IMPLEMENTASI MODEL CONTEXTUAL TEACHING
LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI MANDI WAJIB
Sri Puji Suprapti1
1IAIN Palangka Raya Email [email protected]
Abstract
Pembelajaran Thaharah sangat penting dipahami oleh siswa karena thaharah memegang peranan penting saat kita beribadah. Sehingga penelitian ini untuk mengevaluasi pemahaman siswa termasuk praktek ibadah sehari-hari. Model CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya kehidupan sehari-hari. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi Model CTL dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Mandi wajib. Penelitian ini adalah penelitian deskrip kuantitatif yaitu menjelasakn persentase kenaikan hasil belajar. Subjek Penelitian adalah siswa SMP Muhammadiyah Palangka Raya pada semester 1 tahun pelajaran 2021/2022 pada kelas VII sebanyak 27 siswa. Langkah-langkah pembelajaran CTL yaitu: (1) belajar mengembangkan pemikiran akan belajar dengan menayangkan video, (2) melaksanakan kegiatan inquiri, siswa menggali informasi dari tayangan, (3) menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan membuat pertanyaan (4) menciptakan masyarakat belajar, siswa mengungkapkan permasalah yang terjadi di lingkungannya terkait materi mandi wajib (5) menghadirkan “model” yaitu siswa mempraktekkan simulasi mandi wajib. Kesimpulan penelitian ini bahwa Implementasi model pembelajaran CTL di kelas VII SMP Muhammadiyah Palangka Raya pada Materi Mandi wajib dapat meningkatkan hasil belajara siswa menjadi 85,18% dan psikomotorik menjadi 88,88% baik.
Kata Kunci: model ctl (contextual teaching and learning), mandi wajib
Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam di sekolah sangat dituntut untuk membentuk karakter siswa baik pada akhlak maupun pengamalan ibadah. Pengamalan ibadah yang kurang akan berpengaruh pada kualitas ibadah seseorang.
Pembelajaran Thaharah sangat penting dipahami oleh siswa karena thaharah memegang peranan penting saat kita beribadah. Kurang sempurnanya thaharah maka akan mengurangi kualitas sebuah ibadah. Mengingat pentingnya materi ini maka penulis mengangkat masalah ini untuk mengevaluasi pemahaman siswa termasuk praktek ibadah sehari-hari. Penulis sebagai guru agama mengadakan survei pada beberapa siswa mengenai pehaman mereka terhadap materi
thaharah khususnya mandi wajib. Hasil survei menunjukkan 25 orang siswa yang ditanyai hanya 14 orang memahami mandi wajib. Selanjutnya penulis menindaklanjuti nilai pelajaran fiqih pada materi thaharah tahun sebelumnya.
Hasil pembelajaran tahun lalu menunjukkan rata-rata nilai siswa adalah 68, masih ada 60% siswa tidak tuntas.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari- hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif (Nurhadi, 2005).
Sehingga CTL dianggap model yang sesuai untuk mengajarkan materi Thaharah karena materi ini sangat dekat dengan keseharian siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengangkat judul penelitian “Implementasi Model Contextual Teaching Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Mandi Wajib”.
Peneliti kemudian mengidentifikasi masalah yang terjadi yaitu pengetahuan siswa terhadap materi mandi wajib. Persoalan ini kemudian menimbulkan pertanyaan Bagaimana impelementasi Model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi mandi wajib.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu mendeskripsikan persentase keberhasilan model pembelajaran CTL dilihat dari data lembar penilaian kognitif (postes dan pretes), lembar penilaian psikomotor/
praktek dan lembar penilaian afektif dari observasi penilaian keaktifan siswa juga observasi keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP oleh pengamat termasuk angket yang diisi siswa.
Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah Palangka Raya pada semester 1 tahun pelajaran 2021/2022. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 minggu kedua (siklus 1), minggu ketiga (Siklus 2). Subjek Penelitian ini adalah Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Palangka Raya Tahun Pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 27 orang siswa.
Siklus I PTK:
1) Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan PTK, antara lain : Membuat RPP, Membuat media pembelajaran, Membuat instrumen dalam siklus PTK, Menyusun alat evakuasi.
