• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Magister Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 14 Pages pp. 1-14

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Magister Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 14 Pages pp. 1-14"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015

PENGARUH SISA ANGGARAN, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP BELANJA MODAL BIDANG PENDIDIKAN, KESEHATAN, DAN

PEKERJAAN UMUM

(Studi pada Perubahan Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Aceh)

Adi Surya1, Darwanis2, Syukriy Abdullah3

1) Mahasiswa Magister Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 1,2) Staf Pengajar Magister Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh sisa anggaran, pendapatan asli daerah, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum dalam perubahan anggaran kabupaten/kota di Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah 23 (dua puluh tiga) Kabupaten/Kota di Aceh. Data penelitian berupa dokumen APBD Perubahan kabupaten/kota di Aceh yang diperoleh dari Dinas Keuangan Aceh (DKA). Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dioperasikan dengan program SPSS 20 (Statistic package for the social sciences) versi 20. Hasil penelitian menunjukkan perubahan DBH berpengaruh terhadap perubahan belanja modal pada bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum. Sedangkan perubahan sisa anggaran berpengaruh negatif terhadap perubahan belanja modal bidang Pekerjaan Umum dan variabel PAD berpengaruh Negatif terhadap perubahan belanja modal pada bidang Pendidikan.

Kata-kata kunci: Perubahan anggaran, sisa anggaran, PAD, DBH, belanja modal, SiLPA, bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum.

PENDAHULUAN

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan yang semakin luas kepada daerah untuk menggali dan mengelola semua potensi sumber daya yang dimiliki. Dari sisi pendapatan, daerah diberi kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi daerah berdasarkan peraturan daerah (Perda)1 yang telah ditetapkan. Sedangkan dari sisi pengeluaran, pemerintah daerah sesuai dengan fungsinya sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat di daerah diberi kebebasan untuk mengelola dan membelanjakan penerimaan daerah yang dituangkan dalam Anggaran

1 Peraturan Daerah atau perda merupakan produk hukum yang

disetujui bersama oleh kepala daerah dan dewan

Pendapatan dan Belanja Daerah atau disebut dengan APBD2.

Sejalan dengan tugas pelayanan publik, pemerintah daerah menyediakan dana dan membangun infrastruktur publik melalui alokasi belanja modal pada APBD untuk membiayai program dan kegiatan dalam tahun anggaran (DJPK, 2013). Lampiran Peraturan Presiden No. 5/2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 mengamanatkan pada pemerintah daerah untuk dapat mengalokasikan belanja modal pada APBD tahun 2010 sampai dengan 2014, yaitu 26% sampai dengan 30% dari total belanja daerah, atau naik 1% tiap tahunnya.

2 APBD merupakan perencanaan anggaran daerah selama 1 tahun

(2)

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 2 Alokasi belanja modal dalam APBD untuk

menambah aset tetap. Dalam pemanfaatan aset tetap ada yang bersinggungan langsung dengan pelayanan publik atau dipakai langsung oleh masyarakat dan ada yang pemanfaatannya tidak langsung dimanfaatkan oleh publik. Pemanfaatan aset tetap yang bersinggungan langsung dengan publik terutama belanja modal bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum (Abdullah, 2013a).

Bidang pendidikan3, kesehatan4, dan pekerjaan umum5 merupakan sektor utama yang banyak menyerap anggaran pemerintah daerah. Pasal 81 PP No. 48/2008 tentang Pendanaan Pendidikan, menjelaskan Anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada sektor pendidikan dalam APBD setiap tahun anggaran sekurang-kurangnya dialokasikan 20% dari belanja daerah diluar gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan (Pasal 46 UU No. 20/2003).

Selanjutnya Pasal 171 ayat (2) UU No. 36/2009 tentang Kesehatan, menjelaskan dalam rangka peningkatan pelayanan bidang kesehatan, pemerintah daerah secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran urusan kesehatan minimal 10% dari total belanja APBD diluar gaji dan tunjangan.

Bidang pekerjaan umum merupakan satuan kerja pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi dalam membangun dan menyediakan

3 Bidang pendidikan merupakan satuan kerja pemerintah daerah

bidang pendidikan dalam penelitian ini diambil dinas pendidikan

4 Bidang kesehatan merupakan satuan kerja pemerintah daerah

bidang bidang kesehatan dalam penelitian ini dinas kesehatan

5 Bidang pekerjaan umum merupakan satuan kerja pemerintah

daerah bidang pekerjaan umum dalam penelitian ini adalah dinas pengairan, cipta karya, dan bina marga.

sarana infrastruktur dan fasilitas publik. Pembangunan dan penyediaan sarana infrastruktur sosial dan fisik seperti jembatan, jalan, akses listrik, air bersih, sanitasi dan bangunan publik lainnya sangat penting dilakukan dan merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan publik (Wahyudi, 2011). Tabel 1.1 berikut menjelaskan alokasi anggaran belanja Pemerintah Daerah kabupaten/kota di Aceh untuk bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum.

Tabel 1

Jumlah Alokasi Belanja untuk Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum pada Setiap Kabupaten/Kota di Aceh

Tahun Anggaran 2011 s/d 2013

Dalam Jutaan

Sumber: DJPK, 2013

Data Tabel 1.1 menjelaskan alokasi belanja bidang pendidikan, kesehatan dan pekerjaan umum dilihat dari total belanja 11 (sebelas) kabupaten kota di Aceh tahun 2011 sampai dengan 2013. Alokasi belanja keseluruhan untuk bidang pendidikan cukup tinggi, yakni rata-rata mencapai 33,62%. Belanja bidang kesehatan kabupaten/kota di Aceh mencapai rata-rata 10,58%. Sementara belanja bidang

No Kabupaten/ Kota

Pendidikan Kesehatan PU Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Kab. Aceh Barat 728,028.5 42 210,912.7 12.2 158,934.9 9.2 2 Kab. Aceh Besar 960,957.6 40.9 250,599.9 10.7 209,299.9 8.9 3 Kab. Aceh Selatan 705,662.8 36.7 188,224.1 9.8 177,038.6 9.2 4 Kab. Aceh Utara 1,269,594.7 35 389,184.3 10.7 525,966.9 14.5 5 Kab. Bireuen 1,143,698.1 44.3 370,972.3 14.4 249,065.5 9.7 6 Kab. Simeulue 380,772.9 30.5 126,819.5 10.2 146,137.7 11.7 7 Kota Banda Aceh 995,264.9 41.4 226,752.0 9.4 184,183.5 7.7 8 Kota Langsa 464,694.5 31.4 241,657.2 16.4 81,476.7 5.5 9 Kota Lhokseumawe 546,705.7 31.1 119,119.9 6.8 151,334.5 8.6 10 Kab. Gayo Lues 330,808.6 22.3 119,221.1 8.02 237,372.8 16 11 Kab. Pidie Jaya 434,308.9 32.7 139,468.9 10.5 206,340.4 15.5

(3)

3 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015 pekerjaan umum, yaitu belanja yang dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur dan fasilitas umum lainnya mencapai rata-rata 11,06%. Belanja pada Tabel 1.1 diatas merupakan belanja secara umum, termasuk di dalamnya belanja pegawai, belanja operasi, dan belanja modal. Alokasi belanja modal dan komponen belanja daerah lainnya memungkinkan mengalami perubahan dan penyesuaian akibat adanya kenaikan atau penurunan pendapatan dan penerimaan kas.

Selanjutnya hasil kajian DJPK (2013) terkait belanja modal, ada beberapa temuan dalam penganggaran dan pelaksanaan belanja modal di daerah. Pertama, ditemukan realisasi pendapatan daerah lebih besar dari belanja daerah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pelampauan pencapaian PAD6 dan terlambatnya informasi dana transfer dari pusat ke daerah.

Pelampauan pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam APBD akibat kecenderungan daerah dalam menetapkan target PAD pada perencanaan awal anggaran sangat rendah (budget minimizer) sehingga pada akhir tahun anggaran penerimaan PAD bisa tercapai bahkan melebihi target perencanaan awal. Praktik ini disebut juga dengan moral hazard yang dilakukan agency (eksekutif atau SKPD) dalam penyusunan anggaran (Abdullah, 2013b). Dana transfer dari pusat terutama Dana Bagi Hasil (DBH)7 baru dapat terinformasikan setelah tahun anggaran berjalan, sekitar januari sampai dengan maret (DJPK, 2013). Akibat

6 PAD adalah pendapatan dari potensi daerah sendiri

7 DBH merupakan bagian dana transfer yang diterima daerah dari

pusat berdasarkan perundang-undangan

dari keterlambatan informasi ini, daerah cenderung menganggarkan sangat pesimis (under estimate) terhadap pendapatan dana transfer yang belum terinfokan tersebut. Sementara daerah sangat tergantung dengan informasi dana transfer dari pusat, mengingat struktur pendapatan APBD didominasi oleh dana transfer dari pusat.

Daerah memiliki kecenderungan untuk melakukan perubahan APBD setelah besaran SiLPA dalam APBD diketahui dari hasil pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan tahun sebelumnya. Angka SiLPA yang terdapat dalam APBD murni masih bersifat taksiran, sedangkan angka SiLPA yang sebenarnya diperoleh setalah tahun anggaran berjalan atau angka dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tahun sebelumnya hasil pemeriksaan BPK.

Selisih antara SiLPA dalam APBD tahun berjalan dengan LRA tahun sebelumnya merupakan angka yang menjadi salah satu pertimbangan untuk perubahan anggaran dalam tahun berjalan. Dalam konsep anggaran berimbang (Penerimaan sama dengan pengeluaran atau SiLPA bernilai nol), maka perubahan SiLPA akan menyebabkan perubahan alokasi belanja (Abdullah, 2013. b).

