yaitu:
41
1. Atribusi internal atau atribusi disposisional, yaitu tingkah laku
seseorang yang berasal dari diri orang yang bersangkutan yang
disebabkan oleh sifat–sifat atau disposisi (unsur psikologis yang
mendahului tingkah laku).
2. Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan, yaitu tingkah laku
seseorang yang berasal dari situasi tempat/lingkungan atau luar diri
orang yang bersangkutan.
Fritz Heider adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas.
Menurut Heider, bila mengamati perilaku sosial, pertama–tama menentukan
dahulu apa yang menyebabkannya, faktor situasional atau personal; dalam
teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal (atribusi eksternal) dan
kausalitas internal (atribusi internal). Heider membagi sumber atribusi ini
menjadi dua, yaitu:
1. Atribusi internal atau atribusi disposisional, yaitu tingkah laku
seseorang yang berasal dari diri orang yang bersangkutan yang
disebabkan oleh sifat–sifat atau disposisi (unsur psikologis yang
mendahului tingkah laku).
2. Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan, yaitu tingkah laku
seseorang yang berasal dari situasi tempat/lingkungan atau luar diri
orang yang bersangkutan.
Bagaimana mengetahui bahwa perilaku orang lain disebabkan faktor
internal, dan bukan faktor eksternal? Menurut Jones dan Nisbett, hal itu
dapat memahami motif personal stimuli dengan memperhatikan dua hal.
42
satu atau sedikit penyebab. Kedua, memusatkan perhatian pada perilaku
yang menyimpang dari pola perilaku yang biasa.
Salah satu pendekatan yang menyediakan dasar untuk memahami
hubungan antara persepsi dan perilaku adalah teori atribusi. Teori atribusi
berkaitan dengan proses di mana individu menginterpretasikan bahwa
peristiwa disekitar mereka disebabkan oleh bagian lingkungan mereka yang
secara relatif stabil.28
28 John M. Ivancevich, Robert Konopaske, Michael T. Matteson, Perilaku dan Manajemen
43
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Subyek, Objek, dan Lokasi Penelitian
1. Deskripsi Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah Mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pengguna kamera DSLR.
Peneliti memilih informan tersebut dengan kriteria yang sangat mengerti
tentang penggunaan kamera DSLR. Berikut data dari para informan yang
telah dipilih:
a. Nama : Adelia Masrifah
Smt./Jur./Fak. : 2/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi
Usia : 19 Tahun
Type Kamera : Canon 1100D
Adelina Masrifah atau yang bisa dipanggil Adel ini adalah salah satu
mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya jurusan
ilmu komunikasi semester 2. Memiliki kamera DSLR merk Canon
1100D sejak kelas 2 SMK karena tuntutan sekolah yang ada salah satu
mata pelajaran yang membutuhkan kamera tersebut dan saat ini juga
44
b. Nama : Cindy Andita
Smt./Jur./Fak./ : 2/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi
Usia : 19 Tahun
Type Kamera : Canon 1100D
Informan kedua adalah Cindy Andita atau biasanya dipanggil Cindy.
Cindy juga dari jurusan yang sama dengan Adelia Masrifah. Ilmu
Komunikasi semester 2. Cindy memiliki kamera DSLR sejak dari SMA
kelas 3. Cindy menggunakan kamera DSLR untuk keperluan foto
keluarga, jalan-jalan, dan juga untuk memenuhi salah satu mata kuliah
di kampus.
c. Nama : Lailatul Utiya Choirroh
Smt./Jur./Fak./ : 4/Hukum Pidana Islam/Syari’ah
Usia : 20 tahun
Type Kamera : Canon 1100D
Lailatul Utiya Choirroh atau biasa disapa Ela ini adalah mahasiswi
jurusan Hukum Pidana Islam dari fakultas syariah Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya. Ela sendiri memiliki kamera DSLR
untuk kegiatan-kegiatan yang ada di kampus, dan juga untuk penunjang
45
d. Nama : Azif Fatahillah Erlangga
Smt./Jur./Fak./ : 4/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi
Usia : 20 tahun
Type Kamera : Canon 700D
Azif Fatahillah Erlangga adalah mahasiswa jurusan ilmu komunikasi
yang saat ini sudah semester 4. Dengan tujuan ingin belajar lebih tentang
fotografi, Azif berusaha menabung dan akhirnya bisa membeli kamera
Canon 700D untuk menuangkan hobinya dalam dunia fotografi.
e. Nama : Alfian Nur Ahsani
Smt./Jur./Fak./ : 4/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi
Usia : 20 tahun
Type Kamera : Canon 600D
Alfian Nur Ahsani juga mahasiswa semester 4 jurusan ilmu komunikasi
sama seperti Azif. Selain untuk penunjang belajar fotografi di kampus,
alfian memiliki kamera Canon 600D juga karena tuntutan pekerjaan.
Ada pekerjaan di luar kampus yang membutuhkan kamera DSLR
46
f. Nama : Zulfikar Diaudinafis
Smt./Jur./Fak./ : 4/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi
Usia : 20 tahun
Type Kamera : Nikon D3100
Zulfikar Diaudinafis adalah teman seangkatan dan sekelas dari Alfian.
Zulfikar sendiri sebelum mengenal kamera DSLR, Zulfikar sempat ikut
komunitas fotografi di luar kampus. Karena ada rasa penasaran dengan
dunia fotografi yang dalam benaknya adalah menarik, akhirnya zulfikar
memutuskan untuk membeli kamera DSLR. Alasan pertama membeli
kamera Nikon D3100 yang dimilikinya saat ini adalah yang pertama
tentunya ingin mengembangkan hobi fotografinya. Selain itu juga,
memiliki cita-cita mempunya komunitas tersendiri dengan teman-teman
mahasiswa seangkatannya di Ilmu Komunikasi.
g. Nama : M. Eko
Smt./Jur./Fak./ : 6/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi
Usia : 21 tahun
Type Kamera : Canon 600D
Eko, sapaan akrab dari Mohammad Eko ini adalah mahasiswa semester
6 jurusan Ilmu Komunikasi. Memiliki kamera DSLR Canon 600D
adalah untuk memenuhi kebutuhannya akan ketertarikannya mendalami
47
menyelesaikan kuliahnya dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya adalah salah satu faktor terkuat Eko membeli dan mempelajari
semua tentang kamera DSLR.
2. Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perilaku komunikasi
pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya. Objek penelitian ini merupakan salah satu bagian dari komunikasi
interpersonal yang dilakukan oleh pengguna kamera DSLR dengan orang
lain, baik itu secara verbal maupun non-verbal. Setiap tindakan dan
perbuatan apa yang dilakukan oleh pengguna kamera DSLR ini, merupakan
bentuk da