2) Pelaksanaan tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan, sekenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan dan prosedur
tindakan yang akan diterapkan.
3) Pengamatan (observasi), prosedur perekaman data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan yang dirancang.
4) Analisis dan refleksi. Uraian tentang prosedur analisis hasil pemantauan dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan tindakan siklus kedua.
Hasil refleksi pada siklus sebelumnya ( I ) menjadi acuan dan dasar dalam pelaksanaan kegiatan siklus kedua (II). Langkah-langkah siklus sama dengan langkah siklus sebelumnya dengan perbaikan kegiatan sesuai dengan refleksi yang diperoleh.
Hasil Pemelitian
Persiapan penelitian diawali dengan perencanaan/ persiapan tindakan yaitu dengan pembuatan RPP terdiri dari dua siklus.
1. Siklus Pertama a. Perencanaan
Pada siklus pertama ini, dimulai dengan mempersiapkan suatu metode dan mempersiapkan rencana pembelajaran yaitu dalam bentuk RPP dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebagai berikut:
1) Menjelaskan Pengertian Mandi Wajib 2) Menyebutkan Rukun Mandi Wajib 3) Menyebutkan Sunah Mandi Wajib 4) Menyebutkan Sebab Mandi Wajib 5) Menjelaskan Tata Cara Mandi wajib
Kompetensi Dasar dan Indikator pencapaian kompetensi (IPK) seperti Tabel 1.
Table 1 Kompetensi dasar dan IPK N
O
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) 1. 1.7 Meyakini bahwa Allah
Maha Mengetahui, Maha Waspada, Maha Mendengar, dan Maha Melihat.
1.7.1 Mengimani bahwa Allah Maha Mengetahui, Maha Waspada, Maha Mendengar, dan Maha Melihat.
2. 2.7 Menghayati perilaku hidup bersih sebagai wujud ketentuan bersuci dari hadas besar
2.7.1 Memiliki perilaku hidup bersih sebagai wujud ketentuan bersuci dari hadas kecil berdasarkan
berdasarkan ketentuan syari’at Islam
ketentuan syari’at Islam dalam kehidupan sehari-hari.
3. 3.7 Memahami ketentuan bersuci dari hadas besar berdasarkan ketentuan syari’at Islam.
3.7.1 Menjelaskan pengertian Mandi wajib berdasarkan syariat Islam.
3.7.2 Menyebutkan Rukun Mandi wajib 3.7.3 Menyebutkan Sunah Mandi Wajib 3.7.4 Menyebutkan Sebab Mandi Wajib 3.7.5 Menjelaskan Tatacara Mandi wajib 4. 4.7 Menyajikan cara bersuci
dari hadas besar.
4.7.1 Mempraktekkan tata cara bersuci dari hadas kecil dan hadas besar syariat Islam.
b. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan secara virtual dengan media zoom meeting. Secara garis besar, pada pertemuan pertama ini meliputi:
1) Tahap Awal
a) Salam pembuka b) Berdoa
c) Mengecek kehadiran siswa
d) Memotivasi siswa dan appersepsi 2) Kegiatan Inti
a) Siswa diberi kesempatan mengemukakan pengalaman yang mereka tahu sebelumnya, yang berkaitan dengan mandi wajib (belajar mengembangkan pemikiran)
b) Peneliti membantu siswa memahami sebab-sebab mandi wajib (melaksanakan kegiatan inkuiri)
c) Peneliti memotivasi siswa agar mengungkapkan rukun dan sunah mandi wajib yang mereka ketahui (menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan menghadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran) 3) Tahap Akhir
a) Peneliti meminta siswa mengemukakan kondisi apa saja yang menyebabkan seseorang mandi wajib (melaksanakan kegiatan inkuiri)
b) Peneliti menyimpulkan Pengertian, Rukun dan sunah mandi wajib c) Peneliti memberikan Post Tes
d) Refleksi (melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan)
e) Peneliti memberikan motivasi dan mengharapkan dari para siswa untuk belajar dan membaca materi yang akan di bahas selanjutnya.
