LAPORAN PENDAHLUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER VULVA
Disusun Oleh: Sartika Alvianita I
P 27220010 114
DIII BERLANJUT DIV KEPERAWATAN KRITIS POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KANKER VULVA
A. Pengertian
Kanker primer vulva mewakili 3% sampai 5% dari semua malignansi ginekologi dan tampak hampir selalu pada wanita pascamenopause meski angka kejadiannya pada wanita yang lebih muda meningkat. (Smeltzer,2002). Karsinoma vulva adalah penyebab 3% sampai 4% dari semua kanker genetalia primer pada perempuan. (Price,2005).
Kanker vulva adalah suatu keganasan pada pertumbuhan sel pada area vulva yang menyerang wanita berusia berkisar antara 50 – 70 tahun, umum ditemukan pada penderita golongan social ekonomi rendah (Sjamsuhidajat, 1997).
B. Anatomi Fisiologi
Vulva terbagi atas sepertiga bagian bawah vagina,klitoris, dan labia. Hanya mons dan labia mayora yang dapat terlihat pada genetalia eksternal wanita.
1. Mons pubis
Mons pubis merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak di atas simfisis pubis. Struktur ini ditutupi oleh kulit dan rambut pubis. Mons pubis berfungsi sebagai bantal pada wakt melakukan hubungan seks. Kulit mons pubis mengandung kelenjar keringat yang khusus dan sekresi
kelenjar tersebut memberikan aroma yang khas. Sekresi ini dianggap mempunyai makna seksual tertentu pada laki-laki
Labia mayora(bibir besar) terdiri dari 2 lipatan kulit dengan jaringan lemak dibawahnya yang berlanjut ke bawah sebagai peluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perineum. Labia mayora memiliki rambut dan kelenjar pada permukaan lateralnya, namun permukaan dalamnya licin. Labia mayora berfungsi sebagai pelindung karena kedua bibir ini menutupi lubang masuk vagina sementara bantalan lemaknya bekerja sebagai bantal. 3. Labia Minora
Labia minora (bibir kecil) merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia mayora. Kedua bibir kecil bertemu di
sebelah depan dan pada titik temu ini terdapat klitoris. Di sebelah posterior, labia minora bergabung membentuk fourchette. Labia minora tidak
memiliki lemak subkutan. Permukaan internalnya biasanya saling bersentuhan dan dengan demikian menambahkan pengamanan pada lubang masuk vagina.
4. Klitoris
Klitoris merupakan tonjolan kecil jaringan erektil yang terletak pada titik temu labia minora di sebelah anterior. Jaringan klitoris sangat kaya dengan pembuluh darah dan saraf sehingga merupakan salah satu zona erotic yang utama pada wanita.
5. Vestibulum
Vestibulum adalah nama alat yang diberikan pada rongga yang dikelilingi oleh labia minora. Orifisium uretra bermuara ke dalam vestibulum tepat di sebelah bawah klitoris. Saluran 2 buah kelenjar parauretral(kelenjar skene)juga bermuara ke dalam vestibulum, masing-masing pada satu sisi ovisium uretra. Ovisium vagina juga bermuara ke dalam vestibulum. Muara tersebut ditutupi oleh lipatan slop tipis yang disebut hymen selaput tipis ini tidak menutupi lubang masuk vagina. Setelah terjadi senggama yang pertama atau karena intervensi jari tangan atau insersi tampon, hymen biasanya terkoyak.fungsi hymen adalah untuk melindungi vagina selama periode prepubertal.
Fourchette adalah lipatan jaringan tranpersal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah oripisium vagina.
C. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari kanker vulva (Price, 2005) adalah : 1. Karsinoma in situ (karsinoma dengan lesi intraepitel vulva) 2. Karsinoma vulva invasif
Menurut sistem FIGO, kanker vulva dapat dibedakan menurut stadium yaitu:
STADIUM MANIFESTASI
0 Kanker hanya ditemukan di permukaan vulva
I Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum (daerah antara rektum dan vagina). Ukuran tumor sebesar 2 cm atau kurang dan belum menyebar ke kelenjar getah bening
IA Kanker stadium I yang telah menyusup sampai kedalaman kurang dari 1 mm
IB Kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam dari 1 mm II Kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu, dengan ukuran lebih besar dari 2 cm tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening
III Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum serta telah menyebar ke jaringan terdekat (misalnya uretra, vagina, anus) dan / atau telah menyebar ke kelenjar getah bening selangkangan terdekat.
