PENGARUH TOLERANSI RISIKO, KEPERCAYAAN DIRI,
DAN KETERSEDIAAN MODAL TERHADAP MINAT
BERWIRAUSAHA ORANG MUDA KATHOLIK
GEREJA SANTA MARIA ASSUMPTA KLATEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh:
Andre Momoralies Putra NIM: 142214124
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH TOLERANSI RISIKO, KEPERCAYAAN DIRI,
DAN KETERSEDIAAN MODAL TERHADAP MINAT
BERWIRAUSAHA ORANG MUDA KATHOLIK
GEREJA SANTA MARIA ASSUMPTA KLATEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh:
Andre Momoralies Putra NIM: 142214124
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Nikmati masa muda mu dengan kesalahan-kesalahan Jack-ma
MOTTO
Setiap manusia mempunayi jalan hidupnya masing-masing. Bersyukurlah dengan jalan hidup yang sudah Tuhan tenukan semua akan indah pada akhirnya
Penulis
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Toleransi Risiko, Kepercayaan Diri, dan Ketersediaan Modal terhadap Minat Berwirausaha Orang Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya.
2. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Rubiyatno M.M selaku Dosen Pembimbing I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.
5. Ibu Dr. Caecilia Wahyu Estining Rahayu M.S.i., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga
skripsi ini menjadi lebih sempurna.
6. Seluruh dosen dan karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk berdinamika bersama dan berbagi ilmu pengetahuan.
7. Gereja Santa Maria Assumpta dan Orang Muda Katolik Santa Maria Assumpta
8. Orangtua yaitu Ayah dan Ibu, yang selalu memberikan kasih sayang, dan selalu memberikan dukungan dalam setiap doa dan pengorbanan
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
B. Penelitian Sebelumnya ... 28
C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 30
D. Rumusan Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Jenis Penelitian ... 40
B. Subyek dan Objek Penelitian ... 40
x
D. Variabel Penelitian ... 41
E. Definisi Operasional... 42
F. Populasi dan Sampel ... 46
G. Teknik Pengambilan Sampel ... 47
H. Sumber Data ... 48
I. Teknik Pengumpulan Data ... 49
J. Teknik Pengujian Instrumen ... 50
K. Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 60
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Deskripsi Data dan Analisis ... 60
B. Hasil Uji Statistik ... 68
C. Pembahasan ... 77
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 89
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel III.1 Tabel Skala Likert ... 46
Tabel V.1 Tabel Hasil Uji Validitas Toleransi Risiko ... 62
Tabel V.2 Tabel Hasil Uji Validitas Kepercayaan Diri ... 62
Tabel V.3 Tabel Hasil Uji Validitas Ketersediaan Modal. ... 63
Tabel V.4 Tabel Hasil Uji Validitas Minat Berwirausaha. ... 63
Tabel V.5 Tabel Hasil Uji Reliabilitas ... 64
Tabel V.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65
Tabel V.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 66
Tabel V.8 Rata-rata Skor dan Kategori ... 67
Tabel V.9 Deskripsi Variabel Toleransi Risiko ... 67
Tabel V.10 Deskripsi Variabel Kepercayaan Diri ... 68
Tabel V.11 Deskripsi Variabel Ketersediaan Modal ... 69
Tabel V.12 Deskripsi Variabel Minat Berwirausaha ... 70
Tabel V.13 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 71
Tabel V.14 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas... 72
Tabel V.15 Tabel Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 74
Tabel V.16 Tabel Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji t) ... 75
Tabel V.17 Tabel Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji f) ... 76
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ... 91
Lampiran 2 Hasil Deskripsi Responden ... 96
Lampiran 3 Hasil Tabulasi Data ... 98
Lampiran 4 Hasil Output Deskriptif Data ... 107
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas ... 110
Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas ... 119
Lampiran 7 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 124
xiv
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh toleransi risiko terhadap minat berwirausaha orang muda katholik gereja Santa Maria Assumpta Klaten, 2) pengaruh kepercayaan diri terhadap minat berwirausaha orang muda katholik gereja Santa Maria Assumpta Klaten, 3) pengaruh ketersediaan modal terhadap terhadap minat berwirausaha orang muda katholik gereja Santa Maria Assumpta Klaten. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang muda katholik gereja Santa Maria Assumpta yang berjumlah 70 orang dan semuanya dijadikan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan wawancara. Analisis data menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa toleransi risiko, kepercayaan diri, ketersediaan modal berpengaruh secara parsial terhadap minat berwirausaha orang muda katolik. Toleransi risiko, kepercayaan diri dan ketersediaan modal secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha orang muda katholik.
xv ABSTRACT
The Influence on Risk Tolerance, Confidence, and The Availability of Capital Towards Interest in Enterpreneurship of the Catholic Youth Community
Santa Maria Assumpta Klaten Church
The aims of conducting this research are to know: 1). The influence of risk tolerance on interest in enterpreneurship of the Catholic Youth Community of Santa Maria Assumpta Klaten Church, 2). The influence of confidence on intereset in enterpreneurship of Catholic Youth Community of Santa Maria Assumpta Klaten Church, 3). The availability of capital on interest in enterpreneurship of Catholic Youth Community of Santa Maria Assumpta Klaten Church. The population of this research consists of all members of the Catholic Youth Community in Santa Maria Assumpta Church totalling 70 people. All the member of population are taken on complex. The sample is taken by using surfeited sampling technique. The technique for collecting data are through questionnane and interview. The technique is used for data analysis is multiple linear regression. The result of this research shows that the risk of tolerance, confidence, and the availability of capital influence pantially the interest in enterpreneurship are influenced partially for Catholic Youth Community. The risk of tolerance, the confidence and the availability of capital simultaniously have positive and significant effect on the interest in enterpreneurship.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pekerjaan semakin sulit dicari dan seiring dengan berjalannya
waktu, tuntutan pekerjaan semakin tinggi. Dikarenakan tuntutan pekerjaan
yang semakin tinggi itulah maka pekerja pada masa sekarang ini dituntut
untuk bekerja secara maksimal, namun ada sebagian yang bisa bertahan
dengan kondisi tersebut dan ada sebagian yang tidak. Bagi pekerja yang bisa
bertahan tentunya akan memiliki jenjang karir yang cukup baik, namun hal
ini berbeda dengan pekerja yang tidak kuat menghadapi tekanan pekerjaan
yang cukup tinggi karena biasanya perusahaan akan mengeluarkan pekerja
dengan tipe tersebut karena dianggap tidak mampu untuk mencapai target
yang ditetapkan perusahaan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan Agustus 2017
telah terjadi kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 10.000
orang. Data semula di bulan Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang menjadi
menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017. Adapun sarjana yang
menganggur mencapai 858.644 orang. Ironisnya, jumlah angkatan kerja pada
tiap tahun mengalami peningkatan.
Masalah lain yang perlu juga menjadi perhatian adalah jumlah tenaga
kerja asing yang berada di Indonesia, dari data Direktorat PPTKA diketahui
orang. Berdasarkan data PPTKA Kemnaker, Jumlah IMTA (Izin
Menggunakan Tenaga Kerja Asing) yang diterbitkan bagi TKA jangka
panjang dan jangka pendek pada 2015 sebanyak 111.536 orang, 2016
sebanyak 118.088 orang dan 2017 sebanyak 126.006 orang.
