v
ABSTRACT
This final project entitled “Children Cineplex with Outer Space Concept” is a kids movie theatre interior design. Nowadays, international movie industry develops very quickly, so that a lot of people go to the movies. Indonesian movie theatres play many varies of genre for many different ages. But, a lot of movie usually neglected it, therefore many children can watch films for teenage and adult. This phenomenon causes bad impact for their behavior and psychological development.
Located in Blitzmegaplex, Paris van Java Mall, Sukajadi Street, this children cineplex has 3.880 metre square wide. The aim of this project design is in order that all of Indonesian children especially in Bandung can watch films that suitable with their age and necessity that is amused and educated film. So, it can brings good impact for their development. This project is especially desiged for elementary school children between 6 to 12 years old due to their characteristic that is independent and also very fond of going out with friends.
Depend to children neccesity, designer chooses Outer Space as the design concept, especially the Solar System where the sun is in the middle of the system surrounded by the planets and other outer space objects. Lobby of this movie theatre uses the sun as the concept because similar to sun, lobby is the center of the human circulation in this movie theatre. The lobby provides all of public facilities such as ticket counter, membership and customer service area, snack corner, gift shop and waiting area. The studio is uniquely designed similar with the characteristic of each planet adopted by each studio in order to all of the children can be independent and have such good experience when they watch film in this movie theatre .
vi
ABSTRAK
Proyek perancangan Tugas Akhir ini adalah perancangan sebuah bioskon untuk anak-anak yang diberi judul “Perancangan Interior Gedung Bioskop untuk Anak-anak dengan Konsep Outer Space”. Dewasa ini dunia perfilman mancanegara berkembang sangat pesat. Dengan demikian, banyak orang datang ke bioskop. Bioskop-bioskop di Indonesia biasanya memutarkan berbagai genre film. Biasanya film-film tersebut memiliki target usia yang berbeda-beda. Meskipun sudah ditentukan, namun kebanyakan bioskop seringkali mengabaikannya sehingga anak-anak dapat dengan leluasa menonton film remaja maupun dewasa. Hal ini dapat berakibat buruk terhadap perkembangan psikologis dan tingkah laku mereka.
Gedung bioskop untuk anak-anak ini berlokasi di Blitzmegaplex, Paris van Java Mall, Jalan Sukajadi, Bandung dengan luas 3.880 m2. Perancangan ini bertujuan agar anak-anak dapat menonton film yang sesuai dengan usia dan kebutuhan mereka, yaitu menghibur dan mendidik. Target utama user dalam perancangan gedung bioskop ini adalah anak-anak usia Sekolah Dasar antara usia 6-12 tahun yang memiliki karakter yang mulai bisa mandiri dan mulai dapat bersahabat dengan anak-anak lain yang sebaya.
