• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Makalah) Materi Pendidikan dan Tujuan Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan Islam (Islamic Golden Age)

N/A
N/A
Muhammad Rafeli Fakhlipi

Academic year: 2022

Membagikan "(Makalah) Materi Pendidikan dan Tujuan Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan Islam (Islamic Golden Age)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Materi Pendidikan Islam dan Tujuan Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan Islam ( Islamic Golden Age )

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Sejarah Pendidikan Islam (SPI)”

Dosen Pengampu : Maryono, S.Th.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh : Muhammad Rafeli Fakhlipi

NIM (20191200210072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

ALI BIN ABI THALIB SURABAYA

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah Rabbul ‘Alamin, yang mana berkat rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyusun makalah ini.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu

‘Alai Wassalam, sebagai uswah hasanah yang senantiasa diharapkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Tidak lupa pula, penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan serta motivasi, terlebih kepada Dosen pengampu mata kuliah “Sejarah Pendidikan Islam (SPI)”. Ustadz Maryono, S.Th.I., M.Pd.I.. Yang telah membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas individu ataupun kelompok yang dibebankan kepada seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Sekolah Tinggi Agama Islam Ali bin Abi Thalib Surabaya. Semoga nantinya dapat memberikan sedikit pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 26 Oktober 2022

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Masalah ... 2

BAB II ... 3

PEMBAHASAN ... 3

A. Para Khalifah Pada Masa Keemasan Islam ... 3

B. Materi Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan Islam ... 4

C. Tujuan Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan Islam ... 7

BAB III ... 10

KESIMPULAN... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(4)

A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap manusia, karena pendidikan merupakan kunci dari kemajuan suatu bangsa1 . pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kea rah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.2 Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.3

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan secara terencana dan sistematis oleh orang dewasa dalam rangka membentuk dan menumbuh kembangkan potensi serta kepribadian peserta didik sesuai ajaran Islam menuju terbentuknya manusia yang paripurna atau insanul kamil.4 Dalam perspektif sejarah, pendidikan Islam pernah mengalami masa keemasan. Masa keemasan pendidikan islam merupakan satu periode dimana pendidikan islam berkembang pesat yang ditandai dengan berkembangnyalembaga pendidikan islam dan madrasah (sekolah-sekolah) formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Lembaga lembaga pendidikan sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan pola budaya umat Islam. berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan berbagai macam aspek budaya umat Islam.

Pada masa keemasan ini, pendidikan islam merupakan jawaban terhadap tantangan perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam. kebudayaan Islam telah berkembang dengan cepat sehingga mengungguli dan bahkan menjadi puncak budaya umat manusia pada masa itu.

Dalam perkembangan kebudayaan Islam, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal atau pembawaan dari ajaran Islam itu sendiri dan faktor eksternal yaitu berupa tantangan dan rangsangan dari luar.

Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia

1 Hasan Baharun, “Total Moral Quality: A New Approach for Character Education in Pesantren,” Ulumuna 21, no.

1 (2017): 57–80.

2 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam : Suatu Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 32.

3 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 153.

4 Hasan Baharun, Pengembangan Kurikulum : Teori Dan Praktik (Konsep, Prinsip, Model, Pendekatan Dan Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum PAI) (Yogyakarta: Cantrik Pustaka, 2017).

(5)

menuju taklif [kedewasaan], baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang hamba [abd] dihadapan Khaliq-nya dan sebagai―pemelihara [khalifah] pada semesta. Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapakn peserta didik[generasi penerus] dengan kemampuan dan keahlian [skill]

yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat [lingkungan], sebagai tujuan akhir dari pendidikan. Tujuan akhir pendidikan dalam Islam, sebagai proses pembentukan diri pesertadidik [manusia] agar sesuai dengan fitrah keberadaannya. Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia pendidikan terutama peserta didik untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan telah mampu menjalankan perannya sebagai wadah pemberdayaan peserta didik, namun seiring dengan kemunduran dunia Islam, dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran. Bahkan dalam paradigma pun terjadi pergeseran dari paradigma aktif-progresif menjadi pasid-defensif. Akibatnya, pendidikan Islam mengalami proses 'isolasi diri' dan termarginalkan dari lingkungan di mana ia berada. Dalam lintasan sejarah peradaban Islam, peran pendidikan ini benar-benar bisa dilaksanakan pada masa-masa kejayaan Islam. Hal ini dapat kita saksikan, di mana pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga peradaban Islam menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang Jazirah Arab, Asia Barat hingga Eropa Timur. Untuk itu, adanya sebuah paradigma pendidikan yang memberdayakan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan. Kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam pada masa kejayaan sepanjang abad pertengahan, di mana peradaban dan kebudayaan Islam berhasil menguasai jazirah Arab, Asia Barat dan Eropa Timur, tidak dapat dilepaskan dari adanya sistem dan paradigma pendidikan yang dilaksanakan pada masa tersebut.5

Pendidikan islam mencapai puncak keemasan pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun al Rasyid (170-193 H). Karena beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan mempunyai kecerdasan serta didukung negara dalam kondisi aman, tenang dan dalam masa pembangunan sehingga dunia Islam pada saat itu diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

5 Hujair AH. Sanaky, “PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM, [Sebuah Upaya Menuju Pendidikan Yang Memberdayakan],” n.d., hlm. 1.

(6)

A. Rumusan Masalah

1. Siapa Para Khalifah Pada Masa Keemasan Islam ?

2. Apa Saja Materi Pendidikan Pada Masa Keemasan Islam ? 3. Apa Tujuan Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan Islam ?

B. Tujuan Masalah

1. Mengenal Para Khalifah Pada Masa Keemasan Islam.

2. Mengetahui Materi Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan Islam.

3. Mengetahui Tujuan Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan Islam.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Para Khalifah Pada Masa Keemasan Islam

Pengertian Masa Keemasan Islam

Masa Keemasan Islam (750 M - 1258 M) adalah ketika para penguasa Muslim mendirikan salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah. Selama periode ini, seniman, insinyur, cendekiawan, penyair, filsuf, ahli geografi, dan pedagang di dunia Islam berkontribusi pada banyak aspek kehidupan. Pada saat itu, dunia Muslim menjadi pusat intelektual utama bagi sains, filsafat, kedokteran, dan pendidikan. Para cendekiawan yang terdiri dari Muslim dan non-Muslim mendirikan "Rumah Kebijaksanaan". Salah satu tujuannya ialah menerjemahkan pengetahuan dunia ke dalam bahasa Arab.

Masa Keemasan Islam yang terjadi Tahun 500-an sampai 1400-an tersebut, menurut buku-buku teks Pendidikan Agama Islam, adalah zaman dimana banyak bermunculan para ilmuwan Muslim, yaitu Zaman Daulah Abbasiyah dan kawan- kawannya, tidak boleh dipungkiri juga bahwa zaman tersebut menunjukkan kebesaran dan kehebatan Islam. Daulah Kekhalifahan Bani Abbas biasa dikaitkan dengan Daulah Khalifah Harun Al-Rasyid, yang disebut-sebut sebagai Daulah Khalifah yang paling terkenal dalam zaman keemasan kekhalifahan Bani Abbasiyah.

Periode kejayaan dinasti Abbasiyah dimulai sejak masa kekhalifahan al Mahdi (775-785), dan mencapai puncaknya secara khusus pada masa pemerintahan Harun al- Rasyid (786-809) dan putranya al-Ma’mun (813-833). Pada masa Harun al-Rasyid Baghdad mulai muncul sebagai pusat peradaban dunia, dengan tingkat kemakmuran dan peran internasional yang luar biasa.6

Kemajuan ilmu pengetahuan menjadi salah satu karakteristik masa kejayaan Islam (Golden Age) pada Dinasti Abbasiyah, terutama pada masa Harun Al-

6 Rifai Shodiq Fathoni, “Puncak Kejayaan Abbasiyah (786-833 M),” Sejarah Islam, June 26, 2016, https://wawasansejarah.com/puncak-kejayaan-abbasiyah/.

