• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIA SMA YPK MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIA SMA YPK MEDAN."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PROBLEM BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIA SMA YPK MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

RAHMI RAMADHANI

NIM : 8136172068

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PROBLEM BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIA SMA YPK MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

RAHMI RAMADHANI

NIM : 8136172068

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i

ABSTRAK

RAHMI RAMADHANI. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi pada Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas XI MIA SMA YPK Medan. Tesis. Medan : Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

Universitas Negeri Medan, 2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran matematika yang berorientasi pada problem based learning yang efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MIA SMA YPK Medan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menggunakan rancangan model pengembangan perangkat 4D menurut Thiagarajan yang telah dimodifikasi. Pada uji coba keterbacaan diperoleh validasi dan reliabilitas perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan sebesar 0,8904, hasil reliabilitas instrumen pengamatan sebesar 84,21% serta validasi dan reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar valid dan reliabel tinggi (0,656). Uji coba lapangan dilaksanakan di kelas XI MIA-1 SMA YPK Medan Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 38 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran tergolong ke dalam kriteria baik karena telah teruji validitasnya. Hasil pelaksanaan perangkat pembelajaran pada tahap implementasi termasuk kriteria praktis. Efektivitas pengembangan perangkat pembelajaran ini diperoleh dari data TKPMM siswa yang tuntas belajar yakni 86,84% secara klasikal dan respon positif siswa berada diatas 80%. Hasil uji coba lapangan pertama dan kedua yang diperoleh menunjukkan hasil bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebesar 0,27 (6,75%). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang signifikan dengan menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada problem based learning yang efektif.

(8)

ii

ABSTRACT

RAHMI RAMADHANI. The Development of Mathematics Learning Tool

Oriented on Problem Based Learning to Enhance The Ability of Mathematics Problem Solving Grade XI MIA SMA YPK Medan. Thesis. Medan: Mathematics Education Study Program Postgraduate School of University of Medan, 2015.

The purpose of this research was to develop a learning oriented mathematics problem based learning is effective in efforts to enhance the ability of mathematics problem solving grade XI MIA SMA YPK Medan. This research is a research development that uses the devices of development model 4D design according to the modified by Thiagarajan. On the readability of tests obtained validation and reliability of learning that has been developed by 0,8904, the result of the observation instrument reliability of 84,21% as well as validation and reliability tests of mathematics problem-solving ability of valid and high reliability (0,656). Field trials conducted in class XI MIA-1 SMA YPK Medan school year 2014/2015 with a total of 38 students. The results showed that the device learning belongs to the criteria because it has stood the test of validity. Implementation of the results of the study at this stage of implementation including practical criteria. The effectiveness of the development of this learning device retrieved from the data in test students who thoroughly learned i.e. 86,84% classical and positive response by students was above 80%. Field trial results of first trial and second trial shows the results obtained that there is an increase in mathematics problem solving abilities students of 0.27 (6.75 percent). Based on these results, it can be inferred that there is an increase in the ability of mathematics problem solving of students with significant learning-oriented devices using problem based learning is effective.

Keywords: Development, Learning Devices, Problem Based Learning and

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul : “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi pada Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas XI MIA SMA YPK Medan” dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun dalam

rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus pembimbing I yang telah banyak

membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis

ini.

2. Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku pembimbing II di tengah-tengah

kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis

terhadap berbagai permasalahan dan selalu mampu memberikan motivasi bagi

penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Prof. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

(10)

iv

4. Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si. selaku staf Program Studi Pendidikan

Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan semangat

dan membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Prof. Pargaulan Siagian, M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, Ph.d dan Bapak

Prof. Hasratuddin, M.Pd selaku narasumber yang telah memberikan saran dan

kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.

6. Bapak Prof. Dr.Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana UNIMED.

7. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program Pascasarjana

UNIMED.

8. Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si., Ibu Nurhasanah Siregar, M.Pd., Ibu Ummi Aulia,

S.Pd., Ibu Nazmah, S. Pd., dan Ibu Dewani Ulinda Purba, S.Pd selaku validator

yang banyak memberikan masukan dan bimbingan.

9. Bapak Ricardo A. Sirait, M.Si selaku Kepala SMA YPK Medan beserta seluruh

dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

10. Ayahanda tercinta H. Umar Khatib, M.Pd dan Ibunda tersayang Hj. Lela

Hayati, M.Pd serta kakak Rahmawida Putri, M.Pd, Fithri Khairina, Ainil

Mardhiyah, Fauzan Ramadhan, kedua keponakan serta Abang Tandana Sakono

Bintang, S.Hut yang senantiasa memberikan motivasi, do’a dan materil kepada

(11)

v

11. Sahabat seperjuangan angkatan XXII Prodi Matematika (terkhusus kelas B-1

eksekutif) yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya

kepada penulis.

Semoga Allah SWT membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta

Saudara/I, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesisi ini dapat

bermanfaat bagi guru matematika dan perkembangan dunia pendidikan khususnya

matematika. Namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi

maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Januari 2015

Penulis

(12)

vi

2.1.2. Hakikat Pembelajaran Matematika ... 23

2.1.3. Perangkat Pembelajaran ... 25

2.1.4. Efektivitas Pembelajaran Matematika ... 41

2.1.5. Ketuntasan Belajar Siswa ... 42

2.1.6. Model Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) ... 43

2.1.7. Konsep Dasar Model Problem Based Learning ... 51

2.1.8. Penerapan Model Problem Based Learning ... 53

2.1.9. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning 56 2.1.10. Teori Belajar Pendukung ... 57

2.1.11. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 60

(13)

vii

Siswa dengan Menggunakan Model Problem Based Learning 67 2.2.2. Efektivitas Perangkat Pembelajaran dengan Menggunakan

Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan

3.4 Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 80

3.5 Validasi/Penilaian Para Ahli (Content Validity) ... 86

3.6 Uji Keterbacaan ... 88

3.7 Uji Coba Lapangan ... 88

3.7.1. Subjek Uji Coba Terbatas ... 89

3.7.2. Rancangan Uji Coba Terbatas ... 89

3.7.3. Tujuan Uji Coba ... 90

3.8 Pengembangan Instrumen Penelitian ... 91

3.8.1. Tes Kemampuan Belajar (TKB) ... 92

3.10.2. Lembar Penilaian Ahli dan Praktisi Tentang Kepraktisan 100 3.10.3. Data Kemampuan Pemecahan Masalah ... 101

3.10.4. Data Aktivitas Siswa ... 101

3.10.5. Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran 101

3.10.6. Data Respon Siswa ... 101

3.11. Teknik Analisis Data ... 102

3.11.1. Analisis Data Penelitian ... 102

3.11.2. Analisis Data untuk Menjawab Pertanyaan Penelitian .... pada Rumusan Masalah ... 112

(14)

viii

4.1.1. Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define) ... 119

a. Analisis Awal Akhir ... 119

b. Analisis Siswa ... 121

c. Analisis Konsep/Materi ... 122

d. Analisis Tugas ... 123

e. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran ... 125

4.1.2. Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ... 126

a. Hasil Penyusunan Tes ... 126

b. Hasil Pemilihan Media ... 126

c. Hasil Pemilihan Format ... 127

d. Hasil Perancangan Awal ... 127

4.1.3. Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop) ... 131

a. Hasil Validasi Ahli ... 131

b. Hasil Uji Keterbacaan ... 136

4.1.4. Deskripsi Tahap Penyebaran (Disseminate) ... 137

a. Uji Coba Lapangan ... 137

b. Sosialisasi Perangkat Pembelajaran ... 138

4.2. Deskripsi Data Hasil Uji Coba Lapangan Pertama ... 139

4.2.1. Deskripsi Data Hasil Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 139

4.2.2. Deskripsi Data Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 142

4.2.3. Deskripsi Data Hasil Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran 144 4.2.4. Deskripsi Data Hasil Respon Siswa terhadap Pembelajaran ... 146

4.3. Revisi Berdasarkan Hasil Analisis Uji Coba Lapangan Pertama .. 148

4.3.1. Data Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah .... 148

4.3.2. Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 150

4.3.3. Data Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran ... 150

4.3.4. Data Respon Siswa terhadap Pembelajaran ... 151

4.4.Deskripsi Data Hasil Uji Coba Lapangan Kedua ... 154

4.4.1. Deskripsi Data Hasil Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 154

(15)

ix

Pembelajaran ... 161

4.5.Pembahasan Penelitian ... 164

4.5.1. Data Hasil Ketuntasan dan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 166

4.5.2. Data Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 170 4.5.3. Data Hasil Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran 171 4.5.4. Data Hasil Respon Siswa terhadap Pembelajaran ... 172

4.6.Keterbatasan Penelitian ... 175

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 178

5.2. Saran ... 179

DAFTAR PUSTAKA ... 181

(16)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Indikator-Indikator yang Akan Diamati pada Kemampuan

Guru dalam Mengelola Pembelajaran ... 40

Tabel 2.2. Nilai Ketuntasan pada Ranah Pengetahuan dan Keterampilan ... 43

Tabel 2.3. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 54

Tabel 2.4. Peran Guru, Peserta Didik dan Masalah ... 56

Tabel 2.5. Pemberian Skor pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 66

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 93

Tabel 3.2. Tabel Penyekoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 94

Tabel 3.3. Format Perhitungan Validasi ... 105

Tabel 3.4. Persentase Waktu Ideal dan Batas Toleransi Aktivitas Siswa ... 113

Tabel 3.5. Kriteria Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 115

Tabel 3.6. Tabel Weiner tentang Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 118

Tabel 4.1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 127

Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Uji Coba Lapangan Pertama ... 139

(17)

xi

Tabel 4.4. Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Pada Uji Coba Lapangan Pertama ... 141

Tabel 4.5. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran pada Uji Coba

Lapangan Pertama ... 142

Tabel 4.6. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran (Uji Coba Pertama) ... 144

Tabel 4.7. Hasil Analisis Respon Siswa terhadap Pembelajaran pada Uji

Coba Lapangan Pertama ... 146

Tabel 4.8. Rata-Rata Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 149 Tabel 4.9. Hasil Revisi Uji Coba Pertama yang Dianalisis dari Setiap Aspek 152

Tabel 4.10. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa pada Uji Coba Lapangan Kedua ... 155

Tabel 4.11. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Pada Hasil Uji Coba Lapangan Kedua ... 155

Tabel 4.12. Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa pada Uji Coba Kedua ... 157

Tabel 4.13. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran pada Uji Coba Kedua 158 Tabel 4.14. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran (Uji Coba Kedua)... 160

Tabel 4.15. Hasil Analisis Respon Siswa terhadap Pembelajaran pada Uji Coba

(18)

xii

Tabel 4.1.6. Rata-Rata Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa ... 168

Tabel 4.17. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

(19)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Anak Tangga yang Disandarkan pada Tembok/Dinding ... 11

Gambar 2.1 Diagram Alur Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D 50

Gambar 3.1 Diagram Alur Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D 81

Gambar 3.2 Diagram Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 89

Gambar 3.3. Diagram Alur Penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran 99

Gambar 4.1. Peta Analisis Materi Pembelajaran Rumus-Rumus Segitiga ... 122

Gambar 4.2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Terhadap Proses Pembelajaran pada Uji Coba Lapangan Pertama 140

