PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIA SMA YPK MEDAN
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
RAHMI RAMADHANI
NIM : 8136172068
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIA SMA YPK MEDAN
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
RAHMI RAMADHANI
NIM : 8136172068
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
RAHMI RAMADHANI. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi pada Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas XI MIA SMA YPK Medan. Tesis. Medan : Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Negeri Medan, 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran matematika yang berorientasi pada problem based learning yang efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MIA SMA YPK Medan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menggunakan rancangan model pengembangan perangkat 4D menurut Thiagarajan yang telah dimodifikasi. Pada uji coba keterbacaan diperoleh validasi dan reliabilitas perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan sebesar 0,8904, hasil reliabilitas instrumen pengamatan sebesar 84,21% serta validasi dan reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar valid dan reliabel tinggi (0,656). Uji coba lapangan dilaksanakan di kelas XI MIA-1 SMA YPK Medan Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 38 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran tergolong ke dalam kriteria baik karena telah teruji validitasnya. Hasil pelaksanaan perangkat pembelajaran pada tahap implementasi termasuk kriteria praktis. Efektivitas pengembangan perangkat pembelajaran ini diperoleh dari data TKPMM siswa yang tuntas belajar yakni 86,84% secara klasikal dan respon positif siswa berada diatas 80%. Hasil uji coba lapangan pertama dan kedua yang diperoleh menunjukkan hasil bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebesar 0,27 (6,75%). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang signifikan dengan menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada problem based learning yang efektif.
ii
ABSTRACT
RAHMI RAMADHANI. The Development of Mathematics Learning Tool
Oriented on Problem Based Learning to Enhance The Ability of Mathematics Problem Solving Grade XI MIA SMA YPK Medan. Thesis. Medan: Mathematics Education Study Program Postgraduate School of University of Medan, 2015.
The purpose of this research was to develop a learning oriented mathematics problem based learning is effective in efforts to enhance the ability of mathematics problem solving grade XI MIA SMA YPK Medan. This research is a research development that uses the devices of development model 4D design according to the modified by Thiagarajan. On the readability of tests obtained validation and reliability of learning that has been developed by 0,8904, the result of the observation instrument reliability of 84,21% as well as validation and reliability tests of mathematics problem-solving ability of valid and high reliability (0,656). Field trials conducted in class XI MIA-1 SMA YPK Medan school year 2014/2015 with a total of 38 students. The results showed that the device learning belongs to the criteria because it has stood the test of validity. Implementation of the results of the study at this stage of implementation including practical criteria. The effectiveness of the development of this learning device retrieved from the data in test students who thoroughly learned i.e. 86,84% classical and positive response by students was above 80%. Field trial results of first trial and second trial shows the results obtained that there is an increase in mathematics problem solving abilities students of 0.27 (6.75 percent). Based on these results, it can be inferred that there is an increase in the ability of mathematics problem solving of students with significant learning-oriented devices using problem based learning is effective.
Keywords: Development, Learning Devices, Problem Based Learning and
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul : “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi pada Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas XI MIA SMA YPK Medan” dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun dalam
rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus pembimbing I yang telah banyak
membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis
ini.
2. Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku pembimbing II di tengah-tengah
kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis
terhadap berbagai permasalahan dan selalu mampu memberikan motivasi bagi
penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Bapak Prof. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
iv
4. Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si. selaku staf Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan semangat
dan membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Prof. Pargaulan Siagian, M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, Ph.d dan Bapak
Prof. Hasratuddin, M.Pd selaku narasumber yang telah memberikan saran dan
kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.
6. Bapak Prof. Dr.Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED.
7. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program Pascasarjana
UNIMED.
8. Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si., Ibu Nurhasanah Siregar, M.Pd., Ibu Ummi Aulia,
S.Pd., Ibu Nazmah, S. Pd., dan Ibu Dewani Ulinda Purba, S.Pd selaku validator
yang banyak memberikan masukan dan bimbingan.
9. Bapak Ricardo A. Sirait, M.Si selaku Kepala SMA YPK Medan beserta seluruh
dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
10. Ayahanda tercinta H. Umar Khatib, M.Pd dan Ibunda tersayang Hj. Lela
Hayati, M.Pd serta kakak Rahmawida Putri, M.Pd, Fithri Khairina, Ainil
Mardhiyah, Fauzan Ramadhan, kedua keponakan serta Abang Tandana Sakono
Bintang, S.Hut yang senantiasa memberikan motivasi, do’a dan materil kepada
v
11. Sahabat seperjuangan angkatan XXII Prodi Matematika (terkhusus kelas B-1
eksekutif) yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya
kepada penulis.
Semoga Allah SWT membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta
Saudara/I, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesisi ini dapat
bermanfaat bagi guru matematika dan perkembangan dunia pendidikan khususnya
matematika. Namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, Januari 2015
Penulis
vi
2.1.2. Hakikat Pembelajaran Matematika ... 23
2.1.3. Perangkat Pembelajaran ... 25
2.1.4. Efektivitas Pembelajaran Matematika ... 41
2.1.5. Ketuntasan Belajar Siswa ... 42
2.1.6. Model Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) ... 43
2.1.7. Konsep Dasar Model Problem Based Learning ... 51
2.1.8. Penerapan Model Problem Based Learning ... 53
2.1.9. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning 56 2.1.10. Teori Belajar Pendukung ... 57
2.1.11. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 60
vii
Siswa dengan Menggunakan Model Problem Based Learning 67 2.2.2. Efektivitas Perangkat Pembelajaran dengan Menggunakan
Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan
3.4 Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 80
3.5 Validasi/Penilaian Para Ahli (Content Validity) ... 86
3.6 Uji Keterbacaan ... 88
3.7 Uji Coba Lapangan ... 88
3.7.1. Subjek Uji Coba Terbatas ... 89
3.7.2. Rancangan Uji Coba Terbatas ... 89
3.7.3. Tujuan Uji Coba ... 90
3.8 Pengembangan Instrumen Penelitian ... 91
3.8.1. Tes Kemampuan Belajar (TKB) ... 92
3.10.2. Lembar Penilaian Ahli dan Praktisi Tentang Kepraktisan 100 3.10.3. Data Kemampuan Pemecahan Masalah ... 101
3.10.4. Data Aktivitas Siswa ... 101
3.10.5. Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran 101
3.10.6. Data Respon Siswa ... 101
3.11. Teknik Analisis Data ... 102
3.11.1. Analisis Data Penelitian ... 102
3.11.2. Analisis Data untuk Menjawab Pertanyaan Penelitian .... pada Rumusan Masalah ... 112
viii
4.1.1. Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define) ... 119
a. Analisis Awal Akhir ... 119
b. Analisis Siswa ... 121
c. Analisis Konsep/Materi ... 122
d. Analisis Tugas ... 123
e. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran ... 125
4.1.2. Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ... 126
a. Hasil Penyusunan Tes ... 126
b. Hasil Pemilihan Media ... 126
c. Hasil Pemilihan Format ... 127
d. Hasil Perancangan Awal ... 127
4.1.3. Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop) ... 131
a. Hasil Validasi Ahli ... 131
b. Hasil Uji Keterbacaan ... 136
4.1.4. Deskripsi Tahap Penyebaran (Disseminate) ... 137
a. Uji Coba Lapangan ... 137
b. Sosialisasi Perangkat Pembelajaran ... 138
4.2. Deskripsi Data Hasil Uji Coba Lapangan Pertama ... 139
4.2.1. Deskripsi Data Hasil Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 139
4.2.2. Deskripsi Data Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 142
4.2.3. Deskripsi Data Hasil Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran 144 4.2.4. Deskripsi Data Hasil Respon Siswa terhadap Pembelajaran ... 146
4.3. Revisi Berdasarkan Hasil Analisis Uji Coba Lapangan Pertama .. 148
4.3.1. Data Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah .... 148
4.3.2. Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 150
4.3.3. Data Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran ... 150
4.3.4. Data Respon Siswa terhadap Pembelajaran ... 151
4.4.Deskripsi Data Hasil Uji Coba Lapangan Kedua ... 154
4.4.1. Deskripsi Data Hasil Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 154
ix
Pembelajaran ... 161
4.5.Pembahasan Penelitian ... 164
4.5.1. Data Hasil Ketuntasan dan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 166
4.5.2. Data Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 170 4.5.3. Data Hasil Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran 171 4.5.4. Data Hasil Respon Siswa terhadap Pembelajaran ... 172
4.6.Keterbatasan Penelitian ... 175
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 178
5.2. Saran ... 179
DAFTAR PUSTAKA ... 181
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Indikator-Indikator yang Akan Diamati pada Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran ... 40
Tabel 2.2. Nilai Ketuntasan pada Ranah Pengetahuan dan Keterampilan ... 43
Tabel 2.3. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 54
Tabel 2.4. Peran Guru, Peserta Didik dan Masalah ... 56
Tabel 2.5. Pemberian Skor pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 66
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 93
Tabel 3.2. Tabel Penyekoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 94
Tabel 3.3. Format Perhitungan Validasi ... 105
Tabel 3.4. Persentase Waktu Ideal dan Batas Toleransi Aktivitas Siswa ... 113
Tabel 3.5. Kriteria Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 115
Tabel 3.6. Tabel Weiner tentang Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 118
Tabel 4.1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 127
Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Uji Coba Lapangan Pertama ... 139
xi
Tabel 4.4. Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Pada Uji Coba Lapangan Pertama ... 141
Tabel 4.5. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran pada Uji Coba
Lapangan Pertama ... 142
Tabel 4.6. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran (Uji Coba Pertama) ... 144
Tabel 4.7. Hasil Analisis Respon Siswa terhadap Pembelajaran pada Uji
Coba Lapangan Pertama ... 146
Tabel 4.8. Rata-Rata Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 149 Tabel 4.9. Hasil Revisi Uji Coba Pertama yang Dianalisis dari Setiap Aspek 152
Tabel 4.10. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa pada Uji Coba Lapangan Kedua ... 155
Tabel 4.11. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Pada Hasil Uji Coba Lapangan Kedua ... 155
Tabel 4.12. Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa pada Uji Coba Kedua ... 157
Tabel 4.13. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran pada Uji Coba Kedua 158 Tabel 4.14. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran (Uji Coba Kedua)... 160
Tabel 4.15. Hasil Analisis Respon Siswa terhadap Pembelajaran pada Uji Coba
xii
Tabel 4.1.6. Rata-Rata Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa ... 168
Tabel 4.17. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Anak Tangga yang Disandarkan pada Tembok/Dinding ... 11
Gambar 2.1 Diagram Alur Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D 50
Gambar 3.1 Diagram Alur Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D 81
Gambar 3.2 Diagram Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 89
Gambar 3.3. Diagram Alur Penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran 99
Gambar 4.1. Peta Analisis Materi Pembelajaran Rumus-Rumus Segitiga ... 122
Gambar 4.2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Terhadap Proses Pembelajaran pada Uji Coba Lapangan Pertama 140
Gambar 4.3. Persentase Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa pada Uji Coba Lapangan Pertama ... 141
Gambar 4.4. Grafik Persentase Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ... 145
Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Pada Uji Coba Lapangan Lapangan Kedua ... 156
Gambar 4.6. Persentase Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Uji Coba Lapangan Kedua ... 157
Gambar 4.7. Persentase Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran pada Uji Coba
Lapangan Kedua ... 161
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang merupakan ilmu dasar
(basic science) mempunyai peran yang penting dan bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Materi pelajaran matematika
yang diajarkan di sekolah berperan dalam melatih siswa berpikir logis, kritis dan
praktis, serta bersikap positif dan berjiwa kreatif. Karena pentingnya peranan
matematika dalam kehidupan, maka dalam kurikulum pendidikan di Indonesia,
matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga
Sekolah Menengah Atas. Pelajaran matematika menempati urutan pertama dalam
jumlah jam pelajaran, hal ini menunjukkan pentingnya pelajaran matematika bagi
para siswa di berbagai jenjang pendidikan.
