iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Happiness atau kebahagiaan Orang Muda Katolik (OMK) merupakan hal yang sangat subjektif mengingat OMK merupakan komunitas gereja yang bersifat sukarela dan tanpa paksaan serta imbalan. Kaum muda yang mendekatkan diri kepada Tuhan melalui kegiatan-kegiatan kerohanian memiliki maksud untuk mencapai kebahagiaan yang mereka inginkan.
Terdapat total 63 anggota OMK yang seluruhnya berpartisipasi dalam penelitian ini. Setiap partisipan melengkapi kuesioner yang merupakan modifikasi dari alat ukur happiness yang terdiri dari perasaan-perasaan positif dan negatif serta kepuasan hidup anggota OMK yang terdiri dari 17 item. Skor happiness dikorelasikan dengan faktor-faktor yang memengaruhi, seperti religiusitas dan spiritualitas, social support, kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan menggunakan uji korelasi Spearman di dalam program SPSS 20.32.
Berdasarkan pengolahan data secara statistik, dari 63 partisipan sebanyak 48 partisipan atau 76,2% memiliki derajat happiness tinggi dan 15 partisipan atau 23,8% memiliki derajat happiness rendah. Faktor yang memiliki kecenderungan keterkaitan dengan happiness adalah social support.
iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
Happiness is a very subjective thing for Catholic Youth, considering a church community is voluntary activity, without coercion and reward. They want to achieve their happiness by attending a member of Catholic Youth.
There have 63 members of Catholic Youth who participated in this study and completes a questionnaire which modification of the measuring instruments of happiness consisting of positive and negative affect, and life satisfaction young people which has 17 items. Happiness scores correlated with the influence factors, such as religiosity and spirituality, social support, health, education, and employment using Spearman correlation test use SPSS 20.32 program.
Based on statistical data processing, from 63 participants there have 48 participants or 76,2% have a high degree of happiness and 15 participants or 23,8% have a low degree of happiness. The factor which have a relevant correlated to happiness is social support.
vii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
JUDUL i
PENGESAHAN PEMBIMBING ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR BAGAN xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDUHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud 7
1.3.2 Tujuan 7
1.4 Kegunaan penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis 7
1.4.2 Kegunaan Praktis 7
1.5 Kerangka Pemikiran 8
1.6 Asumsi 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
viii Universitas Kristen Maranatha
2.1.1 Pengertian Happiness 18
2.1.2 Aspek Happiness 18
2.1.3 Positive dan Negative Affectivity 20
2.1.4 Unsur-Unsur Happiness 21
2.1.5 Tingkah Laku Individu yang Bahagia 22
2.1.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi 24
2.1.7 Pengaruh dan Efek Happiness 29
2.2 Perkembangan Remaja
2.2 1 Pengertian Remaja 31
2.2.2 Ciri-ciri Masa Remaja 33
2.3 Perkembangan Dewasa Awal
2.3.1 Pengertian Masa Dewasa Awal 35
2.3.2 Ciri-ciri Masa Dewasa Awal 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian 39
3.2 Bagan Prosedur Penelitian 39
3.3 Variable Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Penelitian 40
3.3.2 Definisi Operasional 40
3.4 Alat ukur
3.4.1 Alat Ukur Happiness 41
3.4.1.1 Prosedur Pengisian Alat Ukur 41
3.4.1.2 Sistem Penilaian Alat Ukur 42
ix Universitas Kristen Maranatha
3.4.2 Data Demografis 43
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
3.4.3.1 Validitas Alat Ukur 44
3.4.3.1 Reliabilitas Alat Ukur 44
3.5 Sasaran Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel
3.5.1 Sasaran Populasi 45
3.5.2 Karakteristik Populasi 45
3.6 Teknik Analisis Data 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Sampel 47
4.2 Hasil Penelitian 48
4.3 Pembahasan 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan 55
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis 55
5.2.1 Saran Praktis 56
DAFTAR PUSTAKA 57
DAFTAR RUJUKAN 58
x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur 41
Tabel 4.1 OMK Pandu Berdasarkan Jenis Kelamin 47
Tabel 4.2 OMK Pandu Berdasarkan Usia 47
Tabel 4.3 OMK Pandu Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota 48
Tabel 4.4 Tabulasi Silang Aspek Afektif dengan Aspek Kognitif 48
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Happiness pada OMK Paroki Pandu 49
Tabel L4.1 Perhitungan Skor Happiness L-14
Tabel L4.2 Hasil Happiness L-18
Tabel L6.1 Tabulasi Silang Aspek Afektif dengan Religiusitas dan Spiritualitas L-22
Tabel L6.2 Tabulasi Silang Aspek Afektif dengan Social Support L-22
Tabel L6.3 Tabulasi Silang Aspek Afektif dengan Kesehatan L-23
Tabel L6.4 Tabulasi Silang Aspek Afektif dengan Pendidikan L-23
Tabel L6.5 Tabulasi Silang Aspek Afektif dengan Pekerjaan L-24
Tabel L6.6 Tabulasi Silang Aspek Kognitif dengan Religiusitas dan Spiritualitas L-24
Tabel L6.7 Tabulasi Silang Aspek Kognitif dengan Social Support L-24
Tabel L6.8 Tabulasi Silang Aspek Kognitif dengan Kesehatan L-25
Tabel L6.9 Tabulasi Silang Aspek Kognitif dengan Pendidikan L-25
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pikir 17
xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Alat Ukur L-1
Lampiran 2. Alat Ukur L-2
Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas L-12
Lampiran 4. Hasil Happiness L-14
Lampiran 5. Data Pribadi L-19
Lampiran 6. Crosstab Aspek Happiness dengan Data Penunjang L-22
Lampiran 7. Profil Gereja/OMK L-27
Lampiran 8. Biodata Peneliti L-31
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Happiness atau kebahagiaan merupakan salah satu tujuan hidup manusia yang ingin dicapai dalam hidupnya. Akhir-akhir ini banyak penelitian yang dilakukan terhadap
kebahagiaan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh John Helliwell, Richard
Layard, dan Jeffrey Sachs tentang happiness di seluruh negara di dunia atau World Happiness
Report yang dilakukan pada tahun 2015. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil yang menyatakan bahwa Indonesia berada pada urutan ke-74 pada Ranking of Happiness
2012-1014. Artinya terjadi penurunan tingkat kebahagiaan warga Indonesia jika dilihat Indonesia memiliki peringkat ke-32 di tahun 2007. Ditahun 2015 pula dilakukan penelitian
tentang happiness warga Bandung dan mendapatkan skor sebesar 70,60 pada skala 1-100
(http://portal.bandung.go.id/). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Perencana
Pembangunan Kota Bandung berhasil mengungkapkan bahwa kebahagiaan warga Bandung
paling tinggi pada aspek kehidupan, yaitu Pekerjaan, hubungan sosial, dan keharmonisan
keluarga.
