• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEREJA MUDA BAGI ORANG MUDA KATOLIK PERANTAU DI PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA BABARSARI YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GEREJA MUDA BAGI ORANG MUDA KATOLIK PERANTAU DI PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA BABARSARI YOGYAKARTA"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

GEREJA MUDA BAGI ORANG MUDA

KATOLIK PERANTAU DI PAROKI SANTA MARIA

ASSUMPTA BABARSARI

YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Susana Sulimah

NIM: 161124016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

(2)

iv

Skripsi ini saya persembahkan untuk

(3)

v MOTTO

“Sejauh- jauhnya merantau tetap akan kembali.” Burung-burung rantau yang pergi bermigrasi keliling dunia mereka akan kembali sesuai dengan pengalaman mereka masing-masing.

(4)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul GEREJA MUDA BAGI ORANG MUDA KATOLIK PERANTAU DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA BABARSARI, YOGYAKARTA. Penulis memilih judul skripsi ini berdasarkan situasi yang dihadapi Paroki St. Maria Assumpta. OMK di Paroki St. Maria Assumpta adalah para mahasiswa perantau yang kuliah di berbagai Perguruan Tinggi di wilayah Babarsari. Hal ini menjadikan keberagaman OMK di Paroki St. Maria Assumpta berbeda dari paroki lain. Pertanyaan-pertanyaan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Apakah Paroki St. Maria Assumpta sebagai Gereja muda sudah menjangkau OMK perantau dan OMK setempat? Apakah Paroki St. Maria Assumpta sebagai Gereja muda setiap tahunnya ada regenerasi baru OMK perantau dan OMK setempat yang melibatkan dalam hidup menggereja? Apakah program yang relevan dan memotivasi OMK perantau dan OMK setempat berperan aktif dalam hidup menggereja? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah OMK perantau di Paroki St. Maria Assumpta. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semiterstruktur sebanyak 17 informan, observasi partisipatif dan studi dokumen. Sejak Paroki St. Maria Assumpta didirikan pada 20 September 2009, OMK menjadi arah pastoral dengan melibatkan OMK perantau dan OMK setempat dalam hidup menggereja. Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengusulkan kegiatan yang mempertemukan OMK perantau dan OMK setempat, sehingga mereka saling mengenal dan saling berkolaborasi dalam hidup menggereja. Kolaborasi OMK perantau dan OMK setempat diharapkan dapat meningkatkan peran serta OMK dalam hidup menggereja dan di masyarakat sebagai Gereja masa kini Allah. Kata-kata Kunci: Gereja Muda, Orang Muda Katolik, Mengikutsertakan,

(5)

ix ABSTRACT

This thesis is entitled THE YOUNG CHURCH FOR THE NON-LOCAL CATHOLIC YOUTH IN ST. MARY ASSUMPTA BABARSARI PARISH, YOGYAKARTA. The author chooses this title based on the issue faced by St. Mary Assumpta Parish in carrying out her role as the Young Church for the non-local youth. The Catholic Youth in St. Mary Assumpta Parish is dominated by the non-local youth who attend the various universities in Babarsari area. This ecclesial setting brings up the diversity to St. Mary Assumpta Parish which distingoishes her from other parishes. The problem in this thesis is as follow How does St. Mary Assumpta Parish manage, to reach out to the non-local youth and the local ones to collaborate with each other in the church activities. This reseader uses descriptive qualitative method with the non-local Catholic Youth who are involved in community service in St. Mary Assumpta Parish as the subject. The author collects the data by doing semi-structured interview, participatory observation, and literature studies. The result of the research shows that St. Mary Assumpta Parish has done well her role as the Young Church for the non-local youth. Even since the parish was built 20th September 2009, the non-local youth has been put as the addressee the parish. The parish gives herself to accommodate the needs the by youth and involves them in the church activities. Their involvement has brought out the young spirit to the parish. Nevertheless, the non-local youth still feel less greeted and acknowledged by the local youth. Based on the result of the research, the author proposes some programs to be held, to bring the non-local youth and the local ones together, so that they can know each other and collaborate one to another. Catholic Youth is the present church of God who enriches the church. Thus, the good collaboration of non-local youth and the local ones hopefully will empower their involvement in the church activities.

Keywords: Young Church, Catholic Youth, Collaboration, reaching andnurturing the faith.

(6)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penulisan ... 6 D. Manfaat Penulisan... 6 E. Metode Penulisan ... 7 F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KERANGKA TEORITIS / KAJIAN TERKAIT ... 10

A. Gereja ... 11

1. Pengertian Gereja ... 11

2. Gereja Muda... 13

B. Orang Muda Katolik ... 17

C. Keterlibatan Orang Muda Katolik Dalam Hidup Menggereja ... 22

Empat Bidang Pelayanan Gereja ... 26

(7)

xiii

b. Bidang Liturgi (liturgia)... 27

c. Bidang Persekutuan (Koinonia) ... 28

d. Bidang Pelayanan (diakonia) ... 29

D. Gereja bagi Para Perantau ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

1. Tempat Penelitian, ... 35

2. Waktu Penelitian ... 35

C. Informan Penelitian ... 36

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 37

1. Teknik Pengumpulan Data ... 37

a. Studi Dokumen... 37

b. Wawancara semiterstruktur ... 37

c. Observasi Parsipatif ... 38

2. Instrumen Penelitian ... 39

1. Pedoman Wawancara OMK perantau ... 40

2. Pedoman Wawancara Romo Paroki ... 40

E. Teknik Analisis Data ... 41

1. Reduksi Data ... 41

2. Data Display (Penyajian Data) ... 42

F. Teknik Keabsahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. 1. Hasil Studi Dokumen ... 44

a. Gambaran Umum Paroki Santa Maria Assumpta ... 44

b. Sejarah Paroki Santa Maria Assumpta ... 45

c. Kekhasan Paroki Santa Maria Assumpta ... 46

d. Keprihatinan dan Tantangan Paroki St. Maria Assumpta ... 47

(8)

xiv

2. Profil Informan ... 49

3. Hasil Wawancara ... 53

4. Triangulasi Data ... 62

B. Refleksi Teologis Hasil Wawancara ... 67

C. Usulan Kegiatan Paroki St. Maria Assumpta ... 80

BAB V PENUTUP ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran Wawancara 1 ... (2) Lampiran Wawancara 2 ... (4) Lampiran Wawancara 3 ... (6) Lampiran Wawancara 4 ... (7) Lampiran Wawancara 5 ... (8) Lampiran Wawancara 6 ... (10) Lampiran Wawancara 7 ... (13) Lampiran Wawancara 8 ... (15) Lampiran Wawancara 9 ... (17) Lampiran Wawancara 10 ... (18) Lampiran Wawancara 11 ... (20) Lampiran Wawancara 12 ... (21) Lampiran Wawancara 13 ... (23)

(9)

xv

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian lama dan Perjanjian Baru dalam Terjemahan Baru, ditambah dengan

Kitap-Kitap Deuterokanonik diselengarakan Oleh Lembaga Biblika Indonesia (Diterbitkan oleh Lembaga Alkitap Indonesia, Jakarta 2014)

Kej : Kejadian Mzm : Mazmur

Kis : Kisah Para Rasul Ef : Efesius

Kor : Korintus Gal : Galatia Fil : Filipi Luk : Lukas

B. Singkatan Dokumen Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965/ 18 Nopember 1965.

CT : Catechesi Trandendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

CV : Christus Vivit Seruan Apostolik Seri Dokumen Gerejawi No. 109 Pasca sinode Paus Fransiskus 25 Maret 2019.

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 Nopember 1965.

(10)

xvi

EG : Evangelii Gaudium, Seruan Apostolik Paus Fransiskus, 24 Nopember 2013.

GS :Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

LG : Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 Nopember 1964.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral Gereja Katolik, 11 Oktober 1992.

OMIPP: Orang Muda, Iman dan Penegasan Panggilan Seri Dokumen Gerejawi No. 107 Sinode Para Uskup 27 Oktober 2018.

C. Singkatan- Singkatan Lain Art : Artikel

EKM : Ekaristi Kaum Muda Hal : Halaman

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia OMK : Orang Muda Katolik

PIA : Pembinaan Iman Anak PPA : Putra-putri Altar

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika pertama kali pada tahun 2016, penulis bertugas sebagai prodiakon pada perayaan Ekaristi Minggu sore di Paroki St. Maria Assumpta, penulis tertarik karena banyaknya OMK perantau di paroki tersebut. Hal tersebut yang menarik untuk menulis skripsi tentang Orang Muda Katolik perantau di Paroki St. Maria Assumpta Babarsari, Yogyakarta. Penulis adalah anggota Suster Konggregasi Suster Jeanne Delanoue (SJD), yang tinggal di wilayah Paroki St. Maria Assumpta. Penulis terlibat dan berdinamika di Paroki St. Maria Assumpta dengan Orang Muda Katolik perantau. Orang Muda Katolik perantau terkadang mengalami berbagai kesulitan di lingkungan tempat kos mereka maupun di kampus.