f) Peneliti menutup pertemuan.
c. Pengamatan
Ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, tampak bahwa kondisi kelas virtual kurang kondusif. Masih terlihat siswa yang mengobrol dengan temannya, siswa kurang aktif berdiskudi dan menyampaikan pendapat, serta pada saat penutup yang menyimpulkan pembelajaran saat itu adalah guru seharusnya siswa yang menyampaikan sehingga pada siklus kedua diharapkan pembelajaran lebih aktif, siswa berani mengungkapkan pendapat berdasarkan buku/ materi yang sudah dipelajari sebelumnya.
d. Refleksi
Dengan diterapkannya model pembelajaran CTL, pada pertemuan pertama secara virtual masih ada siswa yang tidak aktif sehingga pembelajaran kurang berjalan dengan baik. Pada saat peneliti memberikan Post Tes kepada siswa, hasilnya 70% siswa yang belum melampauai nilai KKM. Peniliti berasumsi bahwa kegagalan yang terjadi disebabkan oleh:
a) Karena tidak adanya buku pegangan tiap siswa
b) Karena kondisi pembelajaran daring sehingga siswa kurang konsentrasi mengikuti KBM.
Dan untuk refleksi (pembenahan) terhadap adanya kegagalan ini adalah:
a) Guru harus lebih memotivasi siswa
b) Guru menyiapkan materi sebelumnya sehingga siswa membaca materi yang akan dibahas.
c) Menerapkan model CTL dengan baik sesuai dengan RPP yang telah dirancang.
d) Guru harus memberikan sanksi yaitu berupa tugas bagi siswa yang tidak mendengarkan pelajaran
2. Siklus Kedua a. Perencanaan
Siklus kedua ini, dimulai berdasarkan dari hasil refleksi silus satu yang belum dianggap belum berhasil karena masi banyak siswa yang belum tuntas (nilai kurang dari 75) sebanyak 19 orang siswa. Sehingga pada siklus kedua ini direncanakan untuk melaksanakan pembelajaran CTL lagi dengan lebih terkonsep yang kemudian diharapkan siswa dapat melampaui nilai KKM yaitu 75.
Mempersiapkan siklus kedua ini memperbaiki langkah metode dan mempersiapkan rencana pembelajaran yaitu dalam bentuk RPP dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu:
1) Menjelaskan Pengertian Mandi Wajib 2) Menyebutkan Rukun Mandi Wajib 3) Menyebutkan Sunah Mandi Wajib 4) Menyebutkan Sebab Mandi Wajib 5) Menjelaskan Tata Cara Mandi wajib
Kompetensi Dasar dan Indikator pencapaian kompetensi (IPK) yang digunakan sama dengan siklus satu.
b. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan secara virtual degan media zoom meeting.
Secara garis besar, pada pertemuan pertama ini meliputi 1) Tahap Awal
a) Salam pembuka dan menanyakan kabar siswa yang hadir dan tidak lupa mengajak selalu bersyukur kepada Allah SWT untuk Kesehatan yang telah diberikan, juga mengingatkan untuk tetap menjaga kesehatan setiap hari.
b) Berdoa sebelum memulai pelajaran yang dipimpin oleh siswa c) Peneliti mengecek kehadiran siswa
d) Peneliti memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya mandi wajib karena berkaitan langsung dengan pengamalan ibadah setiap hari termasuk tentang bersuci dari hadas.
e) Peneliti memberikan appersepsi terhadap materi sebelumnya yang berkaitan dengan mandi wajib.
f) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang akan dibahas.
2) Kegiatan Inti
a) Peneliti menanyakan pengetahuan siswa tentang Baligh dan pentingnya memahami ciri-ciri perempuan dan laki-laki yang sudah baligh.
b) Peneliti memberikan pertanyaan untuk menggali pengetahuan awal siswa terhadap materi mandi wajib. (mengembangkan pemikiran) c) Peneliti menunjuk siswa untuk mengemukakan pengalaman yang
mereka tahu sebelumnya, yang berkaitan dengan mandi wajib.