Gambar 4.3. Persentase Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa pada Uji Coba Lapangan Pertama ... 141

Gambar 4.4. Grafik Persentase Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ... 145

Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Pada Uji Coba Lapangan Lapangan Kedua ... 156

Gambar 4.6. Persentase Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Uji Coba Lapangan Kedua ... 157

Gambar 4.7. Persentase Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran pada Uji Coba

Lapangan Kedua ... 161

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang merupakan ilmu dasar

(basic science) mempunyai peran yang penting dan bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Materi pelajaran matematika

yang diajarkan di sekolah berperan dalam melatih siswa berpikir logis, kritis dan

praktis, serta bersikap positif dan berjiwa kreatif. Karena pentingnya peranan

matematika dalam kehidupan, maka dalam kurikulum pendidikan di Indonesia,

matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga

Sekolah Menengah Atas. Pelajaran matematika menempati urutan pertama dalam

jumlah jam pelajaran, hal ini menunjukkan pentingnya pelajaran matematika bagi

para siswa di berbagai jenjang pendidikan.

Tujuan pertama pembelajaran matematika (Depdiknas, dalam Nizarwati

2009: 57) adalah agar siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan

keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara

luwes, akurat, efisien dan tepat. Sejalan dengan tujuan di atas, siswa diharapkan

dapat mengaplikasikan konsep matematika yang telah mereka dapatkan dalam

menghadapi masalah-masalah matematika yang disajikan.

Model pembelajaran yang efektif dan baik untuk digunakan dalam proses

pembelajaran matematika cukup banyak. Namun, jika ingin mengembangkan

pembelajaran matematika yang bersifat kontekstual dan open ended, salah satu

(21)

2

model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis

masalah (problem based learning). Pembelajaran berbasis masalah (problem

based learning) dapat diterapkan pada pembelajaran matematika untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Menurut Wena (2009: 91)

pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan

pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis

sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui

permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif

untuk proses berpikir tingkat tinggi (high order thinking). Pembelajaran ini

membantu peserta didik untuk memeroses informasi yang telah jadi dalam

benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan

sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar

maupun kompleks (Trianto, 2010:92).

Proses pembelajaran di dalam kelas tidak terlepas dari peran seorang guru.

Guru adalah pendidik profesional. Guru memiliki tugas utama mendidik,

mengajar, mengarahkan, membimbing, melatih, menilai serta mengevaluasi

peserta didik mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga pendidikan

menengah. Seorang guru selayaknya memiliki kemampuan profesional yang

mendukung kinerja seorang guru. Menurut Sodijarto (dalam Wiyana, 2013: 240),

kemampuan profesional guru meliputi: “(1) merancang dan merencanakan

program pembelajaran, (2) mengembangkan program pembelajaran, (3)

mengelola pelaksanaan program pembelajaran, (4) menilai proses dan hasil

(22)

3

pembelajaran. Kemampuan profesional tersebut merupakan bagian dari

kompetensi yang dimiliki guru.

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2004 tentang Guru dan Dosen

pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi (Yasin dalam Wiyana, 2013: 240). Dimilikinya empat

kompetensi tersebut oleh guru merupakan faktor penting khususnya dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran. Sebagai

tenaga pendidik, guru harus menguasai atau memahami tentang Kurikulum 2013

beserta penjabarannya termasuk di dalamnya adalah mengembangkan perangkat

pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Alim

Sumarno pada tahun 2011 (dalam Wiyana, 2013: 241) bahwa pemberdayaan

kemampuan guru yang meliputi kualifikasi pendidikan, pelatihan penyusunan

silabus dan RPP serta penataran penulisan karya ilmiah terhadap guru

berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Kinerja guru (melalui indikator

pengetahuan, sikap dan keterampilan) berpengaruh positif terhadap kualitas

pendidikan (kualitas nilai dan kuantitas belajar). Kinerja guru memilki peranan

yang penting dalam mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan di setiap

jenjang sekolah. Hal tersebut menyiratkan bahwa kemampuan menyusun

perangkat pembelajaran merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas

pendidikan.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada beberapa guru di SMA YPK

(23)

4

SMA YPK), menganalisis perangkat pembelajaran yang dirancang oleh setiap

guru, pada umumnya bervariasi dan cenderung untuk memenuhi standar

pengumpulan administrasi, sedangkan perangkat pembelajaran yang sesuai

tuntutan Kurikulum 2013 merupakan skenario atau rancangan yang dijadikan

acuan pembelajaran di kelas. Hal ini terbukti, perangkat pembelajaran (salah

satunya RPP) tidak dijadikan pedoman bagi sebagian guru.

Salah satu hasil penelitian lain yang dilakukan Wijaya pada tahun 2011

(dalam Wiyana, 2013: 241) terhadap penyusunan RPP menunjukkan bahwa

kemampuan awal guru dalam menyusun RPP tergolong rendah, karena guru

kebingungan dalam merumuskan RPP serta disebabkan sebagian guru hanya

melakukan copy-paste terhadap RPP yang telah disusun oleh Tim MGMP. Dari

penjabaran serta hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa (1) penyusunan

perangkat pembelajaran hanya dilakukan untuk memenuhi standar pengumpulan

administrasi pembelajaran. (2) kurangnya pengetahuan guru dalam menjabarkan

perangkat pembelajaran (salah satunya RPP) sehingga RPP tidak dijadikan

pedoman bagi sebagian guru. (3) Kurangnya kemampuan guru dalam menyusun

RPP sehingga RPP kurang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang

merupakan skenario atau rancangan yang dijadikan acuan pembelajaran di kelas.

