• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TOLERANSI RISIKO, KEPERCAYAAN DIRI, DAN KETERSEDIAAN MODAL TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA ORANG MUDA KATHOLIK GEREJA SANTA MARIA ASSUMPTA KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH TOLERANSI RISIKO, KEPERCAYAAN DIRI, DAN KETERSEDIAAN MODAL TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA ORANG MUDA KATHOLIK GEREJA SANTA MARIA ASSUMPTA KLATEN"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TOLERANSI RISIKO, KEPERCAYAAN DIRI,

DAN KETERSEDIAAN MODAL TERHADAP MINAT

BERWIRAUSAHA ORANG MUDA KATHOLIK

GEREJA SANTA MARIA ASSUMPTA KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Andre Momoralies Putra NIM: 142214124

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH TOLERANSI RISIKO, KEPERCAYAAN DIRI,

DAN KETERSEDIAAN MODAL TERHADAP MINAT

BERWIRAUSAHA ORANG MUDA KATHOLIK

GEREJA SANTA MARIA ASSUMPTA KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Andre Momoralies Putra NIM: 142214124

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Nikmati masa muda mu dengan kesalahan-kesalahan Jack-ma

MOTTO

Setiap manusia mempunayi jalan hidupnya masing-masing. Bersyukurlah dengan jalan hidup yang sudah Tuhan tenukan semua akan indah pada akhirnya

Penulis

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Toleransi Risiko, Kepercayaan Diri, dan Ketersediaan Modal terhadap Minat Berwirausaha Orang Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya.

2. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Rubiyatno M.M selaku Dosen Pembimbing I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

5. Ibu Dr. Caecilia Wahyu Estining Rahayu M.S.i., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga

skripsi ini menjadi lebih sempurna.

6. Seluruh dosen dan karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk berdinamika bersama dan berbagi ilmu pengetahuan.

7. Gereja Santa Maria Assumpta dan Orang Muda Katolik Santa Maria Assumpta

8. Orangtua yaitu Ayah dan Ibu, yang selalu memberikan kasih sayang, dan selalu memberikan dukungan dalam setiap doa dan pengorbanan

(9)
(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

B. Penelitian Sebelumnya ... 28

C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 30

D. Rumusan Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Subyek dan Objek Penelitian ... 40

(11)

x

D. Variabel Penelitian ... 41

E. Definisi Operasional... 42

F. Populasi dan Sampel ... 46

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 47

H. Sumber Data ... 48

I. Teknik Pengumpulan Data ... 49

J. Teknik Pengujian Instrumen ... 50

K. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 60

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Deskripsi Data dan Analisis ... 60

B. Hasil Uji Statistik ... 68

C. Pembahasan ... 77

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel III.1 Tabel Skala Likert ... 46

Tabel V.1 Tabel Hasil Uji Validitas Toleransi Risiko ... 62

Tabel V.2 Tabel Hasil Uji Validitas Kepercayaan Diri ... 62

Tabel V.3 Tabel Hasil Uji Validitas Ketersediaan Modal. ... 63

Tabel V.4 Tabel Hasil Uji Validitas Minat Berwirausaha. ... 63

Tabel V.5 Tabel Hasil Uji Reliabilitas ... 64

Tabel V.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel V.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 66

Tabel V.8 Rata-rata Skor dan Kategori ... 67

Tabel V.9 Deskripsi Variabel Toleransi Risiko ... 67

Tabel V.10 Deskripsi Variabel Kepercayaan Diri ... 68

Tabel V.11 Deskripsi Variabel Ketersediaan Modal ... 69

Tabel V.12 Deskripsi Variabel Minat Berwirausaha ... 70

Tabel V.13 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 71

Tabel V.14 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas... 72

Tabel V.15 Tabel Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 74

Tabel V.16 Tabel Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji t) ... 75

Tabel V.17 Tabel Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji f) ... 76

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 91

Lampiran 2 Hasil Deskripsi Responden ... 96

Lampiran 3 Hasil Tabulasi Data ... 98

Lampiran 4 Hasil Output Deskriptif Data ... 107

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas ... 110

Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas ... 119

Lampiran 7 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 124

(15)

xiv

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh toleransi risiko terhadap minat berwirausaha orang muda katholik gereja Santa Maria Assumpta Klaten, 2) pengaruh kepercayaan diri terhadap minat berwirausaha orang muda katholik gereja Santa Maria Assumpta Klaten, 3) pengaruh ketersediaan modal terhadap terhadap minat berwirausaha orang muda katholik gereja Santa Maria Assumpta Klaten. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang muda katholik gereja Santa Maria Assumpta yang berjumlah 70 orang dan semuanya dijadikan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan wawancara. Analisis data menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa toleransi risiko, kepercayaan diri, ketersediaan modal berpengaruh secara parsial terhadap minat berwirausaha orang muda katolik. Toleransi risiko, kepercayaan diri dan ketersediaan modal secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha orang muda katholik.

(16)

xv ABSTRACT

The Influence on Risk Tolerance, Confidence, and The Availability of Capital Towards Interest in Enterpreneurship of the Catholic Youth Community

Santa Maria Assumpta Klaten Church

The aims of conducting this research are to know: 1). The influence of risk tolerance on interest in enterpreneurship of the Catholic Youth Community of Santa Maria Assumpta Klaten Church, 2). The influence of confidence on intereset in enterpreneurship of Catholic Youth Community of Santa Maria Assumpta Klaten Church, 3). The availability of capital on interest in enterpreneurship of Catholic Youth Community of Santa Maria Assumpta Klaten Church. The population of this research consists of all members of the Catholic Youth Community in Santa Maria Assumpta Church totalling 70 people. All the member of population are taken on complex. The sample is taken by using surfeited sampling technique. The technique for collecting data are through questionnane and interview. The technique is used for data analysis is multiple linear regression. The result of this research shows that the risk of tolerance, confidence, and the availability of capital influence pantially the interest in enterpreneurship are influenced partially for Catholic Youth Community. The risk of tolerance, the confidence and the availability of capital simultaniously have positive and significant effect on the interest in enterpreneurship.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pekerjaan semakin sulit dicari dan seiring dengan berjalannya

waktu, tuntutan pekerjaan semakin tinggi. Dikarenakan tuntutan pekerjaan

yang semakin tinggi itulah maka pekerja pada masa sekarang ini dituntut

untuk bekerja secara maksimal, namun ada sebagian yang bisa bertahan

dengan kondisi tersebut dan ada sebagian yang tidak. Bagi pekerja yang bisa

bertahan tentunya akan memiliki jenjang karir yang cukup baik, namun hal

ini berbeda dengan pekerja yang tidak kuat menghadapi tekanan pekerjaan

yang cukup tinggi karena biasanya perusahaan akan mengeluarkan pekerja

dengan tipe tersebut karena dianggap tidak mampu untuk mencapai target

yang ditetapkan perusahaan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan Agustus 2017

telah terjadi kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 10.000

orang. Data semula di bulan Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang menjadi

menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017. Adapun sarjana yang

menganggur mencapai 858.644 orang. Ironisnya, jumlah angkatan kerja pada

tiap tahun mengalami peningkatan.

Masalah lain yang perlu juga menjadi perhatian adalah jumlah tenaga

kerja asing yang berada di Indonesia, dari data Direktorat PPTKA diketahui

(18)

orang. Berdasarkan data PPTKA Kemnaker, Jumlah IMTA (Izin

Menggunakan Tenaga Kerja Asing) yang diterbitkan bagi TKA jangka

panjang dan jangka pendek pada 2015 sebanyak 111.536 orang, 2016

sebanyak 118.088 orang dan 2017 sebanyak 126.006 orang.