IVA Kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu ke uretra bagian atas, kandung kemih, rektum atau tulang panggul, atau telah menyebar ke kelenjar getah bening kiri dan kanan
IVB Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam panggul dan / atau ke organ tubuh yang jauh.
D. Etiologi
Tidak diketahui secara pasti, diduga karena adanya faktor iritasi ekstern dan kronik atau pada kasus-kasus seperti:
2. Lesi-lesi kronik menimbulkan gatal, kadang-kadang multifokal dari vulva (leukoplakia dan kraurosis).
Faktor resiko terjadinya kanker vulva: 1. Usia
Sekitar 50% penderita karsinoma skuamosa adalah wanita berusia 60 tahun keatas.
Sebagian besar kasus kanker vagina ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun.
2. DES (dietilstilbestrol)
DES adalah suatu obat hormonal yang banyak digunakan pada tahun 1940-1970 untuk mencegah keguguran pada wanita hamil.
Sebanyak 1 diantar 1000 wanita yang ibunya mengkonsumsi DES, menderita adenokarsinoma sel bersih pada vagina maupun serviks. Resiko tertinggi terjadi jika ibu mengkonsumsi DES pada usia kehamilan 16 minggu.
3. Adenosis vagina
Dalam keadaan normal vagina dilapisi oleh sel gepeng yang disebut sel skuamosa.
Pada sekitar 40% wanita yang telah mengalami menstruasi, pada vagina bisa ditemukan daerah-daerah tertentu yang dilapisi oleh sel-sel yang serupa dengan sel-sel yang ditemukan di dalam kelenjar rahim bagian bawah dan lapisan rahim. Keadaan ini disebut adenosis.
Hal tersebut terjadi pada hampir semua wanita yang terpapar oleh DES selama perkembangan janin.
4. Infeksi HPV (human papiloma virus)
HPV adalah virus penyebab kutil kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5. Hubungan seksual pertama pada usia dini 6. Berganti-ganti pasangan
7. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan
8. Kanker serviks 9. Iritasi vagina 10. Merokok. E. Manifestasi Klinik
Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina. Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer.
Gejala lain dari kanker vulva adalah :
1. Pruritus lama (gejala utama kanker vulva) 2. Perdarahan
3. Rabas berbau busuk
4. Nyeri juga terkadang dapat timbul
5. Terdapat lesi awal yang tampak sebagai dermatitis kronis kemudian dapat ditemukan pertumbuhan benjolan yang terus tumbuh dan menjadi keras, mengalami ulserasi seperti bunga kol (Smeltzer,2002).
Bagian yang paling sering terkena karsinoma adalah labia, dimana labia mayora tiga kali lebih sering terkena daripada labia minora dan klitoris. Gambaran keseluruhan lesi kanker vulva adalah datar atau timbul dan berbentuk makulopapular atau verukosa. Lesi dapat hiperpigmentasi (coklat), merah atau putih. (Price, 2005).
F. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang mncul, antara lain adalah (Smeltzer, 2002):
1. Infeksi luka dan sepsis 2. Trombosis vena profunda 3. Hemoragi
G. Pemeriksaaan Penunjang 1. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
‐ Kolposkopi (pemeriksaan dinding vagina dengan bantuan kaca pembesar)
‐ Biopsi (pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan vagina). 2. Staging
Staging merupakan proses penentuan penyebaran kanker, yang penting dilakukan untuk menentukan jenis pengobatan dan prognosis penyakit. Penilaian penyebaran kanker vagina melibatkan beberapa pemeriksaan berikut:
‐ Pemeriksaan fisik menyeluruh ‐ Pielogram intravena ‐ Barium enema ‐ Rontgen dada ‐ Sistoskopi ‐ Proktoskopi ‐ CT scan ‐ Skening tulang. H. Penatalaksanaan 1. Pencegahan :
a. Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan
b. Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif. Keadaan prekanker bisa ditemukan dengan menjalani pemeriksaan sistem reproduksi secara teratur dan memeriksakan setiap ruam, tahi lalat, benjolan atau kelainan vulva lainnya yang sifatnya menetap. Pengobatan NIV bisa mencegah sejumlah kasus kanker invasif. Melanoma bisa dicegah dengan mengangkat tahi lalat atipik.