Sejak tahun 2013, kurikulum diperbaharui kembali. KTSP diperbaharui

menjadi Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang

diharapkan dapat melengkapi kekurangan dalam KTSP sebelumnya. Pada

penyusunan RPP kurikulum KTSP, sebagian guru masih mengalami kesulitan.

(24)

5

ketidakpahaman guru dalam menyusun RPP disebabkan tidak memahami apa-apa

saja yang harus dituangkan ke dalam RPP sehingga hanya dapat melakukan

copy-paste terhadap RPP yang lain.

Kurikulum 2013 menuntut para guru untuk dapat menyusun perangkat

pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang telah disarankan oleh Tim

Kurikulum 2013 Kemendikbud, yakni model pembelajaran penemuan (Discovery

Learning), model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), dan

model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Selain itu, sesuai

dengan Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 Lampiran IV, pendekatan ilmiah

(scientific approach) juga dituntut untuk diterapkan dalam proses pembelajaran

dan juga dimasukkan pada penyusunan perangkat pembelajaran. Dikarenakan

tuntutan Kurikulum 2013, maka para guru seyogianya dapat menyusun perangkat

pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.

Perubahan Kurikulum 2013 juga membuat sebagian guru kesulitan dalam

mengimplementasikannya, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam

penyusunan perangkat pembelajaran. Selama ini, para guru hanya dituntut untuk

menyusun RPP dimana silabus sebagai pedoman pembuatan telah disiapkan oleh

Pemerintah Pusat. Sedangkan untuk Kurilkulum 2013, silabus belum dirancang

oleh Pemerintah. Pemerintah hanya memberikan permendikbud yang berisi

kompetensi-kompetensi dasar yang harus dikuasai para siswa sesuai dengan mata

pelajaran. Para guru dituntut untuk menyusun RPP dengan berpedoman pada

(25)

6

tersebut di atas terlihat betapa pentingnya perangkat pembelajaran untuk

menunjang proses pembelajaran.

Perangkat pembelajaran matematika atau yang sering disebut sebagai

kurikulum merupakan bagian yang penting dari sebuah proses pembelajaran, juga

merupakan pedoman para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di

dalam kelas. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana materi

pembelajaran telah disajikan, indikator-indikator apa sajakah yang ingin dicapai,

hingga bagaimana tindak lanjut yang akan dilakukan oleh guru. Selain itu,

perangkat pembelajaran juga bertujuan membantu para siswa untuk mengikuti

proses pembelajaran matematika. Hal di atas, sesuai dengan bunyi Peraturan

Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang SNP (SNP, 2008: 3) menyatakan

bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa perangkat pembelajaran

begitu penting bagi seorang guru, antara lain (1) perangkat pembelajaran sebagai

panduan; perangkat pembelajaran merupakan panduan guru dalam menjalankan

tugasnya di kelas. Dengan adanya perangkat pembelajaran, proses pembelajaran

akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh guru tersebut. (2)

Perangkat pembelajaran sebagai tolak ukur; dengan adanya perangkat

pembelajaran, guru dapat melakukan analisis kemampuan siswa terhadap materi

pelajaran yang telah disajikan. Guru dapat melihat sudah sejauh mana materi yang

(26)

7

dilakukan bimbingan khusus, serta dapat dijadikan acuan dalam proses

pembelajaran berikutnya. (3) Perangkat pembelajaran sebagai peningkatan

profesionalisme; dengan adanya perangkat pembelajaran, guru dapat semakin

mengasah kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

yang dapat meningkatnya profesionalitas guru dalam bekerja. (4) Perangkat

pembelajaran mempermudah para guru dalam membantu proses fasilitasi

pembelajaran; dengan adanya perangkat pembelajaran, guru dapat lebih mudah

melakukan inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam

proses pembelajaran.

Perangkat pembelajaran merupakan sekumpulan sumber belajar yang

disusun sedemikian rupa dimana siswa dan guru melakukan kegiatan

pembelajaran (Subanindro dalam Fitriani, 2014: 3). Perangkat pembelajaran

meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus pembelajaran, bahan

ajar (buku siswa dan LKS), media pembelajaran, tes untuk mengukur kemampuan

matematis siswa, dan sebagainya. Sehingga, pengembangan perangkat

pembelajaran merupakan hal yang sangat dituntut oleh setiap guru untuk

mempunyai kemampuan mengembangkan perangkat pembelajaran sendiri.

Perangkat pembelajaran merupakan salah satu poin yang penting dalam

proses pembelajaran. Selain itu, poin lainnya yang dapat menunjang proses

pembelajaran adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.

Kemampuan siswa dalam menerima proses pembelajaran sangatlah penting. Salah

satu kemampuan siswa antara lain adalah kemampuan dalam bidang matematika.

(27)

8

kemampuan matematika siswa di Indonesia merupakan sebuah permasalahan

klasik yang masih menjadi dilema dalam dunia pendidikan hingga saat ini.

Penelitian oleh TIMSS 2007, TIMSS 2011 dan PISA 2009 memaparkan bahwa

siswa Indonesia memiliki kemampuan menjawab pertanyaan matematika dalam

standar internasional yang rendah, terutama pada kemampuan pemecahan masalah

matematika (Murni, 2013: 194).

Dalam Curriculum and Evaluation Standard (NCTM dalam Bistari, 2010:

15) memaparkan bahwa salah satu kemampuan dasar berpikir matematika yang

diharapkan dimiliki oleh peserta didik yaitu kemampuan pemecahan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan satu dari kemampuan matematis

yang penting untuk pengembangan kemampuan matematik para siswa, khususnya

siswa sekolah menengah.