Wilayah Babarsari merupakan salah satu pusat aktivitas mahasiswa, di Sleman Yogyakarta. OMK perantau yang tinggal di wilayah Babarsari menjadikan Paroki St. Maria Assumpta menjadi paroki yang bersemangat muda. Peran serta OMK perantau dalam dinamika pastoral menjadikan Paroki St. Maria Assumpta menjadi paroki yang membaharui diri terus-menerus, sesuai kebutuhan OMK perantau. Berkembangnya berbagai Perguruan Tinggi di wilayah Babarsari, menyemangati kehidupan di Paroki St. Maria Assumpta menjadi paroki yang terbuka terhadap OMK perantau.

Paroki St. Maria Assumpta dibangun lengkap dengan pastoran dan ruangan untuk aktivitas umat, terutama para mahasiswa Katolik perantau yang

(12)

berdomisili di wilayah Babarsari. Seiring dengan berkembangnya wilayah dan adanya Perguruan Tinggi dengan mahasiswanya yang datang dan berbagai daerah, menjadikan paroki bersemangat muda. Paroki St. Maria Assumpta menjadi penyangga kegiatan mahasiswa perantau dan visi mengembangkan peran serta OMK dalam hidup menggereja.

Paroki St. Maria Assumpta menggerakkan Orang Muda Katolik perantau dalam perayaan Ekaristi sesuai dengan semangat muda. Paroki St. Maria Assumpta mengembangkan bakat dan minat OMK melalui berbagai kegiatan baik di paroki maupun di lingkungan seperti: olah raga bersama, kunjungan ke panti asuhan, memberi makan anak-anak jalanan, koor di paroki, OMK juga berpartisipasi aktif di komunitas persatuan mahasiswa di kampus. Pengurus OMK menjalin komunikasi dan koordinasi dengan ketua lingkungan dan OMK setempat untuk terlibat di lingkungan dan di paroki. Paroki menyadari OMK perantau yang aktif di Paroki St. Maria Assumpta adalah para mahasiswa yang tinggal sementara di wilayah Babarsari. Situasi OMK yang tidak menetap ini disadari, bahwa dalam masa empat tahun mereka akan lulus kuliah dan kembali ke daerah asalnya masing-masing. Maka, setiap tahunnya perlu ada program kaderisasi dengan sasaran strategis bertambahnya anggota baru.

Arah pastoral yang terbuka dan melibatkan OMK menjadi pilihan Paroki St. Maria Assumpta. Melalui peran serta OMK diharapkan OMK setempat menjadi penggerak yang menyemangati kehidupan menggereja, agar arah pastoral Paroki St. Maria Assumpta semakin kreatif dan beradaptasi sesuai situasi OMK. Paroki St. Maria Assumpta dengan didukung OMK perantau menjadi

(13)

paroki yang bersemangat muda dengan membaharui diri, menghadirkan Kerajaan Allah yang nyata di wilayah Babarsari. Kehadiran OMK perantau di wilayah Babarsari menjadi penggerak dengan berkolaborasi dengan OMK setempat di Paroki St. Maria Assumpta.

Paroki St. Maria Assumpta Babarsari membangun “miniatur Indonesia” yang ditegaskan oleh Romo Dominikus Donny Widiyarso, Pr sebagai pastor Paroki Babarsari 2013 -2016 diteruskan sampai sekarang. Beragam suku dan budaya yang dihidupi OMK perantau menjadikan Paroki St. Maria Assumpta menjadi paroki yang mengutamakan OMK dalam arah pastoralnya. Paroki St. Maria Assumpta didirikan karena kehadiran mahasiswa perantau dari berbagai daerah di Indonesia. Situasi latar belakang suku, budaya yang berbeda terkadang menjadikan kehadiran mereka ditolak di lingkungan kos mereka. OMK perantau mengalami kesulitan-kesulitan, misalnya saat mencari tempat kos ditolak di lingkungan karena suku dan agama.

Faktor yang mendorong perkembangan jumlah OMK di Paroki St. Maria Assumpta dipengaruhi adanya 14 Perguruan Tinggi antara lain Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY), Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (YKPN), Universitas Proklamasi 45, Universitas Respati Yogyakarta (UNRIYO), Politeknik (API), STIKES Wira Husada, Sekolah Tinggi Pariwisata (AMPTA), Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN (STTN BATAN), STIMIK AKAKOM, Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO), Akademi Kepariwisataan Yogyakarta (AKY) dan Univesitas Mercu Buana

(14)

Yogyakarta (UMBY) Kampus 3. Secara teritorial 14 Perguruan Tinggi ada di wilayah Paroki St. Maria Assumpta, tetapi menjangkau Universitas Sanata Dharma (USD), banyak mahasiswa USD juga terlibat di Paroki St. Maria Assumpta.

Berkembangnya Perguruan Tinggi di wilayah Babarsari diiringi dengan meningkatnya jumlah pemukiman dan rumah kos para mahasiswa. Faktor inilah yang menjadikan mobilitas OMK perantau di Paroki St. Maria Assumpta cukup tinggi. Perpindahan lokasi tempat tinggal menjadi hal yang wajar menyesuaikan kenyamanan dalam aktivitas belajar. Tantangan Paroki St. Maria Assumpta dalam mempertahankan kebenaran data, berdasarkan teritorial tempat tinggal karena sebagai perantau tinggal tidak menetap. OMK perantau yang tinggal di sekitar wilayah Babarsari mewarnai dinamika hidup menggereja di paroki tersebut.

Orang Muda Katolik di setiap paroki memiliki keunikan tersendiri, OMK di Paroki St. Maria Assumpta ada karena kehadiran para mahasiswa perantau dari berbagai daerah di Indonesia. Pada perayaan Natal paroki St. Maria Assumpta melibatkan OMK perantau yang memiliki ide kreatif dalam menyukseskan perayaan Natal. OMK perantau berperan aktif dalam hal pelayanan liturgi seperti misdinar, koor, lektor, pemazmur. Keterlibatan OMK perantau nampak dalam kepanitian mempersiapkan tugas hari raya besar (Natal dan Paskah).

Kekhasan Paroki St. Maria Assumpta adalah kehadiran para OMK perantau dari berbagai daerah yang tinggal di wilayah Babarsari. Hal tersebut menjadikan paroki St. Maria Assumpta menjadi Gereja muda yakni Gereja yang hidup dan berdinamika dan menggerakkan OMK. OMK sebagai kekuatan besar

(15)

pembaharuan Gereja, OMK memiliki potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Semangat OMK dan kemampuan yang mereka miliki menjadi energi yang menghidupkan Gereja, OMK diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi-potensi yang mereka miliki. Paroki St. Maria Assumpta menggerakkan OMK perantau untuk terlibat aktif hidup menggereja dalam kegiatan di paroki dan kegiatan sosial di lingkungan.

Penulis tertarik dengan jumlah OMK perantau yang terlibat aktif hidup menggereja dan dinamika hidup menggereja OMK perantau dan OMK setempat. Penulis ingin mengetahui apakah Paroki St. Maria Assumpta sebagai Gereja muda menjangkau OMK perantau dan OMK setempat. Penulis ingin mengetahui Paroki St. Maria Assumpta sebagai Gereja muda setiap tahunnya ada regenerasi baru OMK perantau dan OMK setempat yang terlibat dalam hidup menggereja. Penulis ingin mengetahui program yang relevan dan memotivasi OMK perantau dan OMK setempat dalam keterlibatan hidup menggereja. Maka, penulis memberi judul untuk penelitian, yaitu: GEREJA MUDA BAGI ORANG MUDA KATOLIK PERANTAU DI PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA BABARSARI YOGYAKARTA.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dirumuskan, permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah Paroki St. Maria Assumpta sebagai Gereja muda sudah menjangkau OMK perantau dan OMK setempat?

(16)

2. Apakah Paroki St. Maria Assumpta sebagai Gereja muda setiap tahunnya ada regenerasi baru OMK perantau dan OMK setempat yang terlibat dalam hidup menggereja?

3. Apakah program yang relevan dan memotivasi OMK perantau dan OMK setempat berperan aktif dalam hidup menggereja?

C.Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui Paroki St. Maria Assumpta sebagai Gereja muda sudah menjangkau OMK perantau dan OMK setempat.

2. Mengetahui Paroki St. Maria Assumpta sebagai Gereja muda setiap tahunnya ada regenerasi baru OMK perantau dan OMK setempat yang terlibat dalam hidup menggereja.

3. Mengetahui program yang relevan dan memotivasi OMK perantau dan OMK setempat berperen aktif dalam hidup menggereja.

D.Manfaat Penulisan a) Bagi Paroki

Menjadi sarana guna membantu Paroki St. Maria Assumpta Babarsari memahami karakteristik OMK perantau sehingga mampu melayani kebutuhan iman OMK perantau di Paroki St. Maria Assumpta. Membantu paroki dalam mendampingi OMK perantau dan OMK setempat dalam pelayanan. Membantu OMK untuk semakin terlibat di lingkungan kos tempat tinggal mereka maupun di Paroki di manapun mereka berada.