Happiness atau kebahagiaan sendiri merujuk pada perasaan positif seperti perasaan sukacita, ketenangan, dan keadaan positif yang ditunjukkan dengan level kepuasan hidup dan
afek positif yang tinggi dan diikuti dengan afek negatif yang rendah (Carr, 2011). Menurut
Seligman (2004) happiness merupakan konsep yang merujuk pada emosi positif yang
dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas positif yang disukainya. Bagian-bagian dari
happiness adalah kepuasan masa lalu, kebahagiaan pada masa sekarang dan optimistis masa depan. Adanya perasaan-perasaan positif yang dipicu dari berbagai bidang kehidupan
2
Universitas Kristen Maranatha Keadaan di atas juga sejalan dengan pendapat Seligman (2004) yang mengatakan bahwa
kebahagiaan merupakan konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok ukur
kebahagiaan yang berbeda-beda.
Dari penelitian yang dilakukan oleh BPP Kota Bandung, kebahagiaan warga Bandung
diketahui karena adanya fungsi diri dan perasaan-perasaan seperti perasaan mampu
(self-efficacy), perasaan dihargai, dan perasaan aman dalam hidupnya. Perasaan-perasaan tersebut dapat disebut sebagai perasaan positif yang dialami oleh individu. Semakin tingginya
perasaan positif yang dirasakan oleh individu yang juga diikuti oleh rendahnya perasaan
negatif yang dirasakan dapat meningkatkan kebahagiaan yang dirasakan oleh individu
(Carr,2011). Perasaan-perasaan positif didapatkan dari berbagai hal, salah satunya dengan
mengikuti berbagai kegiatan sosial dan pekerjaan sukarela. Drs. E B. Subakti, MA (2010)
mengungkapkan bahwa individu yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial merupakan
kegiatan yang berpotensi membangkitkan kebahagiaan. Adanya hubungan antara kegiatan
sosial dan kebahagiaan juga diungkapkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Csikszentmihalyi & Hunter dan Pavot et al. (dalam Muhana S. Utami, 2009) yang
menunjukkan bahwa seseorang lebih bahagia ketika berada dalam kelompok, dan afiliasi
sosial dinilai sebagai strategi yang efektif dalam melawan disforia dan stress. Ada pula
penelitian Fordyce, Lyubormirsky (2006) yang menunjukkan bahwa kegiatan sosial
memberikan peningkatan kebahagiaan dalam seting kegiatan sosial yang sengaja diciptakan
dalam penelitian tersebut.
Penelitian Oishi dkk (2007) terhadap mahasiswa di lebih dari 90 negara menemukan
bahwa individu yang mengalami tingkat kebahagiaan tertinggi mengalami kesuksesan dalam
hal memiliki hubungan yang dekat (close relationships) dengan orang lain dan pekerjaan
sukarela. Orang-orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan melalui kegiatan-kegiatan
3
Universitas Kristen Maranatha menemukan korelasi antara kebahagiaan dan keterlibatan dalam kegiatan keagamaan dalam
studi Amerika Utara (dalam Carr 2011). Hasil penelitian Myers menunjukkan bahwa
orang-orang yang lebih terlibat dalam praktik keagamaan yang rutin cenderung lebih bahagia.
Seligman (2004) juga mengatakan bahwa harapan akan masa depan dan keyakinan beragama
merupakan landasan mengapa keimanan sangat efektif melawan keputusasaan dan
meningkatkan kebahagiaan.
Salah satu kelompok atau komunitas yang bergerak dalam bidang sosial dan secara
sukarela adalah komunitas kaum muda di gereja khususnya katolik, disebut juga sebagai
Orang Muda Katolik (OMK). OMK merupakan wadah bagi para kaum muda untuk mengisi
masa mudanya dengan lebih positif di bawah pengawasan gereja.Orang Muda Katolik
(OMK) adalah seluruh kaum muda yang telah menerima sakramen babtis secara katolik yang
berada di rentang usia 13-35 tahun dan belum menikah (Komisi Kepemudaan KWI, Pastor
Adi & Pastor Stabu; dalam Febrianto Manik, 2015). Berbagai kegiatan dalam OMK seperti
koor (paduan suara), retret dan rekoleksi, Legio Maria yang diadakan untuk pelayanan sosial
seperti mengunjungi orang sakit, orang-orang di penjara, panti asuhan dan panti werdha
diberikan agar para OMK berhasil mencapai kebahagiaan hidupnya (dalam Febrianto Manik,
2015). Hal ini sejalan dengan tujuan didirikannya OMK, yaitu untuk mengembangkan
muda-mudi katolik untuk menjalani hidup kristiani dari masa muda, mengembangkan kepercayaan
diantara rekan, dan hidup bahagia.
