1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Guru merupakan penentu utama dalam kesuksesan dan keberhasilan sebuah pendidikan. Guru ibarat nahkoda yang mempunyai tugas membimbing, mengarahkan, serta memberi petunjuk kepada awak kapalnya sehingga kapal tersebut bisa mencapai tempat tujuannya dengan lancar aman dan selamat. Seorang guru di dalam dunia pendidikan tidak hanya memberikan ilmunya atau menyampaikan pelajarannya kepada peserta didiknya begitu saja akan tetapi tugas paling utama dari seorang pendidik adalah bagaimana caranya agar peserta didiknya kelak di masyarakat menjadi manusia yang baik dan berahkkakul karimah yang menjadi contoh bagi temen-temennya terutama masyarakat di sekitar. Di dalam lingkungan sekolah seorang guru mempunyai hak penuh terhadap peserta didiknya, baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas karena berhasil atau tidaknya peserta didik dalam belajar di sekolah itu tergantung kepada seorang guru sebagai pengajarnya karena seorang guru mempunyai peran sebagai pemegang kendali besar dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam sekolah.
Seorang pendidik bisa disebut juga motivator yang mampu memotivasi anak didiknya agar penuh semangat dan siap menghadapi kehidupan kedepannya. Setiap guru tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda.
Guru yang baik harusnya juga memiliki karakter yang baik pula. Menjadi
2
guru ideal adalah harapan semua guru. Secara Umum pengertian guru ideal yaitu seorang guru yang pengetahuannya luas yang mampu menguasai materi-materi pelajaran, cepat beradaptasi di dalam kelas artinya pintar dalam menguasai keadaan di dalam kelas ketika proses belajar mengajar, inovatif, mempunyai keilmuan yang tinggi, kreatif dan memiliki ahklakul karimah kepada sesama guru, peserta didik dan kepada masyarakat di sekitar umumnya.
Guru seharusnya menyadari bahwa dirinya adalah sebagai panutan atau contoh terhadap murid-muridnya baik itu disekolah maupun luar sekolah.
Oleh karena itu guru sepatutnya bersikap baik, sopan santun agar bisa dicontoh oleh murid-mridnya. Maka guru harus meniru figur yang paling sukses yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan contoh manusia yang menuntun dari masa kegelapan menuju masa peradaban yang cerah, dan di dalam diri Nabi Muhammad SAW telah tercontohkan suatu contoh profil guru yang ideal bagi kita semua. Oleh karenanya kita sebagai manusia biasa Memang sulit untuk mencontoh beliau secara menyeluruh karena beliau adalah manusia pilihan akan tetapi setidaknya guru di dalam mendidik peserta didiknya didasari dengan rasa cinta dan ikhlas itu sudah meniru sebagian kecil dari perilaku Nabi Muhammad SAW. Dan berusaha Untuk menjadi guru yang perlu adanya kemampuan dan pengalaman intelektualitasnya.
Fakta yang terjadi dilapangan saat ini kebanyakan guru melakukan tugasnya dalam mengajar hanya sebatas menyampaikan materi saja. Para
3
guru beranggapan telah menyelesaikan tugasnya jika materi pembelajaran telah tersampaikan. Ada pula yang menjadi guru hanya karena untuk mengatasi masalah ekonominya saja, namun ada pula guru yang berani melanggar norma-norma kode etika seperti kasus pembuliyan, pencabulan serta kekerasan pada peserta didik. Beberapa kasus menunjukkan kalau murid perempuan sering mengalami kekerasan seksual sering sedangkan murid laki- laki mengalami kasus kekerasan fisik. Contoh kasus kekerasan seksual yang sudah terungkap oleh kepolisian pada awal tahun 2020 silam adalah kasus pelecehan seksual pada 12 murid perempuan Sekolah Dasar di kecamatan Seyegen, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta1.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2017 84 persen peserta didik di negara Indonesia pernah mengalami kekerasan di sekolah. Jumlah kasus kekerasan di sekolah Indonesia ini lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain, seperti Vietnam (79 persen), Nepal (79 persen), Kamboja (73 persen), dan Pakistan (43 persen)2.
Ditulis juga dalam jurnal yg ditulis oleh Apriad dan Muammar Khadafie menyebutkan bahwa kekerasan anak di lingkungan sekolah pada tahun 2018 meningkat secara signifikan, terutama dalam kasus kekerasan fisik dan
1 Fuska Sani Evani, „Guru Di Sleman Jadi Tersangka Pelecehan Seksual 12 Siswi‟, Berita Satu, 2020 <https://www.beritasatu.com/nasional/594258/guru -di-sleman-jadi-tersangka-pelecehan- seksual-12-siswi> [accessed 12 June 2021].
