• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghayatan spiritualitas keterlibatan umat berinspirasi pada Santa Maria dalam hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penghayatan spiritualitas keterlibatan umat berinspirasi pada Santa Maria dalam hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta."

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KETERLIBATAN UMAT YANG BERINSPIRASI PADA SANTA MARIA DALAM HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTA MARIA KOTA BUKIT INDAH PURWAKARTA. Judul ini dipilih melihat kenyataan hidup menggereja umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta penuh dengan perjuangan. Hal ini dapat dilihat akan dengan mudah mendapatkan umat pergi ke gereja dengan menggunakan angkot carteran, sepeda motor dengan penumpang 2 orang bahkan lebih hanya untuk mengikuti perayaan ekaristi mingguan. Tidak hanya faktor jarak yang menjadikan umat membutuhkan perjuangan yang ekstra, kesibukan umat yang sebagian besar adalah karyawan swasta menambah lagi kesulitan untuk ikut terlibat dalam hidup menggereja.

Hal tersebut di atas, mendorong penulis untuk mengetahui lebih jauh semangat apa yang mendorong umat untuk ikut terlibat dalam hidup menggereja di tengah tantangan yang tidak mudah. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian tentang keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta.

Pendekatan kualitatif dipilih penulis karena dirasa cocok dengan tujuan yang ingin dicapai. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada 40 umat dengan perwakilan 5 orang dari 8 lingkungan yang dipilih serta wawancara kepada 8 ketua lingkungan. Kuesioner dilakukan untuk memperoleh data mengenai situasi hidup menggereja yang terjadi di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta. Sedangkan wawancara untuk memperkaya dan memperkuat informasi yang terekam dalam kuesioner.

(2)

ABSTRACT

The title of this small thesis is LIVING UP A SPIRITUALITY OF INVOLVEMENT INSPIRED BY OUR LADY IN VIEW OF PROMOTING ECCLESIAL LIFE IN SAINT MARY PARISH, KOTA BUKIT INDAH, PURWAKARTA. This title was chosen by looking at ecclesial reality, which was full of struggle, in Saint Mary Parish, Kota Bukit Indah, Purwakarta. People had to go to church by way of crowed transportation means just to take part in Sunday mass. Distance was not the only factor of this difficulty, since most people, being private employees, had little time left in their daily life to be involved in ecclesial life.

Those things prompted the author to inquiry further what kind of spirit that animates the people to get involved in ecclesial life in the midst of hard situation. Therfore, the author did a research about the matter.

The author chose a qualitative research because it suited better to the purpose. Data sampling was done by way of questionnaires given to 40 people who represented eight districts, each district by five people. Besides, the author also interviewed the eight district chiefs. Questionnaires are intended to obtain data about ecclesial life situation in Saint Mary Parish Kota Bukit Indah, Purwakarta. Interview are done to complement the informations obtained from the questionnaires.

(3)

PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KETERLIBATAN UMAT BERINSPIRASI PADA SANTA MARIA DALAM HIDUP MENGGEREJA

DI PAROKI SANTA MARIA KOTA BUKIT INDAH PURWAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Veronica Dwi Lestari NIM: 101124013

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk mereka yang saya sayangi:

Yohanes Rubiyo & Agustina Mulyani,

Ignatius Eko Agus Murjoko & Maria Claret Triastini,

Vincentius Widya Sasangka,

Serta bagi para sahabat dan semua pihak,

Yang dengan setia dan penuh kasih dengan caranya masing-masing selalu

(7)

v MOTTO

“Hal-hal yang baik tidak akan pernah berubah.”

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KETERLIBATAN UMAT YANG BERINSPIRASI PADA SANTA MARIA DALAM HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTA MARIA KOTA BUKIT INDAH PURWAKARTA. Judul ini dipilih melihat kenyataan hidup menggereja umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta penuh dengan perjuangan. Hal ini dapat dilihat akan dengan mudah mendapatkan umat pergi ke gereja dengan menggunakan angkot carteran, sepeda motor dengan penumpang 2 orang bahkan lebih hanya untuk mengikuti perayaan ekaristi mingguan. Tidak hanya faktor jarak yang menjadikan umat membutuhkan perjuangan yang ekstra, kesibukan umat yang sebagian besar adalah karyawan swasta menambah lagi kesulitan untuk ikut terlibat dalam hidup menggereja.

Hal tersebut di atas, mendorong penulis untuk mengetahui lebih jauh semangat apa yang mendorong umat untuk ikut terlibat dalam hidup menggereja di tengah tantangan yang tidak mudah. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian tentang keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta.

Pendekatan kualitatif dipilih penulis karena dirasa cocok dengan tujuan yang ingin dicapai. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada 40 umat dengan perwakilan 5 orang dari 8 lingkungan yang dipilih serta wawancara kepada 8 ketua lingkungan. Kuesioner dilakukan untuk memperoleh data mengenai situasi hidup menggereja yang terjadi di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta. Sedangkan wawancara untuk memperkaya dan memperkuat informasi yang terekam dalam kuesioner.

(11)

ix ABSTRACT

The title of this small thesis is LIVING UP A SPIRITUALITY OF INVOLVEMENT INSPIRED BY OUR LADY IN VIEW OF PROMOTING ECCLESIAL LIFE IN SAINT MARY PARISH, KOTA BUKIT INDAH, PURWAKARTA. This title was chosen by looking at ecclesial reality, which was full of struggle, in Saint Mary Parish, Kota Bukit Indah, Purwakarta. People had to go to church by way of crowed transportation means just to take part in Sunday mass. Distance was not the only factor of this difficulty, since most people, being private employees, had little time left in their daily life to be involved in ecclesial life.

Those things prompted the author to inquiry further what kind of spirit that animates the people to get involved in ecclesial life in the midst of hard situation. Therfore, the author did a research about the matter.

The author chose a qualitative research because it suited better to the purpose. Data sampling was done by way of questionnaires given to 40 people who represented eight districts, each district by five people. Besides, the author also interviewed the eight district chiefs. Questionnaires are intended to obtain data about ecclesial life situation in Saint Mary Parish Kota Bukit Indah, Purwakarta. Interview are done to complement the informations obtained from the questionnaires.

(12)
(13)
(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. SPIRITUALITAS KETERLIBATAN UMAT BERINSPIRASI PADA SANTA MARIA DAN HIDUP MENGGEREJA ... 9

A. Pengertian Spiritualitas ... 9

1. Pengertian Spiritualitas Secara Dasariah ... 9

2. Spiritualitas Pelayanan Umat ... 11

3. Spiritualitas Keterlibatan Umat Berinspirasi pada Santa Maria ... 14

a. Maria Sang Peziarah ... 15

b. Maria Pola Keibuan Gereja ... 18

(15)

xiii

B. Bentuk-bentuk Hidup Menggereja ... 19

1. Liturgi ... 20

2. Pewartaan ... 21

3. Persekutuan Jemaat ... 23

4. Diakonia ... 24

C. Gambaran Tentang Gereja ... 25

1. Gereja sebagai Kenisah atau Rumah Allah ... 26

2. Gereja sebagai Ibu ... 27

3. Gereja sebagai Bahtera ... 28

BAB III. HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTA MARIA KOTA BUKIT INDAH PURWAKARTA ... 31

A. Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta ... 31

1. Sejarah Paroki Santa Maria Kota Bikut Indah Purwakarta ... 31

2. Letak Geografis Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta 45 ... 3. Situasi Umum Umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta ... 46

a. Situasi Sosial ... 47

b. Situasi relasional ... 47

c. Situasi Ekonomi... 48

B. Gambaran Kegiatan Hidup Menggereja Umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta ... 48

C. Penelitian tentang Penghayatan Spiritualitas Keterlibatan Umat Berinspirasi Pada Santa Maria dalam Hidup Menggereja Umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta ... 50

1. Permasalahan Penelitian ... 51

2. Tujuan Penelitian... 51

3. Jenis Penelitian ... 51

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

5. Responden Penelitian ... 52

(16)

xiv

7. Variabel Penelitian ... 54

8. Teknik Analisis Data ... 54

D. Laporan Hasil Penelitian Penghayatan Spiritualitas Keterlibatan Umat Berinsipirasi pada Santa Maria dalam Hidup Menggereja Umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta ... 55

1. Identitas Responden ... 55

2. Devosi kepada Santa Maria ... 57

a. Hasil Penelitian Devosi kepada Santa Maria ... 59

1) Pengetahuan Tentang Santa Maria ... 59

2) Praktek Berdevosi Kepada Santa Maria ... 59

3) Motivasi Berdevosi Kepada Santa Maria ... 60

4) Aksi Atau Tindakan Nyata Setelah Berdevosi Kapada Santa Maria ... 60

5) Teladan Santa Maria Dalam Hidup Menggereja ... 61

b. Pembahasan Hasil Penelitian Devosi kepada Santa Maria ... 61

1) Pengetahuan Tentang Santa Maria ... 62

2) Praktek Berdevosi Kepada Santa Maria ... 62

3) Motivasi Berdevosi Kepada Santa Maria ... 63

4) Aksi Atau Tindakan Nyata Setelah Berdevosi Kapada Santa Maria ... 64

5) Teladan Santa Maria Dalam Hidup Menggereja ... 65

3. Hidup Menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta ... 66

a. Hasil Penelitian Hidup Menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta ... 70