Permasalahan di atas sebenarnya dapat diatasi dengan cara
berwirausaha atau menjadi wirausahawan merupakan pilihan yang tepat
untuk memberikan solusi permasalahan di atas. Wirausaha merupakan salah
satu pendorong roda perekonomian suatu negara, karena bidang wirausaha
mempunyai kebebasan dalam melakukan inovasi, kebebasan berkarya dan
bersifat mandiri. Jika seseorang mempunyai kemauan dan keinginan serta
siap berwirausaha, berarti orang itu menciptakan lapangan pekerjaan dan
tidak perlu mengandalkan orang lain maupun perusahaan lain untuk
mendapatkan pekerjaan lagi (Alma,2016:16).
Tentunya berwirausaha atau menjadi wirausahawan bukanlah perkara
hal yang mudah, karena banyak risiko dan tantangan yang akan di hadapi oleh
wirausahawan seperti persaingan, harga bahan baku yang tidak stabil, produk
yang tidak laku, dan sebagainya. Namun semua tantangan ini harus dihadapi
dengan penuh perhitungan dan pertimbangan yang matang (Alma,2016:54).
Kepercayaan diri (self confidence), diharapkan wirausahawan cenderung
bersikap optimis dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan
yang dimilikinya untuk berhasil (Suryana,2013:28). Orang yang memiliki
rasa percaya diri tinggi adalah orang yang sudah matang secara jasmani dan
orang lain, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis
(Alma,2016:53). Calon wirausahawan sebagai penggerak roda perekonomian
harus mempunyai sikap keyakinan, dan keberanian untuk memulai suatu
usaha, serta menekuni usaha sehingga usaha yang dijalankan wirausahawan
bisa menguntungkan diri sendiri maupun orang lain.
Modal dasar dari suatu bidang usaha agar dapat terus menjalankan
kegiatan usaha adalah adanya dukungan modal usaha. Modal merupakan
salah satu faktor terpenting dalam bidang usaha. Bagi para pelaku usaha,
hendaknya dapat menggunakan modal dengan seoptimal mungkin, yang
nantinya diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih maksimal bagi
usaha yang sedang dikelolanya (www.ambyaberbagi.com). Beberapa pemuda
takut untuk memulai usaha dikarenakan hal-hal sebagai berikut: 1)
Pendapatan tidak tetap. Hal itu berbeda dengan karyawan yang mempunyai
penghasilan tetap, seorang wirausaha tidak mempunyai penghasilan yang
tetap pada setiap bulannya. Kebanyakan pemuda berpikir bahwa
berwirausaha adalah hal yang tidak pasti, oleh karena itu pemuda lebih
memilih menjadi karyawan daripada menjadi wirausaha; 2) Modal tidak
kembali. Hal ini dikarenakan tanpa perencanaan yang matang, bisnis menjadi
sangat berisiko. Hal itu mengingat bisnis membutuhkan modal dan investasi
yang tak sedikit jumlahnya. Sekali rencana bisnis gagal, dan usaha yang
dijalankan tak berjalan baik, kerugian besar harus ditanggung. 3) Tidak ada
jaminan keamanan finansial. Menjadi karyawan berarti Anda memiliki
menghabiskan modal dalam jumlah besar tanpa ada kepastian modal kembali.
Risiko inilah yang kebanyakan ditakutkan oleh para wirausaha untuk
memulai suatu usaha. 4) Situasi pasar fluktuatif. Bisnis sangat tergantung
pada pasar. Hendaknya kita pandai dalam membaca situasi ekonomi di pasar
guna menentukan strategi bisnis yang perlu dilakukan. Kondisi pasar yang
fluktuatif akan berpengaruh besar pada keberhasilan sebuah bisnis. Jika
seorang wirausaha tidak cermat dalam membaca keadaan pasar maka banyak
risiko yang akan ditanggung.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Toleransi akan Risiko,
Kepercayaan Diri, dan Ketersediaan Modal terhadap Minat Berwirausaha
Orang Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta, Klaten.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan lima rumusan masalah yang harus dipecahkan dalam studi kasus
ini yaitu:
1. Apakah toleransi akan risiko berpengaruh terhadap minat berwirausaha
Orang Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten?
2. Apakah kepercayaan diri berpengaruh terhadap minat berwirausaha Orang
Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten?
3. Apakah ketersediaan modal berpengaruh terhadap minat berwirausaha
4. Apakah toleransi akan risiko, kepercayaan diri, dan ketersediaan modal
secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat berwirausaha Orang
Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian akan dilakukan pada komunitas Orang Muda Katholik
(OMK) Gereja Santa Maria Assumpta Klaten berjumlah 70 orang.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh toleransi akan risiko terhadap minat
berwirausaha Orang Muda Katholik gereja Santa Maria Assumpta
Klaten.
2. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri terhadap minat
berwirausaha Orang Muda Katholik gereja Santa Maria Assumpta
Klaten.
3. Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan modal terhadap minat
berwirausaha Orang Muda Katholik gereja Santa Maria Assumpta
Klaten.
4. Untuk mengetahui pengaruh toleransi akan risiko, kepercayaan diri, , dan
ketersediaan modal secara bersama-sama terhadap minat berwirausaha
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari terlaksananya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat aspek praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi
pengembangan minat berwirausaha Orang Muda Katholik Gereja Santa
Maria Assumpta Klaten.
2. Manfaat aspek teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang minat menjadi wirausahawan.
b. Penilitian ini sebagai tambahan teori dan tambahan wawasan ilmu
pengetahuan khususnya di kalangan Akademisi Fakultas Ekonomi
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Toleransi akan Risiko
Toleransi akan risiko dikenal juga dengan istilah keberanian diri
dalam pengambilan risiko. Keberanian diri dalam pengambilan risiko
sangat diperlukan oleh para enterperneur, karena jika wirausahawan tidak
menimbang toleransi akan risiko yang diperoleh maka sulit untuk
mengetahui keuntungan maupun kerugian. Disamping itu, selain
menimbang tolerensi akan risiko, wirausahawan juga harus membuat
perencanaan yang matang (Alma,2016:54). Anak muda atau mahasiswa
identik dengan kata selalu menyenangi tantangan dan hal-hal baru.
Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa ke dalam wirausaha yang juga penuh
dengan risiko dan tantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang
tidak laku. Namun semua tantangan ini harus dihadapi dengan penuh
perhitungan (Alma,2016:54).
Mark Zuckerberg pernah berkata “Risiko yang paling besar adalah
jika wirausahawan tidak mengambil risiko itu sendiri”
(www.brainyquote.com). Hal ini menunjukkan pentingnya keberanian
dalam pengambilan risiko. Berani bukan berarti tidak memakai
perhitungan yang rinci dan matang, tetapi sebaliknya harus
cukup atau tidak. Jika tidak maka seorang wirausahawan harus
menyiapkan beberapa perencanaan cadangan agar target yang ditentukan
dapat dicapai secara optimal.
Wirausahawan bukan pengambil risiko besar, melainkan seorang
yang menghitung risiko yang akan diambilnya. Seorang wirausahawan
bijaksana dalam mengambil risiko, bukan penjudi (Dharmati,2016:25).