Permasalahan di atas sebenarnya dapat diatasi dengan cara

berwirausaha atau menjadi wirausahawan merupakan pilihan yang tepat

untuk memberikan solusi permasalahan di atas. Wirausaha merupakan salah

satu pendorong roda perekonomian suatu negara, karena bidang wirausaha

mempunyai kebebasan dalam melakukan inovasi, kebebasan berkarya dan

bersifat mandiri. Jika seseorang mempunyai kemauan dan keinginan serta

siap berwirausaha, berarti orang itu menciptakan lapangan pekerjaan dan

tidak perlu mengandalkan orang lain maupun perusahaan lain untuk

mendapatkan pekerjaan lagi (Alma,2016:16).

Tentunya berwirausaha atau menjadi wirausahawan bukanlah perkara

hal yang mudah, karena banyak risiko dan tantangan yang akan di hadapi oleh

wirausahawan seperti persaingan, harga bahan baku yang tidak stabil, produk

yang tidak laku, dan sebagainya. Namun semua tantangan ini harus dihadapi

dengan penuh perhitungan dan pertimbangan yang matang (Alma,2016:54).

Kepercayaan diri (self confidence), diharapkan wirausahawan cenderung

bersikap optimis dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan

yang dimilikinya untuk berhasil (Suryana,2013:28). Orang yang memiliki

rasa percaya diri tinggi adalah orang yang sudah matang secara jasmani dan

(19)

orang lain, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis

(Alma,2016:53). Calon wirausahawan sebagai penggerak roda perekonomian

harus mempunyai sikap keyakinan, dan keberanian untuk memulai suatu

usaha, serta menekuni usaha sehingga usaha yang dijalankan wirausahawan

bisa menguntungkan diri sendiri maupun orang lain.

Modal dasar dari suatu bidang usaha agar dapat terus menjalankan

kegiatan usaha adalah adanya dukungan modal usaha. Modal merupakan

salah satu faktor terpenting dalam bidang usaha. Bagi para pelaku usaha,

hendaknya dapat menggunakan modal dengan seoptimal mungkin, yang

nantinya diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih maksimal bagi

usaha yang sedang dikelolanya (www.ambyaberbagi.com). Beberapa pemuda

takut untuk memulai usaha dikarenakan hal-hal sebagai berikut: 1)

Pendapatan tidak tetap. Hal itu berbeda dengan karyawan yang mempunyai

penghasilan tetap, seorang wirausaha tidak mempunyai penghasilan yang

tetap pada setiap bulannya. Kebanyakan pemuda berpikir bahwa

berwirausaha adalah hal yang tidak pasti, oleh karena itu pemuda lebih

memilih menjadi karyawan daripada menjadi wirausaha; 2) Modal tidak

kembali. Hal ini dikarenakan tanpa perencanaan yang matang, bisnis menjadi

sangat berisiko. Hal itu mengingat bisnis membutuhkan modal dan investasi

yang tak sedikit jumlahnya. Sekali rencana bisnis gagal, dan usaha yang

dijalankan tak berjalan baik, kerugian besar harus ditanggung. 3) Tidak ada

jaminan keamanan finansial. Menjadi karyawan berarti Anda memiliki

(20)

menghabiskan modal dalam jumlah besar tanpa ada kepastian modal kembali.

Risiko inilah yang kebanyakan ditakutkan oleh para wirausaha untuk

memulai suatu usaha. 4) Situasi pasar fluktuatif. Bisnis sangat tergantung

pada pasar. Hendaknya kita pandai dalam membaca situasi ekonomi di pasar

guna menentukan strategi bisnis yang perlu dilakukan. Kondisi pasar yang

fluktuatif akan berpengaruh besar pada keberhasilan sebuah bisnis. Jika

seorang wirausaha tidak cermat dalam membaca keadaan pasar maka banyak

risiko yang akan ditanggung.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Toleransi akan Risiko,

Kepercayaan Diri, dan Ketersediaan Modal terhadap Minat Berwirausaha

Orang Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta, Klaten.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka dapat

dirumuskan lima rumusan masalah yang harus dipecahkan dalam studi kasus

ini yaitu:

1. Apakah toleransi akan risiko berpengaruh terhadap minat berwirausaha

Orang Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten?

2. Apakah kepercayaan diri berpengaruh terhadap minat berwirausaha Orang

Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten?

3. Apakah ketersediaan modal berpengaruh terhadap minat berwirausaha

(21)

4. Apakah toleransi akan risiko, kepercayaan diri, dan ketersediaan modal

secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat berwirausaha Orang

Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian akan dilakukan pada komunitas Orang Muda Katholik

(OMK) Gereja Santa Maria Assumpta Klaten berjumlah 70 orang.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh toleransi akan risiko terhadap minat

berwirausaha Orang Muda Katholik gereja Santa Maria Assumpta

Klaten.

2. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri terhadap minat

berwirausaha Orang Muda Katholik gereja Santa Maria Assumpta

Klaten.

3. Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan modal terhadap minat

berwirausaha Orang Muda Katholik gereja Santa Maria Assumpta

Klaten.

4. Untuk mengetahui pengaruh toleransi akan risiko, kepercayaan diri, , dan

ketersediaan modal secara bersama-sama terhadap minat berwirausaha

(22)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari terlaksananya penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat aspek praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi

pengembangan minat berwirausaha Orang Muda Katholik Gereja Santa

Maria Assumpta Klaten.

2. Manfaat aspek teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

tentang minat menjadi wirausahawan.

b. Penilitian ini sebagai tambahan teori dan tambahan wawasan ilmu

pengetahuan khususnya di kalangan Akademisi Fakultas Ekonomi

(23)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Toleransi akan Risiko

Toleransi akan risiko dikenal juga dengan istilah keberanian diri

dalam pengambilan risiko. Keberanian diri dalam pengambilan risiko

sangat diperlukan oleh para enterperneur, karena jika wirausahawan tidak

menimbang toleransi akan risiko yang diperoleh maka sulit untuk

mengetahui keuntungan maupun kerugian. Disamping itu, selain

menimbang tolerensi akan risiko, wirausahawan juga harus membuat

perencanaan yang matang (Alma,2016:54). Anak muda atau mahasiswa

identik dengan kata selalu menyenangi tantangan dan hal-hal baru.

Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa ke dalam wirausaha yang juga penuh

dengan risiko dan tantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang

tidak laku. Namun semua tantangan ini harus dihadapi dengan penuh

perhitungan (Alma,2016:54).

Mark Zuckerberg pernah berkata “Risiko yang paling besar adalah

jika wirausahawan tidak mengambil risiko itu sendiri”

(www.brainyquote.com). Hal ini menunjukkan pentingnya keberanian

dalam pengambilan risiko. Berani bukan berarti tidak memakai

perhitungan yang rinci dan matang, tetapi sebaliknya harus

(24)

cukup atau tidak. Jika tidak maka seorang wirausahawan harus

menyiapkan beberapa perencanaan cadangan agar target yang ditentukan

dapat dicapai secara optimal.

Wirausahawan bukan pengambil risiko besar, melainkan seorang

yang menghitung risiko yang akan diambilnya. Seorang wirausahawan

bijaksana dalam mengambil risiko, bukan penjudi (Dharmati,2016:25).

Namun jika risiko terlalu tinggi maka akan lebih berisiko untuk gagal, hal

ini bisa merugikan wirausahawan. Sebagai pemimpin yang berjiwa

kewirausahaan, setiap rencana mengambil keputusan haruslah

menghindari risiko yang terlalu rendah dan juga risiko yang terlalu tinggi

(Eka, 2015:116).