(17)

b)Bagi Pendamping OMK

Membantu pendamping OMK agar kreatif dan tepat dalam mendampingi dan menjangkau OMK perantau dan OMK setempat. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penghayatan hidup menggereja OMK perantau. OMK perlu mendapat perhatian dibantu dan didukung untuk semakin mengembangkan potensi-potensi mereka melalui kolaborasi dengan OMK setempat.

c) Bagi Prodi PENDIKKAT

Membantu Program Studi Pendikkat untuk menyediakan data ilmiah mengenai hubungan antara Gereja muda terhadap Orang Muda Katolik perantau dalam keterlibatan hidup menggereja OMK perantau dan OMK setempat.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan studi dokumen, observasi partisipatif dan wawancara semiterstruktur. Observasi partisipatif penulis akan menguraikan dengan ikut ambil bagian dalam kehidupan OMK perantau dan OMK setempat di Paroki St. Maria Assumpta. Penulis mendapatkan data yang dianalisis dan melengkapinya dengan studi pustaka. Penulis menggunakan metode wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur dilakukan terhadap 13 informan OMK perantau, Romo paroki, koordinator lektor, koordinator mazmur, pendamping OMK, Ketua bidang penelitian dan pengembangan untuk memperoleh data yang diperlukan penulis.

(18)

F. Sistematika Penulisan

Judul Skripsi Gereja muda bagi Orang Muda Katolik di Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari, Yogyakarta. Judul ini penulis bahas dalam lima bab, yang diuraikan sebagai berikut:

Bab I berisi latar belakang penulisan menjelaskan ketertarikan menulis skripsi tentang Orang Muda Katolik perantau di Paroki St. Maria Assumpta Babarsari, Yogyakarta. Yakni, jumlah OMK perantau dan OMK setempat yang terlibat aktif hidup menggereja dan dinamika hidup menggereja OMK perantau dan OMK setempat. Identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penelitian.

Bab II ini membahas keterlibatan OMK dalam hidup menggereja yang menjadikan suasana dinamis Paroki St. Maria Assumpta. Gambaran OMK dalam hidup menggereja di Paroki St. Maria Assumpta. Pandangan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Gereja muda, Orang Muda Katolik, Gereja perantau. Pembahasan dalam bab ini dibagi ke dalam empat bagian, yakni bagian pertama Gereja muda menjelaskan tentang pengertian Gereja muda, bagian kedua Orang Muda Katolik dalam keterlibatan hidup menggereja. Bagian ketiga menguraikan tema mengenai Gereja bagi para perantau. Bagian keempat mengidentifikasikan membahas tentang keterlibatan hidup menggereja OMK perantau. Kajian teori berdasarkan Kitab Suci, dokumen Gereja dan pendapat para ahli.

Bab III berisi penelitian fokus pada metode penelitian yang digunakan meliputi: Jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pertanyaan penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

(19)

Bab IV bagian pertama berisi tentang gambaran Paroki Santa Maria Asumpta, sejarah Paroki St. Maria Assumpta dan situasi OMK perantau Paroki St. Maria Assumpta. Berisi hasil penelitian yang di dalamnya mencakup profil informan, hasil wawancara dan hasil penelitian berupa kata perkata dari hasil wawancara dengan informan dan hasil observasi serta dokumen yang berkaitan dengan deskripsi Paroki St. Maria Assumpta menjadi Gereja muda bagi OMK perantau. Hasil penelitian tersebut menjadi acuan bagi penulis dalam menganalisis Paroki St. Maria Assumpta menjadi Gereja muda bagi OMK perantau. Pada akhir bagian ini penulis menyertakan usulan kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan OMK perantau dan OMK setempat.

Bab V merupakan Bab terakhir sekaligus sebagai penutup dari seluruh pembahasan mengenai Gereja muda dan keterlibatan OMK di Paroki St. Maria Assumpta. Penulis juga memberi saran atau rekomendasi kepada pastor paroki, dewan paroki St. Maria Assumpta agar menindaklanjuti hasil penelitian ini.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA / KERANGKA TEORITIS

Bab I penulis telah menguraikan latar belakang penulisan skripsi yakni OMK perantau di Paroki St. Maria Assumpta. Peran serta OMK perantau dalam hidup menggereja menjadikan Paroki St. Maria Assumpta sebagai Gereja muda. Permasalahan dalam skripsi ini yaitu: Apakah Paroki St. Maria Assumpta sebagai Gereja muda sudah menjangkau OMK perantau dan OMK setempat? Apakah Paroki St. Maria Assumpta sebagai Gereja muda setiap tahunnya ada regenerasi baru OMK perantau dan OMK setempat? Program apa yang relevan untuk memotivasi OMK perantau dan OMK setempat. Tujuan penulisan mengetahui sebagai Gereja muda apakah sudah menjangkau OMK perantau dan OMK setempat. Mengetahui sebagai Gereja muda apakah setiap tahunnya ada regenerasi baru. Mengetahui program yang relevan dan memotivasi OMK perantau dan OMK setempat terlibat dalam hidup menggereja

Bab II ini penulis membahas pandangan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Gereja muda, Orang Muda Katolik, Gereja perantau. Pembahasan dalam Bab ini dibagi ke dalam empat bagian, yakni bagian pertama Gereja muda menjelaskan tentang pengertian Gereja muda, bagian kedua mengkaji Orang Muda Katolik dalam keterlibatan hidup menggereja. Bagian ketiga menguraikan tema mengenai Gereja bagi para perantau. Bagian keempat membahas tentang keterlibatan hidup menggereja OMK perantau. Kajian teori berdasarkan Kitab Suci, dokumen Gereja dan pendapat para ahli.

(21)

A.Gereja

1. Pengertian Gereja

Kitab Suci dan ajaran Gereja mendefinisikan Gereja bukanlah semacam batasan atau definisi. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef 1:22-23). Karena Kristus adalah kepala maka semua umat beriman adalah anggota tubuh-Nya. Orang Kristen diharapkan dapat bekerjasama dengan Allah mewujudkan Kerajaan Allah di tengah dunia lewat hidup menggereja.

Jemaat perdana sungguh-sungguh, bertekun di dalam pengajaran para rasul, mengadakan perjamuan kudus, dan berdoa kepada Tuhan. Jemaat perdana terus menambah pengetahuan akan Allah dan mendapatkan kekuatan agar bertahan dalam penganiayaan. Kitab Suci mencatat bahwa mereka terus-menerus memberitakan Injil kepada orang lain, meskipun mengalami penganiayaan namun mereka bergembira karena boleh menderita bagi Tuhan dan akhirnya jumlah mereka bertambah banyak (Kis 2:41-47).

Gaudium et Spes Konsili Vatikan II bicara tentang “tanda-tanda zaman” (

GS 4) yang dimaksudkan bukanlah pertama-tama gejala-gejala sakral, melainkan justru profan. Gejala-gejala profan tertentu bisa dilihat secara religius sebagai isyarat Roh Kudus yang mengingatkan Gereja akan tugasnya sehubungan dengan Kerajaan Allah sebagai realitas akhir zaman. Melihat, menafsirkan dan menanggapi “tanda-tanda zaman” bukan sampingan belaka dalam misi Gereja,

(22)

Gereja merupakan sakramen yang kelihatan dari karya keselamatan Allah, kesatuan antar umat manusia dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia sekaligus sarana mencapai kesatuan itu (LG 1). Gereja disebut sebagai sakramen yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan dalam kesatuan dengan seluruh umat manusia dihantar kepada segala kebenaran, dipersatukan dalam persekutuan serta pelayanan. Seluruh Gereja sebagai umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus (LG 4).

Hidup menggereja yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan menggereja seperti pewartaan (kerygma), liturgi (liturgia), persekutuan (koinonia), dan pelayanan (diakonia). Pelayanan Gereja seperti Jemaat Perdana menjadi tolok ukur pelayanan Gereja untuk menunaikan tugas dan kewajiban secara nyata di dunia (GS 43). Lumen Gentium menyebutkan, Gereja memajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan dan adat-istiadat bangsa-bangsa sejauh baik; tetapi menampungnya juga memurnikan, menguatkan serta mengangkatnya” (LG 13). Semua orang beriman, yang tersebar di seluruh dunia, dalam Roh Kudus berhubungan dengan yang lain.

Konsili Vatikan II, merumuskan iman Gereja dalam bahasa yang sederhana dan lebih manusiawi. Khusus dalam Gaudium et Spes (tentang Gereja dan dunia). Paus Yohanes sebelum konsili sekarang menjadi kecemasan umum yaitu bahwa ada jurang yang dalam antara ajaran Gereja dan kebutuhan hidup setiap hari. Persoalan akan semakin besar ketika dilihat dari sudut pandang pembangunan masyarakat.