Perubahan anggaran belanja, terutama belanja modal (capital expenditure) dipandang penting karena berkaitan dengan keberlanjutan pembangunan dan penyediaan fasilitas publik (Forrester, 1993 dalam Abdullah & Rona, 2015). Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Pekerjaan Umum, merupakan sektor yang

(4)

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 4 bersinggungan langsung dengan pembangunan

dan penyediaan fasilitas publik dan yang paling besar menyerap belanja daerah.

Beberapa studi menunjukan pentingnya perubahan anggaran diprioritaskan kepada sektor pendidikan, kesehatan dan pekerjaan umum. Wahyudi (2011), Handayani (2009), dan Badrudin dan Khasanah (2011).

I. LANDASAN TEORI

Undang-Undang No. 17/2003 menyatakan bahwa APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah dalam bentuk peraturan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD didalamnya menggambarkan jumlah pendapatan, belanja, surplus/defisit, pembiayaan daerah. Dengan adanya APBD, pemerintah memiliki gambaran mengenai pendapatan dan sumber pendapatan yang akan diperoleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran.

APBD juga sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam membelanjakan uang publik. Namun dalam penerapannya APBD perlu dilakukan perubahan-perubahan dalam tahun anggaran berjalan sebagai upaya pemerintah untuk menyesuaikan rencana anggaran dengan perkembangan dan situasi yang terjadi sehingga tujuan dan sasaran dapat tercapai. Anessi-Pessina et al. (2012), “rebudgeting merupakan proses revisi yangdilakukan pemerintah dalam memperbaharui anggarannya selama tahun fiskal”.

Pasal 154 Permendagri No. 13/2006 disebutkan ada 5 (lima) kondisi yang dapat mengakibat Perubahan APBD, yaitu sebagai berikut:

a. Terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan Kebijakan Umum Aggaran (KUA)8.

b. Terjadinya keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi.

c. Keadaan yang menyebabkan SiLPA tahun sebelumnya harus digunakan.

d. Perubahan APBD disebabkan Keadaan darurat.

e. Perubahan APBD disebabkan Keadaan luar biasa, disebabkan karena adanya kenaikan atau penurunan Pendapatan dan Belanja dalam APBD yang melibihi estimasi sebesar 50% (lima puluh persen).

Secara garis besar proses penyusunan Perubahan APBD memiliki alur yang sama dengan penyusunan APBD, yakni dimulai dari SKPD, KUA-PPAS9 Perubahan, RAPBD-P, dan APBD-P. Kepala daerah merumuskan rancangan Kebijakan Umum Perubahan APBD serta PPAS10 Perubahan APBD, kemudian disampaikan kepada DPRD

8KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 tahun.

9RAPBD-P adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) sebelum disepakati dengan DPRD

10PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) sebelum disepakati dengan DPRD

(5)

5 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015 lambatnya minggu pertama bulan Agustus tahun anggaran berjalan, untuk dibahas dan disepakati bersama. Kebijakan umum perubahan APBD serta PPA-Perubahan APBD yang sudah disepakati dituangkan dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD, selambatnya minggu kedua bulan Agustus tahun anggaran berjalan (pasal 155 ayat 5 Permendagri No. 13/ 2006).

Berdasarkan nota kesepakatan tersebut di atas disusun RKA dan DPA-Perubahan SKPD sebagai dasar penyusunan rancangan perda11 tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan kepala daerah12 tentang penjabaran perubahan APBD oleh PPKD13. Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD (beserta Nota Keuangan APBD) kepada DPRD untuk dibahas dan disetujui bersama paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun anggaran berjalan berakhir.

II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengaruh Sisa Anggaran Terhadap Belanja Modal pada Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum

Sisa anggaran14 atau SiLPA merupakan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya yang diterima dan digunakan pada

11 Perda merupakan peraturan daerah yang disepakati dan

ditetapkan bersama oleh DPRD dan Kepala Daerah

12 Peraturan kepala daerah merupakan peruturan yang dibuat dan

ditetapkan oleh kepala daerah

13 PPKD adalah pejabat pengelola keuangan daerah atau kepala

dinas keuangan daerah

14 Sisa anggaran atau dalam komponen APBD disebut juga SiLPA

tahun berjalan. SiLPA tahun berjalan merupakan SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan) tahun sebelumnya. Perubahan terhadap anggaran penerimaan pembiayaan terjadi karena adanya perbedaan antara estimasi SiLPA pada saat penyusunan APBD dengan SiLPA hasil audit BPK (Abdullah & Rona, 2015).

Sisa anggaran yang terjadi pada akhir periode dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan maupun belanja untuk tahun anggaran berikutnya (Mahmudi, 2010). Selanjutnya penggunaan SiLPA untuk tahun anggaran berikutnya dalam bentuk mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung, yaitu belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal (Kadi, 2010).

Hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan data perubahan anggaran, dilakukan Abdullah dan Rona (2015), menunjukan perubahan sisa anggaran berpengaruh positif terhadap perubahan belanja modal. Selanjutnya Abdullah & Halim (2006), Kusnandar & Siswantoro (2012), Aprizay (2014), dan Danayanti (2014) juga menemukan bahwa SiLPA berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Dari penjelasan teori-teori dan penelitian sebelumnya menunjukan SiLPA merupakan salah satu sumber pendanaan belanja modal.

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut:

H1: Perubahan sisa anggaran berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja modal bidang pendidikan, kesehatan dan

(6)

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 6 pekerjaan umum pada Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota di Aceh. B. Pengaruh Perubahan Anggaran PAD

terhadap Perubahan Anggaran Belanja Modal Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari potensi pajak daerah dan retribusi daerah. Target penerimaan PAD dalam APBD merupakan angka taksiran, yang merupakan perkiraan terhadap potensi penerimaan PAD tahun anggaran berjalan. Perubahan perkiraan penerimaan PAD dapat terjadi akibat adanya perubahan kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah (Abdullah & Rona, 2015).

Abdullah dan Nazry (2014) menjelaskan, dalam teori keagenan seorang bawahan yang terlibat dalam penentuan target pendapatan yang harus dicapai, memiliki kecenderungan untuk menganggarkan lebih rendah dari kemampuan maksimalnya, namun dengan menggunakan fasilitas yang maksimal. Dengan menganggarkan target yang lebih rendah diharapkan akan mudah dicapai dan dapat bekerja lebih santai.

Secara konseptual, perubahan pendapatan berpengaruh terhadap belanja atau pengeluaran, namun tidak selalu seluruh tambahan pendapatan tersebut akan dialokasikan dalam belanja. Secara empiris juga ditemukan adanya flypaper effect dalam hubungan pendapatan dengan belanja. (Moisio, 2002 dalam Abdullah dan Halim, 2006) yang menyatakan bahwa orang akan lebih hemat

dalam membelanjakan pendapatan yang merupakan hasil dari effort-nya sendiri dibanding pendapatan yang diberikan pihak lain (seperti grants atau transfer).

Abdullah & Halim (2004) menemukan bahwa sumber pendapatan daerah berupa pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh terhadap belanja daerah secara keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya sebesar 10% dari total pendapatan daerah, kontribusinya terhadap pengalokasian anggaran cukup besar, terutama bila dikaitkan dengan kepentingan politis (Abdullah, 2004 dalam Abdullah & Asmara, 2006).

Hasil penelitian sebelumnya oleh Abdullah & Rona (2015) menunjukan pengaruh yang negatif, atau memberi makna bahwa PAD bukan merupakan sumber pendanaan untuk membiayai belanja modal. Meskipun perubahan PAD terlihat cukup besar, namun penggunaannya tidak diperuntukan untuk membiayai perubahan belanja modal, Perubahan PAD kemungkinan berpengaruh terhadap jenis belanja lain, yakni belanja pegawai, dan belanja barang dan jasa.

Dari teori-teori dan penelitian sebelumnya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendanaan untuk belanja modal termasuk belanja modal bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum dalam perubahan anggaran daerah.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka hipotesis kedua dapat dinyatakan seperti berikut:

(7)

7 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015 H2: Perubahan anggaran pendapatan

asli daerah berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja modal daerah bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum. C. Pengaruh Perubahan Penerimaan

Anggaran Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap Perubahan Anggaran Belanja Modal bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum

Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari dana transfer. Setiap tahun anggaran pemerintah daerah15 menerima pembagian dana transfer dari pusat yang disalurkan oleh pemerintah pusat secara bertahap. Penerimaan DBH sering berubah dari asumsi awal APBD Murni. Adanya perbedaan dengan asumsi awal ini dikarenakan informasi penerimaan daerah dari pendapatan DBH sering diperoleh setelah APBD disahkan, atau awal tahun anggaran berjalan. Sehingga perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian pendapatan dan belanja daerah pada saat dilakukan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (DJPK, 2014).

Wandira (2013) dan Abdullah & Rona (2015) menemukan adanya indikasi yang kuat bahwa perilaku belanja modal akan sangat dipengaruhi dari sumber penerimaan DBH. Hal ini menjelaskan bahwa perubahan atas target penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat diperhitungkan oleh pemerintah daerah sebagai sumber dana untuk belanja daerah terutama

15 Pemerintah daerah disebut juga Pemda merupakan

pemerintahan tingkat II dibawah pemerintah propinsi

untuk alokasi belanja modal dalam perubahan APBD.

Dari teori-teori dan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan DBH merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang memilliki peran yang cukup besar terhadap belanja daerah. Berdasarkan pembahasan di atas, hipotesis ketiga dapat dinyatakan seperti berikut:

H3: Perubahan anggaran dana bagi hasil berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja modal daerah bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum.

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota yang ada di aceh yang berjumlah 18 (delapan belas) kabupaten dan 5 (lima) kota. Pengamatan dilakukan terhadap ketersedian dokumen perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD-P) pada Dinas Keuangan Aceh (DKA), dengan tahun pengamatan yang diambil adalah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013.

B. Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependent variabel) adalah Belanja Modal pada Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum. Variabel bebas (independent variable) adalah Sisa Anggaran, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

(8)

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 8 Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah semua pengeluaran daerah yang berupa belanja modal pada Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum. Variabel ini diukur menggunakan angka selisih antara anggaran belanja modal dalam APBD murni (awal) dengan anggaran belanja modal dalam APBD setelah perubahan, yang diambil dari Perda tentang APBD Perubahan (Abdullah & Rona, 2015).

Sisa anggaran merupakan SiLPA, diukur menggunakan angka SiLPA yang tercantum dalam APBD-P setelah dikurangi dengan SiLPA dalam APBD Murni tahun anggaran berjalan. PAD diukur dengan angka selisih antara target PAD dalam APBD Murni dengan target PAD dalam APBD Perubahan (Abdullah & Rona, 2015).

Dana Bagi Hasil atau DBH merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH diukur

mengunakan selisih angka yang tercantum dalam APBD-P dengan angka yang tercantum dalam APBD-Murni.

C. Metode Analisis

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, dengan persamaan regresi adalah sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + € dengan:

Y = Perubahan Belanja Modal (Bidang Pendidikan, Kesehatan, PU);

a = Konstanta; b1 b2 b3 = koefisien regresi;

X1 = Perubahan Sisa Anggaran; X2 = Perubahan PAD;

X3 = Perubahan DBH; dan € = error term.

Model regresi ini digunakan tiga kali, yakni masing-masing untuk bidang pendidikan, kesehatan, dan PU. Ketiganya merupakan pengujian yang independen atau terpisah satu sama lain.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan software SPSS, diperoleh persamaan regresi linier berganda dan angka-angka statistik pada masing-masing model bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum sebagai berikut sebagai berikut:

Table 3

Koefisien Regresi Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum Sumber: Data Skunder, 2015 (diolah)

Analisis regresi atas persamaan dan angka-angka tersebut dapat dijelaskan berdasarkan bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum sebagaimana berikut ini:

1. Bidang Pendidikan

Pengaruh perubahan sisa anggaran (X1), perubahan PAD (X2), dan perubahan DBH (X3) secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri terhadap perubahan Belanja Model Konstanta Variabel Independen Sisa Anggaran PAD DBH R 2 /Adj.R2 BM Pendidikan 117.754.061,05 0,036 0,053 0,106 0,303/0,270 BM Kesehatan 251.851.190,62 -0,027 0,003 0,014 0,476/0,452 BM PU 15.867.838.380,05 0,039 -0,479 0,252 0,094/0,053

(9)

9 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015 Modal (Y) bidang pendidikan pejelasannya adalah sebagai berikut:

a. Dari hasil pengujian statistik diperoleh hasil bahwa semua koefisien regresi (b) tidak sama dengan nol (b1, b2, b3 ≠ 0) atau hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

b. Besaran pengaruh variabel perubahan sisa anggaran, perubahan PAD, dan perubahan DBH terhadap perubahan Belanja Modal bidang pendidikan hanya dapat dijelaskan sebesar 30,3% dapat dilihat dari nilai R2 sebesar 0,303. Sedangkan 60,7% dijelaskan oleh varibel-variabel lain diluar varibel dalam penelitian ini.

c. Hasil pengujian diperoleh b1 = 0,036 atau Ha ≠ 0. Artinya secara parsial variabel perubahan sisa anggaran (X1) berpengaruh terhadap variabel perubahan Belanja Modal bidang pendidikan (Y), dimana kenaikan 1% sisa anggaran (SiLPA) akan menaikkan persentase perubahan Belanja Modal bidang Pendidikan sebesar 3,6%.

d. Hasil pengujian diperoleh b2 = 0,053 atau Ha ≠ 0. Artinya secara parsial variabel perubahan sisa anggaran (X2) berpengaruh terhadap variabel perubahan Belanja Modal bidang pendidikan (Y), dimana setiap kenaikan 1% perubahan PAD akan menaikkan persentase perubahan Belanja Modal Bidang Pendidikan sebesar 5,3%. e. Hasil pengujian diperoleh b3 = 0,106 atau

Ha ≠ 0. Artinya secara parsial variabel perubahan sisa anggaran (X3) berpengaruh terhadap variabel perubahan Belanja Modal

bidang pendidikan (Y), dimana setiap kenaikan 1% perubahan DBH akan menaikkan persentase perubahan Belanja Modal Bidang Pendidikan sebesar 10,6%. 2. Bidang Kesehatan

Pengaruh perubahan sisa anggaran (X1), perubahan PAD (X2), dan perubahan DBH (X3) secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri terhadap perubahan Belanja Modal (Y) bidang kesehatan pejelasannya adalah sebagai berikut:

a. Hasil pengujian statistik diperoleh hasil koefisien regresi (b) tidak sama dengan nol (b1, b2, b3 ≠ 0) atau menolak hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). b. Hasil pengujian koefisien korelasi dan

determinasi menunjukkan nilai R sebesar 0,690 dan R2 sebesar 0,476 sedangkan nilai Adj R2 sebesar 0,452. Hasil nilai R Square (R2) menjelaskan bahwa hanya 47,6% variabel-variabel independen yaitu Sisa anggaran, PAD dan DBH dapat menjelaskan model, sisa 53,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.

c. Hasil pengujian diperoleh b1 = -0,028 atau Ha ≠ 0. Artinya secara parsial variabel sisa anggaran (X1) berpengaruh terhadap variabel Belanja Modal bidang Kesehatan (Y), dimana setiap kenaikan 1% sisa anggaran (SiLPA) akan mengurangkan persentase Belanja Modal Bidang Kesehatan sebesar 2,8%.

d. Hasil pengujian diperoleh b2 = 0,003 atau Ha ≠ 0. Artinya secara parsial variabel PAD

(10)

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 10 (X2) berpengaruh terhadap variabel Belanja

Modal bidang Kesehatan (Y), dimana setiap kenaikan 1% PAD akan menaikkan persentase Belanja Modal Bidang Kesehatan sebesar 0,3%.

e. Hasil pengujian diperoleh b3 = 0,014 atau Ha ≠ 0. Artinya secara parsial variabel perubahan DBH (X3) berpengaruh terhadap variabel Belanja Modal bidang keseahatan (Y), dimana setiap kenaikan 1% DBH akan menaikkan persentase Belanja Modal Bidang Kesehatan sebesar 1,4%.

3. Bidang Pekerjaan Umum

Pengaruh perubahan sisa anggaran (X1), perubahan PAD (X2), dan perubahan DBH (X3) secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri terhadap perubahan Belanja Modal (Y) bidang pekerjaan Umum (PU) pejelasannya adalah sebagai berikut:

a. Hasil pengujian statistik diperoleh semua koefisien regresi (b) tidak sama dengan nol (b1, b2, b3 ≠ 0) atau menolak hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). b. Hasil dari nilai R2 sebesar 0,094

menjelaskan bahwa hanya 9,4% variabel-variabel independen dapat menjelaskan model, sisa 90,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.

c. Hasil pengujian diperoleh b1 = 0,039 atau Ha ≠ 0. Artinya secara parsial variabel sisa anggaran (X1) berpengaruh terhadap variabel Belanja Modal bidang PU (Y), dimana setiap kenaikan 1% sisa anggaran

(SiLPA) akan menaikan persentase Belanja Modal bidang PU sebesar 3,9%.

d. Hasil pengujian diperoleh b2 = -0,479 atau Ha ≠ 0. Hasil penelitian menunjukan e. secara parsial variabel PAD (X2)

berpengaruh terhadap variabel Belanja Modal bidang PU (Y), dimana setiap kenaikan 1% PAD akan mengurangkan persentase Belanja Modal Bidang PU sebesar 47,9%.

f. Hasil pengujian diperoleh b3 = 0,252 atau Ha ≠ 0. Artinya secara parsial variabel DBH (X3) berpengaruh terhadap variabel Belanja Modal bidang PU (Y). Artinya setiap kenaikan 1% DBH akan menaikkan persentase Belanja Modal Bidang PU sebesar 25,2%.

B. Pembahasan

Pembahasan dilakukan berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan pada masing-masing model, yaitu dengan menjelaskan dan membandingkan pengaruh dan hubungan varibel independen dengan variebel dependen berdasarkan koefisien model pada bidang pendidikan, bidang kesehatan, dan bidang PU. Hasil perbandingan koefisien model dari masing-masing bidang tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 3

Perbandingan Variabel Independen

terhadap Koefisien Model

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PU

(11)

11 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015 Sumber: Data Skunder, 2015 (diolah)

