• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN METODE JARIMATIKA PADA ANAK USIA 7 SAMPAI 8 TAHUN DI DESA NGURENREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN METODE JARIMATIKA PADA ANAK USIA 7 SAMPAI 8 TAHUN DI DESA NGURENREJO"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN

METODE JARIMATIKA PADA ANAK USIA 7 SAMPAI 8 TAHUN DI DESA NGURENREJO

Oleh:

ELLYANTI NIM 201833107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran daring di Kabupaten Pati pada tanggal 16 Maret 2020.

Pembelajaran daring diambil pemerintah sebagai wujud untuk mencegah penularan covid-19 di lingkungan sekolah khususnya Pati. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan secara online dengan menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial (platform) yang telah tersedia.

Meskipun dalam pengaplikasiannya pembelajaran daring bagi siswa sekolah dasar sangat menyenangkan karena dapat belajar dirumah, namun dalam kenyataannya pembelajaran daring sebagai bagian proses pembelajaran banyak memberikan efek atau dampak bagi siswa. Dampak yang dimaksud adalah mengenai kemampuan berhitung. Menurut Susanto (2012: 98) kemampuan berhitung permulaan ialah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuan, karakteristik, dan perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuan anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan. Berhitung tidak terlepas dalam pembelajaran matematika. Matematika bagi anak SD dianggap sulit dipelajari khususnya kelas 1 SD yang pola pikirnya dari taman kanak-kanak masih terbawa yaitu bermain sambil belajar, namun pada saat sekarang dimasa pandemi pembelajaran dialihkan secara daring (online). Hal itu membuat konsep belajar matematika anak menjadi berubah lebih fokus langsung ke inti pembelajaran matematika tanpa ada konsep bermain sambil belajar, sehingga membuat matematika menjadi pelajaran yang sulit bagi anak. Dalam wawancara bersama Ibu Purwanti sebagai guru kelas I, dalam pembelajaran daring yang hanya menggunakan grup WhatsApp (WA) dinilai kurang efektif sehingga masih banyak nilai matematika yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, dari jumlah anak kelas I yaitu 22 anak, ada beberapa anak yang memiliki nilai dibawah KKM seperti MWZ, KAZ dan VA. Sehingga Ibu Purwanti berinisiatif

(3)

mengumpulkan beberapa anak yang niliainya dirasa kurang memenuhi KKM untuk melakukan pembelajaran yang efektif di rumahnya. Saat peneliti melakukan observasi dirumah Ibu Purwanti, proses pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional seperti menggunakan metode jarimatika tapi belum sesuai dengan aturan penggunaan metode jarimatika.

Akhir-akhir ini pemerintah Kabupaten Pati melakukan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) untuk mengatasi dampak atau efek yang kurang baik dari pembelajaran daring. Dengan memperhatikan protokol kesehatan lembaga pendidikan SDN Ngurenrejo membuat perubahan jadwal bagi siswanya saat uji (PTM). Menurut keterangan Ibu Purwanti selaku guru kelas 1 bahwa pembelajaran tatap muka dilakukan dengan cara pembagian jumlah siswa menjadi 2 kelompok sehingga dalam satu minggu hanya melakukan 2 kali pertemuan secara bergantian dengan waktu pembelajaran 2 jam sekali pertemuan. Dengan waktu pembelajaran dan pertemuan yang tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian di SD sehingga peneliti melakukan penelitian di salah satu BIMBEL di Desa Ngurenrejo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati.

Penduduk Kota Pati kebanyakan warganya bekerja di perusahaan, pertanian dan sebagai nelayan. Walau demikian warga Pati yang khususnya orang tua yang memiliki anak tetap disekolahkan walaupun mereka memiliki waktu yang singkat bersama anak-anaknya, untuk memantau supaya tetap terjamin pendidikan anaknya para orangtua memberikan jam belajar dengan mendaftarkan di les privat bimbel, les privat mapel di Kota Pati. Oleh sebab itu kegiatan pendidikan bisa berkembang dengan icon masing-masing, contohnya les privat fisika di Pati, les privat matematika dan lain-lain. Menurut refrensi data kemendikbud jumlah satuan pendidikan masyarakat per Kabupaten/Kota Pati berjumlah 173, sebagian bimbel berada di Desa Ngurenrejo yang berjumlah 2 yaitu Bimbel Yudistira yang berdiri pada tahun 2018 dan les privat Anak Hebat yang berdiri pada tahun 2020. Salah satu bimbel yang terdekat dengan rumah peneliti adalah Bimbel Yudistira. Bimbel Yudistira Bersama Meraih Prestasi merupakan salah satu yang melakukan kegiatan bimbingan belajar secara non formal dan satu-satunya Bimbel yang berada dalam naungan yayasan Bimbel

(4)

Yudistira. Bimbel Yudistira Bersama Meraih Prestasi yang didirikan pada tahun 2018 oleh Noviana, S.Pd., di Desa Ngurenrejo Rt 04 Rw 02 dengan jumlah murid SD sebanyak 57 anak dan murid SMP sebanyak 11 anak dengan pembagian jam les pada murid SD dilaksanakan jam 15.30 sampai 17.00 WIB dan murid SMP dilaksanakan jam 18.30 sampai 20.00 WIB dengan hari tertentu. Bimbel Yudistira Bersama Meraih Prestasi ini sangat terkenal di Desa Ngurenrejo karena terpercaya mendidik anak untuk meningkatkan prestasi di sekolah.

Nurihsan (Saman, 2018: 41) menyatakan bahwa bimbingan belajar sebagai salah satu usaha untuk membantu permasalahan siswa dalam hal belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar siswa terhindar dari kesulitan belajar. Menurut Abdullah (Saman, 2018: 44) berpendapat mengenai bimbingan belajar adalah bantuan yang diberikan kepada individu/kelompok individu yang mengalami problem belajar. Berdasarkan pendapat ahli diatas, menunjukkan betapa pentingnya peranan guru pembimbing dalam usaha membimbing belajar siswa untuk mengetahui permasalahan dan penyebab terjadinya masalah sampai pada bagaimana mengatasi masalah tersebut.

Oleh sebab itu bimbingan belajar perlu dilaksanakan bagi setiap anak yang memiliki masalah terkait dengan proses belajar baik dilakukan secara formal maupun non formal seperti melakukan les.

Selanjutnya, peneliti melakukan observasi di lembaga bimbingan belajar Yudistira di Desa Ngurenrejo RT 04 RW 02 tentang bagaimana proses bimbingan belajar yang dilakukan oleh Ibu Novi (guru pembimbing belajar di Yudistira) dalam membantu anak untuk meningkatkan kemampuan berhitung serta apa yang menjadi kendala atau permasalahan anak yang memiliki kemampuan berhitung yang rendah. Ibu Novi memberi penjelasan bahwa rendahnya kemampuan berhitung anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari luar anak seperti sekolah daring dan diberi soal guru sekolah yang mengerjakan orangtua bukan anak dan faktor dari dalam diri anak yaitu anak merasa jenuh saat belajar daring.