(8)

Rashid (766-809) dan Al Ma’mun (786 –833) khalifah kelima dan ketujuh dari dinasti Bani Abbassiyah.

Perkembangan ilmu pengetahuan ini tak lepas dari didirikannya Baitul Hikmah.

Lembaga ini adalah perpustakaan, penerjemahan dan pusat penelitian yang didirikan pada masa di kota Baghdad. Dengan Baitul Hikmah ini, pengetahuan dari Yunani Kuno, India dan Persia diterjemahkan dan dipelajari oleh para ilmuwan.

Dalam keagamaan,ulama besar masa ini misalnya Imam Bukhari, seorang ulama asal Bukhara di Asia Tengah (sekarang wilayah Uzbekistan). Karya terbesarnya adalah kumpulan hadits “Shahih Bukhari” yang selesai sekitar tahun 846 M/232 H, dan berisi 7275 hadits.

Kejayaan Dinasti Abbasiyah terlihat dari kebesaran kota Baghdad yang saat itu menjadi pusat ekonomi, budaya dan pengetahuan dunia. Baghdad di masa itu menjadi salah satu kota terbesar di dunia.

Berikut para Khalifah yang membawa Daulah Abbasiyah pada masa jayanya sampai dijuluki ‘Islamic Golden Age’ Masa Keemasan Islam :

1. Khalifah Al-Mahdi (775-785 M)

Khalifah Al-Mahdi adalah khalifah ketiga Dinasti Abbasiyah (775-785 M).

Nama dan nasabnya adalah Muhammad bin Abdullah (Al-Manshur) bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Dia biasa dipanggil Abu Abdullah dan bergelar Al- Mahdi.7

Pada masa kepemimpinan Al-Mahdi, perekonomian mulai meningkat. Utamanya peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Selain itu, para pedagang yang transit dari Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan.

Kota kosmopolitan Bagdad berkembang selama masa al-Mahdi. Kota itu menarik pendatang dari seluruh Arab, Irak, Suriah, Persia, dan daerah sejauh India dan Spanyol. Bagdad merupakan tempat tinggal orang Kristen, Yahudi,

7 Miftah H. Yusufpati, “Kisah Khalifah Al-Mahdi Menumpas Kaum Zindiq, Hakim Al-Muqanna Mengaku Tuhan”

(SINDOnews.com, May 19, 2022), https://kalam.sindonews.com/read/773791/786/kisah-khalifah-al-mahdi- menumpas-kaum-zindiq-hakim-al-muqanna-mengaku-tuhan-1652951151.

(9)

Hindu, dan Zoroastrianisme, di samping bertambahnya penduduk Muslim. Menjadi kota terbesar dunia di luar Tiongkok.

Al-Mahdi melanjutkan mengembangkan administrasi Bani Abbasiyah, menciptakan diwan baru, atau departemen, untuk ketentaraan, peradilan, dan perpajakan. Qadi atau hakim diangkat, dan hukum terhadap non-Arab dikeluarkan.

Keluarga Barmakid mengangkat pegawai ke departemen-departemen itu. Orang- orang Barmakid, dari keturunan Persia, awalnya Buddha, namun segera sebelum kedatangan orang-orang Arab, mereka telah masuk Zoroastrianisme. Warisan Islam umur pendeknya akan berlaku terhadap mereka selama masa Harun ar-Rasyid.

Orang-orang Barmakid memperkenalkan kertas dari India, yang belum digunakan di Barat – orang-orang Arab dan Persia menggunakan papirus, dan orang- orang Eropa menggunakan kulit hewan. Industri kertas bertambah di Bagdad di mana seluruh jalan di pusat kota menjadi tercurah pada penjual kertas dan buku. Kemurahan dan daya tahan kertas amat berarti pada perkembangan tepat guna birokrasi Abbasiyah yang sedang berkembang.