(23)

Paus Yohannes Paulus II dalam Catechesi Tradendae, menjelaskan ciri-ciri Gereja muda masa kini yang begitu kompleks, dengan menunjukkan bahwa kaum muda menggunakan bahasa tertentu dan bahwa amanat Yesus harus diterjemahkan ke dalam bahasa itu dengan sabar dan bijaksana dengan memperlihatkan bahwa kendati apa yang nampak secara lahiriah bahwa orang-orang muda, siap sedia dan terbuka dengan sungguh-sungguh berhasrat untuk mengenal Yesus Kristus (CT 40).

Paroki Babarsari dengan visi menghadirkan kerajaan Allah, yang dimaksud kerajaan Allah adalah dimensi kehidupan yang diterangi dengan suasana di mana Allah menjadi raja bagi semua umat beriman. Kehadiran kerajaan Allah ini merupakan cita-cita, arah dan tujuan yang dihayati dan diperjuangkan umat beriman paroki Babarsari, bersama semua orang yang berkehendak baik. Jadi, Gereja atau ekklesia bukan sembarang kumpulan, melainkan kelompok orang yang khusus. Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan (Iman Katolik, 1996: 332).

2. Gereja Muda

Pada persiapan Yubileum Agung Tahun 2000 Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya kepada kaum muda, berpesan bahwa Gereja tidak melihat orang muda hanya sebagai sekelompok orang dari sebuah tahapan usia tertentu sekaligus agar orang muda mencintai Gereja, menerima keterbatasannya dan keterlibatan aktif di dalamnya (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:48). Gereja melakukan pembinaan melalui berbagai paguyuban seperti: OMK (Orang Muda Katolik) bagi

(24)

kaum muda Katolik, lewat PMKRI (Persatuan Mahasiswa Katolik) atau KMK (Kelompok Mahasiswa Katolik) bagi para mahasiswa.

Gereja Santa Maria Assumpta dengan didukung OMK perantau, menjadi Gereja yang signifikan dan relevan untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang semakin nyata di tengah umat dan harapan kaum muda. Gereja Santa Maria Assumpta mengusahakan agar kegiatan-kegiatan OMK mengarah pada hal yang meningkatkan kepedulian terhadap kehidupan menggereja dan lingkungan. Peran serta OMK dapat diwujudkan dengan keikutsertaan dalam hidup menggereja sebagai aktualisasi diri dari perwujudan iman mereka (Profil Paroki St. Maria Assumpta Babarsari, 2016: 15).

Pada dokumen Evangelii Gaudium art. 46 (2013:19). Gereja muda dalam arti Gereja yang membaharui diri untuk menjawab kebutuhan umat setempat. Gereja yang “bergerak keluar” Gereja yang pintu-pintunya terbuka dan membaharui diri terus-menerus. Bergerak keluar menjumpai, menyapa, peduli pada sesama pada zaman saat ini. Bergerak keluar dengan mengesampingkan ketakutan untuk melihat dan mendengarkan sesama, mengabaikan hal-hal yang mendesak dan untuk menjumpai yang membutuhkan bantuan dengan belaskasih. Seperti Bapa dari anak yang hilang, yang selalu membuka pintunya sehingga ketika si anak kembali, ia dapat dengan mudah memasukinya. Kutipan ini relevan dengan situasi OMK saat ini yang membutuhkan sapaan dan perhatian.

Pengalaman OMK perantau saat diterima, dicintai di lingkungan saat jauh dari orang tua, dari kampung halaman adalah hal yang meneguhkan. Pada dokumen Evangelii Gaudium art. 24 (2013:19), menjelaskan Gereja yang

(25)

“bergerak keluar” adalah komunitas para murid yang diutus yang mengambil langkah pertama, yang terlibat dan mendukung yang berbuah dan bersukacita. Komunitas yang mewartakan Injil mengetahui bahwa Tuhan telah mengambil prakarsa, Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi, sehingga kita dapat bergerak maju, berani mengambil prakarsa, mencari mereka yang telah menjauh. Hal yang mendorong untuk mengasihi sesama pengalaman telah dikasihi Tuhan.

Dokumen Evangelii Gaudium art. 20 (2013:18) menjelaskan:

Gereja berdiri karena kebutuhan dalam pelayanan. Gereja menaruh kepedulian terhadap orang muda terkait dengan iman dan kehidupan moralnya yang perlu mendapatkan pendampingan terus- menerus agar menjadi orang muda yang militan. Sabda Allah menantang percaya kepada-Nya untuk “bergerak keluar.”Abraham menerima panggilan pergi ke negeri baru (Kej.12:1-3). Keluar dari zona nyaman untuk mencapai cita-cita dalam terang Injil.

Paroki bukanlah lembaga usang, dapat menerima berbagai bentuk yang tergantung pada keterbukaan dan kreativitas perutusan dari pastor dan komunitas-komunitas. Gereja muda dalam arti mampu membaharui diri dan senantiasa menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat setempat, Gereja akan terus menjadi “Gereja yang hidup di tengah rumah para putra-putrinya”. Gereja berhubungan dengan dan kehidupan umatnya dan tidak menjadi struktur yang tak berguna di luar kontak dengan umat atau komunitas-komunitas yang menjawab kebutuhan (EG 28).

Pada dokumen Christus Vivit art. 13 (2019:10), Yesus yang senantiasa muda, ingin memberi kita hati yang selalu muda. Sabda Tuhan meminta kita: “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru” (1Kor 5:7). Sekaligus, Ia mengundang kita untuk menanggalkan “pribadi yang tua”

(26)

untuk mengenakan pribadi yang “baru” (Kol 3:9-10). Menjelaskan apa arti mengenakan kembali kemudaan “yang diperbaharui” (ay.10), Dia mengatakan bahwa hal itu berarti untuk memiliki “belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran.

Gereja menjadi muda dengan mendengarkan orang muda, yang berarti mendengarkan Tuhan yang berbicara di zaman sekarang yang membaharui dalam Roh-Nya. Gereja menjadi muda Seperti zaman Samuel dan Yeremia, orang-orang muda mengetahui cara menimbang-nimbang tanda-tanda zaman kita, yang ditunjukkan oleh Roh Kudus.“ Mendampingi orang-orang muda keluar dari rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Orang-orang muda mengartikan mengubah pesan yang telah mereka terima dalam kata dan perbuatan secara nyata saat ini (Budi Purwantoro,2019: 8).

Pada dokumen Christus Vivit, art 34 (2019:18), menjelaskan Gereja dapat membaharui dirinya dan kembali menjadi muda dalam fase berbeda-beda dari sejarahnya yang sangat panjang. Mengingat kebenaran ini, Konsili Vatikan II menyatakan bahwa “kaya dengan sejarah panjang yang selalu hidup di dalamnya dan berjalan menuju kesempurnaan manusia sepanjang waktu dan menuju tujuan akhir sejarah dan kehidupan. Gereja adalah kemudaan sejati dari dunia. Di dalamnya mungkin bertemu Kristus “teman dan sahabat orang muda”.

Gereja menjadi muda ketika dapat terus-menerus kembali pada sumbernya dan mampu menjawab kebutuhan. Orang Muda Katolik dapat membawa keindahan kemudaan kepada Gereja ketika mereka membangkitkan kemampuan untuk bersuka cita dari apa yang dimulai, untuk memberi diri tanpa mengharapkan kembali, untuk memperbaharui dan meraih prestasi-prestasi yang lebih besar Christus Vivit, 2019 art 36-37).

(27)

Gereja yang terbuka bagi OMK menjadi rumah yang terbuka bagi siapapun, bercirikan suasana kekeluargaan, persaudaraan dalam komunitas dibangun dari kepercayaan dan keyakinan. OMK adalah orang-orang yang dinamika hidupnya mudah berubah, bergerak cepat, penuh dengan idialisme dan dapat menjadi pewarta yang handal. Kekuatan OMK perantau menjadi penggerak daya perubahan yang cepat di dalam Gereja (Mali, 2019:5).

B.Orang Muda Katolik

Konsili Vatikan II Apostolicam Actuositatem artikel 12 memandang kaum muda sebagai kekuatan yang amat penting dalam masyarakat. Kaum muda sebagai pembawa perubahan dalam masyarakat. Tantangan bagi Gereja adalah bagaimana Gereja bisa ikut menciptakan lingkungan tempat nilai-nilai dasar manusiawi, sehingga kaum muda dapat bercermin dan dapat mengolah proses untuk menemukan identitas diri kaum muda.

Menurut [Pedoman Karya Pastoral Orang Muda Katolik Indonesia (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:17] menyebutkan bahwa Orang Muda Katolik ialah lajang berusia 13-35 tahun dan sudah di baptis. Rentang usia 13-35 tahun dalam hal ini masuk akal dalam pastoral OMK karena alasan perkembangan psikologis serta situasi Indonesia yang beragam. Dari definisi di atas, penulis dalam skripsi ini menentukan bahwa yang termasuk usia muda adalah yang berusia antara 13-35 tahun sebagaimana dirumuskan dalam buku Pedoman Karya Pastoral Orang Muda Katolik Indonesia.