1) Pengetahuan Tentang Gereja ... 70

2) Gambaran Tentang Gereja ... 70

3) Pengetahuan Tentang Hidup Menggereja ... 71

(17)

xv

5) Bentuk-Bentuk Keterlibatan Umat Dalam Hidup

Menggereja ... 72

6) Motivasi Yang Menggerakkan Untuk Terlibat Dalam Hidup Menggereja ... 72

7) Peran Umat Dalam Hidup Menggereja ... 73

8) Kendala Yang Dialami Dalam Hidup Menggereja ... 73

9) Usaha Dalam Mengatasi Kendala Yang Ada ... 73

10) Harapan Melalui Teladan Santa Maria Dalam Keterlibatan Hidup Menggereja ... 74

b. Pembahasan Hasil Penelitian Hidup Menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta ... 74

1) Pengetahuan tentang Gereja ... 75

2) Gambaran Tentang Gereja ... 75

3) Pengetahuan Tentang Hidup Menggereja ... 76

4) Bentuk-Bentuk Kegiatan Hidup Menggereja Di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta ... 77

5) Bentuk-Bentuk Keterlibatan Umat Dalam Hidup Menggereja ... 77

6) Motivasi Yang Menggerakkan Untuk Terlibat Dalam Hidup Menggereja ... 78

7) Peran Umat Dalam Hidup Menggereja ... 79

8) Kendala Yang Dialami Dalam Hidup Menggereja ... 79

9) Usaha Dalam Mengatasi Kendala Yang Ada ... 80

10) Harapan Melalui Teladan Santa Maria Dalam Keterlibatan Hidup Menggereja ... 81

4. Rangkuman Hasil Penelitian ... 82

BAB IV. USULAN KEGIATAN REKOLEKSI UMAT PENYEGARAN HIDUP MENGGEREJA BAGI UMAT DI PAROKI SANTA MARIA KOTA BUKIT INDAH PURWAKARTA ... 83

(18)

xvi

B. Usulan Kegiatan ... 84

C. Model Pendampingan ... 86

D. Rumusan Tema dan Tujuan ... 88

E. Penjabaran Kegiatan ... 90

F. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan ... 93

G. Contoh Satuan Pendampingan Rekoleksi ... 93

BAB V. PENUTUP ... 111

A. KESIMPULAN ... 111

B. SARAN ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115

LAMPIRAN ... 116

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian ... (2)

Lampiran 3: Panduan Pertanyaan Kuesioner ... (3)

Lampiran 4: Panduan Pertanyaan Wawancara ... (7)

Lampiran 5: Transkrip Hasil Wawancara ... (8)

Lampiran 6: Contoh Hasil Lembar Kuesioner ... (22)

DAFTAR TABEL Tabel 1: Tabel 1. Kisi-kisi Penelitian ... 54

Tabel 2: Tabel 2. Identitas Responden (N=40) ... 55

Tabel 3: Tabel 3. Devosi Kepada Santa Maria (N=40) ... 57

(19)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A.Singakatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian Lama dan Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, LAI, 2005.

B.Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AG : Ad Gentes, Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja, 18 November 1965. EG : Evangelii Gaudium, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus I tentang

Sukacita Injil, 12 September 2015.

GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

MC : Marialis Cultus, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang menghormati Maria, 2 Februari 1974.

C.Singkatan Lain

BIA : Bina Iman Anak

BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional

dll : dan lain-lain.

(20)

xviii

DPS : Dewan Pastoral Stasi

FKUB : Forum Kerukunan Umat Beragama

IMB : Ijin Mendirikan Bangunan

KSK : Kelompok Sekolah Katolik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

lih : lihat

Muspar : Musyawarah Paroki

OMK : Orang Muda Katolik

OSC : Ordo Salib Suci

PJKA : Perusahaan Jawatan Kereta Api

Pr : Projo

PTUN : Pengadilan Tata Usaha Negara

SMP : Sekolah Menengah Pertama.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kebutuhan akan perkembangan iman di tempat yang minoritas menjadi

sebuah keprihatinan yang menyayat hati. Betapa tidak? Ketika kerinduan untuk

bertemu dengan Sang Pemberi hidup tidak dapat terpenuhi. Ketika penghayatan

iman akan Sang Pemberi Hidup tidak kokoh, jalan pintas yang diambil pindah

agama. Hal ini semata-mata untuk pemenuhan kerinduan agar dapat bertemu Sang

Pemberi Hidup dengan tenang dan nyaman. Berbeda dengan kaum minoritas

ketika melakukan berdoa berjamaah selalu diiringi perasaan was-was, tidak

nyaman, cemas serta perasaan-perasaan lain karena seringkali ketika melakukan

peribadatan, ada pihak-pihak yang mengusik konsentrasi serta kenyamanan

beribadat dengan merusak fasilitas atau menghalang-halangi pengembangan

kegiatan peribadatan. Hal semacam ini tidak hanya mengurangi konsentrasi

beribadat tetapi juga membunuh iman secara perlahan. Situasi inilah yang dialami

oleh umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta dalam beribadat.

Umat berada dalam situasi yang tertekan karena di beberapa tempat ketika umat

melakukan sembahyangan atau doa lingkungan di rumah mereka mendapat

penolakan dari warga setempat untuk tidak melakukan peribadatan yang dianggap

mengganggu dan bisa menjadi sebuah pengkristenisasian. Tak jarang penolakan

dari warga setempat disertai dengan pengrusakan rumah, pemblokiran jalan

sehingga akses menuju tempat sembahyangan terputus atau kecaman-kecaman

(22)

dalam bentuk apapun di sekitar daerah itu sehingga untuk melakukan kegiatan

lingkungan untuk beberapa saat tidak dapat berlangsung atau alternatif lain yang

ditempuh adalah melakukan kegiatan lingkungan bergilir dari rumah yang satu ke

rumah yang lain dengan intensitas jeda yang cukup lama demi menghindari

kejadian yang tidak diinginkan.

Ketangguhan iman umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta

teruji tidak berhenti dalam lingkup wilayah atau lingkungan saja namun dalam

lingkup Paroki pun mereka mengalami kendala. Ketika umat memiliki kerinduan

yang mendalam untuk dapat melakukan peribadatan di tempat yang semestinya

karena belum memiliki gedung gereja mereka mengalami kendala yang datang

silih berganti. Jarak tempuh yang harus dilalui umat Paroki Santa Maria untuk

pergi ke gereja yang cukup jauh membuat umat kesulitan untuk mengikuti

Perayaan Ekaristi secara rutin setiap minggu dengan pertimbangan biaya yang

harus dikeluarkan tidak sedikit, mengingat kondisi umat Cikampek kebanyakan

para karyawan pabrik yang ada di sekitar Cikampek. Tumbuh dan berkembang

umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta tidak terlepas dari

perkembangan sentra-sentra industri di sekitar Cikampek.

Pergulatan umat Cikampek masih bergulir, bertahun-tahun umat Paroki

Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta harus merayakan perayaan ekaristi

disebuah gudang di kawasan industri yang diberikan oleh seseorang yang berbaik

hati untuk meminjamkan gudang yang disulap oleh umat Paroki yang fungsinya

menjadi sebuah Gereja. Umat benar-benar memanfaatkan dengan baik gudang

yang kala itu beralih fungsi menjadi sebuah Gereja. Perayaan ekaristi dilakukan di

(23)

agama bagi anak-anak yang sekolah di sekolah negeri atau di luar yayasan

Katolik, Bina Iman Anak (BIA) tiap minggu rutin dilakukan meskipun jarak

tempuh yang harus ditempuh oleh umat Katolik di Cikampek cukup jauh, tidak

menyurutkan semangat mereka untuk pergi memuliakan Allah. Kerinduan umat

Paroki untuk memiliki sebuah Gedung Gereja menjadi sebuah semangat yang

begitu besar sehingga mereka melakukan berbagai cara untuk dapat mewujudkan

impian memiliki gedung Gereja permanen. Bertahun-tahun impian itu menjadi

doa kepada Tuhan. Kini doa itu didengar oleh Tuhan. Pada tahun 2015 umat

Cikampek sudah dapat mewujudkan impian mereka untuk memiliki sebuah

gedung Gereja di atas tanah seluas 5000m2 impian mereka akan terwujud untuk

memiliki gedung Gereja yang bisa digunakan untuk memuji dan memuliakan

Tuhan. Semangat umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta dalam

membangun gedung Gereja begitu besar, mereka saling bahu-membahu dalam

penggalangan dana dan kian aktif dalam hidup menggereja.

