• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Bahan Ajar Konten Materi Ipa Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengembangan Bahan Ajar Konten Materi Ipa Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Homepage ://ejournal.multiliterasi.com/index.php/journal-multiliterasi

Pengembangan Bahan Ajar Konten Materi Ipa Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis

Burhan Kurniansyah, Dede Margo Irianto Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus UPI di Cibiru Correspondence Author: burhankurniansyah@student.upi.edu

A b s t r a k A r t i c l e I n f o

The purpose of this study is to determine the development process, the results and the feasibility of teaching materials in the form of books on the development of teaching materials for science content based on critical thinking skills in ecosystem materials for grade V elementary schools. The method used in this research is Design and Development using ADDIE development model. Research participants consist of material experts, linguists, media experts and users, namely, teachers and students to get the results of the feasibility assessment of the teaching materials that had been made. Data collection techniques using questionnaires, interviews and literature studies as a complement. The data analysis technique used is Miles and Huberman which include data collection, data presentation, data reduction and conclusion drawing. The results showed that the assessment of material experts for the content and presentation aspects get a value with a percentage of 87.2% and 80.46% with the interpretation of "Very Good". The results of the linguist's assessment for the linguistic aspect get a score of 77.08% with an interpretation of

"Very Good". The assessment of the results from media experts for the graphic aspect get a score of 94.40% with the interpretation of "Very Good". The results of the recapitulation of the four aspects scored 84.78 with very good interpretation. Furthermore, the user assessment is that the teacher gets a percentage of 89.75% and students get a percentage of 86.66% with a "very good" interpretation.

Based on the overall results of the user assessment, it gets a percentage of 88.20% with very good interpretation. The recapitulation results for the overall results of expert and user assessments get a percentage of 86.49% with very good interpretation. Based on the results of the assessment, the science teaching material content based on critical thinking skills is very good and feasible to use.

Article History:

Received 4 March 2021 Revised 10 April 2021

Accepted 15 Mei 2021 Available online 30 July 2021

Keywords:

Ecosystem, teaching materials, critical thinking

1. Pendahuluan

Pendidikan ialah proses memanusiakan manusia. Tilaar (2011) menyatakan bahwa pendidikan sebagai suatu proses berarti bahwa menjadi manusia tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan suatu proses kemanusiaan dalam kebersamaan dengan sesama manusia. Melalui

pendidikan manusia dapat hidup sesuai dengan kodrat yang dimiliknya. Manusia adalah makhluk yang memiliki keunggulan diantara mahkluk Tuhan lainya yaitu dengan diberikanya akal. Akal manusia dapat digunakan untuk memikirkan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan manusia itu sendiri.

(2)

Mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karenanya kemampuan adaptasi siswa terhadap kehidupan untuk masa depan dimulai dari proses pendidikan saat ini.

Pendidikan saat ini sudah memasuki zaman abad ke-21. Perkembangan zaman yang diiringi dengan kemajuan teknologi dan keilmuan terus berkembang. Kemajuan zaman yang semakin cepat dilihat dari penggunaan teknologi yang tidak mengenal batas ruang dan waktu, sehingga informasi mudah didapatkan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang memberi manfaat kepada manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus diiringi dengan kemampuan siswa, sehingga siswa dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman dalam hidupnya.

Seiring dengan perkembangan zaman tersebut, pendidikan memiliki peran penting dalam menjawab tantangan masa depan.

Proses pendidikan menjadi jalan bagi peserta didik sebagai manusia masa depan yang menghadapi perkembangan zaman.

Salah satu cara mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa depannya melalui proses pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk kehidupannya (Wattimena, 2020).

Pendidikan berperan dalam mengembangkan sikap, pengetahuan, serta keterampilan peserta didik. Proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi pengembangan sikap, pengetahuan, serta keterampilan merupakan inti dari pendidikan.

IPA memberikan pengalaman langsung bagi siswa untuk mencari tahu dan berbuat sehingga mampu memahami alam secara ilmiah. Sebagai salah satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran penting dalam pendidikan dalam

mengembangkan sikap, pengetahuan, seta keterampilan peserta didik. IPA bukan hanya hafalan tentang fakta,konsep, teori dan hukum namun, lebih jauh bahwa IPA merupakan cara memahami dan memperoleh pengetahuan tentang alam dan fenomena alam. Hal ini sejalan dengan pendapat Gagne (dalam Wisudawati &

Sulistyowati, 2015, hlm. 24) yang menyatakan “Science should be viewed as a way of thinking in the pursuit of understanding nature, as a way of investigating claims about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry”. Berdasarkan pernyataan tersebut kita ketahui bahwa sains tidak hanya sebatas kumpulan pengetahuan namun, lebih jauh merupakan suatu proses berpikir dalam menemukan dan memahami sesuatu yang berkaitan dengan alam dan fenomena yang terjadi yang dapat dibuktikan secara empiris dengan menggunakan metode ilmiah. Abidin, Mulyati, dan Yunansah (2017) menyatakan bahwa pada tataran praktis, sains sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam, yang kajianya meliputi fisika, kimia, dan biologi serta ilmu-ilmu yang serumpun. Selanjutnya sains memiliki fokus pada kajian keilmuan untuk menjelaskan fonomena alam beserta interaksinya.

Apabila dilihat secara global merujuk pada hasil PISA 2018 (Programme for International Students Assessment) Indonesia pada bidang sains berada di peringkat 71 dari 79 negara dengan skor 396 sedangkan rata-rata skor internasional berada di skor 489. Hasil tersebut merupakan uji coba pada siswa berumur 15 tahun atau Sekolah Menengah Pertama.

Namun hasil tersebut menjadi perhatian atas ketertinggalan pendidikan kita terhadap negara lain. Oleh karena itu, keterampilan siswa dalam bidang sains harus dikembangkan salah satunya melihat dari materi IPA yang ada dalam buku siswa sekolah dasar (SD).

Proses pendidikan saat ini harus mampu mengembangkan siswa dalam menggali potensi yang dimilikinya untuk menjalani kehidupan siswa pada zamanya (Irianto, et

(3)

al, 2021). IPA menjadi bagian dalam mengembangkan siswa memiliki keterampilan abad ke-21 yang penuh dengan kemajuan pengetahuan dan ilmu teknologi salah satunya dengan kemampuan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki dalam kehidupan abad ke-21 (Herlambang, et al, 2020; Nuryani, Abidin, & Herlambang, 2019;

Irianto, 2020; Hendriani, et al, 2020)

Keterampilan berpikir dapat membantu siswa dalam memahami dan memaknai fenomena yang terjadi. Keterampilan berpikir kritis dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami informasi, hasil observasi dan memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kejadian yang dialami. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Fisher (dalam Abidin, 2016) yang memandang bahwa berpikir kritis adalah keterampilan aktif dalam menginterpretasi dan mengevaluasi hasil observasi, informasi, dan argumentasi.

Selanjutnya Abidin (2016) menyatakan seorang pemikir kritis hanya mengkritisi hal atau informasi yang bukti kebenaran atau faktanya rendah dan menyampaikan pandangannya hanya mendasar pada pegetahuan dan pengalaman tanpa pengaruh orang lain.

Keterampilan berpikir kritis dalam IPA memiliki peranan penting. IPA berhubungan dengan fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari baik dari siswa dengan lingkungan sekitarnya, siswa dengan lingkungan tempat hidupnya dan siswa dengan lingkungan global.

Keterampilan berpikir kritis membantu siswa dalam memahami proses kehidupan dan membuat siswa memahami arti hidup.

Melalui keterampilan berpikir kritis siswa tidak hanya memahami pengetahuan yang sudah ada, namun diharapkan menemukan pengetahuan baru yang dihasilkan dari proses berpikir dan memikirkan hasil dari pengetahuan baru itu. Pernyataan ini dipertegas Sulistyorini (2007) yang menyatakan bahwa IPA tidak hanya untuk menguasai kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-

prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mengingat pentingnya mengembangkan bahan ajar IPA sebagai implementasi menyukseskan kurikulum 2013, perlu adanya pengembangan bahan ajar IPA siswa.

Hal ini dikarenakan kurikulum 2013 dirancang untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Ketiga ranah tersebut dalam proses pencapaianya dilaksanakan melalui pendekatan pembelajaran integratif terpadu yang terdapat dalam buku tematik siswa. Untuk mendukung ketercapaian kurikulum, maka diperlukan buku tematik berbasis aktivitas yang mendorong peserta didik untuk mencapai standar yang ditentukan. Buku tematik yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kememdikbud bersifat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Hal tersebut terdapat dalam kata pengatar dalam buku. Oleh karenanya penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan bahan ajar konten materi IPA bermuatan keterampilan berpikir kritis.

2. Tinjuan Pustaka

2.1 Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar

IPA merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan segala isinya. Sejalan dengan pendapat Samatowa (2011) yang mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan alam atau sains, yaitu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Berdasarkan pernyataan tersebut kita ketahui bahwa sains tidak hanya sebatas kumpulan pengetahuan namun, lebih jauh merupakan suatu proses berpikir dalam menemukan dan memahami sesuatu yang berkaitan dengan alam dan fenomena yang terjadi yang dapat dibuktikan secara empiris dengan menggunakan metode ilmiah. Gega (dalam Abidin, Mulyati & Yunansah, 2017, hlm.134) mengemukakan bahwa sains berkaitan dengan “how scientist go about finding out-process; and what scientist how find out-product”. IPA sebagai produk dapat

(4)

berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum yang dapat kita proleh dari serangkaian hasil proses kegiatan yang sistematis yang dibuktikan secara ilmiah oleh ilmuwan dengan menggunakan metode ilmiah. Adapun IPA sebagai proses berkaitan dengan bagaimana seorang ilmuan dalam memperoleh produk IPA berupa fakta, konsep, teori, dan hukum melalui serangkaian metode ilmiah.