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data, maka temuan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Secara bersama-sama variabel Perubahan Sisa Anggaran (SiLPA), Perubahan PAD, dan Perubahan DBH terhadap Perubahan Belanja Modal bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum. Hal ini menunjukan adanya penambahan PAD, penambahan DBH dan kenaikan anggaran sisa anggaran (SiLPA) dari asumsi dasar mempengaruhi perubahan Belanja Modal bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum. Dalam Permendagri No. 13/2006 ditegaskan bahwa penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dana dalam jumlah yang cukup. Temuan ini juga memperlihatkan model regresi linier yang digunakan dapat memprediksi perilaku perubahan anggaran sampai dengan level satuan kerja bidang pendidikan, kesehatan dan pekerjaan umum. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian empiris yang dilakukan oleh Aprizay (2003), Wandira (2013), Abdullah & Rona (2015) dan Widodo, Waridin & Maria K (2011).

b. Koefiseien model regresi linier pada bidang PU dan bidang Pendidikan dapat menjelaskan dengan baik pengaruh perubahan sisa anggaran terhadap perubahan belanja modal. Sementara model berpengaruh negatif pada bidang kesehatan. Artinya kenaikan sisa anggaran akan menambah belanja modal pada bidang PU dan bidang pendidikan, sedangkan untuk belanja modal pada bidang kesehatan berpengaruh negatif atau penambahan sisa anggaran akan menyebabkan alokasi belanja modal pada bidang kesehatan menurun.

c. Koefiseien model regresi linier dapat menjelaskan dengan baik pengaruh perubahan anggaran PAD terhadap perubahan anggaran belanja modal bidang pendidikan dan kesehatan pada pada kabupaten/kota di Aceh, sementara model berpengaruh negatif terhadap perubahan anggaran belanja modal bidang PU. Hal ini menjelaskan bahwa penambahan penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah telah digunakan dengan baik untuk alokasi belanja modal. Pasal 151 PP No. 58/2005 menyatakan bahwa Pemda dapat menetapkan persentase peruntukan alokasi belanja yang bersumber dari PAD. PP N0. 58/2005 memberikan kebebasan kepada pemda untuk mempergunakan dana yang bersumber dari PAD secara bebas. Selanjutnya UU No. 11/2006 menyatakan pemerintah kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi Variabel Independen Koefisien Model Catatan BM Pendidikan BM Kesehatan BM PU Sisa Anggaran/

SiLPA 0,036 -0,027 0,039 BMPU terbesar

PAD 0,053 0,003 -0,479 BMPdd terbesar DBH 0,106 0,014 0,252 BMPU terbesar R2 0,303 0,476 0,094 BMKes terbesar Adj. R2 0,270 0,452 0,053 BMKes terbesar

(12)

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 12 setiap penduduk aceh. Sebagai bentuk

pelayanan kesehatan kepada masyarakat pemerintah daerah kabupaten/kota dia Aceh berkewajiban mengalokasikan PAD dalam bentuk alokasi belanja modal pada bidang kesehatan.

d. Koefiseien model regresi linier pada bidang PU dan kesehatan dapat menjelaskan pengaruh perubahan DBH terhadap perubahan belanja modal. Sementara pengaruh sisa anggaran pada bidang kesehatan berpengaruh negatif dengan koefisien model -0,479. Artinya peningkatan penerimaan DBH dapat meningkatkan alokasi belanja modal pada bidang PU, sedangkan pada bidang kesehatan perubahan penerimaan DBH akan mengurangi alokasi belanja modal pada saat perubahan anggaran.

C. KESIMPULAN, SARAN DAN

REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Perubahan belanja modal bidang pendidikan baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri dipengaruhi oleh perubahan sisa anggaran, perubahan PAD, dan perubahan DBH, dimana perubahan DBH merupakan variabel utama dalam penelitian yang sangat berpengaruh terhadap perubahan belanja modal pada bidang pendidikan.

2. Perubahan belanja modal bidang kesehatan secara bersama-sama dapat dipengaruhi oleh perubahan sisa anggaran, perubahan PAD, dan perubahan DBH, namun secara sendiri-sendiri perubahan DBH merupakan variabel utama dalam penelitian yang sangat berpengaruh terhadap perubahan belanja modal pada bidang kesehatan sedangkan perubahan sisa anggaran tidak berpengaruh atau berpengaruh negatif terhadap belanja modal bidang kesehatan. 3. Perubahan belanja modal bidang PU secara

bersama-sama dapat dipengaruhi oleh perubahan sisa anggaran, perubahan PAD, dan perubahan DBH. Secara sendiri-sendiri perubahan DBH merupakan variabel utama dalam penelitian yang sangat berpengaruh terhadap perubahan belanja modal pada bidang PU, sedangkan perubahan PAD tidak berpengaruh atau berpengaruh negatif terhadap perubahan belanja modal pada bidang pendidikan. Kelemahan dan keterbatasan dalam penelitian ini yaitu, masih terdapat kekurangan pada data penelitian (dokumen perubahan anggaran), yaitu tahun 2011 sebanyak 2 (dua) kabupaten/kota dan tahun 2012 sebanyak 1 (satu) kabupaten kota, sehingga untuk ketiga kabupaten kota tersebut dianggap tidak terjadi perubahan APBD.