Berawal dengan nama lingkungan Maria dari Paroki Kristus Raja

Karawang (Paroki lama), lalu menjadi wilayah Santa Maria Cikampek yang

kemudian menjadi Stasi Santa Maria dan kini sudah resmi menjadi Paroki

mandiri. Hingga saat ini Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta tetap

mempertahankan nama pelindung dan tidak menggantinya. Bunda Maria dikenal

dalam Gereja Katolik sebagai model orang beriman yang utama. Keteladanan

Santa Maria, memberikan semangat tersendiri bagi umat Paroki Santa Maria Kota

Bukit Indah, Purwakarta untuk hidup menggereja. Sesuatu yang baik dimulai dari

yang kecil. Begitu juga dengan Paroki ini yang berawal dari yang kecil yaitu

hanya lingkungan, lalu berkembang menjadi lebih besar yakni menjadi sebuah

(24)

Umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta nampaknya

memiliki semangat hidup menggereja. Dari sosok Bunda Maria, ada semangat

yang dapat diteladani oleh umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta

sebagai dasar keterlibatan dalam hidup menggereja dan umat memiliki gambaran

akan gereja yang mampu menggerakkan umat untuk ikut terlibat hidup

menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta.

Oleh sebab itu, melalui skripsi ini penulis bermaksud ingin mengetahui

semangat apa yang dimiliki oleh umat Stasi Santa Maria yang mampu

menggerakan untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja dan gambaran tentang

Gereja oleh umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta. Penulis

mengangkat judul skripsi:

“PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KETERLIBATAN UMAT

BERINSPIRASI PADA BUNDA MARIA DALAM HIDUP MENGGEREJA DI

PAROKI SANTA MARIA KOTA BUKIT INDAH PURWAKARTA”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penulisan ini

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Inspirasi apa yang bisa digali dari Santa Maria sebagai dasar umat dalam

keterlibatan hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah,

Purwakarta?

2. Mengapa umat tergerak untuk hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota

(25)

3. Gambaran Gereja macam apa yang ada dalam benak umat sehingga mampu

menggerakkan umat dalam keterlibatan hidup menggereja di Paroki Santa

Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta?

C.Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Mengetahui keteladanan hidup Santa Maria yang dapat menginspirasi umat

sebagai dasar keterlibatan hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit

Indah, Purwakarta.

2. Mengetahui apa yang menggerakkan umat untuk hidup mengggereja di Paroki

Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta.

3. Mengetahui gambaran Gereja yang ada dalam benak umat sehingga mampu

menggerakkan umat dalam keterlibatan hidup menggereja di Paroki Santa

Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta.

D.Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Membantu umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta semakin

menghayati spiritualitas keterlibatan umat yang berinspirasi pada Bunda Maria

dalam keterlibatan hidup menggereja.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang spiritualitas

keterlibatan umat demi mengembangkan iman dalam kehidupan menggereja.

3. Memberikan sumbangan kepada umat dalam keterlibatan hidup menggereja

dalam memaknai spiritualitas keterlibatan umat di Paroki Santa Maria Kota

(26)

E.Metode Penulisan

Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis.

Dengan metode ini, penulis menggambarkan keadaan umat di Paroki Santa Maria

Kota Bukit Indah, Purwakarta dalam hidup menggereja serta semangat yang

dimiliki dalam keterlibatan hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit

Indah, Purwakarta demi perkembangan iman dan pengetahuan umat akan hidup

menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta. Fokus penelitian

menggali apa yang mendorong umat untuk hidup menggereja dan gambaran

Gereja dengan kuesioner terbuka.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan

pokok-pokok sebagai berikut:

BAB I : Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Dalam bab ini akan diuraikan landasan teori yang berkaitan dengan spiritualitas pelayanan umat berinspirasi pada Santa Maria dan keterlibatan hidup

menggereja yang meliputi pengertian spiritualitas, spiritualitas pelayanan umat,

spiritualitas pelayanan umat berinspirasi pada Santa Maria yang meliputi Maria

Sang Peziarah, Maria pola Keibuan Gereja dan Maria sebagai pengantara kepada

(27)

menggereja yang mencakup liturgi, pewartaan dan persekutuan jemaat dan

diakonia. Selanjutnya diuraikan pula gambaran tentang Gereja yang meliputi

Gereja sebagai Kenisah atau Rumah Allah, Gereja sebagai Ibu dan Gereja sebagai

Bahtera.

BAB III : Bab ini membahas hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta yang terdiri dari empat bagian. Bagian pertama membahas

Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta yang meliputi sejarah Paroki

Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta, letak geografis Paroki Santa Maria

Kota Bukit Indah Purwakarta, situasi umum Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah

Purwakarta yang mencakup situasi sosial, situasi relasional dan situasi ekonomi.

Bagian kedua dibahas gambaran kegiatan hidup menggereja umat Paroki Santa

Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta. Bagian yang ketiga membahas penelitian tentang penghayatan spiritualitas keterlibatan umat berinspirasi pada Santa Maria

dalam hidup menggereja umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta

yang meliputi metodologi penelitian yang mencakup tujuan penelitian, jenis

penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, teknik

pengumpulan data, variabel penelitian, teknik analisis data. Bagian terakhir

membahas laporan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari identitas

responden, devosi kepada Santa Maria, hidup menggereja di Paroki Santa Maria

Kota Bukit Indah, Purwakarta dan poin yang terakhir rangkuman hasil penelitian

(28)

BAB IV : Bab ini berisi usulan kegiatan rekoleksi umat bagi umat di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta yang terdiri atas latar belakang kegiatan,

usulan kegiatan, model pendampingan, rumusan tema dan tujuan, penjabaran

kegiatan, petunjuk pelaksanaan kegiatan, contoh satuan kegiatan.

(29)

BAB II

SPIRITUALITAS KETERLIBATAN UMAT BERINSPIRASI PADA SANTA MARIA DAN HIDUP MENGGEREJA

A.Pengertian Spiritualitas

1. Pengertian Spiritualitas Secara Dasariah

Spiritualitas berasal dari kata “spirit” yang berarti “Roh” tetapi juga

“Semangat”… Kata spiritualitas ada hubungannya dengan kata spirit atau Roh,

yaitu daya kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan. Spiritualitas

berkaitan erat dengan kehidupan dan pengalaman. Spiritualitas menunjuk sikap

atau semangat dasar yang menggerakkan dan secara serius diwujudkan dalam

kehidupan (Heryatno, 2008:89). Spiritualitas ini ada dalam diri setiap orang yang

hidup untuk mewujudkan segala impian, harapan, dan cita-cita dalam sepanjang

hidup di dunia. Dalam perjalanan untuk mewujudkan itu semua pastilah harus

melewati proses yang panjang seringkali orang akan mengalami sakit, kehilangan,

kecewa, putus asa serta keinginan untuk menyerah. Akan tetapi karena dalam diri

ada daya yang menggerakkan segala impian, harapan dan cita-cita itu bisa

terwujud dalam kehidupan. Dalam kondisi ini orang mengalami bahagia,

bersyukur, gembira yang akan disimpan sebagai pengalaman pribadi dalam

perjalanan kehidupan sehingga tidak hanya pegalaman sakit saja yang mampu

memberikan daya penggerak. Maka spiritualitas dapat memberikan daya untuk

terus bergerak yang mengandung kekuatan dalam mengahadapi segala proses

sekaligus menerima kenyataan hidup, sehingga tetap bergerak dalam menjalani

(30)

Spiritualitas menyangkut keberadaan orang beriman sejauh dialami sebagai

anugerah Roh Kudus. Spiritualitas sebagai cara mengamalkan seluruh kehidupan

sebagai orang beriman yang berusaha dan merancang dan menjalankan hidupnya

sesuai kehendak Tuhan (Heuken, 2002:12). Untuk mencapainya, seseorang perlu

mempererat relasinya dengan Tuhan lewat sabdaNya. Orang yang memiliki relasi

yang baik dengan Tuhan dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya,

sehingga akan selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan yang disabdakan. Orang

yang mempunyai relasi yang baik dengan Tuhan sebagai penciptanya adalah

orang yang sungguh berspiritualitas.

Spiritualitas merupakan segi hidup kita yang sangat pribadi, Yosef Lalu

(2007:150-151) mengungkapkan bahwa spiritualitas pada umumnya dimaksudkan

sebagai hubungan seorang pribadi beriman dengan Allahnya dan aneka

perwujudannya dalam sikap dan perbuatan. Kedekatan dengan Tuhan memberikan

daya kekuatan yang besar sehingga menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang

berguna tidak hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi, akan tetapi

menjadikan seseorang mampu mengambil peran aktif dalam sebuah pelayanan.