2 David setyawan, „Indonesia Peringkat Tertingg i Kasus Kekerasan Di Sekolah‟, Utama, 2017
<https://www.kpai.go.id/publikasi/indonesia-peringkat-tertinggi-kasus-kekerasan-di-sekolah>
[accessed 12 June 2021].
4
kekerasan seksual mencapai sebesar 51.20%3. Dengan hal seperti itu sudah sangat jelas bahwasanya pendidikan di negara Indonesia masih belum bisa diandalkan sepenuhnya, untuk menyongsong penerus generasi negara yang akan datang. dalam pendidikan yang menjadikannya tercoreng nama baik seluruh teman seprofesinya, bahkan satu lembaga pendidikan. Hal yang seperti ini menyebabkan kreadibilitas seorang guru akan turun dan hilang kewibawaannya. Dan menyebabkan kegagalan yang fatal untuk mencapai visi dan misi sebuah pendidikan dan juga akan berdampak sangat buruk bagi para peserta didiknya di masa yang akan datang.
Tipe-tipe guru yang disebutkan di atas adalah seorang pendidik yang hanya berfokus kepada gaji semata dan kurang memiliki motivasi dalam mentransfer ilmunya kepada peserta didiknya sehingga lupa atas apa hakekat tugas sesungguhnya sebagai seorang pendidik. Artinya guru seharusnya mampu mengendalikan segala hawa nafsunya dengan cara sedikit berbicaranya, sedikit makannya, dan sedikit tidurnya, serta harus banyak- banya melakukan ibadah sholat, banyak bersedekah dan rutin melaksanakan puasa-puasa sunnah. Supaya keilmuan yang dimilikinya tidak mudah lepas dari ingatannya. Dengan hal-hal semacam itu diniatkan dalam hati yang paling dalam yaitu di niatkan hanya untuk mencari ridho Allah SWT. Selain itu yakin bahwasanya Allah akan memberikan pengaruh- pengaruh positive bagi anak didiknya semua.
3 Apriadi & Muammar Khadafie, „Peran Lembaga Pendidikan Dalam Pencegahan Dan
Penanggulangan Tindakan Kekerasan Pada Siswa‟, 2020
<https://core.ac.uk/download/pdf/35389689.pdf>.
5
Untuk itu peneliti menilai sangatlah penting bagi seorang guru memiliki karakteristik yang ideal di dalam suatu pendidikan. karena karakteristik guru ideal menjadi dasar utama tercapainya sebuah tendensi di dalam dunia pendidikan. Jadi tidak semua orang bisa menjadi seorang pendidik karena seorang guru harus memiliki kemampuan dasar yang ideal bagaimana hakekat menjadi guru yang sesungguhnya.
Peneliti memilih meneliti kitab Adabul Alim wal Muta‟alim yang merupakan kitab dari KH. Hasyim Asy‟ari sebagai bahan analisis penelitian, dikarenakan kitab ini menjelaskan secara rinci dan detail tentang karakteristik guru ideal. Kitab ini saya pandang sangat penting diajarkan secara luas untuk para pelajar saat ini. Bagi para pemuda harus merasa sangat beruntung bisa mengkaji kitab adab ini karena di dalamnya sangat luas dan padat pembahasanya. Masalah-masalah yang dirundung umat Islam hari ini ternyata
„kunci pembuka‟ jawabannya ada dalam masalah adab. Dan kandungan kitab Adabul „Alim wal Muta‟allim memberi jawaban. Kitab Adabul „Alim wal Muta‟allim rupanya disiapkan untuk pelajar pemula. Kajiannya ringkas, bahasanya lugas dengan isi cukup padat. Dalam kitab ini, dijelaskan tiga macam adab seorang pelajar dan tiga macam adab seorang guru. Yaitu, adab kepada dirinya, adab kepada ilmunya, dan adab kepada guru atau muridnya.Untuk memperbaiki adab, seseorang harus memperbaiki ilmu.
Menempatkan ilmu sebagai sesuatu yang mulya dan memperbaiki niat, juga bagian dari adab. Sudah semestinya, kitab Adabul „Alim wal Muta‟allim menjadi pelajaran wajib pelajar sekolah menengah. Tidak sekedar
6
diajarkan membaca kitab, tetapi dilatih atau di-drill adab nya dalam kehidupan sehari-hari. Melatih adab itu sangat mendesak saat ini.