(menciptakan masyarakat belajar)
d) Peneliti membantu siswa memahami sebab-sebab mandi wajib (inkuiri)
e) Peneliti memotivasi siswa agar mengungkapkan rukun dan sunah mandi wajib yang mereka ketahui (inkuiri)
f) Peneliti meminta siswa mengemukakan kondisi apa saja yang menyebabkan seseorang mandi wajib (inkuiri)
g) Peneliti menyampaikan larangan-larangan orang yang sedang berhadas dan hikmah madi wajib. (inkuiri)
h) Siswa bertanya hal-hal yang belum dipahami. (menumbuhkan rasa ingin tahu)
i) Peneliti meminta tiap siswa untuk mempraktekkan simulasi mandi wajib sesuai dengan rukun dan sunnah mandi wajib (modeling).
3) Tahap Akhir
a) Peneliti menyimpulkan Pengertian, Rukun dan sunah mandi wajib b) Peneliti memberikan Post Tes
c) Peneliti memberikan motivasi dan mengharapkan dari para siswa untuk belajar dan membaca materi yang akan di bahas selanjutnya.
d) Peneliti menutup pertemuan c. Pengamatan
Ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, tampak bahwa kondisi kelas virtual sudah kondusif dan tidak terlihat siswa yang mengobrol dengan temannya, siswa kurang aktif berdiskudi dan menyampaikan pendapat, serta pada saat penutup yang menyimpulkan pembelajaran saat itu adalah siswa dibantu oleh guru. Dari siklus dua ini siswa dinilai sudah memahami materi mandi wajib (dilihat dari lembar evaluasi 85% siswa melampaui nilai KKM) dan dianggap sudah berani mengungkapkan pendapat berdasarkan buku/ materi yang sudah dipelajari sebelumnya (dilihat dari aktivitas pembelajaran yang aktif(.
d. Refleksi
Dengan diterapkannya model pembelajaran CTL, pada siklus kedua secara virtual, siswa yang aktif mengikuti pembelajaran sehingga berjalan dengan baik. Post Tes yang diberikan kepada siswa, hasilnya 85% siswa telah melampaui nilai KKM (lebih dari 75). Berikut peningkatan hasil belajar siswa pada Tabel 2.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus 1 adalah 33,33% meningkat menjadi 85,18% pada siklus 2, meningkat 51,85%. Sedangkan yang tidak tuntas 66,66% siswa pada siklus 1 dan pada siklus 2 siswa tidak tuntas (14,81%).
Terlihat pada Tabel 3 bahwa siswa aktif dalam pembelajaran pada setiap tahapan-tahapannya dan tabel praktek simulasi menunjukkan 88,88%
siswa dapat melakukan praktek simulasi mandi wajib dengan baik dan benar.
Tabel 2 Peningkatan Hasil Belajar siswa dengan model CTL
No NAMA KKM PREE TEST HASIL BELAJAR SIKLUS 1 SIKLUS 2
1. Abrar Ridho Rahman 75 60 70 80
2. Adinda Nur Fadela 75 40 80 90
3 Akhmad Syaied Maulana
75 50 70 80
4 Aulia Nova Aridha 75 60 80 80
5 Atiqah Zeny Hibatullah 75 70 80 90
6 Aurora Shafa Salsabila 75 70 80 100
7 Azmi 75 50 80 90
8 Deyana Lailuni 75 60 80 90
9 Devandra Yaffa Ayesha 75 50 70 80
10 Dimas Andrea 75 40 70 80
11 Dimas Al Qodri 75 60 80 100
12 Febby Ayu Lidia 75 50 70 80
13 Hafid Fayakun Huda 75 40 70 80
14 Hana Nur Najmah 75 60 80 90
15 Jihan Nur Sadriana 75 60 80 80
16 Keysha Styaningrum 75 30 60 70
17 Leo Syahid Al-Jabari 75 30 60 70
18 Les Auvalia Efendi 75 40 60 70
19 Muhammad Yahya 75 60 70 80
20 Nayla Madani Azzahra 75 50 70 80
21 Nova Safitri 75 40 80 90
22 Nayla Madani Azzahra 75 50 71 80
23 Nusaibatul Hima 75 50 70 80
24 Putri Amelinda 75 60 70 80
25 Quinsya Danish Safaraz 75 30 60 70
26 Wahyu Amri Haikal Fikri
75 40 70 80
27 Yoga Galeh Saputra 75 50 80 90