Dari beragam pengertian spiritualitas yang ada maka saya dapat menyimpulkan

spiritualitas itu sebuah kekuatan yang mengalir dalam diri setiap orang yang

berkekuatan tak terukur dan kekuatan itulah yang memampukan seseorang untuk

bertindak mewujudkan tujuan hidupnya, kekuatan inilah yang dapat

mempengaruhi seseorang dalam usaha mewujudkan tujuan hidupnya. Spiritualitas

yang ada dalam diri setiap orang kiranya mampu menggugah hati untuk

(31)

2. Spiritualitas Pelayanan Umat

Pelayanan di sini bukan sebatas tindakan yang dilakukan orang untuk

melayani sesamanya karena berkaitan dengan pekerjaan untuk mendapat gaji atau

upah. Jika seperti ini gaji atau upah menjadi tujuan utama dari sebuah pelayanan

yang telah diberikan. Pelayanan yang dimaksud ialah bentuk keterlibatan aktif

dalam melanjutkan karya pelayanan Yesus di dunia ini sebagai nabi, imam dan

raja. Pelayanan berarti usaha yang terus-menerus untuk menjadikan pencarian

Allah yang dilakukan sendiri, dengan kepahitan dan kegembiraannya, putus asa

dan harapannya, siap dipakai oleh mereka yang ingin menggabungkan diri dalam

pencarian itu akan tetapi tidak tahu jalannya (Nouwen, 1986:134). Dalam buku

Iman Katolik diterangkan bahwa Pelayan Gereja pun mempunyai dasar dalam

ketaatan kepada Bapa … oleh karena itu pelayanan Kristiani tidak berdasarkan

belaskasihan atau ketaatan kepada pemerintah, melainkan berdasarkan hormat

terhadap Allah Pencipta, yang membuat manusia sesuai dengan citra-Nya sendiri.

Ciri pelayanan yang pertama ialah ciri religiusnya. Ciri yang kedua ialah kesetiaan

kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru: … Ciri religius pelayanan secara konkret

ialah ciri Kristiani, dan menimba kekuatannya dari suri-teladan Kristus. … Ciri

ketiga ialah mengambil bagian dalam sengsara dan penderitaan Kristus, yang

tetap senasib dengan semua orang yang menderita. Ciri keempat dan mungkin

paling penting, yakni kerendahan hati. Gereja tidak (boleh) membanggakan

pelayanannya, bahkan sering kali harus mengakui dirinya sebagai “hamba tidak

berguna” (Luk 17:10). … Pelayan Gereja ialah menerima dunia dan manusia

(32)

Katolik, 2010:451-452). Selama memberikan pelayanan harus disadari bahwa yang dilakukan utama bukanlah untuk mendapatkan gaji atau upah, sehingga

dalam menjalankan pelayanan hendaknya memiliki sikap rendah hati, cinta kasih,

totalitas memberikan tenaga, dan berkorban demi kepentingan bersama. Hal ini

sama dengan teladan yang diberikan Yesus. Umat yang dimaksudkan semua

orang beriman Kristianai yang terbentuk menjadi sebuah persekutuan dalam hidup

menggereja.

Di dalam Gereja Tuhan Yesus yang memilih sendiri siapa saja yang akan

menjadi warga Gereja dan siapa saja yang menjadi pelayan-Nya untuk

mewartakan warta Kerajaan Allah “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi

Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu

pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta

kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” (Yoh 15:16) dan dalam

pelayanan yang dilakukan haruslah mengikuti kehendak Tuhan karena Gereja itu

umat beriman yang dipanggil dan dipilih Tuhan untuk menjadi umat-Nya

(Martasudjita 2006:30-31). Sepanjang perjalanan Yesus berkarya yang

dilaksanakan adalah karya Tuhan, sehingga Yesus yang memiliki rencana-rencana

penyelamatan Allah lalu melaksanakan rencana itu dalam karya-Nya dunia ini.

Tanda inilah yang membedakan Gereja dari organisasi atau lembaga dunia. Dalam

hal ini Martasudjita (2006:32) mengatakan :”Sebab yang terjadi: bukannya Yesus

yang mengumpulkan para murid dahulu lalu mengajak mereka berbicara bersama

mengenai visi-misi dan program-program kelompok itu, melainkan Yesus yang

(33)

Sebagai umat yang melakukan pelayanan, apa pun yang diperbuat dalam

rangka pelayanan hendaknya selalu terikat dengan Gereja dan selalu dalam tradisi

Gereja, sebab dikatakan “Ketika seseorang memisahkan diri dari Gereja, orang itu

kehilangan daya kekuatan dan makna hidupnya” (Martasudjita, 2006:46). Ini jelas

salah satu jaminan yang telah diberikan oleh Yesus bahwa Ia akan selalu

menyertai setiap langkah hidup kita hingga akhir zaman. Lewat jaminan inilah

setiap langkah menjadi lebih terang dan selalu mendapatkan kekuatan untuk

menyelesaikan semua tugas yang telah diberikan.

Setelah dipilih dan dipanggil oleh Yesus dan tahu akan tugas yang

diberikan, lalu kita diutus untuk menghasilkan buah. Seperti yang dikatakan oleh

Yohanes “Dalam hal ini Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak

dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku” (15:8). Agar dapat berbuah

banyak maka kita harus hidup di dalam Yesus yang adalah pokok anggur karena

kita adalah rantingnya. Sebab Tuhan bersabda: “Akulah pokok anggur dan

kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal didalam Aku dan Aku di dalam

dia, ia berbuah banyak, sebab diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”.

(Yoh 15:5)

Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa spiritualitas pelayanan umat

adalah semangat yang bergerak untuk melayani Allah dengan segenap jiwa dan

raga sehingga mampu menggerakkan orang lain untuk ikut terlibat di dalam

sebuah pelayanan yang penuh sukacita, kerendahan hati dan tidak menuntut hasil

(34)

3. Spiritualitas Keterlibatan Umat Berinspirasi pada Santa Maria

Di dalam Kitab Suci dan tradisi suci Bunda Gereja menunjukkan tugas

Santa Maria dalam tata penyelamatan, pusat perhatian Kitab Suci dan tradisi suci

bukanlah semata-mata pribadi dan tugas Santa Maria, melainkan ialah fungsi,

karya, martabat dan pribadi putra tunggalnya Yesus Kristus. Maka dari itu “segala

sesuatu yang berhubungan dengan Santa Perawan harus dimengerti dan dibaca

dengan bertitik tolak pada peristiwa “puncak” Yesus Kristus” (Eddy, 1987:26).

Seperti yang tertulis dalam Injil Yohanes 1:14 “Firman itu telah menjadi manusia,

dan diam diantara kita”. Lewat kuasa Roh Kudus Sabda sudah menjelma menjadi

manusia di dalam rahim, dikandung tanpa proses pembuahan seperti layaknya

manusia lainnya (biologis), dilahirkan dan dibesarkan oleh Santa Maria.

Seluruh ajaran tentang Maria tidak dapat dilepaskan dari tujuan Karya

Penyelamatan Allah dari sejarah umat manusia dan Gereja. Konsili Vatikan II

melalui Lumen Gentium “Adapun persatuan Bunda dengan Putranya dalam karya

penyelamatan itu terungkapkan sejak saat Kristus dikandung oleh Santa Perawan

hingga wafat-Nya.” (LG 57). Dengan segenap pribadinya, kesucian, serta rahmat

-rahmat yang sudah diterimanya Allah mewujudkan kasihNya agar tidak

kehilangan manusia yang telah berbalik dan menjauh karena jatuh dan tenggelam

dalam dosa, maka Allah turun ke dunia dan dekat dengan manusia agar manusia

menyadari dan merasakan sendiri kasih Allah yang nyata dan begitu dekat dengan

mereka dengan memilih Maria. Dalam hal ini Konsili Vatikan II (LG 61)

mengatakan:

(35)

dengan Putranya yang wafat di kayu salib, ia secara sungguh istimewa bekerja sama dengan karya Juru Selamat, dengan ketaatannya, iman,pengaharapan, serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membarui hidup adikodrati jiwa-jiwa”.

Lewat ketaatan Santa Maria dalam menerima segala tugas yang diberikan

kepadanya seperti yang tertulis dalam Injil Lukas “Kata Maria: Sesungguhnya aku

ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (1:38) sungguh

sebuah sikap pelayanan yang patut ditiru. “Maria menerimanya dengan rendah

hati karunia Allah yang menjadikannya buah terberkati dari tubuhnya.”

(Widyamartaya, 2000:36). Keputusan Santa Maria untuk mengambil bagian

dalam rencana Allah yang besar sungguh memberikan keterangan bahwa Allah

selalu berkarya melalui hal yang kecil, seperti yang dikatakan oleh Martasudjita

“Dari yang kecil-kecil, Allah akan membuat sesuatu yang besar”. (2006:44).

