• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ILMIAH. Disusun oleh : Muhammad Dzaki Fadhilah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL ILMIAH. Disusun oleh : Muhammad Dzaki Fadhilah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PRODUCT, PRICE, PLACE, DAN PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN

(STUDI KASUS PADA KONSUMEN HERBA PENAWAR ALWAHIDA INDONESIA (HPAI))

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Muhammad Dzaki Fadhilah 155020507111036

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2021

(2)

ANALISIS PENGARUH PRODUCT, PRICE, PLACE, DAN PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

(STUDI KASUS PADA KONSUMEN HERBA PENAWAR ALWAHIDA INDONESIA (HPAI))

Muhammad Dzaki Fadhilah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email: muhammaddzakifadhilah@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh product, price, place, dan promotion terhadap keputusan pembelian pada produk Herbal Penawar Alwahida Indonesia (HPAI). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 50 responden dimana seluruhnya merupakan konsumen dari produk herbal HPAI yang berdomisili di Depok. Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuisioner. Penelitian ini menggunakan metode analisis Regresi Linier Berganda dengan program IBM SPSS Statistics 22. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa product berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, sedangkan price, place, dan promotion tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Kata kunci: Product, Price, Place, Promotion,.Keputusan Pembelian, HPAI

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, perekonomian berbasis syariah di dunia, khususnya di negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim seperti di Indonesia menunjukkan adanya pergerakan kearah positif.

Pertumbuhan itu dapat dengan jelas terlihat pada sektor keuangan dan perbankan dimana banyak perbankan mulai membuka unit syariahnya sendiri. Selain pada sektor keuangan dan perbankan, sektor industri barang dan jasa syariah juga mengalami peningkatan dalam segi konsumen atau pembeli. Kesadaran konsumen akan produk bernilai syariah khususnya penduduk Indonesia yang notabanenya mayoritas beragama islam membuat banyak perusahaan mulai berlomba-lomba dalam menghadirkan produk yang memiliki nilai halal. Tidak hanya dalam bentuk barang, tetapi juga cara produksi dan pemasarannya juga harus bernilai syariah.

Perkembangan dunia usaha halal yang demikian pesat itu juga telah menimbulkan sikap kehati-hatian pada setiap perusahaan, dimana kondisi pasar yang ada saat ini penuh dengan aneka macam produk yang ditawarkan dan dibungkus dengan strategi pemasaran yang inovatif. Dengan memperhatikan perubahan yang terjadi ditingkat pasar dan tingkat konsumen, sebuah perusahaan harus bisa mengambil keputusan yang tepat dalam merumuskan strategi pemasaran atas produk yang ditawarkan. Ketika melakukan kegiatan pemasaran, perusahaan telah menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang untuk perusahaan. Untuk itu, setiap perusahaan harus bisa memasarkan produk mereka di pasar dan dapat menjadikan mereka sebagai salah satu kompetitor yang kuat dalam industri

Pemasaran merupakan kunci utama dalam suatu perusahaan untuk dapat mengenalkan produk mereka kepada calon konsumen. Pemasaran syariah menurut Kartajaya dan Sula (2006) adalah disiplin bisnis strategis yang bertujuan untuk mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan nilai dari inisisator pada stakeholder, yang sesuai dengan akad dan mematuhi prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam islam pada seluruh prosesnya. Artinya adalah dalam praktek pemasaran syariah, dimana seluruh proses pemasaran tidak boleh ada yang bersinggungan dengan segala hal bertentangan dengan prinsip muamalah islam. Sepanjang kondisi tersebut dapat dijamin dan penyimpangan prinsip-prinip muamalah islam tidak terjadi dalam suatu interaksi atau dalam proses suatu bisnis, maka penggunaan bentuk transaksi apa pun dalam pemasaran diperbolehkan.

(3)

Strategi pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2008) adalah logika pemasaran yang diharapkan perusahaan akan menciptakan nilai bagi pelanggan dan menjalin hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan, nantinya perusahaan akan memutuskan pelanggan mana yang akan dilayani dan menetapkan prosedur mengenai bagaimana perusahaan melayani mereka.

Langkah selanjutnya yaitu perusahaan mengenali keseluruhan pasar lalu membaginya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, kemudianmemilih bagian mana yang paling menjanjikan, dan selanjutnya memusatkan perhatian pada pelayanan dan pemuasan pelanggan pada bagian tersebut.

Dengan menyusun strategi pemasaran yang baik, nantinya perusahaan dapat mengambil langkah yang tepat untuk selanjutnya memenuhi permintaan konsumen akan barang dan jasa.

Dalam menyusun strategi pemasaran terdapat beberapa variabel yang perlu dipertimbangkan, antara lain yaitu variabel yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Untuk variabel yang tidak dapat dikontrol tentunya perusahaan tidak dapat menyusun strategi yang absolut dikarenakan variabel-variabelnya memiliki sifat yang tidak pasti dan tak menentu, sehingga perusahaan akan fokus sepenuhnya pada variabel pemasaran yang bersifat mutlak dan dapat dikontrol ,salah satunya adalah variabel marketing mix.

Marketing mix (bauran pemasaran) menurut Kotler dan Armstrong (2008) ialah sekumpulan alat pemasaran taktis dan terkendali yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan reaksi yang diinginkan pada pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan perusahaan untuk dapat memengaruhi permintaan konsumen akan produk. Berbagai kemungkinan ini dikelompokkan menjadi empat variabel yang disebut “4p”

yang terdiri dari product, price, place, dan promotion. Product berarti barang maupun jasa yang ditawarkan kepada pasar , price adalah sejumlah uang yang dikeluarkan pelanggan demi memperoleh manfaat dari produk, place meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk dapat selalu tersedia bagi pelanggan sasaran, dan promotion berarti aktivitas dimana perusahaan menyampaikan manfaat dan keunggulan produk serta mengajak pelanggan untuk membelinya.

Salah satu perusahaan di Indonesia yang menggunakan konsep marketing mix syariah adalah HPAI. PT Herba Penawar Alwahida Indonesia, atau yang biasa dikenal sebagai HPAI, merupakan salah satu perusahaan berlabel Bisnis Halal Network di Indonesia yang berfokus pada penyediaan produk-produk konsumsi yang halal dan berkualitas. Sesuai dengan akta pendirian perusahaan, HPAI secara resmi didirikan pada tanggal 19 Maret 2012. HPAI merupakan hasil dari perjuangan panjang yang memilik tujuan untuk mengangkat produk-produk halal berkualitas yang berlandaskan Thibbunnabawi; membumikan, memajukan, dan mengaktualisasikan ekonomi Islam di Indonesia melalui enterpreneurship, dan juga turut serta dalam memberdayakan dan mengangkat UMKM nasional.

Dalam perjalanannya, HPAI sebagai perusahaan yang mengatasnamakan prinsip syariah sebagai landasan dalam berbisnis tentunya sangat memerhatikan nilai-nilai islam dalam menjalankan bisnisnya. Segala pengambilan keputusan baik dalam hal menentukan strategi bisnis maupun proses transaksi harus sesuai dengan nilai-nilai syariah. Maka dari itu, perusahaan berupaya semaksimal mungkin untuk menyelaraskan strategi bisnis mereka dengan perilaku dan preferensi konsumen dengan harapan bisa menarik minat konsumen untuk menggunakan produk mereka. Salah satu upaya dari HPAI untuk memenuhi permintaan tersebut yaitu dengan mendafatarkan perusahaan dan produk mereka untuk mendapatkan sertifikasi kepada lembaga DSN MUI.