IPA di sekolah dasar memiliki peran penting mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan peserta didik sebagai tujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap semua kejadian dan gejala alam yang terjadi di alam semesta.

Pengetahuan dalam IPA merupakan ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari hasil observasi atau eksperimen yang dibuktikan secara empiris melalui metode ilmiah.

2.2 Hakikat Bahan Ajar

Pengertian bahan ajar menurut Depdiknas (2008) adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar, bahan bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Adapun Majid (2017) menyatakan bahwa bahan ajar ialah semua bentuk bahan yang digunakan guru atau instruktur untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang memuat informasi, alat dan teks untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino (2002, hlm. 92) menyatakan bahwa “Printend materials include textbooks, fiction and nonfiction books, booklet, pamphlets, study guides, manuals, and worksheet, as well as word processed documents prepared by students and teachers”.

Fungsi bahan ajar bagi guru maupun siswa memiliki kesamaan yaitu sebagai pedoman untuk mengarahkan aktivitas dalam kegiatan proses pembelajaran.

Namun, bahan ajar bagi guru merupakan muatan substansi kompetensi yang akan diajarkan pada siswa sedangkan, bagi siswa

bahan ajar merupakan muatan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari ataupun dikuasainya. Bahan ajar juga digunakan sebagai alat evaluasi pencapaian dan penguasaan dari hasil pembelajaran.

(Depdiknas, 2008).

2.3 Keterampilan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara kompleks dengan kemampuan mendayagunakan kognitif tingkat tinggi dalam memahami, mengevaluasi, suatu informasi yang tidak begitu saja menerimanya. (Choy dan Cheah, 2009; Ennis dalam Tilaar 2011; Herlambang, 2018). Seseorang yang mempunyai keterampilan bepikir kritis tidak hanya menerima suatu informasi begitu saja, namun selalu dipertanyakan akan kebenaran informasi tersebut yang dengan dilandasi dengan pengetahuan dan pengalamannya.

Pengembangan kompetensi harus termuat dalam bahan ajar yang akan digunakan pada proses pembelajaran untuk siswa. Oleh karena itu, buku sebagai bahan ajar harus memenuhi kriteria dan kompetensi yang akan dicapai dalam proses pembelajarannya. Paul dan Elder (2007 hlm.

9) menyatakan “To successfully teach critical thinking, it must be woven into curriculum content, structure, and sequence at all grade levels”. Facione (2011) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan pengaturan diri dalam memutuskan sesuatu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, maupun pemaparan dengan menggunakan suatu bukti, konsep, metodologi, kriteria, atau pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar dibuatnya keputusan. Berpikir kritis sebagai keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik sangat dibutuhkan sebagai landasan untuk memunculkan rasa ingin tahu dalam mengolah informasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik.

Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA diperlukan sebagai proses memahami ilmu pengetahuan dan

(5)

menghasilkan pengetahuan dari hasil proses berpikir dengan menggunakan metode dan cara kerja ilmiah. IPA mengajarkan proses berpikir kejadian yang ada di alam semesta berserta isinya.

Berdasarkan pemaparan diatas bahwa sains erat kaitanya dengan proses dalam memahami tentang dunia sekitar yang ditunjang dengan metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan tentunya melibatkan kemampuan serta keterampilan yang digunakan dalam mebuktikannya secara ilmiah melalui metode ilmiah. Keterampilan yang harus dimiliki sebagai peneliti atau ilmuwan tidak lepas dari keberhasilan porses pembelajaran yang telah diperoleh selama proses pendidikannya.

2.4 Bahan Ajar Materi IPA Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis

Kehidupan yang semakin berkembang harus diiringi dengan kemampuan sumber daya manusianya yang memiliki kompetensi dalam bidangnya.

Lembaga pendidikan dituntut untuk menghasilkan lulusan yang kreatif, inovatif, serta adaptif menjadi tantangan yang harus dihadapi dari perkembangan zaman yang sudah berada pada abad-21 ini memiliki tujuan dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik melalui pendidikan. Pendidikan sebagai landasan pengembangan kompetensi berdasarkan kemampuan peserta didik diperlukan saat ini.