Memilih seorang wanita yang memang istimewa telah disiapkan sejak awal yang

terkandung tanpa noda dosa, dari rahim wanita inilah Allah mempercayakan

Putera-Nya lahir kedunia sebagai manusia. “Kerajaan Allah justru dinyatakan

melalui apa yang kecil, sederhana, dan tidak dipandang sebelah mata pun oleh

dunia!.” (Martasudjita, 2006:44).

a. Maria Sang Peziarah

Ziarah merupakan suatu aspek penting dalam pratek sebagian besar

agama, termasuk agama Kristen. Kebiasaan berziarah tidak hanya terdapat pada

agama-agama “primitif”. Sebaliknya kebiasaan religius menjadi matang dalam

(36)

mempraktekkan “ziarah” seperti diceritakan dan diatur dalam Perjanjian Lama.

Para nenek moyang berziarah ke tempat-tempat suci, tempat kehadiran dan

penampakan Allah (Kej 12:6-8; 13:3-4. 18; 35:6; 28:19-21).

Heuken dalam Ensiklopedi Gereja 9 menjelaskan “Ziarah melambangkan

perjalanan hidup manusia di atas bumi ini: menuju Allah dengan makin hari

makin dekat kepadaNya biarpun melalui kesusahan dan kecapaian” (2006:207).

Ziarah mempunyai suatu peranan sosio-religius yang amat penting. Tempat suci

dan keramat itu mempersatukan umat beriman. Ziarah menghilangkan semua

perbedaan sosial. Semua orang yang ikut ziarah menjadi setingkat dan sederajat.

Pria dan wanita, orang yang berkuasan dan orang yang tidak berkuasa, kaya dan

miskin, tua dan muda, semua sama-sama berziarah dengan upacara-upacara yang

bersangkutan. Akhirnya di tempat ziarah itu langit dan bumi, yang Ilahi dan

ciptaanNya melebur menjadi satu. Melalui tempat yang suci/kramat itu yang Ilahi

merasuki hidup sehari-hari dengan segala keperluan dan kesusahannya yang

kecil-kecil (Groenen, 1988:188-189).

Seperti yang tercatat dalam Kitab Suci, Maria telah banyak melakukan

berbagai perjalanan dalam hidupnya dengan terang iman. Setelah mendapat kabar

dari Malaikat bahwa Ia mengandung dan juga saudaranya Elisabeth, Maria

langsung berjalan mengunjungi saudaranya itu (Luk 1:31-39). Setelah menerima

kabar dari malaikat itu Maria berbahagia bukan hanya karena saudaranya

Elisabeth yang selama ini mandul kini sedang mengandung, akan tetapi dia

berbahagia sebab percaya bahwa yang dikatakan kepadanya akan terlaksana.

(37)

Hayon, 1988:41). Seperti yang tertulis di dalam Injil Lukas (2:1-6) Yusuf dan

Maria melakukan perjalanan dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud

yang bernama Betlehem, sesuai perintah Kaisar Agustus. Pada saat menempuh

perjalanan itu Maria sedang mengandung dan sesampainya mereka di situ telah

tiba waktunya bagi Maria untuk bersalin dan melahirkan seorang anak laki-laki,

yang dibungkus lampin dan dibaringkan dalam palungan karena tidak

mendapatkan rumah penginapan. Dalam permenungan akan kisah sengsara Tuhan

Yesus, diketahui pula bahwa Maria ikut serta dalam perjalanan Yesus memanggul

Salib hingga wafat tergantung di kayu salib. Maria dengan setianya ikut

mendampingi Puteranya, baik selama mengajar hingga wafatNya.

Melihat perjalanan yang telah dilakukan oleh Maria dapat dilihat bahwa

Santa Maria tidak hanya tinggal diam sebagai pendoa bagi anaknya atau hanya

menanti kedatangan sang Putra kembali ke rumah dan mendengarkan ceritaNya,

tetapi Santa Maria terlibat langsung dalam karya Penyelamatan Kristus. Maria

telah memberi teladan yang sudah sepantasnya ditiru sebagai orang yang beriman,

taat, setia dan percaya akan Sabda Tuhan. “Maria dalam hal ini masih selalu

dalam proses belajar untuk lebih memahami rahasia Sabda. Maria contoh orang

beriman dalam konteks ini bahwa dia bukan sempurna dari awal melainkan selalu

dalam perjalanan iman” (Niko Hayon, 1988:55). Begitu pun diharapkan umat

Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta dalam menapaki jalan

kehidupan ini dapat meneladan Santa Maria yang percaya akan apa yang

dikatakan oleh Tuhan seperti halnya Santa Maria melalui penghayatan dan

(38)

b. Maria Pola Keibuan Gereja

Peran Santa Maria dalam tugas penyelamatan umat manusia yakni menjadi

ibu Sang Penebus pun dengan segala rahmat dan peran yang diterimanya menjadi

erat berhubungan dengan Gereja. Santa Maria yang mengandung tanpa mengenal

pria dan melahirkan serta mendidik dengan cinta kasih keibuannya semua itu

dilakukan dengan iman yang murni tanpa tercemar kebimbangan. (LG 63)

Gereja sendiri merenungkan kesucian Santa Maria serta meneladan cinta

kasihnya dengan menjalankan kehendak Bapa dengan patuh, menerima sabda

Allah dengan setia dan juga menjadi ibu. Lewat pewartaan dan Baptis, Gereja

melahirkan hidup baru yang kekal bagi putra putrinya yang dikandung dari Roh

Kudus dan lahir dari Allah. Dengan Baptisan yang telah diterima oleh putra

putrinya menandakan bahwa mereka diterima dan menjadi anggota Gereja. Gereja

dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan keutuhan imannya,

keteguhan harapannya dan ketulusan cinta kasihnya dengan mencontoh Bunda

Tuhannya. (LG 64)

c. Maria sebagai Pengantara kepada Yesus

Seorang ibu tentu selalu memberikan dan menginginkan yang terbaik bagi

anaknya. Mulai dari dalam kandungan, melahirkan hingga memelihara hingga

tumbuh dengan penuh kasih sayang. Begitu pula yang dilakukan Santa Maria

yang menerima bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus dan anaknya kelak

akan menjadi Sang Juru Selamat. Berbeda dengan para ibu pada umumnya yang

(39)

perkembangannya lebih maju dibanding anak pada umumnya, sang ibu dengan

bangganya akan selalu meminta sang anak untuk tampil di depan umum tanpa

melihat dari sisi lain. Santa Maria tidaklah demikian, ia berusaha menahan dirinya

dan mengkuti apa yang menjadi kehendak Bapa melalui Putranya itu. Sehingga

apa yang diperbuat Yesus merupakan penggenapan janji Allah bukan atas perintah

Maria sebagai ibu Yesus.

Santa Maria selalu mengikuti Yesus karena ketaatannya kepada kehendak

Bapa serta ingin Umat beriman juga demikian dan selalu dekat dengan Putranya,

dalam Lumen Gentium dikatakan “Sementara ia diwartakan dam dihormati, ia

mengundang Umat beriman untuk mendekati Putranya serta kurban-Nya, pun

cinta kasih Bapa”. (LG 65) Santa Maria ingin bahwa Umat beriman dapat percaya

bahwa segala janji Allah digenapi melalui Yesus Putranya, jika ada yang berdoa

melalui Santa Maria itu berarti bahwa umat beriman memohon melalui Santa

Maria sebagai perantara permohonan kepada Yesus.

B.Bentuk-bentuk Hidup Menggereja

Gereja bukan berarti sebuah gedung atau fisik bangunan yang berdiri

kokoh dengan segala ornamen yang mampu menunjukan betapa hebatnya karya

tangan manusia, akan tetapi jauh lebih dalam lagi bahwa Gereja ialah persekutuan

Umat Allah “bila dua orang atau lebih berkumpul atas namaKu, Aku hadir di

tengah-tengah mereka” (Mat 18:20). Gereja kita berasal dari Yesus Kristus,

tindakan-tindakan Pribadi Yesus Kristus dan Sabda PewartaanNya tentang

Kerajaan Allah, seperti yang diwartakan kepada kita melalui Injil,

(40)

Wibowo Ardhi dalam tulisannya Arti Gereja mengatakan “Allah telah

memberi karunia-karunia khusus di antara umat. Karunia ini menjadikan umat

terampil dan siaga untuk menerima berbagai karya dan tugas yang berguna bagi

pembangunan dan pewartaan Gereja sesuai dengan bimbingan Roh Kudus”

(1993:23). Gereja saat ini tidaklah untuk dirinya sendiri, melainkan hidup bersama

dengan sejarah umat manusia dan terlibat dalam berziarah di tengah dunia. Gereja

mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat melalui

tugas masing-masing anggota. Dan juga, Gereja memberi kesaksian tentang

kebenaran yang menyelamatkan; mengarahkan dunia yang profan kepada Kristus.

Gereja dengan bimbingan Roh Kudus, melalui kesaksian hidupnya menghadirkan

Kerajaan Allah. (Wibowo Ardhi, 1993:24-25).