Namun jika risiko terlalu tinggi maka akan lebih berisiko untuk gagal, hal
ini bisa merugikan wirausahawan. Sebagai pemimpin yang berjiwa
kewirausahaan, setiap rencana mengambil keputusan haruslah
menghindari risiko yang terlalu rendah dan juga risiko yang terlalu tinggi
(Eka, 2015:116).
Terkadang wirausahawan harus mengambil pilihan terhadap situasi
yang tidak pasti yang disebut situasi berisiko, sehingga dengan pilihan itu
memberi potensi keberhasilan atau bisa juga kegagalan. Untuk
menghadapi hal itu, wirausahawan harus mengambil keputusan, yaitu
mengandung risiko dan alternatif yang konservatif sambil menimbang
kemungkinan berhasil atau gagal kedua pilihan didasari oleh empat faktor
sebagai berikut: 1) Daya tarik setiap alternatif; 2) Keberanian menerima
rugi; 3) Persentase kemungkinan berhasil atau gagal; 4) Seberapa jauh
kemampuan wirausahawan untuk meningkatkan keberhasilan dan
mengurangi kegagalan (Eka,2015:117).
Sebagai contoh wirausahawan dihadapkan pada dua kemungkinan.
tetap dengan gaji Rp 120.000.000,00 pertahun dengan kemungkinan
kenaikan gaji setiap lima tahun. Kemungkinan kedua, wirausahawan
mempunyai sebuah perusahaan dengan masa depan tidak pasti tetapi
pendapatan wirausahawan sekarang adalah Rp 360.000.000,00. Pada
peristiwa ini, pilihan terletak pada dua hal, yaitu tetap tinggal pada
pekerjaan, atau yang kedua mengambil risiko untuk berhasil atau gagal
tetapi juga mendapat imbalan karier dan keuangan yang jauh lebih tinggi
(Eka,2015:117).
Terdapat beberapa tipe karakter manusia, yaitu mempunyai karakter
pekerja, karakter penjudi, dan karakter wirausaha. Manusia berkarakter
pekerja adalah mereka yang tidak berani mengambil risiko walaupun
kemungkinan sukses di depan mata. Sedangkan manusia berkarakter
penjudi adalah mereka yang mempunyai karakter beringas, selalu tidak
puas dengan posisi sekarang dan selalu mencari peluang emas. Pilihannya
cenderung pada jumlah imbalan yang ditawarkan, sedangkan
kemungkinan sukses atau gagal tidak diperhitungkan. Adapun manusia
berkarakter wirausaha adalah mereka yang mengambil jalan tengah antara
dua karakter tersebut, kesetiaan tetap ada namun mereka juga berpikir
tentang masa depan dan peluangnya (Eka,2015:118).
Langkah dan keputusan ditentukan oleh wirausahawan sendiri,
apapun yang diambil bisa memberi risiko pada dirinya sendiri.
Pengambilan risiko yang berkaitan dengan diri sendiri harus berorientasi
tetap dengan gaji Rp 120.000.000,00 pertahun dengan kemungkinan
kenaikan gaji setiap lima tahun. Kemungkinan kedua, wirausahawan
mempunyai sebuah perusahaan dengan masa depan tidak pasti tetapi
pendapatan wirausahawan sekarang adalah Rp 360.000.000,00. Pada
peristiwa ini, pilihan terletak pada dua hal, yaitu tetap tinggal pada
pekerjaan, atau yang kedua mengambil risiko untuk berhasil atau gagal
tetapi juga mendapat imbalan karier dan keuangan yang jauh lebih tinggi
(Eka,2015:117).
Terdapat beberapa tipe karakter manusia, yaitu mempunyai karakter
pekerja, karakter penjudi, dan karakter wirausaha. Manusia berkarakter
pekerja adalah mereka yang tidak berani mengambil risiko walaupun
kemungkinan sukses di depan mata. Sedangkan manusia berkarakter
penjudi adalah mereka yang mempunyai karakter beringas, selalu tidak
puas dengan posisi sekarang dan selalu mencari peluang emas. Pilihannya
cenderung pada jumlah imbalan yang ditawarkan, sedangkan
kemungkinan sukses atau gagal tidak diperhitungkan. Adapun manusia
berkarakter wirausaha adalah mereka yang mengambil jalan tengah antara
dua karakter tersebut, kesetiaan tetap ada namun mereka juga berpikir
tentang masa depan dan peluangnya (Eka,2015:118).
Langkah dan keputusan ditentukan oleh wirausahawan sendiri,
apapun yang diambil bisa memberi risiko pada dirinya sendiri.
Pengambilan risiko yang berkaitan dengan diri sendiri harus berorientasi
melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan
mempengaruhi gagasan karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan,
semangat kerja, serta kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam
bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu, wirausaha
yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri
(Basrowi,2011:27).
3. Modal
Modal adalah kekayaan (asset) perusahaan. Jika perusahaan berjalan
tepat sesuai rencana, maka aset perusahaan membesar. Aset perusahaan
dapat berupa uang, barang berharga dan orang. Jika aset yang dimiliki
tidak digunakan untuk menghasilkan barang yang tidak dapat dijadikan
modal, ini berarti terjadi pemborosan modal. Dengan kata lain,
pemborosan modal terjadi karena modal yang digunakan untuk pembelian
barang konsumtif lebih besar dibanding barang produktif (Jati,2016:203).
Pengelolaan modal kerja melibatkan kas, piutang usaha, hutang
usaha dan pinjaman jangka pendek. Modal kerja juga berarti kekayaan
atau aktiva lancar dan persedian bahan baku, bahan pembantu dan bahan
jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar seperti hutang usaha dan
pinjaman jangka pendek. Agar dapat mendirikan dan menjalankan suatu
usaha diperlukan sejumlah modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal
dalam bentuk uang diperlukan untuk membiayai segala keperluan usaha,
mulai dari biaya pra-investasi, pengurusan izin, biaya investasi untuk
tindakan sendiri dan mengurangi ketergantungan pada orang lain
(Eka,2015:126).
Risiko itu ada bilamana waktu yang akan datang (future) tidak
diketahui (unkown). Dengan kata lain, risiko itu ada bila ada
ketidakpastian (uncertainty). Akibat daripada risiko ini sangat tidak
dikehendaki wirausahawan, maka tiap orang akan bertindak sebagai risk
manager, bukan karena dipilih tetapi karena terpaksa (Kartib,2014:154).
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang
lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada
usaha yang kurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang
rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi risiko yang tinggi karena
ingin berhasil. Pada situasi ini ada dua alternatif yang harus dipilih yaitu
alternatif yang mengandung risiko dan alternatif yang konservatif. Pilihan
terhadap risiko tergantung pada: a) daya tarik setiap alternatif, b)
ketersediaan untuk rugi, c) kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal
(Basrowi,2011:28). Selanjutnya kemampuan untuk mengambil risiko
tergantung dari: a) keyakinan pada diri sendiri, b) kesediaan untuk
menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemampuan untuk
memperoleh keuntungan; dan c) kemampuan untuk menilai situasi risiko
secara realistis (Basrowi, 2011:29).
Toleransi akan risiko adalah keadaan yang bisa bersifat
ketidakpastian dan juga bersifat kepastian yang dapat dikalkulasi secara
Semakin sempurna mendapatkan informasi maka semakin sempurna
informasi yang dikumpul dan semakin akurat pula diketahui seberapa
besar risikonya (Hendro,2011:258).