Tujuan pertama pembelajaran matematika (Depdiknas, dalam Nizarwati
2009: 57) adalah agar siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien dan tepat. Sejalan dengan tujuan di atas, siswa diharapkan
dapat mengaplikasikan konsep matematika yang telah mereka dapatkan dalam
menghadapi masalah-masalah matematika yang disajikan.
Model pembelajaran yang efektif dan baik untuk digunakan dalam proses
pembelajaran matematika cukup banyak. Namun, jika ingin mengembangkan
pembelajaran matematika yang bersifat kontekstual dan open ended, salah satu
2
model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning). Pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) dapat diterapkan pada pembelajaran matematika untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Menurut Wena (2009: 91)
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis
sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui
permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk proses berpikir tingkat tinggi (high order thinking). Pembelajaran ini
membantu peserta didik untuk memeroses informasi yang telah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks (Trianto, 2010:92).
Proses pembelajaran di dalam kelas tidak terlepas dari peran seorang guru.
Guru adalah pendidik profesional. Guru memiliki tugas utama mendidik,
mengajar, mengarahkan, membimbing, melatih, menilai serta mengevaluasi
peserta didik mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga pendidikan
menengah. Seorang guru selayaknya memiliki kemampuan profesional yang
mendukung kinerja seorang guru. Menurut Sodijarto (dalam Wiyana, 2013: 240),
kemampuan profesional guru meliputi: “(1) merancang dan merencanakan
program pembelajaran, (2) mengembangkan program pembelajaran, (3)
mengelola pelaksanaan program pembelajaran, (4) menilai proses dan hasil
3
pembelajaran. Kemampuan profesional tersebut merupakan bagian dari
kompetensi yang dimiliki guru.
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2004 tentang Guru dan Dosen
pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi (Yasin dalam Wiyana, 2013: 240). Dimilikinya empat
kompetensi tersebut oleh guru merupakan faktor penting khususnya dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran. Sebagai
tenaga pendidik, guru harus menguasai atau memahami tentang Kurikulum 2013
beserta penjabarannya termasuk di dalamnya adalah mengembangkan perangkat
pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Alim
Sumarno pada tahun 2011 (dalam Wiyana, 2013: 241) bahwa pemberdayaan
kemampuan guru yang meliputi kualifikasi pendidikan, pelatihan penyusunan
silabus dan RPP serta penataran penulisan karya ilmiah terhadap guru
berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Kinerja guru (melalui indikator
pengetahuan, sikap dan keterampilan) berpengaruh positif terhadap kualitas
pendidikan (kualitas nilai dan kuantitas belajar). Kinerja guru memilki peranan
yang penting dalam mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan di setiap
jenjang sekolah. Hal tersebut menyiratkan bahwa kemampuan menyusun
perangkat pembelajaran merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas
pendidikan.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada beberapa guru di SMA YPK
4
SMA YPK), menganalisis perangkat pembelajaran yang dirancang oleh setiap
guru, pada umumnya bervariasi dan cenderung untuk memenuhi standar
pengumpulan administrasi, sedangkan perangkat pembelajaran yang sesuai
tuntutan Kurikulum 2013 merupakan skenario atau rancangan yang dijadikan
acuan pembelajaran di kelas. Hal ini terbukti, perangkat pembelajaran (salah
satunya RPP) tidak dijadikan pedoman bagi sebagian guru.
Salah satu hasil penelitian lain yang dilakukan Wijaya pada tahun 2011
(dalam Wiyana, 2013: 241) terhadap penyusunan RPP menunjukkan bahwa
kemampuan awal guru dalam menyusun RPP tergolong rendah, karena guru
kebingungan dalam merumuskan RPP serta disebabkan sebagian guru hanya
melakukan copy-paste terhadap RPP yang telah disusun oleh Tim MGMP. Dari
penjabaran serta hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa (1) penyusunan
perangkat pembelajaran hanya dilakukan untuk memenuhi standar pengumpulan
administrasi pembelajaran. (2) kurangnya pengetahuan guru dalam menjabarkan
perangkat pembelajaran (salah satunya RPP) sehingga RPP tidak dijadikan
pedoman bagi sebagian guru. (3) Kurangnya kemampuan guru dalam menyusun
RPP sehingga RPP kurang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang
merupakan skenario atau rancangan yang dijadikan acuan pembelajaran di kelas.