Orang dewasa hendaknya menjalin dialog dengan orang muda dalam suasana persahabatan. Berjalan bersama OMK berarti menciptakan kekuatan,

(28)

pendamping yang hadir sebagai teman perlu memperhatikan perkembangan OMK masa kini. OMK masa kini adalah generasi Z, generasi yang akrab dengan penggunaan teknologi digital. Teknologi menjadi bagian dari kehidupan OMK sebab banyak hal mereka lakukan berhubungan dengan teknologi digital (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:120).

Dokumen Orang Muda, Iman dan Penegasan Panggilan art.128 (2018:116) menjelaskan Orang Muda Katolik memperkaya Gereja dan bukan sekedar apa yang dilakukan Gereja. OMK adalah pelaku utama dari banyak aktivitas Gerejawi, di mana mereka menawarkan pelayanan mereka secara murah hati,. Peran serta penuh tanggung jawab OMK dalam hidup Gereja bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah tuntutan hidup babtisan dan unsur penting bagi hidup setiap komunitas.

OMK di keuskupan-keuskupan dengan dilandasi pengertian bahwa OMK merupakan kekuatan pendorong pada masa sekarang maupun masa datang bagi Gereja. Keberpihakan bagi orang muda tidak hanya sekadar pilihan yang strategis namun karena Gereja mengakui kasih Allah bagi OMK. Gereja yakin bahwa, dengan kebaikan dan kelemahan orang muda Katolik, Allah memutuskan untuk selalu menawarkan Gereja bagi mereka supaya mereka agar mereka dapat melakukan evangelisasi di zaman ini. (http://www.katolisitas.org/bagaimana-sikap-allah-dan-gereja-terhadap-orang-muda.

Gereja mempunyai tanggung jawab menemani orang-orang muda dengan cara yang baru. Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS), dalam Rencana Induk KAS (RIKAS) 2016-2035, arah formasi OMK pada dua segi yang tidak

(29)

terpisahkan, yaitu formasi iman dan formasi keterlibatan sosial demi hadirnya para bentara peradaban kasih. Mgr. Pius Riana Prapdi, ketua komisi kepemudaan KWI mengatakan, semua OMK dalam aktivitasnya setiap hari tiada henti menciptakan kisah-kisah injil dihayati (Budi Purwantoro, 2019:8).

Gereja muda yang bersemangat muda di tengah Orang Muda Katolik perantau, seturut visi rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 2016-2035. Orang tua perlu mengubah cara pandang dari sikap ketidakpercayaan dan apatis terhadap OMK dengan sikap kepercayaan dan mengikutsertakan OMK dalam hidup menggereja. Gereja KAS memandang OMK adalah rahmat Allah, OMK adalah Gereja masa sekarang, Gereja masa depan ditentukan oleh OMK saat ini. KAS menjalankan formasi iman dan formasi peran serta OMK sebagai perwujudan iman (Budi Purwantoro, 2019:11).

Orang Muda Katolik menjadi Gereja saat ini, diharapkan dapat bertanggung jawab akan perannya. Mereka mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan paroki dengan berpartisipasi aktif dalam hidup menggereja. Orang Muda Katolik menyadari bahwa dirinya adalah citra Allah yang memiliki berbagai potensi dan talenta yang perlu dikembangkan. Kita hidup dalam sebuah budaya “tanpa batas” yang ditandai dengan relasi baru ruang-waktu karena komunikasi digital dan bercirikan mobilitas yang terus-menerus(OMIPP 129)

Orang Muda Katolik memperkaya Gereja dan bukan sekedar apa yang dilakukan Gereja. OMK adalah pelaku utama dari aktivitas Gerejawi, di mana mereka melakukan pelayanan secara murah hati, khususnya dengan kreativitas dalam katekese peran serta penuh tanggung jawab OMK dalam hidup Gereja

(30)

bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah tuntutan hidup babtisan dan unsur penting bagi hidup (OMIPP 116).

Generasi Z yang lahir dan dibesarkan diera teknologi digital yang berkembang pesat dan cepat. Mereka adalah generasi yang memiliki keahlian menggunakan teknologi baru dan berkomunikasi menggunakan media baru. Generasi Z yang dilahirkan dan dibesarkan dalam teknologi digital cendurung kurang berkomunikasi dengan teman-teman, bahkan orang tuanya sendiri. Komunikasi generasi Z tidak terbatas waktu dan tempat mereka adalah generasi muda yang memiliki keahlian menggunakan berbagai teknologi (Hidup Di Era Digital, 2015:5).

Orang Muda Katolik zaman ini adalah mereka yang hidup di era digital disebut sebagai generasi Z. Generasi Z merupakan generasi yang hampir sebagian besar hidupnya mengandalkan teknologi dalam berkomunikasi, bermain dan bersosialisasi. Budaya instan yang didukung oleh teknologi canggih juga membuat orang muda terkadang sulit untuk menemukan makna dari setiap peristiwa hidup yang dialami. OMK hidup dalam dunia yang ditandai dengan arus globalisasi, hal ini menentukan gerak keterlibatan orang muda dalam Gereja dan masyarakat (Hidup Di Era Digital, 2015:5).

Masa muda adalah periode kehidupan yang orisinal dan menggairahkan yang telah dihayati oleh Yesus sendiri, dengan menguduskannya. Gereja sebagai masa muda sejati dunia, yang memiliki kemampuan untuk bersukacita atas apa yang dimulai, memberikan diri tanpa pamrih, memperbarui dan memulai. Dengan kesegaran dan iman, orang muda ikut serta menunjukkan wajah Gereja yang

(31)

tercermin sebagai Kristus yang senantiasa muda. Hal ini tidak berarti menciptakan Gereja baru bagi orang-orang muda, melainkan menemukan kembali bersama mereka kemudaan Gereja, dengan membuka diri kita terhadap karunia Pentakosta baru (OMIPP 60).

Gereja mempunyai tanggung jawab menemani orang-orang muda dengan cara yang baru. Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS), arah formasi Orang Muda Katolik (OMK) pada dua segi yang tidak terpisahkan, yaitu formasi iman dan formasi keterlibatan sosial demi hadirnya para bentara peradapan kasih. Mgr. Pius Riana Prapdi, Ketua Komisi Kepemudaan KWI, mengatakan semua OMK dalam aktivitasnya setiap hari tiada henti menciptakan kisah-kisah injil dihayati dengan penuh sukacita (Budi Purwantoro, 2019:10).

Pada dokumen Christus Vivit (2019 art 246) dituliskan agar OMK dipandang dengan pengertian, penghargaan dan kasih sayang tidak dihakimi terus-menerus dan dituntut untuk menjadi sempurna dan tidak sesuai dengan umur mereka. Kehadiran pendamping di tengah orang muda hendaknya bukan sebagai “guru” yang memberi petuah dan pengajaran verbal. Pendamping hendaknya hadir sebagai sosok yang memberi diri untuk berproses, berjalan bersama orang muda serta memberikan kesaksian hidup yang baik.

Jika kita, orang-orang muda dan tua berjalan bersama, kita dapat berakar dengan kokoh di masa kini, dan dari posisi ini, kita dapat hadir ke masa lalu dan ke masa depan. Dengan demikian, dengan bersatu padu, kita dapat saling belajar, menghangatkan hati, memberikan inspirasi pada pikiran kita dengan cahaya Injil dan memberikan kekuatan baru kepada tangan-tangan kita. (Christus Vivit, 2019 art 199).

(32)

Paroki mendukung agar OMK dengan kesadarannya mau terlibat aktif dalam hidup menggereja. Paroki perlu memberdayakan OMK dengan dukungan dan kepercayaan pada potensi-potensi yang dimiliki oleh OMK mengembangkan kegiatan di paroki. Paroki diharapkan memberikan peluang-peluang bagi OMK mengembangkan pendapat, kreatifitas dan kemampuan mereka. OMK akan semakin menyadari perannya sebagai orang Katolik yang mengimani Yesus Kristus dengan berperan aktif dalam hidup menggereja dimanapun berada.

Paus Fransiskus menuliskan situasi yang sedang dihadapi oleh orang muda zaman sekarang. “Banyak orang muda yang hidup dalam situasi peperangan dan mengalami kekerasan dalam berbagai bentuk yang tak terhitung: penculikan, pemerasan, kejahatan terorganisasi, perdagangan manusia, perbudakan dan eksploitasi seksual, pemerkosaan dalam peperangan, dan sebagainya. Orang-orang muda karena iman mereka, berjuang menemukan tempat dalam masyarakat dan mengalami berbagai bentuk persekusi, bahkan sampai mati (Christus Vivit, 2019 72).