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan

jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah (memahami masalah;

merencanakan pemecahan masalah; menyelesaikan masalah; dan melakukan

pengecekan kembali) yang dikemukakan oleh polya (Nurdalilah, 2013: 117).

Pemecahan masalah merupakan tipe belajar yang paling tinggi

dibandingkan tipe belajar lainnya. Menurut Slameto (dalam Pamungkas, 2013:

119) pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menentukan

kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi

situasi yang baru. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi

(28)

9

pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang

studi dan disiplin ilmu yang diajarkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematika adalah kemampuan yang harus dimiliki siswa

untuk dapat memahami masalah, merencanakan pemecahan, menyelesaikan

masalah, dan memeriksa kembali hasil dari suatu matematika yang diberikan.

Wilson menambahkan bahwa (dalam Setiawati, 2005: 7) dalam

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa harus mengembangkan proses

kognitif dan metakognitifnya dengan memakai ide, contoh sebelumnya untuk

memahami masalah yang sedang dihadapi, mengeneralisasi pendekatan yang

mungkin dapat dilakukan dan memilihnya, memonitor sendiri kemajuan yang

dicapainya dan menyeleksi masalah dengan cukup hati-hati. Pentingnya

kemampuan pemecahan masalah dikemukakan oleh Branca (dalam Effendi, 2012:

2), bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah jantungnya matematika.

Selanjutnya, Russefendi (dalam Effendi, 2012: 3) juga mengemukakan bahwa

kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam matematika, bukan saja

bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari

matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang

studi lain dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa pendapat di atas,

kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki siswa untuk melatih agar terbiasa

menghadapi berbagai permasalahan, baik masalah dalam matematika, masalah

dalam bidang studi lain, ataupun masalah dalam kehidupan sehari-hari yang lebih

(29)

10

matematis perlu terus dilatih sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang

dihadapi.

Berdasarkan karakteristiknya, matematika merupakan ilmu yang bernilai

guna, yang tercermin dalam peran matematika sebagai bahasa simbolik serta alat

komunikasi yang tangguh, singkat, padat, cermat, tepat, dan tidak memiliki makna

ganda. (Wahyudin dalam Yonandi, 2011: 133). Oleh sebab itu untuk

menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran

matematika, maka pendidik selayaknya mengupayakan pembelajaran dengan

model-model pembelajaran yang dapat memberikan peluang dan mendorong

siswa untuk melatih kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah

matematika.

Kenyataan menunjukkan bahwa matematika masih dianggap sebagai

pelajaran berhitung yang rumit dan terlalu banyak rumus. Selain itu, objek

matematika yang abstrak juga dianggap sebagai faktor yang menyebabkan siswa

mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep matematika ke dalam

permasalahan sehari-hari yang disajikan. Selain permasalahan di atas, peneliti

juga menemukan permasalahan lain di lapangan. Peneliti melakukan pengamatan

di SMA YPK Medan, dan dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas XI

MIA (Ibu Ummi Aulia, S.Pd) diperoleh bahwa setiap hasil ulangan kompetensi

dasar, para siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami soal-soal

berbentuk masalah kontekstual dan open ended serta kesulitan dalam

menyelesaikan permasalahan yang disajikan sesuai dengan konsep yang telah

(30)

11

Gambar. 1.1. Anak Tangga

yang Disandarkan pada

Tembok

bawah KKM. Nilai rata-rata hasil ulangan KD-1 adalah 55,23 masih di bawah

nilai KKM yang ditetapkan oleh sesuai dengan Kurikulum 2013 dalam Lampiran

Permendikbud No. 104 (2014: 12), yakni atau setara dengan 67.

Kurangnya pengaplikasian konsep matematis berdampak pada hasil belajar siswa

yang diperoleh kurang memuaskan.

Kelemahan siswa dalam mengaplikasikan konsep matematis dikarenakan

rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Selama peneliti

melakukan pengamatan, peneliti mengamati bahwa para siswa cenderung pasif

dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di dalam kelas. Siswa

cenderung merasa takut dan cemas saat mengemukakan pendapatnya, bahkan para

siswa takut untuk bertanya mengenai hal yang kurang dipahami.

Peneliti melakukan riset dan observasi awal kepada siswa Kelas XII IPA 1

dan XII IPA 2 dengan memberikan soal-soal yang open ended yang berkaitan

dengan materi Rumus-Rumus Segitiga. Jumlah siswa di kedua kelas sebanyak 80

siswa, namun diambil 10 siswa sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel

dilakukan secara random sampling, yakni 5 siswa dari XII IPA 1 dan 5 siswa dari

XII IPA 2.

Permasalahan yang disajikan oleh peneliti, yakni:

(31)

12

2. Sebidang tanah berbentuk segiempat. Tanah tersebut dibatasi oleh tonggak-tonggak A, B, C dan D. Jarak tonggak A ke B = 4 m, B ke C = 3 m, C ke D = 5 m, dan D ke A = 6 m . Jika . Dapatkah Anda menggambarkan ilustrasi dari masalah tersebut? dan dapatkah Anda menentukan luas tanah tersebut?

(Tim Kreatif Matematika, 2009: 196-197)

Solusi permasalahan yang dijawab oleh siswa (peneliti hanya memaparkan

hasil seorang siswa sebagai contoh)

Solusi 1

(32)

13

Solusi 2:

Pola Jawaban Siswa dalam Memecahkan Masalah-2

Dari kedua solusi permasalahan di atas, tampak terlihat bahwa siswa tidak

dapat memecahkan masalah dengan baik.