Al-Mahdi memiliki dua kebijakan keagamaan yang penting: penghukuman terhadap zanadiqa, atau dualis, dan pernyataan ketaatan pada Islam. Al-Mahdi mengkhususkan penghukuman terhadap zanadiqa untuk pendiriannya pendiriannya di antara orang-orang Syi’ah yang murni, yang menginginkan perlakuan yang lebih kuat pada kebid’ahan, dan menemukan penyebaran kelompok politeis muslim sinkretis terutama yang jahat. Al-Mahdi menyatakan bahwa kholifah memiliki kemampuan – dan sungguh-sungguh, tanggung jawab – mendefinisikan ketaatan seorang Muslim, agar melindungi umat terhadap bid’ah. Walau al-Mahdi tak membuat penggunaan besarnya, kekuatan baru, akan menjadi penting selama krisis mihna dari masa al- Ma'mun.8

2. Khalifah Harun Ar-Rasyid (766-809 M)

Khalifah Harun Ar-Rasyid adalah khalifah kelima dari Dinasti Abbasiyah. Ia merupakan putra dari pasangan Muhammad Al-Mahdi, khalifah ketiga Dinasti

8 “Al-Mahdi Abbasi” (Wikipedia, February 13, 2022), https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Mahdi_Abbasi.

(10)

Abbasiyah, dan al-Khayzuran binti Atta, seorang mantan budak perempuan dari Yaman yang memiliki kepribadian kuat.

Harun Ar-Rasyid lahir di Ray, Iran pada 766 M dengan nama lengkap Abu Ja'far bin Al-Mahdi bin Al-Manshur Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullan bin Al- Abbas.

Melansir Ensiklopedia Britannica, Harun dan saudara-saudaranya dididik dengan ilmu Al-Qur'an, puisi, musik, sejarah Islam, dan praktik hukum saat ini. Harun memiliki guru bernama Yahya bin Khalid Al-Barmaki.

Pada tahun 780-782 M, Harun menjadi pemimpin dalam ekspedisi melawan Kekaisaran Bizantium. Pada ekspedisi 782 M ia mencapai Bosporus, di seberang Konstantinopel, dan mencapai perdamaian dengan syarat yang menguntungkan kaum muslim. Atas keberhasilan ini, ia menerima gelar kehormatan Ar-Rasyid yang artinya 'petunjuk ke jalan yang benar'.9

Pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid kekayaan negara banyak dimanfaatkan untuk keperluan sosial, seperti mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Selama pemerintahannya, Bani Abbasiyah berhasil mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan. Faktor yang paling utama penyebab tumbuhnya peradaban ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah adalah didirikannya tempat-tempat pendidikan, seperti akademi dan perpustakaan. Pada masa itu, perpustakaan berperan layaknya universitas pada zaman sekarang. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan berada pada zaman keemasannya. Hal tersebut menjelaskan perkembangan pada bidang ekonomi, pendidikan dan hukum pada masa Dinasti Abbasiyah. Pada masa inilah negara Islam menempatkan diri sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.10

9 Kristina, “Khalifah Harun Ar-Rasyid, Pembawa Kejayaan Dinasti Abbasiyah Di Bidang IPTEK,” DetikEdu (detik.com, May 20, 2022), https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6087036/khalifah-harun-ar-rasyid-pembawa- kejayaan-dinasti-abbasiyah-di-bidang-iptek.

10 Widya Lestari Ningsih and Nibras Nada Nailufar, “Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, Dan Akhir Kekuasaan” (Kompas.com, n.d.), https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/19/182951479/kekhalifahan- abbasiyah-sejarah-masa-keemasan-dan-akhir-kekuasaan?page=all.

(11)

3. Khalifah Al-Ma’mun (813-833 M)

Khalifah Al-Ma’mun adalah khalifah ke-7 dari dinasti Abbasiyah. Ia berkuasa selama 20 tahun 813-833, nama lengkapnya adalah Abdullah Abu Abbas bin Ar- Rasyid Al- Ma’mun. Kata Al -Ma’mun yang berarti hamba Allah yang dipercaya.