Sejak tahun 2013, kurikulum diperbaharui kembali. KTSP diperbaharui
menjadi Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang
diharapkan dapat melengkapi kekurangan dalam KTSP sebelumnya. Pada
penyusunan RPP kurikulum KTSP, sebagian guru masih mengalami kesulitan.
5
ketidakpahaman guru dalam menyusun RPP disebabkan tidak memahami apa-apa
saja yang harus dituangkan ke dalam RPP sehingga hanya dapat melakukan
copy-paste terhadap RPP yang lain.
Kurikulum 2013 menuntut para guru untuk dapat menyusun perangkat
pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang telah disarankan oleh Tim
Kurikulum 2013 Kemendikbud, yakni model pembelajaran penemuan (Discovery
Learning), model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), dan
model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Selain itu, sesuai
dengan Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 Lampiran IV, pendekatan ilmiah
(scientific approach) juga dituntut untuk diterapkan dalam proses pembelajaran
dan juga dimasukkan pada penyusunan perangkat pembelajaran. Dikarenakan
tuntutan Kurikulum 2013, maka para guru seyogianya dapat menyusun perangkat
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
Perubahan Kurikulum 2013 juga membuat sebagian guru kesulitan dalam
mengimplementasikannya, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam
penyusunan perangkat pembelajaran. Selama ini, para guru hanya dituntut untuk
menyusun RPP dimana silabus sebagai pedoman pembuatan telah disiapkan oleh
Pemerintah Pusat. Sedangkan untuk Kurilkulum 2013, silabus belum dirancang
oleh Pemerintah. Pemerintah hanya memberikan permendikbud yang berisi
kompetensi-kompetensi dasar yang harus dikuasai para siswa sesuai dengan mata
pelajaran. Para guru dituntut untuk menyusun RPP dengan berpedoman pada
6
tersebut di atas terlihat betapa pentingnya perangkat pembelajaran untuk
menunjang proses pembelajaran.
Perangkat pembelajaran matematika atau yang sering disebut sebagai
kurikulum merupakan bagian yang penting dari sebuah proses pembelajaran, juga
merupakan pedoman para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di
dalam kelas. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana materi
pembelajaran telah disajikan, indikator-indikator apa sajakah yang ingin dicapai,
hingga bagaimana tindak lanjut yang akan dilakukan oleh guru. Selain itu,
perangkat pembelajaran juga bertujuan membantu para siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran matematika. Hal di atas, sesuai dengan bunyi Peraturan
Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang SNP (SNP, 2008: 3) menyatakan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa perangkat pembelajaran
begitu penting bagi seorang guru, antara lain (1) perangkat pembelajaran sebagai
panduan; perangkat pembelajaran merupakan panduan guru dalam menjalankan
tugasnya di kelas. Dengan adanya perangkat pembelajaran, proses pembelajaran
akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh guru tersebut. (2)
Perangkat pembelajaran sebagai tolak ukur; dengan adanya perangkat
pembelajaran, guru dapat melakukan analisis kemampuan siswa terhadap materi
pelajaran yang telah disajikan. Guru dapat melihat sudah sejauh mana materi yang
7
dilakukan bimbingan khusus, serta dapat dijadikan acuan dalam proses
pembelajaran berikutnya. (3) Perangkat pembelajaran sebagai peningkatan
profesionalisme; dengan adanya perangkat pembelajaran, guru dapat semakin
mengasah kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
yang dapat meningkatnya profesionalitas guru dalam bekerja. (4) Perangkat
pembelajaran mempermudah para guru dalam membantu proses fasilitasi
pembelajaran; dengan adanya perangkat pembelajaran, guru dapat lebih mudah
melakukan inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam
proses pembelajaran.
Perangkat pembelajaran merupakan sekumpulan sumber belajar yang
disusun sedemikian rupa dimana siswa dan guru melakukan kegiatan
pembelajaran (Subanindro dalam Fitriani, 2014: 3). Perangkat pembelajaran
meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus pembelajaran, bahan
ajar (buku siswa dan LKS), media pembelajaran, tes untuk mengukur kemampuan
matematis siswa, dan sebagainya. Sehingga, pengembangan perangkat
pembelajaran merupakan hal yang sangat dituntut oleh setiap guru untuk
mempunyai kemampuan mengembangkan perangkat pembelajaran sendiri.
Perangkat pembelajaran merupakan salah satu poin yang penting dalam
proses pembelajaran. Selain itu, poin lainnya yang dapat menunjang proses
pembelajaran adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.
Kemampuan siswa dalam menerima proses pembelajaran sangatlah penting. Salah
satu kemampuan siswa antara lain adalah kemampuan dalam bidang matematika.
8
kemampuan matematika siswa di Indonesia merupakan sebuah permasalahan
klasik yang masih menjadi dilema dalam dunia pendidikan hingga saat ini.
Penelitian oleh TIMSS 2007, TIMSS 2011 dan PISA 2009 memaparkan bahwa
siswa Indonesia memiliki kemampuan menjawab pertanyaan matematika dalam
standar internasional yang rendah, terutama pada kemampuan pemecahan masalah
matematika (Murni, 2013: 194).