Perilaku konsumen menurut James F. Engel, et.al (1968) adalah segala macam tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa ekonomis, jtermasuk juga proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Perilaku konsumen memiliki tahap-tahap didalamnya guna memutuskan sikap apa yang akan diambil nantinya oleh konsumen. Sehubungan dengan itu perlu diamati motif atau alasan yang mendorong seseorang membeli barang yang nantinya berakhir pada keputusan calon konsumen untuk membeli suatu barang atau tidak.

Keputusan pembelian menurut Kotler (2002) adalah tindakan seorang konsumen dalam menentukan mau atau tidak membeli ssebuah produk. Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian produk atau jasa, konsumen biasanya selalu mempertimbangkan kualitas dan harga dari produk yang sudah dikenal oleh masyarakat.

Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, konsumen akan melalui beberapa tahapan yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan yang terakhir yaitu perilaku pascapembelian. Definisi lain dari keputusan pembelian menurut Schiffman

(4)

dan Kanuk (2000) adalah suatu keputusan dimana seseorang akan memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada.

Pengambilan keputusan dalam pembelian memiliki nilai yang berbeda pada setiap konsumen. Dalam hal ini, masing-masing konsumen memiliki alasan atau pertimbangan yang berbeda dalam memutuskan untuk membeli suatu barang. Sebagai contoh, ada konsumen yang membeli suatu produk yang memiliki brand image yang bagus dan mendunia, ada juga yang memilih produk dilihat dari durability produk itu seperti barang-barang rumah tangga yang akan digunakan dalam jangka panjang. Maka dari itu, perusahaan harus mengetahui apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli sebuah produk, yang nantinya perusahaan dapat menyusun strategi bagaimana caranya agar dapat memenuhinya.

Bahan rujukan dalam penelitian ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai Marketing Mix (Product, Price, Place, Promotion) dan Keputusan Pembelian.

Penelitian yang dilakukan oleh Edi (2017) menyatakan bahwa secara bersama-sama dapat dikatakan ke empat variabel bebas (produk, harga, distribusi dan promosi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (keputusan pembelian). Sementara itu Sudarmaja (2019) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa produk, harga, promosi, dan lokasi berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Toyota Avanza Tipe G Di Surabaya oleh Setiawan dan Sugiharto (2014) menunjukkan bahwa variabel produk, harga, lokasi, dan distribusi menjadi variabel yang signifikan mempengaruhi Keputusan Pembelian. Jurnal lain yang ditulis oleh Firmansyah dan Rosmaniar (2015) dengan judul Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Sepeda Motor Honda Di Surabaya menyatakan bahwa variabel-variabel marketing mix (produk, harga, distribusi, dan promosi) mempunyai pengaruh yang secara bersama (simultan) dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti lebih mendalam mengenai marketing mix yang dalam setiap variabelnya disesuaikan agar dapat memiliki nilai-nilai syariah, dan apakah dengan marketing mix yang dirancang oleh perusahaan akan mempengaruhi konsumen untuk pembeli produk mereka. Objek dalam penelitian ini pun dikhususkan untuk perusahaan yang berkecimpung dalam industri herbal dikarenakan perkembangan industri herbal saat ini mulai bertumbuh, dan tentunya harus sudah bersertifikasi syariah. Fokus utama dalam penelitian ini adalah nilai kesyariahan dari tiap variabel dan pengaruhnya terhadap keputusan konsumen membeli barang. Penelitian sebelumnya banyak yang belum berfokus dengan hal tersebut, sehingga peneliti ingin mengangkatnya dalam penelitian dimana hal tersebut merupakan poin penting yang harus dipenuhi melihat dari banyaknya penduduk muslim di Indonesia.

B. KERANGKA TEORITIS Pemasaran

Kotler dan Armstrong (2008) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial dimana perusahaan berusaha memperoleh apa yang mereka inginkan melalui proses penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam konteks bisnis, pemasaran melibatkan penciptaan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dan bernilai penjual dengan pelanggan. Dengan kata lain, pemasaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, yang bertujuan untuk menghasilkan nilai dari pelanggan sebagai gantinya.

Pemasaran adalah salah satu bentuk prakti ekonomi yang diperbolehkan dalam islam, dengan syarat setiap proses transaksinya terpelihara dari apa yang dilarang oleh hukum syariah. Menurut Hermawan (2006) pemasaran syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan kepada proses penciptaan, penawaran, dan perubahan nilai dari inisiator kepada stakeholders, yang dalam seluruh prosesnya sejalan dengan akad dan prinsip muamalah dalam Islam. Artinya, dalam pemasaran syariah seluruh proses baik penciptaan, penawaran, maupun perubahan nilai, tidak boleh bertentangan dengan akad dan prinsip dalam ekonomi islam.

Terdapat empat karakteristik dalam pemasaran syariah yang dapat menjadi panduan bagi para pemasar perusahaan (Hermawan, 2006), antara lain sebagai berikut:

• Teistis (Rabbaniyah)

Seorang pemasar harus bisa membentengi diri dengan nilai-nilai spiritual untuk menjauhkan diri dari praktik penipuan, suap, dan korupsi yang biasa terjadi dalam pemasaran.

Untuk itu, seorang pemasar diharuskan memiliki keimanan yang kuat dengan selalu mendekatkan diri pada Allah SWT, dan menyakini segala perbuatannya diawasi oleh Allah SWT.

(5)

• Etis (Akhlaqiyyah)

Seorang pemasar wajib mengedepankan masalah akhlak dalam seluruh aspek kehidupannya. Prinsip bersuci dalam Islam tidak hanya dalam ibadah, tetapi juga dapat ditemukan dalam kehidupan bersosial sehari-hari seperti berbisnis, berumah tangga, bergaul, bekerja, belajar dan lainnya

• Realistis (Al-waqi’yyah)

Seorang pemasar adalah seorang pemasar profesional dengan penampilan yang bersih, rapi, tertib, dan pandai bergaul. Mereka bekerja secara profesional dengan mengutamakan nilai- nilai agama, ketakwaan, aspek etika dan kejujuran dalam semua kegiatan pemasarannya.

• Humanistis (Al-insaniyyah)

Seorang pemasar harus bertindak sesuai dengan norma yang ada dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat para konsumen. Seorang pemasar juga harus memandang konsumennya sebagai manusia tanpa menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan, dan status. Dan juga menghormati konsumen bukan sebagai suatu objek yang bisa dimanipulasi demi keuntungan semata.

Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2008) ialah suatu logika pemasaran dimana perusahaan mengharapkan untuk dapat menciptakan nilai pada pelanggan dan mencapai hubungan yang menguntungkan.perusahaan, serta memutuskan pelanggan mana yang akan dilayani dan bagaimana prosedur pelayanannya. Perusahaan mengenali pasar secara keseluruhan, dan kemudian membaginya menjadi segmen-segmen yang lebih kecil, memilih yang paling menjanjikan dan kemudian memberikan perhatian khusus pada layanan dan kepuasan pelanggan pada segmen tersebut.