Konsep desainnya dipilih yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Oleh sebab itu, konsep yang digunakan adalah Outer Space yang lebih dikhususkan pada Sistem Tata Surya, dimana matahari sebagai pusat yang dikelilingi oleh benda langit lainnya. Konsep matahari diterapkan pada area lobby yang juga menjadi pusat sirkulasi dalam gedung ini yang menyediakan fasilitas loket, area member, snack corner, gift shop dan area tunggu. Desain setiap studio tempat menonton film menerapkan identitas setiap planet dalam Sistem Tata Surya tersebut. Dengan demikian diharapkan dengan menonton di bioskop ini anak-anak selain dapat belajar mandiri juga dapat memperoleh pengalaman yang menarik serta memenuhi kebutuhan mereka yaitu selain menghibur juga mendidik melalui desain interiornya pada saat menonton di gedung bioskop ini.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN iv
ABSTRACT v
1.1. Latar Belakang Perancangan 1
1.2. Ide Perancangan 2
1.3. Rumusan Masalah 3
1.4. Tujuan Perancangan 4
1.5. Metode Perancangan 4
1.5.1. Data yang Diperlukan 5
1.5.2. Metode Pengumpulan Data 5
1.6. Sistematika Penulisan 6
BAB 2 TEORI GEDUNG BIOSKOP 8
2.1. Pengertian Bioskop 8
2.2. Sistem Penayangan Film 9
2.3. Perangkat Penunjang Penayangan Sebuah Film 12
2.3.1. Film 12
2.3.2. Proyektor 13
2.3.3. Layar 16
2.4. Standar Tata Ruang Bioskop 19
2.4.1. Standar Ergonomi Ruang 20
2.4.2. Standar Pencahayaan 22
ix
2.4.4. Standar Akustik 23
a. Pemantulan Bunyi 23
b. Penyerapan Bunyi 23
c. Bunyi Dengung dan Waktu Dengung 23
d. Penanganan Bising 25
2.5. Anak-anak sebagai User 28
2.5.1. Karakteristir User 28
2.5.2. Ergonomi 29
a. Ergonomi dalam Ruang Bioskop 29
b. Ergonomi Anak 31
2.5.3. Sistem Keamanan untuk Anak-Anak 33
2.6. Simpulan 33
3.2.3. Besaran Ruang dan Kebutuhan Furnitur 42
3.2.4. Flow of Activity User 43
3.2.5. Hubungan Kedekatan Ruang 44
3.2.6. Zoning Blocking 44
3.3. Studi Image 45
BAB 4 KONSEP PERANCANGAN INTERIOR BIOSKOP UNTUK ANAK-ANAK 48
4.1. Ide/Gagasan Konsep 48
4.1.1. Konsep Umum 48
4.1.2. Penjelasan Detail Konsep 52
4.1.3. Aplikasi Konsep pada Desain 54
4.2. Perancangan Umum 57
4.3. Perancangan Khusus 62
x
4.3.2. Perancangan Khusus Area Studio 71
4.3.3. Perancangan Khusus Interior Ruangan Studio 81
4.4. Furnitur 87
4.4.1. Kursi Studio 87
4.4.2. Kursi Area Member 90
4.5. Detail Interior 93
4.5.1. Treatment Kolom 93
4.5.2. Dinding Studio 95
4.5.3. Dinding Area Studio 99
BAB 5 SIMPULAN 102
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Kerja Penyaluran Film 9
Gambar 2.2 Cara Kerja Kacamata 3D dan Film 3D 12
Gambar 2.3 Platter 13
Gambar 2.4 Proyektor 14
Gambar 2.5 Xenon Bulbs dan Rumah Lampunya Sebagai Sumber Cahaya pada Proyektor 15
Gambar 2.6 Lensa Depan Proyektor 16
Gambar 2.7 Tampak Depan Proyektor Dilihat dari dalam Ruang Bioskop 16
Gambar 2.8 Layar Bioskop 16
Gambar 2.9 Tampak Belakang dan Depan Layar Bioskop 17
Gambar 2.10 Hasil Gambar Jika Diproyeksikan pada Layar Datar 18 Gambar 2.11 Hasil Gambar Jika Diproyeksikan pada Layar Melengkung 18 Gambar 2.12 Bentuk Layar pada Ketinggian Layar yang Sama 19
Gambar 2.13 Bentuk Layar pada Lebar Layar yang Sama 19
Gambar 2.14 Standar Bentuk Ruang Bioskop Tampak Potongan 22
Gambar 2.15 Standar Bentuk Ruang Bioskop Tampak Atas 22
Gambar 2.16 Standar Peletakan Speaker yang Baik pada Sebuah Ruang Bioskop 27 Gambar 2.17 Perbedaan Dimensi Tinggi Badan Manusia dan Standar Tempat Duduk ke
Layar 29
Gambar 2.18 Ergonomi Pengaturan Tempat Duduk dalam Ruang Bioskop 30 Gambar 2.19 Ergonomi Sirkulasi Tempat Duduk dalam Ruang Bioskop 31