Setiap wanita hendaknya mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada kulit vulva dengan melakukan pemeriksaan sendiri (dengan bantuan sebuah cermin) setiap bulan.
2. Pengobatan
a. Pengobatan untuk keadaan prekanker (NIVA)
Untuk menentukan lokasi NIVA yang pasti, dilakukan pemeriksaan kolposkopi. Untuk memperkuat diagnosis dilakukan biopsi. Pilihan pengobatan untuk NIVA:
‐ Bedah laser untuk menguapkan jaringan yang abnormal.
‐ LEEP (loop electroexcision procedure) : digunakan kauter panas untuk membuang lesi pada vagina. Efektif untuk lesi yang kecil.
Kemoterapi topikal : digunakan kemoterapi (5FU/fluorouracil) yang dioleskan langsung ke vagina setiap malam selama 1-2 minggu atau setiap minggu selama 10 minggu. Obat ini bisa menyebabkan iritasi vagina dan vulva.
NIVA tingkat rendah seringkali menghilang dengan sendirinya, karena itu pengobatan biasanya hanya dilakukan pada NIVA tingkat menengah atau tinggi.
b. Pengobatan untuk kanker vagina
Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva: 1) Pembedahan
‐ Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah jaringan normal di sekitar kanker
‐ Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan pengangkatan kelenjar getah bening
‐ Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker
‐ Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung kanker
‐ Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva ‐ Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva
dan kelenjar getah bening di sekitarnya.
‐ Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya kolon, rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan pengangkatan leher rahim, rahim dan vagina. Untuk membuat vulva atau vagina buatan setelah pembedahan, dilakukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan bedah plastik.
2) Terapi penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya utnuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor. Pada radiasi eksternal digunakan suatu mesin sebagai sumber penyinaran; sedangkan pada radiasi internal, ke dalam tubuh penderita dimasukkan suatu kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan radioaktif.
3) Kemoterapi
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau otot). Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam aliran darah sehingga sampai ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker di sel-seluruh tubuh.
Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit serta usia dan keadaan umum penderita.
a) Kanker vulva stadium 0
‐ Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya ‐ Vulvektomi skinning
‐ Salep yang mengandung obat kemoterapi b) Kanker vulva stadium I
‐ Eksisi lokal luas
‐ Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah bening selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang sama dengan kanker
‐ Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan pada salah satu atau kedua sisi tubuh ‐ Terapi penyinaran saja.
c) Kanker vulva stadium II
‐ Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka dilakukan setelah pembedahan dilakukan penyinaran yang diarahkan ke panggul
‐ Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu). d) Kanker vulva stadium III
‐ Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan dan kelenjar getah bening paha bagian atas kiri dan kanan.
‐ Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kanker atau jika sel-sel kanker hanya ditemukan di dalam vulva dan tumornya besar tetapi belum menyebar, setelah pembedahan dilakukan terapi penyinaran pada panggul dan selangkangan
‐ Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening kiri dan kanan
‐ Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi.
e) Kanker vulva stadium IV
‐ Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum atau kandung kemih ( tergantung kepada lokasi
penyebaran kanker) disertai pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
‐ Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran ‐ Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal ‐ Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau
tanpa kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh pembedahan.
f) Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali)
‐ Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran ‐ Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau
kandung kemih (tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai dengan pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
‐ Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa pembedahn
‐ Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi gejala nyeri, mual atau kelainan fungsi tubuh. 3. Terapi
a. Karsinoma in situ: eksisi local atau vulvektomi sederhana, penanganan dengan terapi laser dan salep 5-FU dapat digunakan.
b. Tumor invasive (stadium I-III): vulvektomi radikal dengan ikut mengambil klitoris, labia, otot-otot superficial dan fascia, dilakukan ekstirpasi kelenjar limfe bilateral dengan reseksi en bloc semua jaringan lemak.
c. Pada stadium IV umumnya tidak dilakukan pembedahan, terapi paliatif lebih banyak digunakan dengan penyinaran megavolt (radioterapi).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien dan penanggung jawab berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, , Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian 2. Keluhan utama :
Pasien biasanya datang dengan keluhan adanya pertumbuhan massa pada vulva dan pruritus.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan .
4. Riwayat penyakit sebelumnya :
Riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.
5. Pola fungsi kesehatan Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular seksual atau dapat disebabkan oleh berganti-ganti pasangan serta melakukan hubungan seksual terlalu dini
b. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker vulva ataupun karena gangguan pada pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh wanita. c. Pola eliminasi
Dapat terjadi disuria serta hematuria. d. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus lebih banyak karena dapat terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa
dimakan oleh wanita serta pantau berat badan karena wanita dengan kanker vulva juga biasanya mengalami penurunan nafsu makan.
e. Pola kognitif – perseptual
Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker vulva, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat.Dimana salah satu etiologi dari kanker vulva adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.
g. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Pasien wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang. Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker vulva sehingga harus beristirahat total.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
i. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit. Wanita dengan kanker vulva biasanya mengalami gangguan dalam manajemen koping stres yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya keselamatan dirinya sendiri. j. Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya. Wanita dengan kanker vulva harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatannya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker vulva.
k. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.
6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klien, BB atau TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.
b. Head To Toe 1) Rambut
Warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet. 2) Mata
Kaji sklera klien apakah ikterik atau tidak, kaji konjungtiva apakah pucat atau tidak, apakah palpebra terdapat oedema atau tidak, bagaimana fungsi penglihatan klien apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan atau tidak.
3) Telinga
Apakah terdapat kesimetrisan bentuk antara telinga kanan dan kiri, apakah terdapat serumen atau tidak, apakah klien menggunakan alat bantu pendengaran atau tidak.
Apakah klien bernafas dengan cuping hidung atau tidak, apakah terdapat serumen atau tidak, apakah fungsi penciuman/pembauan klien masih berfungsi dengan baik atau tidak.
5) Mulut dan gigi
Bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering. Bagaimana keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies gigi atau tidak, keadaan lidah klien bersih atau tidak, apakah keadaan mulut klien berbau atau tidak. 6) Leher
Apakah klien mengalami pembengkakan tyroid. 7) Thorax dan paru – paru
I : apakah pengembangan dada klien simetris antara kiri dan kanan, apakah terdapat luka memar atau lecet, Kaji frekuensi pernafasan klien.
P : Apakah teraba adanya massa atau tidak pada dada, apakah teraba pembengkakan pada dada atau tidak, apakah getaran dinding dada simetris atau tidak antara kiri dan kanan. P : Bunyi Paru
A : Suara nafas 8) Jantung
I : apakah terlihat ictus cordis atau tidak.
P : Hitung frekuensi jantung, apakah teraba ictus cordis pada ICS5 Midclavikula sinistra.
P : bunyi perkusi jantung
A : apakah ada suara tambahan atau tidak pada jantung klien 9) Abdomen
I : kesimetrisan perut, warna kulit perut,distensi perut, apakah ada lesi dan lecet atau tidak.
A : bising usus 10) Ekstremitas
atau tidak
Bawah : apakah ada luka memar atau tidak , apakah terdapat oedema atau tidak
11) Genitalia: Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran prostat dan konsistensinya.
12) Intergumen
Warna kulit, keadaan kulit apakah kulit kering atau lembab, dan apakah turgor kulit <2 detik atau >2 detik.
B. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat pendarahan
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker vulva
3. Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker vulva
4. Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun 5. Ansietas b/d krisis situasional
6. Defisit perawatan diri b/d kelemahan 7. Kerusakan integritas kulit b/d kemoterapi 8. Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit 9. Risiko cedera b/d kelemahan
10. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker) C. Intervensi
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat pendarahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil : 1. TTV pasien dalam batas normal, meliputi : - Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit) - Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
- Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
- Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC) 2. Membran mukosa lembab 3. Turgor kulit baik (elastis)
4. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan )
5. Ekspresi wajah pasien tidak pucat
INTERVENSI RASIONALISASI
Awasi masukan dan haluaran. Ukur volume darah yang keluar melalui pendarahan
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan yang perlu diberikan sehingga dapat mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen pada ibu dan janin. Hindari trauma dan pemberian tekanan
berlebihan pada daerah yang mengalami pendarahan
Mengurangi potensial terjadinya peningkatan pendarahan dan trauma mekanis pada janin
Pantau status sirkulasi dan volume darah ibu
Kejadian perdarahan potensial kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia
Ukur TTV. Evaluasi nadi perifer, dan pengisian kapiler
Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi
Catat respon fisiologis individual pasien terhadap pendarahan, misalnya kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat / penurunan kesadaran
Simtomatologi dapat berguna untuk mengukur berat / lamanya episode pendarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya pendarahan / tidak adekuatnya penggantian cairan Kaji turgor kulit, kelembaban
membran mukosa, dan perhatikan keluhan haus pada pasien
Merupakan indikator dari status hidrasi / derajat kekurangan cairan
Kolaborasi :
Berikan cairan IV sesuai indikasi
Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya pendarahan (akut / kronis). Cairan IV
juga digunakan untuk mengencerkan obat antineoplastik pada penderita kanker.