Adanya fakta bahwa kegiatan yang menarik dapat menjadi suplemen kegembiraan
yang dicapai individu melalui kenyamanan emosi dan fisik (Diener dkk, 1997). Kenyamanan
emosi dan fisik tidak dapat terlepas dari bagaimana individu memahami perasaan yang
menyenangkan dan penilaian tentang hidup atau evaluasi hidup individu. Perasaan yang
dirasakan disebut sebagai unsur afektif sedangkan evaluasi hidup merupakan unsur kognitif.
4
Universitas Kristen Maranatha menjelaskan bahwa aspek afektif merupakan pengalaman emosional yang menyenangkan
seperti sukacita, kegembiraan, kepuasan dan emosi positif lainnya. Komponen afektif ini
terbagi menjadi dua, yaitu afek positif dan afek negatif. Perasaan positif yang lebih banyak
dirasakan oleh OMK akan meningkatkan happiness OMK. Sebaliknya jika perasaan atau
emosi negatif yang lebih banyak dirasakan oleh OMK maka akan mengurangi tingkat
kebahagiaan yang dirasakan oleh kaum muda yang tergabung dalam OMK. Aspek afektif
tersebut juga tidak lepas dari aspek kognitif yang dilakukan oleh anggota OMK, yaitu
penilaian dan evaluasi hidup ketika berada bersama dengan anggota lainnya ketika kegiatan
tersebut merupakan kegiatan yang sukarela dan tanpa paksaan.
Disebutkan sebelumnya bahwa kebahagiaan happiness mengacu pada emosi positif,
semakin banyak emosi positif yang dirasakan oleh individu maka semakin terbuka pula
pikiran untuk mendapatkan ide-ide baru dan terbuka terhadap ide-ide baru serta
mempraktikkan ide-ide tersebut, membuatnya menjadi lebih kreatif dalam menjalankan
kegiatannya, serta memberikan kesempatan untuk menciptakan hubungan yang lebih baik
dan menunjukkan produktivitas yang lebih besar (Carr, 2011). Pengembangan potensi diri
OMK yang dilakukan di berbagai kegiatan di gereja dapat membuat seseorang bertahan
melakukan kegiatan tersebut. Barbara Fredrickson (dalam Carr, 2011) menyatakan bahwa
emosi positif dapat memerluas pikiran-pikiran individu sebelum bertindak yang akan
menumbuhkan potensi dalam menghasilkan sumber daya pribadi yang kuat dan dapat
mengembangkan potensi pribadi yang didapat dari emosi kognisi dan perilaku yang positif
dan adaptif. Artinya, semakin bahagia seseorang akan membuat mereka menjadi lebih
produktif dan membawa mereka untuk terus mengembangkan potensi dalam diri mereka.
Happiness dapat memengaruhi diri sendiri kearah yang positif, baik secara kognitif maupun tingkah laku (Carr, 2011). Gloaguen dkk menjelaskan bahwa manfaat dari happiness, secara
5
Universitas Kristen Maranatha hati yang positif dapat membuat individu lebih objektif menyikapi sesuatu, kreatif, toleran,
tidak defensif, murah hati dan lateral atau mampu memecahkan masalah secara kreatif
(Seligman, 2004).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 10 anggota OMK,
didapatkan bahwa ada 1 responden yang menjadi anggota OMK selama 10 tahun, ada pula
yang baru 1-5 tahun. Responden mengatakan bahwa motivasi mereka mengikuti kegiatan
OMK adalah untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang disenangi (untuk
menyalurkan minat dan bakat mereka). Selain itu mereka juga mengatakan bahwa mereka
memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan pelayanan, baik untuk gereja maupun untuk
orang lain. Ketua OMK mengatakan bahwa kaum muda seharusnya mengisi waktu luang
dengan hal-hal yang positif dan produktif, sehingga energi yang dihasilkan oleh tubuh tidak
terbuang sia-sia. Secara keseluruhan kehidupan di dalam OMK, seluruh responden survey
awal mengatakan bahwa selama mereka mengikuti kegiatan OMK ada suatu perasaan senang
dan bahagia, tetapi sekitar 50% responden mengatakan ada beberapa hal yang membuat
mereka merasa tidak nyaman seperti konflik internal yang terjadi karena proses pencarian
jodoh yang pada akhirnya terjadi permusuhan antar anggota OMK, kurangnya kekompakan
ketika menjalankan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga anggota lain yang
menangani tugas tersebut, kurang adanya keinginan untuk memertahankan anggota baru yang
ikut serta menjadi anggota OMK sehingga anggota baru OMK tidak bertahan lama.
Perasaan bahagia yang responden rasakan khususnya ketika dapat bertemu dengan
kaum muda lainnya baik dari dalam paroki dan kegiatan lain yang ada di paroki sendiri
maupun dari paroki lainnya. Selain itu, responden juga merasa senang ketika mereka dapat
membantu orang lain walaupun bantuan yang diberikan bukan dalam bentuk uang tetapi ada
suatu perasaan puas dan bahagia saat responden dapat membantu orang lain sesuai dengan
6
Universitas Kristen Maranatha mereka dapat belajar bagaimana berorganisasi dan bersosialisasi dengan orang-orang dari
berbagai latar belakang sosial, suku, budaya, pendidikan, dan sebagainya, 30% lainnya
mengatakan bahwa mereka memang bahagia dapat tergabung dalam OMK hanya karena
ingin menyalurkan minat dan bakat mereka untuk berorganisasi dan mengikuti kegiatan
paduan suara (koor) dalam gereja.
Dikatakan bahwa manfaat dari tergabung dalam OMK adalah dapat berbagi keadaan
suka dan duka baik yang dialami bersama ataupun pengalaman yang dibagikan kepada
anggota OMK lainnya. Salah satu anggota OMK yang peneliti wawancarai yang juga
merupakan anggota koor (paduan suara) mengatakan ia merasa senang ketika membantu
teman-teman lainnya untuk mendapatkan nada yang diinginkan. Satu responden
menceritakan pengalamannya yang merupakan pengalaman yang menyedihkan sekaligus
membuat dirinya bahagia. Belum lama ini ia mengalami kecelakaan dan mengharuskan
dirinya dioperasi, ia mengatakan itu merupakan hal yang paling menyedihkan mengingat ia
berasal dari keluarga yang sosial ekonominya menengah kebawah. Saat itu juga merupakan
saat yang paling membahagiakan menurutnya karena ia mendapatkan bantuan moril, rohani
dan materi dari anggota OMK sehingga ia dapat di operasi dan pulih dengan lebih cepat
pasca operasi.
Ketua OMK juga menanggapi pengalaman diatas dengan mengatakan bahwa ia
merasa senang dan bahagia dapat membantu anggota OMK lain yang sedang tertimpa
musibah. Ia juga mengatakan bahwa ada perasaan yang tidak dapat dijelaskan melalui
kata-kata ketika kita dapat membantu orang lain hingga selesai walaupun tidak dalam bentuk
materi atau uang. Walaupun secara keseluruhan responden mengatakan bahwa mereka
bahagia namun 50% responden memiliki komentar-komentar subjektif yang mengatakan
bahwa mereka merasa kurang nyaman dengan sikap anggota OMK lainnya, khususnya ketika
7
Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik melakukan
penelitian lebih jauh mengenai bagaimana kebahagiaan atau happiness Orang Muda Katolik
(OMK) di paroki Pandu.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran happiness pada Orang Muda
Katolik (OMK) di Paroki Santa Perawan Maria Bunda Tujuh Kedukaan, Pandu, Bandung.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud
Penelitian ini dilakukan untuk memeroleh gambaran tentang happiness pada Orang
Muda Katolik (OMK) di Paroki Santa Perawan Maria Bunda Tujuh Kedukaan, Pandu,
Bandung.
1.3.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat happiness Orang Muda Katolik
di Paroki Santa Perawan Maria Bunda Tujuh Kedukaan, Pandu, Bandung.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoretis
Memberikan informasi mengenai gambaran happiness pada kaum muda khususnya
pada Orang Muda Katolik (OMK) ke dalam bidang ilmu psikologi positif.
Memberikan masukan kepada peneliti lain yang berminat melakukan penelitian
8
Universitas Kristen Maranatha 1.4.2. Kegunaan Praktis
Memberikan informasi kepada Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santa Perawan
Maria Bunda Tujuh Kedukaan, Pandu mengenai derajat happiness dalam kegiatan pelayanan
di gereja. Informasi ini dapat digunakan oleh:
OMK untuk mengevaluasi apakah anggota OMK sudah bahagia dan merencanakan
program kegiatan selanjutnya dengan Pastor Pembina dan anggota OMK lainnya,
Agar kaum muda dapat mengisi waktu luang dengan lebih produktif untuk mencapai
kebahagiaan mereka.
1.5. Kerangka Pikir
Masa muda adalah masa yang menyenangkan, masa dimana kaum muda dipenuhi
oleh gejolak dalam menghadapi kehidupannya. Gejolak masa muda memiliki ciri adanya
perjuangan dalam menghadapi masa depan yang masih kabur dan merupakan masa dimana
individu menentukan arah dan perjalanan hidupnya. Menurut teori perkembangan, masa
muda merupakan masa dimana individu mulai belajar untuk mengatasi masalahnya sendiri
dan masa saat masalah semakin kompleks (Santrock, 2002). Masalah-masalah yang dihadapi
oleh kaum muda ini dapat meningkatkan perasaan negatif bagi kaum muda. Tingginya
perasaan negatif yang dirasakan oleh kaum muda dapat mengurangi tingkat kebahagiaan
(happiness) yang dimiliki individu. Ada berbagai cara untuk mengatasinya, salah satunya
adalah kegiatan yang disediakan oleh sekolah maupun oleh tempat ibadah. Salah satu tempat
ibadah yang menyediakan berbagai kegiatan bagi kaum muda adalah gereja. Gereja
(khususnya bagi katolik) memiliki berbagai macam kegiatan, bagi kaum muda ada suatu
organisasi yang dinamakan Orang Muda Katolik (OMK).
Menurut Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda (PKPKM) yang dikeluarkan oleh
9
Universitas Kristen Maranatha semua orang muda yang beriman katolik yang berada di usia 13-35 tahun dan belum menikah
(dalam Febrianto Manik, 2015). OMK berada di bawah pengawasan gereja yang
menanamkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip kristiani kepada OMK, seperti kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, iman, kelemahlembutan, dan penguasaan
diri melalui berbagai kegiatan, seperti retret, koor, legio maria, rekoleksi, dan sebagainya.
Kegiatan yang disediakan oleh gereja dapat diikuti oleh kaum muda secara sukarela dan
tanpa paksaan serta imbalan. Orang muda katolik manapun yang bersedia masuk kedalam
OMK dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang disediakan akan diterima dengan terbuka oleh
gereja.
Bagi OMK yang mengikuti kegiatan tersebut secara sukarela dan melakukan kegiatan
sosial yang diadakan oleh gereja dapat meningkatkan kebahagiaan mereka. Hal ini sejalan
dengan survei internasional yang dilakukan oleh Oishi dkk (2007), terhadap mahasiswa di
lebih dari 90 negara menemukan bahwa individu yang mengalami tingkat kebahagiaan
tertinggi mengalami kesuksesan dalam hal memiliki hubungan yang dekat (close
relationships) dengan orang lain dan pekerjaan sukarela. Orang-orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan melalui kegiatan-kegiatan kerohanian seperti aktif menjadi anggota orang
muda katolik (OMK) misalnya, memiliki maksud untuk mencapai kebahagiaan yang mereka
inginkan. Seligman (2004) juga mengatakan bahwa harapan akan masa depan dan keyakinan
beragama merupakan landasan mengapa keimanan sangat efektif melawan keputusasaan dan
meningkatkan kebahagiaan. Happiness atau kebahagiaan mengarah pada perasaan positif
seperti perasaan sukacita, ketenangan, dan keadaan positif yang ditunjukkan dengan level
kepuasan hidup dan afek positif yang tinggi dan diikuti dengan afek negatif yang rendah
(Carr, 2011). Seligman (2004) juga mengatakan bahwa kebahagiaan atau happiness
merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta
10
Universitas Kristen Maranatha afek positif yang dirasakan individu daripada afek negatif. Adanya emosi positif yang
dirasakan individu dapat membantu individu tersebut memaknai hidupnya (Seligman, 2004).
Kaum muda yang bahagia akan mengalami ketenangan dalam kehidupannya sehingga
ia merasa berharga, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain serta membuat mereka
memiliki kepribadian yang sehat juga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
mampu memenuhi kebutuhannya, dan mampu menempatkan diri diantara kebutuhan dan
harapannya. Happiness dapat memengaruhi diri sendiri kearah yang positif, baik secara
kognitif maupun tingkah laku (Carr, 2011). Menurut Andrew dan McKennel penilaian dan
evaluasi terhadap kepuasan hidup disebut juga dengan komponen kognitif, sedangkan
perasaan-perasaan positif yang dirasakan adalah komponen afektif (Carr, 2011).
Andrew dan McKennel (dalam Carr 2011) menyebutkan dua aspek happiness, yaitu
aspek afektif dan aspek kognitif. Aspek afektif merupakan pengalaman emosional yang
menyenangkan seperti sukacita, kegembiraan, kepuasan dan emosi positif lainnya. Aspek
afektif ini terbagi menjadi dua, yaitu afek positif dan afek negatif. Dimana afek positif atau
yang juga disebut sebagai pleasant merupakan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan
yang membuat hidup mereka terasa riang, hidup (lively), memiliki keyakinan diri, kekuatan
dan keberanian dalam menjalani tantangan hidup yang mereka hadapi, dan memiliki
perhatian serta konsentrasi yang tinggi untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan anggota
Orang Muda Katolik (OMK). Sedangkan afek negatif atau yang disebut sebagai unpleasant
merupakan pengalaman-pengalaman emosional yang tidak menyenangkan seperti kesedihan,
marah, duka, ketidaknyamanan, dan emosi negatif lainnya. Afek negatif yang tinggi yang
dirasakan oleh anggota OMK cenderung mengarah pada berbagai gangguan psikologis
terutama depresi. Aspek yang kedua menurut Andrew & McKennel adalah komponen
11
Universitas Kristen Maranatha yang dirasakan oleh anggota OMK. Aspek ini sangat erat kaitannya dengan kepuasan hidup
yang dirasakan oleh anggota orang muda katolik (OMK) selama menjadi anggota OMK.
Kebahagiaan atau happiness yang dirasakan oleh OMK dilihat dari dua aspek yang
dijelaskan diatas. Aspek afektif menceritakan tentang bagaimana anggota OMK merasakan
perasaan atau emosi yang menyenangkan seperti kebahagiaan, sukacita, kepuasan, dan emosi
positif lainnya. Dalam aspek afektif ini hal yang paling berperan dalam meningkatkan
kebahagiaan adalah afek positif. Afek positif ini merupakan pengalaman emosional anggota
OMK yang membuat OMK merasa ceria, riang, merasa hidup (lively), memiliki keyakinan
diri, kekuatan dan keberanian kuat, serta penuh perhatian, memiliki konsentrasi yang tinggi
yang dirasakan dalam kehidupannya. Sedangkan tingginya afek negatif yang dirasakan oleh
anggota OMK dapat menurunkan tingkat kebahagiaan mereka. Bahkan hal tersebut dapat
mengarahkan anggota OMK pada berbagai gangguan psikologis seperti depresi. Selain aspek
afektif, ada pula aspek kognitif yang merupakan penilaian anggota OMK terhadap kepuasan
hidupnya selama menjadi anggota OMK. Aspek kognitif ini merupakan evaluasi pribadi dari
masing-masing anggota OMK mengenai keseluruhan kehidupan yang dirasakannya. Artinya
aspek kognitif merupakan penilaian anggota OMK terhadap kepuasan hidup yang mereka
miliki dalam berbagai bidang kehidupan. Dikarenakan konsep kebahagiaan pada tiap-tiap
individu berbeda-beda maka belum tentu seluruh OMK merasa bahagia ketika mereka
menjadi anggota OMK yang dilakukannya tanpa paksaan dan imbalan bahkan disaat-saat
tertentu mereka pun harus mengeluarkan dana tersendiri untuk keperluan kegiatan yang akan
mereka adakan maupun mereka ikuti serta bagaimana mereka dapat bertahan menjadi
anggota OMK dalam kurun waktu lima hingga sepuluh tahun. Kegiatan yang diikuti oleh
OMK apakah dirasakan sebagai suatu kegiatan yang menimbulkan kebahagiaan atau tidak
bergantung dari penilaian kognitif dan perasaannya saat mereka menjalankan kegiatan
12
Universitas Kristen Maranatha Penilaian kognitif dan afektif memang merupakan hal yang penting dalam
menentukan kebahagiaan, tetapi dalam prosesnya banyak kondisi dan keadaan lingkungan
yang memengaruhi bagaimana anggota OMK menilai hidupnya apakah mengarah positif atau
negatif. Lyubormirsky dkk (2005b) mengungkapkan berbagai faktor yang memengaruhi
kebahagiaan, diantaranya adalah religiusitas dan spiritualitas, social support, pendidikan,
pekerjaan, dan kesehatan. Faktor pertama adalah religius dan spiritualitas yang
mengungkapkan bahwa orang-orang yang terlibat dalam praktik keagamaan yang rutin
cenderung lebih bahagia (Myer, 2000; Myers dkk, 2008). Pengaruh religiusitas terhadap
kebahagiaan bergantung pada sejauh mana nilai-nilai religius dalam kehidupan individu. Ada
empat pertimbangan yang mendukung pernyataan bahwa individu yang terlibat dalam agama
memiliki kemungkinan lebih bahagia daripada mereka yang tidak terlibat (Diener &
Biswas-Diener, 2008; Myers dkk, 2008), yaitu pertama, agama menyediakan sistem yang koheren
yang memungkinkan manusia menumukan makna hidup, optimism, dan harapan akan masa
depan. Sehingga kaum muda yang tergabung kedalam anggota OMK secara tidak langsung
akan mengetahui tentang nilai-nilai kristiani yang dapat membantu mereka untuk memahami
kemalangan, tekanan, dan kerugian yang terelakkan yang terjadi disepanjang siklus
kehidupannya. Selain itu, dengan adanya nili-nilai yang diinternalisasi oleh anggota OMK
dapat membuat mereka menjadi lebih optimis mengenai kehidupannya dengan adanya
keyakinan bahwa kesulitan-kesulitan yang dialaminya tersebut akan teratasi jika mereka
berserah kepada Tuhan.
Kedua, individu yang rutin hadir dalam pelayanan keagamaan dan menjadi bagian
dari komunitas keagamaan memiliki dampak positif dalam hidupnya, seperti ketika anggota
OMK mengalami kemalangan atau perasaan negatif, mereka mendapatkan social support dari
anggota OMK lainnya. Selain itu, mereka juga dapat memenuhi kebutuhan afiliasi dan
13
Universitas Kristen Maranatha dalam kegiatan keagamaan sering dikaitkan dengan gaya hidup sehat baik secara fisik
maupun psikis. Hal tersebut dapat pula dilihat dari OMK, bagaimana gaya hidup mereka
dapat berdampak pada kebahagiaan yang mereka rasakan. Anggota OMK yang bahagia
memungkinkan memiliki kesetiaan dalam hidupnya, dapat makan dan minum secukupnya
dalam arti tidak berlebihan dan kekurangan, dapat mengampuni orang lain, memiliki
kerendahan hati, memiliki rasa bersyukur dan kasih sayang kepada orang lain termasuk
anggota OMK lainnya. Keempat, praktik keagamaan dan spiritualias meliputi meditasi,
hymn-singing, berdoa, memiliki ritual, menghadiri gereja-gereja yang memiliki keindahan tersendiri yang dilakukan oleh anggota OMK dapat meningkatkan emosi positif yang
dirasakan dan meningkatkan kebahagiaan mereka.
Faktor yang kedua adalah social support baik dari keluarga maupun teman-teman
sebaya. Dengan adanya dukungan sosial yang didapatkan oleh anggota OMK, mereka tidak
akan merasa sendiri yang mengacu pada prinsip dasar manusia, yaitu manusia adalah
makhluk sosial. Social support tidak harus selalu diterima oleh anggota OMK tetapi mereka
juga dapat memberikan dukungan kepada anggota OMK lainnya disaat mereka sedang dalam
kesulitan atau kemalangan. Hal tersebut sangat membantu OMK untuk tidak terisolasi dalam
masalah-masalah kehidupannya, dapat memiliki kekuatan untuk menghadapi masa depan,
dapat menolong dan bermurah hati pada anggota OMK lainnya yang memerlukan
pertolongan tanpa mengharapkan imbalan. Begitu pula yang terjadi ketika anggota OMK
mendapatkan dukungan sosial dari keluarga mereka dapat mengurangi kekerasan dalam
rumah tangga dan pelecehan pada anak.
Faktor ketiga adalah pendidikan. Penelitian menemukan bahwa siswa yang memiliki
kepuasan akademik yang tinggi di SMA-nya memiliki self-efficacy, harapan, motivasi
intrinsik, dan kompetensi sosial yang tinggi serta aktif dalam berbagai kegiatan
14
Universitas Kristen Maranatha yang rendah menunjukkan tingkat kecemasan yang tinggi, rentan terhadap depresi, terlibat
dalam penyalahgunaan narkoba, memiliki masalah kesehatan mental, kesulitan interpersonal
dan locus of control eksternal. Hal tersebut dapat pula dilihat dari jalan peristiwa pendidikan
anggota OMK di masa sekolahnya.
Faktor keempat adalah pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Argyle (2001)
menemukan bahwa individu yang bekerja tercatat lebih bahagia dibandingkan dengan yang
tidak bekerja, begitu juga dengan individu yang memiliki pekerjaan secara professional dan
terampil dalam pekerjaannya menjadi lebih bahagia dibandingkan mereka yang tidak terampil
dalam pekerjaannya. Lucas dkk (2004) juga menemukan bahwa menjadi pengangguran
menyebabkan penurunan kebahagiaan yang signifikan. Hal tersebut juga dapat berlaku dalam
kehidupan anggota OMK terlepas dari kegiatannya dalam pelayanan keagamaan sebagai
OMK, anggota OMK yang memiliki pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya dan dapat
menikmati pekerjaan mereka dapat meningkatkan kebahagiaan mereka. Sebaliknya, anggota
OMK yang menjadi pengangguran dapat menurunkan tingkat kebahagiaan mereka dalam
hidupnya. Peningkatan dan penurunan tingkat kebahagiaan anggota OMK dipengaruhi dari
berbagai penilaian kognitif yang dilakukannya, yaitu bagaimana kepuasan hidup yang
dirasakan oleh anggota OMK dalam bidang pekerjaannya. Anggota OMK yang menikmati
pekerjaannya akan menunjukkan performa yang besar dibandingkan mereka yang tidak
menikmati pekerjaannya. Dalam penelitian ini faktor pekerjaan ini hanya berlaku pada
anggota OMK yang sudah bekerja saja.