Hal ini juga ditunjang oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rafflesia (2017) berupaya meningkatkan kemampuan berhitung siswa sekolah dasar kelas IV dengan metode jarimatika dalam penelitian awalnya dari 31 orang

(5)

siswa kelas IVC hanya 4 orang yang antusias untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Namun, setelah mengikuti kegiatan pengabdian, siswa mampu menjawab pertanyaan perkalian dengan mudah. Setelah post-test diberikan, sekitar 80% siswa bisa menjawab dengan benar, dari 31 orang siswa kelas IVC, ada sekitar 6 orang yang masih perlu bimbingan agar bisa menjawab hasil perkalian, sementara yang lainnya bisa menjawab dengan benar. Sementara itu, untuk kelas IVD, dari 33 orang siswa, sekitar 8 orang masih perlu dibimbing saat menjawab soal perhitungan perkalian, atau bisa dikatakan 75% siswa bisa menyerap materi dengan baik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran berhitung perkalian dengan menggunakan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa khususnya berhitung perkalian dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Salsinha (2019) di dalam penelitiannya dijelaskan bahwa matematika khususnya berhitung tidak jarang ditemukan banyak kesulitan karena tidak banyak siswa yang tertarik dengan perhitungan, bukan hal yang mengherankan lagi ketika matematika dianggap sebagai pelajaran paling sulit oleh siswa karena sebagian besar materinya memerlukan perhitungan. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa jarimatika mampu menjadi teknik yang membuat siswa menjadi mudah belajar berhitung, hal ini membuat berhitung dalam matematika menjadi daya tarik tersendiri oleh siswa.

Berdasarkan dari penelitian yang sudah dilakukan, salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan berhitung anak tersebut adalah belajar berhitung dengan menggunakan jarimatika. Indah (Salsinha, 2019: 74) menyatakan bahwa Metode Jarimatika adalah metode belajar menggunakan jari tangan sebagai alat bantu operasi hitung bilangan yang biasanya disebut dengan istilah KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang). Sedangkan menurut Hardiyanti (Hardiyanti, 2017), metode jarimatika adalah sebuah metode atau suatu cara belajar yang mudah serta menyenangkan bagi anak usia dini karena menggunakan media jari tangan dalam pembelajarannya yang dapat menarik minat anak dan menggunakan jari tangannya dalam belajar berhitung sehingga anak bisa

(6)

menguasai konsep permulaan berhitung dengan baik. Jarimatika sebagai media berhitung mempunyai beberapa kelebihan, yaitu siswa dapat melakukan penjumlahan dan pengurangan secara cepat dengan langkah yang sederhana, siswa tinggal membuka sejumlah jarinya untuk melakukan penjumlahan dan menutup sejumlah jarinya untuk melakukan pengurangan.

Selain itu, dengan jarimatika penjumlahan dan pengurangan dengan angka besar maupun kecil, prosesnya tetap sama-sama sederhana dan cepat, dikarenakan perbedaan besar dan kecilnya sebuah bilangan hanya terletak pada medianya selalu terbawa kemana saja dan kapan saja, dikarenakan medianya adalah jari anak sendiri. Menurut peneliti, metode jarimatika memiliki beberapa kelebihan, yang pertama jarimatika mampu memberikan visualisasi proses berhitung, berdasarkan visualisasi tersebut akan memberi rangsangan kepada anak supaya mudah digunakannya. Yang kedua gerakan jari-jari tangan akan mendorong minat anak. Yang ketiga jarimatika merupakan alat yang tidak perlu dibeli, alat yang tidak akan pernah ketinggalan dan bisa digunakan kapanpun dan dimanapun.

Berdasarkan penjelasan diatas, dari berbagai macam masalah yang membuat rendahnya kemampuan berhitung anak serta solusi yang dapat digunakan yaitu metode jarimatika untuk itu peneliti tertarik untuk mengkaji penelitian dengan judul “Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Menggunakan Metode Jarimatika Pada Anak Usia 7 Sampai 8 Tahun Di Desa Ngurenrejo”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti bisa merumuskan berbagai rumusan masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana proses bimbingan belajar dengan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan berhitung dengan menggunakan metode jarimatika pada bimbingan belajar?

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk menjelaskan proses bimbingan belajar dengan menggunakan metode jarimatika yang dapat meningkatkan kemampuan berhitung.

2. Untuk menjelaskan peningkatan kemampuan berhitung dengan menggunakan metode jarimatika pada bimbingan belajar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan, melengkapi refrensi yang telah ada sebelumnya, sehingga mampu memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada metode berhitung yang dapat digunakan untuk anak usia tujuh sampai dengan delapan tahun. Serta dapat menambah refrensi untuk penelitian yang sejenis tentang bimbingan belajar dengan menggunakan metode jarimatika untuk meningkatkan kemampuan berhitung. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memilki manfaat yaitu menambah wawasan, melengkapi refrensi yang telah ada sebelumnya, sehingga dapat memberikan manfaat tehadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi anak (yang memiliki masalah berhitung), bagi orang tua, bagi guru sekolah dasar serta bagi peneliti

1.4.2.1 Manfaat Bagi Anak

Anak usia 7 sampai 8 tahun di Desa Ngurenrejo yang memiliki masalah berhitung bisa diatasi dengan bimbingan belajar menggunakan metode jarimatika yang didampingi praktikan.

1.4.2.2 Manfaat Bagi Orang tua

Teratasinya masalah mengenai kemampuan berhitung anak dan meningkatnya nilai belajar anak setelah mengikuti bimbingan belajar menggunakan metode jarimatika dengan praktikan.

1.4.2.3 Manfaat Bagi Guru

Guru kelas sebaiknya menindak lanjuti apa yang sudah dilakukan peneliti dengan lebih baik dan bisa menerapakan bimbingan belajar menggunakan metode jarimatika untuk mengatasi masalah berhitung pada anak.

(8)

1.4.2.4 Manfaat Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dan pengertahuan sebagai acuan dalam memahami masalah anak mengenai berhitung dengan bimbingan belajar menggunakan metode jarimatika.

1.5 Definisi Operasional

Agar diketahui arah dan tujuan dari penelitian yang diteliti ini, maka peneliti akan memberikan gambaran atau penjelasan tentang variabel dari judul penelitian ini, berikut penjelasannya:

1.5.1 Bimbingan belajar

Bimbingan belajar adalah suatu kegiatan pembelajaran tambahan yang diberikan anak maupun orang dewasa untuk mengatasi permasalahan dalam belajar dan upaya dalam meningkatkan prestasi atau hasil belajar yang lebih optimal.

1.5.2 Kemampuan berhitung

Kemampuan berhitung adalah kemampuan yang dimiliki oleh anak yang berhubungan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

1.5.3 Metode jarimatika

Metode jarimatika adalah suatu cara untuk menghitung matematika yang menggunakan alat bantu jari tangan.

(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Konseptual

2.1.1 Konsep Dasar Bimbingan Belajar (BIMBEL)

Bimbingan belajar atau selanjutnya akan disebut bimbel berasal dari pendidikan non formal. Sesuai dengan jalur pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab VI pasal 13 ayat (1) dijelaskan bahwa

“Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”, dan dalam Bab I Pasal 1 ayat (12) menjelaskan bahwa “pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstuktur dan berjenjang”. Hal ini diperjelas lagi menurut Permendikbud Nomor 81 Tahun 2013 dalam Bab I Pasal 1 ayat (2) menerangkan tentang pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstrukur dan berjenjang.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk dari satuan pendidikan nonformal.