Gambar 2.20 Dimensi Furniture untuk Anak Usia Sekolah 32
Gambar 2.21 Dimensi Aman Desain Tangga dan Kenaikan Level Lantai untuk Anak-anak 32
Gambar 3.1 Bangunan Blitzmegaplex Lantai 1 36
Gambar 3.2 Bangunan Blitzmegaplex Lantai 2 36
Gambar 3.3 Lokasi Proyek Perancangan 36
Gambar 3.4 Paris Van Java Mall 37
Gambar 3.5 Bangunan-bangunan di Sekitar Lokasi 37
Gambar 3.6 Flow of Activity Pengunjung 43
Gambar 3.7 Flow of Activity Staff 43
Gambar 3.8 Flow of Activity Manager Operasional dan Manager Administrasi 43
Gambar 3.9 Flow of Activity Direktur 44
xii
Gambar 3.11 Zoning Blocking Lantai 1 44
Gambar 3.12 Zoning Blocking Lantai 2 45
Gambar 3.13 Interior dengan Konsep Bentuk Bulat 45
Gambar 3.14 Bentuk Ruang Studio yang Unik 46
Gambar 3.15 Suasana Interior yang Mendukung Konsep Luar Angkasa 46
Gambar 3.16 Modern Interior 47
Gambar 3.17 Interior Ruang Studio 47
Gambar 4.1 Sistem Tata Surya 50
Gambar 4.2 Matahari dan planet, Komet, Meteor dan Aurora 52
Gambar 4.3 Studi Image Konsep Outer Space 53
Gambar 4.4 Stasiun Luar Angkasa 56
Gambar 4.5 Site Plan 57
Gambar 4.6 Denah General Lantai 1 59
Gambar 4.7 Denah General Lantai 2 59
Gambar 4.8 Potongan General 61
Gambar 4.9 Penerapan Konsep Bentuk Bulat pada Furnitur 62
Gambar 4.10 Denah Khusus Lobby 62
Gambar 4.11 Denah Pola Lantai Area Lobby 65
Gambar 4.12 Perspektif Ruang Tunggu 66
Gambar 4.13 Perspektif Tangga Menuju Lantai 2 67
Gambar 4.14 Perspektif Area Lobby 68
Gambar 4.15 Potongan Khusus Lobby 68
Gambar 4.16 Denah Ceiling Lobby 68
Gambar 4.17 Perspektif Area Tunggu pada Siang Hari 69
Gambar 4.18 Perspektif Area Penjualan Tiket 70
Gambar 4.19 Furniture pada Area Lobby 70
Gambar 4.20 Denah Khusus Area Studio 72
Gambar 4.21 Denah Pola Lantai Area Studio 73
Gambar 4.22 Perspektif Area Studio Merkurius dan Bumi 74
Gambar 4.23 Perspektif Area Lobby dan Pintu Masuk Area Studio 75
Gambar 4.24 Perspektif Area Studio 76
Gambar 4.25 Potongan Khusus Area Studio 77
Gambar 4.26 Perspektif Pluto Studio 77
Gambar 4.27 Denah Ceiling Area Studio 78
xiii
Gambar 4.29 Perspektif Earth Studio 79
Gambar 4.30 Furnitur pada Area Studio 80
Gambar 4.31 Potongan Mercury Studio 81
Gambar 4.32 Perspektif Mercury Studio 82
Gambar 4.33 Potongan Mars Studio 83
Gambar 4.34 Potongan Venus Studio 84
Gambar 4.35 Potongan Earth Studio 85
Gambar 4.36 Potongan Saturn Studio 86
Gambar 4.37 Potongan Pluto Studio 86
Gambar 4.38 Perspektif Desain Kursi Studio 87
Gambar 4.39 Gambar Ortografik Desain Kursi Studio 88
Gambar 4.40 Blow-up Detail Desain Kursi Studio 89
Gambar 4.41 Perspektif Desain Kursi Area Member 90
Gambar 4.42 Gambar Ortografik Desain Kursi Area Member 91
Gambar 4.43 Blow-up Detail Desain Kursi Area Member 92
Gambar 4.44 Perspektif Desain Kolom 93
Gambar 4.45 Gambar Ortografik Desain Kolom 94
Gambar 4.46 Blow-up Detail Desain Kolom 95
Gambar 4.47 Perspektif Desain Dinding Studio yang Berbentuk Setengah Bola 95
Gambar 4.48 Gambar Ortografik Desain Dinding Studio 97
Gambar 4.49 Blow-up Detail Desain Dinding Studio 98
Gambar 4.50 Perspektif Desain Dinding Area Studio 99
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Cara-cara Penayangan Film 3D 11
Tabel 2.2 Jenis-Jenis Film 13