Terkadang wirausahawan harus mengambil pilihan terhadap situasi

yang tidak pasti yang disebut situasi berisiko, sehingga dengan pilihan itu

memberi potensi keberhasilan atau bisa juga kegagalan. Untuk

menghadapi hal itu, wirausahawan harus mengambil keputusan, yaitu

mengandung risiko dan alternatif yang konservatif sambil menimbang

kemungkinan berhasil atau gagal kedua pilihan didasari oleh empat faktor

sebagai berikut: 1) Daya tarik setiap alternatif; 2) Keberanian menerima

rugi; 3) Persentase kemungkinan berhasil atau gagal; 4) Seberapa jauh

kemampuan wirausahawan untuk meningkatkan keberhasilan dan

mengurangi kegagalan (Eka,2015:117).

Sebagai contoh wirausahawan dihadapkan pada dua kemungkinan.

(25)

tetap dengan gaji Rp 120.000.000,00 pertahun dengan kemungkinan

kenaikan gaji setiap lima tahun. Kemungkinan kedua, wirausahawan

mempunyai sebuah perusahaan dengan masa depan tidak pasti tetapi

pendapatan wirausahawan sekarang adalah Rp 360.000.000,00. Pada

peristiwa ini, pilihan terletak pada dua hal, yaitu tetap tinggal pada

pekerjaan, atau yang kedua mengambil risiko untuk berhasil atau gagal

tetapi juga mendapat imbalan karier dan keuangan yang jauh lebih tinggi

(Eka,2015:117).

Terdapat beberapa tipe karakter manusia, yaitu mempunyai karakter

pekerja, karakter penjudi, dan karakter wirausaha. Manusia berkarakter

pekerja adalah mereka yang tidak berani mengambil risiko walaupun

kemungkinan sukses di depan mata. Sedangkan manusia berkarakter

penjudi adalah mereka yang mempunyai karakter beringas, selalu tidak

puas dengan posisi sekarang dan selalu mencari peluang emas. Pilihannya

cenderung pada jumlah imbalan yang ditawarkan, sedangkan

kemungkinan sukses atau gagal tidak diperhitungkan. Adapun manusia

berkarakter wirausaha adalah mereka yang mengambil jalan tengah antara

dua karakter tersebut, kesetiaan tetap ada namun mereka juga berpikir

tentang masa depan dan peluangnya (Eka,2015:118).

Langkah dan keputusan ditentukan oleh wirausahawan sendiri,

apapun yang diambil bisa memberi risiko pada dirinya sendiri.

Pengambilan risiko yang berkaitan dengan diri sendiri harus berorientasi

(26)

tetap dengan gaji Rp 120.000.000,00 pertahun dengan kemungkinan

kenaikan gaji setiap lima tahun. Kemungkinan kedua, wirausahawan

mempunyai sebuah perusahaan dengan masa depan tidak pasti tetapi

pendapatan wirausahawan sekarang adalah Rp 360.000.000,00. Pada

peristiwa ini, pilihan terletak pada dua hal, yaitu tetap tinggal pada

pekerjaan, atau yang kedua mengambil risiko untuk berhasil atau gagal

tetapi juga mendapat imbalan karier dan keuangan yang jauh lebih tinggi

(Eka,2015:117).

Terdapat beberapa tipe karakter manusia, yaitu mempunyai karakter

pekerja, karakter penjudi, dan karakter wirausaha. Manusia berkarakter

pekerja adalah mereka yang tidak berani mengambil risiko walaupun

kemungkinan sukses di depan mata. Sedangkan manusia berkarakter

penjudi adalah mereka yang mempunyai karakter beringas, selalu tidak

puas dengan posisi sekarang dan selalu mencari peluang emas. Pilihannya

cenderung pada jumlah imbalan yang ditawarkan, sedangkan

kemungkinan sukses atau gagal tidak diperhitungkan. Adapun manusia

berkarakter wirausaha adalah mereka yang mengambil jalan tengah antara

dua karakter tersebut, kesetiaan tetap ada namun mereka juga berpikir

tentang masa depan dan peluangnya (Eka,2015:118).

Langkah dan keputusan ditentukan oleh wirausahawan sendiri,

apapun yang diambil bisa memberi risiko pada dirinya sendiri.

Pengambilan risiko yang berkaitan dengan diri sendiri harus berorientasi

(27)

melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan

mempengaruhi gagasan karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan,

semangat kerja, serta kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam

bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu, wirausaha

yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri

(Basrowi,2011:27).

3. Modal

Modal adalah kekayaan (asset) perusahaan. Jika perusahaan berjalan

tepat sesuai rencana, maka aset perusahaan membesar. Aset perusahaan

dapat berupa uang, barang berharga dan orang. Jika aset yang dimiliki

tidak digunakan untuk menghasilkan barang yang tidak dapat dijadikan

modal, ini berarti terjadi pemborosan modal. Dengan kata lain,

pemborosan modal terjadi karena modal yang digunakan untuk pembelian

barang konsumtif lebih besar dibanding barang produktif (Jati,2016:203).

Pengelolaan modal kerja melibatkan kas, piutang usaha, hutang

usaha dan pinjaman jangka pendek. Modal kerja juga berarti kekayaan

atau aktiva lancar dan persedian bahan baku, bahan pembantu dan bahan

jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar seperti hutang usaha dan

pinjaman jangka pendek. Agar dapat mendirikan dan menjalankan suatu

usaha diperlukan sejumlah modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal

dalam bentuk uang diperlukan untuk membiayai segala keperluan usaha,

mulai dari biaya pra-investasi, pengurusan izin, biaya investasi untuk

(28)

tindakan sendiri dan mengurangi ketergantungan pada orang lain

(Eka,2015:126).

Risiko itu ada bilamana waktu yang akan datang (future) tidak

diketahui (unkown). Dengan kata lain, risiko itu ada bila ada

ketidakpastian (uncertainty). Akibat daripada risiko ini sangat tidak

dikehendaki wirausahawan, maka tiap orang akan bertindak sebagai risk

manager, bukan karena dipilih tetapi karena terpaksa (Kartib,2014:154).

Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang

lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada

usaha yang kurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang

rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi risiko yang tinggi karena

ingin berhasil. Pada situasi ini ada dua alternatif yang harus dipilih yaitu

alternatif yang mengandung risiko dan alternatif yang konservatif. Pilihan

terhadap risiko tergantung pada: a) daya tarik setiap alternatif, b)

ketersediaan untuk rugi, c) kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal

(Basrowi,2011:28). Selanjutnya kemampuan untuk mengambil risiko

tergantung dari: a) keyakinan pada diri sendiri, b) kesediaan untuk

menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemampuan untuk

memperoleh keuntungan; dan c) kemampuan untuk menilai situasi risiko

secara realistis (Basrowi, 2011:29).

Toleransi akan risiko adalah keadaan yang bisa bersifat

ketidakpastian dan juga bersifat kepastian yang dapat dikalkulasi secara

(29)

Semakin sempurna mendapatkan informasi maka semakin sempurna

informasi yang dikumpul dan semakin akurat pula diketahui seberapa

besar risikonya (Hendro,2011:258).

2. Kepercayaan Diri

Keberanian yang tinggi dalam menghadapi risiko dengan

perhitungan matang dan optimisme yang dimiliki harus disesuaikan

dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian

menghadapi risiko dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi oleh

sikap kepercayaan diri (Suryana,2013:40). Dari teori ini dapat disimpulkan

bahwa kepercayaan diri mempunyai andil yang besar dalam setiap

pengambilan keputusan-keputusan yang krusial. Jika sumber daya sudah

cukup memadai akan tetapi wirausahawan kurang percaya diri dalam

pengambilan keputusan maka sumber daya yang cukup tersebut hanya

akan terbuang secara percuma. Oleh karenanya, sikap kepercayaan diri

sangatlah dibutuhkan jika wirausahawan ingin terjun di dunia wirausaha.