2. Kepercayaan Diri
Keberanian yang tinggi dalam menghadapi risiko dengan
perhitungan matang dan optimisme yang dimiliki harus disesuaikan
dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian
menghadapi risiko dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi oleh
sikap kepercayaan diri (Suryana,2013:40). Dari teori ini dapat disimpulkan
bahwa kepercayaan diri mempunyai andil yang besar dalam setiap
pengambilan keputusan-keputusan yang krusial. Jika sumber daya sudah
cukup memadai akan tetapi wirausahawan kurang percaya diri dalam
pengambilan keputusan maka sumber daya yang cukup tersebut hanya
akan terbuang secara percuma. Oleh karenanya, sikap kepercayaan diri
sangatlah dibutuhkan jika wirausahawan ingin terjun di dunia wirausaha.
Karakteristik kematangan orang tidak tergantung pada orang lain
melainkan tergantung pada dirinya sendiri yaitu memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis. Wirausahawan tidak gegabah
dalam menyerap opini dari orang lain melainkan mempertimbangkan
opini-opini tersebut secara kritis (Alma,2016:53). Dari teori ini dapat
disimpulkan bahwa setiap orang harus mempunyai keyakinan dalam
dalam mengambil dan memperhitungkan risiko maka akan berdampak
jangka panjang yang tidak baik.
Agar dapat meraih kesuksesan, pelaku wirausaha harus berani
bermimpi bahwa ia akan berhasil meraih sukses, bahkan pada saat krisis
ekonomi sekalipun. Wiirausaha harus yakin bahwa mimpi dapat menjadi
kenyataan. Wirausaha harus yakin bahwa dengan memiliki visi mampu
menciptakan kekuatan positif dalam pikiran, hasilnya adalah kemampuan
kerja dan kualitas hidup meningkat. Sebagai sosok pemimpin, seorang
wirausaha harus mempunyai ilmu “obor”, ia harus dapat menerangi
sekelilingnya. Wirausaha dengan visi besar adalah obor bagi bawahannya,
ia dapat menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan penuh motivasi.
Wirausaha merupakan sosok yang seharusnya tidak takut untuk bermimpi
menjadi sukses. Permasalahannya, tidak semua orang mempunyai
keberanian untuk bermimpi. Banyak pengusaha sukses yang memulai
usaha dengan mengembangkan mimpi-mimpinya dengan modal nol.
Sesungguhnya untuk dapat meraih kesuksesan dalam karier atau bisnis
orang harus berani mencoba (Abas,2011:92). Seorang wirausaha dalam
situasi sesulit apapun akan tertantang untuk tidak berhenti mencoba. Orang
yang selalu berani mencoba inilah yang pada akhirnya akan meraih
kemenangan dan kesuksesan (Abas,2011:93).
Percaya diri merupakan paduan sikap dan keyakinan dalam
menghadapi tugas atau pekerjaan yang bersifat internal sangat relatif dan
melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan
mempengaruhi gagasan karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan,
semangat kerja, serta kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam
bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu, wirausaha
yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri
(Basrowi,2011:27).
3. Modal
Modal adalah kekayaan (asset) perusahaan. Jika perusahaan berjalan
tepat sesuai rencana, maka aset perusahaan membesar. Aset perusahaan
dapat berupa uang, barang berharga dan orang. Jika aset yang dimiliki
tidak digunakan untuk menghasilkan barang yang tidak dapat dijadikan
modal, ini berarti terjadi pemborosan modal. Dengan kata lain,
pemborosan modal terjadi karena modal yang digunakan untuk pembelian
barang konsumtif lebih besar dibanding barang produktif (Jati,2016:203).
Pengelolaan modal kerja melibatkan kas, piutang usaha, hutang
usaha dan pinjaman jangka pendek. Modal kerja juga berarti kekayaan
atau aktiva lancar dan persedian bahan baku, bahan pembantu dan bahan
jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar seperti hutang usaha dan
pinjaman jangka pendek. Agar dapat mendirikan dan menjalankan suatu
usaha diperlukan sejumlah modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal
dalam bentuk uang diperlukan untuk membiayai segala keperluan usaha,
mulai dari biaya pra-investasi, pengurusan izin, biaya investasi untuk
keahlian adalah keahlian dan kemampuan seseorang untuk mengelola dan
menjalankan suatu usaha.
Modal yang pertama kali dikeluarkan untuk membiayai pendirian
perusahaan (pra-investasi) adalah biaya mulai dari persiapan yang
diperlukan sampai perusahaan itu berdiri. Selanjutnya adalah biaya untuk
membeli sejumlah aktiva tetap. Biaya ini diperlukan untuk
mengoperasikan perusahaan atau sebagai tempat atau alat melakukan
kegiatan seperti pembelian tanah, pendirian gedung, pembelian
mesin-mesin dan peralatan kantor. Di samping itu, modal juga diperlukan untuk
membiayai operasi usaha pada saat bisnis tersebut dijalankan, misalnya
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya. Besarnya modal
yang diperlukan tergantung dari jenis usaha yang akan dijalani, apakah
usaha kecil, usaha menengah, ataukah usaha besar. Masing-masing
memerlukan modal dalam batas tertentu. Jadi jenis usaha menentukan
besarnya jumlah modal yang diperlukan (Kasmir,2009:53).
Pada dasarnya kebutuhan modal untuk menjalankan usaha terdiri
dari dua jenis yaitu modal investasi dan modal kerja. Kedua jenis modal
ini berbeda, baik dari penggunaannya maupun jangka waktunya. Modal
investasi digunakan untuk jangka panjang dan dapat untuk digunakan
berulang-ulang. Biasanya umurnya lebih dari satu tahun, sementara untuk
modal kerja digunakan untuk jangka pendek dan beberapa kali pakai
dalam proses produksi. Jangka waktu modal kerja biasanya tidak lebih dari
membeli aktiva tetap seperti tanah, bangunan atau gedung, mesin,
peralatan, kendaraan, serta inventaris lainnya. Modal investasi merupakan
porsi terbesar dalam komponen pembiayaan suatu usaha dan biasanya
dikeluarkan pada awal perusahaan didirikan, atau untuk perluasan pabrik.
Modal investasi biasanya diperoleh dalam jangka waktu yang relatif
panjang lebih dari satu tahun. Pinjaman ini biasanya diperoleh dari
pinjaman pihak perbankan. Setelah modal investasi terpenuhi selanjutnya
adalah pemenuhan modal kerja. Modal kerja yaitu modal yang digunakan
untuk membiayai operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang
beroperasi. Jenis modalnya bersifat jangka pendek, biasanya digunakan
untuk sekali proses produksi. Modal kerja digunakan untuk membeli
bahan baku, gaji karyawan, biaya pemeliharaan, serta biaya-biaya lainnya.
Modal kerja juga dapat diperoleh dari pinjaman bank dan durasi pinjaman
biasanya hanya setahun. Dalam praktiknya pembiayaan suatu usaha dapat
diperoleh secara gabungan antara modal sendiri dan dengan modal
pinjaman. Pilihan apakah akan menggunakan modal sendiri, modal
pinjaman, ataukah modal gabungan antara modal sendiri dan modal
pinjaman, tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan
pemilik usaha. Pada awalnya untuk usaha baru, biasanya pengusaha lebih
memberatkan menggunakan modal sendiri (Kasmir,2006:83-86).
