• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. SPIRITUALITAS KETERLIBATAN UMAT BERINSPIRASI

A. Pengertian Spiritualitas

3. Spiritualitas Keterlibatan Umat Berinspirasi pada Santa Maria

Di dalam Kitab Suci dan tradisi suci Bunda Gereja menunjukkan tugas

Santa Maria dalam tata penyelamatan, pusat perhatian Kitab Suci dan tradisi suci

bukanlah semata-mata pribadi dan tugas Santa Maria, melainkan ialah fungsi,

karya, martabat dan pribadi putra tunggalnya Yesus Kristus. Maka dari itu “segala

sesuatu yang berhubungan dengan Santa Perawan harus dimengerti dan dibaca

dengan bertitik tolak pada peristiwa “puncak” Yesus Kristus” (Eddy, 1987:26). Seperti yang tertulis dalam Injil Yohanes 1:14 “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita”. Lewat kuasa Roh Kudus Sabda sudah menjelma menjadi

manusia di dalam rahim, dikandung tanpa proses pembuahan seperti layaknya

manusia lainnya (biologis), dilahirkan dan dibesarkan oleh Santa Maria.

Seluruh ajaran tentang Maria tidak dapat dilepaskan dari tujuan Karya

Penyelamatan Allah dari sejarah umat manusia dan Gereja. Konsili Vatikan II

melalui Lumen Gentium “Adapun persatuan Bunda dengan Putranya dalam karya

penyelamatan itu terungkapkan sejak saat Kristus dikandung oleh Santa Perawan

hingga wafat-Nya.” (LG 57). Dengan segenap pribadinya, kesucian, serta rahmat -rahmat yang sudah diterimanya Allah mewujudkan kasihNya agar tidak

kehilangan manusia yang telah berbalik dan menjauh karena jatuh dan tenggelam

dalam dosa, maka Allah turun ke dunia dan dekat dengan manusia agar manusia

menyadari dan merasakan sendiri kasih Allah yang nyata dan begitu dekat dengan

mereka dengan memilih Maria. Dalam hal ini Konsili Vatikan II (LG 61)

mengatakan:

“Dengan mengandung Kristus, melahirkan-Nya, membesarkan-Nya, mengahadapkan-Nya kepada Bapa di kenisah, serta dengan ikut menderita

dengan Putranya yang wafat di kayu salib, ia secara sungguh istimewa bekerja sama dengan karya Juru Selamat, dengan ketaatannya, iman,pengaharapan, serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membarui hidup adikodrati jiwa-jiwa”.

Lewat ketaatan Santa Maria dalam menerima segala tugas yang diberikan

kepadanya seperti yang tertulis dalam Injil Lukas “Kata Maria: Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (1:38) sungguh sebuah sikap pelayanan yang patut ditiru. “Maria menerimanya dengan rendah

hati karunia Allah yang menjadikannya buah terberkati dari tubuhnya.”

(Widyamartaya, 2000:36). Keputusan Santa Maria untuk mengambil bagian

dalam rencana Allah yang besar sungguh memberikan keterangan bahwa Allah

selalu berkarya melalui hal yang kecil, seperti yang dikatakan oleh Martasudjita

“Dari yang kecil-kecil, Allah akan membuat sesuatu yang besar”. (2006:44).

Memilih seorang wanita yang memang istimewa telah disiapkan sejak awal yang

terkandung tanpa noda dosa, dari rahim wanita inilah Allah mempercayakan

Putera-Nya lahir kedunia sebagai manusia. “Kerajaan Allah justru dinyatakan

melalui apa yang kecil, sederhana, dan tidak dipandang sebelah mata pun oleh

dunia!.” (Martasudjita, 2006:44).

a. Maria Sang Peziarah

Ziarah merupakan suatu aspek penting dalam pratek sebagian besar

agama, termasuk agama Kristen. Kebiasaan berziarah tidak hanya terdapat pada

agama-agama “primitif”. Sebaliknya kebiasaan religius menjadi matang dalam

mempraktekkan “ziarah” seperti diceritakan dan diatur dalam Perjanjian Lama.

Para nenek moyang berziarah ke tempat-tempat suci, tempat kehadiran dan

penampakan Allah (Kej 12:6-8; 13:3-4. 18; 35:6; 28:19-21).

Heuken dalam Ensiklopedi Gereja 9 menjelaskan “Ziarah melambangkan

perjalanan hidup manusia di atas bumi ini: menuju Allah dengan makin hari

makin dekat kepadaNya biarpun melalui kesusahan dan kecapaian” (2006:207).

Ziarah mempunyai suatu peranan sosio-religius yang amat penting. Tempat suci

dan keramat itu mempersatukan umat beriman. Ziarah menghilangkan semua

perbedaan sosial. Semua orang yang ikut ziarah menjadi setingkat dan sederajat.

Pria dan wanita, orang yang berkuasan dan orang yang tidak berkuasa, kaya dan

miskin, tua dan muda, semua sama-sama berziarah dengan upacara-upacara yang

bersangkutan. Akhirnya di tempat ziarah itu langit dan bumi, yang Ilahi dan

ciptaanNya melebur menjadi satu. Melalui tempat yang suci/kramat itu yang Ilahi

merasuki hidup sehari-hari dengan segala keperluan dan kesusahannya yang

kecil-kecil (Groenen, 1988:188-189).