Pemberian gelar yang berbau agama ini merupakan tradisi dalam Dinasti Abbasiyah.

Mereka menggangap diri mereka sebagai khalifah pengganti nabi Muhamad SAW.

Yang memiliki peran sebagai pemimpin agama sekaligus pimpinan negara di muka bumi. (Muhamad Syafii Antonio, 2012:121).

Khalifah Al-Ma’mun lahir pada malam Jumat, bulan rabiul awal 785. Ia putra Harun ar-Raysid dari seorang ibu yang bernama Marajil seorang keturunan Persia, yang meninggal sewaktu melahirkan alMa’mun. Ia memiliki tiga orang saudara, yaitu al-Amin (khalifah ke 6) Ibrahim dan al-Mutasim (khalifah ke 8). Sejak kecil al- Ma’mun telah mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, baik pengetahuan keagamaan maupun kepemerintahan. Ayahnya adalah gurunya yang paling utama, guru-gurunya yang lain adalah Hasyim, Abid bin Awwam, Yusuf bin filsafat. Al-Ma’mun cerdas, berpendirian kokoh, punya cita-cita tinggi, penyantun, berpengatuan luas, berpikiran logis, dan pemberani. Al-Ma’mun dibaiat menjadi khalifah pada usia yang masih cukup muda 28 tahun pangkatanya diawali oleh perang saudara antara dirinya dan khalifah AlAmin. (Muhamad Syafii Antonio, 2012:121).11

Pada Masa Kekhalifahan Al-Ma’mun sisi yang menonjol adalah dalam hal gerakan intelektual dan ilmu pengetahuan dengan menerjemahkan buku-buku dari Peadaban Yunani. Kecenderungan orang-orang Muslim secara sukarela sebagai anggota milisi mengikuti perjalanan perang sudah tidak lagi terdengar. Keaskaran kemudian terdiri dari prajurit-prajurit Turki yang profesional. Militer Daulah Bani Abbasiyah menjadi sangat kuat. Akibatnya, tentara itu menjadi sangat dominan sehingga Khalifah berikutnya sangat dipengaruhi atau menjadi boneka mereka.

B. Materi Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan Islam

11 Eka Suliyanti, “PERANAN KHALIFAH AL-MA’MUN DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI BAGDAD TAHUN 813-833. SKRIPSI” (n.d.): hlm 12-13.

(12)

Ilmu Agama Di samping ilmu pengetahuan umum, pada masa itu berkembang pula ilmu agama dengan tokoh-tokohnya sebagai berikut. Baca Juga : Mencari Kesempurnaan Spiritual, Ini Sejarah Tarian Darwis dalam Islam Sejarah Islam di Spanyol Terungkap dari Ditemukannya Komplek Pemakaman.

1. Ilmu Tafsir Pada masa itu berkembang 2 macam tafsir dengan tokoh-tokohnya, a . Tafsir Bil Ma’tsur (penafsiran ayat Al Qur’an oleh Al Qur’an atau Hadits Nabi), diantara tokohnya adalah Ibnu Jarir At Tabari, Ibnu Atiyah al Andalusy, Muhammad Ibn Ishak dan lain-lain. b. Tafsir Bir-Ra’yi (Tafsir dengan akal pikiran), diantara tokohnya adalah Abu Bakar Asam, Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany, Ibnu Juru Ak Asadi dan lain-lain.

2. Ilmu Hadis Pada masa itu sudah ada pengkodifikasian hadis sesuai kesahihannya. Maka lahirlah ulama-ulama hadis terkenal seperti Imam Bukhori, Muslim, At Tirmadzi, Abu Dawud, Ibn Majah dan An Nasa’i. Dan dari merekalah diperoleh Kutubus Sittah.

3. Ilmu Bahasa Pada masa itu kota Basrah dan Kuffah menjadi pusat kegiatan bahasa. Di antara tokohnya ialah Sibawaih, AL Kisai dan Abu Zakariya al Farra.

4. Ilmu Fikih Pada masa itu ilmu fikih juga berkembang pesat. Terbukti pada masa ini muncul 4 mazhab fikih, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali.