Kolaborasi :
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan trombosit sesuai indikasi
Transfusi darah diperlukan untuk memperbaiki jumlah darah dalm tubuh ibu dan mencegah manifestasi anemia yang sering terjadi pada penderita kanker.
Transfusi trombosit penting untuk memaksimalkan mekanisme pembekuan darah sehingga pendarahan lanjutan dapat diminimalisir.
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya : Hb, Hct, sel darah merah
Perlu dilakukan untuk menentukan kebutuhan resusitasi cairan dan mengawasi keefektifan terapi
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker vulva
Kriteria hasil:
‐ Melaporkan keluhan nyeri berkurang ,
‐ klien tampak tenang dan tidak meningkatkan. ‐ klien dapat tidur/istirahat yang cukup.
‐ Skala nyeri: 0-3
‐ Pasien tidak mengeluh kesakitan.
Intervensi Rasional
‐ Kaji ulang keluhan nyeri ‐ Jelaskan penyebab nyeri dan
pentingnya mengidentifikasi perubahan terjadinya karakteristik nyeri
‐ Berikan tindakan untuk kenyamanan seperti membatasi pengunjung, lingkungan yang tenang.
‐ Anjurkan teknik napas dalam sebagai upaya dalam merelaksasi otot.
‐ Anjurkan/Bantu klien melakukan ambulasi secara teratur sesuai
‐ Mengetahui apa yang diraskan klien ‐ Pengetahuan klien dengan penyebab nyeri dapat membantu meningkatkan koping klien dan dapat menurunkan kecemasan.
‐ Meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot, dan meningkatkan koping
‐ Mengalihkan perhatian sebagai upaya dalam merelaksasi otot.
dengan indikasi dan meningkatkan intake cairan minimal 3-4 liter/hari sesuai toleransi jantung
‐ Catat keluhan meningkatnya nyeri abdomen.
‐ Berikan kompres hangat pada punggung.
‐ Pertahankan posisi kateter
‐ Laksanakan advise dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi
batu mencegah urine statis dan mencegah pembentukan batu. ‐ Obstruksi sempurna pada
ureter/vesika urinaria dapat menyebabkan perforasi dan ekstra vasasi didalam daerah perineal yang memerlukan pembedahan segera. ‐ Menghilangkan ketegangan otot dan
menurunkan reflek spasme sehingga rasa nyeri hilang.
‐ Mencegah urine statis/retensi mengurangi vesiko meningkatnya tekanan renal dan infeksi.
‐ Biasanya diberikan pada fase akut untuk menurunkan kolik dan
meningkatkan relaksasi otot/mental, menurunkan reflek spasme yang dapat menurunkan kolik dan nyeri, untuk meningkatkan edema jaringan, untuk memfasilitasi gerakan batu.
Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker vulva
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan aktivitas seksual pasien tetap adekuat pada tingkat yang sesuai dengan kondisi fisiologis tubuhnya
Kriteria Hasil :
1. Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker vulva yang dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya
2. Pasien mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, perubahan fungsi seksual dan hasrat seksual dengan orang terdekat yang dialaminya
INTERVENSI RASIONALISASI
Dengarkan pernyataan pasien / orang terdekat
Masalah seksualitas seringkali menjadi masalah yang tersembunyi, yang seringkali diungkapkan sebagai humor / melalui pernyataan yang tidak gamblang Informasikan pada pasien tentang efek
dari proses penyakit kanker serviks yang dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya (termasuk di dalamnya efek samping dari pengobatan kanker
Pedoman antisipasi dapat membantu pasien dan orang terdekat untuk memulai proses adaptasi pada keadaan yang baru
yang akan dijalani)
Bantu pasien untuk menyadari / menerima tahap kehilangan tersebut
Mengakui proses kehilangan / perubahan pada fungsi seksual secara nyata dapat meningkatkan koping pasien Dorong pasien untuk berbagi pikiran
dengan orang terdekat
Komunikasi terbuka dapat membantu dalam identifikasi masalah dan meningkatkan diskusi untuk menemukan pemecahan masalah
Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, aktivitas pasien dapat meningkat secara optimum / fungsi tercapai
Kriteria Hasil :
1. Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa bantuan perawat / orang terdekat
2. Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas
INTERVENSI RASIONALISASI
Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, misalnya perubahan tekanan darah dan frekuensi jantung serta pernafasan
Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, serta oksigenasi.
Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup)
Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman
Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan kemampuan tidur / istirahat dengan tepat
Menentukan derajat dari ketidakmampuan pasien
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan / dibutuhkan
Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu dalam pemilihan intervensi
Identifikasi faktor stres / psikologis yang dapat memperberat
Mungkin mempunyai efek kumulatif terhadap kondisi fisik yang dapat terus berlangsung bila masalah tersebut belum diatasi
Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien
Memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu menyelesaikan
Dorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan, bila mungkin. Tingkatkan tingkat partisipasi pasien sesuai toleransi pasien
Meningkatkan rasa membaik dan mencegah terjadinya frustasi pada pasien
Rencanakan periode istirahat adekuat Mencegah kelelahan berlebihan dan menghemat energi untuk proses
penyembuhan Berikan bantuan dalam aktivitas
sehari-hari sesuai dengan derajat ketidakmampuan pasien
Memungkinkan berlanjutnya aktivitas yang dibutuhkan pasien
Dorong masukan nutrisi Masukan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi ibu untuk beraktivitas dan pertumbuhan serta perkembangan janin
Ansietas b/d krisis situasional
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, ansietas pasien dapat berkurang / teratasi
Kriteria Hasil : 1. TTV dalam batas normal
‐ Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit) ‐ Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
‐ Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
‐ Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
2. Pasien melaporkan bahwa ansietas / ketakutanyang dirasakannya menurun sampai tingkat yang dapat ditangani / dikontrol
3. Pasien tampak lebih tenang
INTERVENSI RASIONALISASI
Observasi perubahan TTV, misalnya denyut nadi, frekuensi pernafasan
Perubahan pada TTV dapat menunjukkan tingkat ansietas / gangguan psikologis yang dialami pasien
Obervasi respon verbal dan nonverbal pasien yang menunjukkan adanya kecemasan
Kecemasan dapat ditutupi oleh pasien dengan komentar/ kemarahan yang ditunjukkan pasien kepada pemberi perawatan
Tinjau ulang pengalaman pasien / orang terdekat sebelumnya dengan kanker
Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan interpretasi konsep pada pengalaman kanker sebelumnya
Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut yang dialami serta kesalahan konsep tentang diagnosis
Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian
Menunjukkan rasa menghargai dan menerima pasien, dan dapat membantu meningkatkan rasa percaya pasien kepada pemberi perawatan.
Pertahankan kontak sering dengan pasien. Berikan sentuhan terapeutik bila perlu
Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Meningkatkan pelepasan endorfinpada sistem saraf sehingga menimbulkan rasa tenang pada pasien dan dapat mengurangi ansietas yang dirasakan pasien
Berikan informasi yang akurat dan sesuai mengenai diagnosa, pengobatan, dan konsistensi prognosis penyakit pasien
Pengetahuan / informasi yang diberikan diharapkan dapat menurunkan ansietas, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan kerjasama pasien dengan pemberi perawatan
Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan yang tenang
Memudahkan pasien beristirahat, menghemat energi, dan meningkatkan kemampuan koping pasien
Dorong dan kembangkan interaksi pasien dengan sistem pendukung
Mengurangi perasaan isolasi. Bila sumber pendukung keluarga tidak adekuat, sumber luar dapat diberdayakan misalnya kelompok penderita kanker
Libatkan orang terdekat bila keputusan mayor akan dibuat
Menjamin sistem pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat