TUGAS AKHIR
OLEH:
RINI TRI YULIANI NIM 18031018
PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA
2021
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir yang berjudul:
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI SEBAGAI PENGELOLAAN WAKAF LEMBAGA FILANTROPI TERHADAP PUBLIC TRUST (STUDI KASUS BADAN WAKAF AL QUR’AN TEGAL)
Oleh mahasiswa:
Nama : Rini Tri Yuliani NIM : 18031018
Telah diperiksa dan dikoreksi dengan baik dan cermat. Karena itu pembimbing menyetuji mahasiswa tersebut untuk menempuh ujian tugas akhir.
Tegal, 20 Juni 2021
Pembimbing I, Pembimbing II,
Andri Widianto, S.E., M.Si Fitri Amaliyah, S.E., M.Ak NIPY. 04.015.212 NIPY. 011.011.092
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir yang berjudul:
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI SEBAGAI PENGELOLAAN WAKAF LEMBAGA FILANTROPI TERHADAP PUBLIC TRUST (STUDI KASUS BADAN WAKAF AL QUR’AN TEGAL)
Oleh:
Nama : Rini Tri Yuliani
NIM : 18031018
Program Studi : Akuntansi
Jenjang : Diploma III
Dinyatakan lulus setelah dipertahankan didepan Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Tegal.
Tegal, 6 Juli 2021 1. Andri Widianto, S.E., M.Si
Ketua Penguji
2. Arifia Yasmin, S.E., M.Si., Ak Penguji 1
3. Dewi Kartika, S.E., M.Ak
Penguji 2
Mengetahui, Ketua Program Studi
DIII Akuntansi,
Yeni Priatna Sari, S.E., M.Si., Ak., CA NIPY. 09.011.062
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
vi
HALAMAN MOTTO
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah)
di jalan-Nya, agar kamu beruntung. (Q.S Al-Maidah (5) : 35)
“Ibu tidak berjanji ombaknya akan kecil, karangnya tidak besar, dan perompaknya tidak menghadang. Lawan takutmu, besarkan hatimu, sehatkan jiwamu, bahagiakan dirimu. Doa ibu menemani, hari ini, hingga nanti.” (Marchella
Febritrisia Putri)
“Ketika tiba saatnya Allah bertanya, “Untuk apa kau habiskan masa mudamu?”
Akan kujawab, “Aku sibukkan kuliah dan bekerja, untuk apa lagi kalau bukan mencari karunia dan mendapatkan surga dariMu.”” (Penulis)
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk:
1. Allah SWT yang Maha Pemurah dan memudahkan selalu memudahkan saya.
2. Almamater tercinta, Politeknik Harapan Bersama Tegal
3. Ibu, Alm. Bapak, Mbak, Mas, dan saudara yang telah mendukung dan menyelipkan doa di akhir sholatnya untuk saya.
4. Diri saya sendiri, Rini Tri Yuliani yang sudah bertahan sampai saat ini, teruslah berjuang dan menjadikan sabar dan sholat sebagai penolong.
5. Seluruh dosen Politeknik Harapan Bersama Tegal terutama dosen pengampu DIII Akuntansi yang telah membagikan ilmu, pengalaman, dan cerita selama ini.
6. Teman-teman kelas H yang penuh ambisi dan semangat untuk sukses.
7. Sahabat Lillah yang selalu menyalurkan rasa sayangnya, mencoba ada dan menemani di saat sulit, serta mengingatkan dalam kebaikan.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya yang tak terhitung.
Salawat serta salam penulis hanturkan kepada kekasih Allah SWT, junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya, yang selalu kita nantikan syafa’atnya di yaumul akhir. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Akuntabilitas dan Transparansi Sebagai Pengelolaan Wakaf Lembaga Filantropi terhadap Public Trust (Studi Kasus Badan Wakaf Al Qur’an Tegal)”.
Tugas Akhir ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Tegal.
Penulis menyadari ada keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki. Di dalam menyusun Tugas Akhir ini tentu mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Nizar Suhendra, S.E., M.P.P selaku direktur Politeknik Harapan Bersama.
2. Ibu Yeni Priatna Sari, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Program Studi DIII Akuntansi Politeknik Harapan Bersama.
3. Bapak Andri Widianto, S.E., M.Si selaku Pembimbing 1 yang yang telah membantu penulis, memberikan saran ide dan masukan, serta meluangkan waktunya untuk berdiskusi hingga Tugas Akhir ini selesai.
4. Ibu Fitri Amaliyah, S.E., M.Ak selaku Pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya, memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Budiman Achmad, S.E selaku Kepala Cabang Badan Wakaf Al Qur’an Tegal yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan Tugas Akhir dan memberi masukan serta nasihat dalam pelaksaan penelitian.
ix
6. Seluruh anggota Badan Wakaf Al Qur’an Tegal yang telah memberikan bantuan selama melaksanakan penelitian Tugas Akhir.
7. Sahabat Wakaf Badan Wakaf Al Qur’an yang telah berkontribusi dengan menyalurkan pendapatnya.
8. Sahabat kelas H Politeknik Harapan Bersama yang selalu membagikan semangat, doa, dan motivasi
9. Sahabat Lillah yang memberikan semangat, doa, dan membersamai dalam berjuang di dunia sebagai tempatnya lelah.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, masih banyak kelemahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala kelemahan dan kekeliruan yang ada. Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta pemerhati masalah akuntansi.
Tegal, 24 Juli 2021
Rini Tri Yuliani NIM 18031018
x
ABSTRAK
Rini Tri Yuliani. 2021. Akuntabilitas dan Transparansi sebagai Pengelolaan Wakaf Lembaga Filantropi terhadap Public Trust (Studi Kasus Badan Wakaf Al Qur’an Tegal). Program Studi: Diploma III Akuntansi. Politeknik Harapan Bersama. Pembimbing I: Andri Widianto, S.E., M.Si; Pembimbing II: Fitri Amaliyah, S.E., M.Ak.
Badan Wakaf Al Qur’an Tegal merupakan lembaga filantropi islam yang dibangun dalam rangka menghimpun, mengelola, dan menyalurkan donasi, khususnya harta wakaf. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh akuntabilitas dan transparansi pengelolaan wakaf terhadap public trust pada Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi pustaka, dan kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah kuantitatif melalui SPSS dengan Analisis Statistika Deskriptif, Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Multikolinearitas, dan Uji Autokorelasi), Uji Regresi Linear Berganda, Uji Hipotesis (Uji t dan Uji F), serta Koefisien Determinasi (R2). Hasil analisis Uji t menunjukkan bahwa variabel akuntabilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,331 > alpha 0,050 (tingkat signifikan 95%). Variabel transparansi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < alpha 0,050 (tingkat signifikan 95%). Kemudian hasil analisis Uji F pada variabel akuntabilitas dan transparansi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 <
Sig. 0,05. Jadi, Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara akuntabilitas dan transparansi terhadap public trust pada Lembaga Filantropi. Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh akuntabilitas dan transparansi sebagai pengelolaan wakaf terhadap public trust pada Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal.
Kata Kunci : Akuntabilitas, Transparansi, Public Trust, Wakaf, Lembaga Filantropi
xi
ABSTRACT
Yuliani, Rini Tri. 2021. Accountability and Transparency as Waqf Management of Philanthropic Institutions on Public Trust (Case Study at the Badan Wakaf Al Qur’an Tegal). Study Program: Accounting Associate Degree. Politeknik Harapan Bersama. Advisor: Andri Widianto, S.E., M.Si; Co-Advisor: Fitri Amaliyah, S.E., M.Ak.
Badan Wakaf Al Qur’an Tegal is an islamic philanthropic institution that was built in order to collect, manage, and distribute donations, especially waqf assets.
The purpose of this research was to determine and analyze the effect of the accountability and transparency of waqf management on public trust at the Philanthropy Institute Badan Wakaf Al Qur’an Tegal. Data collection techniques used were observation, interviews, literature study, and questionnaires. The data was analyzed quantitatively through SPSS with Descriptive Statistical Analysis, Validity Test, Reliability Test, Classical Assumption Test (Normality Test, Heteroscedasticity Test, Multicollinearity Test, and Autocorrelation Test), Multiple Linear Regression Test, and Hypothesis Testing (t Test and F Test), and the Coefficient of Determination (R2). The results of the t test analysis showed that the accountability variable had a significance value of 0,331 > alpha 0,050 (95%
significance level). The transparency variable had a significance value of 0,000 <
alpha 0,050 (95% significance level). Then the results of the F test analysis on the accountability and transparency variables had a significance value of 0,000 <
Sig. 0,05. So, Ha is accepted and Ho is rejected, which means that there is a significant influence between accountability and transparency on public trust in the Philanthropic Institution. The conclusion is that there is an effect of the accountability and transparency as waqf management on public trust at the Philanthropy Institute Badan Wakaf Al Qur’an Tegal.
Key Words : Accountability, Transparency, Public Trust, Waqf, Philanthropic Institutions
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR BAGAN ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
1.5. Batasan Masalah... 11
1.6. Kerangka Berpikir ... 12
xiii
1.7. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18
2.1. Filantropi ... 18
2.1.1. Definisi Filantropi ... 18
2.1.2. Konsep Filantropi ... 19
2.2. Wakaf ... 19
2.2.1. Definisi Wakaf ... 19
2.2.2. Dasar Hukum Wakaf ... 20
2.2.3. Rukun Wakaf ... 22
2.2.4. Syarat Wakaf ... 23
2.3. Public Trust ... 24
2.3.1. Definisi Public Trust ... 24
2.3.2. Faktor-faktor yang Meningkatkan Public Trust ... 25
2.4. Akuntabilitas ... 26
2.4.1. Definisi Akuntabilitas ... 26
2.4.2. Dimensi Akuntabilitas ... 27
2.5. Transparansi ... 29
2.5.1. Definisi Transparansi ... 29
2.5.2. Prinsip Pokok Transparansi ... 31
2.6. Penelitian Terdahulu ... 31
2.7. Logika dan Penurunan Hipotesis ... 38
2.7.1. Akuntabilitas sebagai Pengelolaan Wakaf Lembaga Filantropi terhadap Public Trust di Badan Wakaf Al Qur’an Tegal ... 38
xiv
2.7.2. Transparansi sebagai Pengelolaan Wakaf Lembaga Filantropi terhadap Public Trust di Badan Wakaf Al
Qur’an Tegal ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
3.1. Lokasi Penelitian ... 43
3.2. Waktu Penelitian ... 43
3.3. Jenis Data ... 43
3.4. Sumber Data ... 44
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.6. Populasi dan Sampel ... 47
3.7. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 48
3.7.1. Definisi Variabel Penelitian ... 48
3.7.2. Operasional Variabel ... 49
3.8. Metode Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58
4.1. Gambaran Umum Badan Wakaf Al Qur’an Tegal ... 58
4.1.1. Sejarah Singkat Pembentukan Badan Wakaf Al Qur’an Tegal ... 58
4.1.2. Struktur Organisasi ... 59
4.1.3. Akuntabilitas Proses pada Badan Wakaf Al Qur’an Tegal ... 60
4.1.4. Akuntabilitas Financial ... 63
4.1.5. Transparansi ... 65
4.2. Hasil Penelitian ... 65
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 65
4.2.2. Deskripsi Responden ... 67
xv
4.2.3. Analisis Kualitas Data ... 71
4.2.4. Uji Asumsi Klasik ... 73
4.2.4. Analisis Regresi Linear Berganda ... 76
4.2.5. Uji Hipotesis ... 77
4.2.6. Koefisien Determinasi (Adj R2) ... 78
4.3. Pembahasan ... 79
4.3.1. Pengaruh Akuntabilitas sebagai Pengelolaan Wakaf Lembaga Filantropi terhadap Public Trust pada Badan Wakaf Al Qur’an Tegal ... 79
4.3.2. Pengaruh Transparansi sebagai Pengelolaan Wakaf Lembaga Filantropi terhadap Public Trust pada Badan Wakaf Al Qur’an Tegal ... 81
4.3.3. Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi sebagai Pengelolaan Wakaf Lembaga Filantropi terhadap Public Trust pada Badan Wakaf Al Qur’an Tegal ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 92
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Analisis Statisik Deskriptif ... 66
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 68
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ... 68
Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 69
Tabel 4.5 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ... 70
Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Akuntabilitas ... 71
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Transparansi ... 71
Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Public Trust ... 72
Tabel 4.9 Uji Reliabilitas ... 73
Tabel 4.10 K-S Uji Normalitas ... 73
Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisitas ... 74
Tabel 4.12 Uji Multikolinearitas ... 75
Tabel 4.13 Uji Autokorelasi ... 76
Tabel 4.14 Regresi Linear Berganda ... 76
Tabel 4.15 Uji F ... 77
Tabel 4.16 Uji t ... 78
Tabel 4.17 Koefisien Determinasi... 78
xvii
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 1.1 Kerangka Berpikir ... 14 Bagan 4.1 Struktur Organisasi Badan Wakaf Al Qur'an Tegal ... 59
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Wawancara Kepala Cabang BWA Tegal ... 100 Gambar 2. Wawancara Admin Cabang BWA Tegal ... 100
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur ... 92
Lampiran 2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 92
Lampiran 3. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ... 92
Lampiran 4. Uji Validitas Variabel Akuntabilitas ... 93
Lampiran 5. Uji Validitas Variabel Transparansi ... 94
Lampiran 6. Uji Validitas Variabel Public Trust ... 95
Lampiran 7. Uji Reliabilitas Variabel Akuntabilitas... 96
Lampiran 8. Uji Reliabilitas Variabel Transparansi ... 96
Lampiran 9. Uji Reliabilitas Variabel Public Trust ... 96
Lampiran 10. Uji Normalitas ... 97
Lampiran 11. Uji Heteroskedastisitas ... 97
Lampiran 12. Uji Multikolinearitas ... 98
Lampiran 13. Uji Autokorelasi ... 98
Lampiran 14. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 98
Lampiran 15. Uji F ... 99
Lampiran 16. Uji t ... 99
Lampiran 17. Kuesioner Akuntabilitas dan Transparansi terhadap Public Trust 100 Lampiran 18. Kuesioner Petunjuk Pengisian ... 100
Lampiran 19. Identitas Responden ... 100
Lampiran 20. Kuesioner Akuntabilitas terhadap Public Trust... 100
Lampiran 21. Kuesioner Akuntabilitas terhadap Public Trust... 100
Lampiran 22. Kuesioner Akuntabilitas terhadap Public Trust... 100
Lampiran 23. Kuesioner Akuntabilitas terhadap Public Trust... 100
Lampiran 24. Kuesioner Transparansi terhadap Public Trust ... 100
Lampiran 25. Kuesioner Transparansi terhadap Public Trust ... 100
Lampiran 26. Kuesioner Transparansi terhadap Public Trust ... 100
Lampiran 27. Kuesioner Transparansi terhadap Public Trust ... 100
Lampiran 28. Kuesioner Transparansi terhadap Public Trust ... 100
xx
Lampiran 29. Kuesioner Public Trust ... 100
Lampiran 30. Kuesioner Public Trust ... 100
Lampiran 31. Hasil Kuesioner ... 100
Lampiran 32. Hasil Kuesioner ... 100
Lampiran 33. Hasil Kuesioner ... 100
Lampiran 34. Hasil Kuesioner ... 100
Lampiran 35. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 100
Lampiran 36. Buku Bimbingan Dosen Pembimbing 1 ... 100
Lampiran 37. Buku Bimbingan Dosen Pembimbing 1 ... 100
Lampiran 38. Buku Bimbingan Dosen Pembimbing 2 ... 100
Lampiran 39. Buku Bimbingan Dosen Pembimbing 2 ... 100
1 1.1. Latar Belakang Masalah
Perekonomian dalam sebuah negara menjadi inti dari keberlangsungan hidup di dunia. Jika negara beserta masyarakatnya memiliki rata-rata ekonomi ke atas tentu dapat membuat sebuah kondisi yang nyaman dan sejahtera. Berdasarkan data, Indonesia memiliki tingkat perekonomian dengan jumlah terbesar di Asia Tenggara bahkan Indonesia menduduki peringkat terbesar ke-16 di dunia dengan sektor jasa yang menjadi pemberi kerja menyumbang 45% dari pekerja lokal (Idcloudhost)[1]. Di dalam pengelolaan perekonomian, Indonesia menganut sistem Ekonomi Pancasila, terhitung sejak tahun 1998 hingga sekarang. Walaupun kondisi perekonomian di Indonesia tergolong baik, namun ada kalanya roda perekonomian dapat berputar ke bawah.
Jika menelisik dari UUD 1945 Pasal 33 dan melihat kondisi sesungguhnya, perlu adanya kerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam hal usaha bersama. Serta pemerintah juga berperan mengatur hajat orang banyak. Dengan kata lain, negara turut campur dalam hal sumber daya dan harta warga negara untuk kepentingan bersama. Artinya, Indonesia memerlukan sebuah kepercayaan publik dari masyarakat, atau lebih dikenal dengan istilah public trust. Oleh sebab itu, perlu adanya public trust dari masyarakat selaku pihak pemberi kepada negara selaku pihak penerima.
2
Negara pun bertanggungjawab dalam penggunaan sumber daya masyarakat agar dapat dimanfaatkan dengan baik demi kepentingan umum.
Menurut Athifah, et al (2018)[2], public trust merupakan kesediaan seseorang untuk menggantungkan dirinya kepada pihak lain yang terlibat dalam pertukaran tertentu dan ia memiliki keyakinan kepada pihak lain yang ia maksud. Dalam hal ini, masyarakat menjadi pemangku kepentingan yang paling utama dalam lingkaran kesuksesan suatu negara. Tugas utama negara adalah mewujudkan yang telah dicita-citakan bersama. Pada intinya, membangun hubungan dan public trust adalah hal yang sangat penting bagi instansi publik. Dengan adanya hubungan yang baik antara masyarakat dan instansi tersebut tentu berdampak positif terhadap kepercayaan, sehingga melakukan proses pelayanan di instansi tersebut merupakan pilihan yang tepat. Menurut Sondakh, et al (2016)[3] terdapat tiga faktor kunci untuk menjaga dan meningkatkan public trust, yaitu transparansi, budaya akuntabilitas, dan integritas manusia.
Berdasarkan informasi bahwa Indonesia memiliki tingkat perekonomian yang baik dan terbesar di Asia Tenggara, namun telah diperoleh pula fakta lainnya, yaitu hingga saat ini penduduk miskin di Indonesia semakin meningkat. Hal tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa pada tahun 2020 jumlah penduduk miskin Indonesia sebanyak 26,42 juta (Anggraeni, 2020)[4]. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa mayoritas penduduk miskinnya beragama islam. Meninjau krisis ekonomi yang berdampak besar terhadap sistem ketahanan ekonomi bangsa,
pemerintah melakukan upaya, yaitu dengan menjadikan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) sebagai pendapatan negara kemudian disalurkan kepada fakir miskin. Hal tersebut dilakukan dengan alasan Indonesia secara demografik dan kultural memiliki ZISWAF dengan potensi yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan.
Menurut Septian (2020)[5] zakat, infak, sedekah memiliki potensi sebesar Rp233,8 triliun dan wakaf memiliki potensi mencapai Rp180 triliun pertahun.
Masyarakat yang tergolong kaya dan mampu diwajibkan untuk membagikan hartanya agar kekayaan tidak hanya berputar di golongan mereka saja, tetapi harus melibatkan fakir dan miskin. Apabila potensi masyarakat golongan atas ini dapat dikoordinasikan dan dikelola dengan baik, maka dapat menjadi alternatif penyelesaian yang positif. Zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) merupakan bentuk kepedulian sosial dan menjadi salah satu wujud terlaksananya ekonomi manusiawi yang mempertimbangkan keseimbangan manusia dengan lingkungan sekitarmya (Rahmayati, 2015)[6]. Dari keempat jenis donasi tersebut, wakaf menjadi solusi yang paling diandalkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi karena wakaf sejak dahulu telah dikenal sebagai sumber kekuatan dalam islam untuk mengentaskan kemiskinan. Hal tersebut dikarenakan wakaf memiliki wujud fisik seperti wakaf lahan produktif yang memiliki umur penggunaan yang panjang. Jika dikaitkan dengan masyarakat Indonesia mayoritas yang beragama islam, maka hal ini menjadi solusi yang tepat.
4
Wakaf merupakan suatu tindakan menghentikan hak miliknya atas harta dan menahan diri dari penggunannya dengan kepentingan umum (I'tisoma, 2019:130)[7]. Pada awalnya, wakaf hanya dilakukan pada benda tidak bergerak, seperti tanah, masjid, bangunan, dan sebagainya. Namun, seiring perkembangan zaman dan kebutuhan ekonomi yang meningkat, maka diberlakukan wakaf benda tidak bergerak atau wakaf tunai (cash waqf). Saat ini, dalam pengelolaan dan manajemen wakaf di Indonesia masih belum optimal. Akibatnya, banyak harta wakaf yang terlantar bahkan hilang. Kekayaan wakaf di Indonesia tergolong banyak, namun pemanfaatannya masih bersifat konsumtif tradisional.
Pengelolaan wakaf di Indonesia berdasarkan data Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama sampai dengan Maret 2016 menunjukkan bahwa tanah yang telah dicatat sebagai wakaf di Indonesia sebesar 4.359.443.170m2. Serta berdasarkan data Badan Wakaf Indonesia, penggunaan tanah wakaf di Indonesia yaitu 73,74% masjid, 30,13%
mushola, 10,61% sekolah, 4,23 % makan, 2,98 % pesantren dan 8,32%
sosial lainnya (Ahmadi, 2018:2-3)[8]. Dalam praktik yang berlaku serta telaah konseptual cara pencatatan harta wakaf mirip dengan akuntansi untuk zakat. Pencatatannya harus dilakukan terpisah, baik penerimaan, pengeluaran, ataupun pengelolaan wakaf. Standar akuntansi yang mengatur pengelolaan wakaf adalah PSAK 112 tentang Akuntansi Wakaf. Di dalam PSAK 112 dijelaskan mengenai pengelolaan transaksi wakaf yang dilakukan oleh nazhir yang berbentuk organisasi atau badan hukum dan
wakif. Laporan keuangan nazhir yang lengkap meliputi: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Rincian Aset Wakaf, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, Catatan Atas Laporan Keuangan.
Sebuah organisasi dan badan hukum memerlukan kepercayaan dari publik agar publik merasa aman ketika membagikan hartanya, hal tersebut diharapkan supaya pengelolaannya lebih maksimal. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pertanggungjawaban atau akuntabilitas dan transparansi laporan wakaf. Menurut Maulida dan Ridwan (2017:166)[9], akuntabilitas merupakan suatu proses lembaga menganggap dirinya bertanggung jawab atas hal-hal yang dilakukan dan yang tidak dilakukan. Secara operasional, akuntabilitas dilakukan dalam bentuk pelaporan (reporting), pelibatan (involving), dan cepat tanggap (responding). Menurut Widyawati (2019:21- 22)[10], akuntabilitas memiliki beberapa dimensi di dalam lembaga, di antaranya adalah akuntabilitas proses, yang terdiri dari akuntabilitas perencanaan dan akuntabilitas pelaksanaan serta akuntabilitas financial yang terdiri dari integritas, pengungkapan, dan ketaatan.
Selain akuntabilitas, public trust juga dapat dipengaruhi oleh transparansi. Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan sebuah lembaga, yakni berkaitan dengan informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaan, serta hasil yang diperoleh (Septiarini, 2011:176)[11]. Adapun prinsip pokok pelaksanaan transparansi menurut Rahayu (2014:113)[12] yaitu menyediakan informasi dan menjamin
6
kemudahan dalam memperoleh informasi mengenai aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh lembaga. Informasi yang disampaikan harus lengkap, antara visi dan misi, susunan pengurus, bentuk perencanaan, dan hasil kepada para wakif. Pengungkapan informasinya pun harus bersifat terbuka, mudah diakses, diterbitkan secara teratur, dan mutakhir (up to date).
Salah satu badan hukum yang bergerak menghimpun dan mengelola wakaf adalah Badan Wakaf Al Qur’an (BWA). Badan Wakaf Al Qur’an (BWA) merupakan lembaga filantropi islam yang menjadi jembatan kebaikan antara wakif dan penerima manfaat wakaf dengan inovasi wakafnya untuk memberikan solusi pada permasalahan umat. Lembaga ini merupakan lembaga indenpenden yang berbentuk badan hukum perkumpulan yang berperan untuk memudahkan wakif untuk menyalurkan bantuannya hingga ke pelosok negeri. Badan Wakaf Al Qur’an (BWA) didirikan pada tahun 2005, dengan program utamanya adalah Wakaf Al Qur’an dan Pembinaan. Selain itu, Badan Wakaf Al Qur’an (BWA) memiliki program lainnya, seperti Wakaf Sarana Air Bersih, Wakaf Produktif, Sedekah Kemanusiaan, Indonesia Belajar, dan sebagainya yang seluruh programnya ditujukan untuk mengentaskan kemiskinan (Qur’an, 2021)[13]..
Sebagai lembaga filantropi, Badan Wakaf Al Qur’an (BWA) memerlukan sebuah public trust agar tetap menjadi lembaga kebanggaan para wakif. Seperti yang terjadi di Badan Wakaf Al Qur’an (BWA) Tegal, permasalahan utama yang terjadi berkaitan dengan merosotnya kepercayaan
publik (public trust), beberapa kali dijumpai tudingan miring berkaitan dengan mencari keuntungan, tudingan bahwa wakaf dari para wakif adalah untuk kepentingan lembaga semata dan tidak disalurkan kepada fakir dan miskin. Kemudian permasalahan lainnya mengenai legalisasi. Seringkali terdapat oknum yang tidak bertanggungjawab mengatasnamakan yayasan atau organisasi namun berstatus ilegal yang meminta sumbangsih.
Permasalahan selanjutnya, lemahnya aspek institusi, menteri agama menyatakan bahwa kualitas sumber daya manusia lembaga filantropi secara akademik dan manjerial masih lemah. Terakhir adalah tidak jarang wakif merasa puas hanya 1 kali berwakaf. Padahal untuk membantu sesama tidak cukup hanya 1 kali usaha saja, namun perlu beberapa kali dan konsisten agar hasilnya lebih maksimal.
Dari penjabaran permasalahan tersebut, antara permasalahan satu dengan lainnya saling berkaitan. Semuanya dapat disatukan ke dalam pembahasan akuntabilitas dan transparansi. Permasalahan tersebut menjadi penting untuk dibahas karena berkaitan dengan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Pemecahan masalah ini diharapkan dapat membantu lembaga filantropi dan wakif agar tidak ada pihak yang dirugikan, serta menemukan jawaban mengenai ada tidaknya pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap public trust. Penelitian mengenai akuntabilitas dan transparansi pun telah dilakukan sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Septiarini (2011)[11], menunjukkan hasil bahwa akuntabilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap kepercayaan donatur di Yayasan Sosial
8
Keagamaan Cangkir Yadufa. Namun, transparansi laporan keuangan tidak berpengaruh terhadap kepercayaan donatur di Yayasan Sosial Keagamaan Cangkir Yadufa. Kemudian penelitian lainnya dilakukan oleh Athifah, et al (2018:72)[2], menunjukkan bahwa hanya variabel transparansi saja yang memiliki pengaruh terhadap kepercayaan donatur, sedangkan variabel akuntabilitas publik tidak berpengaruh terhadap kepercayaan donatur.
Selanjutnya penelitian oleh Yusi dan Asrori (2020)[27] menunjukkan hasil bahwa akuntabilitas OPZ berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kepercayaan muzakki pada Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). Dan transparansi pelaporan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepercayaan muzakki pada Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). Lalu penelitian dilakukan oleh Hasrina, et al (2018)[28] menunjukkan hasil bahwa akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepercayaan muzakki. Sedangkan variabel transparansi lembaga zakat tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepercayaan muzakki. Selain itu, penelitian terdahulu dengan jenis penelitian kualitatif dilakukan oleh Widyawati (2019:49)[10], memberikan hasil akuntabilitas proses dan akuntabilitas financial yang dilakukan oleh Badan Wakaf Al Qur’an Surakarta sudah terlaksana dengan baik.
Berbagai penelitian terdahulu tersebut menjadi pedoman penulis dalam melakukan penelitian selanjutnya terkait akuntabilitas dan transparansi yang menjadi permasalahan lembaga filantropi. Penelitian ini dilakukan pada salah satu lembaga filantropi yang terdapat di Tegal, yaitu
Badan Wakaf Al Qur’an Tegal. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Akuntabilitas dan Transparansi sebagai Pengelolaan Wakaf Lembaga Filantropi terhadap Public Trust (Studi Kasus Badan Wakaf Al Qur’an Tegal).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah akuntabilitas pengelolaan wakaf berpengaruh terhadap public trust pada Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal?
2. Apakah transparansi pengelolaan wakaf berpengaruh terhadap public trust pada Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal?
3. Apakah akuntabilitas dan transparansi pengelolaan wakaf berpengaruh terhadap public trust pada Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh akuntabilitas pengelolaan wakaf terhadap public trust pada Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh transparansi pengelolaan wakaf terhadap public trust pada Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal.
10
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh akuntabilitas dan transparansi pengelolaan wakaf terhadap public trust pada Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat memberikan masukan bagi beberapa pihak sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan atau wawasan di bidang pengelolaan dana wakaf dan donasi lainnya pada lembaga filantropi yang berbentuk badan hukum perkumpulan. Terutama berkaitan dengan akuntabilitas dan transparansi sebagai pengelolaan wakaf lembaga filantropi terhadap public trust dengan studi kasus di Badan Wakaf Al Qur’an Tegal. Sehingga masyarakat dan para wakif menjadi semakin tahu bahwa pengelolaan dana wakaf yang akuntabel dan transparan akan membantu meningkatkan public trust.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan teori yang telah ditempuh selama masa perkuliahan yang selanjutnya dapat diterapkan dalam objek penelitian.
b. Bagi Politeknik Harapan Bersama
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa Program Studi DIII Akuntansi dan dapat menjadi bahan acuan serta referensi untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan akuntabilitas dan transparansi sebagai pengelolaan wakaf Lembaga Filantropi terhadap public trust.
c. Bagi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pemikiran untuk Badan Wakaf Al Qur’an Tegal dalam mengambil kebijakan-kebijakan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dana wakaf yang dibuat, sehingga pengelolaan yang disusun dapat tepat sasaran dan terhindar dari tindakan-tindakan penyelewengan yang dilakukan oknum-oknum tertentu yang merugikan Badan Wakaf Al Qur’an Tegal.
1.5. Batasan Masalah
Permasalahan yang akan dibatasi dalam penyusunan penelitian ini yaitu:
1. Objek penelitian dilakukan di Badan Wakaf Al Qur’an Tegal yang meliputi wilayah Kabupaten Tegal dan Kota Tegal.
2. Jenis penelitian ini membahas mengenai donasi wakaf.
3. Variabel yang diteliti meliputi akuntabilitas dan transparansi terhadap public trust di Badan Wakaf Al Qur’an Tegal.
4. Akuntabilitas meliputi akuntabilitas hukum dan kejujuran, program, proses, kebijakan, dan financial serta transparansi meliputi mekanisme keterbukaan, fasilitas publik, dan pelaporan.
12
1.6. Kerangka Berpikir
Kemiskinan menjadi fenomena yang cukup sulit dihapuskan di Indonesia. Faktanya, pada tahun 2020 jumlah penduduk miskin Indonesia sebanyak 26,42 juta (Anggraeni, 2020)[4]. Banyak upaya yang dilakukan oleh negara, salah satunya menjadikan wakaf sebagai sarana untuk memberantas kemiskinan. Hal ini dikarenakan wakaf memiliki potensi mencapai Rp180 Triliun (Ulya, 2020)[14]. Namun, setelah dijalankan, kemanfaatan wakaf belum maksimal. Permasalahan mendasar ada dalam pengelolaan harta wakaf di lembaga wakaf. Permasalahan utamanya adalah merosotnya kepercayaan publik (public trust), adanya tudingan miring diarahkan kepada yayasan sosial, terutama berkaitan dengan ungkapan mencari keuntungan. Kemudian permasalahan lainnya mengenai legalisasi.
Seringkali terdapat oknum yang tidak bertanggungjawab mengatasnamakan yayasan atau organisasi namun berstatus ilegal yang meminta sumbangsih.
Permasalahan selanjutnya, lemahnya aspek institusi, menteri agama menyatakan bahwa kualitas sumber daya manusia lembaga filantropi secara akademik dan manjerial masih lemah. Terakhir adalah tidak jarang wakif merasa puas hanya 1 kali berwakaf. Semuanya dapat disatukan ke dalam pembahasan akuntabilitas dan transparansi. Permasalahan tersebut menjadi penting untuk dibahas dikarenakan berkenaan dengan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang terkait. Strategi yang dapat digunakan sebagai pemecahan masalah tersebut di antaranya Badan Wakaf Al Qur’an Tegal harus mengelola wakaf secara akuntabilitas dan transparansi.
Dikarenakan akuntabilitas berguna sebagai bentuk pertanggungjawaban secara vertikal (kepada Allah) maupun horizontal (kepada sesama manusia).
Dan transparansi dalam pengelolaan dana agar wakif mengetahui perkembangan harta yang telah diamanahkan. Serta penulis ingin mengetahui seberapa berpengaruhnya akuntabilitas dan transparansi terhadap public trust terkait pengelolaan dana wakaf. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif dengan melakukan wawancara kepada anggota Badan Wakaf Al Qur’an. Serta menggunakan metode analisis kuantitatif berupa kuesioner yang dibagikan kepada wakif sebagai responden. Kemudian hasil dari kuesioner tersebut dianalisis menggunakan SPSS.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dilakukan penyederhanaan menggunakan kerangka berpikir penelitian sebagai berikut:
14
Umpan balik
Analisis Data:
Metode penelitian kuantitatif
1. Analisis Statistik Deskriptif 2. Uji Validitas 3. Uji Reliabilitas 4. Uji Asumsi Klasik 5. Uji Regresi Linear
Berganda 6. Uji Hipotesis 7. Koefisien
Determinasi (R2)
Permasalahan:
Lembaga
Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal belum berperan penuh dalam
pemberdayaan sektor ekonomi umat. Salah satu kesalahannya terdapat di
lembaga pengelola wakafnya, seperti:
1. Merosotnya kepercayaan publik (public trust),
2. Legalisasi sering
diragukan oleh wakif karena banyak oknum yang
mengatasnaman akan yayasan namun berstatus ilegal meminta sumbangsih 3. Lemahnya
SDM,
4. Kepuasan wakif hanya 1 kali berwakaf.
Strategi Pemecahan Masalah:
Perlu dilakukan penelitian terhadap salah satu lembaga filantropi yang berperan dalam penghimpunan dana wakaf mengenai
kejelasannya dalam hal akuntabilitas (pertanggunggjawa ban) dan
transparansi pengelolaan yang berfokus pada manajemen.
Rumusan Masalah:
1. Apakah akuntabilitas
pengelolaan wakaf berpengaruh terhadap public trust pada Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal?
2. Apakah transparansi
pengelolaan wakaf berpengaruh terhadap public trust pada Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal?
3. Apakah
akuntabilitas dan transparansi
pengelolaan wakaf berpengaruh terhadap public trust pada Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal?
Kesimpulan:
Akuntabilitas dan transparansi berpengaruh terhadap public trust di Lembaga Filantropi Badan Wakaf Al Qur’an Tegal.
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai sistematika penulisan tugas akhir penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sistematika penulisan ini dibuat bertujuan agar lebih mudah untuk dipahami dan dapat dicerna secara runtut.
Di dalam laporan penelitian tugas akhir dikelompokkan menjadi 5 bab, yang terdiri dari sub-sub yang saling berkaitan satu sama lain. Sistematika penulisan tugas akhir ini dirancang sebagai berikut:
1. Bagian awal
Bagian awal berisi halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian Tugas Akhir (TA), halaman pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan akademis, halaman persembahan, halaman motto, kata pengantar, intisari/abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan lampiran.
Bagian awal ini berguna untuk memberikan kemudahan kepada pembaca dalam mencari bagian-bagian penting secara cepat.
2. Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan.
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini memuat teori-teori mengenai definisi filantropi, konsep filantropi, definisi wakaf, sumber hukum wakaf, rukun wakaf, syarat wakaf, definisi public trust, faktor-faktor yang meningkatkan public trust, pengertian akuntabilitas, dimensi akuntabilitas, definisi transparansi, dan prinsip pokok transparansi.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi mengenai lokasi penelitian, yaitu Badan Wakaf Al Qur’an Tegal, yang beralamat di Jalan Werkudoro No. 208, Kec. Kejambon, Kota Tegal. Waktu penelitian, yaitu terhitung sejak Februari hingga Juni 2021. Metode pengumpulan data, yaitu menggunakan wawancara, observasi, studi kepustakaan, dan kuesioner. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Serta metode analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, uji hipotesis, dan koefisien determinasi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan berisi mengenai garis besar dari inti hasil penelitian, serta saran dari peneliti yang diharapkan dapat berguna bagi instansi atau perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi mengenai daftar buku, literature lainnya yang berkaitan dengan penelitan.
3. Bagian Akhir LAMPIRAN
Lampiran berisi informasi tambahan yang mendukung kelengkapan laporan, antara lain Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari tempat penelitian, kartu konsultasi, daftar pertanyaan kuesioner, dan spesifikasi teknis serta data-data lain yang diperlukan.
18 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Filantropi
2.1.1. Definisi Filantropi
Filantropi berasal dari bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti cinta dan anthropos yang berarti manusia. Secara harfiah, filantropi bermakna konseptualisasi dari praktik memberi (giving), pelayanan (service), dan asosiasi (association) dengan sukarela untuk membantu pihak lain yang membutuhkan sebagai ekspresi rasa cinta (Madjakusumah, 2020)[15]. Sedangkan menurut Rahmayati (2015)[6], makna filantropi (philanthropy) ialah kedermawanan, kemurahatian, atau sumbangan sosial; sesuatu yang menunjukkan cinta kepada manusia. Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa filantropi merupakan sikap kedermawanan yang dilakukan dengan membagikan harta kita untuk orang lain sebagai bentuk membantu dan cinta terhadap sesama makhluk Allah. Dalam ajaran islam, filantropi dikenal sebagai perbuatan yang sangat mulia, bagian utama dari bentuk ketakwaan seorang muslim yang dapat mendatangkan keberkahan, rakhmat, dan pertolongan Allah SWT.
2.1.2. Konsep Filantropi
Praktik filantropi islam umumnya diwujudkan dalam bentuk Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF). Menurut Rahmayati (2015)[6], terdapat 2 konsep filantropi pada pelaksanaan ZISWAF:
1. Kesukarelaan yang tidak dapat dituntut apapun oleh pemberi.
2. Filantropi adalah mengenai hak dan peralihan sumber daya dari yang kaya kepada pihak yang lebih miskin. Maka dari itu, filantropi adalah hak kaum miskin. Dasar hukum filantropi terdapat di beberapa surah dalam Al Qur’an, seperti dalam Q.S Al-Baqarah ayat 272, yang artinya: “... Apapun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari rida Allah, Dan apapun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).” Dari surah yang menjelaskan filantropi, islam memerintahkan umat Nabi Muhammad SAW untuk melakukan ZISWAF dengan niat mengharap rida Allah.
2.2. Wakaf
2.2.1. Definisi Wakaf
Menurut Yuliani dan Bustamam (2017)[16], kata al–Waqf dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian, yaitu menahan, menahan harta untuk diwakafkan. Secara syariah, wakaf
20
berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah.
Sedangkan menurut Maulida dan Ridwan (2017)[9], wakaf merupakan salah satu bentuk tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia sebagai bentuk kemanusiaan. Sehingga ia rela menyumbangkan waktu, harta, dan tenaganya untuk menolong orang lain di jalan Allah SWT dengan cara menahan pokoknya lalu memberikan hasilnya. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa wakaf merupakan kegiatan menahan harta benda yang dimiliki seseorang kemudian dibagikan kepada saudara muslim yang membutuhkan dengan niat beribadah kepada Allah.
2.2.2. Dasar Hukum Wakaf
Menurut (Yuliani dan Bustamam 2017)[16] ajaran wakaf telah disyariatkan di dalam beberapa dasar, di antaranya:
1. Dasar Hukum dari Perundang-undangan Indonesia a. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Wakaf
Undang-Undang wakaf ini merupakan penyempurnaan dari beberapa peraturan perundangan wakaf yang sudah ada dengan menambahkan hal-hal baru sebagai upaya pemberdayaan wakaf secara produktif dan akuntabel.
Di dalam Undang-Undang ini juga mengatur wakaf benda bergerak seperti uang, saham, atau surat berharga lainnya.
b. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang meliputi:
ketentuan umum, nazhir, jenis harta benda wakaf, akta ikrar wakaf dan pejabat pembuat akta ikrar wakaf, tata cara pendaftaran dan pengumuman harta benda wakaf, pengelolaan, dan pengembangan, bantuan pembiyaan Badan Wakaf Indonesia, pembinaan dan pengawasan.
2. Al Qur’an
Walaupun tidak secara tegas menjelaskan mengenai ajaran wakaf, namun terdapat ayat-ayat Al Qur’an yang dipahami dan digunakan oleh para ulama sebagai dalil yang mengacu pada ajaran berwakaf, seperti dalam Al Qur’an Surah Al Baqarah (2) ayat 267. Artinya : “Hai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik- baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata (enggan terhadapnya.
Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji”.
3. Hadis Rasulullah SAW
Hadis Rasulullah SAW dari Ibnu Umar r.a, yang artinya,
“Sesunggguhnya Umar bin Khathab mendapatkan bagian tanah di Khaibar. Lalu dia datang menjumpai Rasulullah untuk meminta saran mengenai kebun pembagian itu. Lalu dia
22
berkata,”Wahai, Rasulullah. Sesungguhnya aku mendapatkan bagian tanah di Khaibar. Sungguh belum pernah aku memiliki harta yang lebih aku sukai daripada tanah ini. Maka, apa yang engkau perintahkan kepadaku dengan harta ini? Lalu Beliau bersabda,”Jika engkau menghendaki, peliharalah kebun itu dan engkau shadaqohkan buahnya. Dia berkata: Lalu Umar menyedekahkan hasilnya. Sesungguhnya tanah itu tidak dijual, tidak dihadiahkan dan tidak boleh diwaris. Lalu Umar menyedahkannya kepada fuqoro’, kerabatnya, untuk memerdekakan budak, untuk fi sabilillah, untuk membantu ibnu sabil dan untuk menjamu tamu. (HR Bukhari, Kitabusy Syurut, no. 2532).
2.2.3. Rukun Wakaf
Adapun beberapa rukun wakaf menurut Widyawati (2019)[10], antara lain:
1. Wakif
Wakif merupakan orang yang hendak mewakafkan harta bendanya di jalan Allah SWT. Wakif yang dimaksud adalah perorangan, organisasi, ataupun badan hukum.
2. Mauquf
Mauquf merupakan harta benda yang diberikan dari wakif dengan keniatan untuk diwakafkan.
3. Mauquf ‘alaih
Mauquf’alaih adalah tujuan diperuntukkannya wakaf tersebut, baik menurut tempat atau subjek yang akan menerima wakaf.
4. Sighot
Sighot merupakan suatu ikrar atau janji yang secara lisan atau tidak terucap atas benda yang akan diwakafkan.
2.2.4. Syarat Wakaf
Syarat-syarat yang berkaitan dengan rukun wakaf menurut Widyawati (2019)[10], sebagai berikut:
1. Orang berwakaf memiliki kecukupan untuk melakukan tabarru’
yaitu melepaskan hak milik tanpa imbalan materi, telah baligh/dewasa, berakal sehat, dan tidak terpaksa berbuat.
2. Benda yang diwakafkan merupakan harta bernilai, tahan lama digunakan, dan hak milik murni dari wakif.
3. Tujuan subjek atau tempat penyaluran wakaf tidak boleh bertentangan dengan nilai ibadah.
4. Sighat, yaitu pernyataan atau lafaz penyerahan wakaf dapat dikemukakan melalui lisan, tulisan, atau dengan isyarat yang dapat dimengerti maksudnya
24
2.3. Public Trust
2.3.1. Definisi Public Trust
Public trust (kepercayaan publik) merupakan suatu hubungan yang dimiliki oleh seseorang untuk bergantung kepada pihak lain, dimana terdapat rasa keyakinan yang lebih terhadap pihak lain tersebut (Maulidiyah, 2011)[17]. Sedangkan menurut (Nawawi, 2012)[18], public trust (kepercayaan publik) merupakan suatu tanggapan yang terjadi pada suatu pihak dengan pihak lainnya yang memiliki persepsi tertentu yang dapat menguntungkan satu sama lain untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Dari dua pendapat para peneliti terdahulu dapat disimpulkan bahwa public trust (kepercayaan publik) merupakan perbuatan keyakinan untuk bergantung kepada pihak lain yang dapat menguntungkan kedua pihak tersebut sehingga dapat tercipta hasil yang diharapkan.
Public trust dalam pengelolaan wakaf di lembaga filantropi diartikan sebagai tingkat keyakinan bahwa donatur yang telah menyumbangkan sumber dayanya dengan tepat, sehingga dapat menguntungkan bagi donatur itu sendiri dan bagi lembaga dalam mencapai visi dan misi. Adanya kepercayaan (trust) antara lembaga filantropi dengan masyarakat atau pihak eksternal lainnya menjadi prasyarat yang sangat penting untuk menggalang dukungan yang luas bagi pengembangan praktik wakaf di Indonesia.
2.3.2. Faktor-faktor yang Meningkatkan Public Trust
Menurut Sondakh, et al (2016)[3] terdapat dua faktor kunci untuk mempertahankan dan meningkatkan public trust yaitu:
1. Budaya akuntabilitas
Budaya akuntabilitas yaitu dengan memberikan laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan dana Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF) yang telah dilakukan. Sebagai akuntabilitas, wakif membutuhkan laporan pertanggungjawaban tersebut untuk dapat melihat sejauh mana uang yang mereka amanahkan dapat dikelola dengan jujur. Ketika organisasi pengelola ZISWAF memberikan laporan pertanggungjawabannya dengan baik dan secara jujur, otomatis stakeholders akan memberikan kepercayaannya. Stakeholders dalam organisasi pengelola ZISWAF meliputi wakif, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya.
2. Transparansi
Sebagai stakeholders, wakif menginginkan kejelasan serta kejujuran dari uang yang telah mereka amanahkan. Ketika organisasi pengelola Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF) dapat bekerja dengan baik dan bersifat transparan, maka stakeholders akan dapat mempercayai organisasi pengelola Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF) tersebut. Dengan demikian potensi Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF) di
26
Indonesia yang sangat besar perlahan dapat ditingkatkan seiring berjalannya waktu.
Dengan meningkatkan faktor-faktor tersebut, lembaga yang kredibel dan akuntabel akan memperoleh kepercayaan publik.
Sehingga lembaga tersebut mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai lembaga yang amanah dan profesional. Semakin bertambahnya kepercayaan publik, lembaga-lembaga tersebut mendapatkan amanat secara istiqomah (konsisten) dari umat berupa wakaf maupun usaha-usaha lain yang dijalankan oleh lembaga tersebut. Kepercayaan (trust) ini menjadi hal yang penting dikarenakan dapat memengaruhi legitimasi terhadap lembaga, khususnya pengelola wakaf yang diukur dari besarnya pengakuan dan dukungan publik kepada lembaga wakaf. Oleh karena itu, akuntabilitas bukan semata-mata berhubungan dengan pelaporan keuangan dan program yang dibuat dan transparansi bukan semata- mata memperlihatkan laporan operasional pendapatan dan pengeluaran atau dokumentasi untuk citra di publik saja, melainkan berkaitan pula dengan persoalan legitimasi publik.
2.4. Akuntabilitas
2.4.1. Definisi Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan suatu kewajiban dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan organisasi serta mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya (Yuliani dan Bustamam, 2017)[16]. Menurut Rahmayati (2015)[6], akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban bentuk pertanggungjawaban manajemen atau penerima amanah kepada pemberi amanah atas pengelolaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Dari dua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban pihak internal organisasi atau perusahaan kepada pihak eksternal, baik secara vertikal ataupun horizontal. Pertanggungjawaban secara vertikal kepada Allah SWT serta pertanggungjawaban secara horizontal kepada pelanggan atau pemberi amanah.
2.4.2. Dimensi Akuntabilitas
Akuntabilitas sangatlah penting dalam pengelolaan dana masyarakat dalam sebuah badan hukum, karena akuntabilitas dapat dijadikan sebagai acuan tanggung jawabnya badan hukum. Menurut Jumarni (2019)[19], dimensi akuntabilitas dibagi menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:
1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran
Akuntabilitas hukum dan kejujuran merupakan akuntabilitas badan hukum untuk bersikap jujur dan menaati ketetapan hukum yang berlaku. Akuntabilitas kejujuran terkait dengan bagaimana suatu lembaga publik dapat menghindari
28
penyalahgunaan seperti KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme), sehingga dapat menjamin sebuah praktik yang sehat.
2. Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program adalah akuntabilitas yang berkaitan dengan bagaimana organisasi melahirkan sebuah program yang mengacu pada strategi dalam pencapaian visi, misi, dan tujuan badan hukum.
3. Akuntabilitas Proses
Akuntabilitas proses adalah akuntabilitas yang berkaitan dengan baik tidaknya prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas dan administrasi penyelenggaraan serta pengelolaan organisasi.
4. Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas kebijakan adalah pertanggungjawaban badan hukum atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu diambil, siapa sasarannya, pemangku kepentingan (stakeholders) mana yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak negatif atas kebijakan tersebut.
5. Akuntabilitas Financial
Akuntabilitas financial adalah pertanggungjawaban yang berkaitan dengan integritas keuangan, pengungkapan dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Adapun komponen pembentuk akuntabilitas, di antaranya:
a. Integritas Keuangan
Integritas keuangan erat kaitannya dengan keterpaduan, keutuhan, dan kejujuran dalam penyajian laporan keuangan. Pertanggungjawaban uang publik dilakukan secara ekonomi, efisien, dan efektif serta tidak ada pemborosan dan kebocoran dana.
b. Pengungkapan
Pengungkapan penyajian laporan keuangan menggunakan konsep dan gambaran sehingga menampilkan kumpulan informasi yang nyata dan benar-benar terjadi.
Yang mana hal tersebut dapat memengaruhi organisasi pada suatu periode.
c. Ketaatan terhadap Peraturan
Kegiatan pengelolaan dana dan pelaporan keuangan dilakukan dengan menaati peraturan dan ketetapan yang berlaku dan diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan akuntansi.
2.5. Transparansi
2.5.1. Definisi Transparansi
Menurut Yuliani dan Bustamam (2017)[16], transparansi merupakan tindakan keterbukaan badan pengelola keuangan publik
30
dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan, sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh masyarakat. Kemudian menurut Maulidiyah (2011)[17] transparansi adalah keterbukaan serta kejujuran kepada masyarakat atas apa yang telah menjadi haknya untuk mengetahui secara umum dan menyeluruh atas sesuatu yang dipertanggungjawabkan untuk mengelola sumber daya yang diamanahkan. Dari dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa transparansi merupakan kegiatan penyediaan informasi secara bebas yang dilakukan oleh badan hukum atau organisasi dan dapat diakses secara langsung oleh masyarakat atau pihak lain yang membutuhkan karena telah memberikan hartanya.
Di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), disebutkan bahwa informasi terkait transparansi badan-badan publik dibuka untuk masyarakat sebagai pemohon atau pengguna informasi publik. Tujuan diadakannya transparansi adalah agar dapat memberikan kemudahan bagi pihak yang berkesempatan mendapatkan informasi sebagai alasan untuk berpartisipasi serta membangun sikap positif dan menghindari keterbatasan informasi sehingga memunculkan informasi yang keliru. Dan tujuan terpenting dari transparansi adalah membangun rasa saling percaya antara badan hukum dengan masyarakat atau publik.
2.5.2. Prinsip Pokok Transparansi
Sehubungan dengan pengawasan dan koordinasi pengelolaan wakaf, kegiatan transparansi harus bersifat koordinatif. Pemberian arus informasi, berita, dan penjelasan terkait transparansi pun membutuhkan prinsip. Menurut Jumarni (2019)[19], prinsip pokok dalam transparansi adalah:
1. Menyediakan informasi dan memberikan jaminan kemudahan oleh wakif untuk memperoleh informasi mengenai berbagai kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi.
2. Informasi yang dipaparkan oleh organisasi harus lengkap mulai dari visi, misi, sususan kepengurusan, bentuk perencanaan, pelaksanaan, dan hasil kegiatan kepada masyakat atau donatur.
Pengungkapan informasinya pun dilakukan secara terbuka, mudah diakses, diterbitkan secara teratur, dan up to date.
2.6. Penelitian Terdahulu
No Nama Variabel Metode
Penelitian Hasil Penelitian 1. Nikmahtul
Maulidiyah, Darno (2019)
“Pengaruh Transparansi
dan Akuntabilitas
a. Transparansi (X1)
b. Akuntabilitas (X2)
c. Kepercayaan Donatur (Y1)
a. Teknik pengumpulan data:
kuesioner dan dokumentasi.
b. Teknik analisis data:
Analisis
a. Transparansi laporan keuangan tidak berpengaruh terhadap kepercayaan donatur di Yayasan Sosial Keagamaan Cangkir Yadufa.
b. Akuntabilitas laporan
32
Laporan Keuangan
terhadap Kepercayaan
Donatur di Yayasan Sosial
Keagamaan”
Regresi Linear Berganda menggunakan bantuan aplikasi SPSS 16 dengan Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas, Uji
Heteroskedasti sitas, dan Uji Multikolineari tas), Uji Regresi Linear Berganda, Uji F, Uji t, dan Koefisien Determinasi (R2).
keuangan
berpengaruh terhadap kepercayaan donatur di Yayasan Sosial Keagamaan Cangkir Yadufa.
c. Transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan secara simultan berpengaruh terhadap kepercayaan donatur di Yayasan Sosial Keagamaan Cangkir Yadufa.
2. Athifah, Ai Nur Bayinah, Efri Syamsul Bahri
(2018)
“Pengaruh Akuntabilitas
Publik dan Transparansi
a. Akuntabilitas Publik (X1) b. Transparansi
(X2)
c. Kepercayaan (Y1)
Menggunakan IBM SPSS versi 23 dengan Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas, Uji
a. Secara simultan atau bersama-sama, variabel akuntabilitas publik dan
transparansi memiliki pengaruh terhadap kepercayaan. Kedua hal tersebut
Laporan Keuangan
terhadap Kepercayaan Donatur pada Yayasan PPPA
Daarul Qur’an Nusantara”
Heteroskedastisita s, dan Uji
Multikolinearitas) , Uji Regresi Linear Berganda, Uji F, Uji t, dan Koefisien
Determinasi (R2).
berpengaruh terhadap kepercayaan karena pertanggungjawaban semakin baik ketika mampu disampaikan secara terbuka kepada publik.
b. Secara parsial atau terpisah, hanya variabel transparansi yang memiliki pengaruh terhadap kepercayaan donatur.
Sedangkan variabel akuntabilitas publik menunjukkan nilai signifikansi yang tidak berpengaruh terhadap kepercayaan donatur. Tidak
berpengaruhnya variabel akuntabilitas publik diyakini memiliki sebab yaitu faktor ketidaktahuan donatur terkait makna akuntabilitas publik, faktor kepentingan pihak donatur terhadap adanya
34
bentuk akuntabilitas publik serta besarnya figur tokoh dari Yayasan PPPA Daarul Qur’an Nusantara.
3. Yusi Ardini, Asrori (2020)
“Kepercayaan Muzakki pada
Organisasi Pengelola Zakat
(OPZ): Studi Empiris tentang
Pengaruh Mediasi Akuntabilitas
dan Transparansi”
a. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan (X1)
b. Transparansi Pelaporan Keuangan (X2)
c. Literasi Amil (X3)
d. Kepercayaan Muzakki pada OPZ (Y)
a. Analisis statistik deskriptif b. Uji normalitas
dan uji linearitas c. Uji asumsi
klasik yang terdiri dari uji multikolinearit as dan uji heteroskedasti sitas.
a. Akuntabilitas berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kepercayaan muzakki pada
Organisasi Pengelola Zakat.
b. Transparansi
pelaporan keuangan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepercayaan muzakki pada
Organisasi Pengelola Zakat.
c. Literasi Amil berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepercayaan muzakki pada
Organisasi Pengelola Zakat.
d. Literasi Amil berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kepercayaan muzakki pada
Organisasi Pengelola Zakat melalui
akuntabilitas OPZ.
e. Literasi Amil berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepercayaan muzakki pada
Organisasi Pengelola Zakat melalui
transparansi OPZ.
4. Cut Delsie Hasrina, Yusri,
Dwi Rianda Agusti (2018)
“Pengaruh Akuntabilitas
dan Transparansi Lembaga Zakat
terhadap Tingkat Kepercayaan Muzakki dalam
a. Akuntabilitas (X1)
b. Transparansi (X2)
c. Kepercayaan Muzakki (Y1)
a. Uji Validitas b. Uji
Reliabilitas c. Uji Asumsi
Klasik (Uji Normalitas, Uji
Heteroskedasti sitas, dan Uji Multikolineari tas)
d. Uji Regresi
Variabel akuntabilitas dan transparansi lembaga zakat secara bersama- sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepercayaan muzakki.
Variabel akuntabilitas berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kepercayaan muzakki. Variabel transparansi lembaga
36
Membayar Zakat di Baitul Mal
Kota Banda Aceh”
Linear Berganda e. Uji F f. Uji t
zakat tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepercayaan muzakki.
5. Baiq
Nurrizkiana, Lilik Handayani,
Erna Widiastuty (2017)
“Determinan Transparansi
dan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Implikasinya
terhadap Kepercayaan
Public- Stakeholders”
a. Penyajian Laporan Keuangan (PLK) : X1 b. Aksesibilitas
Laporan Keuangan (ALK) : X2 c. Transparansi
Pengelolaan Keuangan daerah
(TPKD) : X3, Y1
d. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah APKD) : X4, Y2
e. Kepercayaan Stakeholders (KS) : Y3
a. Uji Validitas b. Uji
Reliabilitas c. Uji Asumsi
Klasik (Uji Normalitas, Uji
Heteroskedasti sitas, dan Uji Multikolineari tas)
d. Uji Regresi Linear Berganda e. Uji F f. Uji t
a. Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah.
b. Terdapat pengaruh positif dan signifikan aksesibilitas
laporan keuangan daerah terhadap transparansi
pengelolaan keuangan daerah.
c. Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
d. Terdapat
pengaruh positif dan
signifikan transparansi
pengelolaan keuangan daerah terhadap kepercayaan
public-stakeholders.
e. Terdapat pengaruh positif dan signifikan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah terhadap kepercayaan public- stakeholders.
6. Epi Rosmana Widyawati
(2019),
“Analisis Akuntabilitas
Pengelolaan Wakaf pada
Badan Wakaf Al
Qur’an Surakarta
- Metode analisis data: deskriptif kualitatif.
Sumber data: data primer dan data sekunder (laporan keuangan dan atau bukti wakaf lainnya).
Teknik pengumpulan data: wawancara dan observasi.
Akuntabilitas Proses yang dilakukan oleh Badan Wakaf Surakarta sudah terlaksana dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan perencanaan program yang baik, pelaksanaan yang sesuai sasaran serta evaluasi yang dilakukan oleh Badan Wakaf Al Qura’an Surakarta.
Akuntabilitas Financial yang ada di Badan Wakaf Al Qur’an Surakarta dari beberapa