Tabel 2.3 Berbagai Jenis Layar dan Karakteristiknya 17
Tabel 2.4 Standar Waktu Dengung berdasarkan Fungsi Ruang 24 Tabel 3.1 Analisa Kelebihan dan Kekurangan Lokasi Perancangan 38
Tabel 3.2 Analisa Kelebihan dan Kekurangan Bangunan 39
Tabel 3.3 Kegiatan Pengguna dan Ruang yang Dibutuhkan 41
Tabel 3.4 Kebutuhan Ruang 41
Tabel 3.5 Besaran Ruang 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Perancangan
2 Bioskop-bioskop di Indonesia biasanya memutarkan berbagai genre film, seperti komedi, drama, action, dokumenter, horor, science fiction, epik, musikal, petualangan,
thriller dan sebagainya. Biasanya film-film tersebut memiliki target usia yang
berbeda-beda, seperti anak-anak (film semua umur), remaja, dan dewasa. Meskipun sudah ditentukan, namun kebanyakan bioskop seringkali mengabaikannya sehingga anak-anak dapat dengan leluasa menonton film remaja maupun dewasa. Hal ini dapat berakibat buruk terhadap perkembangan psikologis dan tingkah laku mereka. Contohnya, anak-anak tidak seharusnya menonton film yang banyak menyajikan adegan kekerasan.
Target utama user dalam perancangan gedung bioskop ini adalah anak-anak usia Sekolah Dasar, yaitu usia 6-12 tahun. Batasan umur ini dipilih dengan mempertimbangkan karakter mereka yang sudah mulai bisa mandiri dan bersahabat dengan teman sebayanya sehingga mereka dapat mengisi waktu luang dengan lebih bermanfaat dengan menonton film di bioskop ini.
Dengan demikian diperlukan sebuah fasilitas yang dapat mengakomodasi kebutuhan anak-anak tersebut. Oleh karena fenomena tersebut perancang merancang gedung bioskop untuk anak ini. Dengan adanya gedung bioskop khusus untuk anak-anak ini, mereka diharapkan dapat menonton film yang sesuai dengan usia dan kebutuhannya (misalnya menghibur, mendidik, membentuk karakter, tingkah laku dan moral anak-anak).
1.2Ide Perancangan
Gedung bioskop yang ada di Indonesia kebanyakan diperuntukkan bagi seluruh masyarakat baik anak-anak maupun orang dewasa sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan proses perancangannya lebih mengacu ada orang dewasa dan anak-anak yang cenderung menyesuaikan diri. Oleh sebab itu, proyek perancangan ini dibuat khusus untuk anak-anak selain hanya menayangkan film untuk anak-anak, segala sesuatu yang berhubungan dengan proses perancangannya mengacu pada anak-anak, tidak terkecuali konsep desain interiornya juga disesuaikan dengan usia mereka sehingga anak-anak dapat merasa nyaman berada di dalamnya.
3 digunakan dalam perancangan ini adalah Outer Space. Konsep ini dipilih karena pengetahuan tentang ruang luar angkasa merupakan salah satu materi yang mereka pelajari di sekolah, namun sulit sekali untuk merasakan suasana ruang luar angkasa secara langsung karena sulit sekali untuk pergi ke sana. Dalam pengaplikasiannya, konsep Outer Space ini lebih dikonsentrasikan pada Sistem Tata Surya karena selain materi ini yang mereka pelajari di tingkat Sekolah Dasar, Sistem Tata Surya juga memiliki beberapa kaitan dengan karakter anak usia ini. Penggunaan konsep ini dapat menarik anak-anak untuk datang ke bioskop ini untuk memenuhi keingintahuan mereka sehingga di bioskop ini tidak hanya menghibur namun juga mendidik anak-anak tersebut melalui desain interiornya.