Faktor terakhir adalah kesehatan. Diener dkk (1999), menemukan bahwa penilaian
subjektif terhadap kesehatan pribadi cenderung memengaruhi kebahagiaan yang dirasakan
individu daripada mereka yang memiliki penilaian negatif terhadap kesehatannya. Bagi
anggota OMK yang memiliki pandangan yang pesimis cenderung tidak bahagia karena
15
Universitas Kristen Maranatha dokter memeriksanya. Sebaliknya, mereka yang bahagia cenderung membangkitkan sistem
imun yang sangat bermanfaat untuk tubuh sehingga mereka menjadi jarang sakit, dan
menunjukkan penurunan gejala dan rasa sakit yang dirasakan bagi mereka yang divonis
dokter memiliki suatu penyakit (Cohen & Pressman, 2006; Steptoe dkk, 2009). Faktor-faktor
diatas dapat meningkatkan kebahagiaan hanya jika anggota OMK memiliki emosi positif
yang tinggi terhadap berbagai masalah yang mereka hadapi. Lyubomirsky dkk (2005a) juga
mengatakan bahwa emosi positif yang dirasakan oleh individu dapat menyebabkan
penyesuaian diri yang lebih baik dalam berbagai domain, seperti pekerjaan, hubungan dengan
orang lain (relationships), kesehatan, juga meningkatkan persepsi positif mengenai diri
sendiri dan orang lain. Anggota OMK yang bahagia juga dapat menjadi pribadi yang
menyenangkan, kooperatif, memikirkan orang lain, dapat memecahkan masalah dalam suatu
konflik, mengembangkan kreativitas, dan problem solving. Namun, perlu diingat bahwa
tingginya tingkat kebahagiaan individu tidak selalu mengarah pada kesuksesan yang lebih
besar dalam semua domain (Carr, 2011).
Menurut Profesor Barbara Fredrickson yang telah mengembangkan teori
Broaden-and-Build Theory mengenai emosi positif yang terkandung dalam happiness menjelaskan bahwa emosi positif tidak hanya sebagai suatu pengalaman positif yang menyebabkan
kesejahteraan pribadi atau personal well-being tetapi juga berkontribusi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan pribadi (Cohn & Fredrickson, 2009; Fredrickson, 2009;
fredrickson & Losada 2005; dalam Carr 2011). Emosi positif dapat memerluas
pikiran-pikiran anggota OMK sebelum bertindak dan dapat mengontrol perilaku mereka.
Pikiran-pikiran tersebut yang muncul dalam diri OMK masing-masing dapat menumbuhkan potensi
dalam menghasilkan sumber daya pribadi yang kuat dan dapat mengembangkan potensi
pribadi yang didapat dari emosi, kognisi dan perilaku yang positif dan adaptif. Contohnya,
16
Universitas Kristen Maranatha cara-cara untuk bersosialisasi dan lebih kreatif dengan intelektual dan pikiran yang artistik.
Jadi, sukacita yang timbul dari bersosialisasi dapat meningkatkan jaringan dukungan sosial
(social support network) dan kreativitas yang muncul dapat membuat seseorang menciptakan
karya seni dan ilmu pengetahuan atau dapat memecahkan masalah kehidupan sehari-hari
secara kreatif. Hal tersebut dapat mengembangkan pribadi anggota OMK menjadi lebih
positif.
Lyubomirsky dkk (2005a) melalui studi ekperimental longitudinalnya menemukan
bahwa emosi positif menyebabkan penyesuaian diri yang lebih baik dalam berbagai domain
seperti pekerjaan, suatu hubungan dengan individu lain (relationships), dan kesehatan, juga
untuk meningkatkan persepsi positif tentang diri sendiri dan orang lain, dalam relasi sosial,
dalam memandang diri menjadi pribadi yang menyenangkan, menjadi kooperatif atau dapat
bekerjasama, memikirkan orang lain, coping, pemecahan masalah dalam suatu konflik,
kreativitas, dan problem solving. Namun perlu diingat, tingginya tingkat kebahagiaan
individu tidak selalu mengarah pada kesuksesan yang lebih besar dalam semua domain.
17
Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Kerangka Pikir
1.6. Asumsi
Kaum muda yang mengikuti kegiatan OMK memiliki tingkat kebahagiaan yang
berbeda-beda.
Kaum muda secara sukarela dan tanpa paksaan bergabung menjadi anggota Orang Muda
Katolik (OMK).
OMK melakukan berbagai kegiatan sosial (baik internal atau di dalam gereja maupun
55 Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, diperoleh hal-hal yang menonjol dalam profil happiness pada Orang Muda
Katolik (OMK) di Paroki Santa Perawan Maria Bunda Tujuhn Kedukaan, Pandu, Bandung,
sebagai berikut:
1. Mayoritas OMK Paroki Pandu, Bandung memiliki derajat happiness yang tinggi yang
terlihat dari tingginya skor afektif dan kognitif, yaitu 76,2%.
2. Ada kecenderungan keterkaitan antara aspek kognitif atau kepuasan hidup dan aspek
afektif.
3. Faktor yang memiliki kecenderungan keterkaitan dengan aspek afektif adalah faktor
religiusitas dan reliabilitas, social support dan kesehatan, sedangkan yang memiliki
kecenderungan keterkaitan dengan aspek kognitif hanyalah faktor social support.
4. Faktor yang tidak memiliki kecenderungan keterkaitan dengan aspek afektif adalah faktor
pendidikan dan pekerjaan, sedangkan yang tidak memiliki kecenderungan keterkaitan
dengan aspek kognitif adalah faktor religiusitas dan spiritualitas, kesehatan, pendidikan
dan pekerjaan.