C. Keterlibatan Orang Muda Katolik Dalam Hidup Menggereja

Katekismus Gereja Katolik dalam (KGK 10) menjelaskan bahwa arti keterlibatan adalah sebuah pengabdian yang dilaksanakan secara sukarela oleh pribadi-pribadi yang sesuai dengan tempat dan peranan seseorang mengarah pada peningkatan kesejahteraan umum. Keterlibatan OMK dalam hidup menggereja adalah bentuk perwujudan iman. Keyakinan akan Yesus Kristus mendorong OMK terlibat menghayati dan menyadari imannya, sehingga diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Gereja menaruh perhatian terhadap OMK dengan memberikan dukungan sekaligus ajakan agar membantu OMK dalam menghadapi berbagai persoalan di zaman saat ini. Saat ini banyak OMK yang terlibat baik di Gereja maupun di

(33)

lingkungan masyarakat menjadi lektor, koor, mazmur dan organis pada perayaan Ekaristi di Gereja merupakan bentuk penghayatan hidup menggereja mereka. OMK memberikan pelayanan pada saat perayaan Ekaristi, memberikan pewartaan sebagai wujud penghayatan dalam hidup menggereja dengan menjadi sukarelawan saat ada bencana (AA 12).

Keterlibatan OMK dalam hidup menggereja, berasal dari keinginan dan kesadaran diri sendiri, bukan karena kepentingan pribadi maupun kelompok. OMK menyadari akan perannya sebagai umat Kristiani, mereka senang dan merasa dapat menemukan bahwa Allah hadir dalam dirinya. Peran OMK terlibat aktif dalam hidup menggereja maupun masyarakat sangatlah penting. Keterlibatan itu adalah buah dari perwujudan imannya akan Kristus, yang dihayati dan dikembangkan melalui sikap dan tindakan konkret.

Orang Muda Katolik diharapkan terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja dan masyarakat. Keterlibatan OMK dalam kehidupan menggereja menumbuhkan perkembangan iman bagi OMK. Tanpa keterlibatan OMK, ada bahaya bahwa Gereja masa depan tinggal menjadi gedung tanpa penghuni. Berangkat dari kesadaran tersebut, Gereja mengusahakan OMK mendapat perhatian, sehingga, perlu dibuat berbagai rancangan program dan kegiatan untuk menyiapkan Gereja, OMK adalah Gereja masa kini. Ide pembaharuan yang lekat dengan dirinya adalah modal penting untuk pengembangan Gereja. OMK diharapkan terlibat aktif dalam kegiatan menggereja (Nota Pastoral, 2009:3).

Paus mengajak OMK mencintai Gereja, menerima keterbatasannya, dan berpartisipasi aktif dalam misinya (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:48). Paus

(34)

Yohanes Paulus II mengatakan: Orang Muda Katolik adalah harapan Gereja dunia dan harapanku. Harapan Paus ini hendak mendorong OMK untuk terlibat baik dalam komunitasnya maupun di luar komunitasnya. OMK perlu bermakna bagi orang lain sebagaimana Yesus pun telah wafat bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk manusia (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 69).

Pelayanan pastoral yang mampu memperbarui diri dalam memperhatikan relasi-relasi dan kualitas komunitas Kristiani, memiliki makna dan menarik bagi orang-orang muda. Dengan demikian, Gereja dapat menunjukkan dirinya kepada orang-orang muda sebagai sebuah rumah yang menerima, yang bercirikan suasana kekeluargaan, yang dibangun dari kepercayaan dan keyakinan. Kerinduan akan persaudaraan, yang seringkali dalam sinode orang muda muncul dalam sikap mendengarkan, meminta Gereja menjadi “Ibu bagi semua dan rumah bagi banyak orang” (EG 287).

Mendengarkan OMK berarti Gereja mendengarkan Tuhan berbicara di zaman sekarang, yang berarti mendengarkan karya Roh Kudus yang memperbaharui. Seperti zaman Samuel dan Yeremia, orang-orang muda mengetahui cara menimbang-nimbang tanda-tanda zaman kita, yang ditunjukkan oleh Roh Kudus. “Mendampingi OMK menuntut keluar dari rancangan yang telah dibuat sebelumnya. OMK berusaha mengartikan kenyataan tempat mereka hidup dan mengubah pesan mereka terima dalam kata dan perbuatan ke dalam mereka sehari-hari (Budi Purwantoro, 2019:8).

Mgr. Pius Riana Prapdi Ketua Komisi Kepemudaan KWI dalam suratnya menyatakan OMK perlu mengambil peran sebagai murid Yesus di bumi

(35)

Indonesia, tidak menutup mata dan telinga terhadap penderitaan orang lain, tetapi melakukan sesuatu dengan segala talenta, potensi dan kreativitasnya untuk membawa kesegaran baru bagi Gereja Katolik Indonesia. Gereja berharap OMK dapat berbagi kisah-kisah hidupnya supaya terjadi Pentekosta yakni kelahiran Gereja Katolik masa kini (Budi Purwantoro, 2019:10).

Mendengarkan OMK berarti Gereja mendengarkan Tuhan berbicara di zaman sekarang, yang berarti mendengarkan karya Roh Kudus yang memperbaharui. Seperti zaman Samuel dan Yeremia, orang-orang muda tau cara menimbang-nimbang tanda-tanda zaman kita, yang ditunjukkan oleh Roh Kudus. “Mendampingi OMK menuntut keluar dari rancangan yang telah dibuat sebelumnya. OMK berusaha mengartikan kenyataan tempat mereka hidup dan mengubah pesan telah mereka terima dalam kata dan perbuatan ke dalam mereka sehari-hari (Budi Purwantoro, 2019:8).

Orang Muda Katolik menyadari perannya dalam hidup menggereja, dengan sepenuh hati mengikuti dan melaksanakan kewajiban sesuai dengan peranannya. “Kerinduan persaudaraan sikap mendengarkan, meminta Gereja menjadi “Ibu bagi semua dan rumah bagi banyak orang” pelayanan pastoral memiliki tugas untuk mewujudkan keibuan universal Gereja dalam sejarah saat ini, menjadikan dirinya rumah bagi orang muda” (OMIPP 138).

Perwujudan berupa keterlibatan aktif OMK dalam hidup menggereja. Keterlibatan itu hendaknya berasal dari keinginan dan kesadaran diri sendiri. Himpunan umat Allah ini diwujudkan dalam hidup berparoki. Keterlibatan OMK di wujudkan dengan ambil bagian dan terlibat dalam mengembangkan pewartaan

(36)

kabar gembira (kerygma), menghidupkan peribadatan (liturgia), membangun persekutuan (koinonia), memajukan karya pelayanan (diakonia) sebagai murid-murid Tuhan di jaman sekarang.

Empat Bidang Pelayanan Gereja a. Bidang Pewartaan (kerygma)

Keryma berarti pewartaan, mengatakan tentang kabar gembira bahwa dalam diri Yesus Kristus, Allah menyelamatkan manusia. Pewartaan akan Yesus Kristus harus dilaksanakan tanpa henti agar umat beriman dapat senantiasa berjumpa dengan Yesus Kristus dan mengenal-Nya. Melalui bidang karya ini, umat beriman Kristiani diberi kepercayaan, dipanggil dan diutus Yesus untuk mengambil bagian dalam tugas pewartaan kabar gembira (LG 35).

Orang Muda Katolik dapat terlibat dalam karya tugas pewartaan (kerygma) melalui penginjilan (evangelisasi) dengan membawa kabar baik kepada segala tingkat kemanusiaan agar dapat merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru (EN 18). Paus Paulus II menekankan kepada Orang Muda Katolik bahwa hidup mereka perlu memiliki makna dan menjadi anugerah cuma-cuma bagi sesama yang lebih luas (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:87). yang telah menjalin relasi dengan Kristus dan komunitasnya mau tidak mau bergerak keluar untuk bermisi. Tanda relasi iman kepada Kristus adalah bersedia menerima perutusan untuk menyampaikan kabar gembira pada sesama.

Dokumen Orang Muda, Iman dan Penegasan Panggilan art.133 (2018:75) menyatakan, pewartaan itu juga menjadi dasar katekese OMK, yang terus dihidupkan dan memberikan kualitas pewartaan. Katekese OMK sangatlah

(37)

mendesak pembaharuan komitmen dari bahasa dan metodologi, yaitu perjumpaan dengan Kristus yang menjadi inti katekese. OMK dalam pewartaan itu adalah ajakan kepada OMK mengenali tanda-tanda cinta kasih Allah dalam hidup mereka serta menemukan komunitas sebagai tempat perjumpaan dengan Kristus.

b.Bidang Liturgi (liturgia)

Melalui liturgi Gereja mengenang karya penyelamatan Yesus kepada manusia. Lewat liturgi, Gereja melaksanakan dan menyatakan Gereja sebagai tanda persekutuan antara Allah dan manusia melalui Kristus. Persekutuan hidup baru orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan dengan sadar, aktif, dan penuh makna (SC 11). Keterlibatan OMK di bidang liturgi diwujudkan di Paroki seperti mengikuti Ekaristi. OMK sudah terlibat merancang kegiatan liturgi. Kegiatan liturgi merupakan wujud keterlibatan OMK untuk berinovasi membuat perayaan liturgi lebih baik. OMK dengan daya kreativitasnya dapat membuat liturgi dirayakan lebih bersemangat dan menarik.

