• Tidak ada hasil yang ditemukan

Katekese umat sebagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten Gunungkidul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Katekese umat sebagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten Gunungkidul"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DALAM HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTO PETRUS KANISIUS WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Laurentius Anang Widhi Prakosa NIM: 111124002. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MTIDA KATOLIK DALAM IIIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTO PETRUS KANISIUS WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKTI}UL. Oleh:. Laurentius Anang Widhi Prakosa. MM:. 1. 11124002. Telah disetujui oleh:. Pembimbing. Dr. B.A. Rukiyanto, S.J.. tanggal02 Juli 2018.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK I}AI.AM HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTO PETRUS KANISTUS WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKTDUL Dipersiapkan dan ditulis oleh Laurentius Anang Widhi Prakosa. MM:. 111,124002. Telah diperkhankan-Oi Aepn panitia Penguji pada tanggat 12 Juli 2018 dan dinyatakan memenuhi syarat. SUSUNAN PANITIA PENGUJI Nama. Ketua. : Dr. B.. A. Rukiyanto. S.J.. Sekretaris : Yoseph Kristianto, SFK.,M.Pd.. Anggota. : 1. Dr. B. A. Rukiyanto S.J. 2. Drs. Bambang Hendarto Y.M.Hum. 3. F.X. Dapiyanta, SFK.,M.Pd.. Yogyakarta, 12 Juli 20 I 8 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. 111. rr. I.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini kupersembahkan kepada Seluruh Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Gunungkidul dan semua pihak yang terlibat dalam meningkatkan keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dan kupersembahkan bagi keluargaku Bapak, Ibu, Kakak, dan semua saudara-saudariku.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang.” (William J. Siegel). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK. Judul skripsi KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DALAM HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTO PETRUS KANISIUS WONOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL dipilih berdasarkan kenyataan bahwa pemahaman Orang Muda Katolik di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari akan hidup menggereja perlu ditingkatkan. Untuk itu Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari mempunyai harapan besar pada keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja. Namun kenyataannya keterlibatan Orang Muda Katolik tersebut masih sangat kurang. Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan, wilayah maupun paroki hanya sekedar rutinitas belaka tanpa ada dampak positif yang ditimbulkan dari kegiatan-kegiatan yang diikuti. Persoalan pokok pada skripsi ini adalah bagaimana Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari bisa dibantu dalam upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja mereka melalui katekese umat. Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari sebagai generasi penerus Gereja mempunyai kewajiban untuk mengembangkan Gerejanya melalui suatu bentuk pendampingan iman secara terus menerus yang dapat membantu perkembangan iman mereka. Oleh karena itu, untuk mengkaji lebih lanjut persoalan yang dihadapi Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, penulis melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan para ahli mengenai katekese umat guna mengetahui peran katekese umat dalam hidup menggereja umat. Kemudian, untuk memperoleh gambaran kehidupan menggereja Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari maka penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa keterlibatan Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dalam hidup menggereja termasuk dalam kategori cukup dan belum mencapai standar yang diharapkan oleh karena berbagai alasan, mulai dari pekerjaan, urusan pribadi, kurangnya pengetahuan, dan pengaruh teknologi. Namun demikian, Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari memiliki harapan melalui kegiatan katekese semakin mampu meningkatan hidup menggereja mereka. Maka dari itu, penulis dalam skripsi ini mengusulkan program pendampingan iman melalui katekese umat model SCP (Shared Christian Praxis) sebagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dalam hidup menggereja baik di lingkungan, wilayah, paroki, maupun di masyarakat. Dengan demikian cita-cita Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dapat tercapai dan nilai-nilai Kerajaan Allah dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. The title of this undergraduate thesis COMMUNITY CATECHESIS AS EFFORT TO INCREASE THE CATHOLIC YOUTH IN LIVING LIFE IN SAINT PETER CANISIUS PARISH WONOSARI, GUNUNGKIDUL was chosen based on the fact that the understanding of Young Catholics in St. Peter Kanisius Parish Wonosari living in the church needs improvement. For this reason, St. Peter Canisius Parish Wonosari has great hope for the involvement of the young Catholic in his church life. But in reality the involvement of Young Catholics is still very lacking. The Catholic Youth of St. Peter Kanisius Parish Wonosari follows activities undertaken in the neighborhood, territory or parish just a mere routine without any positive impact from the activities being followed. The main issue of this undergraduate thesis is how the Catholic Youth of St. Peter Canisius Parish Wonosari can be helped in increasing the involvement of their church life through the catechesis of the people. The Catholic Youth of St. Peter Canisius Parish Wonosari as the next generation of the Church has an obligation to develop his Church through a continuous form of faith that can foster their faith. Therefore, to further examine the problems faced by the young based on Catholic Saint Peter Kanisius Parish Wonosari, the author do a literature study community the Scriptures, Church documents, as well as the views of scholars on the catechesis to know the role of catechesis of the people in life of the church. Then, to get a picture of the life of Church Catholic Youth St. Peter Kanisius Parish Wonosari then the authors do research by way of observation, spreading of questionnaires, and interviews. Based on the results of the study, it was found that the involvement of the Catholic Youth of St. Peter Canisius Parish Wonosari in the life of the church was sufficiently categorized and had not reached the standards expected for various reasons, ranging from work, personal affairs, lack of knowledge, and technological influences. However, the Catholic Youth of St. Peter Canisius Parish Wonosari have hope through catechesis activities, increasingly able to improve their church life. Therefore, the author of this undergraduate proposed an advisory program of faith through the catechism of the SCP (Shared Christian Praxis) model as an effort to increase the involvement of the Catholic Youth of St. Peter Kanisius Parish Wonosari in the life of the church, territory, parish, and community. Thus the ideals of Saint Peter Canisius Wonosari Parish can be achieved and the values of the Kingdom of God can be realized in the midst of society.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah atas rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK. MENINGKATKAN. KETERLIBATAN. ORANG. MUDA. KATOLIK DALAM HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTO PETRUS KANISIUS WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL. Skripsi ini diajukan guna memberikan sumbangan pemikiran, gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang memiliki kerinduan dalam meningkatkan keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan, dukungan, motivasi, serta perhatian. Di mana semuanya ini, penulis yakini sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta memampukan penulis hingga pada tahap akhir dengan penuh kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1.. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J, selaku dosen pembimbing utama serta dosen penelitian yang telah setia membimbing, mengarahkan, dan selalu memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.. Bapak Drs. Bambang Hendarto Y. M.Hum., selaku dosen pembimbing akademik, dan dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.. 3.. Bapak P. Banyu Dewa HS, S. Ag, M. Si, selaku dosen penguji III yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini.. 4.. Gereja Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dan Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Gunungkidul yang telah membuka dan menerima penulis untuk mengadakan penelitian.. 5.. Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta pengorbanan selama penulis menjalani masa studi.. 6.. Karyawan Prodi PAK yang turut memberi perhatian dan dukungan bagi penulis.. 7.. Bapak, Ibu, dan kakak, yang selalu mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa studi.. 8.. Sahabat dan teman spesial Theresia Sri Rahayu yang tidak pernah berhenti untuk menyemangati penulis serta selalu memotivasi dan mendengarkan semua keluh kesah penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.. 9.. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang telah berjuang bersama-sama dan turut membentuk pribadi serta menjadi bagian dalam hidup penulis. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama ini dengan ketulusan hati memberikan motivasi, doa maupun kerjasama sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati dan penuh ketulusan, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa pun.. Yogyakarta, 12 Juli 2018 Penulis. Laurentius Anang Widhi Prakosa. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii. HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv. MOTTO .......................................................................................................... v. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... vii. ABSTRAK ..................................................................................................... viii. ABSTRACT ................................................................................................... ix. KATA PENGANTAR ................................................................................... x. DAFTAR ISI ................................................................................................. xiii. DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xvii. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1. A. Latar Belakang .............................................................................. 1. B. Rumusan Masalah ......................................................................... 8. C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 8. D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 9. E. Metode Penulisan .......................................................................... 10. F. Sistematika Penulisan .................................................................... 10. BAB II KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIKDALAMHIDUPMENGGEREJA .................................. 13. A. Katekese Umat ............................................................................... 14. 1. Arti Katekese Umat ................................................................... 14. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Tujuan Katekese Umat .............................................................. 16. 3. Proses Katekese Umat ............................................................... 18. 4. Kekhasan Katekese Umat ......................................................... 19. 5. Pendamping Katekese Umat ..................................................... 21. a. Kepribadian dan Spiritualitas Pendamping Ketekese Umat ..................................................................................... 22. b. Pengetahuan Seorang Pendamping Katekese Umat ............. 24. c. Keterampilan Seorang Pendamping Katekese Umat ............ 26. 6. Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Salah Satu Model Katekese Umat ............................................................... 28. a. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) .......................... 29. b. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) ............... 32. B. Sumbangan Katekese Umat sebagai Upaya Meningkatkan Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja melalui Empat Tugas Gereja .......................... 39. 1. Membangun Persaudaraan (Koinonia) ...................................... 41. 2. Mengembangkan Pewartaan Kabar Gembira (Kerygma) .......... 42. 3. Menghidupkan Peribadatan yang Menguduskan (Leiturgia) .... 44. 4. Memajukan Karya Cinta Kasih/Pelayanan (Diakonia) ............. 46. C. Orang Muda .................................................................................. 1. Pengertian Orang Muda ........................................................... 2. Perkembangan Orang Muda .................................................... a. Perkembangan Kognitif .................................................... b. Perkembangan Moral / Etika ............................................... c. Perkembangan Ego .............................................................. d. Perkembangan Iman Orang Muda ...................................... e. Permasalahan Orang Muda ................................................. f. Orang Muda Katolik ........................................................... g. Rangkuman .......................................................................... 47 47 49 50 51 51 52 53 57 60. BAB III GAMBARAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS KANISIUS WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DALAM HIDUP MENGGEREJA ........................................................................... 61. A. Gambaran Situasi Umum Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Kabupaten Gunungkidul .............................................................. 62. 1. Situasi Geografis Paroki Santo Petrus Kanisius ........................ 62. 2. Sejarah Singkat Paroki Santo Petrus Kanisius .......................... 63. 3. Situasi Orang Muda Katolik Santo Petrus Kanisius Wonosari .. 66. a. Mata Pencaharian Orang Muda Katolik .............................. 67. b. Segi-segi Kehidupan Umat .................................................. 67. 4. Karya-karya Pastoral Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari .. 68. a. Bidang Persekutuan (Koinonia) ............................................ 69. b. Bidang Pewartaan (Kerygma) .............................................. 70. c. Bidang Liturgi/Perayaan (Leiturgia) .................................... 71. d. Bidang Pelayanan (Diakonia) ............................................... 71. B. Penelitian mengenai Keterlibatan Hidup Menggereja Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten Gunungkidul ............................................................... 72. 1. Persiapan Penelitian .................................................................. 72. a. Latar Belakang Penelitian .................................................... 73. b. Tujuan Penelitian .................................................................. 74. c. Jenis Penelitian ..................................................................... 75. d. Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 75. e. Responden Penelitian ........................................................... 77. f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu ................................. 77. g. Analisis Data ....................................................................... 77. h. Variabel yang Diteliti dan Kisi-kisi ...................................... 77. i. Definisi Konseptual .............................................................. 78. j. Definisi Operasional ............................................................. 78. 2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Keterlibatan Orang Muda Katolik Dalam Hidup Menggereja Di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten Gunungkidul ...... 82. a. Identitas Responden ............................................................. 82. b. Laporan Hasil Kusioner Terbuka ........................................ 84. c. Laporan Hasil Wawancara ................................................... 87. 3. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... xv. 91.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. a. Pemahaman akan Keterlibatan Hidup Menggereja .............. 92. b. Keterlibatan dalam Hidup Menggereja ................................ 93. c. Kesulitan dan Motivasi yang Dialami Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten Gunungkidul untuk Terlibat dalam Kegiatan Gereja .......... 94. d. Kegiatan Katekese yang Diharapkan Orang Muda Katolik ................................................................................. 96. Kesimpulan Hasil Penelitian ......................................................... 97. BAB IV USULAN PROGRAM KEGIATAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DALAM HIDUP MENGGEREJA ............................................................................ 99. 3.. A. B. C. D. E. F.. Latar Belakang Program .............................................................. Tujuan Program ............................................................................ Usulan Program ............................................................................ Bentuk Program ............................................................................ Matriks Program ............................................................................ Satuan Persiapan Program ............................................................. 99 100 101 103 104 108. BAB V PENUTUP ......................................................................................... 123. A. Kesimpulan .................................................................................... 123. B. Saran .............................................................................................. 125. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 127. LAMPIRAN Lampiran 1: Teks Kitab Suci .............................................................. (1). Lampiran 2: Daftar Lagu-lagu Pendalaman Iman Model SCP .............. (2). Lampiran 3: Kuesioner terbuka ............................................................ (3). Lampiran 4: Transkip Hasil Wawancara ............................................. (4). Lampiran 5: Cerita Daun-daun dan Orang ........................................... (7). xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN. A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.8.. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AA. : Apostolicam Actuositatem (Dekerit Gereja tentang kerasulan Awam). CT. : Catechesi Tradendae (Anjuran Apostolik I Paus Yoh. Paulus Sina II tentang Penyelenggaraan Katekese Masa Kini). EG. : Evangelii Gaudium (Seruan Apostolik Paus Fransiskus tentang sukacita Injil). KGK. : Katekesmus Gereja Katolik. LG. : Lumen Gentium (Konsili Vatikan II tentang Konstitusi Dogmatis Gereja). SC. : Sacrosanctum consilium (Konstitusi tentang Liturgi Suci). C. Singkatan Lain Art. : Artikel. App. : Aksi Puasa Pembangunan. AK. : Abdi Kristus. KBG. : Komunitas Basis Gereja xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KU. : Katekese Umat. Mawi. : Majelis Agung Gereja. OMK. : Orang Muda Katolikl. OP. : Ordo Pewarta Santo Dominikus. PIR. : Pendamping Iman Remaja. PKPKM : Pedoman Karya Pastoral Orang Muda SCP. : Shared Christian Praxis. SJ. : Serikat Jesus. SP. : Satuan Persiapan. SEKAMI : Serikat Kepausan Anak-anak Misioner WKRI. : Wanita Katolik Republik Indonesia. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iman Katolik yang sejati adalah iman yang berdasarkan pada Kitab Suci dan Tradisi Gereja yang telah dihidupi sejak dahulu. Melalui Para Rasul, mereka telah mewarisi iman akan Yesus Kristus dengan bertekun dalam pengajaran dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:42). Mereka bersekutu dan saling berbagi. Inilah bagian dari iman kita sampai saat ini. Dengan beriman berarti manusia menyerahkan dirinya kepada Allah. Penyerahan diri ini mengandung konsekuensi nyata bahwa manusia itu terlibat penuh dalam segala aspek hidup demi tercapai tujuan hidupnya. Orang beriman tidak cukup hanya dengan rajin beribadat dan hidup baik tetapi ia dituntut lebih daripada itu. Orang beriman berarti ia harus mau dipanggil Allah, mau dipakai Allah sebagai alat-Nya dan mau menerima Allah sebagai satu-satunya penyelamat sampai pada kehidupan kekal. Oleh karena itu, iman juga perlu diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari lewat suatu bentuk cinta kasih yang aktif. Di sinilah iman mampu mencapai kesempurnaan itu. Sebab tanpa cinta kasih iman tidaklah menjadi sempurna. “Iman. adalah. rasional. bukan. karena. dibuktikan,. tetapi. karena. dipertanggungjawabkan” (Iman Katolik, 1996: 131). Iman orang Katolik dipertanggungjawabkan melalui wujud hidup menggereja. Dalam arti apa hidup menggereja tersebut? Dalam arti hidup yang senantiasa berpusat pada Yesus Kristus. Di mana setiap sikap, kegiatan dan aktivitas hidup yang dilakukan.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. seseorang menampakkan iman akan Yesus Kristus, yang adalah dalam bentuk hidup menggereja. Dapat dilihat juga melalui tindakan seseorang apabila ia menunjukkan imannya dalam hidup bermasyarakat, maka ia menggereja dalam lingkup masyarakat dan sebaliknya jika ia menunjukkan imannya di dalam lingkup Gereja maka ia menggereja dalam lingkup Gereja atau orang-orang seiman dengannya. Perlu diingat bahwa batasan hidup menggereja tidak hanya terbatas pada lingkup wilayah teritorial paroki saja. Melainkan hidup menggereja perlu dipahami dalam arti luas dan universal terlebih bukan hanya pada Gereja katolik saja, tetapi bagi masyarakat umumnya. Sacrosanctum Consilium (SC) No. 48, Konstitusi tentang Liturgi Suci menyinggung keterlibatan aktif orang beriman dalam menghadiri misteri iman (misalnya, perayaan Ekaristi, Ibadat Sabda, doa bersama) bukan sebatas rutinitas belaka melainkan aktif ikut ambil bagian sehingga benar-benar memahami misteri itu dengan baik dan penuh khidmat. Dengan demikian umat semakin mampu mempersembahkan diri mereka dalam hidup sehari-hari demi kemuliaan Allah. Selain itu, Dekrit Apostolicam Actuositatem (AA) tentang kerasulan awam juga menyinggung keterlibatan umat dalam hidup menggereja. Orang awam dipanggil untuk merasul sesuai dengan kemampuannya melalui Gereja oleh semua anggotanya dengan pelbagai cara. Sebagai umat Allah yang berpusat pada Yesus Kristus, mereka dituntut berperan aktif dalam hidup menggereja dan bermasyarakat. Gereja adalah umat Allah yang hidup di tengah-tengah dunia, maka dari itu Gereja tidak terpisahkan dari dunia. Justru Gereja dan dunia masing-masing.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. mengambil bagiannya sendiri untuk saling bahu-membahu mewujudkan Kerajaan Allah di dalam kehidupannya. Dunia adalah tempat tinggal manusia dan di situlah manusia sebagai subyek otonom dunia menyatakan apa yang diimaninya bersama Gereja. Untuk menata dunia menuju pada kesejahteraan umum, Gereja dipanggil oleh Allah sebagai partner kerja dengan semua orang tanpa batas. Artinya mencakup segala aspek hidup manusia dari lingkup kecil hingga lingkup yang paling besar sekalipun. Buku Iman Katolik (1996: 452) memberikan gambaran bahwa “Gereja adalah suatu lembaga keagamaan yang mempunyai tempat dan peranannya dalam masyarakat, sehingga sebagai keseluruhan, Gereja juga dituntut memperlihatkan sikap pelayanan Kristus”. Artinya, jika Gereja ingin memperlihatkan sikap pelayanan Kristus kepada masyarakat, Gereja semestinya tampil sebagai Gereja yang memasyarakat. Visi ini perlu direalisasikan oleh Gereja sebagai Umat Allah dalam bentuknya yang konkret yakni dalam hidup menggereja itu sendiri di tengah-tengah masyarakat. Berbicara mengenai Gereja yang memasyarakat tentu tidak lepas dari keberadaan sebuah paroki. Karena paroki itu sendiri berada di dalam masyarakat dan di situlah Gereja tersebut mampu mewujudnyatakan jati diri sesungguhnya. Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari merupakan salah satu paroki yang berada di wilayah Keuskupan Agung Semarang dengan jumlah 11 wilayah dan ada 50 lingkungan yang jaraknya cukup jauh dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya. Sebagai paroki yang memiliki banyak wilayah, paroki ini ditantang mewujudkan Gereja yang sesuai dengan visi Gereja Indonesia. Gereja tidak hanya.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. mengusahakan perkembangan secara internal tetapi juga ditantang untuk memberikan kesaksian demi perkembangan hidup bersama di tengah-tengah masyarakat. Salah satu dasar filsafat dari Rm. Driyarkara, SJ yang melandasi hidupnya dengan spirit Ignatian adalah Humanisme (manusia muda, memanusiakan manusia muda/pendidikan yang memanusiakan manusia). Hal ini berarti bahwa berkeinginan untuk menyiapkan pribadi-pribadi orang muda katolik yang berkualitas baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun kepribadian; yang nantinya dipakai sebagai pendidikan yang memanusiakan manusia lain. Orang muda katolik adalah kusuma, harapan, generasi penerus, ahli waris dan masa depan bangsa dan Gereja. Jutaan orang muda katolik sekarang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Orang muda katolik sedang mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan kepribadian (mental, emosional, sosial, moral, dan religius) dengan segala permasalahannya. Ada tanda-tanda keliaran pada permulaan tumbuhnya usia remaja. Mereka menderita kegelisahan karena mereka tidak mengerti akan pertumbuhan yang sedang mereka alami. Mereka menunjukkan sikap menantang, kurang menghiraukan petunjuk-petunjuk dan nasihat dari orang tuanya. Mereka juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Dalam masa ini orang muda masih harus menerima banyak dari orang lain, tetapi dari dirinya sendiri juga. ingin. memberi, untuk itulah ia harus. mengembangkan dirinya agar maju dan menjadi dewasa. Ini juga yang dialami oleh orang muda katolik yang ada di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Menjadi dewasa adalah suatu proses perkembangan, yaitu belajar menemukan dirinya sendiri, dan kemudian dapat menilai kemampuan-kemampuannya dalam bidang jasmani, pikiran, perasaan dan dalam bidang susila serta bidang rohani. Itulah yang diharapkan peneliti bagi orang muda katolik yang ada di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari. Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari hingga sekarang telah berusia 83 tahun, namun selama usia ini tidak banyak mengalami perkembangan, khususnya dalam hal iman yang tampak dalam perwujudan nyata. Selama tinggal di paroki ini, penulis mendapat kesan bahwa pemahaman orang muda katolik mengenai keterlibatan dalam hidup menggereja masih sangat terbatas. Kegiatan hidup menggereja hanya sebatas kegiatan Gereja yang kudus, khususnya bidang intern gerejani. Kesan ini penulis jumpai dalam setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang muda katolik di Gereja paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari yang juga menjadi letak pusat paroki (Nunung, 2009: 19). Dapat dibayangkan, jika di paroki yang menjadi pusat paroki saja keadaannya seperti itu, apalagi di wilayah-wilayah lain yang letaknya lebih jauh dari pusat paroki. Di paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, kehidupan umat dan terkhusus orang muda katolik masih berorientasi pada kegiatan-kegiatan di sekitar altar, antara lain: doa Rosario, Novena, Misa Mingguan, Misa pada hari-hari besar, Tablo dan Pendalaman iman dll. Corak kehidupan seperti ini menunjukkan bahwa bentuk hidup menggereja orang muda katolik dan umat belum mengarah pada pembangunan Gereja yang memasyarakat..