Selain itu, perancangan ini juga dibuat agar anak-anak dapat mandiri dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan menonton film, mulai dari membeli tiket, memasuki ruang theater dan menuju ke tempat duduknya masing-masing. Namun kendalanya adalah sistem keamanan untuk anak-anak. Jika di dalam bioskop ini anak-anak melakukan segala sesuatunya sendiri maka mereka cenderung ‘jauh’ dari orangtua sehingga membuat orangtua seringkali khawatir terhadap keamanan anak-anak mereka. Oleh sebab itu perancangan proyek ini juga harus mempertimbangkan keamanan anak-anak terutama pada area pintu masuk dan setelah selesai menonton film sehingga orangtua dapat dengan tenang meninggalkan anak-anak mereka untuk menonton di gedung bioskop ini.
Beberapa fasilitas tambahan yang disediakan di gedung bioskop ini diperuntukkan terutama bagi anak-anak saat menunggu orang tuanya. Fasilitas tersebut antara lain adanya toko souvenir seperti boneka, CD, DVD, alat tulis dan sebagainya. Selain itu setelah membeli berbagai souvenir anak-anak dapat menunggu di area bermain.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka terdapat beberapa masalah yang muncul sehubungan dengan perancangan gedung bioskop khusus untuk anak-anak ini, antara lain:
1) Bagaimana menerapkan konsep luar angkasa dalam perancangan interior gedung bioskop untuk anak-anak yang menarik dan mudah dipahami serta menvisualisasikan bentuk planet dalam perancangan interior ruang studio?
4 3) Bagaimana mensiasati kondisi eksisting bangunan yang kurang sesuai dengan
ergonomi anak-anak?
4) Bagaimana cara mengkondisikan agar user tetap dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat selama masa peralihan sebelum film dimulai?
1.4Tujuan Perancangan
Perancangan gedung bioskop untuk anak-anak ini bertujuan:
1. Menerapkan konsep luar angkasa dalam perancangan interior gedung bioskop untuk anak-anak;
a. Menciptakan suasana luar angkasa yang menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak.
b. Menerapkan konsep planet yang dalam perancangan interior ruang studio.
2. Merancang interior sebuah gedung bioskop untuk anak yang aman bagi anak-anak untuk beraktivitas di dalamnya (membeli tiket, mencari studio dan mencari tempat duduk) sekalipun dalam keadaan darurat.
3. Mengatasi kekurangan bangunan eksisting yang memiliki tangga yang tinggi sehingga kurang aman bagi anak-anak.
4. Mengkondisikan agar user tetap dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat selama masa peralihan sebelum film dimulai.
1.5Metode Perancangan
5 1.5.1 Data yang diperlukan
1. Berdasarkan sumbernya, data yang diperlukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu data literatur dan data lapangan. Data literatur meliputi :
Data mengenai pengertian movie theater
Data mengenai cara kerja dan spesifikasi khusus proyektor yang memegang
peranan utama dalam penayangan film
Data mengenai sistem pencahayaan, material dan akustik yang diperlukan dalam sebuah movie theater
Data mengenai penghawaan, fasilitas penunjang yang diperlukan, kebutuhan ruang
dan sirkulasi, standar ergonomi anak.
Data lapangan meliputi :
Data mengenai aktivitas yang biasa dilakukan di sebuah movie theater baik
pengelola maupun pengunjung.
Data mengenai fasilitas pendukung yang diperlukan pengunjung.
Data mengenai sistem operasional yang umum digunakan dalam sebuah movie
theater.
Gambar arsitektur bangunan yang menjadi lokasi perancangan.
2. Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan adalah:
Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data berupa angka yang digunakan sebagai standar dalam perancangan yang berhubungan dengan standar ergonomi anak-anak baik sirkulasi, ruang, tinggi jangkauan, furnitur dan sebagainya.
Data kualitatif
Data kualitatif adalah data berupa deskripsi yang menjelaskan tentang permasalahan desain yang ada seperti material dan data lain yang menunjang proses perancangan.