Liturgi tanpa keterlibatan OMK merupakan tanda nyata kematian Gereja. Liturgi adalah puncak yang dituju oleh kegiatan Gereja dan sumber segala daya kekuatannya. Melalui liturgi terutama Ekaristi mengalir rahmat Allah dengan demikian memperoleh pengudusan. Pada umumnya OMK terlibat di bidang liturgi karena kemauannya sendiri. Keterlibatan yang dapat dilakukan di bidang liturgi sebagai ungkapan persekutuan yakni menjadi petugas liturgi seperti lektor, pemazmur, koor atau petugas lainnya (SC 10).

Dokumen Orang Muda, Iman dan Penegasan Panggilan art. 51(2018:31), Liturgi yang hidup dalam berbagai konteks, Orang Muda Katolik menghendaki

(38)

kesempatan-kesempatan doa dan saat-saat sakramentali yang dapat menyentuh kehidupan sehari-sehari mereka dengan liturgi yang segar, otentik dan penuh sukacita. Di berbagai belahan dunia, pengalaman liturgis adalah sumber utama bagi identitas Kristiani dan membuka partisipasi luas. Orang Muda Katolik perantau melihatnya sebagai sebuah momen istimewa pengalaman akan Allah dan akan komunitas Kristiani.

c.Bidang Persekutuan (Koinonia)

Persekutuan didasarkan pada firman Allah, baptisan dan perjamuan kudus. persekutuan Jemaat di dalam Kristus, walaupun banyak anggota namun membentuk satu tubuh Kristus. Di dalam koinonia kita tidak hanya sekedar bersekutu, tetapi juga mewartakan Injil Kerajaan Allah melalui kesaksian dan pelayanan di mana saja. Konsili Vatikan II menyebut Gereja sebagai persekutuan iman, harapan, dan cinta, Kesatuan Gereja bukan hanya karya Roh Kudus, komunikasi antar manusia, khususnya perwujudan komunikasi iman para anggota Gereja (LG 8).

Keterlibatan yang diharapkan dari orang muda yakni melibatkan diri dalam keluarga manusia, bersama bumi dan semua ciptaan yang membentuk lingkungan hidup yang saling terkait (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:72). Gereja tempat untuk semua orang muda, bahkan jika orang muda mau memberikan kritik-kritik karena tetap merupakan kritik yang konstruktif. Paus mengajak orang muda mencintai Gereja, menerima keterbatasannya, dan berpartisipasi aktif dalam misinya (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 48).

(39)

Orang Muda Katolik terlibat dalam komunitasnya maupun di luar komunitasnya. OMK bermakna bagi orang lain sebagaimana Yesus telah wafat bukan untuk diri-Nya sendiri melainkan untuk manusia (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:69). Gereja menghendaki agar OMK membangun persekutuan dengan sesamanya, hidup dalam persekutuan dan persaudaraan sesuai dengan imannya akan Yesus Kristus. Sebagai koinonia, OMK dapat melakukan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan rohani maupun profan. Keikutsertaan OMK dengan berperan aktif bersama bumi dan semua ciptaan yang membentuk lingkungan hidup yang saling terkait (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:72).

d. Bidang Pelayanan (diakonia)

Gereja ada tempat untuk semua OMK, bahkan jika orang muda mau memberikan kritik-kritik karena tetap merupakan kritik yang konstruktif. Paus mengajak OMK mencintai Gereja, menerima keterbatasannya, dan berpartisipasi aktif dalam misinya (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 48). Paus Yohanes Paulus II mengatakan: Orang muda, adalah harapan Gereja, dunia dan harapanku. Harapan Paus ini hendak mendorong orang muda untuk terlibat baik dalam komunitasnya maupun di luar komunitasnya. OMK harus bermakna bagi orang lain sebagaimana Yesus pun telah wafat bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk manusia ( Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 69).

Pelayanan berarti memberi pertolongan atau pelayanan, Gereja dipanggil menjadi pelopor pelayanan dan hadir pada orang lain sebagai sesamanya. OMK dapat melakukan pelayanan dengan kemurahan hati dan ikut dalam pembaharuan paroki. OMK dapat membangun komunitas persaudaraan, terlibat aktif dan

(40)

menjadi relawan. Paroki adalah kehadiran Gereja dalam wilayah tertentu, lingkungan yang mendengar Sabda Allah, untuk bertumbuh dalam hidup Kristiani, berdialog, ibadat dan perayaan (EG 20).

D. Gereja Bagi Para Perantau

Kisah tentang perantauan dalam Perjanjian Lama dari Kitab Taurat, mulai dari Abraham, Musa, hingga Raja‐raja, Daud dan Salomo, merupakan sejarah Perjanjian Lama yang kepenuhan nubuatnya dipenuhi oleh kedatangan Yesus Kristus. Sabda Allah berkesinambungan dalam wujud manusia beriman diaspora. Abraharam dipanggil Tuhan merantau ke Ur‐Kasdim. Perantauan yang penuh perjuangan serba nomaden tanpa kepastian selain iman kepada Allah yang memanggilnya, bangsa Israel ketika menetap di Mesir, mereka memiliki status pendatang asing, Israel yang adalah bangsa pilihan karena kedudukan sosiologis maupun politis di Mesir, mengalami situasi diaspora (Mangunwijaya, 1998:149).

Sabda Allah menantang dan mendorong Abraham percaya kepada-Nya untuk bergerak keluar. Abraham menerima panggilan pergi ke negeri yang baru (Kej.12:1-3) keluar dari zona nyaman untuk melaksanakan kehendak Allah dalam terang Inji. OMK perantau juga menjadi kisah perjumpaan antar pribadi dan antar budaya komunitas-komunitas. Perjumpaan yang melibatkan Gereja memiliki peran penting, menghidupkan komunitas-komunitas untuk mewujudkan Gereja yang berperan aktif dan dinamis.

Menurut Mangunwijaya (1998:150) diaspora adalah situasi bagaikan perantauan di negeri asing. Keadaan dalam perjalanan di gurun pasir bukan dalam keadaan yang tenang, damai dan nyaman. Situasi diaspora adalah situasi bagaikan

(41)

“perantauan” situasi kalifah dalam perjalanan di gurun pasir, bukan keadaan bermukim statis, permanen dan yang mapan, namun serba berpindah-pindah. Suasana keprihatinan perjuangan, mengemban suatu perutusan.

Novel Burung-Burung Rantau (BBR) novel ini sangat cocok diterapkan

untuk pelaksanaan pendidikan karakter yang multicultural, mengungkapkan

gambaran kehidupan masyarakat Indonesia yang multikultural. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Hal ini memberi makna bagi para mahasiswa perantau, bahwa pendidikan tidak bisa terlepas dari kemanusiaan seluas apapun pengetahuan yang dimiliki jika tidak bisa memberikan keadilan dan manfaat bagi masyarakat, maka tidaklah berarti apa-apa pengetahuan dan ilmu yang dimiliki (Mangunwijaya, 2014:12-21).

Merantau yang berarti secara spiritual melampaui batas-batas meninggalkan daerah asalnya. Budaya di setiap daerah memberikan pengaruh positif pada pendidikan karakter. Sikap hormat kepada seorang ibu yang sudah melahirkan anak-anaknya, “sejauh jauhnya merantau tetap akan kembali.” Kisah burung-burung rantau mengajarkan zaman era globalisasi saat ini terutama nilai karakter mulai luntur anak-anak kurang sopan santun kepada orang tua. Kisah burung-burung rantau mengajarkan berharganya nilai-nilai yang ditanamkan di keluarga (Mangunwijaya, 2014:76).

Gereja yang “bergerak keluar” adalah komunitas para murid yang diutus yang mengambil langkah pertama, yang terlibat dan mendukung, yang berbuah dan bersukacita. Dia telah terlebih dahulu mengasihi kita, kita dapat bergerak maju, berani mengambil prakarsa, keluar kepada yang lain, mencari mereka yang menjauh dan menjangkau; berdiri di

(42)

persimpangan-persimpangan jalan dan menyambut yang tersingkir (Evangelii Gaudium 2013 art 24).

Menurut Evangelii Gaudium 2013 art 47) menjelaskan Gereja bagi para perantau dalam arti dipanggil menjadi rumah Bapa, dengan pintu-pintu yang selalu terbuka lebar. Satu tanda nyata dari keterbukaan seperti itu adalah bahwa pintu-pintu Gereja hendaknya selalu terbuka, digerakkan oleh Roh, datang ke sana mencari Allah, ia tidak akan mendapati pintu yang tertutup. Setiap orang dengan cara tertentu dapat mengambil bagian dalam kehidupan menggereja, setiap orang bisa menjadi bagian komunitas.