Dalam Curriculum and Evaluation Standard (NCTM dalam Bistari, 2010:
15) memaparkan bahwa salah satu kemampuan dasar berpikir matematika yang
diharapkan dimiliki oleh peserta didik yaitu kemampuan pemecahan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan satu dari kemampuan matematis
yang penting untuk pengembangan kemampuan matematik para siswa, khususnya
siswa sekolah menengah.
Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan
jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah (memahami masalah;
merencanakan pemecahan masalah; menyelesaikan masalah; dan melakukan
pengecekan kembali) yang dikemukakan oleh polya (Nurdalilah, 2013: 117).
Pemecahan masalah merupakan tipe belajar yang paling tinggi
dibandingkan tipe belajar lainnya. Menurut Slameto (dalam Pamungkas, 2013:
119) pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menentukan
kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi
situasi yang baru. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi
9
pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang
studi dan disiplin ilmu yang diajarkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematika adalah kemampuan yang harus dimiliki siswa
untuk dapat memahami masalah, merencanakan pemecahan, menyelesaikan
masalah, dan memeriksa kembali hasil dari suatu matematika yang diberikan.
Wilson menambahkan bahwa (dalam Setiawati, 2005: 7) dalam
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa harus mengembangkan proses
kognitif dan metakognitifnya dengan memakai ide, contoh sebelumnya untuk
memahami masalah yang sedang dihadapi, mengeneralisasi pendekatan yang
mungkin dapat dilakukan dan memilihnya, memonitor sendiri kemajuan yang
dicapainya dan menyeleksi masalah dengan cukup hati-hati. Pentingnya
kemampuan pemecahan masalah dikemukakan oleh Branca (dalam Effendi, 2012:
2), bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah jantungnya matematika.
Selanjutnya, Russefendi (dalam Effendi, 2012: 3) juga mengemukakan bahwa
kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam matematika, bukan saja
bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari
matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang
studi lain dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki siswa untuk melatih agar terbiasa
menghadapi berbagai permasalahan, baik masalah dalam matematika, masalah
dalam bidang studi lain, ataupun masalah dalam kehidupan sehari-hari yang lebih
10
matematis perlu terus dilatih sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang
dihadapi.
Berdasarkan karakteristiknya, matematika merupakan ilmu yang bernilai
guna, yang tercermin dalam peran matematika sebagai bahasa simbolik serta alat
komunikasi yang tangguh, singkat, padat, cermat, tepat, dan tidak memiliki makna
ganda. (Wahyudin dalam Yonandi, 2011: 133). Oleh sebab itu untuk
menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika, maka pendidik selayaknya mengupayakan pembelajaran dengan
model-model pembelajaran yang dapat memberikan peluang dan mendorong
siswa untuk melatih kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah
matematika.
Kenyataan menunjukkan bahwa matematika masih dianggap sebagai
pelajaran berhitung yang rumit dan terlalu banyak rumus. Selain itu, objek
matematika yang abstrak juga dianggap sebagai faktor yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep matematika ke dalam
permasalahan sehari-hari yang disajikan. Selain permasalahan di atas, peneliti
juga menemukan permasalahan lain di lapangan. Peneliti melakukan pengamatan
di SMA YPK Medan, dan dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas XI
MIA (Ibu Ummi Aulia, S.Pd) diperoleh bahwa setiap hasil ulangan kompetensi
dasar, para siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami soal-soal
berbentuk masalah kontekstual dan open ended serta kesulitan dalam
menyelesaikan permasalahan yang disajikan sesuai dengan konsep yang telah
11
Gambar. 1.1. Anak Tangga
yang Disandarkan pada
Tembok
bawah KKM. Nilai rata-rata hasil ulangan KD-1 adalah 55,23 masih di bawah
nilai KKM yang ditetapkan oleh sesuai dengan Kurikulum 2013 dalam Lampiran
Permendikbud No. 104 (2014: 12), yakni atau setara dengan 67.
Kurangnya pengaplikasian konsep matematis berdampak pada hasil belajar siswa
yang diperoleh kurang memuaskan.
Kelemahan siswa dalam mengaplikasikan konsep matematis dikarenakan
rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Selama peneliti
melakukan pengamatan, peneliti mengamati bahwa para siswa cenderung pasif
dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di dalam kelas. Siswa
cenderung merasa takut dan cemas saat mengemukakan pendapatnya, bahkan para
siswa takut untuk bertanya mengenai hal yang kurang dipahami.
Peneliti melakukan riset dan observasi awal kepada siswa Kelas XII IPA 1
dan XII IPA 2 dengan memberikan soal-soal yang open ended yang berkaitan
dengan materi Rumus-Rumus Segitiga. Jumlah siswa di kedua kelas sebanyak 80
siswa, namun diambil 10 siswa sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel
dilakukan secara random sampling, yakni 5 siswa dari XII IPA 1 dan 5 siswa dari
XII IPA 2.
Permasalahan yang disajikan oleh peneliti, yakni:
12
2. Sebidang tanah berbentuk segiempat. Tanah tersebut dibatasi oleh tonggak-tonggak A, B, C dan D. Jarak tonggak A ke B = 4 m, B ke C = 3 m, C ke D = 5 m, dan D ke A = 6 m . Jika . Dapatkah Anda menggambarkan ilustrasi dari masalah tersebut? dan dapatkah Anda menentukan luas tanah tersebut?