1.5.2 Metode Pengumpulan data
6
Data primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh melalui studi banding langsung seperti survai lapangan sehingga data yang diperoleh adalah data yang akurat.
Data sekunder
Data sekunder merupakan data tambahan yang diperoleh melalui studi literatur dan internet yang sifatnya melengkapi.
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui berbagai survai, meliputi:
Survai Lapangan
Survai langsung ke lapangan berguna untuk memperoleh gambaran yang ada di lapangan yang dapat digunakan sebagai pembanding, seperti kebutuhan ruang, aktivitas pengelola dan pengunjung, suasana interior dan fasilitas penunjang yang dibutuhkan.
Studi Kepustakaan
Data literatur yang digunakan biasanya dari buku-buku ilmiah dan internet yang berhubungan dengan perancangan movie theater yang baik, berbagai macam furnitur yang dibutuhkan, sistem akustik, pencahayaan, penghawaan dan sebagainya yang sangat membantu dalam perancangan gedung bioskop untuk anak-anak.
1.6Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas tentang latar belakang perancangan gedung bioskop untuk anak-anak, ide perancangan, rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai melalui perancangan tersebut, metode perancangan, dan sistematika penulisan.
BAB II
TEORI GEDUNG BIOSKOP
7 BAB III
BLITZMEGAPLEX PVJ
Pada bab ini dibahas tentang deskripsi eksisting, analisa lingkungan, potensi lingkungan, analisa fungsional dan studi image.
BAB IV
PERANCANGAN INTERIOR BIOSKOP UNTUK ANAK-ANAK
Pada bab ini dibahas tentang konsep umum, detail konsep, aplikasi konsep pada desain, hasil perancangan, deskripsi umum proyek dan deskripsi khusus proyek.
BAB V SIMPULAN
102
BAB V
SIMPULAN
Perancangan bioskop untuk anak-anak ini terispirasi dari adanya fenomena di masyarakat dimana anak-anak seringkali menonton film yang tidak sesuai dengan usia mereka. Hal ini dapat berakibat buruk terhadap perkembangan psikologis dan tingkah laku mereka. Target utama user dalam perancangan gedung bioskop ini adalah anak-anak usia Sekolah Dasar, yaitu usia 6-12 tahun. Batasan umur ini dipilih dengan mempertimbangkan karakter mereka yang sudah mulai bisa mandiri dan bersahabat dengan teman sebayanya sehingga di tengah rutinitas sekolah, mereka dapat mengisi waktu luang dengan lebih bermanfaat dengan menonton film di bioskop ini.
103 bioskop ini. Selain itu, karakteristiknya juga sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar, 6-12 tahun.
Dalam proyek perancangan ini, pembentukan suasana luar angkasa diwujudkan terutama dengan bentuk, pencahayaan dan warna pada desainnya. Dari segi bentuk, bulat merupakan bentuk yang mendominasi karena mengadopsi dari bentuk benda-benda langit yang menjadi anggota Tata Surya yang sebagian besar berbentuk bulat. Konsep matahari yang diterapkan di area publik diwujudkan dengan penggunaan warna-warna yang memiliki kesan panas seperti kuning, jingga dan merah. Namun untuk menetralkan dindingnya tetap menggunakan warna hitam untuk menghadirkan suasana luar angkasa yang gelap dan bertaburan bintang. Selain itu, penggunaan banyak indirect lamp di lantai, dinding dan beberapa furnitur juga mendukung kesan benda-benda luar angkasa yang melayang dan tidak menapak pada suatu tempat tertentu. Untuk mendukung kesan modern digunakan berbagai material yang memiliki tampilan mengkilat, seperti, marmer, granit, stainless steel dan fiber glass. Penambahan desain yang bersifat dekoratif juga dapat memperkuat konsep desain dan menarik bagi anak-anak. Hal ini diwujudkan dengan membuat pintu masuk berupa roket dan pintu stasiun luar angkasa sebagai salahsatu transportasi yang menghubungkan kita dengan ruang luar angkasa.