Keberlangsungan hidup serta perkembangan Gereja Katolik menjadi

tanggung jawab bersama seluruh umat Katolik karena telah dipahami bahwa

Gereja bukan hanya sebuah bentuk gedung bangunan melainkan sebuah

persekutuan Umat Allah “dari orang-orang, yang dipersatukan dalam Kristus,

dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan mereka menuju Kerajaan Bapa, dan

telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang” (GS

1). Dalam buku Keterlibatan Awam sebagai Anggota Gereja, Prasetya, Pr menerangkan bentuk-bentuk keterlibatan umat dalam hidup menggereja sebagai

berikut:

1. Liturgi

Peran kaum awam dalam kegiatan liturgi diharapkan umat dapat

(41)

dengan sepenuh hati, sehingga dapat membantu umat beriman Katolik lainnya

untuk mengalami relasi yang sangat akrab dengan Allah dan dapat mewujudkan

kebersamaan dengan sesama sebagai paguyuban (Prasetya, 2003:49-50).

Keterlibatan umat dalam liturgi ini hendaknya disertai dengan semangat ingin

terlibat dengan sepenuh hati, penuh kesadaran dan secara aktif, agar liturgi

sungguh dialami dan dihayati. Sebagai umat hendaknya mengambil bagian secara

aktif dalam liturgi yang dirayakan, bukan sebagai penonton, baik dalam perayaan

Ekaristi maupun aneka ibadat lainnya, yang dapat mengambil bagian sebagai

umat maupun sebagai petugas liturgi.

Prasetya, L dalam bukunya Keterlibatan Awam sebagai Anggota Gereja

menyebutkan bentuk keterlibatan umat secara aktif sebagai petugas liturgi

dengan menjadi: putra-putri altar atau misdinar, Lektor, Pemazmur, Dirigen,

Paduan suara atau Koor, Organis atau pemain alat musik lainnya, pembaca doa

umat, pembaca pengumuman, petugas kolekte, petugas persembahan, prodiakon

(2003:53-54).

2. Pewartaan

Kabar gembira yang diwartakan tidak dapat terlepas dengan pribadi Yesus

Kristus, yang telah memberikan tugas perutusan kepada para rasul sesudah

kebangkitanNya. Dalam upaya mewartakan Kerajaan Allah, Gereja Katolik

melibatkan kaum awam karena sengguh menyadari betapa pentingnya keberadaan

dan peranan kaum awam di tengah-tengah masyarakat dan melalui kaum awam

(42)

Kaum awam yang terlibat dalam kegiatan mewartakan Kabar Gembira,

sebagai bentuk mengambil bagian dalam kenabian Kristus, yang biasanya disebut

sebagai katekis atau guru agama. Tugas perutusan seorang katekis untuk

memperkenalkan Yesus yang sebenarnya, yang ingin menyelamatkan semua

orang dan berjuang agar warta ilahi keselamatan dapat menjangkau semua orang.

Kegiatan pewartaan sebagai proses mewartakan Kabar Gembira yang

terjadi secara berkesinambungan, hendaknya dipahami oleh kaum awam sebagai

katekis, dari tahap pengajaran sampai tahap pendewasaan. Pada tahap pengajaran,

kegiatan pewartaan lebih dipahami sebagai mewartakan Injil kepada orang lain

yang belum mengenal Yesus Kristus, dengan tujuan orang tersebut bertobat dan

menyatakan pengakuan iman akan Yesus Kristus, sebagai anggota Gereja.

Diharapkan katekis dapat menyampaikan segala pengajarannya secara sistematis

dan terorganisir. Orang yang tertarik ini kemudian dibimbing dan dipersiapkan

dalam kurun waktu tertentu, yang disebut masa katekumenat, agar berani

menyatakan pengakuan imannya akan Yesus Kristus dengan menerima sakramen

Baptis. Selain mempersiapkan orang untuk menerima sakramen Baptis, katekis

juga mempunyai tugas untuk mempersiapkan umat guna menerima Komuni

Pertama dan sakramen Penguatan dengan baik dan layak. Selanjutnya dalam tahap

pendewasaan, kegiatan pewartaan dilihat sebagai komunikasi iman yang

berlangsung dalam rangka persekutuan iman. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam

bentuk pendalaman iman, pendalaman Kitab Suci, dan sebagainya. Kegiatan

pewartaan bertujuan untuk mengembangkan iman Katolik, baik yang menyangkut

(43)

bercirikan kesaksian pribadi. Hendaknya katekis menyadari sepenuhnya bahwa

dasar pertama dan utama dalam kegiatan ini adalah Roh Kudus. Roh Kudus

berkarya pada diri katekis dan para pendengarnya. Kegiatan pewartaan ini

diharapkan dapat berlangsung dalam sikap dan semangat dialogal, yang

menekankan pentingnya hubungan pribadi antara katekis dan para pendengarnya,

serta mempergunakan upaya-upaya yang cocok sehingga proses pewartaan ini

dapat berhasil baik dan menarik.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan dan

peranan katekis sungguh amat penting dalam kegiatan pewartaan. Maka dari itu

katekis diharapkan terampil sebagai sosok pribadi yang bermutu,baik yang

menyangkut hidup rohani maupun hidup pribadinya, katekis juga harus

dipersiapkan dengan aneka pembinaan, yang menyangkut pendalaman ilmu dan

keterampilan berpastoral. (Prasetya, 2003:66-76).

3. Persekutuan Jemaat

Keterlibatan kaum awam selain di bidang liturgi dan bidang pewartaan,

kaum awam dapat terlibat dalam persekutuan jemaat. Tugas ini merupakan wujud

nyata untuk ambil bagian dalam tugas rajawi Kristus. Keterlibatan kaum awam

dalam bidang ini secara nyata nampak dalam diri seorang atau beberapa orang

yang disebut pemuka jemaat, baik di tingkat paroki (pengurus dewan paroki)

maupun tingkat wilayah (pengurus Paroki atau wilayah atau lingkungan). Pemuka

jemaat ini berasal dari umat, berkarya di antara umat dan demi perkembangan

(44)

untuk menggembalakan umat karena dianggap mampu dan memenuhi syarat

untuk menggemban tugas ini, tidak hanya berkaitan dengan kepemimpinan

organisatoris, tetapi juga karena mempunyai sikap dan semangat pelayanan yang

tinggi.

Sebagai pemuka jemaat, selain mempunyai sikap dan semangat pelayanan,

kaum awam juga diharapkan menumbuhkembangkan sikap dan semangat

Gembala Baik. Gembala yang baik itu dapat diartikan mempunyai hati terhadap

kepentingan umat beriman, bertanggung jawab terhadap tugas pelayanannya,

tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak bersikap keras terhadap umat beriman

dan bahkan tidak mudah meninggalkan mereka yang sedang mengalami masalah

berat. Aneka sikap dalam semangat inilah yang diharapkan menjadi sikap dan

semangat pamuka jemaat dewasa ini, dan menggembalakan umat beriman

(Prasetya, 2003:78-83).

4. Diakonia

Menjadi pengikut Kristus tidak hanya rajin berdoa dan pergi ke gereja,

iman tanpa perbuatan pada hakikatnya mati. Yang pokok bukan rangkaian doa

yang diungkapkan setiap hari, melainkan pengalaman iman yang terwujud dalam

kehidupan sehari-hari. Selaras dengan Sabda Yesus yang dikutip dalam Iman Katolik (2012:445) “Sabat umtuk manusia, dan bukan manusia untuk sabat (Mrk 2:27). Berpedoman pada sabda Yesus itu kiranya dapat dikatakan bukan manusia

untuk Gereja, dengan segala ajaran dan ibadatnya, melainkan Gereja untuk

(45)

Perwujudan iman ini bisa lewat karya sosial yang ada dalam usaha

pembangunan dan perkembangan masyarakat, misalnya dalam karya pendidikan

serta karya kesehatan katolik yang melayani semua kalangan tanpa

membeda-bedakan dan bersifat umum. “Pelayanan Gereja di sana berarti bahwa sikap

pelayanan Kristus dipraktikkan dan ditanamkan dalam kehidupan masyarakat

yang umum. Kegiatan-kegiatan itu, kendatipun kadang-kadang dinilai sebagai

usaha ‘kristenisasi’, sebenarnya tidak mempunyai apa-apa yang khas Kristiani,

selain semangat pengabdiannya.” (Iman Katolik, 2012:453). Kendati demikian hendaknya seluruh umat Allah tetap mengambil bagian dalam usaha bersama ini.

C.Gambaran Tentang Gereja

Yang dimaksudkan dengan Gereja disini bukanlah sebuah bentuk

bangunan yang berdiri kokoh dengan segala sejarah dari perjuangan dalam

mendirikannya, namun dilihat sebagai sebuah perkumpulan anak Allah yang

berhimpun dan berjuang bersama dalam mengembangkan iman Kristianinya.