5. 2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran
yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
56
Universitas Kristen Maranatha
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan teori happiness dapat melakukan penelitian
tidak hanya pada komunitas keagamaan tetapi juga dapat dari berbagai komunitas kaum
muda lainnya. Juga tidak hanya pada bidang psikologi perkembangan saja tetapi juga
dalam bidang ilmu psikologi lainnya seperti bidang klinis, pendidikan, industri dan
organisasi dan sosial.
Bagi peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian happiness dengan faktor
religiusitas dan spiritualitas untuk mengetahui apakah ada hubungan erat antara happiness
dan religiusitas dan spiritualitas.
5. 2. 2.Saran Praktis
Bagi pihak gereja, khususnya Orang Muda Katolik (OMK), hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai masukan untuk mengevaluasi kebahagiaan atau happiness pada OMK
dalam beberapa waktu terakhir.
Bagi para pengurus OMK, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi
untuk merancang berbagai kegiatan baik kegiatan keagamaan (seperti doa, retret, koor,
dan sebagainya) maupun kegiatan keakraban (seperti misa OMK, sinode, dan lain
sebagainya) yang dapat menjalin hubungan dan keakraban seluruh anggota OMK satu
sama lain sehingga dapat meningkatkan perasaan-perasaan positif yang dirasakan oleh
HAPPINESS PADA ORANG MUDA KATOLIK (OMK) PAROKI
SANTA PERAWAN MARIA BUNDA TUJUH KEDUKAAN, PANDU,
BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untukmenempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha Bandung
Oleh:
MAYA STEFHANI OLIVIA
NRP: 1030185
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugerah-Nya yang
melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian
yang berjudul: “HAPPINESS PADA ORANG MUDA KATOLIK (OMK) PAROKI SANTA
PERAWAN MARIA BUNDA TUJUH KEDUKAAN, PANDU, BANDUNG”. Penelitian ini
dilakukan dalam rangka menempuh sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha.
Peneliti juga menyadari sepenuhnya tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
penelitian ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Peneliti telah mendapatkan banyak dukungan dan
bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankan peneliti
untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si, Psik.,selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha sekaligus dosen wali yang telah memberi dukungan dan semangat kepada peneliti.
2. Sianiwati S. Hidayat, M.Si, Psik., selaku dosen pengajar dan koordinator mata kuliah Usulan
Penelitian.
3. Efnie Indrianie M.Psi., Psik., dan Ira Adelina M,Psi., Psik., selaku dosen pembimbing utama
dan pendamping yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing,
mengarahkan, memberikan masukan selama penyusunan penelitian ini yang juga disertai
dengan semangat dan kesabarannya hingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian
ini dari awal hinga akhir.
4. Pihak Gereja, Pastor, dan para Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Pandu Bandung yang
telah memberi ijin dan kesempatan pada peneliti sehingga dapat memerlancar pengerjaan
penelitian ini.
5. Pada kedua orangtua peneliti yang telah memberikan dukungan, perhatian dan bantuan moril
6. Teman-teman seperjuangan di Fakultas psikologi Maranatha, baik yang seangkatan, kakak
angkatan, dan juga adik angkatan tercinta. Terima kasih atas dorongan dan semangatnya.
7. Helen Situmorang selaku ketua Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Pandu, Bandung yang
telah membantu peneliti dalam memerlancar penyebaran kuesioner dan selama proses
penelitian berlangsung. Terima kasih atas bantuan, dorongan dan semangat yang selalu
diberikan kepada peneliti.
8. Para sahabat peneliti, yaitu Elsyani M. Kereh, Novi Gunawan, Helyan Viany, Lupi Yanti P,
Aldous R, dan Ananda W, teman-teman Paduan Suara TM3, serta pihak-pihak yang telah
membantu memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti agar tetap berusaha dan
berjuang. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak lepas dari segala kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, peneliti terbuka terhadap segala saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
membantu menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata peneliti berharap agar dalam kekurangan
penelitian ini masih dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
57
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Carr, Alan. (2011). Positive Psychology. The Science of Happiness and Human Strengths, 2nd Edition. New York: Brunner Routledge. Diunduh dari http://samples.sainsburysebooks.co.uk/9781136583094_sample_832695.pdf
Diener, Ed & Biswas, Robert. 2009. Scale of Positive and Negative Experience (SPANE).
Diener, Ed & William, Pavot. 1993. Review of The Satisfication With Life Scale. Psychological Assessment, Vol 5.
Helliwell, J., Layard, R., & Sachs, Jeffrey. (2015). World Happiness Report 2015. Diunduh dari http://www.theglobeandmail.com/news/national/article24073928.ece/BINARY/ World+Happiness+Report.pdf.
Jess Feist & Gregory J. Feist, Theories of Personality, edisi keenam, 2008, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lopez, Shane J. (2008). Positive Psychology: Exploring The Best In People, Volume 4. United State of America: Greenwood Publishing, Group.
Santrock, John W. (2002). Live Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Seligman E. P, Martin. (2004). Authentic Happiness -Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment. : Free Press-2.
Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
58
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Bandung. 2015. Survei Indeks Kebahagiaan Kota Bandung Tahun 2015. Diunduh dari http://portal.bandung.go.id/ assets/download/Indexs-kebahagian-Kota-Bandung-2015.pdf. (Diakses pada 2 april 2016).
Maharani, D. 2015. Tingkat Kebahagiaan (Happiness) pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
Manik, Febrianto. 2015. Makalah Aku Orang Muda Katolik. Diunduh dari http://www.slideshare.net/febrianto_manik/aku-orang-muda-katolik. (Diakses pada 25 Mei 2015).
Mardiah, I. 2011. Pengaruh Religiusitas dan Family Support terhadap Happiness Pada Lansia di Panti Werdha (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Nasution, Indri K. 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja (Skripsi). Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara: Medan.
Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi. Juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Supiyah. 2009. Nilai-Nilai Kristiani pada Novel Horeluya Karya Arswendo Atmowiloto (Skripsi). Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang: Semarang.