Bagi para ilmuwan Muslim yang hanya berjarak beberapa tahun dari masa kehidupan nabi, mendapatkan rida Allah adalah alasan utama melakukan penelitian dan belajar.

Literatur ilmiah dari masa keemasan biasanya dimulai dengan ayat Alquran yang mendorong pencari ilmu dan menyeru orang Islam agar merenungkan dunia sekitar mereka.

Di samping itu, Islam sendiri memerintahkan untuk mencari ilmu, menjadikan penelitian sebagai tindakan ibadah. Banyak ayat dalam Alquran dan hadis nabi yang menekankan peran ilmu pengetahuan dalam kehidupan seorang Muslim yang saleh.

Nabi dikabarkan bersabda bahwa Allah memudahkan jalan ke surga bagi mereka yang

(13)

melangkahkan kaki untuk mencari ilmu.12

C. Tujuan Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan Islam

Dinasti Abbasiyah berhasil mencapai puncak kejayaan dalam segala bidang. Satu yang yang mendasari kondisi ini adalah transformasi pendidikan. Terdapat perbedaan tujuan pendidikan zaman Nabi Muhammad dan Sahabat-sahabatnya dengan tujuan pendidikan zaman Abbasiyah (Dinasti Abbasiyah juga dikenal dengan zaman keemasan Islam).

Bila pada zaman Nabi dan Sahabat pendidikan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, namun zaman Abbasiyah tujuan pendidikan itu sudah kompleks karena pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan umum. Tujuan itu disimpulkan oleh Yunus (1989: 46) sebagai berikut: 1. Tujuan keagamaan dan akhlaq, 2. Tujuan kemasyarakatan, 3. Tujuan cinta akan ilmu pengetahuan, 4. Tujuan kebendaan (memenuhi kebutuhan hidup material).

Pola-pola pendidikan Dinasti Abbasiyah yang khas ini mewakil kebudayaan Timur yang cenderung Etis.

BAB III KESIMPULAN

Kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan perkembangan lembaga lembaga pendidikan Islam non formal diantaranya; kuttab, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab, rumah para ulama, majelis atau salon kesusastraan, badiah (padang pasir,dusun tempat tinggal badwi), rumah sakit, perpustakaan, masjid, dan ribath.

12 RADENPAHIKALLFIKRI, “The Golden Age of Islam, Masa Kejayaan Umat Islam” (VIVA.co.id, October 30, 2019), https://www.viva.co.id/vstory/sejarah-vstory/1185912-the-golden-age-of-islam-masa-kejayaan-umat- islam?page=all.

(14)

Diantara faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah Khalaqah-khalaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan. berkembang luasnya ilmu pengetahuan, baik mengenai agama maupun umum maka diperlukan semakin banyak khalaqah khalaqah (lingkaran pengajaran), yang tidak mungkin keseluruhan tertampung dalam ruang masjid.

Namun demikian, kemajuan di bidang pendidikan tersebut berkembang pesat tatkala para pemimpinnya memberikan dorongan dan motivasi tinggi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Bukti dari antusias seorang pemimpin terhadap dunia pendidikan salah satunya adalah disediakannya sarana dan prasarana. Dan juga reward (hadiah) kepada siapa saja yang bisa dianggap memajukan ilmu pengetahuan.13

Dalam puncak kemajuan ilmu dan budaya islam, terjadi asimilasi budaya diantara budaya islam dan budaya luar. Sehingga muncullah berbagai ilmu diantaranya : matematika, fisika, kimia, dan masih banyak lainnya.

13 Mohamad Samsudin and Mahbub Zuhri, “PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA HARUN AR-RASYID DAN AL-MAKMUN,” Al Ashriyyah 4, no. 1 (2018): hlm. 78.

(15)

DAFTAR PUSTAKA Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2004.

Hasan Baharun. Pengembangan Kurikulum : Teori Dan Praktik (Konsep, Prinsip, Model, Pendekatan Dan Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum PAI). Yogyakarta:

Cantrik Pustaka, 2017.