(Tim Kreatif Matematika, 2009: 196-197)
Solusi permasalahan yang dijawab oleh siswa (peneliti hanya memaparkan
hasil seorang siswa sebagai contoh)
Solusi 1
13
Solusi 2:
Pola Jawaban Siswa dalam Memecahkan Masalah-2
Dari kedua solusi permasalahan di atas, tampak terlihat bahwa siswa tidak
dapat memecahkan masalah dengan baik.
Pada solusi pemecahan soal (1), siswa telah mampu menggambarkan
ilustrasi dari masalah yang disajikan dengan baik dan benar, namun siswa masih
terkendala pada mengidentifikasikan komponen-komponen yang diketahui dari
ilustrasi tersebut. Siswa salah meletakkan nilai sudut yang diketahui dalam
masalah (1). Dari indikator pemecahan masalah yang pertama, siswa belum
mampu menuliskan apa yang diketahui dengan benar. Untuk indikator pemecahan
masalah kedua, siswa belum mampu memilih rumus yang tepat dalam
Dan untuk indikator pemecahan masalah ketiga, siswa belum mampu
menyelesaikan masalah dengan tepat. Hal itu disebabkan pada indikator
14
pemecahan masalah pertama, dimana siswa masih belum mampu menuliskan apa
yang diketahui dalam masalah tersebut. Hal tersebut menjadi suatu kesulitan
untuk menyelesaikan proses pemecahan masalah dengan tepat. Pada solusi
permasalahan pertama, secara garis besar, siswa masih belum mampu memenuhi
ketiga indikator kemampuan pemecahan masalah. Untuk kesimpulan sementara,
pada masalah (1), kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah.
Pada solusi pemecahan masalah (2), siswa telah mampu menggambarkan
ilustrasi dari masalah yang disajikan dengan baik dan benar. Dari indikator
pemecahan masalah yang pertama, siswa telah mampu menuliskan apa yang
diketahui dengan benar. Untuk indikator pemecahan masalah kedua, siswa belum
mampu memilih rumus yang tepat dalam memecahkan masalah (2) yang telah
disajikan. Dari pemecahan masalah yang telah siswa kerjakan, terlihat bahwa
siswa mengetahui bahwa masalah (2) dapat diselesaikan dengan menggunakan
rumus luas segitiga, namun siswa masih belum mampu memilih rumus luas
segitiga mana yang lebih tepat digunakan untuk memecahkan masalah (2). Dan
untuk indikator pemecahan masalah ketiga, siswa belum mampu menyelesaikan
masalah dengan tepat. Hal itu disebabkan pada indikator pemecahan masalah
kedua, dimana siswa masih belum mampu memilih rumus luas segitiga yang tepat
untuk menyelesaikan masalah (2) tersebut. Hal tersebut menjadi suatu kesulitan
untuk menyelesaikan proses pemecahan masalah dengan tepat. Pada solusi
permasalahan kedua, secara garis besar, siswa masih belum mampu memenuhi
15
sementara, pada masalah (2), kemampuan pemecahan masalah siswa masih
rendah.
Dari kedua solusi masalah di atas yang telah dikerjakan oleh siswa, dapat
disimpulkan secara keseluruhan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam
memecahkan masalah yang disajikan secara kontekstual dan kompleks. Selain itu,
dapat pula disimpulkan bahwa, kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki
oleh siswa tersebut masih rendah. Hal tersebut merupakan suatu fakta yang
membuktikan bahwa kemampuan pemecahan masalah oleh siswa SMA masih
rendah. Fakta tersebut juga didukung pula oleh kenyataan bahwa, kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa masih rendah disebabkan oleh siswa masih
jarang melatih diri untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan
permasalahan kontekstual. Selain sebab tersebut, dapat pula disimpulkan bahwa,
siswa tidak memahami maksud soal dan tidak memahami konsep matematis yang
dapat digunakan; serta siswa tidak memahami bagaimana membuat model
matematika dari permasalahan yang disajikan. Kemampuan pemecahan masalah
siswa tampak masih jauh dari harapan dalam pembelajaran matematika. Selain
dikarenakan ketidakmampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep matematis
dalam permasalahan sehari-hari, penyebab lainnya (baca: kemampuan pemecahan
masalah) adalah kurangnya maksimalnya guru dalam memberikan soal-soal yang
berbasis masalah yang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
Dari uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
yang berhubungan dengan kemampuan matematis para siswa serta kaitannya
16
adalah Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi
pada Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas XI MIA SMA.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran matematika berorientasi pada problem based
learning antara lain RPP, buku siswa, LKS serta tes kemampuan
pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas
XI MIA SMA masih belum diterapkan sebagaimana mestinya.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MIA SMA
rendah.
3. Dalam proses pembelajaran, guru kurang maksimal dalam memberikan
soal-soal yang berbasis masalah yang dapat mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran
matematika seperti yang telah diidentifikasi di atas, maka penelitian ini perlu
dibatasi, sehingga lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan
memberikan dampak yang luas terhadap permasalahan yang dihadapi. Penelitian
17
adalah pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi pada problem based
learning.
Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas
dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis
membatasi masalah pada:
1. Perangkat pembelajaran matematika berorientasi pada problem based
learning antara lain RPP, buku siswa, LKS serta tes kemampuan
pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas
XI MIA SMA masih belum diterapkan sebagaimana mestinya.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MIA SMA
rendah.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, maka permasalahan yang dikaji pada rumusan masalah ini
adalah “Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran matematika
berorientasi pada problem based learning untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MIA SMA”. Dari permasalahan
tersebut dapat dirincikan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana keefektifan perangkat pembelajaran matematika berorientasi
pada problem based learning yang telah dikembangkan dalam proses
pembelajaran matematika siswa kelas XI MIA SMA?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
18
matematika berorientasi pada problem based learning yang telah
dikembangkan ?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika berorientasi pada problem based learning untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas XI MIA SMA.
Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berorientasi pada
problem based learning yang efektif dalam proses pembelajaran
matematika di kelas XI MIA SMA.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas
XI MIA SMA menggunakan perangkat pembelajaran matematika
berorientasi pada problem based learning yang telah dikembangkan.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan
masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran yang dapat
memberikan suasana baru dalam memperbaiki cara guru mengajar di dalam kelas,
khususnya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Manfaat
yang mungkin diperoleh antara lain:
1. Bagi siswa akan memperoleh pengalaman memecahkan permasalahan
matematika pada materi rumus-rumus segitiga dengan menggunakan
19
learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
2. Sebagai masukan bagi guru matematika mengenai model pembelajaran
matematika dalam membantu siswa meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa.
3. Bagi kepala sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan kepada tenaga
pendidik untuk menerapkan perangkat pembelajaran matematika
berorientasi pada problem based learning dalam kegiatan belajar mengajar
di sekolah tersebut.
4. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pengembangan
perangkat pembelajaran matematika berorientasi pada problem based
learning lebih lanjut.
5. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk pembelajaran
dalam bidang ilmu pengetahuan yang lain.
1.7.Definisi Operasional
a. Pengembangan adalah suatu pengkajian sistematis terhadap pendesainan,
pengembangan, dan evaluasi terhadap program yang telah ditentukan.
Sedangkan proses dan produk pembelajaran yang dikembangkan harus
memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.
b. Perangkat pembelajaran merupakan sejumlah bahan, alat, media, petunjuk
dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun
20
adalah RPP, LKS, buku siswa dan tes kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
c. Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam
belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui
permasalahan-permasalahan. Sintaks dari model problem based learning (PBL) ini
adalah (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk
belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun berkelompok,
(4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
d. Perangkat pembelajaran matematika berorientasi problem based learning
adalah perangkat pembelajaran yang di dalamnya tercakup
langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Selain
itu, soal-soal yang disajikan pada bahan ajar yang dikembangkan (buku
siswa dan LKS) juga tersaji dalam bentuk permasalahan-permasalahan.
e. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah
(memahami masalah; merencanakan pemecahan masalah; menyelesaikan
masalah; dan melakukan pengecekan kembali) yang dikemukakan oleh
polya.
f. Efektivitas pembelajaran adalah tingkat kesiapan guru dan siswa dalam
21
siswa, (2) kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan (3) respon
siswa.
(1) Aktivitas siswa adalah persentase penggunaan waktu pembelajaran
dalam melaksanakan aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
(2) Kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah seberapa besar
usaha guru mengetahui kesiapan belajar siswa, memberikan
penjelasan/informasi, memotivasi siswa untuk belajar, serta memberi
bantuan atau membimbing siswa.
(3) Respon siswa adalah pendapat siswa terhadap kekinian (baru/tidak
baru), dan kesukaan (suka/tidak suka) terhadap perangkat
pembelajaran berorientasi pada problem based learning yang
dikembangkan.
(4) Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi
dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.
Ketuntasan penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD
yang merupakan tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu
pada tingkat penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan
ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas
ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat
178
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,
dipaparkan beberapa kesimpulan sebagai berikut ini:
1. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan telah diujicobakan
dinyatakan telah efektif. Hal tersebut disebabkan, perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan telah memenuhi kriteria keefektifan yang telah
dijabarkan sebelumnya di Bab II. Berikut kesimpulan hasil keefektifan
perangkat pembelajaran yang dianalisis berdasarkan kriterianya:
a. Tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada problem based
learning sudah dapat dikatakan efektif, dikarenakan rata-rata
kemampuan guru mengelola pembelajaran telah mencapai kriteria
minimal, yakni katagori baik.
b. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan
perangkat pembelajaran berorientasi pada problem based learning
sudah berada pada kriteria batasan keefektifan pembelajaran
c. Respon siswa terhadap komponen perangkat pembelajaran berorientasi
pada problem based learning serta proses pembelajaran sudah
menunjukkan respon yang positif, terlihat dari respon siswa mencapai
81,78%.
179
2. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan dinyatakan telah
efektif, maka dianalisislah bagaimana peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang telah dilaksanakan pada uji
coba lapangan pertama dan kedua. Kesimpulan hasil tes kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada uji coba lapangan pertama dan
kedua, yakni: tingkat ketuntasan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada
problem based learning yaitu secara klasikal sebesar 86,84%. Sedangkan
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada uji
coba lapangan pertama yaitu 2,67 meningkat menjadi 2,94 pada uji coba
lapangan kedua. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar 0,27 (6,75%).