Jumlah siswa tuntas siklus 1 = 9 siswa (33,33%), tidak tuntas = 19 siswa (66,66%) Jumlah siswa tuntas siklus 2 = 23 siswa (85,18%), tidak tuntas = 4 siswa (14,81%)
Tabel 3 Hasil Belajar siswa dengan model CTL (Praktik Simulasi)
NO NAMA KRITERIA PENILAIAN Rata-
rata nilai
Mencuci tangan 3X Membasuh kemaluan Berwudhu Mengguyurk an air keseluruh tubuh
1 Abrar Ridho Rahman 3 3 3 4 3.25
2 Adinda Nur Fadela 4 4 4 4 4
3 Akhmad Syaied Maulana 3 3 3 4 3.25
4 Aulia Nova Aridha 4 4 3 4 3.75
5 Atiqah Zeny Hibatullah 4 4 4 4 4
6 Aurora Shafa Salsabila 4 4 4 4 4
7 Azmi 4 3 4 4 3.75
8 Deyana Lailuni 4 4 4 4 4
9 Devandra Yaffa Ayesha 4 3 4 3 3.5
10 Dimas Andrea 3 3 3 3 3
11 Dimas Al Qodri 4 3 4 4 3.75
12 Febby Ayu Lidia 3 3 3 3 3
13 Hafid Fayakun Huda 3 3 3 3 3
14 Hana Nur Najmah 4 3 4 4 3.75
15 Jihan Nur Sadriana 3 3 4 3 3.25
16 Keysha Styaningrum 3 2 3 2 2.5
17 Leo Syahid Al-Jabari 3 2 2 3 2.5
18 Les Auvalia Efendi 3 2 3 3 2.75
19 Muhammad Yahya 3 3 3 4 3.25
20 Nayla Madani Azzahra 3 3 4 3 3.25
21 Nova Safitri 4 4 4 4 4
22 Nayla Madani Azzahra 3 3 3 3 3
23 Nusaibatul Hima 3 3 4 3 3.25
24 Putri Amelinda 3 3 3 4 3.25
25 Quinsya Danish Safaraz 3 2 4 3 3
26 Wahyu Amri Haikal Fikri 3 3 3 3 3
27 Yoga Galeh Saputra 4 4 4 4 4
Dari data tabel tersebut dapat dilihat 88,88% siswa melakukan praktek simulasi mandi wajib dengan baik dan baik sekali, sedangkan yang cukup baik
11,11% saja. Ini menunjukkan bahwa model CTL yang diterapkan menghasilkan hasil yang baik.
Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching dan Learning (CTL) dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Palangka Raya telah terlaksana dengan perubahan yang positif. Sehingga hasil belajar peserta didik meningkat.
Langkah-langkah CTL yang telah diaplikasikan pada pembelajaran yaitu: (1) belajar mengembangkan pemikiran akan belajar, (2) melaksanakan kegiatan inkuiri, (3) menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, (4) menciptakan masyarakat belajar, (5) menghadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran, (6) melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan, dan (7) melakukan penilian yang sebenarnya. Semua kegiatan pembelajaran terdapat pada sintak di RPP dengan berpanduan pada asas CTL (Kontruktifisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata).
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, pemberian pertanyaan dalam angket dan hasil tes pada penerapan model pembelajaran CTL pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya materi mandi wajib, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus 2 dibandingkan siklus 1. Yaitu dari 33,33% siswa tuntas menjadi 85,18% pada siklus 2. Hal ini menunjukkan keberhasilan penerapan model CTL.
Instrumen angket yang dibagikan kepada siswa menunjukkan hasil 85,18% siswa menyukai dan setuju dengan metode ini untuk diterapkan pada pembelajaran selanjutnya. Sehingga diharapkan guru-guru dapat menerapkan model ini pada mate pelajaran yang lain juga karena model ini mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, pemberian pertanyaan dalam angket dan hasil tes pada penerapan model pembelajaran CTL pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya materi mandi wajib, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus 2 dibandingkan siklus 1. Yaitu dari 33,33% siswa tuntas menjadi 85,18% pada siklus 2. Hal ini menunjukkan keberhasilan penerapan model CTL.