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari sebagai pusat paroki, tentunya memiliki tanggungjawab yang besar untuk memberikan teladan bagi wilayahwilayah lain. Oleh karena itu, paroki ditantang untuk menjadi ragi di tengahtengah masyarakat. Masalah ekonomi, pendidikan, perbedaan etnis dan pendatang, kemiskinan, lingkungan hidup, pengangguran, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tantangan bagi hidup menggereja umat setempat. Melihat permasalahan di atas, maka perlunya sebuah usaha guna meningkatkan pemahaman orang muda katolik di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari berkaitan dengan hidup menggereja. Hidup menggereja tidak hanya sebatas terlibat di dalam gereja melainkan secara nyata dalam hidup menggereja yang terbuka bagi siapa saja “masyarakat luas”. Jika kedua hal berjalan dengan seimbang maka apa yang menjadi harapan Gereja niscaya dapat terwujud. Untuk meningkatkan kualitas hidup menggereja orang muda katolik maka dapat dilakukan melalui katekese sebagai salah satu bentuk pembinaan iman demi menjawab keprihatinan tersebut. Tujuan katekese bukan hanya membantu orang muda katolik memiliki dasar iman yang kuat, memperkembangkan hidup spiritual orang muda, dan membangun communio orang muda. Memang ketiga aspek di atas penting tetapi yang lebih dari itu, yakni mengarah pada reformasi dan transformasi sosial di tengah-tengah hidup orang muda katolik, umat gereja dan masyarakat demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Di dalam tugas pembinaan iman, katekese merupakan salah satu pokok yang menjadi proses pembinaan iman itu sendiri..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Katekese yang menjadi tonggak utama meluasnya Gereja di tengah dunia ini, harus muncul dan hidup di tengah-tengah orang muda katolik dan umat, di mana katekese adalah dari umat, oleh umat dan untuk umat. Katekese ini sering disebut sebagai katekese umat yang juga menjadi proses yang terus berkelanjutan dalam PKKI (Pertemuan Kateketik Keuskupan se-Indonesia). Hal ini juga menjadi kelanjutan dari gambaran Gereja masa kini yang di antaranya adalah Gereja sebagai Umat Allah. Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Tuhan dan dunia (Lalu, 2007:70). Dan dalam katekese umat diwujudkan secara konkrit persekutuan umat yang berbeda status sosial, budaya, fungsi, tetapi sama dalam martabatnya (Lalu, 2007:71). Katekese umat merupakan katekese yang berbicara tentang umat yang menjadi subyek dalam proses katekese dan semua peserta katekese adalah sederajat. Dengan arti bahwa tidak ada yang diunggulkan ataupun yang direndahkan. Oleh karena itu, diharapkan dalam katekese umat ini, terjadi suatu komunikasi iman dari tiap umat yang pada akhirnya akan semakin memperteguh dan memperdalam iman serta menjadikannya sebagai saksi Kristus. Inilah yang perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar proses katekese selalu mengarah pada perwujudan iman umat dalam keterlibatan hidup menggereja orang muda katolik. Berdasarkan latar belakang dan keprihatinan yang ada, penulis tertarik untuk menyumbangkan sebuah pemikiran demi meningkatkan arah hidup menggereja orang muda katolik agar lebih memasyarakat melalui penulisan skripsi ini dengan judul “KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. MENINGKATKAN DALAM. HIDUP. KETERLIBATAN MENGGEREJA. DI. ORANG PAROKI. MUDA SANTO. KATOLIK PETRUS. KANISIUS WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL”. Penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaksanaan katekese umat di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari. Penulis berharap pelaksanaan katekese umat untuk orang muda katolik dapat membawa perubahan sikap yang diwujudkan melalui keterlibatan orang muda katolik dalam hidup menggereja sesuai dengan visi dan misi Gereja.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.. Apa itu katekese umat?. 2.. Sejauh mana Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten GunungKidul terlibat dalam hidup menggereja?. 3.. Katekese umat model apa yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten GunungKidul dalam hidup menggereja?. C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka ada beberapa rumusan tujuan: 1.. Menguraikan apa itu katekese umat..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. 2.. Mengungkapkan permasalahan yang dihadapi orang muda katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dalam hidup menggerejanya.. 3.. Memberi sumbangan pemikiran guna membantu meningkatkan keterlibatan orang muda katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dalam hidup menggereja melalui katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP).. D. Manfaat Penulisan 1.. Manfaat Praktis Skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Secara akademis, skripsi ini memberikan kontribusi bagi pengetahuan dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan katekese umat yang nantinya akan membawa dampak positif terhadap keterlibatan orang muda katolik dalam hidup menggereja. b. Skripsi ini sebagai masukan bagi paroki khususnya para orang muda katolik yang mau menjadi katekis untuk memacu mereka dalam usaha meningkatkan keterlibatan dalam hidup menggereja. c. Paroki diharapkan mampu mempergunakan hasil-hasil pemikiran dalam skripsi ini yaitu sebagai bahan untuk memperluas wawasan para orang muda katolik sehingga memiliki kemampuan lebih dalam berkatekese. d. Sebagai calon katekis, penulis semakin diperkaya sehingga mampu mendesain katekese umat yang sungguh kontekstual dan menarik tentunya bagi orang muda katolik..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. 2.. Manfaat Teoritis Skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Berguna untuk penelitian lebih lanjut mengenai katekese umat guna meningkatkan keterlibatan orang muda katolik maupun umat dalam hidup menggereja b. Sebagai sumbangan pustaka ilmiah, khususnya dalam bidang katekese umat.. E. Metode Penulisan Penelitian ini, penulis menggunakan metode analitis deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan cara hidup menggereja secara umum yang diangkat melalui studi pustaka. Penulis juga akan mengungkapkan situasi Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius dalam keterlibatan hidup menggereja. Guna mengumpulkan data, penulis akan menggunakan metode wawancara terhadap orang muda katolik di Paroki Santo Petrus Kanisius. Melalui data yang diperoleh tersebut, penulis mencoba menganalisis dan merumuskan sumbangan pemikiran mengenai katekese umat yang dapat membantu orang muda katolik guna meningkatkan keterlibatan dalam hidup menggereja mereka.. F. Sistematika Penulisan Bab I. adalah bagian pendahuluan yang di dalamnya mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. Bab II. menjelaskan apa itu katekese umat dan keterlibatan orang muda Katolik dalam hidup menggereja. Bab ini berisi sejarah katekese umat, arti katekese umat, peserta katekese umat, pendamping katekese umat, tujuan katekese umat, kekhasan katekese umat, proses katekese umat, model-model katekese umat, dan juga fungsi katekese umat. Pengertian orang muda, perkembangan orang muda, dan permasalahan yang dihadapi orang muda.. Bab III. berisikan Gambaran Situasi Umum Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, Situasi Geografis, Sejarah Singkat, wonosari Sebagai Paroki dan Periode Menjadi Paroki. Situasi umum orang muda katolik. Juga dalam bab ini diuraikan penelitan mengenai cara hidup menggereja orang muda katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari di dalamnya memuat persiapan kuisioner terbuka dan wawancara, laporan kuisioner terbuka dan wawancara, tanggapan pribadi atas hasil kuisioner terbuka serta wawancara dan kesimpulan hasil kuisioner terbuka serta wawancara.. Bab IV. pembahasan berupa pemikiran sumbangan katekese umat sebagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan orang muda katolik dalam hidup menggereja. Dalam bab ini juga akan diuraikan mengenai katekese yang relevan dengan orang muda katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, kemudian usulan program katekese umat model SCP yang terdiri dari latar belakang penyusunan.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. program, alasan pemilihan tema, pelaksanaan program, usulan program katekese, dan contoh SP katekese umat model SCP. Bab V. bab ini berisikan penutup yang mencakup kesimpulan dan saran..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. BAB II KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DALAM HIDUP MENGGEREJA. Pada bab II ini, penulis akan menguraikan mengenai katekese umat sebagai upaya meningkatkan keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja. Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam bab II ini adalah apa itu katekese umat dan keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja. Bab II merupakan kajian pustaka. Penulis pada bab ini membagi menjadi tiga pokok bahasan, yakni pada pokok bahasan pertama menjelaskan tentang katekese umat. Pokok bahasan kedua menjelaskan peran katekese umat dalam hidup menggereja, yang ketiga menjelaskan tentang siapa itu Orang Muda Katolik. Pokok bahasan pertama berisi penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan katekese umat, yakni sejarah katekese umat, arti, tujuan, proses, kekhasan, peserta, pendamping, dan Shared Christian Praxis (SCP) sebagai salah satu model katekese umat beserta pengertian dan langkah-langkahnya. Pokok bahasan kedua, penulis akan menjelaskan katekese umat mencakup empat tugas Gereja, yakni menghadirkan dan membangun persekutuan (koinonia), mengembangkan pewartaan. Kabar. Gembira. (kerygma),. menghidupkan. peribadatan. yang. menguduskan (leiturgia), serta memajukan karya cinta kasih atau pelayanan.