Dengan drill itu, sudah mengamalkan isi kitab. Metode ini sudah lebih dari pendidikan karakter saat ini. Selain itu peneliti memilih kitab ini karena dalam kitab ini penjelasannya mudah di fahami oleh orang-orang awam dan keistimewaan-keistimewaan dari tokoh KH. Hasyim Asy‟ari sendiri adalah segala keilmuan yang dimilikinya selalu bersumber dari Alqu‟an dan Hadis- hadis Nabi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian konteks diatas maka permasalahan dalam peneliti ini yaitu:
1. Bagaimanakah karakteristik guru ideal menurut KH. Hasyim Asy‟ari berdasarkan kitab Adabul Alim Wal Muta’allim ?
2. Bagaimanakah interaksi komunikasi guru ideal menurut KH. Hasyim Asy‟ari berdasarkan kitab Adabul Alim Wal Muta’allim ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari uraian permasalahan yang dikemukakan diatas, tujuan adanya penelitian ini ialah:
1. Untuk mendeskripsikan karakteristik guru ideal menurut KH. Hasyim Asy‟ari berdasarkan kitab Adabul Alim Wal Muta’allim
2. Untuk mendeskripsikan interaksi komunikasi guru ideal menurut KH.
Hasyim Asy‟ari berdasarkan kitab Adabul Alim Wal Muta’allim
7 1.4 Manfaat Penelitian
Adanya penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang bermanfaat baik secara teoritis atupun secara praktis.
1. Secara Teoritis
Meningkatkan wawasan pengetahuan para pendidik untuk membentuk karakteristik guru ideal dalam pandangan KH. Hasyim Asy‟ari, Diharapkan menjadi sumbangsih bagi dunia akademik dalam lingkungan pendidikan tersebut.
2. Secara Praktis
a. Bagi Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai data baru, masukan, evaluasi serta rujukan untuk para pengamat, pelaku, peneliti pendidikan untuk menunjang kinerja lembaga pendidikan.
b. Guru dan Orang tua
Sebagai bahan referensi dalam membentuk karakteristik guru yang baik untuk keberhasilan belajar para peserta didiknya. Untuk orang tua bisa digunakan untuk memilih sekolah atau lembaga pendidikan yang pengeajarnya memiliki karakteristik sebagai guru ideal. Karena orang tua merupakan tangan pertama dalam menentukan jenjang kedepannya.
c. Penulis
Harapan penulis penelitian ini dapat memajukan pendidikan islam dalam hal memperbaki moral dan karakter sehingga dapat
8
menambah kelimuan, pengalaman serta wawasan berpikir yang kritis.
Sehingga nantinya dapat mengamalkan ilmunya tersebut dimanapun berada.
1.5 Definisi Operasional
Dari judul yang sudah ada, perlu dituliskan penegasan penegasan agar dapat diberikan kemudahan pemahaman dan bisa menghindari dari kesalahan penafsiran pembacaan. Selain itu, agar dapat mengetahui batasannya yang berfokus pada kajian peneliti. Berikut penjelasan dari definisi istilah dalam judul penelitian ini:
1. Profil
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Profil merupakan Sketsa Biografis4. Sedangkan menurut Kamus Psikologi yang dimaksud profil ialah sebuah tampilan secara umum karakteristik dan watak, kepribadian seorang individu yang terlihat terkait dengan seperangkat norma bagi populasi secara keseluruhan5.
2. Guru ideal
Kata ideal berasal dari bahasa inggris “idea” yang berarti cita-cita, angan-angan, faham6. Menurut kamus ilmiah pupoler kata ideal mengandung arti sesuai dengan cita-cita, sempurna7.
4 ‘Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)’ <https://kbbi.web.id/interaksi>.
5 Arthur S dan Emily S.Reber, KAMUS PSIKOLOGI (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).
6 W.J.S Porwodarmanto S. Wojowasito, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris (Bandung: Hasta, 1991).
7 M Dahlan Albary Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994).
9
Guru Ideal atau disebut juga sebagai guru profesional adalah seorang pendidik yang mampu dan menguasai ilmu yang diajarkan dan dapat mengamalkan ilmu tersebut dengan baik8.
3. Kitab Adabul Alim Wal Muta’allim
Kitab ini menerangkan tentang proses belajar menjadi guru dan murid yang baik. Salah satu tema yang di bahas adalah beberapa karakter yang harus di penuhi oleh guru atau murid. Tujuan kitab ini ditulis oleh KH. Hasyim Asya‟ri supaya seorang guru menjadi sebenar- benarnya seorang guru dalam pandangan KH. Hasyim Asy‟ari.
4. KH. Hasyim Asy‟ari
Beliau merupakan ulama‟ besar yang berkharisma serta menjadi pendiri organisasi besar yaitu NU. Nama lengkap beliau Muhammad Hasyim Ibn Asy‟ari Ibn Abd Wahid yang merupakan keturunan dari Raden Ainul Yaqin atau Sunan Giri.9
8 Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional (Bandung: PT.Refika Aditama, 2012).
9 Mukani, Biografi Dan Nasihat KH. Hasyim Asy’ari (Jombang: Pustaka Tebu Ireng, 2015).