———. “Total Moral Quality: A New Approach for Character Education in Pesantren.”

Ulumuna 21, no. 1 (2017): 57–80.

Hujair AH. Sanaky. “PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM, [Sebuah Upaya Menuju Pendidikan Yang Memberdayakan],” n.d.

Kristina. “Khalifah Harun Ar-Rasyid, Pembawa Kejayaan Dinasti Abbasiyah Di Bidang IPTEK.” DetikEdu. detik.com, May 20, 2022. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d- 6087036/khalifah-harun-ar-rasyid-pembawa-kejayaan-dinasti-abbasiyah-di-bidang- iptek.

M. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam : Suatu Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Miftah H. Yusufpati. “Kisah Khalifah Al-Mahdi Menumpas Kaum Zindiq, Hakim Al-Muqanna Mengaku Tuhan.” SINDOnews.com, May 19, 2022.

https://kalam.sindonews.com/read/773791/786/kisah-khalifah-al-mahdi-menumpas- kaum-zindiq-hakim-al-muqanna-mengaku-tuhan-1652951151.

Mohamad Samsudin and Mahbub Zuhri. “PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA HARUN AR-RASYID DAN AL-MAKMUN.” Al Ashriyyah 4, no. 1 (2018).

RADENPAHIKALLFIKRI. “The Golden Age of Islam, Masa Kejayaan Umat Islam.”

VIVA.co.id, October 30, 2019. https://www.viva.co.id/vstory/sejarah-vstory/1185912- the-golden-age-of-islam-masa-kejayaan-umat-islam?page=all.

Rifai Shodiq Fathoni. “Puncak Kejayaan Abbasiyah (786-833 M).” Sejarah Islam, June 26, 2016. https://wawasansejarah.com/puncak-kejayaan-abbasiyah/.

Suliyanti, Eka. “PERANAN KHALIFAH AL-MA’MUN DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI BAGDAD TAHUN 813-833. SKRIPSI” (n.d.): 33.

Widya Lestari Ningsih and Nibras Nada Nailufar. “Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, Dan Akhir Kekuasaan.” Kompas.com, n.d.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/19/182951479/kekhalifahan-abbasiyah- sejarah-masa-keemasan-dan-akhir-kekuasaan?page=all.

“Al-Mahdi Abbasi.” Wikipedia, February 13, 2022. https://id.wikipedia.org/wiki/Al- Mahdi_Abbasi.

(16)
(17)

Referensi

Dokumen terkait

Mungkin karena ini, satu kelas itu kan heterogen dan dia kan seharusnya diperlakukannya khusus tapi kalau misalnya guru mengikuti dia nanti teman-teman yang lain kan nggak

Penelitian dengan metode kualitatif ini menemukan bahwa: (1) politik ekonomi air sangat dinamis melibatkan beragam aktor lokal, nasional, global dengan kepentingan dan ideologi

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney pada tabel 3 pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi didapatkan p-value sebesar 0,000 (ɑ < 0,05) menunjukkan bahwa

1 Penyediaan Jasa Kantor Penyediaan jasa surat menyurat, jasa kebersihan kantor, alat tulis kantor, barang cetakan dan penggandaan, komponen instalasi listrik,

Konotasi soal Batara Windu Sakti Buwana yang familiar di kalangan masyarakat di kaki Gunung Kumbang dan Sagara mengalami pribumisasi istilah dari bahasa Sansekerta

Dimana, kecamatan yang memilki nilai daya dukung tertinggi berdasarkan potensi harga tanah adalah Kecamatan Jabon, Kecamatan Balongbendo, Kecamatan Tulangan,

Menurut H.C Kelman dalam (Anggraeni, 2011), menjelaskan bahwa kepatuhan diartikan sebagai suatu yang didasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk menghindari

Penelitian tingkat kecemasan dari hasil distribusi frekunsi kecemasan berdasarkan perubahan tekanan darah dan denyut nadi setelah ekstraksi gigi peneliti mendapatkan