Pada solusi pemecahan soal (1), siswa telah mampu menggambarkan

ilustrasi dari masalah yang disajikan dengan baik dan benar, namun siswa masih

terkendala pada mengidentifikasikan komponen-komponen yang diketahui dari

ilustrasi tersebut. Siswa salah meletakkan nilai sudut yang diketahui dalam

masalah (1). Dari indikator pemecahan masalah yang pertama, siswa belum

mampu menuliskan apa yang diketahui dengan benar. Untuk indikator pemecahan

masalah kedua, siswa belum mampu memilih rumus yang tepat dalam

Dan untuk indikator pemecahan masalah ketiga, siswa belum mampu

menyelesaikan masalah dengan tepat. Hal itu disebabkan pada indikator

(33)

14

pemecahan masalah pertama, dimana siswa masih belum mampu menuliskan apa

yang diketahui dalam masalah tersebut. Hal tersebut menjadi suatu kesulitan

untuk menyelesaikan proses pemecahan masalah dengan tepat. Pada solusi

permasalahan pertama, secara garis besar, siswa masih belum mampu memenuhi

ketiga indikator kemampuan pemecahan masalah. Untuk kesimpulan sementara,

pada masalah (1), kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah.

Pada solusi pemecahan masalah (2), siswa telah mampu menggambarkan

ilustrasi dari masalah yang disajikan dengan baik dan benar. Dari indikator

pemecahan masalah yang pertama, siswa telah mampu menuliskan apa yang

diketahui dengan benar. Untuk indikator pemecahan masalah kedua, siswa belum

mampu memilih rumus yang tepat dalam memecahkan masalah (2) yang telah

disajikan. Dari pemecahan masalah yang telah siswa kerjakan, terlihat bahwa

siswa mengetahui bahwa masalah (2) dapat diselesaikan dengan menggunakan

rumus luas segitiga, namun siswa masih belum mampu memilih rumus luas

segitiga mana yang lebih tepat digunakan untuk memecahkan masalah (2). Dan

untuk indikator pemecahan masalah ketiga, siswa belum mampu menyelesaikan

masalah dengan tepat. Hal itu disebabkan pada indikator pemecahan masalah

kedua, dimana siswa masih belum mampu memilih rumus luas segitiga yang tepat

untuk menyelesaikan masalah (2) tersebut. Hal tersebut menjadi suatu kesulitan

untuk menyelesaikan proses pemecahan masalah dengan tepat. Pada solusi

permasalahan kedua, secara garis besar, siswa masih belum mampu memenuhi

(34)

15

sementara, pada masalah (2), kemampuan pemecahan masalah siswa masih

rendah.

Dari kedua solusi masalah di atas yang telah dikerjakan oleh siswa, dapat

disimpulkan secara keseluruhan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam

memecahkan masalah yang disajikan secara kontekstual dan kompleks. Selain itu,

dapat pula disimpulkan bahwa, kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki

oleh siswa tersebut masih rendah. Hal tersebut merupakan suatu fakta yang

membuktikan bahwa kemampuan pemecahan masalah oleh siswa SMA masih

rendah. Fakta tersebut juga didukung pula oleh kenyataan bahwa, kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa masih rendah disebabkan oleh siswa masih

jarang melatih diri untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan

permasalahan kontekstual. Selain sebab tersebut, dapat pula disimpulkan bahwa,

siswa tidak memahami maksud soal dan tidak memahami konsep matematis yang

dapat digunakan; serta siswa tidak memahami bagaimana membuat model

matematika dari permasalahan yang disajikan. Kemampuan pemecahan masalah

siswa tampak masih jauh dari harapan dalam pembelajaran matematika. Selain

dikarenakan ketidakmampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep matematis

dalam permasalahan sehari-hari, penyebab lainnya (baca: kemampuan pemecahan

masalah) adalah kurangnya maksimalnya guru dalam memberikan soal-soal yang

berbasis masalah yang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

Dari uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

yang berhubungan dengan kemampuan matematis para siswa serta kaitannya

(35)

16

adalah Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi

pada Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas XI MIA SMA.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran matematika berorientasi pada problem based

learning antara lain RPP, buku siswa, LKS serta tes kemampuan

pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas

XI MIA SMA masih belum diterapkan sebagaimana mestinya.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MIA SMA

rendah.

3. Dalam proses pembelajaran, guru kurang maksimal dalam memberikan

soal-soal yang berbasis masalah yang dapat mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran

matematika seperti yang telah diidentifikasi di atas, maka penelitian ini perlu

dibatasi, sehingga lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan

memberikan dampak yang luas terhadap permasalahan yang dihadapi. Penelitian

(36)

17

adalah pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi pada problem based

learning.

Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas

dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis

membatasi masalah pada:

1. Perangkat pembelajaran matematika berorientasi pada problem based

learning antara lain RPP, buku siswa, LKS serta tes kemampuan

pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas

XI MIA SMA masih belum diterapkan sebagaimana mestinya.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MIA SMA

rendah.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, maka permasalahan yang dikaji pada rumusan masalah ini

adalah “Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran matematika

berorientasi pada problem based learning untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MIA SMA”. Dari permasalahan

tersebut dapat dirincikan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana keefektifan perangkat pembelajaran matematika berorientasi

pada problem based learning yang telah dikembangkan dalam proses

pembelajaran matematika siswa kelas XI MIA SMA?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika

(37)

18

matematika berorientasi pada problem based learning yang telah

dikembangkan ?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengembangkan perangkat

pembelajaran matematika berorientasi pada problem based learning untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas XI MIA SMA.

Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berorientasi pada

problem based learning yang efektif dalam proses pembelajaran

matematika di kelas XI MIA SMA.