Adapun kompetensi berkehidupan yang diperlukan abad ke-21 menurut Morrocco dkk., (2008) yaitu, kompetensi pemahaman yang tinggi, kompetensi berpikir kritis, kompetensi berpikir kreatif, kompetensi berkolaborasi dan berkomunikasi. Oleh karena itu, keterampilan berpikir sebagai salah satu pencapaian keberhasilan pendidikan sebagai upaya mengembangkan peserta didik yang memiliki kompetensi dan ketercapaian tujuan pendidikan harus diupayakan.

Kurikulum 2013 sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia

memiliki peran penting untuk menjawab tantangan dan mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan masyarakat Indonesia kedepan. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek dalam mencapai tujuan pendidikan yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan bagi peserta didik.

Keterampilan berpikir menjadi salah satu capaian kompetensi kurikulum 2013 yaitu kompetensi berpikir kritis.

Facione (2011) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan pengaturan diri dalam memutuskan sesuatu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, maupun pemaparan dengan menggunakan suatu bukti, konsep, metodologi, kriteria, atau pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar dibuatnya keputusan. Berpikir kritis sebagai keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik sangat dibutuhkan sebagai landasan untuk memunculkan rasa ingin tahu dalam mengolah informasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik.

Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA diperlukan sebagai proses memahami ilmu pengetahuan dan menghasilkan pengetahuan dari hasil proses berpikir dengan menggunakan metode dan cara kerja ilmiah. IPA mengajarkan proses berpikir kejadian yang ada di alam semesta berserta isinya.

Berdasarkan pemaparan diatas bahwa sains erat kaitanya dengan proses dalam memahami tentang dunia sekitar yang ditunjang dengan metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan tentunya melibatkan kemampuan serta keterampilan yang digunakan dalam mebuktikannya secara ilmiah melalui metode ilmiah. Keterampilan yang harus dimiliki sebagai peneliti atau ilmuwan tidak lepas dari keberhasilan porses pembelajaran yang telah diperoleh selama proses pendidikannya.

Pendidikan sains memiliki peran dalam mengembangkan serta menghasilkan potensi peserta didik. Hal ini sejalan dengan Abidin, Mulyati, dan Yunansah (2017, hlm.

140) yang menyatakan bahwa “pendidikan

(6)

sains sebagai bagian dari pendidikan secara umum bertanggung jawab dan berperan penting dalam menghasilkan dan membentuk peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, inovatif, dan berdaya saing global”. Untuk mengembangkan potensi peserta didik tersebut, pengembangan bahan ajar IPA sebagai implementasi menyukseskan kurikulum 2013 diperlukkan bagi kebutuhan siswa dengan memperhatikan perkembangan siswa sebagi pembelajar.

Bahan bacaan, gambar, dan soal tepat untuk menilai keterampilan berpikir kritis menurut Nitko and Brookhart (Stobaugh dalam Abidin, 2013).

Bahan ajar dapat disusun oleh guru untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk pelaksanaan pembelajaran yang diturunkan dari kurikulum. Bahan ajar digunakan sebagai pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi untuk mengembangan kemampuan peserta didik. Buku tematik sebagai salah satu bahan ajar siswa memiliki peranan penting sebagai buku pegangan proses pembelajaran bagi siswa.

Pengembangan kompetensi harus termuat dalam bahan ajar yang akan digunakan pada proses pembelajaran untuk siswa.

Oleh karena itu, buku sebagai bahan ajar harus memenuhi kriteria dan kompetensi yang akan dicapai dalam proses pembelajarannya. Paul dan Elder (2007 hlm.

9) menyatakan “To successfully teach critical thinking, it must be woven into curriculum content, structure, and sequence at all grade levels”.

Mengembangkan keterampilan berpikir kritis tentunya menurut Nikho dan Brohart (Stobaugh dalam abidin, 2016) dapat menggunakan bahan bacaan, gambar dan soal dengan menggunakan indikator berpikir kritis. Penggunaan ini bertujuan untuk melatih berpikir kritis siswa. Gambar merupakan bahan visual agar siswa dapat memahami konten dengan mudah yang dapat memahamkan siswa terhadap suatu fenomena. Terdapat beberapa gambar yang meyediakan informasi secara visual sesuai dengan isi teks dalam satu halaman.

Terdapat berbagai macam Bahan bacaan berupa kumpulan kalimat yang terbentuk dalam suatu teks untuk menyajikan gagasan, ide terhadap fenomena yang terjadi dapat berupa fakta dan konsep untuk memahamkan siswa terhadap keadaann atau fenomena yang terjadi.

Bahan bacaan untuk anak kelas 5 memuat lebih banyak kata-kata yang sulit juga kata-kata asing dalam setiap halaman yang disajikan tanpa pengulangan.

penggunaan kata dalam bahan bacaan terdapat 10 sampai 12 kata per baris.