Karakteristik kematangan orang tidak tergantung pada orang lain

melainkan tergantung pada dirinya sendiri yaitu memiliki rasa tanggung

jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis. Wirausahawan tidak gegabah

dalam menyerap opini dari orang lain melainkan mempertimbangkan

opini-opini tersebut secara kritis (Alma,2016:53). Dari teori ini dapat

disimpulkan bahwa setiap orang harus mempunyai keyakinan dalam

(30)

dalam mengambil dan memperhitungkan risiko maka akan berdampak

jangka panjang yang tidak baik.

Agar dapat meraih kesuksesan, pelaku wirausaha harus berani

bermimpi bahwa ia akan berhasil meraih sukses, bahkan pada saat krisis

ekonomi sekalipun. Wiirausaha harus yakin bahwa mimpi dapat menjadi

kenyataan. Wirausaha harus yakin bahwa dengan memiliki visi mampu

menciptakan kekuatan positif dalam pikiran, hasilnya adalah kemampuan

kerja dan kualitas hidup meningkat. Sebagai sosok pemimpin, seorang

wirausaha harus mempunyai ilmu “obor”, ia harus dapat menerangi

sekelilingnya. Wirausaha dengan visi besar adalah obor bagi bawahannya,

ia dapat menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan penuh motivasi.

Wirausaha merupakan sosok yang seharusnya tidak takut untuk bermimpi

menjadi sukses. Permasalahannya, tidak semua orang mempunyai

keberanian untuk bermimpi. Banyak pengusaha sukses yang memulai

usaha dengan mengembangkan mimpi-mimpinya dengan modal nol.

Sesungguhnya untuk dapat meraih kesuksesan dalam karier atau bisnis

orang harus berani mencoba (Abas,2011:92). Seorang wirausaha dalam

situasi sesulit apapun akan tertantang untuk tidak berhenti mencoba. Orang

yang selalu berani mencoba inilah yang pada akhirnya akan meraih

kemenangan dan kesuksesan (Abas,2011:93).

Percaya diri merupakan paduan sikap dan keyakinan dalam

menghadapi tugas atau pekerjaan yang bersifat internal sangat relatif dan

(31)

melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan

mempengaruhi gagasan karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan,

semangat kerja, serta kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam

bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu, wirausaha

yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri

(Basrowi,2011:27).

3. Modal

Modal adalah kekayaan (asset) perusahaan. Jika perusahaan berjalan

tepat sesuai rencana, maka aset perusahaan membesar. Aset perusahaan

dapat berupa uang, barang berharga dan orang. Jika aset yang dimiliki

tidak digunakan untuk menghasilkan barang yang tidak dapat dijadikan

modal, ini berarti terjadi pemborosan modal. Dengan kata lain,

pemborosan modal terjadi karena modal yang digunakan untuk pembelian

barang konsumtif lebih besar dibanding barang produktif (Jati,2016:203).

Pengelolaan modal kerja melibatkan kas, piutang usaha, hutang

usaha dan pinjaman jangka pendek. Modal kerja juga berarti kekayaan

atau aktiva lancar dan persedian bahan baku, bahan pembantu dan bahan

jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar seperti hutang usaha dan

pinjaman jangka pendek. Agar dapat mendirikan dan menjalankan suatu

usaha diperlukan sejumlah modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal

dalam bentuk uang diperlukan untuk membiayai segala keperluan usaha,

mulai dari biaya pra-investasi, pengurusan izin, biaya investasi untuk

(32)

keahlian adalah keahlian dan kemampuan seseorang untuk mengelola dan

menjalankan suatu usaha.

Modal yang pertama kali dikeluarkan untuk membiayai pendirian

perusahaan (pra-investasi) adalah biaya mulai dari persiapan yang

diperlukan sampai perusahaan itu berdiri. Selanjutnya adalah biaya untuk

membeli sejumlah aktiva tetap. Biaya ini diperlukan untuk

mengoperasikan perusahaan atau sebagai tempat atau alat melakukan

kegiatan seperti pembelian tanah, pendirian gedung, pembelian

mesin-mesin dan peralatan kantor. Di samping itu, modal juga diperlukan untuk

membiayai operasi usaha pada saat bisnis tersebut dijalankan, misalnya

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya. Besarnya modal

yang diperlukan tergantung dari jenis usaha yang akan dijalani, apakah

usaha kecil, usaha menengah, ataukah usaha besar. Masing-masing

memerlukan modal dalam batas tertentu. Jadi jenis usaha menentukan

besarnya jumlah modal yang diperlukan (Kasmir,2009:53).

Pada dasarnya kebutuhan modal untuk menjalankan usaha terdiri

dari dua jenis yaitu modal investasi dan modal kerja. Kedua jenis modal

ini berbeda, baik dari penggunaannya maupun jangka waktunya. Modal

investasi digunakan untuk jangka panjang dan dapat untuk digunakan

berulang-ulang. Biasanya umurnya lebih dari satu tahun, sementara untuk

modal kerja digunakan untuk jangka pendek dan beberapa kali pakai

dalam proses produksi. Jangka waktu modal kerja biasanya tidak lebih dari

(33)

membeli aktiva tetap seperti tanah, bangunan atau gedung, mesin,

peralatan, kendaraan, serta inventaris lainnya. Modal investasi merupakan

porsi terbesar dalam komponen pembiayaan suatu usaha dan biasanya

dikeluarkan pada awal perusahaan didirikan, atau untuk perluasan pabrik.

Modal investasi biasanya diperoleh dalam jangka waktu yang relatif

panjang lebih dari satu tahun. Pinjaman ini biasanya diperoleh dari

pinjaman pihak perbankan. Setelah modal investasi terpenuhi selanjutnya

adalah pemenuhan modal kerja. Modal kerja yaitu modal yang digunakan

untuk membiayai operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang

beroperasi. Jenis modalnya bersifat jangka pendek, biasanya digunakan

untuk sekali proses produksi. Modal kerja digunakan untuk membeli

bahan baku, gaji karyawan, biaya pemeliharaan, serta biaya-biaya lainnya.

Modal kerja juga dapat diperoleh dari pinjaman bank dan durasi pinjaman

biasanya hanya setahun. Dalam praktiknya pembiayaan suatu usaha dapat

diperoleh secara gabungan antara modal sendiri dan dengan modal

pinjaman. Pilihan apakah akan menggunakan modal sendiri, modal

pinjaman, ataukah modal gabungan antara modal sendiri dan modal

pinjaman, tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan

pemilik usaha. Pada awalnya untuk usaha baru, biasanya pengusaha lebih

memberatkan menggunakan modal sendiri (Kasmir,2006:83-86).

Selain menggunakan modal sendiri, sumber modal yang biasanya

digunakan untuk memulai usaha bisa diperoleh dari teman dan keluarga.