Menurut Kemendikbud pendidikan nonformal memiliki peran yang penting dalam pembangunan manusia Indonesia. Hal ini juga diperjelas oleh pernyataan anggota Komisi X DPR yaitu Ferdiansyah dalam acara Diskusi Kelompok Terpumpun Pendidikan Kesetaraan Solusi Dalam Memenuhi Standar Pelayanan Minimal, di Favehotel Cimanuk Garut Jawa Barat, hari Senin tanggal 10 Desember 2018 mengatakan “Ditinjau dari beberapa aspek, pendidikan nonformal memiliki sejumlah kelebihan seperi waktunya yang lebih fleksibel, bahan ajar yang bisa dikembangkan sesuai kebutuhan warga belajar, usia warga belajar tidak dibatasi, dan peserta yang heterogen. Kelebihan-kelebihan ini harus ditonjulkan dan dijual oleh pengelola pendidikan nonformasi seperti PKBM dan LKP”. Dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa bimbel memiliki sejumlah kelebihan diantaranya waktu yang lebih fleksibel, bahan ajar yang bisa

(10)

dikembangkan sesuai kebutuhan belajar, usia yang tidak dibatasi dan peserta yang heterogen.

2.1.1.1 Pengertian Bimbingan Belajar

Layanan bimbingan belajar sebagaimana diungkapkan oleh Ahmadi dan Rohani (Saman, 2018: 42) bahwa bimbingan belajar merupakan seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat membuat pilihan, mengadakan penyesuaian, dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pengajaran atau belajar yang dihadapinya. Artinya, bimbingan belajar adalah upaya guyu pembimbing membantu siswa dalam mengatasi berbagai permasalahan belajar saat proses belajar mengajar berlangsung.

Menurut Nurihsan & Yusuf (Saman, 2018: 43) menjelasakan bahwa bimbingan belajar adalah bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik dengan cara mengembangkan suasana-suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/pendidikan. Dalam bimbingan belajar, para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.

Totok Santoso (Ansel, 2021: 302) menyatakan bimbingan belajar yaitu proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta bimbing dalam memecahkan kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah agar peserta bimbingan dapat menyesuaikan diri dari situasi belajarnya, dapat mengembangkan keterampilan belajarnya dan membentuk kebiasaan-kebiasaan belajar dengan sistematik dan konsisten atau ajeg dan dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa bimbingan belajar merupakan upaya guru pembimbing dalam membantu siswa untuk mengatasi permasalahan belajar dan mengembangkan cara belajar yang

(11)

efektif agar membentuk kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik dan mampu meningkatkan hasil belajar.

2.1.1.2 Tujuan Layanan Bimbingan Belajar

Fiah & Purbaya (2016: 172) mengungkapkan bahwa tujuan dari layanan pembelajaran bidang bimbingan belajar adalah agar siswa mampu menguasai pengetahuan dan dapat mengembangkan keterampilan yang diperoleh dari sekolah, sehingga dengan diberikannya layanan pembelajaran bidang bimbingan belajar maka diharapkan siswa termotivasi dalam mencapai prestasi yang optimal dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat dari sekolah.

Menurut Tohirin (Saman, 2018: 45) menjelaskan bahwa tujuan bimbingan belajar adalah sebagai berikut:

Secara umum tujuan layanan bimbingan belajar adalah membantu siswa agar mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat perkembangan siswa. Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya. Selain tujuan umum tersebut, secara khusus dapat diketahui bahwa bimbingan belajar bertujuan agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar, serta siswa dapat mandiri dalam belajar.

Ahmadi dan Widodo (Syahputra, 2017: 373) menjelaskan tujuan bimbingan belajar adalah:

a. Mencarikan cara-cara belajar yang efesien dan efektif bagi siswa.

b. Menunjukkan cara-cara belajar yang sesuai dan cara dan fungsi menggunakan buku pelajaran.

c. Memberikan informasi berupa saran dan petunjuk bagi yang memanfaatkan perpustakaan.

d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.

e. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita- cita dan kondisi fisik atau kesehatan yang dimiliki.

f. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.

g. Menentukan pembagian waktu dan perencaraan jadwal belajar.

h. Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan karir dimasa depan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan tujuan layanan bimbingan belajar yaitu membantu siswa agar mampu mengatasi dan memecahkan permasalahan belajar sehingga tidak menghambat perkembangan belajar anak agar mencapai perkembangan atau hasil belajar yang optimal.

(12)

2.1.2 Kemampuan Berhitung

Kemampuan merupakan hal atau kekuatan yang sudah ada dalam diri kita sejak lahir yang perlu ditingkatkan lagi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an akan menjadi kata kemampuan yang selanjutnya memiliki arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan atau kekayaan (Alwi, 2007:707). Kemampuan berhitung adalah suatu kemampuan yang dimiliki setiap anak yang berhubungan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang merupakan kemampuan yang penting dalam kehidupan (Ariyanti: 2015).

Menurut Susanto (2015: 98) kemampuan berhitung dimilik setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dari dirinya sejalan dengan perkembangan yang dapat meningkat ketahap pengertian tentang jumlah yakti tentang penjumlahan dan pengurangan.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan berhitung yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam berhitung atau perhitungan dengan mengenal konsep dasar matematika dengan baik dan benar, sehingga mampu menyelesaikan suatu proses operasi bilangan tentang penjumlahan dan pengurangan.

2.1.3 Metode Jarimatika

Salah satu cara untuk melatih kemampuan berhitung anak adalah dengan menggunakan metode jarimatika. “Jarimatika adalah cara berhitung (kali-bagi- tambah-kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan” (Wulandani, 2008: 17).

“Jarimatika adalah sutu cara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari” (Prasetyono, 2008: 28). Dalam model jarimatika ini, sebelum menggunakan jarinya untuk menghitung anak-anak harus memahami terlebih dahulu cara penggunaan jarinya. Menurut Prasetyono (2008: 28) ada beberapa hal yang harus dipahami dalam mengaplikasikan jarimatika, sebagai alat bantu menghitung, yaitu: a) jari tangan terbuka dijadikan puluhan (ditambahkan), b) jari tangan tertutup dijadikan satuan (dikalikan), c) penggunaan jarimatika setidaknya memahami konsep dasar operasi aljabar.

(13)

Menurut Wulandani (2008: 17) kelebihan dari jarimatika adalah: a) jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung. Hal ini akan membuat anak mudah melakukannya., b) gerakan jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin mereka menganggapnya lucu, yang jelas mereka akan melakukannya dengan gembira, c) jarimatika relatif tidak memberatkan memori otak saat digunakan, d) alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan atau terlupa dimana menyimpannya, e) tidak bisa disita saat ujian.

Berikut adalah tahap awal perkenalan angka-angka menggunakan jari-jari tangan.

a) Jari tangan kanan sebagai satuan

b) Jari tangan kiri sebagai puluhan

c) Contoh berhitung menggunakan jarimatika

(14)

d) Contoh pengaplikasian jarimatika dalam penjumlahan 3 + 4 = 7

Cara: Buka jari kanan 3 kemudian buka lagi 4, karena sudah tidak cukup maka untuk memperoleh angka 4 buka jari jempol yang memiliki angka 5. Karena jempol memiliki angka 5 maka tutup/kurang satu jari untuk mendapatkan 4.

9 + 3 = 12

Cara: Buka jari kanan 9 kemudian buka lagi 3, karena jari kiri sudah tidak cukup maka untuk memperoleh angka 3 buka jari kiri satu yag memiliki angka 10. Karena satu jari kiri memiliki angka 10 maka tutup/kurang tujuh jari kanan untuk mendapatkan 3.