Selain menggunakan modal sendiri, sumber modal yang biasanya
digunakan untuk memulai usaha bisa diperoleh dari teman dan keluarga.
hubungan baik dengan pengusaha. Keluarga dan teman dapat memberikan
sejumlah kecil pembiayaan ekuitas untuk usaha tersebut, sebagian
mencerminkan sejumlah kecil modal yang dibutuhkan untuk memulai
hampir semua usaha baru. Meskipun relatif mudah untuk mendapatkan
uang dari keluarga dan teman, namun hal ini tetap memiliki aspek positif
dan negatif. Meskipun jumlah uang yang tersedia tidak banyak, jika
tersedianya dalam bentuk pendanaan ekuitas, maka anggota keluarga atau
teman akan memiliki posisi dalam usaha tersebut dan semua hak dari
posisi tersebut. Hal ini akan membuat mereka memiliki andil langsung
dalam kegiatan usaha, dan dapat berdampak negatif terhadap karyawan,
fasilitas, atau penjualan dan keuntungan (Shepred,2008:454).
Untuk menghindari masalah dimasa mendatang, pengusaha harus
menyampaikan aspek positif dan negatif, serta sifat-sifat dari risiko
kesempatan investasi ini untuk mencoba meminimalkan dampak negatif
dari hubungan dengan teman, jika nantinya timbul masalah. Salah satu hal
yang membantu meminimalkan kesulitan yang terjadi adalah menjaga
urusan bisnis tetap sebagai bisnis. Segala pinjaman atau investasi dari
keluarga dan teman harus diperlakukan dengan cara berbisnis yang sama
seolah-olah pinjaman tersebut dari investor lainnya, semua pinjaman harus
mencamtumkan suku bunga dan rencana penjadwalan pelunasan pinjaman
dan bunganya (Shepred,2008:455).
Modal adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka
Shim, modal kerja merupakan ukuran dari likuiditas perusahaan. Oleh
karena itu dalam rangka mewujudkan konsep modal yang sesuai dengan
harapan pihak perusahaan, maka harus diterapkan suatu ilmu manajemen
yang bisa memberikan arah konsep sesuai yang dimaksud dalam kaidah
manajemen modal. Manajemen modal berkaitan dengan manajemen aktiva
lancar kas, piutang, dan persediaan dan prosedur pendanaan aktiva
tersebut (Fahmi,2013:117).
4. Minat Berwirausaha
a. Pengertian Minat Wirausaha
Penelitian Subandono (2007), minat wirausaha adalah
kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan suatu
usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, menanggung risiko dan
mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut. Minat wirausaha
berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan sebuah bidang
usaha. Santoso (2009), minat berwirausaha adalah keinginan,
ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauaan
keras untuk berdikari atau berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya
tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta senantiasa
belajar dari kegagalan yang dialami. Berdasarkan definisi di atas, maka
yang dimaksud dengan minat wirausaha adalah keinginan, ketertarikan
serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras dengan
adanya pemusatan perhatian untuk berusaha memenuhi kebutuhan
senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami, serta mengembangkan
usaha yang diciptakannya. Minat wirausaha tersebut tidak hanya
keinginan dari dalam diri saja tetapi harus melihat ke depan dalam
potensi mendirikan usaha..
Menurut Dony (2014), berwirausaha adalah melakukan
pekerjaan wirausaha, sehingga minat berwirausaha dapat didefinisikan
sebagai kecenderungan hati yang mendorong seseorang untuk
berwirausaha yang ditunjukkan dengan memberikan perhatian terhadap
kewirausahaan itu sendiri serta terhadap aktivitas-aktivitas
kewirausahaan. Minat yang tinggi berarti kesadaran bahwa wirausaha
melekat pada dirinya sehingga individu lebih banyak perhatian dan
lebih sering melakukan kegiatan wirausaha.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat
berwirausaha, yaitu:
1) Toleransi Risiko
Hubungan antara Toleransi Risiko dan Minat Berwirausaha
Ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut :
a) Percaya diri, dengan karakteristik watak yang selalu percaya
diri mempunyai keyakinan, ketidaktergantungan,
individualitas, dan optimisme.
b) Berorientasi pada tugas dan hasil, dengan karakteristik watak
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai
dorongan kuat, energetik, dan inisiatif.
c) Pengambilan risiko, dengan karakteristik watak yang lebih
pada kemampuan untuk mengambil risiko yang wajar dan suka
tantangan.
d) Kepemimpinan, dengan karakteristik watak yang lebih pada
berperilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain,
menanggapi saran-saran dan kritik.
e) Keorisinilan, dengan karakteristik watak yang inovatif, kreatif,
serta fleksibel.
f) Berorientasi ke masa depan, dengan karakteristik watak yang
pandangannya ke depan, mempunyai perspektif.
Salah satu sifat dasar seorang wirausaha adalah mau
mengambil risiko. Berdasarkan pengertian wirausaha adalah
seseorang orang yang mau menghadapi risiko dan ketidakpastian
untuk membuka sebuah bisnis baru, tujuannya untuk memperoleh
keutungan serta mengembangkan bisnisnya dengan mengelola
sumber daya serta memanfaatkan peluang pasar yang ada.
Berdasarkan kepribadian seorang wirausahawan adalah mereka
yang memiliki kemauan untuk mengambil risiko dalam tiap
kesempatan usaha. Seorang wirausaha harus toleran terhadap
Wirausaha hendaknya memiliki manajemen terhadap risiko
adalah mampu melakukan pengelolaan terhadap risiko yang ada.
Memilih risiko yang paling efektif untuk menghasilkan keuntungan
bisnis. Menurut Suryana (2014), seorang wirausaha harus mampu
mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Wirausaha yang sukses adalah mereka yang semakin toleran
terhadap risiko usaha yang ada.
Toleransi risiko diperlukan dalam pengambilan keputusan.
Seorang wirausahawan adalah seorang risk lover dimana selalu
mengambil peluang dengan risiko tinggi. Keberanian menghadapi
risiko yang didukung komitmen yang kuat, akan mendorong
seorang wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai
memperoleh hasil (Suryana,2014:45).
Risiko adalah sesuatu yang selalu dihubungkan dengan
kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Sebagai seorang muda tujuan utama yang harus
dilaksanakan adalah belajar dan menuntut ilmu. Dua tugas ini tidak
hanya menjadi kewajiban namun amanah dari orangtua. Namun,
sebenarnya anggapan ini tidak sepenuhnya benar, selain menuntut
ilmu dan merampungkan studi, pemuda juga harus
mengembangkan kemampuan diri berkaitan dengan kompetensi
yang aktif dalam beberapa organisasi kampus untuk melatih
kemampuan bekerja sama, kepemimpinan, dan menambah
jaringan. Sebagian lagi pemuda yang memilih untuk bekerja sambil
kuliah, tidak hanya karena masalah keuangan namun untuk melatih
kompetansi dan siap menghadapi dunia industri. Pemuda yang
menjadi perhatian dalam penelitian adalah pemuda yang mencoba
memulai bisnis sambil berkuliah.
Berdasarkan ketiga kondisi pemuda di atas adalah adanya
sesuatu hal yang dikorbankan dan keberanian untuk mengambil
risiko. Pemuda yang memulai bisnis saat berkuliah tentu ada hal
yang dikorbankan misalnya waktu untuk belajar setelah berkuliah
hingga lulus tidak tepat waktu. Tentu pemuda yang baik adalah
yang mampu menyelesaikan pendidikan tepat waktu dengan nilai
memuaskan, namun terkadang risiko bisa saja muncul bahkan
setelah diperhitungkan dengan matang.
Risiko juga dapat diartikan suatu kegagalan atau
ketidakberhasilan dalam menangkap peluang usaha bagi
wirausahawan. Bentuk risiko usaha itu dapat berupa kerugian
financial, pengalaman kegagalan bisnis yang dijalankan
2) Percaya Diri
Keberanian yang tinggi dalam menghadapi risiko dengan
perhitungan matang dan optimisme yang dimiliki harus
disesuaikan dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme
dan keberanian menghadapi risiko dalam menghadapi suatu
tantangan dipengaruhi oleh sikap kepercayaan diri
(Suryana,2014:56).
Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Minat Berwirausaha
Karakteristik kematangan orang tidak tergantung pada
orang lain melainkan tergantung pada dirinya sendiri yaitu
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis.
Wirausahawan tidak gegabah dalam menyerap opini dari orang lain
melainkan mempertimbangkan opini-opini tersebut secara kritis
bahwa setiap wirausahawan harus mempunyai keyakinan dalam
dirinya sendiri agar keputusan yang diambil tidak salah, karena jika
salah dalam mengambil dan memperhitungkan risiko. (Alma,
2016: 53).
Wirausaha harus yakin bahwa dengan memiliki visi mampu
menciptakan kekuatan positif dalam pikiran, hasilnya adalah
kemampuan kerja dan kualitas hidup meningkat. Sebagai sosok pemimpin, seorang wirausaha harus mempunyai ilmu “obor”, ia
harus dapat menerangi sekelilingnya. Wirausaha dengan visi besar
kerja yang dinamis dan penuh motivasi. Wirausaha merupakan
sosok yang seharusnya tidak takut untuk bermimpi menjadi sukses
(Abas,2011:92).
Percaya diri merupakan paduan sikap dan keyakinan dalam
menghadapi tugas atau pekerjaan yang bersifat internal sangat
relatif dan dinamis, serta banyak ditentukan oleh kemampuannya
untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu
pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan karsa,
inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, serta
kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk
memahami diri sendiri. Oleh karena itu, wirausaha yang sukses
adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri
(Basrowi,2011:27).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri memiliki hubungan yang positif dengan minat
berwirausaha. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di atas
dimana kepercayaan diri berpengaruh positif dengan minat
berwirausaha.
3) Ketersediaan Modal
Kasmir menyatakan bahwa modal yang pertama kali
dikeluarkan untuk membiayai pendirian perusahaan (pra-investasi)
adalah biaya mulai dari persiapan yang diperlukan sampai
sejumlah aktiva tetap. Biaya ini diperlukan untuk mengoperasikan
perusahaan atau sebagai tempat atau alat melakukan kegiatan
seperti pembelian tanah, pendirian gedung, pembelian mesin-mesin
dan peralatan kantor. Di samping itu, modal juga diperlukan untuk
membiayai operasi usaha pada saat bisnis tersebut dijalankan,
misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya.
Besarnya modal yang diperlukan tergantung dari jenis usaha yang
akan dijalani, apakah usaha kecil, usaha menengah, ataukah usaha
besar. Masing-masing memerlukan modal dalam batas tertentu.
Jadi jenis usaha menentukan besarnya jumlah modal yang
diperlukan (Kasmir,2009:53).
Pada dasarnya kebutuhan modal untuk menjalankan usaha
terdiri dari dua jenis yaitu modal investasi dan modal kerja. Kedua
jenis modal ini berbeda, baik dari penggunaannya maupun jangka
waktunya. Modal investasi digunakan untuk jangka panjang dan
dapat untuk digunakan berulang-ulang. Biasanya umurnya lebih
dari satu tahun, sementara untuk modal kerja digunakan untuk
jangka pendek dan beberapa kali pakai dalam proses produksi.
Jangka waktu modal kerja biasanya tidak lebih dari setahun.
Penggunaan utama modal investasi jangka panjang adalah untuk
membeli aktiva tetap seperti tanah, bangunan atau gedung, mesin,
peralatan, kendaraan, serta inventaris lainnya. Modal investasi
usaha dan biasanya dikeluarkan pada awal perusahaan didirikan,
atau untuk perluasan pabrik. Modal investasi biasanya diperoleh
dalam jangka waktu yang relatif panjang lebih dari satu tahun.
Pinjaman ini biasanya diperoleh dari pinjaman pihak perbankan.
Setelah modal investasi terpenuhi selanjutnya adalah pemenuhan
modal kerja. Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk
membiayai operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang
beroperasi. Jenis modalnya bersifat jangka pendek, biasanya
digunakan untuk sekali proses produksi. Modal kerja digunakan
untuk membeli bahan baku, gaji karyawan, biaya pemeliharaan,
serta biaya-biaya lainnya. Modal kerja juga dapat diperoleh dari
pinjaman bank dan durasi pinjaman biasanya hanya setahun.
Dalam praktiknya pembiayaan suatu usaha dapat diperoleh secara
gabungan antara modal sendiri dan dengan modal pinjaman.
Pilihan apakah akan menggunakan modal sendiri, modal pinjaman,
ataukah modal gabungan antara modal sendiri dan modal
pinjaman, tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan
kebijakan pemilik usaha. Pada awalnya untuk usaha baru, biasanya
pengusaha lebih memberatkan menggunakan modal sendiri
(Kasmir,2009:83-86).
Selain menggunakan modal sendiri, sumber modal yang
biasanya digunakan untuk memulai usaha bisa diperoleh dari
berinvestasi karena memiliki hubungan baik dengan pengusaha.
Keluarga dan teman dapat memberikan sejumlah kecil pembiayaan
ekuitas untuk usaha tersebut, sebagian mencerminkan sejumlah
kecil modal yang dibutuhkan untuk memulai hampir semua usaha
baru. Meskipun relatif mudah untuk mendapatkan uang dari
keluarga dan teman, namun hal ini tetap memiliki aspek positif dan
negatif. Meskipun jumlah uang yang tersedia tidak banyak, jika
tersedianya dalam bentuk pendanaan ekuitas, maka anggota
keluarga atau teman akan memiliki posisi dalam usaha tersebut dan
semua hak dari posisi tersebut. Hal ini akan membuat mereka
memiliki andil langsung dalam kegiatan usaha, dan dapat
berdampak negatif terhadap karyawan, fasilitas, atau penjualan dan
keuntungan (Shepred,2008:454).
B. Penelitian-Penelitian Sebelumnya
Penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi referensi bagi peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Kepercayaan Diri dan Motivasi terhadap Minat Berwirausaha
mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Ngawi.