2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas

XI MIA SMA menggunakan perangkat pembelajaran matematika

berorientasi pada problem based learning yang telah dikembangkan.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan

masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran yang dapat

memberikan suasana baru dalam memperbaiki cara guru mengajar di dalam kelas,

khususnya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Manfaat

yang mungkin diperoleh antara lain:

1. Bagi siswa akan memperoleh pengalaman memecahkan permasalahan

matematika pada materi rumus-rumus segitiga dengan menggunakan

(38)

19

learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa.

2. Sebagai masukan bagi guru matematika mengenai model pembelajaran

matematika dalam membantu siswa meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa.

3. Bagi kepala sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan kepada tenaga

pendidik untuk menerapkan perangkat pembelajaran matematika

berorientasi pada problem based learning dalam kegiatan belajar mengajar

di sekolah tersebut.

4. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pengembangan

perangkat pembelajaran matematika berorientasi pada problem based

learning lebih lanjut.

5. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk pembelajaran

dalam bidang ilmu pengetahuan yang lain.

1.7.Definisi Operasional

a. Pengembangan adalah suatu pengkajian sistematis terhadap pendesainan,

pengembangan, dan evaluasi terhadap program yang telah ditentukan.

Sedangkan proses dan produk pembelajaran yang dikembangkan harus

memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.

b. Perangkat pembelajaran merupakan sejumlah bahan, alat, media, petunjuk

dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun

(39)

20

adalah RPP, LKS, buku siswa dan tes kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa.

c. Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang menghadapkan

siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam

belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui

permasalahan-permasalahan. Sintaks dari model problem based learning (PBL) ini

adalah (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk

belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun berkelompok,

(4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

d. Perangkat pembelajaran matematika berorientasi problem based learning

adalah perangkat pembelajaran yang di dalamnya tercakup

langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Selain

itu, soal-soal yang disajikan pada bahan ajar yang dikembangkan (buku

siswa dan LKS) juga tersaji dalam bentuk permasalahan-permasalahan.

e. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses

menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah

(memahami masalah; merencanakan pemecahan masalah; menyelesaikan

masalah; dan melakukan pengecekan kembali) yang dikemukakan oleh

polya.

f. Efektivitas pembelajaran adalah tingkat kesiapan guru dan siswa dalam

(40)

21

siswa, (2) kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan (3) respon

siswa.

(1) Aktivitas siswa adalah persentase penggunaan waktu pembelajaran

dalam melaksanakan aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

(2) Kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah seberapa besar

usaha guru mengetahui kesiapan belajar siswa, memberikan

penjelasan/informasi, memotivasi siswa untuk belajar, serta memberi

bantuan atau membimbing siswa.

(3) Respon siswa adalah pendapat siswa terhadap kekinian (baru/tidak

baru), dan kesukaan (suka/tidak suka) terhadap perangkat

pembelajaran berorientasi pada problem based learning yang

dikembangkan.

(4) Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi

dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.

Ketuntasan penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD

yang merupakan tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu

pada tingkat penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan

ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas

ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat

(41)

178

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,

dipaparkan beberapa kesimpulan sebagai berikut ini:

1. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan telah diujicobakan

dinyatakan telah efektif. Hal tersebut disebabkan, perangkat pembelajaran

yang telah dikembangkan telah memenuhi kriteria keefektifan yang telah

dijabarkan sebelumnya di Bab II. Berikut kesimpulan hasil keefektifan

perangkat pembelajaran yang dianalisis berdasarkan kriterianya:

a. Tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan

menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada problem based

learning sudah dapat dikatakan efektif, dikarenakan rata-rata

kemampuan guru mengelola pembelajaran telah mencapai kriteria

minimal, yakni katagori baik.

b. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan

perangkat pembelajaran berorientasi pada problem based learning

sudah berada pada kriteria batasan keefektifan pembelajaran

c. Respon siswa terhadap komponen perangkat pembelajaran berorientasi

pada problem based learning serta proses pembelajaran sudah

menunjukkan respon yang positif, terlihat dari respon siswa mencapai

81,78%.

(42)

179

2. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan dinyatakan telah

efektif, maka dianalisislah bagaimana peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa yang telah dilaksanakan pada uji

coba lapangan pertama dan kedua. Kesimpulan hasil tes kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa pada uji coba lapangan pertama dan

kedua, yakni: tingkat ketuntasan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada

problem based learning yaitu secara klasikal sebesar 86,84%. Sedangkan

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada uji

coba lapangan pertama yaitu 2,67 meningkat menjadi 2,94 pada uji coba

lapangan kedua. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar 0,27 (6,75%).

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, pembelajaran dengan

menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada problem based learning

memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti

menyarankan beberapa hal sebaga berikut:

a. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan dinyatakan telah

efektif hanya terfokus pada satu bab materi pokok saja, sehingga

pengembangan perangkat pembelajaran belum optimal.

b. Dalam melaksanakan uji coba lapangan, peneliti mengalami beberapa

(43)

180

faktor eksternal yang dialami siswa. Faktor eksternal tersebut diantaranya

kondisi belajar yang kurang bersahabat dikarenakan proses pembelajaran

dilaksanakan pada siang hingga sore hari, serta kondisi lingkungan sekitar

yang membuat proses pembelajaran sedikit tidak kondusif. Peneliti sedikit

mengalami kendala saat mengkondusifkan kondisi belajar di dalam kelas.

c. Pengembangan perangkat pembelajaran yang telah peneliti lakukan cukup

mendapatkan perhatian yang besar oleh kepala sekolah dan staff guru di

sekolah penelitian. Hal tersebut dikarenakan perangkat pembelajaran yang

peneliti kembangkan merupakan perangkat pembelajaran yang baru dan

sangat menarik sebagai buku pedoman siswa dalam proses pembelajaran.