8 + 7 = 15

Cara: Buka ajri kanan 8 kemudian buka lagi 7, karena jari kiri sudah tidak cukup maka untuk memperoleh angka 7 buka jari kiri satu yang memiliki angka 10. Karena satu jari kiri memiliki angka 10 maka tutup/kurang tiga jari kanan untuk mendapatkan 7.

27 + 9 = 36

Cara: Buka jari kiri 2 kemudian buka jari kanan 7 lalu tambah 9, karena jari kiri sudah tidak cukup maka untuk memperoleh angka 9 buka lagi

(15)

satu jari kiri yang memiliki angka 10. Karena satu jari kiri memiliki angka 10 maka tutup/kurang satu jari kanan untuk mendapatkan 9.

Berdasarkan penjelasan dari pendapat ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode jarimatika memiliki dampak positif bagi anak-anak karena mereka akan merasa senang dan mudah dalam mengikutinya, dan anak bisa mempraktikan secara langsung dimanapun dan kapanpun. Selain itu mengenalkan metode jarimatika kepada anak dapat memudahkan anak dalam mengenal matematika dasar berhitung.

2.2 Penelitian Relevan

Penelitian relevan merupakan penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh peneliti lain. Adapun kajian penelitian kali ini yaitu:

1. Jurnal kreatif yang ditulis oleh Sumirat (2016) dengan judul “Pengaruh Praktik Jarimatika terhadap Keterampilan Berhitung Perkalian pada siswa Kelas II SD”. Dari hasil analisa diperolah kesimpulan bahwa sistem pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cluster random sampling yang mengambil dua langkah secara acak. Langkah pertama mendapat 5 sampel kelas dan langkah kedua mendapat 3 kelas.

Analisis pengujian hipotesis menggunakan SPSS versi 20, yang menghasilkan; (1) Ada pengaruh penerapan Jarimatika terhadap keterampilan berhitung perkalian, nilai df = 40 diperoleh dengan Sig. (2 ubin) 0024, maka H0 ditolak. (2) Latihan Jarimatika meningkatkan keterampilan berhitung perkalian. Analisis yang digunakan N-Gain dapat diketahui bahwa peningkatan keterampilan berhitung perkalian pada kelas eksperimen sebesar 0,411 termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,135 termasuk dalam kategori rendah. Hasil tersebut membuktikan bahwa praktik jarimatika lebih berpengaruh dalam materi kelas II SD. Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu dalam jurnal ini jarimatika digunakan untuk keterampilan berhitung (perkalian), sedangkan untuk penelitian penulis jarimatika digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung perbedaan ke dua terletak pada tempat penelitian dimana dalam jurnal ini tempat penelitiannya dilakukan di SD sedangkan penelitian penulis berada di tempat

(16)

BIMBEL. Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian penulis sama-sama menggunakan metode jarimatika.

2. Jurnal Educatio yang ditulis oleh Atiaturrahmaniah (2011) yang berjudul

“Penerapan Metode Jarimatika untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung dalam Pembelajaran Matematika pada siswa SDN 2 Pancor” Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan jarimatika mempunyai dampak yang baik terhadap keterampilan berhitung siswa. Hal ini dilihat dari hasil observasi siswa pada siklus I dengan rata-rata 27,7 meningkat menjadi 31,17 pada siklus II dengan kategori baik. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus II dengan rata-rata 82,3 dengan ketuntasan klasikal 83% meningkat menjadi 84,67 untuk nilai rata-rata dengan ketuntasan klasikal mencapai 93,3%, termasuk dalam kategori ketuntasan belajar sangat baik. Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada tempat penelitian, dalam jurnal ini tempat penelitian di SD sedangkan dalam penelitian penulis di BIMBEL.

Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian penulis sama-sama menggunakan metode jarimatika untuk meningkatkan kemampuan berhitung.

3. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau yang dituli oleh Sitio (2017) yang berjudul “Penerapan Metode Jarimatika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN 003 Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu” Dari hasil analisa diperolah kesimpulan bahwa sebelum penerapan metode jarimatika hasil belajar siswa pada data awal sebelum tindakan, hasil belajar siswa diperoleh rata-rata presentase 66.88%

dengan kategori cukup tinggi. Kemudian berdasarkan hasil observasi pada siklus pertama yang menunjukkan bahwa tingkat hasil belajar siswa mencapai hasil belajar siswa diperoleh rata-rata presentase 78.54% dengan kategori tinggi. Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu dalam jurnal ini jarimatika digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika sedangkan untuk penelitian penulis jarimatika digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung dan perbedaan ke dua terletak pada tempat penelitian dimana dalam jurnal ini tempat penelitiannya dilakukan di SD sedangkan penelitian penulis

(17)

berada di tempat BIMBEL. Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian penulis sama-sama menggunakan metode jarimatika.

4. Journal of Character Education Society yang ditulis oleh Syaharuddin (2018) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa SD Menggunakan Metode Jarimatika”. Dari hasil analisa diperoleh kesimpulan bahwa a) Pelatihan jarimatika sangat bermanfaat dan membantu dalam peningkatan kemampuan berhitung siswa, b) Terjadi peningkatan kemampuan berhitung sebesar 34,4%, hal ini dapat dilihat dari hasil tes awal dan tes akhir yakni rata-rata awal kemampuan siswa sebesar 64, sedangkan setelah pelatihan rata-rata sebesar 86. Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu dalam jurnal ini terletak pada tempat penelitian dimana dalam jurnal ini tempat penelitiannya dilakukan di SD sedangkan penelitian penulis berada di tempat BIMBEL. Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian penulis sama- sama menggunakan metode jarimatika untuk meningkatkan kemampuan berhitung.

5. Skripsi yang ditulis oleh Lubis (2017) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pembagian dengan Menggunakan Metode Jarimatika pada Siswa kelas III SD Negeri 195 Pagaran Baru Kecamatan Kotanopan”.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung pembagian, siswa mengalami peningkatan dengan menggunakan metode jarimatika. Pada siklus I adanya peningkatan 47,36% atau 9 siswa menjadi 61,90% atau 13 siswa dengan peningkatan sebesar 14,54%. Refleksi pada siklus I untuk memperbaiki kesalahan/kekurangan dengan memberikan hadiah/reward. Pada siklus II 73,68% atau 14 siswa meningkat menjadi 78,95% atau 15 siswa dengan peningkatan sebesar 5,26%. Hasil refleksi menunjukkan bahwa penggunaan metode jarimatika sudah sesuai dengan target yaitu presentasi ketuntasan belajar lebih dari 70% maka pada siklus II pertemuan ke-2 penelitian ini dihentikan dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 43,36%. Dengan demikian berarti penggunaan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung pembagian pada siswa III SD Negeri 195 Pagaran Baru Kecamatan Kotanopan. Perbedaan dengan

(18)

penelitian penulis yaitu dalam jurnal ini jarimatika digunakan untuk kemampuan berhitung (pembagian), sedangkan untuk penelitian penulis jarimatika digunakan untuk kemampuan berhitung, perbedaan ke dua terletak pada tempat penelitian dimana dalam jurnal ini tempat penelitiannya dilakukan di SD sedangkan penelitian penulis berada di tempat BIMBEL.

Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian penulis sama-sama menggunakan metode jarimatika.

No Penulis Judul Persamaan Perbedaan

1 Jurnal kreatif yang ditulis oleh Sumirat (2016)

Pengaruh Praktik Jarimatika terhadap Keterampilan Berhitung Perkalian pada siswa Kelas II SD

Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian penulis sama-sama menggunakan metode jarimatika.