Dokumen Orang Muda, Iman dan Penegasan Panggilan art.15 (2018:13) menyatakan paroki bagi OMK perantau mendengarkan adalah paroki yang mengalami perjumpaan dengan kebutuhan OMK perantau. Mendengarkan, mengakui, memberi kesempatan Orang Muda Katolik membuat pilihan-pilihan yang mengarahkan hidup mereka. Mengungkapkan keinginan mereka untuk didengarkan, diakui dan didampingi.

Gereja perantau berarti Gereja yang terbuka dan dapat menampung semua orang. OMK perantau yang meninggalkan daerahnya untuk studi untuk mencapai cita-citakan masa depan yang lebih baik dan dapat membangun daerahnya. Gereja bagi para perantau berarti Gereja yang dapat menampung mereka semua orang. OMK yang meninggalkan daerahnya untuk studi mencita-citakan masa depan yang lebih baik dan berharap dapat membangun daerahnya. Gereja perantau berarti menciptakan kondisi untuk mewujudkannya (CV 91).

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab II penulis telah menjelaskan Gereja muda, Orang Muda Katolik, OMK Perantau, keterlibatan OMK perantau dalam hidup menggereja. Bab II telah menguraikan kajian pustaka mengenai Gereja muda yang berearti Gereja yang membaharui diri terus menerus. Gereja bagi para perantau berarti Gereja yang dapat menampung mereka semua orang. Berdasarkan Kitab Suci, dokumen Gereja, pendapat para ahli dan sumber lainnya berkaitan hal tersebut.

Pada Bab III ini penulis menguraikan tentang metode penelitian kualitatif yang digunakan. Meliputi jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, responden penelitian, pertanyaan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik keabsahan data dan teknik analisis data. Pengumpulan data dengan wawancara semiterstruktur dengan tujuan pelaksanaan dalam wawancara lebih bebas menyesuaikan kondisi OMK perantau. Penulis menggunakan metode wawancara semitersruktur kepada 17 informan 13 OMK perantau, Romo Paroki, Pendamping OMK, pendamping komunitas lektor dan ketua bidang penelitian dan pengembangan Paroki St. Maria Assumpta.

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif atau naturalistik karena dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) (Sugiyono, 2018:205). mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Obyek alamiah yang dimaksudkan adalah obyek yang alamiah, tidak dimanipulasi oleh peneliti

(44)

sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada di obyek, dan keluar dari obyek relatif tidak berubah, (Sugiyono 2018: 205).

Selama melakukan penelitian mengenai peran serta hidup menggereja OMK St. Maria Assumpta, peneliti sama sekali tidak mengatur kondisi tempat penelitian berlangsung maupun melakukan manipulasi. Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif adalah terhadap makna. Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan menggali penghayatan hidup menggereja OMK perantau. Pengalaman OMK dalam menghayati hidup menggereja berbeda-beda.

Penelitian mengalami perkembangan yakni semakin luas dan mendalam, sehingga judul penelitian semakin disempurnakan. Pengumpulan data dengan Observasi partisipatif, melakukan pengamatan dengan ikut ambil bagian dalam kehidupan OMK perantau di Paroki St. Maria Assumpta. Observasi partisipatif secara langsung dan terlibat di dalamnya. Wawancara semiterstruktur peneliti mendengarkan, ikut merasakan yang dialami informan karena peneliti menjadi bagian dengan informan. Melalaui metode tersebut peneliti memperoleh informasi yang lengkap dan sesuai dengan penelitian.

Paroki St. Maria Assumpta dipilih menjadi tempat pelaksanaan penelitian karena penulis terlibat dalam kegiatan di Paroki St. Maria Assumpta Berdasarkan keterlibatan itu, penulis melihat bahwa Paroki St. Maria Assumpta sudah mengikutsertakan dan memberi kepercayaan kepada OMK perantau. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini wawancara semiterstruktur, observasi partisipatif dan studi dokumen. Penelitian dengan

(45)

metode kualitatif deskriptif untuk penelitian ini menurut peneliti cukup mumpuni, dengan metode kualitatif penulis menemukan banyak perubahan dan perkembangan sesudah melakukan wawancara dengan responden. Kekuatan dengan metode kualitatif penulis menemukan bahwa wawancara dengan informan menjadi sumber informasi yang memperkaya dan memperluas penulisan.

Wawancara semiterstruktur dalam penelitian ini membantu dan mendukung saat wawancara, karena dapat dikembangkan dari informan yang berbeda-beda pengalamanya dalan hidup menggereja. Memperoleh informasi yang lebih lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan. Pengumpulan data dengan observasi partisipatif peneliti secara langsung dapat mendengarkan, ikut merasakan yang dialami responden, karena peneliti menjadi bagian di dalamnya dengan yang diteliti.

B.Tempat dan Waktu Penelitian 1.Tempat Penelitian

Tempat penelitian di Paroki St. Maria Assumpta Babarsari Yogyakarta. Penetapan tempat karena peneliti tertarik banyaknya Orang Muda Katolik perantau yang terlibat dalam hidup menggereja di Paroki St. Maria Assumpta. 2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam semester VIII Tahun akademik 2019-2020, tepatnya pada Januari sampai dengan Maret 2020. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu selama dua bulan, yakni pada bulan pertengah Januari sampai pertengahan Maret 2020. Penetapan penelitian dibuat berdasarkan penulis sudah terlibat bersama OMK perantau dan OMK setempat Paroki St. Maria Assumpta,

(46)

pertimbangan penulisan bahwa data-data yang diperoleh sudah mencapai validitas.

C. Informan Penelitian

Informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat. Informan adalah OMK perantau Paroki St. Maria Assumpta, dengan pertimbangan ditunjuk telah memiliki pengetahuan tentang Gereja dan pengalaman terlibat dalam dinamika hidup menggereja. Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat. Penelitian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah informan, tetapi bisa tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan (Sugiyono, 2015:125).

Informan adalah OMK berusia 13-35 tahun dan sudah dibaptis

Informan adalah OMK berusia 13-35 tahun dan sudah dibaptis berjumlah 13 OMK perantau St. Maria Assumpta. Pertimbangannya bahwa mereka yang ditunjuk memiliki pengetahuan tentang pengalaman terlibat dalam hidup menggereja. OMK perantau yang terlibat aktif menjadi ketua dan pengurus OMK, koordinator kelompok lektor, ketua Putra-putri Altar, menjadi pendamping PIA dan PPA di Paroki St. Maria Assumpta.

(47)

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2015:334) analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara. Catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

a. Studi Dokumen

Dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa arsip buku dan administrasi dari Paroki St. Maria Assumpta untuk mendapatkan informasi yang mendukung.

b. Wawancara semiterstruktur

Wawancara semiterstruktur di dalam pelaksanaanya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara semiterstruktur dengan informan mendapatkan informasi yang mendalam. Tujuan wawancara menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Peneliti menggunakan bantuan pedoman wawancara memudahkan dan memfokuskan pertanyaan yang akan diutarakan (Sugiyono 2018:223).

Wawancara semistruktur peneliti mendengarkan, ikut merasakan yang dialami karena peneliti menjadi bagian di dalamnya dengan yang diteliti. Pengumpulan data dengan wawancara semiterstruktur peneliti memperoleh

Gambar

Tabel  Pedoman Studi Dokumentasi

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “ Evaluasi Pengendalian Intern Penerimaan Kas Paroki Kati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta ini disusun guna melengkapi salah satu

Penulis akan menguraikan usulan program katekese audio visual bagi OMK di Paroki Santo Kristoforus, Banyutemumpang, Sawangan, Magelang yang terbagi dalam beberapa bagian yakni

Dari sosok Bunda Maria, ada semangat yang dapat diteladani oleh umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta sebagai dasar keterlibatan dalam hidup menggereja dan umat

Bagi Pelajar Katolik di Paroki Santa Perawan Maria di Fatima Sragen Membantu pelajar Katolik untuk mengetahui pengaruh Ekaristi Kaum Remaja dalam perkembangan iman dan

Ketiga, tersusunnya panduan yang lebih spesifik mengenai Program Pemanfaatan Dana APP, dalam hal ini yang sudah diimplementasikan di Paroki Maria Assumpta Pakem, yang mengadopsi

Berdasarkan hasil perbandingan dan analisis yang dilakukan, sistem akuntansi di Gereja Santa Maria Assumpta sudah sepenuhnya baik karena sebagian besar unsur

Lagu Anak Domba Allah merupakan bentuk lagu inkulturasi untuk misa yang seringkali digunakan oleh awam maupun para rohaniawan di Gereja Assumpta yang bentuk lagunya tidak

Judul skripsi “ KATEKESE MODEL GROUP MEDIA SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN RASA SOLIDARITAS KAUM MUDA KATOLIK PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU, BAYAT, KLATEN