Oleh Supriyanto bambang (2017) Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi minat
berwirausaha. Penelitian ini merupakan penelitian survei. Populasi dalam
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa pendidikan ekonomi
STKIP PGRI Ngawi mempunyai minat untuk berwirausaha
2. Analisis pengaruh faktor lingkungan keluarga, toleransi risiko dan
kebutuhan berprestasi terhadap minat berwirausaha studi pada mahasiswa
manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Oleh: Dicky Kumbara (2018) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
minat mahasiswa menjadi wirausaha. Penelitian ini merupakan penelitian
survei. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi,
Jurusan Manajemen, Universitas Diponegoro Semarang. Dalam penelitian
dapat disimpulkan peneliti menemukan berbagai karakteristik minat yang
ditinjau dari aspek lingkungan keluarga, tolerasnsi risiko kebutuhan
berprestasi dan karakteristik lain.
3. Pengaruh toleransi akan risiko dan kebebasan dalam bekerja terhadap
minat berwirausaha studi pada mahasiswa manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh: I Ketut Dian Susanta (2012). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui minat mahasiswa menjadi wirausaha. Penelitian ini merupakan
penelitian survei. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas
Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Dalam penelitian dapat disimpulkan peneliti menemukan berbagai
karakteristik minat yang ditinjau dari toleransi risiko, kebebasan dalam
C. Kerangka Konseptual
Hipotesis adalah kesimpulan atau dugaan sementara yang harus diuji
kebenarannya, maka hipotesis harus dibuktikan kebenarannya dengan
beberapa studi ilmiah berikut hipotesis-hipotesis yang diajukan oleh peneliti
dan telah dituangkan dalam desain penelitian, maka dapat ditarik hipotesis
atau kesimpulan sementara pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengaruh Toleransi akan Risiko terhadap Minat Berwirausaha
Salah satu sifat dasar seorang wirausaha adalah mau mengambil
risiko. Berdasarkan pengertian wirausaha adalah seseorang orang yang
mau menghadapi risiko dan ketidakpastian untuk membuka sebuah bisnis
baru, tujuannya untuk memperoleh keutungan serta mengembangkan
bisnisnya dengan mengelola sumber daya serta memanfaatkan peluang
pasar yang ada (Kumbara, 2012). Berdasarkan kepribadian seorang
wirausahawan adalah mereka yang memiliki kemauan untuk mengambil
risiko dalam tiap kesempatan usaha. Seorang wirausaha harus toleran
terhadap risiko. Risiko diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam
situasi yang tidak menentu (Kumbara, 2012).
Dalam berwirausaha diperlukan keberanian untuk menghadapi
risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi, maka semakin besar pula
kemungkinan dan kesempatan untuk meraih keuntungan yang lebih
besar, bukan hanya keuntungan pada arti yang sesungguhnya yaitu uang
atau investasi, tetapi juga keuntungan dalam menjalin hubungan baik
sebagai relasi dengan banyak pihak. Kesempatan untuk dapat meraih
keuntungan yang besar ini menjadi daya tarik tersendiri dalam
menumbuhkan minat berwirausaha (Irman, 2013).
Wirausaha hendaknya memiliki manajemen terhadap risiko adalah
yang paling efektif untuk menghasilkan keuntungan bisnis. Seorang
wirausaha harus mampu mengambil risiko yang moderat, artinya risiko
yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah (Suryana,
2014).
Risiko juga dapat diartikan suatu kegagalan atau ketidakberhasilan
dalam menangkap peluang usaha bagi wirausahawan. Bentuk risiko
usaha itu dapat berupa kerugian financial, pengalaman kegagalan bisnis
yang dijalankan (Basrowi, 2014). Berdasarkan uraian di atas dapat
rumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Toleransi akan risiko berpengaruh terhadap minat berwirausaha
Orang Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten.
2. Pengaruh Kepercayaan Diri terhadap Minat Berwirausaha
Kepercayaan diri merupakan perpaduan antara sikap dan keyakinan
untuk menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktiknya, sikap dan
kepercayaan diri merupakan sikap dan keyakinan yang ada didalam diri
sendiri untuk memulai sebuah usaha. Orang yang memiliki kepercayaan
diri yang tinggi selalu memiliki keyakinan, individualitas dan tidak
memiliki ketergantungan terhadap sesuatu ataupun terhadap pihak lain.
Seseorang yang memiliki keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi
cenderung percaya akan kemampuan dirinya sendiri untuk memperoleh
target yang ditetapkan. Kepercayaan diri yang tinggi ini akan
Putra (2012), dalam penelitiannya terhadap mahasiswa jurusan
Manajemen Universitas Negeri Padang menemukan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat berwirausaha salah satunya adalah percaya diri.
Wirausaha merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju
mundurnya perekonomian. Hal ini disebabkan bidang wirausaha
mempunyai kebebasan untuk berkarya dan mandiri. Apabila seseorang
memiliki kemauan, keinginan, serta kesiapan untuk berwirausaha, berarti
orang tersebut mampu menciptakan lapangan kerja sendiri dan tidak
perlu mengandalkan orang lain (Putra, 2012). Keinginan atau minat
berwirausaha dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang
mendorong seseorang untuk berwirausaha yang ditunjukan dengan
memberikan perhatian terhadap kewirausahaan itu sendiri serta
aktivitas-aktivitas kewirausahaan (Dony, 2014).
Hubungan antara kepercayaan diri dengan minat berwirausaha
dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Putra (2012) terhadap
para mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Negeri Padang. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan diri merupakan
salah satu faktor yang menentukan minat mahasiswa tersebut
berwirausaha (Dony, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa
kepercayaan diri terkait dengan minat berwirausaha. Minat bisa timbul
karena adanya faktor dari luar dan dari dalam. Faktor dari dalam yang
mampu berarti dirinya merasa yakin akan kemampuan yang dimilikinya
atau dengan kata lain ia adalah orang yang percaya diri. Keinginan
berwirausaha juga dipengaruhi oleh nilai personal. Nilai personal salah
satunya dibentuk dari sikap optimisme. Sikap optimisme juga merupakan
salah satu sikap kepercayaan diri (Dony, 2014).
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Kepercayaan diri berpengaruh minat berwirausaha Orang Muda
Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten.
3. Pengaruh Ketersediaan Modal terhadap Minat Berwirausaha
Apabila seseorang mempunyai ide untuk membuka suatu usaha
baru maka dia akan mencari faktor-faktor yang dapat mendorongnya.
Dorongan-dorongan ini tergantung pada beberapa faktor antara lain faktor
famili, teman, pengalaman, keadaan ekonomi/modal usaha, keadaan
lapangan kerja, dan sumber daya lain yang tersedia. Salah satu faktor yang
menjadi kendala seseorang sebelum memulai suatu usaha atau bisnis
adalah permasalahan tentang modal usaha, terutama berupa modal
finansial. Ketersediaan modal finansial yang cukup, baik yang berasal dari
modal sendiri maupun modal pinjaman, sangat berpengaruh terhadap
tumbuhnya minat berwirausaha pada diri seseorang. Dengan adanya
dukungan faktor finansial yang cukup maka mendorong seseorang untuk
tampil percaya diri dalam memulai bisnisnya (Basrowi, 2011).