1. Dalam jurnal ini jarimatika digunakan untuk keterampilan berhitung (perkalian), sedangkan untuk penelitian penulis jarimatika digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung.

2. Tempat penelitian dimana dalam jurnal ini tempat penelitiannya dilakukan di SD sedangkan penelitian penulis berada di tempat BIMBEL.

2 Jurnal Educatio yang ditulis oleh Atiaturra hmaniah (2011)

Penerapan Metode

Jarimatika untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung dalam Pembelajaran Matematika pada siswa SDN 2 Pancor

Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian penulis sama-sama menggunakan metode jarimatika untuk meningkatkan

kemampuan berhitung.

Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada tempat penelitian, dalam jurnal ini tempat penelitian di SD sedangkan dalam penelitian penulis di BIMBEL.

(19)

3 Jurnal Primary Program Studi Pendidik an Guru Sekolah Dasar Fakultas Kegurua n dan Ilmu Pendidik an Universit as Riau yang dituli oleh Sitio (2017)

Penerapan Metode

Jarimatika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I

SDN 003

Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu

Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian penulis sama-sama menggunakan metode jarimatika.

Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu

1. Dalam jurnal ini jarimatika digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika sedangkan untuk penelitian penulis jarimatika digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung

2. Terletak pada tempat penelitian dimana dalam jurnal ini tempat penelitiannya dilakukan di SD sedangkan penelitian penulis berada di tempat BIMBEL.

4 Journal of Characte r

Educatio n Society yang ditulis oleh Syaharud

Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa SD

Menggunakan Metode Jarimatika

Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian penulis sama-sama menggunakan metode jarimatika untuk meningkatkan

kemampuan berhitung.

Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu dalam jurnal ini terletak pada tempat penelitian dimana dalam jurnal ini tempat penelitiannya dilakukan di SD sedangkan penelitian penulis berada di tempat BIMBEL.

(20)

din (2018) 5 Skripsi

yang ditulis oleh Lubis (2017)

Upaya

Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pembagian dengan

Menggunakan Metode

Jarimatika pada Siswa kelas III SD Negeri 195 Pagaran Baru Kecamatan Kotanopan

Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian penulis sama-sama menggunakan metode jarimatika.

Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu

1. Dalam jurnal ini jarimatika digunakan untuk kemampuan berhitung (pembagian), sedangkan untuk penelitian penulis jarimatika digunakan untuk kemampuan berhitung 2. Terletak pada tempat penelitian

dimana dalam jurnal ini tempat penelitiannya dilakukan di SD, sedangkan penelitian penulis berada di tempat BIMBEL.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan terlebih dahulu dapat diambil kesimpulan bahwa metode jarimatika mampu mengatasi permasalahan berhitung pada anak usia 7 sampai 8 tahun, melalui beberapa pertemuan peneliti akan mengoptimalkan metode jarimatika sehingga didapatkan peningkatan kemampuan berhitung. Untuk itu peneliti mengkaji judul penelitian mengenai metode jarimatika untuk mengatasi permasalahan berhitung pada anak usia 7 sampai 8 tahun dengan bimbingan belajar. Persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama menggunakan metode jarimtaika.

Perbedaan dengan penelitian yang sudah dilakukan terlebih dahulu terletak pada penggunaan jarimatika yaitu untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berhitung. Perbedaan yang kedua, dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu pada kondisi/lingkungan sekitar, dimana saat ini terjadi pandemi covid-19, sehingga penerapan metode jarimatika oleh peneliti dirasa lebih sulit dibandingkan dengan peneliti terdahulu yang dilakukan secara tatap muka. Hal

(21)

tersebut didukung ketika anak masih dibangku TK yang sudah mendapatkan materi secara daring.

2.3 Kerangka Berfikir

Pembelajaran berhitung pada siswa SD sangat penting untuk dikuasai karena berhitung merupakan dasar dari matematika yang terus digunakan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Namun, pembelajaran berhitung khususnya penjumlahan da pengurangan pada anak usia 7 sampai 8 tahun di Desa Ngurenrejo masih mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini membuat rendahnya kemampuan berhitung siswa yang dapat dilihat dari tingkat ketepatan, kecepatan, kebenaran dan ketelitian dalam proses perhitungan dalam menyelesaikan permasalahan berhitung.

Adapun kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

KONDISI

AWAL Pembelajaran daring

TINDAKAN

KONDISI AKHIR

Menerapkan metode jarimatika dalam

BIMBEL

Kemampuan berhitung dalam operasi

penjumlahan puluhan mengalami peningkatan

Pertemuan 1

Melakukan tes untuk mengetahui nilai anak

Pertemuan 2 Pengenalan dan penerapan Jarimatika

Pertemuan 3 Pengujian setelah penerapan Jarimatika

Kemampuan anak dalam menghitung penjumlahan puluhan

(22)

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2018: 96). Dalam penelitian ini, hipotesisnya sebagai berikut:

1. Proses bimbingan belajar dengan menggunakan metode jarimatika diduga dapat meningkatkan kemampuan berhitung.

2. Kemampuan berhitung diduga dapat ditingkatkan menggunakan metode jarimatika pada bimbingan belajar.

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian

3.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bimbel Yudistira Bersama Meraih Prestasi Desa Ngurenrejo pada anak usia 7 sampai 8 tahun. Lokasi bimbel berada di jalan Singo Padu RT 04/02 kecamatan Wedarijaksa kabupaten Pati.

3.1.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah mengunakan metode penelitian pra- experiments. Sugiyono (2013: 109) menyatakan bahwa “Penelitian pra- eksperiments hasilnya merupakan variable dependen bukan semata-mata dipengarui oleh variable independen”. Dengan kata lain, dalam penelitan ini hanya menggunakan satu kelas saja, yaitu kelas eksperimen. Dalam penelitian ini menggunakan jenis desain the one group pretest-posttest, dimana subyek penelitian ini terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan. Setelah diberikan tes awal, kemudian anak diberikan perlakuan dengan melaksanakan bimbingan belajar menggunakan metode jarimatika. Setelah diberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui pengaruh bimbingan belajar menggunakan metode jarimatika terhadap kemampuan berhitung anak. Penggunaan jenis penelitian ini menurut Sugiyono (2016: 110) hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2

Pretest Treatment Posttest

Keterangan:

O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) X = Treatment yang diberikan (variabel bebas) O2 = Nilai posttest (setelah diberi perlakuan)

(24)

3.1.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2018: 57) merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.1.4.1 Variabel bebas

Sugiyono (2018: 57) mengemukakan bahwa variabel bebas atau bisa juga disebut variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Adapun variabel bebas pada penelitian ini yaitu bimbingan belajar dan metode jarimatika.

3.1.4.2 Variabel terikat

Sugiyono (2018: 57) mengemukakan bahwa variabel terikat atau bisa juga disebut variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun variabel terikat pada penelitian ini yaitu kemampuan berhitung pada anak usia 7 sampai 8 tahun.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas darn karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak yang belajar di Bimbel Yudistira sebanyak 57 anak.

3.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018: 124). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu anak yang berusia 7 sampai 8 tahun di Bimbel Yudistira.