(34)

hubungan baik dengan pengusaha. Keluarga dan teman dapat memberikan

sejumlah kecil pembiayaan ekuitas untuk usaha tersebut, sebagian

mencerminkan sejumlah kecil modal yang dibutuhkan untuk memulai

hampir semua usaha baru. Meskipun relatif mudah untuk mendapatkan

uang dari keluarga dan teman, namun hal ini tetap memiliki aspek positif

dan negatif. Meskipun jumlah uang yang tersedia tidak banyak, jika

tersedianya dalam bentuk pendanaan ekuitas, maka anggota keluarga atau

teman akan memiliki posisi dalam usaha tersebut dan semua hak dari

posisi tersebut. Hal ini akan membuat mereka memiliki andil langsung

dalam kegiatan usaha, dan dapat berdampak negatif terhadap karyawan,

fasilitas, atau penjualan dan keuntungan (Shepred,2008:454).

Untuk menghindari masalah dimasa mendatang, pengusaha harus

menyampaikan aspek positif dan negatif, serta sifat-sifat dari risiko

kesempatan investasi ini untuk mencoba meminimalkan dampak negatif

dari hubungan dengan teman, jika nantinya timbul masalah. Salah satu hal

yang membantu meminimalkan kesulitan yang terjadi adalah menjaga

urusan bisnis tetap sebagai bisnis. Segala pinjaman atau investasi dari

keluarga dan teman harus diperlakukan dengan cara berbisnis yang sama

seolah-olah pinjaman tersebut dari investor lainnya, semua pinjaman harus

mencamtumkan suku bunga dan rencana penjadwalan pelunasan pinjaman

dan bunganya (Shepred,2008:455).

Modal adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

(35)

Shim, modal kerja merupakan ukuran dari likuiditas perusahaan. Oleh

karena itu dalam rangka mewujudkan konsep modal yang sesuai dengan

harapan pihak perusahaan, maka harus diterapkan suatu ilmu manajemen

yang bisa memberikan arah konsep sesuai yang dimaksud dalam kaidah

manajemen modal. Manajemen modal berkaitan dengan manajemen aktiva

lancar kas, piutang, dan persediaan dan prosedur pendanaan aktiva

tersebut (Fahmi,2013:117).

4. Minat Berwirausaha

a. Pengertian Minat Wirausaha

Penelitian Subandono (2007), minat wirausaha adalah

kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan suatu

usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, menanggung risiko dan

mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut. Minat wirausaha

berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan sebuah bidang

usaha. Santoso (2009), minat berwirausaha adalah keinginan,

ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauaan

keras untuk berdikari atau berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya

tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta senantiasa

belajar dari kegagalan yang dialami. Berdasarkan definisi di atas, maka

yang dimaksud dengan minat wirausaha adalah keinginan, ketertarikan

serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras dengan

adanya pemusatan perhatian untuk berusaha memenuhi kebutuhan

(36)

senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami, serta mengembangkan

usaha yang diciptakannya. Minat wirausaha tersebut tidak hanya

keinginan dari dalam diri saja tetapi harus melihat ke depan dalam

potensi mendirikan usaha..

Menurut Dony (2014), berwirausaha adalah melakukan

pekerjaan wirausaha, sehingga minat berwirausaha dapat didefinisikan

sebagai kecenderungan hati yang mendorong seseorang untuk

berwirausaha yang ditunjukkan dengan memberikan perhatian terhadap

kewirausahaan itu sendiri serta terhadap aktivitas-aktivitas

kewirausahaan. Minat yang tinggi berarti kesadaran bahwa wirausaha

melekat pada dirinya sehingga individu lebih banyak perhatian dan

lebih sering melakukan kegiatan wirausaha.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat

berwirausaha, yaitu:

1) Toleransi Risiko

Hubungan antara Toleransi Risiko dan Minat Berwirausaha

Ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut :

a) Percaya diri, dengan karakteristik watak yang selalu percaya

diri mempunyai keyakinan, ketidaktergantungan,

individualitas, dan optimisme.

b) Berorientasi pada tugas dan hasil, dengan karakteristik watak

(37)

ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai

dorongan kuat, energetik, dan inisiatif.

c) Pengambilan risiko, dengan karakteristik watak yang lebih

pada kemampuan untuk mengambil risiko yang wajar dan suka

tantangan.

d) Kepemimpinan, dengan karakteristik watak yang lebih pada

berperilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain,

menanggapi saran-saran dan kritik.

e) Keorisinilan, dengan karakteristik watak yang inovatif, kreatif,

serta fleksibel.

f) Berorientasi ke masa depan, dengan karakteristik watak yang

pandangannya ke depan, mempunyai perspektif.

Salah satu sifat dasar seorang wirausaha adalah mau

mengambil risiko. Berdasarkan pengertian wirausaha adalah

seseorang orang yang mau menghadapi risiko dan ketidakpastian

untuk membuka sebuah bisnis baru, tujuannya untuk memperoleh

keutungan serta mengembangkan bisnisnya dengan mengelola

sumber daya serta memanfaatkan peluang pasar yang ada.

Berdasarkan kepribadian seorang wirausahawan adalah mereka

yang memiliki kemauan untuk mengambil risiko dalam tiap

kesempatan usaha. Seorang wirausaha harus toleran terhadap

(38)

Wirausaha hendaknya memiliki manajemen terhadap risiko

adalah mampu melakukan pengelolaan terhadap risiko yang ada.

Memilih risiko yang paling efektif untuk menghasilkan keuntungan

bisnis. Menurut Suryana (2014), seorang wirausaha harus mampu

mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak

terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

Wirausaha yang sukses adalah mereka yang semakin toleran

terhadap risiko usaha yang ada.

Toleransi risiko diperlukan dalam pengambilan keputusan.

Seorang wirausahawan adalah seorang risk lover dimana selalu

mengambil peluang dengan risiko tinggi. Keberanian menghadapi

risiko yang didukung komitmen yang kuat, akan mendorong

seorang wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai

memperoleh hasil (Suryana,2014:45).

Risiko adalah sesuatu yang selalu dihubungkan dengan

kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak terduga dan tidak

diharapkan. Sebagai seorang muda tujuan utama yang harus

dilaksanakan adalah belajar dan menuntut ilmu. Dua tugas ini tidak

hanya menjadi kewajiban namun amanah dari orangtua. Namun,

sebenarnya anggapan ini tidak sepenuhnya benar, selain menuntut

ilmu dan merampungkan studi, pemuda juga harus

mengembangkan kemampuan diri berkaitan dengan kompetensi

(39)

yang aktif dalam beberapa organisasi kampus untuk melatih

kemampuan bekerja sama, kepemimpinan, dan menambah

jaringan. Sebagian lagi pemuda yang memilih untuk bekerja sambil

kuliah, tidak hanya karena masalah keuangan namun untuk melatih

kompetansi dan siap menghadapi dunia industri. Pemuda yang

menjadi perhatian dalam penelitian adalah pemuda yang mencoba

memulai bisnis sambil berkuliah.

Berdasarkan ketiga kondisi pemuda di atas adalah adanya

sesuatu hal yang dikorbankan dan keberanian untuk mengambil

risiko. Pemuda yang memulai bisnis saat berkuliah tentu ada hal

yang dikorbankan misalnya waktu untuk belajar setelah berkuliah

hingga lulus tidak tepat waktu. Tentu pemuda yang baik adalah

yang mampu menyelesaikan pendidikan tepat waktu dengan nilai

memuaskan, namun terkadang risiko bisa saja muncul bahkan

setelah diperhitungkan dengan matang.

Risiko juga dapat diartikan suatu kegagalan atau

ketidakberhasilan dalam menangkap peluang usaha bagi

wirausahawan. Bentuk risiko usaha itu dapat berupa kerugian

financial, pengalaman kegagalan bisnis yang dijalankan

(40)

2) Percaya Diri

Keberanian yang tinggi dalam menghadapi risiko dengan

perhitungan matang dan optimisme yang dimiliki harus

disesuaikan dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme

dan keberanian menghadapi risiko dalam menghadapi suatu

tantangan dipengaruhi oleh sikap kepercayaan diri

(Suryana,2014:56).

Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Minat Berwirausaha

Karakteristik kematangan orang tidak tergantung pada

orang lain melainkan tergantung pada dirinya sendiri yaitu

memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis.

Wirausahawan tidak gegabah dalam menyerap opini dari orang lain

melainkan mempertimbangkan opini-opini tersebut secara kritis

bahwa setiap wirausahawan harus mempunyai keyakinan dalam

dirinya sendiri agar keputusan yang diambil tidak salah, karena jika

salah dalam mengambil dan memperhitungkan risiko. (Alma,

2016: 53).

Wirausaha harus yakin bahwa dengan memiliki visi mampu

menciptakan kekuatan positif dalam pikiran, hasilnya adalah

kemampuan kerja dan kualitas hidup meningkat. Sebagai sosok pemimpin, seorang wirausaha harus mempunyai ilmu “obor”, ia

harus dapat menerangi sekelilingnya. Wirausaha dengan visi besar

(41)

kerja yang dinamis dan penuh motivasi. Wirausaha merupakan

sosok yang seharusnya tidak takut untuk bermimpi menjadi sukses

(Abas,2011:92).

Percaya diri merupakan paduan sikap dan keyakinan dalam

menghadapi tugas atau pekerjaan yang bersifat internal sangat

relatif dan dinamis, serta banyak ditentukan oleh kemampuannya

untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu

pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan karsa,

inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, serta

kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk

memahami diri sendiri. Oleh karena itu, wirausaha yang sukses

adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri

(Basrowi,2011:27).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

kepercayaan diri memiliki hubungan yang positif dengan minat

berwirausaha. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di atas

dimana kepercayaan diri berpengaruh positif dengan minat

berwirausaha.

3) Ketersediaan Modal

Kasmir menyatakan bahwa modal yang pertama kali

dikeluarkan untuk membiayai pendirian perusahaan (pra-investasi)

adalah biaya mulai dari persiapan yang diperlukan sampai

(42)

sejumlah aktiva tetap. Biaya ini diperlukan untuk mengoperasikan

perusahaan atau sebagai tempat atau alat melakukan kegiatan

seperti pembelian tanah, pendirian gedung, pembelian mesin-mesin

dan peralatan kantor. Di samping itu, modal juga diperlukan untuk

membiayai operasi usaha pada saat bisnis tersebut dijalankan,

misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya.

Besarnya modal yang diperlukan tergantung dari jenis usaha yang

akan dijalani, apakah usaha kecil, usaha menengah, ataukah usaha

besar. Masing-masing memerlukan modal dalam batas tertentu.

Jadi jenis usaha menentukan besarnya jumlah modal yang

diperlukan (Kasmir,2009:53).

Pada dasarnya kebutuhan modal untuk menjalankan usaha

terdiri dari dua jenis yaitu modal investasi dan modal kerja. Kedua

jenis modal ini berbeda, baik dari penggunaannya maupun jangka

waktunya. Modal investasi digunakan untuk jangka panjang dan

dapat untuk digunakan berulang-ulang. Biasanya umurnya lebih

dari satu tahun, sementara untuk modal kerja digunakan untuk

jangka pendek dan beberapa kali pakai dalam proses produksi.

Jangka waktu modal kerja biasanya tidak lebih dari setahun.

Penggunaan utama modal investasi jangka panjang adalah untuk

membeli aktiva tetap seperti tanah, bangunan atau gedung, mesin,

peralatan, kendaraan, serta inventaris lainnya. Modal investasi

(43)

usaha dan biasanya dikeluarkan pada awal perusahaan didirikan,

atau untuk perluasan pabrik. Modal investasi biasanya diperoleh

dalam jangka waktu yang relatif panjang lebih dari satu tahun.

Pinjaman ini biasanya diperoleh dari pinjaman pihak perbankan.

Setelah modal investasi terpenuhi selanjutnya adalah pemenuhan

modal kerja. Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk

membiayai operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang

beroperasi. Jenis modalnya bersifat jangka pendek, biasanya

digunakan untuk sekali proses produksi. Modal kerja digunakan

untuk membeli bahan baku, gaji karyawan, biaya pemeliharaan,

serta biaya-biaya lainnya. Modal kerja juga dapat diperoleh dari

pinjaman bank dan durasi pinjaman biasanya hanya setahun.

Dalam praktiknya pembiayaan suatu usaha dapat diperoleh secara

gabungan antara modal sendiri dan dengan modal pinjaman.

Pilihan apakah akan menggunakan modal sendiri, modal pinjaman,

ataukah modal gabungan antara modal sendiri dan modal

pinjaman, tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan

kebijakan pemilik usaha. Pada awalnya untuk usaha baru, biasanya

pengusaha lebih memberatkan menggunakan modal sendiri

(Kasmir,2009:83-86).

Selain menggunakan modal sendiri, sumber modal yang

biasanya digunakan untuk memulai usaha bisa diperoleh dari

(44)

berinvestasi karena memiliki hubungan baik dengan pengusaha.

Keluarga dan teman dapat memberikan sejumlah kecil pembiayaan

ekuitas untuk usaha tersebut, sebagian mencerminkan sejumlah

kecil modal yang dibutuhkan untuk memulai hampir semua usaha

baru. Meskipun relatif mudah untuk mendapatkan uang dari

keluarga dan teman, namun hal ini tetap memiliki aspek positif dan

negatif. Meskipun jumlah uang yang tersedia tidak banyak, jika

tersedianya dalam bentuk pendanaan ekuitas, maka anggota

keluarga atau teman akan memiliki posisi dalam usaha tersebut dan

semua hak dari posisi tersebut. Hal ini akan membuat mereka

memiliki andil langsung dalam kegiatan usaha, dan dapat

berdampak negatif terhadap karyawan, fasilitas, atau penjualan dan

keuntungan (Shepred,2008:454).

B. Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi referensi bagi peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Kepercayaan Diri dan Motivasi terhadap Minat Berwirausaha

mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Ngawi.

Oleh Supriyanto bambang (2017) Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi minat

berwirausaha. Penelitian ini merupakan penelitian survei. Populasi dalam

(45)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa pendidikan ekonomi

STKIP PGRI Ngawi mempunyai minat untuk berwirausaha

2. Analisis pengaruh faktor lingkungan keluarga, toleransi risiko dan

kebutuhan berprestasi terhadap minat berwirausaha studi pada mahasiswa

manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

Oleh: Dicky Kumbara (2018) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

minat mahasiswa menjadi wirausaha. Penelitian ini merupakan penelitian

survei. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi,

Jurusan Manajemen, Universitas Diponegoro Semarang. Dalam penelitian

dapat disimpulkan peneliti menemukan berbagai karakteristik minat yang

ditinjau dari aspek lingkungan keluarga, tolerasnsi risiko kebutuhan

berprestasi dan karakteristik lain.