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. (diakonia). Dan ketiga menjelaskan tentang orang muda yang mencakup pengertian orang muda, perkembangan orang muda, dan permasalahan yang dihadapi orang muda A. Katekese Umat Katekese adalah usaha Gereja untuk membantu umat agar semakin berkembang dalam iman serta dapat mewujudkan iman itu dalam hidup seharihari. Pembinaan iman ini diberikan baik untuk anak-anak, orang muda, maupun orang dewasa (Rukiyanto, 2012:59). 1.. Arti Katekese Umat Kesepakatan tentang arti katekese umat yang dijadikan arah katekese di. Indonesia ditegaskan dalam Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se-Indonesia II di Klender 29 Juni – 5 Juli 1980 (KomKat KWI, 1993:9). Dalam pertemuan ini, katekese umat dimengerti sebagai: “Komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masingmasing diteguhkan dan dihayati semakin sempurna”. Rumusan di atas menegaskan bahwa katekese umat merupakan komunikasi iman. Komunikasi iman ini bukan saja antara pembimbing dengan peserta, tetapi lebih-lebih komunikasi antar peserta itu sendiri. Yang dikomunikasikan dalam katekese umat adalah penghayatan iman, bukan pengetahuan akan rumusan iman yang sering kali tidak relevan dengan keadaan atau situasi umat pada saat itu..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. Arti katekese umat di atas juga menunjukkan bahwa yang berkatekese itu adalah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus saling percaya dan menghargai. Katekese umat merupakan komunikasi iman atau pengamalam hidup umat yang saling bersaksi satu sama lain akan iman mereka, dan di situ diharapkan peserta berdialog dalam suasana penuh keterbukaan, saling mendengarkan dan menghargai. Rumusan katekese umat dalam PKKI II tersebut, dikembangkan lagi oleh Afra Siauwarjaya melalui buku Membangun Gereja Indonesia II sebagai berikut: “Usaha umat secara terencana untuk saling menolong mengartikan hidup nyata dalam terang Yesus Kristus sebagaimana telah dihayati dalam Tradisi Gereja, agar kelompok makin mampu mengungkapkan dan mewujudkan imannya dalam hidup nyata” (Siauwarjaya, 1987:38-39). Katekese umat itu sendiri adalah usaha umat. Dalam arti mengajak umat untuk saling tolong menolong, bersikap bebas, terbuka dan jujur menyadari kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka yang konkret. Iman personal yang dikembangkan dalam katekese umat adalah iman yang dihayati Gereja dalam Tradisi. Maka dari itu, dalam usaha saling tolong menolong, secara bebas, terbuka dan jujur mengartikan hidup nyata, Kitab Suci perlu mendapat tempat yang sentral. Katekese umat juga mengajak peserta untuk saling tolong menolong menyadari kehadiran Allah maupun kehendak Allah dalam hidup konkret. Hidup konkret ini merupakan medan penghayatan iman kalau dimaknai dengan terang iman arahnya jelas yakni menuju pada perwujudan iman. Dengan demikian iman yang dihayati Gereja dalam Tradisi Gereja semakin bermakna dan berkembang.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. baik secara pribadi maupun secara bersama dalam masyarakat (Siauwarjaya, 1987:39-40) Pada dasarnya, di dalam katekese umat hidup konkret diartikan sebagai penghayatan relasi umat dengan Yesus Kristus. Relasi itu sekaligus menuntut keterlibatan umat dalam pelaksanaan pengutusan Allah dalam segala dimensi hidup manusia (Siauwarjaya, 1987:41-42). Berangkat dari relasi itu, umat diajak untuk senantiasa memusatkan perhatian dan solider dengan orang tertindas, miskin serta mampu menegakkan keadilan bagi mereka dengan perkataan dan tindakan. Melalui keterlibatan konkret dalam hidup menggereja itulah umat menjadi tanda keselamatan bagi semua orang baik bagi umat Gereja Katotik maupun bagi masyarakat luas pada umumnya.. 2.. Tujuan Katekese Umat Tujuan katekese adalah agar orang dapat mengembangkan pengertian. tentang misteri Kristus dalam terang Sabda Allah, sehingga seluruh pribadinya diresapi oleh Sabda itu (Rukiyanto, 2012:62). Dengan demikian terang Sabda itu mampu membawa orang pada kesadaran akan keterlibatannya dalam hidup menggereja yang lebih luas. Selain itu, Katekese umat yang dipahami sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman juga memiliki tujuan yang dirumuskan pada saat pelaksanaan PKKI II. Tujuan katekese umat (KomKat KWI, 1993:10-11) tersebut adalah sebagai berikut:.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. 1) Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari; 2) Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari; 3) Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita; 4) Begitu pula kita semakin bersatu dengan Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta; 5) Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. Rumusan tujuan di atas merupakan rumusan yang memiliki sorotan pandangan tujuan katekese umat dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Jika dilihat dengan saksama maka akan nampak tiga bagian penting alur tujuan yang hendak dikembangkan. Pada bagian pertama dan poin satu sampai tiga lebih menyoroti iman peserta secara pribadi. Kemudian pada bagian kedua poin empat menyoroti perkembangan iman dalam komunitas. Dan bagian ketiga atau poin lima lebih menegaskan tujuan Gereja berpuncak pada hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, tujuan katekese umat bukan hanya bersifat personal tetapi juga bersifat eklesial yakni demi kepentingan bersama dan Gereja universal. Dan yang menjadi tugas orang Kristiani adalah mewujudnyatakan suatu tindakan konkret di tengah-tengah dunia yang didasari oleh sikap dan tindakan Yesus Kristus sebagai pusatnya. Tindakan umat diharapkan juga sampai pada suatu perubahan atau transformasi sosial sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah yang diperjuangkan oleh Yesus sebagai pusat iman umat benar-benar nyata di dunia. Ini adalah sebuah tugas dan tanggungjawab sebagai saksi Kristus di tengah-tengah masyarakat yang serba kompleks. Dengan demikian umat diharapkan semakin sadar dalam menempatkan pengalaman religius ke dalam hidupnya sebagai bagian.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. sejarah penyelamatannya. Selain itu, umat juga disadarkan untuk senantiasa terlibat dalam pembangunan Gereja. Betul melakukan tugas pewartaan mengenai Kristus yakni dengan melaksanakan tugas-tugas Gereja tetapi ingat bahwa Gereja sendiri bukanlah tujuan itu sendiri, melainkan sebagai sarana bagi umat untuk memberi kesaksian tentang Kristus. Yang terpenting adalah tercapainya cita-cita surgawi di dunia yakni terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Tujuan katekese umat juga ditegaskan oleh Siauwarjaya (1987:42-43), sebagai usaha umat untuk saling menolong agar semakin mampu mengungkapkan dan melaksanakan imannya dalam hidup nyata. Penghayatan iman tidak hanya dinyatakan dalam ungkapan saja, tetapi lebih-lebih dilaksanakan dalam tindakan konkret. Iman yang sungguh-sungguh dihayati semakin membuat orang terdorong untuk ambil bagian dalam hidup menggereja juga sekaligus dalam setiap usaha mewujudkan keadilan, perdamaian, cinta kasih dan kerukunan. Iman betul-betul real jika iman tersebut dilaksanakan dalam hidup nyata dengan demikian cita-cita akan pembangunan hidup beriman jemaat berdasarkan nilai-nilai injili baik secara personal maupun bersama akan tercapai.. 3.. Proses Katekese Umat Proses katekese umat mengikuti siklus pastoral yang ada pada umumnya. yakni lebih pada mengolah pengalaman umat yang diharapkan menjadi pengalaman iman yang luar biasa, yang dapat menguatkan dan meneguhkan satu sama lain. Pengalaman iman umat ini kemudian diwujudkan dalam hidup seharihari selanjutnya. Menurut (Lalu, 2007:98-100) ada tiga langkah besar dalam pelaksanaan katekese umat yakni: pemetaan masalah, merefleksikan dengan.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. terang Injil; dan terakhir mengusahakan aksi. Untuk lebih jelasnya ketiga langkah tersebut akan dibahas di bawah ini. a.. Langkah Pertama Langkah ini bertujuan mengamati dan menyadari fenomena yang telah terjadi dalam masyarakat atau pengalaman konkret umat. Pengalaman konkret ini hendaknya diamati, didalami dan dianalisis supaya sungguh-sungguh disadari secara utuh.. b.. Langkah Kedua Langkah ini bertujuan menyadari dan merefleksikan fenomena tersebut atau pengalaman konkret dan menganalisis dalam terang Injil.. c.. Langkah Ketiga Langkah ini bertujuan memikirkan dan merencanakan suatu aksi atau tindakan nyata untuk dilaksanakan setelah menganalisis melalui terang Injil. Ketiga langkah di atas tentunya menyangkut proses katekese umat itu. sendiri. Sifat dari proses itu adalah dinamis. Artinya proses tersebut berjalan dengan mantap, penuh semangat, mengalir dan tidak ada yang sia-sia tetapi penuh makna. Jadi, proses akan berkembang apabila tetap mengikuti langkah-langkah yang ada secara bertahap. Antara tahap pertama dan seterusnya akan saling berhubungan serta mempunyai relasi dengan tahap yang lain dan juga tidak dapat dipisahkan antara tahap yang satu dengan lainnya.. 4.. Kekhasan Katekese Umat Telah diuraikan dengan jelas di atas bahwa katekese umat merupakan. komunikasi iman. Komunikasi iman adalah salah satu kekhasan katekese umat..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. Ini merupakan usaha umat untuk saling mengarahkan, mengembangkan, dan menumbuhkan imannya. Komunikasi iman seperti apakah itu? Tentu komunikasi iman yang melibatkan peserta (umat). Melalui sharing pengalaman, peserta yang hadir saling berbagi dan melengkapi pengalaman iman mereka sehingga iman mereka semakin diteguhkan dan diperkaya. Mereka berkumpul bersama-sama untuk menggali dan menanggapi pengalaman hidupnya. Pengalaman hidup inilah yang dihayati sebagai pengalaman iman akan Yesus Kristus. Katekese umat memiliki kekhasan tersendiri yakni komunikasi iman dari umat, oleh umat, dan untuk umat. Hasil PKKI II merumuskan bahwa “yang berkatekse adalah umat itu sendiri...” (KomKat KWI, 1993:9), ini berarti bahwa yang menjadi kekhasan katekese umat maupun pesertanya adalah umat itu sendiri. Kedua hal tersebut sama-sama menempatkan umat sebagai subjek utama dalam katekese. Umat harus terlibat aktif dan memiliki inisiatif, sehingga proses katekese umat menjadi lebih hidup dan menarik. Tentunya, sebagai pelaku utama dalam katekese umat, umat ditantang mengolah dan menanggapi persoalan yang dihadapi. Melalui komunikasi, situasi yang dihadapi akan ditanggapi bersama dalam iman yang Kristosentris. PKKI II merumuskan “yang berkatekese ialah umat, Kristosentris artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pula pola kehidupan kelompok; jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok-kelompok basis maupun di sekolah atau perguruan tinggi” (KomKat KWI, 1993:9). Peserta katekese saling membantu manggali makna hidup dalam terang Kitab Suci dan diperkaya melalui sharing pengalaman. Dengan demikian setiap.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. umat semakin dapat menemukan karya keselamatan Allah yang nampak dalam diri Yesus Kristus melalui pengalaman konkret mereka. Rumusan di atas memperjelas siapa peserta katekese umat itu. Semua orang beriman sama artinya dengan seluruh Gereja, yang mana kita pun tahu bahwa katekese itu sendiri tidak ditujukan hanya kepada sebagian umat saja. Tetapi katekese ditujukan kepada semua umat yang terpanggil untuk mendalami imannya secara terus-menerus. Dan di dalam katekese umat, umat mengambil perannya masing-masing, baik sebagai peserta maupun pendamping yang bertugas mengarahkan jalannya proses katekese umat tersebut. Tentu peran pendamping katekese umat ini tidak bisa dikesampingkan begitu saja, sebab tanpa pendamping proses katekese umat tidak akan berjalan dengan lancar. Selain itu, rumusan peserta katekese umat tidak selalu menuntut adanya pengelompokan tertentu, tetapi dalam setiap kesempatan umat berkumpul dalam lingkup apapun itu, di situ dapat dilakukan katekese umat. Jadi ditegaskan kembali bahwa peserta katekese umat adalah siapa saja tanpa terkecuali yakni seluruh umat yang telah memilih Kristus sebagai pola hidupnya dan ingin memperkembangkan imannya, mereka dapat mengambil bagian dalam katekese umat itu sendiri. Penekanan pada seluruh umat ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada katekese sekarang (KomKat KWI, 1993:9-10).. 5.. Pendamping Katekese Umat PKKI II menyampaikan hal yang berhubungan dengan pendamping. katekese umat demikian: “yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. lebih memahami Kristus” (Lalu, 2007:94). Dalam katekese umat, yang bertugas sebagai pendamping adalah umat itu sendiri yang dipilih sebagai pendamping, pemimpin, pengarah atau sering juga disebut sebagai fasilitator guna menciptakan pelayanan katekese umat yang komunikatif. Lokakarya “Pembinaan Pembina Katekese Umat” yang dilaksanakan di Wisma Kinasih, Caringin Jawa Barat, pada tanggal 16-21 Februari 1998 membahas tiga unsur pokok yang harus dimiliki seorang pendamping katekese umat, yaitu kepribadian dan spiritualitas pembina katekese umat, pengetahuan pembina katekese umat, dan keterampilan pembina katekese umat (Lalu, 2007:147-148). Memang, unsur keterampilan menjadi penting tetapi alangkah baiknya pendamping ketekese umat memiliki keseluruhan hal-hal yang berkaitan dengan pasionnya sebagai seorang pendamping katekese umat. Tiga hal pokok yang ditekankan bagi seorang pendamping katekese umat adalah: a.. Kepribadian dan Spiritualitas Pendamping Katekese Umat Kepribadian yang baik dari seorang pendamping katekese umat merupakan. cerminan bagi umat. Kepribadian merupakan modal dasar bagi pendamping katekese umat dalam menjalankan tugas perutusannya. (Lalu, 2007:149-150) dalam buku “Katekese Umat” mengatakan bahwa ada 5 hal yang berkaitan dengan kepribadian seorang pendamping katekese umat, yaitu: 1) Terhadap diri sendiri, seorang pendamping katekese umat hendaknya bersikap jujur, menerima diri seadanya, tidak angkuh, tetapi juga tidak rendah diri. Ia harus mampu menahan diri, misalnya tidak terlalu banyak berbicara supaya umat bisa lebih banyak berbicara. 2) Terhadap sesama, seorang pendamping katekese umat hendaknya terbuka, jujur dan rendah hati, memiliki kepekaan dan komitmen, suka membantu.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. sesama, suka mendengar, penuh pengertian, ramah, komunikatif, dan tahu membawa diri. 3) Terhadap situasi, hendaknya kritis tidak terbawa arus, tetapi terbuka, mampu menyesuaikan diri, cekatan membaca tanda zaman, tahan bantingan pada situasi kritis dan sulit. 4) Terhadap tugas, hendaknya mencintai tugas dan merasa terpanggil untuk itu, senantiasa loyal (setia) dan terlibat pada tugas, dan berusaha untuk menjadi professional dalam menjalankan tugas. 5) Terhadap Tuhan, hendaknya percaya pada Tuhan dalam situasi apa saja, akrab dengan Kitab Suci dan kekayaan iman Gereja, senantiasa bersyukur kepada Tuhan dalam untung dan malang, senantiasa berharap pada Tuhan dan penuh semangat optimisme. Lokakarya “Pembinaan Pembina Katekese Umat” yang dilaksanakan di Caringin Jawa Barat, tanggal 16-21 Februari 1998, merumuskan spiritualitas pendamping katekese umat sebagai “Roh (semangat) membantu sesama peserta katekese umat melalui pewartaan iman yang komunikatif, agar bersama-sama mampu mewujudkan Kerajaan Allah, karena kepedulian terhadap Allah dan terhadap sesama” (Lalu, 2007:154). Semangat yang dimiliki oleh pendamping katekese umat harus senantiasa dikembangkan secara terus-menerus sehingga mempunyai kedekatan relasi dengan Allah yang nampak dalam diri Putra-Nya Yesus Kristus. Melalui misteri Paskah yang setiap kali ia rayakan dalam kurban Ekaristi kudus, pendamping katekese umat dilahirkan kembali oleh Roh. Dengan dilahirkan kembali ia memperoleh semangat baru untuk melayani Tuhan dan sesamanya. Maka spiritualitas seorang pendamping katekese umat senantiasa mengikuti jejak.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. Kristus, yaitu keterlibatan pada dunia demi membangun Kerajaan Allah (Lalu, 2007:153-154). “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;......” (Yoh 10:11-15). Ayat ini mengandung arti bahwa di dalam jiwa seorang pendamping katekese umat tertanam sikap melayani seperti yang diteladankan oleh Yesus sebagai Gembala yang baik terhadap dombadombanya, seperti mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran demi umat, meninggalkan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan umat yang dilayani, dan dekat dengan yang dibimbing sampai-sampai tahu persis apa yang menjadi keluhannya. Dengan demikian sikap-sikap seperti inilah yang dapat membuat seorang pendamping katekese umat menjadi sahabat umat di dalam peziarahan hidup. “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya” (Yeh 34:16). Kutipan ayat ini memberikan gambaran seorang pendamping katekese umat sebagai pelayan yang betul-betul memiliki relasi mendalam. b. Pengetahuan Seorang Pendamping Katekese Umat Hal yang kedua berkaitan dengan pengetahuan seorang pendamping katekese umat. Ini merupakan dasar yang memang harus dimiliki oleh seorang pendamping katekese umat. Bagaimana mungkin ia dapat mendampingi katekese umat sedangkan ia sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang menunjang pendampingan proses katekese umat dengan benar. Jadi setidak-tidaknya seorang.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. pendamping katekese umat memiliki juga pengetahuan yang menyangkut isi, metode, peserta dan konteks peserta katekese umat (Lalu, 2007: 155). Artinya bahwa pendamping betul-betul menguasai segala segi yang berkaitan dengan katekese umat itu sendiri. Dari segi isinya ia dituntut memiliki pengetahuan berkaitan ajaran iman Katolik, misalnya pengetahuan akan isi katekese umat seperti Kitab Suci, Kristologi, Eklesiologi (Gereja), dan Ajaran Sosial Gereja. Namun tidak semua pokok menyangkut iman Katolik direfleksikan tetapi dapat dipilih salah satunya saja yang memang berkaitan dengan konteks hidup umat. Kemudian, dari segi pengetahuan yang menyangkut metode seperti kreatif dalam memilih metode yang bisa digunakan dalam berkatekese, mampu menganalisis situasi, mampu menafsirkan Kitab Suci, dan dapat menyusun rencana tindak lanjut. Dari segi pengetahuan menyangkut peserta katekese umat seperti mampu melihat apa yang menjadi kebutuhan umat sehingga dalam proses ketekese, umat menjadi tertarik mendalaminya. Kemudian, bagaimana daya nalar, perasaan dan intuisi umat ketika menghadapi suatu persoalan hidup, apakah mereka mampu atau tidak? Di sini pendamping harus tanggap sehingga dapat membantu dan mengarahkan umat sampai benar-benar paham akan persoalan yang dihadapi. Kemudian, pendamping juga perlu melihat bagaimana latar belakang kehidupan status sosial, ekonomi, dan budaya umat. Apabila beberapa hal menyangkut peserta ini benar-benar dimiliki oleh pendamping katekese umat maka jelas proses katekese umat akan menjadi sesuatu yang menarik bagi umat. Dan terakhir pengetahuan menyangkut konteks hidup yang bersifat nasional dan global yang memang membawa dampak negatif bagi perkembangan.