(25)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam melakukan penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka seorang peneliti tidak akan memiliki data yang sesuai standart yang diterapkan. Dalam teknik pengumpulan data sangat diperhatikan jenis penelitian yang sedang digunakan apakah jenis penelitian kuantitatif atau kualitatif, karena berbeda jenis penelitian berbeda juga teknik pengumpulan data yang digunakan. Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan instrument penelitian dan teknik pengumpulan data yaitu, teknik tes dan teknik non tes yang meliputi: wawancara, observasi dan dokumentasi.

3.3.1 Teknik Tes

Tes merupakan sekumpulan pertanyaan atau latihan dan suatu alat yang digunakan untuk mengukur terkait keterampilan, pengetahuan, dan bakat yang dimiliki kelompok atau individu (Arikunto, 2013: 193). Data tentang kemampuan berhitung siswa diperoleh dengan melakukan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dengan cara tes tertulis dalam bentuk 15 soal essay. Tes awal dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal siswa berkaitan dengan kemampuan berhitung siswa sebelum diberikan perlakuan menggunakan metode jarimatika. Tes akhir bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung setelah diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan metode jarimatika.

3.3.2 Teknik Non Tes 3.3.2.1 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu tahap pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung setiap kejadian dalam penelitian.

Observasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan mengamati secara langsung terhadap subjek penelitian. Peneliti melakukan kegiatan observasi pada anak usia 7 sampai 8 tahun di Bimbel Yudistira yang berada di Desa Ngurenrejo RT 04/02.

Teknik pengumpulan data observasi digunakan peneliti untuk mencari data di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi terkait dengan subjek

(26)

yang diteliti mengenai peningkatan kemampuan berhitung melalui bimbingan belajar dengan menerapkan metode jarimatika melalui pengamatan secara langsung dengan harapan data yang diperlukan bisa didapatkan secara akurat untuk menunjang hasil penelitian.

3.3.2.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan melakukan tanya jawab untuk tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data wawancara digunakan peneliti untuk menggali data lebih dalam kepada guru les terkait metode yang digunakan dalam proses belajar berhitung, materi apa yang diajarkan serta usia berapa yang diperbolehkan untuk mengikuti proses belajar di BIMBEL.

3.3.2.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu proses pengambilan gambar atau foto yang terdapat dalam kegiatan-kegiatan penting penelitian. Semua kejadian yang berpengaruh dalam pengumpulan data secara langsung di lapangan seperti observasi, wawancara dan proses pembelajaran yang akan didokumentasikan dalam bentuk gambar atau foto. Gambar tersebut akan dijadikan sebagai sumber data pendukung dari data yang diperoleh. Selain itu, dokumentasi juga dijadikan sebagai data bukti nyata bahwa peneliti sudah melakukan penelitian dengan jujur.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai proses bimbingan belajar terhadap kemampuan belajar.

3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian.

Penggunaan soal tes uraian berbentuk soal uraian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan berhitung anak. Berikut ini kisi-kisi yang akan digunakan dalam tes kemampuan berhitung:

Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretest

Kompetensi Dasar Indikator

3.4 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan

1. Menghitung penjumlahan dua bilangan cacah dengan maksimal

(27)

bilangan yang melibatkan bilangan cacah sampai 99 dalam kehidupan sehari-hari serta mengaitkan penjumlahan dan pengurangan

4.4 Menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan yang melibatkan bilangan cacah sampai dengan 99

hasil 100

2. Menentukan hasil penjumlahan dua bilangan cacah dengan maksimal hasil 100 menggunakan gambar

3. Menjelaskan hasil penjumlahan dua bilangan cacah dengan maksimal hasil 100 menggunakan cerita

3.4.2 Non Tes

3.4.2.1 Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan peneliti untuk mengumpulkan data awal yang berkaitan dengan kegiatan sebelum dilaksanakannya bimbingan belajar menggunakan metode jarimatika pada pembelajaran berhitung. Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan pengamatan secara langsung terhadap responden penelitian.

3.4.2.2 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara termasuk dalam instrument nontes yang dalam pelaksanaanya menggunakan susunan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber untuk memperoleh informasi. Pedoman wawancara digunakan sebelum melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru bimbel untuk mengetahui kemampuan berhitung anak.

3.5 Uji Instrumen 3.5.1 Validitas

Sugiyono (2018: 192) mengatakan bahwa instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Sebuah soal dikatakan valid jika tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.

Instrumen tes dikatakan valid apabila nilai rhitung ≥ rtabel. Sedangkan jika rhitung <

(28)

rtabel instrument tes dinyatakan tidak valid dengan menggunakan taraf signifikasi 5%.

Table 3.2 Perhitungan uji validitas soal

Nomor Soal r hitung r table Keterangan

1 0.248

0,5760

Tidak Valid

2 0.236 Tidak Valid

3 0.855 Valid

4 0.170 Tidak Valid

5 0.524 Tidak Valid

6 0.756 Valid

7 0.854 Valid

8 0.147 Tidak Valid

9 0.854 Valid

10 0.854 Valid

11 0.754 Valid

12 0.783 Valid

13 0.884 Valid

14 0.854 Valid

15 0.667 Valid

Hasil tersebut diketahui pada instrument 15 butir soal uji coba terdapat 10 soal yang valid dan 5 soal yang tidak valid. Soal uji coba yang akan digunakan untuk soal pretest dan posttest hanya 10 soal dikarenakan sudah memenuhi indikator soal yang telah diterapkan dan valid dalam pengujian.

3.5.2 Reliabilitas

Sugiyono (2018: 193) mengatakan bahwa instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Untuk menentukan reliabilitas soal tes digunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program pengolahan data SPSS 26. Instrument dikatakan reliabel jika rhitung > 0,7.

3.6 Analisis Data 3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengukur apakah data dalam penelitian telah berdistribusi normal sehingga dapat digunakan dalam statistic parametric.

Apabila data yang diambil dalam penelitian berasal dari data distribusi normal maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili

(29)

populasi. Sehingga, penelitian ini dapat digeneralisasikan pada populasi dalam statistic, sifat dan karakteristik populasi harus terdistribusi normal. Peneliti menggunakan alat bantu dari program SPSS 26 dengan syarat jika probabilitasnya

≥ = 0,05 maka data berdistribusi normal, jika probabilitasnya ≤ maka data dinyatakan berdistribusi tidak normal.

3.6.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan peneliti pada saat membandingkan suatu sikap, intensi/perilaku (varians) pada dua kelompok populasi. Uji homogenitas bertujuan untuk meyakinkan bahwa data yang akan diukur berasal dari populasi yang homogen (sama) atau heterogen (tidak sama) dengan kata lain mempunyai karakteristik yang sama atau tidak. Dalam penelitian ini akan menggunakan one group pretest posttest desain yang berarti bahwa sampel yang digunakan hanya ada satu kelompok. Maka dalam penelitian ini tidak menggunakan uji homogenitas.

3.6.3 Uji T-tes

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan dengan penerapan bimbingan beajar menggunakan metode jarimatika dalam kemampuan berhitung anak dengan statistik parametrik dengan analisis uji t untuk sampel tidak berkorelasi. Teknik t-test (disebut juga t-score, t-ratio, t- technique, student t) artinya teknik statistik yang digunakan untuk menguji signifikasi perbedaan dua buah mean yang berasal dari dua disribusi (Mahlail, 2017: 35). Uji t dapat digunakan untuk menguji data yang sampelnya ≤ 30.

Pengujian t-test digunakan pada hasil pretest dan posttest. T-test pada pretest dan posttest digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest dan posttest. Sebelum dilakukan uji t-test, terlebih dahulu menggunakan uji normalitas untuk prasyarat dilakukannya uji t.