Dalam merancang strategi pemasaran, terdapat beberapa variabel pendukung guna menghasilkan strategi pemasaran terpadu, diantaranya yaitu:

1. Variabel yang tidak dapat dikontrol

Meliputi keadaan persaingan, perkembangan teknologi, perubahan demografi, kebijaksanaan politik dan ekonomi pemerintah, dan sumber daya alam,

2. Variabel yang dapat dikontrol

Meliputi market segmentation, market budget, timing, marketing mix.

Untuk variabel yang tidak dapet dikontrol, pemasar tidak dapat.menentukan strategi pemasaran yang tetap dikarenakan setiap variabelnya bersifat kondisional atau dapat berubah setiap waktu Sehingga pemasar hanya dapat merancang strategi pemasaran perusahaannya dengan mengacu pada variabel pemasaran yang dapat dikontrol perusahaan sendiri.

Marketing Mix

Kotler dan Armstrong (2008) mendefinisikan bauran pemasaran (marketing mix) sebagai seperangkat alat pemasaran taktis terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menciptakan respons yang diinginkan di pasar sasaran. Bauran pemasaran mencakup segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan yang bertujuan untuk mempengaruhi permintaan produk mereka, dimana segala sesuatu tersebut diringkas menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai "4p":

Product, Price, Place, dan Promotion.

1. Product

Produk berarti segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan calon konsumen. Produk tidak hanya mencakup barang berwujud, tetapi juga mencakup jasa/layanan, acara, orang, tempat, organisasi, ide, atau campuran dari entitas ini. Produk merupakan elemen utama dalam perencanaan bauran pemasaran. Perencanaan bauran pemasaran dimulai dengan merumuskan penawaran produk yang menguntungkan bagi pelanggan sasaran. Penawaran produk ini menjadi dasar untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan dengan pelanggannya.

Dalam praktik ekonomi islam, produk haruslah memenuhi ketentuan yang ditetapkan di dalam fiqh muamalah. Ketentuan yang dimaksud ialah produk harus bersifat halal, hak kepemilikan sah, jelas/konkret, dan harus dapat ditentukan kuantitas dan kualitasnya (Asnawi dan Fanani, 2019). Syarat halal merupakan faktor yang membedakan produk yang ditawarkan oleh perusahaan berbasis syariah dengan yang tidak. Oleh sebab itu, dibutuhkan lebih perusahaan yang mengeluarkan produk berlabel halal agar ekonomi syariah dapat bersaing dalam pasar jual beli.

(6)

2. Price

Dalam pengertian yang sederhana, harga (price) adalah jumlah uang yang harus dibayarkan atas suatu produk atau jasa. Secara lebih jelas, harga didefinisikan sebagai jumlah nilai yang dikeluarkan oleh pelanggan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk dan jasa. Harga merupakan salah satu faktor penting yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk/jasa salain dari kualitas ataupun manfaat dari produk/jasa itu sendiri, maka dari itu penentuan harga sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan perusahaan

Menurut Rachmat Syafei (2001), penentuan harga terjadi pada saat akad, yakni sebagai sesuatu yang direlakan dalam akad, yang dimana besarannya bisa lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang. Harga biasanya dijadikan sebagai alat penukar barang yang disepakati oleh kedua pihak yang melakukan akad. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa harga adalah suatu kesepakatan yang berkaitan dengan jual beli barang/jasa dimana kesepakatan tersebut diterima oleh kedua belah pihak. Besarnya harga haruslah sebanding dengan barang/jasa yang diberikan oleh penjual kepada pembeli.

Penentuan harga di dalam islam dilarang berlebihan (over pricing), karena hal tersebut dapat menciderai asas keadilan yang ada dalam ekonomi islam. Selain itu, Abuznaid (2012) berpendapat bahwa ada beberapa kebijakan yang harus dipatuhi dalam menentukan harga seperti dilarang memalsukan informasi harga, tidak diskriminasi harga, dan tidak menipu pelanggan.

Apabila kebijakan tersebut dapat dipenuhi, maka praktik jual beli yang dilakukan telah memenuhi syarat syariah ekonomi.

3. Place

Place (lokasi/distribusi) meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Konsep ini berfokus pada lokasi perusahaan, dimana semakin strategis lokasi perusahaan, semakin tinggi keuntungan yang mungkin akan didapat perusahaan. Lokasi yang strategis memungkinkan konsumen atau calon pembeli untuk lebih mudah menjangkau dan membeli barang, membuat perdagangan menjadi lebih efisien dan mudah untuk dilakukan.

Dalam hal distribusi, Hassan et al (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang berprinsip syariah haruslah mengikuti prinsip tidak melakukan eksploitasi, tidak menggunakan paksaan, dan tidak menimbun produk. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi monopoli yang nantinya akan berimbas pada harga produk yang tidak masuk akal (over price).

4. Promotion

Promotion (promosi) berarti aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan membelinya. Dalam islam, kegiatan promosi harus selalu mengikuti etika dalam promosi seperti tidak melecehkan suku, agama dan ras, terlalu berlebihan (hiperbolis), dan eksploitasi perempuan dalam iklan guna memikat pelanggan (Abuznaid, 2012).

Promosi merupakan salah satu strategi pemasaran yang memiliki tujuan utama yaitu menginformasikan konsumen suatu produk baru dan mengajak konsumen untuk membeli produk tersebut. Dalam pemasaran syariah, terdapat beberapa aturan yang harus dipatuhi yaitu,

- Menghindari pemalsuan dalam iklan.

- Menghindari manipulasi penjualan yang menyesatkan - Menghindari penipuan dalam promosi

Promosi juga memiliki variabelnya tersendiri atau bisa disebut dengan bauran promosi yang diantaranya yaitu advertising, sales promotion, public relations, publicity, personal selling, dan direct marketing

Dalam perkembangannya, marketing mix kini mendapatkan tambahan tiga variabel baru yaitu people, process, dan physical evidence.

• Indikator Marketing Mix

Indikator dari setiap variabel bauran pemasaran menurut Kotler dan Armstrong tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 1: Indikator Marketing Mix Variabel Indikator

Produk ragam, kualitas, desain, fitur, merek, kemasan, layanan

Harga daftar harga, diskon, potongan harga, periode pembayaran, persyaratan kredit

Distribusi saluran, cakupan, pemilahan, lokasi, persediaan, transportasi, logistik

(7)

Promosi iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, hubungan masyarakat

Sumber: Prinsip-Prinsip Pemasaran, Philip Kotler

Dengan menetapkan indikator pada setiap variabel bauran pemasaran, pemasar dapat merancang strategi pemasaran yang kompatibel sesuai dengan indikator masing-masing variabel.

Perilaku Konsumen

Konsumsi dalam ilmu ekonomi mikro konvensional diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan dan mencapai tingkat kemakmuran dalam arti terpenuhi berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun sekunder, barang mewah maupun kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, atau dengan kata lain memperoleh nilai guna (utility) semaksimal mungkin.

Sedangkan dalam ekonomi Islam, konsumsi bertujuan untuk mendapat maslahah (kesejahteraan atau manfaat) dalam setiap apa yang dikonsumsinya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang dimana kebutuhan tersebut untuk dunia dan akhirat, seorang muslim akan mengonsumsi tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari agar bernilai ibadah disisi Allah, sehingga terjadi keseimbangan antara dunia dan akhiratnya kelak hal ini bertujuan untuk melindungi agama, jiwa, keturunan, kekayaan, dan akal yang biasa disebut dengan maqashid syariah.

Schiffman dan Kanuk (1994) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam rangka mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk atau jasa yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan James F. Engel (1968) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan individu yang terlibat langsung dalam upaya memperoleh dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pembelian.

Berbeda dengan perilaku konsumen dalam islam, perbedaan paling mendasar dari perilaku konsumen muslim yaitu adanya saluran penyeimbang si samping saluran kebutuhan individual yang biasa disebut sebagai saluran konsumsi sosial. Muflih (2006) menjabarkan mengenai konsumsi dalam Islam dimana perilaku seorang konsumen harus mencerminkan bagaimana hubungan dirinya dengan Allah SWT. Seorang konsumen akan mengalokasikan pendapatannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan duniawi, tetapi juga untuk kebutuhan di akhirat kelak.

Perilaku konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peran keimanan. Keimanan merupakan salah satu parameter yang penting karena keimanan akan memberikan pandangan terhadap dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian seseorang, yang diekspresikan dalam bentuk perilaku, gaya hidup, selera, sikap, sumber daya, dan ekologi. Termasuk didalamnya mempengaruhi seseorang dalam perilaku konsumsi guna mendapat kepuasan material dan spiritual.

Arah dari kajian perilaku konsumen adalah proses yang dilakukan konsumen baik individu maupun organisasi dalam rangka mendapatkan suatu produk melalui beberapa tahapan yang menghasilkan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian atau tidak, termasuk di dalamnya tindakan pasca pembelian. Selanjutnya kajian mengenai perilaku konsumen dapat digunakan untuk mengembangkan maupun mengevaluasi strategi pemasaran perusahaan agar kedepannya dapat lebih tepat dalam merancang strategi pemasaran.

Keputusan Pembelian Definisi

Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen yang dipengaruhi oleh faktor keuangan, teknologi, politik, budaya, produk, harga, lokasi, promosi, bukti fisik, orang, dan proses, yang akan membentuk sikap konsumen untuk mengolah segala informasi yang ada, dan menarik kesimpulan berupa keputusan akan produk apa yang ingin dibeli (Alma, 2011). Secara lebih jelas, keputusan pembelian dapat diartikan sebagai keputusan akhir konsumen untuk membeli atau tidak membeli suatu produk setelah melalui beberapa tahapan evaluasi dan mempertimbangkan faktor- faktor yang memengaruhinya.

Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2003), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, antara lain sebagai berikut:

- Faktor Kebudayaan; budaya, sub budaya, dan kelas sosial.

- Faktor Sosial; keluarga, kelompok acuan, peran, dan status sosial.

(8)

- Faktor Pribadi; usia, , pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, siklus hidup, kepribadian, dan konsep diri pembeli.

- Faktor Psikologis; motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.

Dimensi Keputusan Pembelian

Keputusan konsumen untuk melakukan pembelian menurut Tjiptono (2012) terbagi menjadi beberapa dimensi yaitu:

1. Pilihan produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk dilihat dari produk itu sendiri. Contohnya seperti pembeli membeli suatu produk dikarenakan keberagaman varian dari produk atau kualitas produk yang baik.

2. Pilihan merek

Pembeli mengambil keputusan produk dengan merek apa yang akan dibeli. Setiap merek pasti memiliki perbedaan tersendiri. Terkadang pembeli lebih memilih untuk membeli produk yang memiliki brand image yang sudah terkenal atau populer.

3. Pilihan penyalur

Pembeli mengambil keputusan mengenai penyalur mana yang akan dikunjungi untuk membeli produk. Setiap pembeli mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur, biasanya pembeli akan memilih penyalur yang lokasinya mudah dijangkau ataupun yang memiliki persediaan produk yang banyak.

4. Waktu pembelian

Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian dapat berbeda-beda sesuai urgensi, misalnya untuk barang konsumsi primer harus dibeli seminggu sekali atau sebulan sekali, untuk barang konsumsi sekunder atau yang tahan lama bisa dibeli beberapa bulan sekali atau satu tahun sekali.

5. Jumlah pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan mengenai seberapa banyak jumlah produk yang ingin dibeli. Salah satu contoh pembelian yang jumlahnya lebih dari satu misalnya seperti makanan instan untuk persediaan cadangan makanan.

6. Metode Pembayaran

Beberapa konsumen memutuskan untuk membeli produk dengan mempertimbangkan metode pembayaran yang digunakan. Ada pembeli yang lebih suka membayar secara tunai, dan ada juga pembeli yang lebih memilih pembayaran secara kredit, semua itu tergantung preferensi dan kesanggupan dari masing-masing pembeli.

Jenis-jenis Perilaku Keputusan Pembelian

Terdapat empat jenis perilaku keputusan pembelian, antara lain sebagai berikut:

1. Perilaku Pembelian Rumit (Complex Buying Behavior)

Kondisi dimana konsumen memiliki keterlibatan yang tinggi dalam pembelian ketika produk sifatnya itu mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan ekspresi diri, serta merasa ada perbedaan yang tinggi antar merek. Konsumen biasanya akan mencari tahu mengenai spesifikasi dari produk.

Contoh: mobil, laptop, handphone.

2. Perilaku Pembelian Pengurangan Ketidaknyamanan. (Dissonance-Reducing Buying Behavior)

Kondisi dimana konsumen memiliki keterlibatan yang tinggi dalam pembelian produk ketika produk itu sifatnya mahal, beresiko, dan jarang dibeli, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan antar merek.

Contoh: sofa, buffet.

3. Perilaku Pembelian Kebiasaan (Habitual Buying Behavior)

Kondisi dimana konsumen memiliki keterlibatan yang rendah dalam pembelian dan menganggap perbedaan antar merek hanya sedikit. Produk yang dibeli merupakan produk yang sudah biasa dikonsumsi seharu-hari.

Contoh: mie instan, air mineral.

4. Perilaku Pembelian Mencari Keragaman (Variety-Seeking Buying Behavior)

Kondisi dimana konsumen memiliki keterlibatan yang rendah dalam pembelian tetapi merasa terdapat perbedaan signifikan antar merek. Faktor yang pendorong dari kondisi ini yaitu ingin mencari variasi ataupun karena bosan.

Contoh: sabun, parfum.

(9)

Proses Tahapan Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Amstrong (2008), penjelasan tahapan proses keputusan pembelian adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan (need recognition) yaitu kondisi dimana pembeli menyadari suatu kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh:

- Rangsangan internal; saat dimana salah satu kebutuhan normal seseorang (rasa lapar, haus) timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi sebuah dorongan.

- Rangsangan Eksternal; contohnya adalah suatu iklan atau diskusi dengan teman bisa membuat seseorang tertarik untuk membeli mobil baru.

Pada tahap ini, pemasar harus meneliti konsumen untuk mengetahui kebutuhan atau masalah apa yang muncul, apa penyebabnya, dan bagaimana masalah tersebut dapat mengarahkan konsumen pada produk tertentu.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang tertarik mungkin atau mungkin tidak mencari informasi tambahan. Jika permintaan konsumen tinggi dan ada produk di dekatnya, konsumen dapat membelinya nanti. Jika tidak, konsumen dapat mempertahankan kebutuhan akan ingatannya atau mencari informasi mengenai produk yang dibutuhkan.

Konsumen biasanya memperoleh informasi melalui beberapa sumber meliputi:

- Pribadi; keluarga, teman, tetangga, rekan.

- Komersial; iklan, wiraniaga, situs Web, penyalur, kemasan, tampilan.

- Publik; media massa, organisasi pemeringkat konsumen.

- Eksperimental; penanganan, pemeriksaan, pemakaian produk.

3. Evaluasi Alternatif

Pemasar perlu menyadari adanya penilaian alternatif, yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk membuat pilihan dari beberapa merek. Konsumen memiliki sikap yang berbeda terhadap pilihan merek karena proses evaluasi yang berbeda. Bagaimana konsumen mengevaluasi pilihan alternatif tergantung pada individu itu sendiri dan situasi belanja tertentu menggunakan perhitungan dan pemikiran logis. Pemasar harus mempelajari pembeli untuk memahami bagaimana mereka sebenarnya menilai pilihan merek. Dengan mengetahui proses evaluasi apa yang sedang berlangsung, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan pembeli.

4. Keputusan Pembelian

Selama fase evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk niat pembelian. Biasanya, pembeli membuat keputusan untuk membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor pembias antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli yaitu:

- Faktor pertama adalah sikap orang lain, dimana keputusan pembelian akan berbeda dengan niat pembelian yang sudah direncanakan dikarenakan adanya pengaruh dari orang lain.

- Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan, dimana keputusan pembelian akan berbeda dengan niat pembelian yang sudah direncanakan dikarenakan situasi tertentu, contohnya seperti keadaan ekonomi yang memburuk.

5. Perilaku Pascapembelian

Pekerjaan pemasar tidak berakhir dengan terjualnya suatu produk. Setelah membeli suatu produk, konsumen akan menimbang apakah mereka merasa puas atau tidak puas dengan produk yang nantinya akan memengaruhi keputusan konsumen setelah pembelian, hal inilah yang harus diperhatikan oleh pemasar. Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan tergantung pada hubungan antara harapan konsumen dan manfaat dari produk yang dirasakan. Jika produk tidak sesuai harapan, konsumen kecewa; jika produk memenuhi harapan, konsumen puas; jika produk melebihi harapan, konsumen sangat senang

Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian-penelitian terdahulu yang serupa dengan bahasan dalam penelitian penulis, yang nantinya dapet menjadi acuan bagi penulis unutuk menyusun penelitian ini.

Tabel 2: Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

(10)

1 Pengaruh Marketing Mix terhadap Minat Pembelian dan Keputusan Pembelian Reksadana Syariah

Analisis Kuantitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa marketing mix mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian reksadana syariah sebesar 84.2% yang dibuktikan dengan nilai t-statistik 2.191 dan nilai p value 0.029.

2 Pengaruh Marketing Mix terhadap Keputusan Pembelian pada Agung Toyota di Denpasar

Analisis Kuantitatif

Hasil uji menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri produk, harga, Promosi dan Lokasi berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian

3 Pengaruh Marketing Mix terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor merek Suzuki Satria F Pada PT. Sinar Galesong Mandiri di Kota Makassar

Analisis Kuantitatif

Produk, harga, promosi, dan distribusi berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor Suzuki Satria F pada PT. Sinar Galesong Mandiri di kota Makassar

4 Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Pembelian Busana Muslim di Tangerang

Analisis Kuantitatif

Strategi bauran pemasaran berpengaruh terhadap pembelian busana muslim di Tanggerang, namun variabel yang mempengaruhi secara signifikan hanya variabel tempat (place).

5 Pengaruh Marketing Mix tehadap Keputusan Pembelian pada Waserda UKM Mart Koperasi Karyawan Widyagama Malang

Analisis Kuantitatif

Variabel produk, harga, promosi, lingkungan fisik, dan pelayanan secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama Malang

6 Pengaruh Marketing Mix terhadap Keputusan Pembelian pada Aldila Resto di Semarang

Analisis Kuantitatif

Produk, harga, promosi, tempat, orang, lingkungan fisik dan proses secara simultan/bersamasama berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian di Aldila Resto Semarang.

7 Pengaruh Bauran

Pemasaran Syariah dan Label Halal terhadap Keputusan Pembelian

Analisis Kuantitatif

Berdasarkan pengujian untuk menganalisis hubungan antara variabel independen (bauran pemasaran syariah dan label halal) terhadap variabel dependen (keputusan pembelian) dapat disimpulkan bahwa,bauran pemasaran syariah berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

8 Pengaruh Marketing Mix terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Sepeda Motor Honda di Surabaya

Analisis Kuantitatif

Variabel-variabel marketing mix (produk, harga, distribusi, dan promosi) mempunyai pengaruh yang secara bersama (simultan) dan signifikan terhadap pembelian konsumen sepeda motor merek Honda di Surabaya.

9 Pengaruh Strategi Islamic Marketing Mix terhadap Minat Beli dan Keputusan

Analisis Kuantitatif

Ada pengaruh antara variabel variabel harga (price), tempat (place), promosi (promotion) dan bukti fisik (physical

(11)

Pemasaran

Keputusan Pembelian

Perilaku Konsumen

Promotion Place

Price Product

Strategi Pemasaran

Marketing Mix Pembelian

(Studi Kasus Pada Produk HNI HPAI (Halal Network International Herba

Penawar Alwahida

Indonesia) di Kota Pekanbaru)

evidence) terhadap keputusan pembelian. Sedangkan pada variabel produk (product), SDM (people), proses (process), tidak ada pengaruh terhadap keputusan pembelian.

Sumber: Penulis, 2021 Kerangka Pikir

Kerangka konseptual penelitian ini dibangun berdasarkan rumusan masalah dan variabel yang digunakan. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah marketing mix dan keputusan pembelian.

Hubungan antara variabel tersebut akan digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut

Gambar 1: Kerangka Konseptual

Sumber: Penulis, 2021 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian, dianggap sementara karena jawaban yang diberikan hanya didasarkan pada teori yang relevan dan bukan pada data empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis juga dapat diartikan sebagai jawaban teoritis atas rumusan masalah penelitian, dan bukan sebagai jawaban empiris (Sugiyono, 2014:93).

Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(12)

• H1: Variabel produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

• H2: Variabel harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

• H3: Variabel tempat berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

• H4: Variabel promosi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

• H5: Variabel Produk, harga, tempat, dan promosi secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif- induktif dimana secara penulisan dimulai dengan latar belakang teori, gagasan ahli, atau wawasan seorang peneliti. tentang pengalaman mereka, yang kemudian dikembangkan menjadi suatu permasalahan, dan nantinya dari permasalahan yang ada menghasilkan jalan keluar atau penyelesaian yang dapat dikonfirmasi keakuratannya.

Penelitian kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2009), dapat dipahami sebagai metode penelitian berdasarkan filosofi positivisme yang digunakan untuk mempelajari populasi/sampel tertentu, metode pengambilan sampel sering dilakukan secara acak, pengumpulan data melalui penelitian instrumental, analisis data bersifat statistik untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Pilihan untuk menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini dinilai tepat karena kesesuaian permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Tempat dan Waktu Penelitian

• Tempat atau lokasi dilakukannya penelitian ini adalah di wilayah Kota Depok

• Waktu atau periode dilakukannya penelitian ini yaitu dari Mei 2021– Juli 2021 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat atau sesuatu hal yang dapat diamati atas variabel penelitian tersebut, dimaksudkan untuk menghindari perbedaan pengertian dan memberi batasan yang tegas pada variabel. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari satu variabel terikat yaitu Keputusan Pembelian (Y), dan empat variabel bebas yang terdiri dari Product (X1), Price (X2), Place (X3), dan Promotion (X4).

Pengukuran variabel menjelaskan proses pengukuran variabel (jika data bersifat mentah dan memerlukan proses penghitungan lebih lanjut sebelum dipakai sebagai variabel) dan satuan ukuran yang digunakan. Pada penelitian ini, pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Skala ordinal adalah skala yang menetapkan klasifikasi antar level. Jarak atau interval waktu antar level juga belum tentu sama. Dalam skala ordinal, objek atau kategori diurutkan berdasarkan level, dari level terendah hingga tertinggi, atau sebaliknya. Misalnya, dalam variabel sikap seseorang terhadap suatu penegasan, sikap mengambil bentuk “sangat setuju”, “setuju”, “sedang”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”. Masing-masing kategori dapat disimbolkan dengan menggunakan sistem poin, 5 poin untuk sangat setuju,4 poin untuk setuju, 3 poin untuk sedang, 2 poin untuk tidak setuju dan 1 poin untuk sangat tidak setuju.

Berikut adalah definisi operasional dan skala pengukuran dari variabel-variabel yang akan diteliti:

Tabel 3: Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

1 Product Segala sesuatu yang ditawarkan perusahaaan ke dalam pasar

- Variasi produk - Kualitas produk - Kemasan produk

Ordinal 2 Price Nilai dari produk yang

dinyatakan dalam bentuk uang.

- Harga dan kualitas linier

- Harga yang bersaing - Pemberian potongan

harga

Ordinal

3 Place Penempatan lokasi - Tersedia dibanyak Ordinal

(13)

operasional.perusahaan guna memudahkan konsumen untuk medapatkan produk

lokasi

- Lokasi yang srategis - Lokasi mudah

dijangkau

- Stok produk memenuhi permintaan

4 Promotion Segala upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkenalkan produk mereka

- Agen penjualan - Advertisment

- Sosialisasi produk Ordinal 5 Keputusan

Pembelian

Konsumen memutuskan untuk membeli produk setelah melakukan beberapa pertimbangan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan.

- Pembelian barang - Kepuasan akan produk - Memutuskan untuk

berlangganan Ordinal

Sumber: Penulis, 2021

Populasi dan Penentuan Sampel

Secara sistematis, bahasan dalam bagian ini terdiri atas:

• Identifikasi dan batasan populasi atau subjek penelitian.

Ruang lingkup dari populasi yang akan diteliti adalah konsumen HPAI yang berdomisili di Depok dan sekitarnya, yang jumlahnya dibatasi yaitu sebanyak 100 orang.

• Prosedur dan teknik pengambilan sampel.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam peneliian ini adalah metode random sampling, dimana dari populasi akan diambil beberapa sampel yang dipilih secara acak (random).

• Jumlah sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada metode sampel Roscoe (1975) dimana dalam penelitian multivariat ukuran sampel sebaiknya 10 kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan sebanyak lima variabel, maka jumlah sampel yang diperlukan guna menunjang penelitian ini yaitu sebanyak 50 sampel.

Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang diperlukan dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Jenis Data

• Data Kuantitatif merupakan Jenis data yang berbentuk angka-angka.

• Data Kualitatif merupakan jenis data yang dijabarkan bukan dalam bentuk angka-angka seperti struktur organisasi, tingkat kesejahteraan konsultan dan lain sebagainya.

b. Sumber Data

• Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yang diteliti. Data ini meliputi hasil kuesioner (angket) responden dan hasil wawancara dengan konsultan.

• Data Sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri oleh peneliti melainkan diperoleh melalui penelitian orang lain tetapi data tersebut mendukung permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini dan atau data yang sudah ada dalam perusahaan.

c. Teknik Pengumpulan Data serta Instrumen yang Digunakan

Pada penelitian ini, penulis menggunakan angket (Kuesioner) dalam pengumpulan data primer yang dibutuhkan, dimana . Teknik ini dapat menggunakan kuesioner, daftar cocok (checklist), dan skala (scala) sebagai instrumen penelitiannya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pemberian skor pada kuesioner penelitian atau yang biasa disebut sebagai teknik skala likert.

Penggunaan skala likert menurut Sugiyono (2013) yaitu skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan pilihan satu atau sekelompok orang mengenai suatu fenomena sosial. Peneliti juga menggunakan data sekunder dari portal resmi sebagai data penunjang penelitian.

(14)

Metode Analisis

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam metode analisis untuk menganalisa data, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial.

A. Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang dikumpulkan tanpa bermaksud menarik kesimpulan atau menggeneralisasi. Analisis ini dilakukan hanya sebagai akumulasi data mentah dalam bentuk deskriptif dalam arti tidak mencari dan menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis, tidak membuat prediksi atau menarik kesimpulan. Analisis deskriptif biasanya dapat dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel, grafik, dan bagan.

B. Analisis inferensial adalah jenis statistik yang fokus kepada pengolahan data sampel sehingga bisa mengambil keputusan atau kesimpulan pada populasi. Analisis inferensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidak suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid apabila setiap pertanyaan pada kuesioner mampu menjawab sesuatu yang ingin diukur di dalam penelitian. Pengujian dilakukan secara statistik, yang dapat dilakukan secara manual atau dengan dukungan komputer. Perhitungan validitas dilihat dari perbandingan antara nilai r hitung dan r tabel. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel pada tingkat signifikan 5% (0,05) maka data dikatakan valid. Apabila salah satu item tidak valid, maka item tersebut bisa dihapus.

b) Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk menetapkan apakah kuisioner yang dipakai dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak untuk responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten, atau bisa dikatakan untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya (konsisten). Perhitungan reliabilitas dapat dilakukan secara manual atau dengan dukungan komputer. Perhitungan reliabilitas didasarkan pada perhitungan alpha cronbach, yang mana apabila alpha cronbach lebih kecil dari 0,6, maka dapat dikatakan reliabel. Apabila hasilnya tidak reliabel, maka dapat dilakukan resampling di sample yang sama atau beda, tetapi di dalam konsep yang tetap.

c) Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memberikan hasil koefisien regresi yang linier, tidak bias, konsisten, taksiran yang diperoleh akan tetap mendekati nilai parameter, serta efisien dimana memiliki varian yang minimum atau yang biasa disebut dengan Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Asumsi yang harus terpenuhi dari pengujian tersebut adalah tidak ditemukannya korelasi dari residual periode t dengan t-1 (autokorelasi), nilai variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain bernilai sama (heteroskedastisitas), serta menghasilkan data yang terdistribusi secara normal (normalitas).

Pengujian asumsi klasik terdiri dari:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi secara normal.

Model regresi yang baik adalah model yang memiliki nilai residual yang terdistribusi normal.

Pengujian normalitas diperiksa bukan untuk setiap variabel, tetapi untuk nilai residual. Seringkali terjadi beberapa kesalahan, dimana pemeriksaan normalitas dilakukan untuk setiap variabel. Hal ini tidak dilarang, tetapi model regresi memerlukan normalisasi pada nilai residual, bukan pada setiap variabel dalam penelitian.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah pengujian yang bertujuan untuk melihat apakah terdapat korelasi yang tinggi antar variabel independen dalam suatu model regresi linear. Jika terindikasi adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen, maka hubungan antara variabel independen dan dependen akan ikut terganggu.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dirancang untuk memeriksa korelasi antara periode waktu t dengann periode sebelumnya (data time series). Singkatnya,, analisis regresi mempelajari pengaruh variabel independen terhadap dependen, sehingga tidak boleh terjadi adanya korelasi. antara pengamatan dengan data dari pengamatan sebelumnya. Oleh karena itu perlu dilakukan uji autokorelasi untuk menghindari hal tersebut. Dalam penelitian ini, penggunaan uji autokorelasi tidak diperlukan dikarenakan data yang digunakan adalah data bersifat cross section.

(15)

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah ada ketidaksamaan varians dari satu residual ke residual lainnya. Model regresi yang baik adalah yang memenuhi syarat yaitu apabila terdapat varians yang sama pada residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya,atau yang bisa juga disebut homoskedastisitas.

d) Uji Hipotesis

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam analisis ini dapat dilihat seberapa besar variabel bebas, yaitu kualitas produk (X1), harga (X2), lokasi (X3), promosi (X4), berpengaruh terhadap variabel terikat, yaitu keputusan pembelian (Y). Bentuk persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Dimana :

Y = Keputusan pembelian α = Konstanta

β = Koefisien X1 = Produk X2 = Harga X3 = Lokasi X4 = Promosi

e = Variabel pengganggu (error) 2. Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual menerangkan variasi dari variabel dependen (Ghozali, 2006). Pengujian regresi secara parsial (uji t) bertujuan untuk mengetahui apakah variabel indenpenden secara individu mempengaruhi variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel lainnya bernilai konstan.

Pengujian signifikansi secara parsial dilakukan dengan rumus sebagai berikut ini : Th = 𝑏𝑖 𝛽 𝑗0

𝑆𝑏𝑖

Dimana:

Th = t- hitung

bi = Koefisien regresi dari variabel bebas βj0 = Koefisien persial regresi

Sbi = Standar error

Setelah didapatkan hasilnya, langkah selanjutnya yaitu dengan membandingkan nilai t hitungnya dengan t tabel. Apabila t-tabel > t-hitung, H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila t-tabel <

t-hitung, H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan tingkat signifikansi 95% (a = 5%).

Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi. Apabila angka probabilitas signifikansi

> 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, H0

ditolak dan H1 diterima.

3. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersamaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai dari F hitung lebih besar dari nilai pada tabel F, maka hipotesis yang mengasumsikan bahwa semua variabel independen secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dapat diterima kebenarannya.

Pengujian signifikansi secara simultan dengan rumus sebagai berikut:

Fh= 𝑅

22 (1− 𝑅2) (𝑛−3)

Dimana:

Fh = F-hitung yang akan di bandingkan dengan F-tabel R2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah koresponden

Setelah didapatkan hasilnya, langkah selanjutnya yaitu dengan membandingkan nilai f hitungnya dengan f tabel. Apabila f-tabel > f-hitung, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila f- tabel < f-hitung, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan tingkat signifikansi 95% (a = 5%).

Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi. Apabila probabilitas signifikansi >

0,05, H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila probabilitas signifikansi < 0,05, H0 ditolak dan H1

diterima.

(16)

4. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi biasanya didefinisikan sebagai kemampuan semua variabel independen untuk menjelaskan varians dari variabel dependen. Secara sederhana, koefisien determinasi didapatkan dengan cara mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (R).

Contoh, jika nilai R sebesar 0,90 maka koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,90 x 0,90 = 0,81. Dapat diartikan dimana kemampuan variabel independen dalam menjelaskan varians dari variabel dependen yaitu sebesar 81,0%. Berarti terdapat 19% (100% - 81%) varians variabel terikat yang dijelaskan oleh faktor lain di luar variabel bebas. Berdasarkan interpretasi diatas, dapat dismpulkan bahwa nilai R square berkisar antara 0 sampai 1.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidak suatu kuesioner. Kuesioner dinyatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang ingin diukur oleh kuesioner tersebut.

Tabel 4: Hasil Uji Validitas

No Indikator Koefisien Korelasi Keterangan Variabel Produk

1 X1.1 0,824 Valid

2 X1.2 0,743 Valid

3 X1.3 0,735 Valid

4 X1.4 0,807 Valid

Variabel Harga

1 X2.1 0,772 Valid

2 X2.2 0,801 Valid

3 X2.3 0,778 Valid

Variabel Tempat

1 X3.1 0,731 Valid

2 X3.2 0,819 Valid

3 X3.3 0,828 Valid

4 X3.4 0,777 Valid

Variabel Promosi

1 X4.1 0,805 Valid

2 X4.2 0,863 Valid

3 X4.3 0,839 Valid

Variabel Keputusan Pembelian

1 Y.1 0,884 Valid

2 Y.2 0,882 Valid

3 Y.3 0,898 Valid

4 Y.4 0,884 Valid

Sumber : Data diolah SPSS

Perhitungan validitas didasarkan pada perbandingan antara r hitung dan r tabel. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel pada tingkat signifikan 5% (0,05) maka data dikatakan valid. Pada penelitian ini, nilai r tabel yang digunakan adalah 0,279 (N=50). Dari setiap indikator masing- masing variabel memiliki nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,279. Maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini bersifat valid.

Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk menentukan apakah suatu kuesioner dapat digunakan beberapa kali, setidaknya untuk responden yang sama, akan menghasilkan data yang sifatnya konsisten, atau bisa dikatakan untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya.

Tabel 5: Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Cronbach Alpha Keterangan

(17)

1 Produk 0,779 Reliabel

2 Harga 0,686 Reliabel

3 Tempat 0,798 Reliabel

4 Promosi 0,785 Reliabel

5 Keputusan Pembelian 0,910 Reliabel

Sumber: Data diolah SPSS

Untuk mengetahui apakah kuesioner reliabel, maka nilai dari cronbach alpha harus lebih besar dari nilai batas yaitu 0,60. Tabel diatas menunjukkan bahwa setiap variabel memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60, dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian bersifat reliabel.

Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memberikan hasil koefisien regresi yang linier, tidak bias, konsisten, taksiran yang diperoleh akan tetap mendekati nilai parameter, serta efisien dimana memiliki varian yang minimum. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik dibagi menjadi 3 yaitu uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas:

Tabel 6: Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 50

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.87477356 Most Extreme Differences Absolute .099

Positive .089 Negative -.099

Test Statistic .099

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Data diolah SPSS

Berdasarkan output pada tabel di atas terlihat dimana nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,200 dimana memenuhi syarat lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian terdistribusi secara normal.