Penerapan konsep 9 buah planet dalam Tata Surya pada 9 buah studio yang terdapat dalam gedung bioskop ini adalah dengan membuat bentuk studio berupa setengah bola. Hal ini dilakukan agar anak-anak dapat dengan mudah memahami konsep planet yang diterapkan dalam desain studionya. Selain itu, agar setiap studio memiliki desain yang unik dan berbeda satu dengan lainnya maka setiap studio merupakan wakil dari 9 planet dalam Tata Surya yang didesain dengan keunikan masing-masing planetnya baik dari tampak luar maupun dalam ruangan studio. Di sekeliling setiap studio juga diberi indirect lamp untuk menghadirkan kesan bahwa semua planet melayang di angkasa luas. Untuk mewujudkan bentuk setengah bola ini digunakan material fiber. Material ini dipilih karena selain tampilannya yang mengkilat sehingga dapat mendukung kesan modern juga karena material fiber juga mudah dibentuk sesuai keinginan dengan teknik cetak.
104 terdapat di ceiling dengan menggunakan cobra striplight yang dapat menyala berurutan secara bergantian menuju ke pintu keluar area publik sehingga ank-anak tidak mudah tersesat.
Salahsatu kendala dalam proses perancangan gedung bioskop ini adalah adanya kekurangan dari bangunan eksisting diman tangga menuju lantai 2 yang terlalu tinggi sehingga sedikit membahayakan bagi anak-anak sebagai user utama gedung bioskop ini. Sebagai solusinya, digunakan material penutup lantai yang bervariasi pada anak tangga tersebut. Tangga yang terdiri dari 3 buah kumpulan anak tangga dan 2 buah bordes ini diberi jalur pemisah dengan menggunakan material karpet berwarna hitam dam lampu. Hal ini bertujuan agar anak-anak lebih menaiki tangga melalui sebelah kiri dan kanan sehingga mereka dapat berpegangan pada handrail yang disediakan. Selain itu material tangga diberi warna yang berbeda agar anak-anak lebih konsentrasi saat menaiki tangga. Kumpulan anak tangga hingga bordes pertama menggunakan karpet warna kuning, kumpulan anak tangga kedua hingga bordes kedua menggunakan karpet berwarna jingga dan kumpulan anak tangga ketiga hingga lantai dua menggunakan karpet berwarna merah tua.
DAFTAR PUSTAKA
2008. Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD serta Pembelajaran
Tematik-Keuntungan Penggunaan. [online]. (http://pembelajaranguru.wordpress.com/ 2008/05/20/karakteristik-perkembangan-anak-usia-kelas-awal-sd-serta-pembelajaran-tematik-keuntungan -penggunaan/. diakses tanggal 20 September 2010)
Cara Kerja Kacamata 3D dan Film 3D. [online]. (http://apakabardunia.com/post/teknologi/
cara-kerja-kacamata-3d-dan-film-3d. diakses tanggal 20 Septemebr 2010)
Cinema Sound. [online]. (http://www.lenardaudio.com/education/17_cinema_4.html. diakses
tanggal 20 September 2010)
Frick, Heinz, Antonius Ardiyanto, dan AMS Darmawan. 2008. Ilmu Fisika Bangunan. Yogyakarta: Kanisius.
Heriana, I Nyoman. 2010. Standar Tata Ruang Bioskop Ditinjau dari Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Manusia. [online]. (http://www.scribd.com/doc/33058718/Standar-Tata-Ruang-Bioskop-Ditinjau-Dari-Pengaruhnya-Terhadap-Kesehatan-Manusia. Diakses tanggal 5 September 2010)
Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan. Yogyakarta:Andi.
Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek. terj. Sunarto Tjahjadi. Edisi Ketiga Puluh Tiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Olds, Anita Rui. 2000. Child Care Design Guide. United State of America: The McGrow-Hill Companies.
Panero, Julius dan Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta:Erlangga.
Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Andi.
Tyson, Jeff. How Movie Projectors Work. [online]. (http://entertainment.howstuffworks.com/ movie-projector.htm, diakses tanggal 20 September 2010)