Instrumen angket yang dibagikan kepada siswa menunjukkan hasil 85,18% siswa menyukai dan setuju dengan metode ini untuk diterapkan pada pembelajaran selanjutnya. Sehingga diharapkan guru-guru dapat menerapkan model ini pada mate pelajaran yang lain juga karena model ini mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran model CTL ini juga melibatkan siswa dalam menyampaikan materi dan siswa dengan mudah mengaitkan antara materi yang mereka terima dengan kehidupan sehari-hari. Contohnya siswa dapat mempraktekkan simulasi mandi wajib. Namun diharapkan penerapannya tidak hanya sampai disini, namun juga dapat dikembangkan pada materi lain dan pelajaran lainnya. Guru diharapkan tetap melakukan tindak lanjut untuk model pembelajaran CTL ini maupun model atau metode lainnya yang bersifat inovatif. Hal ini dikarenakan betapa besarnya pengaruh penerapan model, pendekatan maupun metode terhadap hasil belajar siswa, sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa maupun guru dalam pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data membuktikan bahwa Implementasi model pembelajaran CTL di kelas VII SMP Muhammadiyah Palangka Raya pada Materi Mandi wajib dapat meningkatkan hasil belajara siswa. Hal ini terlihat pada antusias siswa pada saat pembelajaran, tidak malu menyampaikan pendapat juga pertanyaan saat pembelajaran. Siswa juga diberikan kesempatan untuk mempraktekkan simulasi mandi wajib sehingga dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil belajar yang diperoleh siswa menunjukkan peningkatan yaitu dari 33,33% siswa tuntas pada siklus 1 menjadi 85,18% siswa pada siklus 2, sedangkan yang tidak tuntas 66,66% siswa pada siklus 1 dan pada siklus 2 siswa tidak tuntas (14,81%).
Referensi
Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : Remaja Rosda Karya. 2005
Asmaliza. Penerapan Pembelajaran Metode Pendekatan CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa. Pekan Baru : MTs Darel Hikmah. 2005
Coretanzone.id. Asas-asas Model pembelajaran kontekstual. Diambil pada tanggal 2 september 2021, Pukul 21.41 wib
Darajat, Zakiah. 1999. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta : Ruhama.
Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Semarang : Toha Putra.
1989
Departemen Pendidikan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 1990
Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta : Depdiknas . 2003
Elaine B. Johnson. Contextual Teaching Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung : Mizan Learning Center (MLC). 2009
https://www.coretanzone.id/2017/09/pengertian-dan-asas-asas-model- pembelajaran-kontekstual-ctl.html
M. Suparta dan Djejen Zainuddin. Fiqih Madrasah Aliyah Kelas 3 Kurikulum 1994.
Karya Toha Putra. 2003
Mardiati. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Melalui Metode Pembelajaran Kontektual Kelas VIII 6. Pekan Baru : MTsN. 2009
Mukhlis, Mansur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual.
Malang : Bumi Aksara.
Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontektual dan Penerapan dalam KBK. Malang : UNM.
Ririn Eka Kartika (Skripsi). 2015. Implementasi Konsep Pendidikan John Dewey pada Mata Pelajaran Agama Islam (Pendekatan Kontektual). Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengandungkan Profesionalisme Guru.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Samino Saring Marsudi. 2012. Layanan Bimbingan Belajar Pedoman Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Surakarta : Fairuz Media.
Surawan. 2020. Dinamika Dalam Belajar : Sebuah Kajian Psikologi Penelitian. Yogyakarta:
K-Media.
Suharsimi Arikunto. Metode Penelitian. Jakarta : Angkasa. 1990
Syaiful Bahri Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. 2006 W. Winkle. 1989. Buku Psikologi Pengajaran. Jakarta : Raja Grafindo.
Wina Sanjaya. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana.