• Tidak ada hasil yang ditemukan

CITIZEN REPORT CARD. Merauke. papua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CITIZEN REPORT CARD. Merauke. papua"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

CITIZEN REPORT CARD

Merauke

(3)

1

CITIZEN REPORT CARD

Program Support to CSO merupakan kerja sama PATTIRO dan AIPD. Program ini memberikan dukungan kepada jaringan CSO di wilayah kerja untuk meningkakan kapasitas mereka dalam mempen-garuhi perumusan kebijakan penganggaran untuk per-baikan pelayanan dasar.

Untuk kepentingan tersebut, PATTIRO memberikan pendampingan kepada jaringan CSO di wilayah kerja untuk melakukan survei penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan pelayanan dasar. Model penilaian dilakukan dengan menggu-nakan instrumen Citizen Report Card (CRC).

Dari survei ini diharapkan diperoleh penilaian berdasarkan persepsi masyarakat yang menggu-nakan ketiga jenis layanan di sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar. Hasil survei CRC dapat dimaknai juga sebagai bentuk akuntabilitas sosial unit layanan terkait. Lebih jauh, melalui survei ini dihara-pkan jaringan CSO yang ada di wilayah kerja dapat memanfaatkan hasil survei untuk mendorong perbai-kan pelayanan.

Sampel pada survey CRC ini adalah Rumah Tangga (RT). Jumlah sampel yang ditetapkan pada survey ini adalah 400 Rumah Tangga (mewakili 100-200 ribu jiwa) per Kabupaten dengan menggunakan margin error sebesar 0,05 atau 5%. Ke-400 RT tersebut merupakan hasil kumpulan responden dari 20 desa. Dari setiap desa dipilih secara acak 2 RW dan dari setiap RW kemudian dipilih secara acak 10 Rumah Tangga.

Penentuan populasi digunakan pendekatan Slovin atau yang dikenal dengan Rumus Slovin (1960) atau Formula Yamane:

n = N/[1+N(e)2]

dimana n= jumlah sampel, N = jumlah po-pulasi, dan e = angka margin error. Dengan demikian, jika satu kabupaten memiliki penduduk 483.731 jiwa (N), Margin error (e) adalah 5% atau (0,05) maka n atau jumlah sampel yang ditentukan adalah 400 Rumah Tangga (RT).

Survei ini bertujuan untuk:

(i) mendapatkan gambaran penilaian warga terhadap pelayanan publik yang diterima atas layanan publik bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur;

(ii) merumuskan rekomendasi perbaikan layanan berdasarkan hasil peni-laian warga yang akan disampaikan kepada pemberi layanan/SKPD-pemerintah terkait;

(iii) mendorong penyedia layanan untuk melakukan perbaikan pelayanan yang terkait langsung dengan hasil survei CRC. Bentuk perbaikan pelayanan yang dimaksud adalah perbaikan kebijakan, prosedur, administrasi dan anggaran.

TUJUAN

(4)

Penilaian ini dilakukan melalui beberapa tahapan berikut: survei, verifikasi, data input, analisis, penyusunan laporan dan diseminasi. Selain itu, hasil yang diperoleh akan digunakan oleh jaringan CSO untuk mempengaruhi kebijakan anggaran dan mendorong perbaikan pelayanan dasar di wilayah kerja (advokasi).

Satuan responden adalah rumah tangga. Mata pencaharian KK responden CRC di Kabupaten Merauke mayoritas berlatar belakang petani (68,25%), dan (73,5%) berpendidikan paling tinggi Sekolah Dasar. Adapun (42,25%) responden menyata-kan pengeluaran per bulan kurang dari Rp 500.000,-.

Dapat disimpulkan bahwa responden survei CRC di Kabupaten Merauke mayoritas adalah masyarakat kalangan bawah dan kondisi ekonomi sangat rentan. Dengan tingkat PDRB per kapita Rp 7,8 juta pada tahun 2011, dapat disimpulkan bahwa mereka hidup di wilayah dengan kondisi perekonomian yang berada di atas rata-rata Propinsi Papua sebesar Rp 6,3 juta per kapita.

Meskipun demikian berbagai kondisi tersebut juga mengindikasikan pentingnya penyediaan layanan dasar oleh pemer-intah bagi mereka. Dengan APBD per kapita diatas rata-rata nasional, Rp 8,0 juta per tahun 2013, Rata-rata nasional per kapita (2013) adalah Rp. 3,069 juta. maka optimalisasi anggaran pemerintah untuk menyediakan layanan dasar menjadi sangat penting.

FIGUR - 1 di atas menggambarkan tahapan yang dilakukan. Intensitas tertinggi ada pada tahapan survei dan pelaporan. Hasil survei didiseminasikan ke pihak terkait.

SURVEI Verifikasi Data Input Pelaporan Diseminasi ANALISIS

TUJUAN

PROFIL RESPONDEN

FIGUR - 1

(5)

Penilaian berdasarkan persepsi warga menghasil-kan angka yang beragam untuk masing-masing aspek.

Hasil survei terhadap keseluruhan aspek menun-jukkan hasil adanya perbedaan cukup signifikan untuk aspek-aspek yang dinilai. Perbedaan berarti (10%) di temukan 4 dari 11 aspek yang dinilai. Ketersediaan. Unit layanan kesehatan yang sering

Aspek Kesehatan Pendidikan

Akses Mudah 45.0 78.0

Tenaga Layanan

Hadir Tepat Waktu 44.5 46.3

Biaya (Gratis) 93.75 77.5 Menyampaikan Keluhan - - Tindak Lanjut Keluhan Segera 11.5 14.5 Partisipasi - 27.7 Kualitas Petugas (baik) 48.75 23.8 Kualitas Sarana (Baik) 15.5 63.8 Ada Diskriminasi 2.00 0.75 Kepuasan 46.75 33.0 Kemanfaatan 64.0 75.0

Tabel-1 Penilaian Berdasarkan Aspek

Sumber: Laporan CRC Kab. Merauke, PATTIRO, 2014.

dipergunakan responden jika menderita sakit adalah (39,25%) Puskesmas Pembantu (Pustu), (29,5%) Puskesmas, dan (28,5%) tidak kemana-kemana. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun sudah tersebar seluruh Pustu tapi sebagian masya-rakat tidak menggunakan dengan baik. Sedangkan unit layanan pendidikan, (74,75%) sarana Sekolah Dasar/SD merupakan unit layanan terdekat dan mudah terjangkau.

Akses. Jumlah responden yang menilai akses ditandai dengan prosedur yang mudah dalam mendapatkan pelayanan menunjukkan bahwa (78%) layanan pendidikan jauh lebih mudah dibandingkan layanan kesehatan (45%).

Tenaga layanan. Begitupun dengan tenaga layanan, petugas di unit layanan pendidikan datang hadir tepat waktu sebanyak (46.3%) lebih tinggi dibanding dengan unit layanan kesehatan (45%).

Pengenaan Biaya. Jumlah responden yang menya-takan tidak dikenakan biaya (gratis), baik keseha-tan maupun pendidikan berada di atas 50%. Untuk kesehatan jauh lebih tinggi sebanyak (93,75%) dibandingkan pendidikan sebanyak (77,5%) yang menyatakan mendapatkan layanan secara gratis. Menyampaikan keluhan dan tindaklanjut penyam-paian keluhan. Dari (35%) masyarakat yang menyampaikan keluhan kesehatan, menunjukkan (11,5%) keluhan ditindaklanjuti. Sedangkan

(34,75%) masyarakat yang menyampaikan keluhan layanan pendidikan, Survei menunjukkan (14,5%) keluhan ditindaklanjuti.

Partisipasi. Survei tidak menanyakan perihal keterlibatan responden untuk pengambilan keputusan terkait layanan kesehatan, Namun untuk pendidikan, (27,7%) responden menyatakan dilibatkan dalam rapat-rapat yang diselenggara-kan oleh sekolah minimal setiap semester. Kualitas sarana. Penilaian terhadap kualitas sarana yang menyatakan baik untuk pelayanan kesehatan lebih tinggi (15,5%) dibandingkan dengan pelayanan pendidikan (11,5%).

Kualitas Petugas. Penilaian terhadap kualitas petugas yang menyatakan baik untuk pelayanan kesehatan lebih tinggi (48,75%) dibandingkan dengan pelayanan pendidikan (23,80%).

Diskriminasi. Ada (2%) responden yang menyata-kan mengalami diskriminasi dalam pelayanan kesehatan, dan (0,75%) pada pelayanan pendidi-kan.

Tingkat kepuasan berbeda, tapi tidak untuk manfaat. Secara umum, kepuasan layanan keseha-tan lebih tinggi sebanyak (46,75%) dibandingkan layanan pendidikan (33%). Namun dari sisi manfaat, masyarakat menilai (75%) layanan pendidikan lebih tinggi memberikan sisi keman-faatan dengan penilaian membantu dan sangat membantu. Berbeda dengan layanan kesehatan (64%).

PELAYANAN SOSIAL DASAR

(6)

INFRASTRUKTUR DASAR

Selain pelayanan sosial dasar, survei juga dilakukan terhadap infrastruktur dasar, dan juga infrastruktur untuk pelayanan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan). Survei dilakukan kepada responden yang sama untuk medapatkan penilaian oleh pengguna yang sama terhadap penyediaan masing-masing infrastruktur.

Respon Pemerintah terhadap persoalan infrastruktur. Survei menemukan (24,5%) responden menilai sarana kesehatan paling cepat direspon jika ada masalah, disusul penerangan (listrik) sebanyak (22,75%). Dilanjutkan dengan respon pada persoalan dengan jalan desa pihak terkait cepat menindaklanjutinya.

(lihat Diagram-1).

Infrastruktur terbaik versi responden.

Ada (33,8%) responden yang menilai bahwa infrastruktur pendidikan (sekolah) adalah yang terbaik, sedangkan (23,8%) menyatakan sarana kesehatan adalah infrastruktur terbaik kedua. Temuan ini dapat dikatakan mencerminkan penila-ian separuh lebih warga Kabupaten Merauke. (lihat Diagram-2)

Infrastruktur terburuk versi responden. Ada (36,5%) responden yang menilai infra-struktur jalan kampung/desa adalah yang kondisinya terburuk, disusul (19,8%) responden yang menya-takan jalan kecamatan/kabupaten adalah infrastruktur yang kondisinya terburuk .

(lihat Diagram-3).

Survei dilakukan dengan model sample yang menyebar. Temuan atas kondisi air bersih ini menunjukkan bahwa di beberapa tempat kondisi air bersih sangat baik, namun di wilayah lainnya sangat buruk.

Dampak pembangunan infrastruktur terhadap ekonomi. Dari sisi dampak, 75,9% respon-den menyatakan bahwa infrastruktur yang baik akan berdampak positif terhadap tingkat ekonomi atau kesejahteraan mereka. Sementara 24,1% sisanya menilai kehidupan ekonomi mereka tidak terpen-garuh oleh kondisi infrastruktur yang tersedia. Survei juga menemukan bahwa 62,7% responden secara umum merasa puas terhadap kondisi infrastruktur. Angka ini berada jauh dibawah tingkat kepuasan mereka terhadap pelayanan sosial dasar, dimana 89,0% responden menyatakan puas untuk pelayanan kesehatan dan 89,1% responden menyatakan puas untuk pelayan-an pendidikan (lihat Tabel - 1).

Ada apa dengan Jalan Kampung/Desa? Survei menemukan bahwa jalan kampung/desa menduduki jumlah responden terbanyak pertama. Ada (36,5%) yang menyatakan sebagai infrastruk-tur terburuk dan sebaliknya ada (8,8%) yang menyatakan terbaik (lihat Diagram-2 dan 3). Dari sisi letak lokasi ada gap infrastruktur yang mengindikasikan terjadinya ketimpangan pemban-gunan.

Diagram - 1

Respon Terhadap Persoalan Infrastruktur

Sumber: Laporan CRC Kab. Merauke, PATTIRO, 2014.

0 5 10 15 20 25 Sampah 1.25 Air Bersih 10 Penerangan 22.75 Kesehatan 24.5 Pendidikan 10.25 Jalan Desa 11.25 Kantor Desa 5 Transportasi 7 Keamanan 8 Diagram - 2 Kondisi Infrastruktur Terbaik

Sumber: Laporan CRC Kab. Merauke, PATTIRO, 2014.

0 5 10 15 20 25 30 35 Infr. Sekolah 33.8 Infr. Kesehatan 23.8 Jalan Desa 8.8 Jalan Kec/Kab 7.3 Air Bersih 3.3 Transportasi 10.8 Penerangan 4.5 Kantor Desa 3.3 Keamanan 0.3 Diagram - 3 Kondisi Infrastruktur Terburuk

Sumber: Laporan CRC Kab. Merauke, PATTIRO, 2014.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 Infr. Sekolah 8.3 Infr. Kesehatan 10.3 Jalan Desa 36.5 Jalan Kec/Kab 19.8 Air Bersih 10.5 Transportasi 0.8 Penerangan 1.3 Lainnya 3.7

(7)

Survei CRC ini menghasilkan sejumlah peni-laian warga berdasarkan persepsi mereka. Ada dua kemungkinan yang terjadi: pertama, hasil penilaian dirasakan lebih buruk dibandingkan data-data yang membuktikan kinerja unit layanan. Kedua, penilaian yang buruk memang mencerminkan kinerja nyata unit layanan.

Mengelola komunikasi dan meningkatkan kinerja. Apabila kemungkinan pertama di atas terjadi, maka mengkomunikasikan kinerja kepada publik menjadi penting. Namun jika kemungkinan kedua terjadi, maka perlu dilakukan sejumlah perbaikan, baik meng-efektifkan perencanaan dan pengang-garan, terutama terkait infrastruktur yang dinilai buruk, maupun meningkatkan kapasitas personil terutama dalam hal kesesuaian dan kinerja. Meningkatkan pengawasan dan menangani keluhan. Untuk memastikan bahwa tenaga layanan bekerja sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan, maka satuan kerja perlu meningkatkan kualitas pengawasan dan mengefektifkan sistem penanganan keluhan dari warga.

Mendorong inisiatif desa untuk perbaikan infrastruktur jalan. Survei terhadap kondisi infrastruktur menemukan persepsi terhadap infrastruktur terburuk adalah jalan kampung/desa.

REKOMENDASI

Untuk mengatasi kelangkaan anggaran, Pemkab MERAUKE perlu mendorong inisiatif warga untuk memanfaatkan Alokasi Dana Desa ketika UU Dsa efektif berlaku dan swadaya masyarakat. Begitu juga dengan penyediaan air bersih, kecuali untuk wilayah geografis yang memang sulit, diperlukan pendalaman persoalan secara khusus.

(8)

Berdasarkan tiga cluster rekomendasi umum tersebut, pada lokakarya diseminasi dan perumusan tindak lanjut atas temuan-temuan yang diperoleh dari survei CRC. Untuk itu telah disepakati beberapa rencana tindak. Secara khusus daftar rencana tindak untuk memecahkan beberapa persoalan yang ditemukan termuat pada Tabel-3.

TINDAK LANJUT

Box - 1

Tempat Anggota Keluarga Melahirkan

Survei menemukan tepat anggota keluarga melahirkan sangat mencengangkan. (61,50%) tempat melahirkan adalah di lainnya (Bivak/pondok kayu ditengah hutan). (13,25%) tempat melahirkan di rumah sendiri. Hanya (11,50%) dan (8,00%) responden yang menyata-kan anggota keluarganya melahirmenyata-kan di Puskes-mas atau Pustu.

Padahal ada upaya kebijakan dari Bupati Merauke untuk menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir berupa program ‘selamatkan anak Papua’ bahwa setiap kehamilan/kelahiran anak Papua dibantu santunan sebesar Rp 3 Juta. Namu hal ini justru menjadi bumerang bagi tenaga kesehatan karena suami meminta santunan tersebut untuk keperluan yang bukan diperuntukkan untuk proses kehamilan/persalinan. Faktor adat dimana tempat melahirkan tidak ditempat yang terjamin turut meningkatkan angka kematian Ibu dan Anak baru lahir di Kabupaten Merauke.

Lainnya 61.50% Rumah Sendiri 13.25% Rumah Dukun Desa 0.5% Klinik/Praktek Dokter Swasta 0.5% Rumah Bidan/Mantri 3.5% Pustu 8% Puskesmas 11.5% Klinik Bersalin 0.75% RSIA 0.5% RSU 0% Tabel - 3 Daftar Rencana Tindak

Gambar

FIGUR - 1 di atas menggambarkan tahapan yang dilakukan. Intensitas tertinggi ada  pada tahapan survei dan pelaporan

Referensi

Dokumen terkait

Bila tidak ada sanggahan dari para rekanan dalam masa sanggah, maka panitia melakukan proses pengadaan dengan mengundang para rekanan yang sudah lulus untuk mengajukan

Meski berbeda penekanan pada tiap negara sosialis, Proses reformasi ekonomi sosialis merupakan proses desentralisasi yang memadukan perencanaan pemerintah dan

turun dari jumlah penjualan tertentu dimana CV. Randu Sari Satu belum mengalami rugi atau dalam keadaan break even. Dapat dikatakan, angka margin of safety memberikan

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ibu yang mengalami masalah dengan faktor-faktor tersebut diatas, misalnya memiliki IMT sebelum hamil rendah dengan pertambahan berat

1) Adanya keterbatasan pegawai yang menyebabkan masih terdapat tenaga kependidikan yang merangkap tugas dan mendapatkan tugas belum sesuai dengan bidang

Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial, latihan tes, simulasi, permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan Rivai, 1989). Tutorial digunakan untuk

‐ Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya kolon, rektum atau kandung

Kepada Jemaat yang baru pertama kali mengikuti ibadah dalam Persekutuan GPIB Jemaat “Immanuel” Depok dan memerlukan pelayanan khusus, dapat menghubungi Presbiter yang