Seperti yang di katakana oleh Wibowo Ardhi “Gereja adalah persekutuan

(persatuan, perkumpulan) semua orang diseluruh dunia, yang percaya akan Yesus

Kristus itu Putra Allah dan satu-satunya penyelamat kita.” (Arti Gereja,1993:2). Mardiatmadja dalam bukunya Eklesiologi makna dan sejarahnya (1986:103-104) membagi gambaran tentang gereja dalam 3 bagian yang

memperlihatkan berbagai pola penekanan sifat Gereja yakni: 1). Pada 3 abad

pertama, 2). Pada masa “imperium romanum” dan abad pertengahan, 3).sekitar

(46)

Berdasarkan sifat Gereja yang menonjol pada 3 abad pertama penulis

memilih beberapa bentuk Gereja yang sesuai dengan kondisi dan situasi

kehidupan Gereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta, yang akan

dipaparkan sebagai berikut:

1. Gereja sebagai Kenisah atau Rumah Allah

Dalam buku yang berjudul Eklesiologi (Mardiatmadja, 1986:106-107)

mengatakan bahwa “Gereja sebagai Paguyuban Umat Beriman mengambil alih

tempat Kenisah dalam Perjanjian Lama sebagai tempat Allah secara istimewa

mendekati manusia dan manusia memperoleh kesempatan maju ke arah Allah”.

Nampak bahwa ada sebuah pergerakan tidak hanya Allah yang mendekat tetapi

manusia dapat berjalan lebih dekat dengan Allah. Perjumpaan dengan Allah

menjadi tidak lagi terbatas oleh sebuah gedung sebagai tempat peribadatan, akan

tetapi untuk seluruh jemaat yang telah diurapi Roh Kudus dalam baptis.

Berdasarkan bentuk Gereja sebagai Kenisah atau Rumah Allah, kehidupan

umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta, menghayati Gereja

sebagai paguyuban umat beriman, yaitu dimana Allah bisa dijumpai atau ditemui.

Hal ini terlihat dari keaktifan umat dalam kegiatan peribadatan di lingkungan,

misalnya menghadiri doa Rosario pada bulan Mei dan Oktober, pendalaman iman

pada masa Adven dan Pra Paskah, ibadat arwah, syukuran atas ulang tahun,

kelahiran seorang anak, pemberkatan rumah, dan lain-lain.

Adapun bentuk keterlibatan umat dalam kegiatan peribadatan yang telah

disebutkan di atas sebagai tempat perjumpaan Allah dengan manusia

(47)

itu membutuhkan tempat untuk berhimpun. Di dalam tempat himpunan itu ada

pula bentuk keterlibatan umat yang lain seperti menyediakan rumah untuk

berkumpul, prodiakon atau pemimpin ibadat apabila ada ibadat syukur atas ulang

tahun, kelahiran seorang anak, dll.

Dari situasi kehidupan menggereja umat Paroki Santa Maria Kota Bukit

Indah, Purwakarta, penulis menyimpulkan bahwa umat Paroki Santa Maria Kota

Bukit Indah, Purwakarta, menghayati gambaran gereja sebagai kenisah Allah

yang diwujudkan dalam partisipasi umat untuk semakin dekat dengan Allah

melalui keaktifan mereka dalam hidup menggereja di lingkungan.

2. Gereja sebagai Ibu

Yang dilukiskan dengan gambaran ini dikaitkan dengan sosok ibu yang

ada dalam Kitab Suci. Telah diketahui bahwa ibu memiliki peran yang komplit,

mulai dari mengandung, melahirkan, memelihara dan mendidik. Ibu berperan

sebagai pengatara kehidupan. Putranto (2010) menuliskan bahwa “Gereja juga

melahirkan putra-putranya dalam iman, membina dan memperkembangkan iman

itu dengan santapan sabda dan sakramen, yang tampak dalam kegiatan liturgi dan

katekese”.

Sejalan dengan gambaran Gereja sebagai Ibu, umat Paroki Santa Maria

Kota Bukit Indah, Purwakarta, ambil bagian dalam memelihara, melindungi iman

umatnya dari segala bentuk situasi yang kurang baik lewat kegiatan kateketis,

kotbah, renungan yang dijalankan oleh Prodiakon, katekis, dan tentunya Pastur

(48)

bagi umatnya. Paroki yang bertugas membantu Pastur dalam membagikan

komuni saat perayaan Ekaristi dan juga mengunjungi serta membagi komuni

kepada orang sakit yang tidak dapat mengikuti perayaan Ekaristi di gereja. Selain

itu, umat ambil bagian menjadi lektor gereja, anggota paduan suara baik paduan

suara dari lingkungan maupun paduan suara kategorial. Gambaran gereja sebagai

ibu ini nampak jelas dalam peran Gereja menyediakan diri bagi siswa-siswi yang

bersekolah di luar Yayasan Katolik dengan mengadakan pelajaran Agama Katolik

bagi siswa-siswi pada jenjang pendidikan dasar, menengah tingkat pertama

sampai dengan sekolah menengah atas, yang dilakukan setiap hari minggu setelah

perayaan Ekaristi di Gereja Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta.

Selain itu gereja memfasilitasi perkembangan iman anak dengan cara diadakan

kegiatan Bina Iman Anak (BIA) setiap hari minggu bersamaan dengan

diadakannya perayaan Ekaristi. Gereja pun membuka diri dan merangkul umatnya

yang tertarik dan ingin mengikuti Yesus dengan cara melaksanakan

pembinaan-pembinaan iman bagi para katekumenat.

3. Gereja sebagai Bahtera

Gambaran tentang Gereja kali ini ingin menunjukan bahwa Gereja seperti

sebuah bahtera yang mengarungi laut lepas. Dalam mengarungi lautan bahtera menghadapi segala kondisi cuaca yang baik maupun badai. Gereja berani

menghadapi segala yang akan terjadi karena Kristuslah yang menjadi

pengemudinya yang tak akan membawa bahtera kepada kehancuran dan pasti

(49)

“Gereja memberi ketenangan, penyelamatan dan keamanan, bahwa Gereja adalah

Bahtera Keselamatan, bahwa tanpa Gereja tak ada keselamatan, bahwa Gereja

diperlukan manusia untuk selamat, bahwa Kristus (seperti Nuh) ada dalam bahtera

dari angkatan baru manusia”. Apapun yang dihadapi dalam hidup ini tak perlu

risau akan sebuah keselamatan karena Kristus sendiri yang membawa pada

keselamatan yang sejati.

Dalam gambaran Gereja sebagai Bahtera penulis lebih menekankan situasi

kehidupan umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta yang ruang

geraknya sempit dan terbatas. Umat Katolik di Paroki Santa Maria Kota Bukit

Indah, Purwakarta merupakan kaum minoritas bila dibandingkan dengan umat

beragama lain. Meskipun umat Katolik terlibat dalam kehidupan bermasyarakat

dengan menjadi ketua RT, aktivis Posyandu, dll, namun tidak menjamin bahwa

kenyamanan kehidupan beragama di lingkungan terjamin. Hal ini terlihat dari

reaksi masyarakat mayoritas yang menutup akses jalan apabila diketahui umat

Katolik mengadakan kegiatan doa di lingkungan, dan merusak rumah tempat

berkumpul dengan cara melempari batu sehingga umat Katolik merasa tidak

aman.

Hidup dalam situasi seperti itu merupakan sebuah tantangan yang dihadapi

umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta, namun umat percaya

bahwa Kristus yang menjadi nahkoda dalam mengarungi kehidupan

bermasyarakat tidak akan membiarkan umatNya menderita. Kristus tetap menjadi

tumpuan keselamatan dan penjamin keamanan umat dalam peziarahan hidup di

(50)

Dari paparan di atas penulis terdorong untuk melihat lebih dekat motivasi

apa yang mendorong umat untuk tetap terlibat dalam macam-macam wujud hidup

menggereja. Selanjutnya, penulis ingin menggali bagaimana semangat umat

dalam menggereja itu mereka hubungkan dengan teladan Santa Maria, sang

Peziarah. Akhirnya, gambaran-gambaran apa yang kiranya menyentuh dan

(51)

BAB III

HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTA MARIA KOTA BUKIT INDAH PURWAKARTA

Gereja yang hidup tidak bisa diukur dari sebuah bangunan yang berdiri

megah. Paus Fransiskus mengatakan “saya lebih menyukai Gereja yang memar,

terluka dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit

karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri” (EG 49).

Tantangan dalam hidup menggereja sangat dipengaruhi oleh sejarah Gereja

tersebut, situasi sosial, situasi ekonomi, letak geografis. Faktor-faktor tersebut

dapat membawa gejala sikap yang khas dalam hidup menggereja seperti yang

terjadi pada umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta dalam hidup

menggereja.