Kalimat lebih dari 20 kata yang mengandung sisipan, dialog, frase, klausa, kata kerja, kata sifat yang dipisahkan dengan koma. Kalimat lebih panjang dengan memuat sedikit pola peningkatan jumlah kalimat. Bahan bacaan teks lebih panjang dengan menggunakan kalimat yang lebih panjang. Halaman dipenuhi tulisan dengan bentuk huruf sudah standar. Bahan bacaan juga berupa teks informatif narasi dan deskripsi yang menyajikan beberapa tema serta mewakili subtopik dengan tema besar, dengan variasi struktur yang dikombinasikan secara kompleks. Selanjutnya soal merupakan alat penilaian untuk siswa dalam melatih kemapuan siswa baik dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotor. Penggunaan soal dalam bahan ajar yang dikembangkan menggunakan indikator keterampilan berpikr kritis menurut facione yang terdiri dari 5 aspek dengan menggunakan beberapa indikator.

Penggunaan indikator dalam soal bertujuan untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis untuk siswa. Ketiganya bahan bacaan, gambar dan soal terpadu dalam bahan ajar untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis. Salah satu ciri soal berpikir kritis ialah bukan soal untuk menguji pemahaman siswa namun lebih pada melatih siswa dalam berproses terhadap 5 aspek menurut Facione 2020 yaitu, interpretasi, analisis, kesimpulan, evaluasi, penjelasana, dan regulasi diri.

Oleh karena itu, IPA memiliki peran penting dalam mengembangkan potensi kompetensi peserta didik sebagai individu.

Sebagai proses, pendidikan bertanggung

(7)

jawab untuk mengembangkan potensi kompetensi peserta didik. Pengetahuan IPA sebagai landasan dalam berpikir tentang keadaan alam dan gejala alam memiliki manfaat bagi peserta didik dalam mengembangkan dan memenuhi kehidupan dengan tetap menjaga kelestarian alam.

3. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Design and development (D&D) dengan langkah-langkah pengembangan model ADDIE yaitu dengan lima tahapan (analyze, design, development, implementation, evaluation). Partisipan pada penelitian ini ialah ahli materi, ahli bahasa dan ahli media yang merupakan dosesn ahli dibidangnya masing-masing yang berada di Kampus UPI di Cibiru. Selain itu, juga terdapat siswa dan guru sebagai pengguna bahan ajar. Guru dan siswa berasal dari SDN Pamoyanan, yang terdiri dari satu orang guru dan lima orang siswa terdiri dari empat orang perempuan dan satu orang laki-laki pada tingkatan kelas V yang telah ditentukan langsung oleh peneliti untuk uji coba penggunaan bahan ajar.

Penilaian oleh ahli materi dilakukan untuk menilai kelayakan isi pada bahan ajar yang terlah dibuat. Penilaian ahli bahasa dilakukan untuk menilai kelayakan kebahasaan pada bahan ajar yang telah dibuat. Penilaian ahli media dilakukan untuk menilai kelayakan kegrafikan pada bahan ajar yang telah dibuat. Penilaian bahan ajar bagi guru dan siswa sebagai pengguna dari bahan ajar yang telah dibuat. Uji coba dilakukan secara terbatas karena dalam keadaan Covid-19. Uji coba dilaksanakan dengan tetap mematuhi protokol.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket, wawancara, dan studi literatur. Analisi data dengan menggunakan Miles dan Huberman dalam penelitian kualitatif yang meliputi tiga tahap yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Bagian ini menyajikan hasil penelitian dan Berdasarkan hasil penilaian oleh ahli

dan pengguna maka penilaian keseluruhan terhadap pengembangan bahan ajar penilian oleh ahli materi pada aspek kelayakan isi dengan presentase 87,2%, dapat disimpulkan bahwa kelayakan isi memiliki kelayakan “sangat baik”.

Sedangkan untuk hasil rekapitulasi kelayakan penyajian terhadap bahan ajar, dapat disimpulkan bahwa kelayakan penyajian dengan presentase 80.46%

memiliki kelayakan “sangat baik”. Penilaian oleh ahli bahasa terhadap kelayakan kebahasaan dengan persentase 77,08%, dapat disimpulkan bahwa kelayakan kebahasaan memiliki kelayakan “sangat baik”. Penilaian oleh ahli media terhadap kelayakan kegrafikan dengan persentase 94.40%, dapat disimpulkan bahwa kelayakan kegrafikan memiliki kelayakan “sangat baik”.

Hasil rekapitulasi untuk keseluruhan hasil penilaian ahli materi, bahasa, dan media untuk keseluruhan aspek kelayakan isi/materi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan mendapatkan persentase 84,78%

dengan hasil “sangat baik”.