Kadiarsih (2013), dalam penelitiannya terhadap mahasiswa Jurusan
faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha salah satunya adalah
ketersediaan modal. Dalam penelitiannya, Kardiasih menyatakan bahwa
salah satu variabel yang mempengaruhi minat berwirausaha adalah
ketersedian modal wirausahawan baru sering bingung mencari sumber
modal sedangkan, sumber modal yang biasanya digunakan untuk memulai
usaha bisa diperoleh dari teman dan keluarga. Keluarga dan teman
cenderung bersedia berinvestasi karena memiliki hubungan baik dengan
pengusaha. Keluarga dan teman dapat memberikan sejumlah kecil
pembiayaan ekuitas untuk usaha tersebut, sebagian mencerminkan
sejumlah kecil modal yang dibutuhkan untuk memulai hampir semua
usaha baru. Meskipun relatif mudah untuk mendapatkan uang dari
keluarga dan teman, namun hal ini tetap memiliki aspek positif dan
negatif. Meskipun jumlah uang yang tersedia tidak banyak, jika
tersedianya dalam bentuk pendanaan ekuitas, maka anggota keluarga atau
teman akan memiliki posisi dalam usaha tersebut dan semua hak dari
posisi tersebut. Hal ini akan membuat mereka memiliki andil langsung
dalam kegiatan usaha, dan dapat berdampak negatif terhadap karyawan,
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Ketersediaan modal berpengaruh terhadap minat berwirausaha Orang
Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten.
4. Pengaruh Simultan Toleransi akan Risiko, Kepercayaan Diri, dan
Ketersediaan Modal terhadap Minat Berwirausaha
Salah satu sifat dasar seorang wirausaha adalah mau mengambil
resiko. Berdasarkan pengertian wirausaha adalah seseorang orang yang
mau menghadapi resiko dan ketidakpastian untuk membuka sebuah
bisnis baru, tujuannya untuk memperoleh keutungan serta
mengembangkan bisnisnya dengan mengelola sumber daya serta
memanfaatkan peluang pasar yang ada (Kumbara, 2012). Berdasarkan
kepribadian, seorang wirausahawan adalah mereka yang memiliki
kemauan untuk mengambil resiko dalam tiap kesempatan usaha. Seorang
wirausaha harus toleran terhadap resiko. Resiko diperlukan untuk
pengambilan keputusan dalam situasi yang tidak menentu (Kumbara,
2012).
Wirausaha hendaknya memiliki manajemen terhadap risiko adalah
mampu melakukan pengelolaan terhadap risiko yang ada. Memilih risiko
yang paling efektif untuk menghasilkan keuntungan bisnis. Seorang
wirausaha harus mampu mengambil risiko yang moderat, artinya risiko
yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah (Suryana,
Kepercayaan diri merupakan perpaduan antara sikap dan keyakinan
untuk menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktiknya, sikap dan
kepercayaan diri merupakan sikap dan keyakinan yang ada dalam diri
sendiri untuk memulai sebuah usaha. Orang yang memiliki kepercayaan
diri yang tinggi selalu memiliki keyakinan, individualitas, dan tidak
memiliki ketergantungan terhadap sesuatu ataupun terhadap pihak lain.
Seseorang yang memiliki keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi
cenderung percaya akan kemampuan dirinya sendiri untuk memperoleh
target yang ditetapkan. Kepercayaan diri yang tinggi ini akan
menumbuhkan minat berwirausaha yang tinggi pula (Mulyadi, 2016).
Kadiarsih (2013), dalam penelitiannya terhadap mahasiswa jurusan
Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Surakarta menemukan
faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha, salah satunya adalah
ketersediaan modal. Dalam penelitiannya, Kardiasih menyatakan bahwa
salah satu variabel yang mempengaruhi minat berwirausaha adalah
ketersediaan modal. Wirausahawan baru sering bingung mencari sumber
modal, sedangkan sumber modal yang biasanya digunakan untuk
memulai usaha bisa diperoleh dari teman dan keluarga. Keluarga dan
teman cenderung bersedia berinvestasi karena memiliki hubungan baik
dengan pengusaha. Keluarga dan teman dapat memberikan sejumlah
kecil pembiayaan ekuitas untuk usaha tersebut, sebagian mencerminkan
sejumlah kecil modal yang dibutuhkan untuk memulai hampir semua
keluarga dan teman, namun hal ini tetap memiliki aspek positif dan
negatif. Meskipun jumlah uang yang tersedia tidak banyak, jika
tersedianya dalam bentuk pendanaan ekuitas, maka anggota keluarga atau
teman akan memiliki posisi dalam usaha tersebut dan semua hak dari
posisi tersebut. Hal ini akan membuat mereka memiliki andil langsung
dalam kegiatan usaha, dan dapat berdampak negatif terhadap karyawan,
fasilitas, atau penjualan dan keuntungan (Shepred, 2008).
Dalam usaha menumbuhkan minat berwirausaha, maka terlebih
dahulu perlu diketahui faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya minat
tersebut. Faktor-faktor yang memengaruhi minat berwirausaha dapat
terus dikembangkan sehingga minat dapat diwujudkan menjadi usaha
mandiri. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila
seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan
dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri
(Kardiasih 2013). Dengan demikian minat dapat ditumbuhkan dengan
menghubungkan seseorang dengan kebutuhannya sehingga timbul
keinginan untuk memenuhinya. Mengenai minat berwirausaha,
Mahesa & Rahardja (2012) menguraikan bahwa minat berwirausaha
adalah kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan
suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur,menanggung risiko
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H4 : Toleransi akan risiko, kepercayaan diri, dan ketersediaan modal
secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat berwirausaha
38 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu. Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional,
positivistik, ilmiah (scientific) dan metode discovery. Metode kuantitatif
dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan
sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut
sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme.
Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur,
rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.
Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik. (Sugiyono,2012:7)
B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah orang yang menjadi sasaran dalam
penelitian dalam penelitian ini adalah Orang Muda Katholik (OMK) yang
berdomisili di Gereja Santa Maria Assumpta Klaten.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah variabel yang dapat diukur dan dapat
diteliti oleh peneliti. Objek dalam penelitian ini adalah toleransi akan
risiko, kepercayaan diri, dan ketersediaan modal terhadap minat
berwirausaha.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan
bulan September 2018.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Gereja Santa Maria Assumpta Klaten, Jawa
Tengah.
D. Variabel Peneletian 1. Identifikasi Variabel
a. Variabel Bebas/Independent Variable (X)
Menurut Sugiyono (2016), variabel ini sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
penelitian ini terdiri dari: (1) toleransi akan risiko (X1); (2)
kepercayaan diri (X2); dan (3) ketersediaan modal (X3).
b. Variabel Terikat/Dependent Variable (Y)
Variabel Dependen, sering disebut sebagai variabel output,
kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah minat berwirausaha (Y).
2. Definisi Variabel operasional dan Indikator
Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian serta
menghindari pengertian yang berbeda dari setiap variabel maka dibuat
definisi sebagai berikut:
a. Toleransi akan Risiko (X1)
Dalam penelitian ini toleransi akan risiko adalah keadaan yang
bisa bersifat ketidakpastian dan juga bersifat kepastian yang dapat
dikalkulasi secara kuantitatif. Kuncinya adalah seberapa sempurna
mendapatkan informasi. Semakin sempurna mendapatkan informasi
maka semakin sempurna informasi yang dikumpul dan semakin akurat
pula diketahui seberapa besar risikonya (Hendro, 2011).
Indikator-indikator yang digunakan adalah:
1) Saya berani mengambil keputusan ketika informasi yang saya