A.Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta

1. Sejarah Paroki Santa Maria Kota Bikut Indah Purwakarta

Berdasarkan buku kenangan Santa Maria Kota Bukit Indah Paroki yang Hidup gereja yang berdiri megah saat ini, tidak begitu saja ada. Keberadaan Gereja Santa Maria KBI melewati proses yang sangat panjang dan dalam waktu

yang cukup panjang. Berawal dari sebuah lingkungan, berkembang menjadi

Paroki yang hidup.

Dimulai di Kapel Dawuan geliat hidup menggereja Paroki Santa Maria

(52)

Karawang dan Purwakarta dilayani oleh Pastor Jacobus Corstjens OSC. Di saat

itu, Paroki Karawang masih merupakan Paroki dari Paroki Kristus Sang Penabur

Subang. Karena sudah ada beberapa keluarga di Dawuan, maka mereka mulai

mengadakan pertemuan doa dengan koordinator Maria Lili atau yang dikenal saat

itu dengan nama Ibu YB, isteri dari YB Tukimin.

Doa-doa, pendalaman iman, Misa sebulan sekali, maupun pelajaran agama

dilaksanakan di rumah Maria Tiber (Oma Tiber), ibu dari Maria Lili. Selanjutnya,

umat menyebut rumah Oma Tiber sebagai Kapel Dawuan. Selain berkumpul

untuk berdoa, umat mengadakan kunjungan rumah ke keluarga Katolik, terlebih

pendatang baru untuk merekatkan persaudaraan dan saling mengenal.

Di Kapel Dawuan berlangsung katekumen untuk permandian dewasa,

antara lain yang kita kenal sekarang dengan nama Bapak dan Ibu Darwa serta

anaknya, Oma Eli, Oma Uun, Oma Wan, dan Ibu Era. Setelah melalui katekumen

disitu, mereka dipermandikan di Gereja Karawang oleh Pastor Corstjens OSC.

Umat pun bertambah hingga Cikampek, antara lain Keluarga Simorangkir,

Keluarga Aji Santosa, Keluarga Pius Santosa, dan keluarga yang bekerja di PJKA

Cikampek saat itu. Di tahun 1972, untuk pertama kalinya dirayakan Misa di

Cikampek, tepatnya di rumah Aji Santosa. Rumah ini selanjutnya dikenal dengan

Salon Rosmike, dan sekarang menjadi Indomaret, di seberang pertokoan Yogya,

di Jalan Ahmad Yani.

Selanjutnya Kapel Dawuan di Dawuan dan Salon Rosmike di Cikampek

menjadi dua tempat yang secara bergiliran merayakan Misa. Di situ umat

berkumpul dan berdoa bersama. Namun, pesta Natal 1979 dirayakan di rumah

(53)

Tahun 1981, setelah 10 Tahun di Purwakarta, Pastor Corstjens OSC

pindah ke Cimahi dan Pastor FX Joseph Raharjo Hardjosoebroto OSC

menggantikannya. Pastor Hardjososebroto menjadi Pastor Paroki Kristus Raja

Karawang yang berdiri pada Hari Kristus Raja, 21 November 1982.

Sejak tahun 1982, mulai diadakan pelajaran agama untuk anak-anak

sekolah di Cikampek oleh Lucia Sumiati, isteri dari Pius Santosa dan katekumen

untuk persiapan Pembaptisan. Tempat pelajaran dilaksanakan di rumah Stevanus

Kamal atau yang lebih dikenal dengan Pabrik Penggilingan Padi. Di Kapel

Dawuan, pelajaran agama diberikan oleh Maria Lili dan Liana Wawah.

Di tahun 1983, atas bimbingan Pastor FX Hardjosoebroto OSC, terbentuk

sebuah lingkungan dengan nama pelindung Santa Maria untuk umat Katolik di

Dawuan dan Cikampek. Nama pelindung itu dipilih, kata Pius, karena saat itu

seringnya umat bertekun dalam doa Rosario dan nama baptis Maria Lilia tau ibu

YB dan mamanya Maria Tiber, adalah Maria.

Pengurus Lingkungan Santa Maria yang terpilih adalah Lucia Sumiati

sebagai ketua, Maria Lili sebagai wakil ketua, Cornelia Cory sebagai bendahara,

dan Liana Wawah sebagai ketua Seksi Liturgi atau Pewartaan. Wilayah

Lingkungan Santa Maria meliputi Rel Kereta Api Klari, Kosambi, Dawuan,

Cikampek hingga Cilamaya.

Karena tempat berkumpul dan berdoa berpindah atau bergiliran di

keluarga-keluarga Katolik, maka satu sama lain lebih mengenal sebagai saudara

dan umat Allah. setelah terbentuk kelompok koor yang dipimpin oleh Ana Sani,

saudari dari Cornelia Cory, latihan koor diadakan di Kapel Dawuan. Selain untuk

(54)

Pada tahun 1984, Pastor Rudjio HerupranataOSC mulai berkarya di

Karawang. Di saat yang sama, pengurus lingkungan tetap melayani umat agar

semakin berkomunikasi, apalagi dengan semakin bertambahnya simpatisan

Katolik dan umat pendatang baru akibat perkembangan Kota Cikampek dengan

Kawasan Industri Kujang serta tumbuhnya perusahaan-perusahaan dan pabrik

sepanjang jalan Ahmad Yani Cikampek hingga Klari.

Tahun 1987, Pator Herupranata OSC diganti oleh Pator Agustinus Made

OSC. Dalam pelayanan pastoralnya, umat lingkungan di Cikampek boleh

merayakan Misa Lingkungan. Pelajaran untuk penerimaan Sakramen Permandian

bagi anak dan remaja terus dilanjutkan. Putra dan puteri dari Gregorius Cecep

Widjaja dan Martha Lina Herawati, yang sekarang dikenal dengnan panggilan Ibu

Cecep, yakni Margaretha Melysupriatni dan Heribertus Heri Yulianto

dipersiapkan dan dibaptis oleh Pastor Made OSC di Kapel Dawuan, 11 Desember

1987.

Demi menyegarkan rohani dan memupuk persaudaraan dan keakraban

antar umat di Lingkungan Maria Cikampek, maka diadakan Wisata Rohani ke

Taman Wisata Jatiluhur, tahun 1989.

Selanjutnya di tahun 1990, Pastor Made mulai mengadakan katekumen

dewasa di rumah Apang Sutisna, di Jalan Ir Juanda No 150. Kurang lebih 20

orang dewasa mengikuti juga katekumen persiapan baptis dan dibaptis di Gereja

Kristus Raja Babakan Cianjur, Karawang, tahum 1991.

Berikutnya di tahun 1992, katekumen dewasa dilaksanakan di rumah

(55)

Karawang dan oleh Frater Harry Nool. Tanggal 20 November 1993 mereka

dipermandikan di gereja berbentuk gudang di Babakan Cianjur.

Tahun 1995 Pastor Paskasius Bekatmo OSC bertugas sebagai Pastor

pembantu di Paroki Kristus Raja Karawang yang juga harus melayani Gereja

Salib Suci Purwakarta yang juga mengalami pertumbuhan pesat. Pastor Bekatmo

mensosialisasikan Buku PedomanKeuskupan Bandung 1994-1999. “Sehati Sejiwa

Bersama Masyarakat Ragi Dalam Dunia” atau Buku Kuning dengan membentuk

Kelompok Basis Gereja yang mendasari terbentuknya beberapa sublingkungan

Santa Maria.

Tang

Gambar

Tabel 1: Tabel 1. Kisi-kisi Penelitian  ...................................................
Table 1. Kisi-kisi Penelitian
Tabel 2.  Identitas Responden
Tabel 3.  Devosi kepada Santa Maria
+2

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “ Evaluasi Pengendalian Intern Penerimaan Kas Paroki Kati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta ini disusun guna melengkapi salah satu

Skripsi yang berjudul PENDAMPINGAN IMAN ORANG MUDA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA ORANG MUDA KATOLIK PAROKI KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK,

Doa dalam keluarga dilaksanakan ketika bulan Novena atau bulan Rosario saja, dan dalam kehidupan sehari-hari keluarga-keluarga kristiani umat Lingkungan Santa Maria Stasi

Dengan adanya katekese kaum muda diharapkan agar dapat membantu kaum muda dalam meningkatkan hidup menggereja mereka di paroki, sehingga kedepanya kaum muda dapat

Menurut pendapat penulis yang juga hidup di paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, susahnya mengajak teman lain untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja bukan hanya

paroki yang memiliki kedekatan hubungan dengan Ekaristi. Begitupula bagi para prodiakon yang ada di Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan. Kedekatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan adorasi Ekaristi sebagai usaha untuk meningkatkan spiritualitas umat dalam hidup menggereja di paroki administratif Santo

Judul skripsi “ KATEKESE MODEL GROUP MEDIA SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN RASA SOLIDARITAS KAUM MUDA KATOLIK PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU, BAYAT, KLATEN