3. Pengaruh toleransi akan risiko dan kebebasan dalam bekerja terhadap

minat berwirausaha studi pada mahasiswa manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Oleh: I Ketut Dian Susanta (2012). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui minat mahasiswa menjadi wirausaha. Penelitian ini merupakan

penelitian survei. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Dalam penelitian dapat disimpulkan peneliti menemukan berbagai

karakteristik minat yang ditinjau dari toleransi risiko, kebebasan dalam

(46)

C. Kerangka Konseptual

Hipotesis adalah kesimpulan atau dugaan sementara yang harus diuji

kebenarannya, maka hipotesis harus dibuktikan kebenarannya dengan

beberapa studi ilmiah berikut hipotesis-hipotesis yang diajukan oleh peneliti

(47)

dan telah dituangkan dalam desain penelitian, maka dapat ditarik hipotesis

atau kesimpulan sementara pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengaruh Toleransi akan Risiko terhadap Minat Berwirausaha

Salah satu sifat dasar seorang wirausaha adalah mau mengambil

risiko. Berdasarkan pengertian wirausaha adalah seseorang orang yang

mau menghadapi risiko dan ketidakpastian untuk membuka sebuah bisnis

baru, tujuannya untuk memperoleh keutungan serta mengembangkan

bisnisnya dengan mengelola sumber daya serta memanfaatkan peluang

pasar yang ada (Kumbara, 2012). Berdasarkan kepribadian seorang

wirausahawan adalah mereka yang memiliki kemauan untuk mengambil

risiko dalam tiap kesempatan usaha. Seorang wirausaha harus toleran

terhadap risiko. Risiko diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam

situasi yang tidak menentu (Kumbara, 2012).

Dalam berwirausaha diperlukan keberanian untuk menghadapi

risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi, maka semakin besar pula

kemungkinan dan kesempatan untuk meraih keuntungan yang lebih

besar, bukan hanya keuntungan pada arti yang sesungguhnya yaitu uang

atau investasi, tetapi juga keuntungan dalam menjalin hubungan baik

sebagai relasi dengan banyak pihak. Kesempatan untuk dapat meraih

keuntungan yang besar ini menjadi daya tarik tersendiri dalam

menumbuhkan minat berwirausaha (Irman, 2013).

Wirausaha hendaknya memiliki manajemen terhadap risiko adalah

(48)

yang paling efektif untuk menghasilkan keuntungan bisnis. Seorang

wirausaha harus mampu mengambil risiko yang moderat, artinya risiko

yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah (Suryana,

2014).

Risiko juga dapat diartikan suatu kegagalan atau ketidakberhasilan

dalam menangkap peluang usaha bagi wirausahawan. Bentuk risiko

usaha itu dapat berupa kerugian financial, pengalaman kegagalan bisnis

yang dijalankan (Basrowi, 2014). Berdasarkan uraian di atas dapat

rumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Toleransi akan risiko berpengaruh terhadap minat berwirausaha

Orang Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten.

2. Pengaruh Kepercayaan Diri terhadap Minat Berwirausaha

Kepercayaan diri merupakan perpaduan antara sikap dan keyakinan

untuk menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktiknya, sikap dan

kepercayaan diri merupakan sikap dan keyakinan yang ada didalam diri

sendiri untuk memulai sebuah usaha. Orang yang memiliki kepercayaan

diri yang tinggi selalu memiliki keyakinan, individualitas dan tidak

memiliki ketergantungan terhadap sesuatu ataupun terhadap pihak lain.

Seseorang yang memiliki keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi

cenderung percaya akan kemampuan dirinya sendiri untuk memperoleh

target yang ditetapkan. Kepercayaan diri yang tinggi ini akan

(49)

Putra (2012), dalam penelitiannya terhadap mahasiswa jurusan

Manajemen Universitas Negeri Padang menemukan faktor-faktor yang

mempengaruhi minat berwirausaha salah satunya adalah percaya diri.

Wirausaha merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju

mundurnya perekonomian. Hal ini disebabkan bidang wirausaha

mempunyai kebebasan untuk berkarya dan mandiri. Apabila seseorang

memiliki kemauan, keinginan, serta kesiapan untuk berwirausaha, berarti

orang tersebut mampu menciptakan lapangan kerja sendiri dan tidak

perlu mengandalkan orang lain (Putra, 2012). Keinginan atau minat

berwirausaha dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang

mendorong seseorang untuk berwirausaha yang ditunjukan dengan

memberikan perhatian terhadap kewirausahaan itu sendiri serta

aktivitas-aktivitas kewirausahaan (Dony, 2014).

Hubungan antara kepercayaan diri dengan minat berwirausaha

dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Putra (2012) terhadap

para mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Negeri Padang. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan diri merupakan

salah satu faktor yang menentukan minat mahasiswa tersebut

berwirausaha (Dony, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa

kepercayaan diri terkait dengan minat berwirausaha. Minat bisa timbul

karena adanya faktor dari luar dan dari dalam. Faktor dari dalam yang

(50)

mampu berarti dirinya merasa yakin akan kemampuan yang dimilikinya

atau dengan kata lain ia adalah orang yang percaya diri. Keinginan

berwirausaha juga dipengaruhi oleh nilai personal. Nilai personal salah

satunya dibentuk dari sikap optimisme. Sikap optimisme juga merupakan

salah satu sikap kepercayaan diri (Dony, 2014).

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Kepercayaan diri berpengaruh minat berwirausaha Orang Muda

Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten.

3. Pengaruh Ketersediaan Modal terhadap Minat Berwirausaha

Apabila seseorang mempunyai ide untuk membuka suatu usaha

baru maka dia akan mencari faktor-faktor yang dapat mendorongnya.

Dorongan-dorongan ini tergantung pada beberapa faktor antara lain faktor

famili, teman, pengalaman, keadaan ekonomi/modal usaha, keadaan

lapangan kerja, dan sumber daya lain yang tersedia. Salah satu faktor yang

menjadi kendala seseorang sebelum memulai suatu usaha atau bisnis

adalah permasalahan tentang modal usaha, terutama berupa modal

finansial. Ketersediaan modal finansial yang cukup, baik yang berasal dari

modal sendiri maupun modal pinjaman, sangat berpengaruh terhadap

tumbuhnya minat berwirausaha pada diri seseorang. Dengan adanya

dukungan faktor finansial yang cukup maka mendorong seseorang untuk

tampil percaya diri dalam memulai bisnisnya (Basrowi, 2011).

Kadiarsih (2013), dalam penelitiannya terhadap mahasiswa Jurusan

(51)

faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha salah satunya adalah

ketersediaan modal. Dalam penelitiannya, Kardiasih menyatakan bahwa

salah satu variabel yang mempengaruhi minat berwirausaha adalah

ketersedian modal wirausahawan baru sering bingung mencari sumber

modal sedangkan, sumber modal yang biasanya digunakan untuk memulai

usaha bisa diperoleh dari teman dan keluarga. Keluarga dan teman

cenderung bersedia berinvestasi karena memiliki hubungan baik dengan

pengusaha. Keluarga dan teman dapat memberikan sejumlah kecil

pembiayaan ekuitas untuk usaha tersebut, sebagian mencerminkan

sejumlah kecil modal yang dibutuhkan untuk memulai hampir semua

usaha baru. Meskipun relatif mudah untuk mendapatkan uang dari

keluarga dan teman, namun hal ini tetap memiliki aspek positif dan

negatif. Meskipun jumlah uang yang tersedia tidak banyak, jika

tersedianya dalam bentuk pendanaan ekuitas, maka anggota keluarga atau

teman akan memiliki posisi dalam usaha tersebut dan semua hak dari

posisi tersebut. Hal ini akan membuat mereka memiliki andil langsung

dalam kegiatan usaha, dan dapat berdampak negatif terhadap karyawan,

(52)

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Ketersediaan modal berpengaruh terhadap minat berwirausaha Orang

Muda Katholik Gereja Santa Maria Assumpta Klaten.