Tabel 7: Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficie

nts

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -2.938 2.185 -1.344 .186

Produk .620 .138 .519 4.484 .000 .556 1.798

Harga .264 .204 .174 1.295 .202 .414 2.415

Lokasi .041 .167 .037 .245 .807 .326 3.069

Promosi .326 .195 .230 1.671 .102 .394 2.536

a. Dependent Variable: Total_Y Sumber: Data diolah SPSS

Pada pengujian multikolinearitas apabila nilai tolerance > 0.1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Pada tabel diatas, setiap variabel independen memiliki nilai tolerance masing-masing adalah 0.556; 0.414; 0.326; 0.394 > 0,1 dan nilai VIF masing-masing adalah 1.798; 2.415; 3.069; 2.536 < 10, maka dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas.

(18)

Tabel 8: Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.541 2.010 1.762 .085

Produk .079 .127 .113 .623 .536

Harga -.029 .188 -.033 -.156 .877

Lokasi -.201 .154 -.311 -1.309 .197

Promosi -.124 .179 -.150 -.693 .492

a. Dependent Variable: LnRES_2 Sumber: Data diolah SPSS

Tabel diatas merupakan hasil pengujian heteroskedastisitas menggunakan metode Uji Park. Pengujian dengan metode park dilakukan dengan cara melakukan pemangkatan terhadap residual dan dilogaritma naturalkan (Ln), kemudian dilakukan regresi (Ghozali). Terdapat satu syarat yang harus dipenuhi apabila ingin memastikan tidak terjadinya heteroskedastistas, yaitu nilai Sig. > 0.05. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa masing-masing variabel memiliki nilai Sig.

0.536; 0.877; 0.197; 0.492 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pengujian Hipotesis

Hasil uji hipotesis dijelaskan secara singkat dan terbatas pada interpretasi angka-angka yang diperoleh dari perhitungan statistik. Dalam tahap pengujian hipotesis, ada beberapa uji yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut:

Tabel 9: Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.938 2.185 -1.344 .186

Produk .620 .138 .519 4.484 .000

Harga .264 .204 .174 1.295 .202

Lokasi .041 .167 .037 .245 .807

Promosi .326 .195 .230 1.671 .102

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian Sumber: Data diolah SPSS

Dari tabel diatas, dapat diambil persamaan sebagai berikut:

Y = (-2.938) + 0.620.X1 + 0.264.X2 + 0.041.X3 + 0.326.X4 + e

• Hasil persamaan regresi diatas menunjukkan konstanta memiliki nilai sebesar (-2.938). Nilai tersebut dapat diartikan dengan jika variabel produk, harga, distribusi, dan promosi dianggap memiliki nilai sama dengan 0/konstan, maka variabel keputusan pembelian akan konstan sebesar (-2.938).

• Variabel produk (X1) memiliki nilai koefisien sebesar 0.620. Angka tersebut menunjukkan bahwa jika variabel produk bertambah sebesar satu satuan, maka variabel keputusan pembelian akan bertambah sebesar 0.620 dengan syarat variabel lain diasumsikan sama dengan nol.

• Variabel harga (X2) memiliki nilai koefisien sebesar 0.264. Angka tersebut menunjukkan bahwa jika variabel harga bertambah sebesar satu satuan, maka variabel keputusan pembelian akan bertambah sebesar 0.264 dengan syarat variabel lain diasumsikan sama dengan nol.

• Variabel tempat (X3) memiliki nilai koefisien sebesar 0.041. Angka tersebut menunjukkan bahwa jika variabel harga bertambah sebesar satu satuan, maka variabel keputusan pembelian akan bertambah sebesar 0.041 dengan syarat variabel lain diasumsikan sama dengan nol.

• Variabel promosi (X4) memiliki nilai koefisien sebesar 0.326. Angka tersebut menunjukkan bahwa jika variabel harga bertambah sebesar satu satuan, maka variabel keputusan pembelian akan bertambah sebesar 0.326 dengan syarat variabel lain diasumsikan sama dengan nol.

(19)

Tabel 10: Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.938 2.185 -1.344 .186

Produk .620 .138 .519 4.484 .000

Harga .264 .204 .174 1.295 .202

Lokasi .041 .167 .037 .245 .807

Promosi .326 .195 .230 1.671 .102

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian Sumber: Data diolah SPSS

Hasil pengujian t pada tabel diatas dapat dijabarkan sebagai berikut, Syarat yang harus dipenuhi:

Sig. < 0,05; t-hitung > t-tabel (t-tabel= 2.01410 (α= 0,05; N= 50))

• Variabel produk (X1) memiliki nilai Sig. 0,00 < 0,05 dan t hitung sebesar 4,484 > 2,014, maka hipotesis H1 dimana variabel produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian diterima.

• Variabel harga (X2) memiliki nilai Sig. 0,202 > 0,05 dan t hitung sebesar 1,295 < 2,014, maka hipotesis H2 dimana variabel harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian ditolak.

• Variabel tempat (X3) memiliki nilai Sig. 0,807 > 0,05 dan t hitung sebesar -0,245 < 2,014, maka hipotesis H3 dimana variabel lokasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian ditolak.

• Variabel promosi (X4) memiliki nilai Sig. 0,102 > 0,05 dan t hitung sebesar 1,671 < 2,014, maka hipotesis H4 dimana variabel promosi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian ditolak.

Tabel 11: Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 340.962 4 85.240 22.272 .000b

Residual 172.224 45 3.827

Total 513.186 49

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

b. Predictors: (Constant), Promosi, Produk, Harga, Lokasi Sumber: Data diolah SPSS

Untuk memenuhi kondisi H5 dimana semua variabel independen secara simultan mempengaruhi keputusan pembelian, nilai dari Sig. < 0,05 dan hasil dari uji F harus memenuhi syarat f hitung > f tabel. Pada tabel tercantum nilai signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 dan nilai f hitung sebesar 22,272 > 2,57 (α= 0,05 dan N= 50). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H5

diterima dimana variabel produk, harga, tempat, dan promosi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Tabel 12: Hasil Uji R2

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .815a .664 .635 1.956323

a. Predictors: (Constant), Promosi, Produk, Harga, Lokasi b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber: Data diolah SPSS

Berdasarkan tabel di atas, koefisien determinasi yang ditunjukkan dari nilai R Square memiliki nilai sebesar 0,664. Hal ini berarti variabel dependen Keputusan Pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh keempat variabel independen yaitu Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3) dan

Gambar

Gambar 1: Kerangka Konseptual
Tabel 3: Definisi Operasional
Tabel 4: Hasil Uji Validitas
Tabel 6: Hasil Uji Normalitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, melakukan rapat koordinasi dengan Kementerian Kehutanan, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai di Padang pada 16 Oktober 2012

Sejalan dengan hal tersebut isu dan konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai koridor kurikulum menjadi pertimbangan berarti bagi revisi kurikulum 2006-2007 ini

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota Madiun tentang Kode Etik Pegawai di lingkungan Unit Kerja

Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kadar Hemoglobin Darah (Hb) Dengan Nilai Kebugaran Atlet di UPTD

berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi, kepuasan kerja memediasi pengaruh konflik keluarga- pekerjaan pada komitmen organisasi Wei,Yin,Liang (2009) The Stressors in

[r]

Selama ini proses kolaborasi yang dibangun cenderung bersifat eksklusif antara pihak BTNGR dengan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, sehingga tidak jarang

Hasil uji-t (uji parsial) menunjukkan bahwa setiap variabel independen yang terdiri dari pendapatan (X 1 ), harga/tarif (X 2 ), jumlah alat yang menggunakan listrik