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. iman umat, seperti pengaruh globalisasi dalam wujud sikap materialisis, konsumerisis, individualisis, dan sebagainya (Lalu, 2007:157-158). Pendamping katekese umat harus mampu memaknai konteks hidup umat dan yang terpenting senantiasa membangun relasi serta dekat dengan umat sehingga umat merasa tersapa dan menjadi teman seperjuangan dalam iman.. c.. Keterampilan Seorang Pendamping Katekese Umat Hal ketiga berkaitan dengan keterampilan pendampingan Katekese Umat:. 1) Keterampilan Berkomunikasi Komunikasi yang terjadi dalam sebuah proses katekese umat adalah komunikasi antar pribadi dengan pengalaman tertentu pada situasi tertentu yang dilatarbelakangi kebudayaan tertentu. Maka yang perlu ditekankan antara lain: keterampilan. berkomunikasi. dan. berelasi. sehingga. katekis. mampu. mengumpulkan, menyatukan dan mengarahkan kelompok sampai kepada suatu tindakan nyata, keterampilan mengungkapkan diri berbicara dan mendengarkan, kemampuan. menciptakan. suasana. yang. memudahkan. peserta. untuk. mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain (Lalu, 2007:158159). Keterampilan. berkomunikasi. tidak. dapat. dipandang. sepele. oleh. pendamping. Keterampilan ini merupakan daya kekuatan untuk mengolah proses katekese umat sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar dan sampai pada tujuan yang hendak dicapai bersama. 2) Keterampilan Berefleksi.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. Komunikasi yang terjadi dalam katekese umat adalah komunikasi iman yang adalah suatu kesaksian iman. Diartikan bahwa seorang pendamping katekese umat mampu merefleksikan pengalaman imannya yang berpusat pada Yesus Kristus kemudian mensharingkan kepada peserta lainnya. Seorang pendamping yang terampil membaca dan merefleksikan serta memaknai pengalaman sehariharinya menjadi pengalaman iman, tentu mampu menuntun peserta bagaimana berefleksi yang baik. Maka dari itu, pendamping katekese umat dilatih untuk terampil menemukan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari, terampil menemukan nilai-nilai Kristiani dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan Tradisi Kristiani lainnya, terampil memadukan nilai-nilai Kristiani dengan nilainilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari (Lalu, 2007:159).. 3) Keterampilan yang lebih spesifik berkaitan dengan langkah-langkah proses katekese umat. Keterampilan yang lebih spesifik berkaitan dengan langkah-langkah proses katekese umat misalnya sadar akan situasi dengan topik yang diangkat, menafsirkan kenyataan hidup umat menurut terang Kitab Suci, dan membulatkan tekat guna rencana aksi, kemampuan dan keterampilan mengekspresikan diri, bertutur kata dan bertindak, berbicara dan mendengarkan orang lain, serta kemampuan dan ketereampilan mengekspresikan dalam menciptakan suasana yang mendukung proses katekese sehingga peserta merasakan kenyamanan dalam mengikutinya..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Jika ketiga hal pokok di atas betul-betul telah dimiliki oleh seorang pendamping, niscaya setiap pelaksanaan katekese umat yang dilakukan akan menjadi hal yang membahagiakan bagi siapa saja yang ikut berproses di dalamnya dan bahkan manfaatnya pun dapat dialami bersama, baik yang dilayani maupun yang melayani. 6.. Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Salah Satu Model Katekese Umat Model merupakan sebuah kontruksi teoritis dan skematis yang. menawarkan pokok-pokok pemikiran realitas. Model ini juga menawarkan suatu bentuk analisa untuk memahami realita yang menerangkan dan menelusuri suatu tindakan manusia. (Heryatno WW, 1997:1-5) Katekese umat memiliki berbagai model dengan kekhasannya masingmasing. Model-model ini biasanya kita temukan dalam pendalaman iman yakni dalam buku panduan APP, Adven dan pada BKSN yang dibuat oleh keuskupan untuk dipakai sebagai bentuk pelaksanaan katekese umat. Oleh karena itu, bertolak dari mana awal model katekese umat pada umumnya terdapat satu model yang cocok dengan katekese umat, yakni model Shared Christian Praxis (SCP). Pada bagian awal telah dibahas bahwa katekese umat adalah komunikasi iman umat. Apa yang dikomunikasikan? Tentu yang dikomunikasikan adalah pengalaman hidup umat itu sendiri yang sudah direfleksikan dan dimaknai menjadi pengalaman iman. Berkaitan dengan pengalaman hidup maka sangat cocok digunakan model katekese umat Shared Christian Praxis (SCP), sebab model ini juga berpusat pada pengalaman hidup atau selalu bermula dari pengalaman menuju refleksi iman dan sampai pada pengalaman baru. Maka dari.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. itu, di bawah ini akan dibahas secara lengkap apa itu Shared Christian Praxis (SCP), komponen, dan langkah-langkahnya. Katekese dengan model Shared Christian Praxis ini pertama kali diperkenalkan oleh Thomas H. Groome. Ia adalah seorang ahli katekese yang berusaha mencari pendekatan katekese yang handal dan efektif, yaitu suatu model yang. sungguh-sungguh. mempunyai. dasar. teologis. yang kuat,. mampu. memanfaatkan perkembangan ilmu pendidikan dan memiliki keprihatinan pastoral yang aktual. Model ini ditawarkan untuk menjawab kebutuhan para katekis dalam membantu umat demi perkembangan iman mereka. Untuk memahami lebih dalam tentang katekese umat model SCP ini serta langkah-langkahnya, maka secara khusus akan diuraikan di bawah ini lima langkah yang saling beruntun (Heryatno WW, 1997:5), sebagai berikut:. 1) Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) Model SCP merupakan salah satu model katekese umat yang menekankan proses yang bersifat dialogis partisipatif. Tujuan dari proses ini adalah agar dapat mendorong peserta untuk mampu mengomunikasikan antara Tradisi dan visi hidup peserta dengan Tradisi dan visi Kristiani. Dan pada akhirnya, peserta baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Model katekese ini dapat dikatakan sebagai model praksis, karena bermula, berproses dan berakhir dari praksis hidup peserta. Pengalaman hidup.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. peserta tersebut, direfleksikan secara kritis sehingga peserta mampu menemukan maknanya, kemudian dikonfrontasikan dengan Tradisi atau visi Kristiani supaya muncul pemahaman sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada praksis baru. Orientasi model SCP ini adalah praksis peserta sebagai subyek yang bebas dan bertanggungjawab (Heryatno WW, 1997:1). Model SCP ini memiliki tiga komponen yaitu praksis, Kristiani dan sharing. Untuk memahami lebih dalam model ini, maka akan dijelaskan masingmasing komponen itu sebagai berikut: a) Praksis Praksis adalah suatu tindakan manusia yang sudah direfleksikan. Sebagai tindakan, praksis meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia yang mampunyai tujuan untuk mencapai perubahan hidup yang meliputi kesatuan antara praktek dan teori, antara refleksi kritis dan kesadaran historis. Proses kesatuan antara praktek dan teori akan membentuk suatu kreatifitas, sedangkan refleksi dan kesadaran historis akan mengarah pada keterlibatan baru. Praksis mempunyai tiga unsur yaitu: aktifitas, refleksi dan kreatifitas. Ketiga unsur ini memiliki fungsi yakni mampu membangkitkan berkembangnya imajinasi, meneguhkan kehendak dan mendorong praksis baru yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan moral. Berikut ini penjelasan mengenai ketiga unsur tersebut, sebagai berikut: Unsur pertama, aktifitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang merupakan.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. medan untuk perwujudan diri sebagai manusia. Kedua, refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi dan sosial terhadap kehidupan bersama serta terhadap “Tradisi” dan “visi” iman Kristiani sepanjang sejarah. Ketiga, kreatifitas merupakan perpaduan antara aktifitas dan refleksi yang menekankan transendensi manusia dalam dinamika menuju masa depan yang terus berkembang sehingga melahirkan praksis baru (Heryatno WW, 1997:1-2). b) Kristiani Maksud. dari. Kristiani. dalam. Shared. Christian. Praxis. adalah. mengusahakan agar kekayaan iman Kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau dan relevan untuk kehidupan umat. Namun jangan lupa bahwa yang ditekankan di sini mengenai kekayaan iman Kristiani adalah pengalaman iman Tradisi Kristiani sepanjang sejarah dan visinya. Tradisi Kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat yang hidup dan sungguh dihidupi. Sedangkan visi Kristiani menegaskan tuntutan dan janji Allah yang terkandung di dalam Tradisi, tanggung jawab dan pengutusan orang Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan. Artinya bahwa Tradisi Kristiani mengungkapkan tanggapan manusia terhadap Allah yang terlaksana dalam hidup mereka sebagai realitas iman, Tradisi senantiasa mengundang keterlibatan praktis. Sedangkan visi Kristiani menegaskan tuntutan dan janji Allah yang terkandung dalam Tradisi, tanggung jawab dan pengutusan orang Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan. Visi Kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia (Heryatno WW, 1997:3)..