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada problem based learning
memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti
menyarankan beberapa hal sebaga berikut:
a. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan dinyatakan telah
efektif hanya terfokus pada satu bab materi pokok saja, sehingga
pengembangan perangkat pembelajaran belum optimal.
b. Dalam melaksanakan uji coba lapangan, peneliti mengalami beberapa
180
faktor eksternal yang dialami siswa. Faktor eksternal tersebut diantaranya
kondisi belajar yang kurang bersahabat dikarenakan proses pembelajaran
dilaksanakan pada siang hingga sore hari, serta kondisi lingkungan sekitar
yang membuat proses pembelajaran sedikit tidak kondusif. Peneliti sedikit
mengalami kendala saat mengkondusifkan kondisi belajar di dalam kelas.
c. Pengembangan perangkat pembelajaran yang telah peneliti lakukan cukup
mendapatkan perhatian yang besar oleh kepala sekolah dan staff guru di
sekolah penelitian. Hal tersebut dikarenakan perangkat pembelajaran yang
peneliti kembangkan merupakan perangkat pembelajaran yang baru dan
sangat menarik sebagai buku pedoman siswa dalam proses pembelajaran.
d. Bagi guru yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran yang
berorientasi pada problem based learning pada materi pokok matematika
yang lain atau pada mata pelajaran yang lain dapat
merancang/mengembangkan komponen-komponen model pembelajaran
181
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, Bansu I. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik. Banda Aceh: PeNa
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Asmin, Mansyur Abil. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan
Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA
Bistari, Bsy. 2010. Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai untuk Meningkatkan Komunikasi Matematik. Jurnal Pendidikan Matematika dan
IPA, 1 (1): 11-23
Borg, Walter R, Maredith D. Gall. 1983. Educational Research: An Introduction,
Fourth Edition. New York: Longman Inc
Chapman, Olive. 2005. Constructing Pedagogical Knowledge of Problem Solving: Preservice Mathematics Teachers. In Chick, H. L. & Vincent, J. L. (Eds.), Proceedings of the 29th Conference of the International Group
for the Psychology of Mathematics Education, 2: 225-232. Melbourne:
PME
Dewi, Muthia. 2014. Pengembangan Modul Matematika Menggunakan Model
Thiagarajan untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik di MTs. Pesantren Daar Al Uluum Kisaran. Tesis. Medan: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan
Effendi, Leo Adhar. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan,13 (2): 1-10
Ferryansyah. 2011. Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Siswa antara Pembelajaran yang Disertai Penciptaan Kondisi Alfa dan Tanpa Disertai Penciptaan Kondisi Alfa. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial-Scocioscientia, 3 (2): 236
Fitriani. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model
182
Komunikasi Matematik Siswa di SMP Kelas VIII. Tesis. Medan: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan
Historis). Yogyakarta: Multi Presindo
Komariah. 2007. Model Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Realistik pada Pembelajaran Matematika SD. Jurnal Pendidikan Dasar, V (7)
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru). Bandung: ROSDA
Muchayat. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Strategi IDEAL Problem Solving Bermuatan Pendidikan Karakter. Jurnal PP, 1 (2): 200-203
Muchlis, Effie Efrida. 2012. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) terhadap Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas II SD Kartika 1.10 Padang. Jurnal Exacta, X (2): 137-138
Murni, Atma, dkk 2013. The Enhancement of Junior High School Student’s Abilities in Mathematical Problem Solving Using Softt Skill-Based Metacognitive Learning. Indo-MS Journal Mathematics Education (JME), 4 (2): 194 (ISSN 2087-8885)
Murwaningsing, Utami, Nuryani Tri Rahayu. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Matematika Realistik di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal WIDYATAMA, 21 (2): 133
Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Kencana: Jakarta
NCTM. 2010. Why is Teaching with Problem Solving Important to Students Learning. Problem Solving Reasearch Brief
Nizarwati, dkk. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan Matematika, 3 (2): 57-72
Nurdalilah, dkk. 2013. Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika dan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1 Kualuh Selata. Jurnal
183
Permendikbud RI. 2013. Salinan Lampiran Permendikbud No. 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses
. Salinan Lampiran Permendikbud No. 81A Tahun 2013
tentang Standar Penilaian
Pamungkas, dkk. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kreativitas Belajar Matematika dengan Pemanfaatan Software Core Math Tools (CMT). Prosiding: Seminar Nasional Pendidikan Matematika, hal. 119
Pusat Pengembangan Profesi Pendidik. 2014. Materi Pelatihan Guru:
Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 Mata Pelajaran Matematika SMA/SMK Untuk Guru. Jakarta: Badan Pengembangan sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Rohani. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematika Siswa SMP Muhammadiyah 24 Aek Kanopan. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan
Rusman. 20111. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Setiawati, Euis. 2005. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan
Masalah Matematika Melalui Teknik SQ4R dan Peta Konsep Siswa Madrasah Aliyah. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Sinaga, Bornok. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Surabaya:
Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks
184
Suparlan, Asup. 2005. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mengembangkan
Kemampuan Pemahaman dan Representasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, hal. 20-22
Tim Kreatif Matematika. 2009. Matematika SMA/MA Kelas X. Jakarta: Bailmu
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana
Wiyana, dkk. 2013. Pengaruh Pengetahuan KTSP dan Pendidikan Terhadap Kemampuan Menyusun RPP Guru SDN Jatiyoso Tahun 2011/2012. Jurnal
Teknologi Pendidikan, 1 (2): 239-248 (http://jurnal.pasca.uns.ac.id)
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara
Wulan, dkk. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yang dilengkapi Penilaian Portifolio pada Materi Gerak Melingkar. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, (1): 1-19 (http://ejournal.unp.ac.id)