Seperti yang tercatat dalam Kitab Suci, Maria telah banyak melakukan

berbagai perjalanan dalam hidupnya dengan terang iman. Setelah mendapat kabar

dari Malaikat bahwa Ia mengandung dan juga saudaranya Elisabeth, Maria

langsung berjalan mengunjungi saudaranya itu (Luk 1:31-39). Setelah menerima

kabar dari malaikat itu Maria berbahagia bukan hanya karena saudaranya

Elisabeth yang selama ini mandul kini sedang mengandung, akan tetapi dia

berbahagia sebab percaya bahwa yang dikatakan kepadanya akan terlaksana.

Hayon, 1988:41). Seperti yang tertulis di dalam Injil Lukas (2:1-6) Yusuf dan

Maria melakukan perjalanan dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud

yang bernama Betlehem, sesuai perintah Kaisar Agustus. Pada saat menempuh

perjalanan itu Maria sedang mengandung dan sesampainya mereka di situ telah

tiba waktunya bagi Maria untuk bersalin dan melahirkan seorang anak laki-laki,

yang dibungkus lampin dan dibaringkan dalam palungan karena tidak

mendapatkan rumah penginapan. Dalam permenungan akan kisah sengsara Tuhan

Yesus, diketahui pula bahwa Maria ikut serta dalam perjalanan Yesus memanggul

Salib hingga wafat tergantung di kayu salib. Maria dengan setianya ikut

mendampingi Puteranya, baik selama mengajar hingga wafatNya.

Melihat perjalanan yang telah dilakukan oleh Maria dapat dilihat bahwa

Santa Maria tidak hanya tinggal diam sebagai pendoa bagi anaknya atau hanya

menanti kedatangan sang Putra kembali ke rumah dan mendengarkan ceritaNya,

tetapi Santa Maria terlibat langsung dalam karya Penyelamatan Kristus. Maria

telah memberi teladan yang sudah sepantasnya ditiru sebagai orang yang beriman,

taat, setia dan percaya akan Sabda Tuhan. “Maria dalam hal ini masih selalu

dalam proses belajar untuk lebih memahami rahasia Sabda. Maria contoh orang

beriman dalam konteks ini bahwa dia bukan sempurna dari awal melainkan selalu

dalam perjalanan iman” (Niko Hayon, 1988:55). Begitu pun diharapkan umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta dalam menapaki jalan

kehidupan ini dapat meneladan Santa Maria yang percaya akan apa yang

dikatakan oleh Tuhan seperti halnya Santa Maria melalui penghayatan dan

b. Maria Pola Keibuan Gereja

Peran Santa Maria dalam tugas penyelamatan umat manusia yakni menjadi

ibu Sang Penebus pun dengan segala rahmat dan peran yang diterimanya menjadi

erat berhubungan dengan Gereja. Santa Maria yang mengandung tanpa mengenal

pria dan melahirkan serta mendidik dengan cinta kasih keibuannya semua itu

dilakukan dengan iman yang murni tanpa tercemar kebimbangan. (LG 63)

Gereja sendiri merenungkan kesucian Santa Maria serta meneladan cinta

kasihnya dengan menjalankan kehendak Bapa dengan patuh, menerima sabda

Allah dengan setia dan juga menjadi ibu. Lewat pewartaan dan Baptis, Gereja

melahirkan hidup baru yang kekal bagi putra putrinya yang dikandung dari Roh

Kudus dan lahir dari Allah. Dengan Baptisan yang telah diterima oleh putra

putrinya menandakan bahwa mereka diterima dan menjadi anggota Gereja. Gereja

dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan keutuhan imannya,

keteguhan harapannya dan ketulusan cinta kasihnya dengan mencontoh Bunda

Tuhannya. (LG 64)

c. Maria sebagai Pengantara kepada Yesus

Seorang ibu tentu selalu memberikan dan menginginkan yang terbaik bagi

anaknya. Mulai dari dalam kandungan, melahirkan hingga memelihara hingga

tumbuh dengan penuh kasih sayang. Begitu pula yang dilakukan Santa Maria

yang menerima bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus dan anaknya kelak

akan menjadi Sang Juru Selamat. Berbeda dengan para ibu pada umumnya yang

perkembangannya lebih maju dibanding anak pada umumnya, sang ibu dengan

bangganya akan selalu meminta sang anak untuk tampil di depan umum tanpa

melihat dari sisi lain. Santa Maria tidaklah demikian, ia berusaha menahan dirinya

dan mengkuti apa yang menjadi kehendak Bapa melalui Putranya itu. Sehingga

apa yang diperbuat Yesus merupakan penggenapan janji Allah bukan atas perintah

Maria sebagai ibu Yesus.

Santa Maria selalu mengikuti Yesus karena ketaatannya kepada kehendak

Bapa serta ingin Umat beriman juga demikian dan selalu dekat dengan Putranya,

dalam Lumen Gentium dikatakan “Sementara ia diwartakan dam dihormati, ia

mengundang Umat beriman untuk mendekati Putranya serta kurban-Nya, pun

cinta kasih Bapa”. (LG 65) Santa Maria ingin bahwa Umat beriman dapat percaya

bahwa segala janji Allah digenapi melalui Yesus Putranya, jika ada yang berdoa

melalui Santa Maria itu berarti bahwa umat beriman memohon melalui Santa

Maria sebagai perantara permohonan kepada Yesus.