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. c). Sharing Istilah shared atau sharing mengandung pengertian komunikasi timbal. balik, partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta. Istilah ini juga merupakan proses katekese yang menekankan unsur dialog-partisipatif peserta yang ditandai dengan suasana kebersamaan, persaudaraan, keterbukaan, keterlibatan, dan solidaritas. Dalam sharing semua peserta diharapkan untuk ikut aktif, terbuka, siap mendengarkan dengan hati pengalaman orang lain dan berkomunikasi dengan kebebasan hati juga (Heryatno WW, 1997:3-4). Dalam sharing orang dapat berbagi rasa, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain. Tentu, ada dua hal penting di dalamnya yakni membicarakan dan mendengarkan. Membicarakan di sini lebih menekankan pada menyampaikan atau mengungkapkan pengalaman hidup yang didasari oleh sikap keterbukaan, kerendahan hati, kepercayaan satu dengan lainnya dalam mengungkapkan pengalaman dan pengetahuan yang nyata dalam dirinya. Sedangkan mendengarkan berarti mendengarkan dengan hati tentang apa yang disharingkan oleh para peserta. Mendengarkan berarti juga melibatkan keseluruhan diri untuk menangkap pesan atau intisari dari apa yang disharingkan peserta sehingga dalam mendengarkan timbullah gerak hati, empati terhadap apa yang dikomunikasikan oleh orang lain (Sumarno Ds, 2014:17). 2) Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) Menurut Thomas H. Groome, SCP merupakan suatu model berkomunikasi tentang makna pengalaman hidup antar peserta, yang mana dalam prosesnya.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. terdapat lima langkah pokok. Namun sebelumnya didahului langkah awal atau pendahuluan sebagai berikut:. a) Langkah Awal: Pemusatan Aktivitas Tujuan dari langkah ini adalah mendorong peserta sebagai subyek utama menemukan topik pertemuan yang bertolak pada kehidupan konkret berkaitan dengan tema dasar pertemuan. Dengan demikian, tema dasar tersebut dapat mewakili pokok-pokok permasalahan dalam hidup, keprihatinan, serta kebutuhan peserta. Dalam memilih tema, perlu juga diperhatikan situasi konkret peserta, tujuannya, dinamika pendekatan yang bersifat dialogis, dan sumber-sumber iman Kristiani (Heryatno WW, 1997: 10). Tema dasar harus sungguh-sungguh menggerakkan peserta agar aktif terlibat dalam pertemuan, menekankan partisipasi dan dialog, dan tidak bertentangan dengan iman Kristiani. Maka seorang pendamping harus mampu membantu peserta merumuskan prioritas tema yang tepat dengan konteks hidup umat. Perlu juga diperhatikan bahwa pada tahap ini, pendamping dapat menggunakan sarana-sarana seperti simbol, foto, cerita, film, video, poster, cergam dan lain-lain yang dapat mendukung dalam pemilihan tema bersama. Maka dengan itu, seorang pendamping harus dapat memilih sarana yang tepat. Di samping itu pendamping harus dapat menciptakan lingkungan psikososial dan fisik yang mendukung supaya peserta dapat berpartisipasi aktif dan kreatif dalam suasana dialog dan kebersamaan Heryatno WW (1997:9-10)..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. b) Langkah I: Pengungkapan Praksis Faktual Langkah pengalaman. ini. hidup. bertujuan faktual.. membantu Peserta. peserta. menyadari. agar. mengungkapkan. pengalaman. hidupnya,. membahasakan dan mengomunikasikannya pada peserta lain. Pengungkapan pengalaman hidup faktual ini bisa berupa pengalaman peserta sendiri, atau kehidupan dan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, ataupun gabungan keduanya yang dia pandang cocok dengan tema yang sudah digali bersama (Heryatno WW, 1997:11). Langkah ini diawali dengan tuntunan pertanyaan sesuai dengan tema. Perumusan pertanyaan pun harus jelas, terarah dan tidak terkesan menyinggung perasaan peserta lain, sesuai dengan situasi peserta dan bersifat terbuka dan obyektif. Setelah itu, peserta membagikan pengalamannya dan pada saat ini tidak boleh ada komentar atau tanggapan. Selain dari itu, peserta juga diberi kebebasan untuk mengungkapkan pengalamannya dengan gaya dan pilihannya. Mereka dapat mengemukakannya melalui puisi, nyanyian, tarian, gambar, lambang, atau simbol, dll (Heryatno WW, 1997:12). Penekanan pada langkah ini adalah proses dan kehidupan konkret yang menjadi pokok penting dalam proses katekese. Oleh karena itu, pendamping perlu menyadari tujuan dan pokok pemikiran dasarnya. Pokok pemikiran dasar perlu diajukan secara jelas dan terbuka serta berhubungan dengan tema utama dan menggaris bawahi aspek-aspek pokok dari praksis keterlibatan faktual peserta. Pada langka ini, pendamping berperan sebagai fasilitator dengan tujuan menciptakan suasana hangat dan mendukung sehingga peserta dengan hati gembira mau membagikan pengalamannya tanpa merasa tertekan. Pendamping.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. perlu bersikap ramah, bersahabat dan meyakinkan peserta bahwa komunikasi pengalaman mereka sangat penting untuk seluruh proses katekese (Heryatno WW, 1997:13).. c). Langkah II: Refleksi Kritis pada Komunikasi Praksis Faktual Langkah ini bertujuan membantu peserta supaya berdasar pengalaman. hidupnya sampai pada tingkat kesadaran terdalam guna mengolah dan menemukan makna baru hingga ia terdorong melangkah pada praksis baru. Ada beberapa perspektif yang perlu diperhatikan dalam langkah ini yaitu refleksi kritis pada pengalaman peserta, interpretasi kritis dan kreatif pada komunikasi pengalaman faktual, serta komunikasi Tradisi dan visi oleh para peserta (Heryatno WW, 1997:14). Refleksi kritis pada tahap ini dimaksudkan agar peserta berpikir secara sungguh-sungguh. akan. setiap. pengalamannya.. Kemudian. peserta. dapat. menemukan atau mengambil nilai-nilai apa yang mau dilaksanakan dan dengan demikian dapat mengarah pada perubahan sikap yang konkret. Pada hakekatnya ingin membantu peserta merefleksikan secara kritis praksis faktual apa yang mereka komunikasikan dengan memperdalam, mempertajam dan mengolah pengalaman mereka yang menekankan segi pemahaman, kenangan, dan imajinasi. Sedangkan interpretasi bertujuan memberi arti dan nilai pada praksis faktual, menanamkan unsur-unsur yang dapat memperteguh, serta yang harus ditolak dan dikembangkan lebih lanjut. Pada langkah ini, pendamping dituntut agar dapat menciptakan suasana pertemuan yang saling menghormati dan mendukung setiap gagasan dari peserta..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. Pendamping harus dapat mendorong peserta untuk mengadakan dialog dan penegasan bersama yang bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan dan imajinasi peserta. Setiap peserta diajak untuk mengomunikasikan pengalamannya, namun jangan sampai menimbulkan kesan pemaksaan. Oleh karena itu, pendamping perlu menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat analitis dan tidak mengganggu harga diri peserta. Pendamping perlu juga menyadari keadaan peserta karena refleksi merupakan tahap yang sulit yang membutuhkan kesabaran dan keterampilan untuk memperkembangkannya Heryatno WW (1997:14-16). d) Langkah III: Mengusahakan Tradisi dan Visi Kristiani lebih Terjangkau Langkah ini menekankan agar Tradisi dan visi Kristiani menjadi lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaannya berbeda. Tradisi Kristiani mengungkapkan iman jemaat Kristiani sepanjang sejarah pewahyuan Ilahi. Tradisi hadir dalam Kitab Suci, liturgi, adat-kebiasaan Jemaat Perdana, doa, credo, dogma, teologi, sakramen, bahasa religius, seni, dan kepemimpinan kehidupan jemaat. Visi Kristiani merupakan suatu konsekuensi dari janji dan tanggungjawab yang muncul pada Tradisi. Visi Kristiani mengungkapkan janji keselamatan dan kepenuhan yang mendorong peserta pada tanggungjawab mereka untuk menjadi partner Allah dalam mewujudkan kehendak-Nya yaitu menyelamatkan manusia Heryatno WW (1997: 19-20). Pada. langkah. ini,. pendamping. menginterpretasikan. dan. mengkomunikasikan aspek Tradisi dan visi Kristiani kepada peserta. Dalam.

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

4ssiri

Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi gelombang laut yang terjadi di perairan Pantai Ampenan pada kala ulang tertentu, dengan menggunakan Metode

[r]

Pembahasan : Usaha membuat kebijakan untuk mengurangi tenaga yang berasal dari luar negara dalam pembangunan ekonomi, hal itu merupakan contoh usah pembangunan ekonomi yang

Maka dari itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Proyek Akhir ini masih jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanya milik allah, untuk itu saran dan kritik yang

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh sisa anggaran, pendapatan asli daerah, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal Bidang Pendidikan,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis efektif dan pengaruh penambahan ragi roti ( Saccharomyces cereviceae ) dalam pakan untuk meningkatkan