Hipotesis yang digunakan dalam uji t yaitu, sebagai berikut:

Ho ; μ = μ2 ; Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest dengan rata-rata posttest.

Ha ; μ1 ≠ μ2 ; Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest dengan rata-rata posttest.

(30)

Hasil nilai t-test yang diharapkan nantinya adalah nilai t yang signifikan yang artinya thitung ≥tkriteria dengan memperlihatkan derajat keabsahan dahulu (db) dengan rumus db = N-1. Selanjutnya, untuk mengetahui tkriteria dapat dilakukan dengan menggunakan cara tkriteria = t (d, b, a) dengan taraf signifikasi 5%. Apabila thitung ≥ tkriteria berarti terdapat peningkatan dengan penerapan bimbingan belajar menggunakan metode jarimatika terhadap kemampuan berhitung. Untuk mempermudah melakukan pengujian uji t-test, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 26.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Maria Finsensia & Pawe, Natalia. 2021. Pengaruh Bimbingan Belajar Orangtua Terhadap Disiplin Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 2 (2), 301-312.

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ariyanti, Zidni. I. M. 2015. Efektifitas Alat Permainan Edukatif (APE) Berbasis Media Dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pada Anak Kelas 2 di SDN Bulutirto Temanggung. Jurnal Psikologi

Atiaturrahmaniah. 2011. Penerapan Metode Jarimatika untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung dalam Pembelajaran Matematika pada siswa SDN 2 Pancor. Jurnal Educatio, 6 (2), 81-102.

Fiah, R. E., & Purbaya, A. P. 2016. Penerapan Bimbingan Belajardalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik di SMP Negeri 12 Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal), 03 (2), 171-184.

Hardiyanti, S., Maulana, M., & Julia, J. 2017. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbantuan Jarimatika terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis dan Keterampilan Berhitung Siswa pada Materi Perklian. Jurnal UPI, 881- 890.

Lubis, Nur Asiyah. 2017. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pembagian dengan Menggunakan Metode Jarimatika pada Siswa kelas III SD Negeri 195 Pagaran Baru Kecamatan Kotanopan. Padang: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Pendidikan Nonformal Miliki Peran Penting Dalam Pembangunan Indonesia, [online], (https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/12/pendidikan-nonformal- miliki-peran-penting-dalam-pembangunan-manusia-indonesia, diakses tanggal 11 Februari 2022)

Prasetyono, Dwi Sunar dkk. 2008. Pintar Jarimatika. Yogjakarta: Diva Press.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81 Th.2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal. (2013). Jakarta:

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

(32)

Rafflesia, U., Sriliana, I., dan Novianti, P. 2017. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Sekolah Dasar Kelas IV dengan Metode Jarimatika. Jurnal Dharma Raflesia.

Salsinha, N.C., Binsasi, E., & Bano, N.E. 2019. Peningkatan Kemampuan Berhitung Dengan Metode Jarimatika Di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Neonbat Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 15 (2), 73-84.

Saman, Abdul dan Arifin, Agustan. 2018. Bimbingan & Konseling Belajar.

Yogyakarta: Deepublish.

Sitio, T. 2017. Penerapan Metode Jarimatika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN 003 Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 6 (1), 146-156.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet.

Sumirat, I. 2016. Pengaruh Praktik Jarimatika terhadap Keterampilan Berhitung Perkalian pada Siswa Kelas II SD. Jurnal Kreatif, 63-72.

Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syaharuddin. 2018. Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa SD Menggunakan Metode Jarimatika. Jurnal of Character Education Society, 1 (1), 30-33.

Syahputra, Dedi. 2017. Pengaruh Kemandirian Belajar dan Bimbingan Belajar terhadap Kemampuan Memahami Jurnal Penyesuaian pada Siswa. Jurnal Ekonomi Islam (At-Tawassuth), 2 (2), 368-388.

Wulandani, Septi Peni. 2008. Jarimatika Penambahan dan Pengurangan. Jakarta:

PT Kawan Pustaka

(33)

Lampiran 1 Pedoman observasi penelitian

KISI-KISI OBSERVASI PENELITIAN AKTIVITAS SISWA DALAM PROSES BELAJAR DI BIMBEL YUDISTIRA

NO Indikator Aspek Nomor

Aspek

1 Waktu Kelas dimulai tepat waktu 1

2 Bahan ajar Bahan ajar masih berpaku pada buku 2 3 Peserta Siswa yang diterima bimbel hanya

kelas tinggi

3 Kesimpulan :

(34)

Lampiran 2 Lembar observasi penelitian aktivitas belajar

PEDOMAN OBSERVASI PENELITIAN AKTIFITAS ANAK DALAM PROSES BELAJAR DI BIMBEL YUDISTIRA

NO Aspek Jawaban

Ya Tidak

1 Kelas dimulai tepat waktu

2 Bahan ajar masih berpaku pada buku

3 Siswa yang diterima bimbel hanya kelas tinggi

Kesimpulan :

Pati, ………

Interviewer Ellyanti

(35)

Lampiran 3 Lembar wawancara penelitian

LEMBAR WAWANCARA PENELITIAN

Tujuan Wawancara : Memperoleh informasi tentang proses pembelajaran di BIMBEL

Responden :

Tanggal Wawancara : Tempat Wawancara :

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa yang dipelajari anak dalam belajar di BIMBEL?

2 Siapakah yang boleh mendaftar di BIMBEL?

3 Bagaimana metode belajar anak yang digunakan dalam belajar berhitung di BIMBEL?

Kesimpulan:

Pati, ………

Interviewer Ellyanti

(36)

Lampiran 4 Silabus pembelajaran

SILABUS PEMBELAJARAN

Nama : Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : I/2 Alokasi : 2 x 35 menit

Kompetensi Inti :

KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menenya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan disekolah.

KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar

Indikator Pembelajaran

Materi Kegiatan Belajar Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar Teknik Bentuk

Instrumen 3.2 Menjelaskan

bilangan sampai dua angka dan nilai tempat penyusun lambang bilangan menggunakan kumpulan benda

3.2.1

Membedakan bilangan sesuai dengan nilai temapat puluhan dan satuan.

Nilai tempat (satuan dan puluhan)

1. Siswa menyimak penjelasan guru dan mengamati buku siswa.

2. Siswa bertanya jika terdapat kata yang kurang dipahami.

3. Siswa menjawab

Tes Tes tertulis 6 x 35 menit

Sinyanyuri, Sonya

& Assagaf, Lubna. 2017.

Buku Guru SD/MI Kelas I Tema 7: Benda,

Hewan dan

Tanaman di Sekitarku, Buku

(37)

konkret serta cara

membacanya.

beberapa

pertanyaan dari

guru saat

penjelasan materi.

4. Mengerjakan latihan soal.

5. Mengerjakan pekerjaannya dipapan tulis

untuk di

diskusikan.

Tematik Terpadu Kurikulum 2013.

Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hlm: 31-36.

Sinyanyuri, Sonya

& Assagaf, Lubna. 2017.

Buku Siswa SD/MI Kelas I Tema 7: Benda,

Hewan dan

Tanaman di Sekitarku, Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013.

Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hlm: 36-39.

4.2 Menuliskan lambang

bilangan sampai dua angka yang menyatakan banyak anggota suatu kumpulan objek dengan ide nilai tempat.