Berdasarkan hasil penilaian, maka bahan ajar konten materi IPA berbasis keterampilan berpikir kritis sangat baik dan layak untuk digunakan. Sedangkan untuk keseluruhan penilaian yang telah dilakukan oleh pengguna yaitu guru terhadap bahan ajar pada keempat aspek kelayak isi/materi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan mendapatkan peresentase 89,75% dengan hasil “sangat baik”. Sedangkan penilaian siswa terhadap bahan ajar pada keempat aspek kelayak isi/materi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan mendapatkan persentase 86,66% dengan hasil “sangat baik”. Berdasarkan hasil keseluruhan penilaian dari pengguna terhadap bahan ajar materi IPA berbasis keterampilan berpikir kritis mendapatkan persentase 88,20% dengan interpretasi sangat baik.

Hasil rekapitulasi untuk keseluruhan hasil penilaian ahli dan pengguna untuk keseluruhan hasil penilaian ahli materi, bahasa, dan media untuk keseluruhan aspek kelayakan isi/materi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan mendapatkan persentase 86,49% dengan interpretasi sangat baik.

(8)

Berdasarkan hasil penilaian, maka bahan ajar konten materi IPA berbasis keterampilan berpikir kritis sangat baik dan layak untuk digunakan.

4.1 Pembahasan Desain Produk Bahan Ajar Konten Materi IPA Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis.

Proses pengembangan yang dilakukan yaitu dengan pada bahan ajar bernbentuk buku dengan memperhatikan kebutuhan serta karakteristik anak kelas V. Menurut Piaget peserta didik kelas V SD berada pada tahap operasional konkret yaitu dalam rentang 10-11 Tahun. Pada tahap ini anak telah mampu berpikir logis, fleksibel dalam mengorganisasi pada aplikasi benda konkret. Oleh karenanya bahan ajar yang berbentuk buku yang memuat materi dengan sajian bahan bacaan serta gambar untuk mendukung pemahaman siswa.

Selanjutnya, desain proses pembuatan bahan ajar buku yang telah dibuat ini berdasarkan pada kelayakan bahan ajar menurut BSNP (2008) dengan empat aspek kelayakan yaitu, kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kebahasaan, dan kelayakan kegrafikan. Penilaian tersebut perlu dilakukan oleh ahli dengan bidangnya masing-masing untuk menilai kelayakan setiap aspeknya untuk kelayakan bahan ajar yang telah dibuat. Proses pembuatan desain buku dilakukan dengan menggunakan Microsoft Word. Jenis huruf yang digunakan dalam bahan ajar adalah Comic Sans dengan ukuran 12 dan 14 pt dan Times new roman 12 pt.

Pemilihan jenis huruf disesuaikan dengan kebutuhan siswa supaya mudah dibaca. Ukuran penggunaan huruf sudah terbaca jelas oleh siswa. Ukuran buku yang dibuat berukuran kuarto A4 dengan panjang 297 mm dan lebar 210 mm berisikan 30 halaman berwarna bolak-balik. Pemilihan warna yang cerah dibuat bervariasi untuk menarik siswa dalam belajar. Adapun penyusunan materi mengacu pada beberpa sumber yang relevan dengan materi yang dibutuhkan untuk pengembangan bahan ajar. Pengembangan materi IPA berbasis keterampilan berpikir kritis dalam buku teks

disajikan dengan bahan bacaan, gambar, dan soal. Hal tersebut sesuai dengan Nitko and Brookhart (Stobaugh dalam Abidin, 2013) menyatakan bahan bacaan, gambar, dan soal tepat untuk menilai keterampilan berpikir kritis. Penyajian materi juga dikaitkan dengan keadaan sekitar siswa supaya siswa dapat menghubungkan, menginterpretasikan, menerapkan dan mengintegrasikan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.

4.2 Pengembangan Produk Bahan Ajar Konten Materi IPA Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis.

Keterampilan berpikir kritis berperan penting bagi siswa untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan yang kompleks.

Keterampilan berpikir kritis tentunya harus dilatihkan pada siswa tingkat sekolah dasar dengan memperhatikan tingkat perkembangan siswa. Untuk pemilihan materi dalam bahan ajar memilih tentang ekosistem dikarenakan semakin terekploitasinya ekosistem sebagai tempat kehidupan bagi makhluk hidup yang telah mengalami penurunan. Hal tersebut dapat berdampak buruk tidak hanya bagi hewan melainkan juga bagi kehidupan manusia yang bergantung pada alam dan ketersedian kebutuhan untuk hidup yang berasal dari alam serta berbagai macam permasalahan yang telah terjadi demi keberlangsungan kehidupan tidak hanya bagi hewan dan tumbuhan tetapi juga bagi umat manusia yang bergantung pada alam.

Sehingga keterampilan berpikir kritis merupakan upaya serta solusi yang perlu dilatihkan pada siswa dengan dukungan bahan ajar yang dikhusukan untuk melatih berpikir kritis. Maka harapanya sebagai pemikir kritis siswa mampu menganalisis, mengevaluasi informasi, bertanya, merefleksi informasi yang diperoleh, menyusun pertanyaan dan masalah dengan jelas, mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, berpikiran terbuka, serta dapat mengomunikasikannya dengan efektif (Duron, dkk., 2006).

(9)

Langkah-langkah pengembangan dilakukan dengan menggunakan model ADDIE yang terdiri dari 5 tahap, yaitu tahap analisis (analyze), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (development), tahap implemantasi (implementation), dan tahap evaluasi (evaluation). Produk penelitian yang dikembangkan berupa bahan ajar cetak berbentuk buku dengan berbasis keterampilan berpikir kritis. Penyajian materi bahan ajar dikaitkan dengan keadaan sekitar siswa sehingga pengetahuan yang didapatkan dari proses pembelajaran dapat diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melatih berpikir kritis untuk siswa harus terlebih dahulu memahami materi. Pemahaman materi diperlukan bagi siswa untuk menghubungkan, mengintegrasikan, serta mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapatkan dalam proses pembelajaran dengan keadaan kontekstual secara nyata.

Pengembangan bahan ajar dengan menyusun materi yang memuat bahan bacaan, gambar, serta soal yang disajikan untuk melatih keterampilan berpikir kritis.

Bahan bacaan digunakan untuk menyajikan materi IPA yaitu, 1) Ekosistem, 2) Penggolongan hewan berdasarkan jenis makananya, 3) Daur hidup hewan, 4) Rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan, 5) Interaksi makhluk hidup, 6) jenis-jenis ekosistem, dan 7) permasalahan ekosistem. Bertujuan untuk memberikan pemahaman serta permasalahan yang terjadi dalam kehidupan disekitar. Selanjutnya, gambar disajikan sebagai bentuk visualisasi agar siswa dapat menangkap maksud berdasarkan materi yang telah diuraikan dalam bahan bacaan.

Selanjutnya, soal disajikan dengan menggunakan indikator keterampilan berpikir kritis seperti, menginterpretasikan, menjelaskan, mengevaluasi, menyimpulkan, dan regulasi diri untuk melatih berpikir kritis siswa setelah memahami materi yang telah disajikan dalam bahan bacaan maupun gambar. Dikarenakan bahan bacaan, gambar, soal tepat untuk menilai

keterampilan berpikir kritis Nitko and Brookhart (Stobaugh dalam Abidin, 2016).

Bahan bacaan dimuat untuk siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Gambar dimuat sebagai tampilan visualisasi untuk siswa agar dapat lebih memahami tentang materi yang dipelajari. Soal dimuat dengan menggunakan indikator keterampilan berpikir kritis bertujuan untuk melatih keterampilan berpikir kritis. Soal berpikir kritis bukan soal yang menilai pemahaman siswa, melainkan soal yang melatih siswa menginterpretasi,menganalisis,menyimpulk an, mengevaluasi, menjelasakan, dan regulasi diri. Kelima keterampilan berpikir kritis tersebut merupakan keterampilan melatih berpikir kritis dari Facione (2020).

Setiap materi yang diuraikan dalam buku diuraikan dengan memuat bahan bacaan, gambar, dan soal dengan indikator keterampilan berpikir kritis untuk melatih berpikir kritis siswa secara berkelanjutan.

Bahan ajar berbentuk buku dengan judul konten materi IPA berbasis keterampilan bepikir kritis yang telah selesai dikembangkan oleh peneliti. Penelitian pengembangan produk memiliki beberapa tahapan yang dilakukan seperti analisis, desain produk, pengembangan produk, uji validasi, uji coba kelompok kecil, dan evaluasi. Adapun tujuan dari pengembangan bahan ajar ini yakni untuk menghasilkan bahan ajar buku konten materi IPA untuk melatih keterampilan berpikir kritis yang layak dan dapat digunakan oleh siswa. Terdapat beberapa perbaikan oleh ahli materi, ahli bahasa, dan ahli media untuk memperoleh bahan ajar buku untuk pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.

5. Kesimpulan

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan oleh ahli dan pengguna terkait bahan ajar konten materi IPA berbasis keterampilan bepikir kritis dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dirancang tersebut sudah baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran, hal ini dapat terlihat dari penilaian serta

(10)

tanggapan yang telah diberikan oleh ahli maupun pengguna.

6. Daftar Pustaka Buku

Abidin, Y. (2018). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.

Abidin, Y. dkk. (2015). Pembelajaran literasi.Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika,Sains, Membaca, dan Menulis Jakarta : Bumi Aksara.

Abidin, Y. (2015). Revitalisasi penilaian pembelajaran dalam konteks pendidikan multiliterasi abad ke-21. Bandung: PT Refika Aditama.

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Direktora Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Facione, P. A. (2011). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Millbrae: Measured Reasons and The California Academic Press.