4. Pengaruh Simultan Toleransi akan Risiko, Kepercayaan Diri, dan

Ketersediaan Modal terhadap Minat Berwirausaha

Salah satu sifat dasar seorang wirausaha adalah mau mengambil

resiko. Berdasarkan pengertian wirausaha adalah seseorang orang yang

mau menghadapi resiko dan ketidakpastian untuk membuka sebuah

bisnis baru, tujuannya untuk memperoleh keutungan serta

mengembangkan bisnisnya dengan mengelola sumber daya serta

memanfaatkan peluang pasar yang ada (Kumbara, 2012). Berdasarkan

kepribadian, seorang wirausahawan adalah mereka yang memiliki

kemauan untuk mengambil resiko dalam tiap kesempatan usaha. Seorang

wirausaha harus toleran terhadap resiko. Resiko diperlukan untuk

pengambilan keputusan dalam situasi yang tidak menentu (Kumbara,

2012).

Wirausaha hendaknya memiliki manajemen terhadap risiko adalah

mampu melakukan pengelolaan terhadap risiko yang ada. Memilih risiko

yang paling efektif untuk menghasilkan keuntungan bisnis. Seorang

wirausaha harus mampu mengambil risiko yang moderat, artinya risiko

yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah (Suryana,

(53)

Kepercayaan diri merupakan perpaduan antara sikap dan keyakinan

untuk menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktiknya, sikap dan

kepercayaan diri merupakan sikap dan keyakinan yang ada dalam diri

sendiri untuk memulai sebuah usaha. Orang yang memiliki kepercayaan

diri yang tinggi selalu memiliki keyakinan, individualitas, dan tidak

memiliki ketergantungan terhadap sesuatu ataupun terhadap pihak lain.

Seseorang yang memiliki keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi

cenderung percaya akan kemampuan dirinya sendiri untuk memperoleh

target yang ditetapkan. Kepercayaan diri yang tinggi ini akan

menumbuhkan minat berwirausaha yang tinggi pula (Mulyadi, 2016).

Kadiarsih (2013), dalam penelitiannya terhadap mahasiswa jurusan

Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Surakarta menemukan

faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha, salah satunya adalah

ketersediaan modal. Dalam penelitiannya, Kardiasih menyatakan bahwa

salah satu variabel yang mempengaruhi minat berwirausaha adalah

ketersediaan modal. Wirausahawan baru sering bingung mencari sumber

modal, sedangkan sumber modal yang biasanya digunakan untuk

memulai usaha bisa diperoleh dari teman dan keluarga. Keluarga dan

teman cenderung bersedia berinvestasi karena memiliki hubungan baik

dengan pengusaha. Keluarga dan teman dapat memberikan sejumlah

kecil pembiayaan ekuitas untuk usaha tersebut, sebagian mencerminkan

sejumlah kecil modal yang dibutuhkan untuk memulai hampir semua

(54)

keluarga dan teman, namun hal ini tetap memiliki aspek positif dan

negatif. Meskipun jumlah uang yang tersedia tidak banyak, jika

tersedianya dalam bentuk pendanaan ekuitas, maka anggota keluarga atau

teman akan memiliki posisi dalam usaha tersebut dan semua hak dari

posisi tersebut. Hal ini akan membuat mereka memiliki andil langsung

dalam kegiatan usaha, dan dapat berdampak negatif terhadap karyawan,

fasilitas, atau penjualan dan keuntungan (Shepred, 2008).

Dalam usaha menumbuhkan minat berwirausaha, maka terlebih

dahulu perlu diketahui faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya minat

tersebut. Faktor-faktor yang memengaruhi minat berwirausaha dapat

terus dikembangkan sehingga minat dapat diwujudkan menjadi usaha

mandiri. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila

seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan

dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri

(Kardiasih 2013). Dengan demikian minat dapat ditumbuhkan dengan

menghubungkan seseorang dengan kebutuhannya sehingga timbul

keinginan untuk memenuhinya. Mengenai minat berwirausaha,

Mahesa & Rahardja (2012) menguraikan bahwa minat berwirausaha

adalah kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan

suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur,menanggung risiko

(55)

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H4 : Toleransi akan risiko, kepercayaan diri, dan ketersediaan modal

secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat berwirausaha

(56)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kuantitatif. Metode

penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu. Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional,

positivistik, ilmiah (scientific) dan metode discovery. Metode kuantitatif

dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan

sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut

sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme.

Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah

memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur,

rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena

dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.

Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa

angka-angka dan analisis menggunakan statistik. (Sugiyono,2012:7)

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang yang menjadi sasaran dalam

(57)

penelitian dalam penelitian ini adalah Orang Muda Katholik (OMK) yang

berdomisili di Gereja Santa Maria Assumpta Klaten.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah variabel yang dapat diukur dan dapat

diteliti oleh peneliti. Objek dalam penelitian ini adalah toleransi akan

risiko, kepercayaan diri, dan ketersediaan modal terhadap minat

berwirausaha.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan

bulan September 2018.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Gereja Santa Maria Assumpta Klaten, Jawa

Tengah.

D. Variabel Peneletian 1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Bebas/Independent Variable (X)

Menurut Sugiyono (2016), variabel ini sering disebut sebagai

variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia

sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

(58)

penelitian ini terdiri dari: (1) toleransi akan risiko (X1); (2)

kepercayaan diri (X2); dan (3) ketersediaan modal (X3).

b. Variabel Terikat/Dependent Variable (Y)

Variabel Dependen, sering disebut sebagai variabel output,

kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah minat berwirausaha (Y).

2. Definisi Variabel operasional dan Indikator

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian serta

menghindari pengertian yang berbeda dari setiap variabel maka dibuat

definisi sebagai berikut:

a. Toleransi akan Risiko (X1)

Dalam penelitian ini toleransi akan risiko adalah keadaan yang

bisa bersifat ketidakpastian dan juga bersifat kepastian yang dapat

dikalkulasi secara kuantitatif. Kuncinya adalah seberapa sempurna

mendapatkan informasi. Semakin sempurna mendapatkan informasi

maka semakin sempurna informasi yang dikumpul dan semakin akurat

pula diketahui seberapa besar risikonya (Hendro, 2011).

Indikator-indikator yang digunakan adalah:

1) Saya berani mengambil keputusan ketika informasi yang saya

Gambar

Gambar  V.1      Hasil Uji Heteroskedastisitas.....................................................
Tabel III-2
Tabel V.2 Hasil Uji Validitas Kepercayaan Diri
Tabel V.3 Hasil Uji Validitas Ketersediaan Modal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi ambient, natural gas memiliki berat jenis sekitar 0,6, yang berarti bahwa uap natural gas yang jauh lebih ringan dari udara dan akan

dengan teknik HEM me nggunakan katalis Ni merupakan metode yang sangat efektif dan murah untuk mendapatkan struktur CNT. Struktur nanopartikel dengan luas permukaan grafit

Temuan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran biokimia melalui analisis kasus relatif lebih unggul daripada pembelajaran konvensional yang berbasis pada metode ceramah

Dengan demikian dalam mengatur kecepatan tumbuh perlu diperhitungkan sinergi dari keempat factor tersebut diatas : derajat supersturasi larutan, factor hidrodinamika

Tujuan penelitian ini adalah (1) meningkatkan kinerja mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi dengan tenaga gerak traktor berroda –2, (2) membuat model

5 Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman dan sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri, karena dalam model pembelajaran tutor sebaya

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Patil pada tahun 2011 menyatakan bahwa pemberian ekstrak etanol (70%) daun kemunting tiap hari dapat memproteksi kerusakan hati

Berdasarkan penampilan secara makroskopis yang mencakup gejala-gejala yang timbul pada bibit nyatoh dan pertumbuhan koloni pada media PDA, pengamatan mikroskopis dengan