d. Bagi guru yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran yang

berorientasi pada problem based learning pada materi pokok matematika

yang lain atau pada mata pelajaran yang lain dapat

merancang/mengembangkan komponen-komponen model pembelajaran

(44)

181

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Bansu I. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik. Banda Aceh: PeNa

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Asmin, Mansyur Abil. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan

Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA

Bistari, Bsy. 2010. Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai untuk Meningkatkan Komunikasi Matematik. Jurnal Pendidikan Matematika dan

IPA, 1 (1): 11-23

Borg, Walter R, Maredith D. Gall. 1983. Educational Research: An Introduction,

Fourth Edition. New York: Longman Inc

Chapman, Olive. 2005. Constructing Pedagogical Knowledge of Problem Solving: Preservice Mathematics Teachers. In Chick, H. L. & Vincent, J. L. (Eds.), Proceedings of the 29th Conference of the International Group

for the Psychology of Mathematics Education, 2: 225-232. Melbourne:

PME

Dewi, Muthia. 2014. Pengembangan Modul Matematika Menggunakan Model

Thiagarajan untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik di MTs. Pesantren Daar Al Uluum Kisaran. Tesis. Medan: Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan

Effendi, Leo Adhar. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan,13 (2): 1-10

Ferryansyah. 2011. Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Siswa antara Pembelajaran yang Disertai Penciptaan Kondisi Alfa dan Tanpa Disertai Penciptaan Kondisi Alfa. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial-Scocioscientia, 3 (2): 236

Fitriani. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model

(45)

182

Komunikasi Matematik Siswa di SMP Kelas VIII. Tesis. Medan: Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan

Historis). Yogyakarta: Multi Presindo

Komariah. 2007. Model Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Realistik pada Pembelajaran Matematika SD. Jurnal Pendidikan Dasar, V (7)

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru). Bandung: ROSDA

Muchayat. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Strategi IDEAL Problem Solving Bermuatan Pendidikan Karakter. Jurnal PP, 1 (2): 200-203

Muchlis, Effie Efrida. 2012. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) terhadap Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas II SD Kartika 1.10 Padang. Jurnal Exacta, X (2): 137-138

Murni, Atma, dkk 2013. The Enhancement of Junior High School Student’s Abilities in Mathematical Problem Solving Using Softt Skill-Based Metacognitive Learning. Indo-MS Journal Mathematics Education (JME), 4 (2): 194 (ISSN 2087-8885)

Murwaningsing, Utami, Nuryani Tri Rahayu. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Matematika Realistik di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal WIDYATAMA, 21 (2): 133

Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Kencana: Jakarta

NCTM. 2010. Why is Teaching with Problem Solving Important to Students Learning. Problem Solving Reasearch Brief

Nizarwati, dkk. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan Matematika, 3 (2): 57-72

Nurdalilah, dkk. 2013. Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika dan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1 Kualuh Selata. Jurnal

(46)

183

Permendikbud RI. 2013. Salinan Lampiran Permendikbud No. 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses

. Salinan Lampiran Permendikbud No. 81A Tahun 2013

tentang Standar Penilaian

Pamungkas, dkk. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kreativitas Belajar Matematika dengan Pemanfaatan Software Core Math Tools (CMT). Prosiding: Seminar Nasional Pendidikan Matematika, hal. 119

Pusat Pengembangan Profesi Pendidik. 2014. Materi Pelatihan Guru:

Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 Mata Pelajaran Matematika SMA/SMK Untuk Guru. Jakarta: Badan Pengembangan sumber Daya

Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Rohani. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematika Siswa SMP Muhammadiyah 24 Aek Kanopan. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan

Rusman. 20111. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Setiawati, Euis. 2005. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematika Melalui Teknik SQ4R dan Peta Konsep Siswa Madrasah Aliyah. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Sinaga, Bornok. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika

Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Surabaya:

Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya

Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks

(47)

184

Suparlan, Asup. 2005. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mengembangkan

Kemampuan Pemahaman dan Representasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, hal. 20-22

Tim Kreatif Matematika. 2009. Matematika SMA/MA Kelas X. Jakarta: Bailmu

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana

Wiyana, dkk. 2013. Pengaruh Pengetahuan KTSP dan Pendidikan Terhadap Kemampuan Menyusun RPP Guru SDN Jatiyoso Tahun 2011/2012. Jurnal

Teknologi Pendidikan, 1 (2): 239-248 (http://jurnal.pasca.uns.ac.id)

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan

Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara

Wulan, dkk. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yang dilengkapi Penilaian Portifolio pada Materi Gerak Melingkar. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, (1): 1-19 (http://ejournal.unp.ac.id)

Gambar

Tabel 4.1.6. Rata-Rata Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Gambar. 1.1. Anak Tangga yang Disandarkan pada

Referensi

Dokumen terkait

kualifikasi terhadap hasil evaluasi penawaran yang telah Saudara-saudara

Konsentrasi nitrat di

Peningkatan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup dapat dilakuakan dengan menggunakan proobiotik, salah satu probiotik yang dapat mempercepat pertumbuhan dan

Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin.. Dasar Perencanaan dan Pemilihan

Komputer server pada kasus ini juga bertindak sebagai penggerak dan pemutar kamera dalam aplikasi, sedangkan komputer client hanya digunakan untuk menerima data posisi dan

Wahid Udin Serasan

projection so supporting the standard projection clause, too, is of no use in practice (but may require additional effort in. implementations): If the target property is optional

The geometry of individual buildings in LOD1 and LOD2 may be represented in a multitude of valid forms within the same LOD. For instance, the top of a LOD1 building may represent