4.2.1 Menuliskan bilangan sesuai dengan nilai tempat puluhan dan satuan.

(38)

Lampiran 5 RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP

Satuan Pendidikan : SD Kelas/Semester : 1/II

Tema : 7. Benda, Hewan dan Tanaman di Sekitarku Subtema : 3. Tanaman di Sekitarku

Pembelajaran ke : 5

Muatan Pembelajaran : Matematika Alokasi Waktu : 2 x 35 menit A. Kompetensi Inti

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menenya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan disekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

3.4 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan yang melibatkan bilangan cacah sampai 99 dalam kehidupan

1. Menghitung penjumlahan dua bilangan cacah dengan maksimal hasil 100

2. Menentukan hasil penjumlahan

(39)

sehari-hari serta mengaitkan penjumlahan dan pengurangan 4.4 Menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan yang melibatkan bilangan cacah sampai dengan 99

dua bilangan cacah dengan maksimal hasil 100 menggunakan gambar

3. Menjelaskan hasil penjumlahan dua bilangan cacah dengan maksimal hasil 100 menggunakan cerita

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menghitung penjumlahan dua bilangan cacah dengan maksimal hasil 100.

2. Siswa mampu menentukan hasil penjumlahan dua bilangan cacah dengan maksimal hasil 100 menggunakan gambar.

3. Siswa mampu menjelaskan hasil penjumlahan dua bilangan cacah dengan maksimal hasil 100 menggunakan cerita.

D. Metode dan Materi Pembelajaran 1. Metode Pembelajaran

Model : Direct Instruction Pendekatan : Scientific

Metode : Penugasan, Tanya jawab, Demonstrasi, Ceramah dan Diskusi

2. Materi Pembelajaran

Tema “Benda, Hewan dan Tanaman di Sekitarku”, Subtema 3“Tanaman di Sekitarku”, Pembelajaran ke-5 (terlampir)

E. Media, Alat/Bahan, Sumber Belajar 1. Media : Jarimatika

2. Alat/Bahan : Papan tulis dan spidol 3. Sumber Belajar :

Sinyanyuri, Sonya & Assagaf, Lubna. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas I Tema 7: Benda, Hewan dan Tanaman di Sekitarku, Buku Tematik

(40)

Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm: 111-115

Sinyanyuri, Sonya & Assagaf, Lubna. 2017. Buku Siswa SD/MI Kelas I Tema 7: Benda, Hewan dan Tanaman di Sekitarku, Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm: 122-129

F. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu Pendahuluan 1. Guru memberi salam dan berdo’a

dipimpin oleh guru atau salah satu siswa.

(Orientasi)

2. Menanyakan kabar siswa dan mengecek kehadiran siswa. (Orientasi)

3. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengingat kembali yang terkait dengan pembelajaran yang akan disampaikan. (Apresiasi)

4. Guru menyapa siswa kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran.

(Motivasi)

5. Guru memberikan gambaran manfaat materi pembelajaran hari ini. (Motivasi)

10 menit

Inti 1. Siswa menyimak penjelasan guru tetang jarimatika dan penggunaannya.

2. Siswa mempraktikkan apa yang dijelaskan oleh guru terkait berhitung menggunakan jarimatika dengan pendampingan guru.

50 menit

(41)

3. Siswa mengerjakan latihan soal berhitung yang diberikan oleh guru dipapan tulis dengan menggunakan jarimatika.

4. Siswa ditunjuk maju kedepan, untuk mengerjakan soal berhitung yang ada di papan tulis bersama guru.

Penutup 1. Siswa melakukan refleksi pembelajaran 2. Guru memberikan penguatan

pembelajaran hari ini

3. Guru memberikan tes tertulis secara individu

4. Guru mengingatkan siswa untuk pembelajaran besok

5. Guru memberikan salam penutup dan berdo’a bersama-sama

10 menit

G. Penilaian

1. Sikap : Tanggung jawab terhadap tugas

2. Pengetahuan : Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru 3. Keterampilan: -

Pati, ……….

Guru Pembimbing

(………) NIP. ………

Peneliti

(Ellyanti) NIM. 201833107

(42)

PENILAIAN 1. Penilaian Sikap

Petunjuk:

Berilah tanda centang (√) pada sikap setiap siswa yang terlihat.

No NamaSiswa Jujur Disiplin Tanggung Jawab

Santun Peduli Percaya Diri T BT T BT T BT T BT T BT T BT 1

2 3

Keterangan:

T : Terlihat

BT : Belum Terlihat 2. Penilaian Pengetahuan Skor maksimal : 100

Penilaian : 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100 Panduan Konversi Nilai:

Konversi Nilai (skor 0-100)

Predikat Klasifikasi

81-100 A SB (sangat baik)

66-80 B B (baik)

51-65 C C (cukup)

0-50 D K (kurang)

Rekap Skor Siswa

No Nama Skor Klasifikasi

1 2 3

(43)

Lampiran 6 Materi Pembelajaran

Materi Pembelajaran ke-5

(44)
(45)
(46)
(47)

Lampiran 7 Kisi-kisi soal uji coba

Kisi-kisi Soal Uji Coba Mata Pelajaran : Matematika

Materi pokok : Penjumlahan bilangan cacah

Kompetensi Dasar Indikator Soal

Penilaian

Nomor Soal Teknik

Penilaian

Bentuk Instrumen 3.4 Menjelaskan dan

melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan yang melibatkan bilangan cacah sampai 99 dalam kehidupan sehari-hari serta mengaitkan penjumlahan dan pengurangan

4.4 Menyelesaikan masalah kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan yang melibatkan bilanga

Menghitung penjumlahan dua bilangan cacah dengan maksimal hasil 100

Tertulis Uraian 1, 2, 6, 8, 11,

15

Menentukan hasil

penjumlahan dua bilangan cacah dengan maksimal hasil 100

menggunakan gambar

Tertulis Uraian 7, 9, 10, 14

(48)

cacah sampai dengan 99 Menjelaskan hasil

penjumlahan dua bilangan cacah dengan maksimal hasil 100

menggunakan cerita

Tertulis Uraian 3, 4, 5, 12, 13

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretest
Table 3.2 Perhitungan uji validitas soal

Referensi

Dokumen terkait

1) Kualitas pelayanan mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap kepuasan nasabah pada Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar. 2) Pengaruh

Keputusan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk melakukan akuisisi merupakan keputusan yang cukup berani dan menarik untuk dianalisis karena beberapa hasil

Untuk bahan peledak emulsion T4070G dengan geometri yang telah dirancang untuk burden dan spasi 9 x 10 m dan total isian perlubang 150,6 kg diperoleh hasil

Teori ini lebih menekankan pada aspek kepribadian seperti intelektualisasi, emosi, keadaan fisik (usia, tinggi dan berat badan) dan sifat-sifat pribadi lainnya. Teori ini memusatkan

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisaional Terhadap Keinginan Untuk Keluar (Intensi Keluar) dari Suatu Organisasi pada Perawat Di RSI Hidayatullah

Perusahaan yang melakukan merger atau penggabungan biasanya memiliki merek yang berbeda, yang kemudian telah di sepakati untuk di gabungkan menjadi satu,

Ada tiga temuan penting pada penelitian ini, yaitu (1) menemukan langkah-langkah yang tepat dalam penerapan teknik menyelesaikan cerita dalam pembelajaran

suku cadang kelas A sebesar Rp 206,657,743.73. Sedangkan total biaya persediaan usulan dengan model periodic review untuk 5 item suku cadang kelas A sebesar Rp 125,535,907.12.