Facione, P. A. (2020) .Critical Thinking: Why It Is and Why It Counts.

Herlambang, Y. (2018). Pedagogik Telaah Kritis Ilmu Pendidikan Dalam Multiperspektif. Jakarta:

Bumi Aksara

Majid, A. (2017). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Makmun, A. S.(2012). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Morroco, et.al. (2008). Supported Literacy for Adolescements : Transforming Teaching and Content Learning for the 21Century. Education Development Center All Right Resrved:

Publishedby Jossy-Bass

Rusdi, M. (2018). Penelitian Desain Dan Pengembangan Kependidikan. Depok: Rajawali Pers Sugiyono.(2019). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tilaar, H.A.R. (2011). Pedagogik Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.

Tilaar, H.A.R.(2012). Perubahan Sosial dan Pendidikan : Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Wattimena, R, A, A (2020). Mendidik manusia: revolusi pendidikan indonesia abad ke-21. Jakarta:

Gramedia.

Wisudowati. & Sulistyowati (2015). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Heinich, R., Molenda, M.,. Russell, J.D., Smaldino, S.E. (2002). Instructional Media and Technologies for Learning (7th Edition). United States of America: by Pearson education, Inc., Upper Saddle river, New Jersey 07458

Paul, R., & Elder, L. (2007). Critical Thinking Competency Standards. The Foundation For Critical Thingking. Online : www.criticalthinking.org.

Artikel dalam Jurnal

Choy, S. C., & Cheah P. K. (2009). Teacher Perceptions Of Critical Thinking Among Students and its Influence on Higher Education. Journal : International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 20(2), 198-206. doi : http://www.isetl.org/ijtlhe/pdf/IJTLHE336.pdf.C Duron, R., Limbach, B., & Waugh., W. (2006). Critical Thinking Framework for Any Discipline.

International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 17(2), 160—166. doi:

http://www.isetl.org/ijtlhe/pdf/IJTLHE55.pdf.

Hendriani, A. Herlambang, Y, T, & Rohayati, E (2020). Effectiveness of project-based learning models in improving the metacognition ability of elementary school students. PalArch's Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology. 17 (8), 665-679

(11)

Hendriani, A. Herlambang, Y, T, Rohayati, E & Setiawan, D (2020). Critical Multiliteration: An Alternative Learning Model for Developing Metacognition Skills in Elementary School Students. Journal of Physics: Conference Series 1764 (1)

Herlambang, Y, T, Abidin, Y. Hernawan, A H, & Setiawan, D (2020). The Impact Of Science Learning Multiliteration Model Based On Futuristic Pedagogic Approach To Metacognition Ability Of Basic School Students. International Conference on Elementary Education. Vol 2 (1).

1620-1627.

Ibda, F.(2015). Perkembangan Kognitif : Jean Piaget. Jurnal Intelektualita. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry

Irianto, D, M. Yunansah, H. Mulyati, T, Herlambang, Y, T. Setiawan, D. (2020). Multiliteracy:

Alternative Learning Models To Improve Ecological Literacy Of Primary School Students.

PalArch's Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology. 17 (9), 614-632.

Irianto, D, M. Yunansah, H. Mulyati, T, Herlambang, Y, T. Setiawan, D. (2021). The Effectiveness of Multiliteration Learning Models in Increasing Ecological Literacy of Primary School Students. Journal of Physics: Conference Series 1764 (1),

Nuryani, P. Abidin, Y, & Herlambang, Y, T. (2019). Model Pedagogik Multiliterasi Dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Abad Ke-21. EduHumaniora| Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru. Vol 11 (2). 117-126.

Dokumen Resmi

UNESCO. (2014). Global Citizenship Education: Preparing Learners for the challenges of the 21st century. Paris: UNESCO.

PISA. (2018). Assessment and Analytical Framework - OECD.org

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sitem Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan penelitian ini dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), perancangan (design), dan pengembangan (develop). Pada tahap

Kajian ini akan menghuraikan strategi, konsep permainan dan ciri-ciri yang terdapat dalam aplikasi ini yang mampu membantu para pelajar menguasai bahasa arab, bahasa

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tentang pengaruh tidak langsung budaya organisasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan melalui

Apakah variabel Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (ITO), Working Capital Turnover (WCT), dan Total Asset

3.1 Menganalisis fenomena sifat koligatif larutan (penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis)2. Peserta didik

dari 4 tahap yaitu (Define) tahap pendefinisian, (Design) tahap perancangan, (Develop) tahap pengembangan, (Dissemination) tahap penyebaran dengan hasil yang

Model yang digunakan dalam pengembangan ini adalah model ADDIE (Branch, 2010) yang terdiri dari 5 tahapan yaitu: (1) Analyze (analisis), tahap ini dilakukan untuk

Tahap-tahap tersebut yaitu pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (dessiminate). Namun pengembangan ini