Rekomendasi yang dapat diberikan untuk studi selanjutnya adalah, pertama, untuk dapat melengkapkan dan menambah variabel penelitian, baik berupa komponen dalam APBD

(13)

13 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015 seperti DAU setelah dikurangi gaji dan tunjangan pegawai, dan DAK maupun variabel diluar komponen APBD. Kedua, Untuk pemerintah daerah diharapkan dapat lebih memprioritaskan anggaran belanja daerah kepada belanja publik terutama dalam membiayai program dan kegiatan pelayanan dasar pada bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum. Ketiga, pemerintah daerah kedepannya lebih optimis dalam menetapkan target PAD dan menjadikan PAD sebagai salah satu sumber pendanaan utama untuk belanja publik.

D. REFERENSI

Abdullah, Syukriy 2013a. Belanja Modal dan Perubahan APBD. (online). (http:syukriy.wordpress.com/2013/11/01/b elanja-modal-dan-perubahan-apbd). Diakses 20 Maret 2015. ………....2013b. Perubahan APBD. (online). (https://syukriy.wordpress.com/2013/04/22 /perubahan-apbd/). Diakses 17 Mei 2015. ………& Abdul Halim. 2006.

Studi Atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintah Daerah dalam Hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dan Sumber Pendapatan. Jurnal Akuntansi Pemerintah. Vol. 2: 17-32.

………....& Jhon Andra Asmara 2006. Prilaku Oportunistik Legeslatif Dalam Penganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik. Simposium Nasional Akuntansi (SNA). Padang.

………& Riza Rona. 2015. Pengaruh Sisa Anggaran, Pendapatan Sendiri, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal. Paper dipresentasikan dalam Konferensi Regional Akuntansi (KRA) II. Malang: Universitas Kanjuruhan.

………& Ramadhaniatun Nazry. 2014. Analisis Varian Anggaran Pemerintah Daerah: Penjelasan Empiris dari Prespektif Keagenan. Makalah diresentasikan pada Konferensi Ikatan Akuntansi (KIA) ke I di Universitas Mercu Buana, Jakarta: 27–28 Februari.

Anessi-Pessina, Eugenio. Mariafrancesca Sicilia & Ileana Steccolini. 2012. Budgeting and Rebudgeting in Local Government. Public Administration Review.Vol 72. Iss.6 PP. 875-884.

Aprizay, Yudi Satrya. Darwanis & Muhammad Arfan. 2014. I Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Jurnal Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala. Vol 3. No. 1: 140-149Arifah, Dista Amalia. 2012. Praktek

Badrudin, Hadi & Mufidhatul Khasanah. 2011. Pengaruh Pendapatan dan Belanja Daerah Terhadap Pembangunan Manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan Ekonomi Pembangunan. Vol 9. No.1: 23-30.

Danayanti, Mauli. 2014. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dan Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) terhadap Realisasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Forrester, Jhon P. & Daniel R. Mullins. 1992. Rebudgeting: The Serial Nature of Municipal Budgetary Processes. Public Administration Review.Vol 52. No.5: 467-473.

Handayani, Kristina. 2009. Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah Bidang Pendidikan pada Kabupaten/Kota di Sulawesi. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Kadi. 2010. Teknik Pemanfaatan SiLPA.

(online).

(14)

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 14 eknik-pemanfatan-silpa/). Diakses 7 Mei

2015.

Kementerian Keuangan, RI. 2013. Laporan Evaluasi Belanja Modal Daerah.(Online). (http://www.djpk.depkeu.go.id/attachments /article/363/evaluasi%20belanja%20modal %20koreksi%20akhir2%20kecil.pdf). Diakses 12 April 2015.

……….. 2013. Deskripsi dan Analisis APBD 2013.

Kusnandar & Dodik Siswantoro. 2014. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah terhadap Belanja Modal. Jurnal Universitas Indonesia.

Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. ………..., Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

………...,, Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

... Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan. ... Undang-Undang

Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

………...., Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

………...., Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

………...., Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.

………..., Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. ………...., Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 91/PMK: 6/2007 tahun 2007 tentang Bagan Akun Standar.

Wahyudi. 2011. Pengaruh Alokasi Belanja Daerah Untuk Urusan Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum terhadap Penanggulangan Kemiskinan. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Wandira, Arbie Gugus. 2013. Pengaruh PAD, DAU, DAK Dan DBH terhadap Pengalokasian Belanja Modal. Accounting Analysis Journal. Vol. 2. No. 1: 44-51. Widodo, Waridin, & Johana Maria K. 2011.

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan terhadap Pengentasan Kemiskinan melalui Peningkatan Pembangunan Manusia di Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan. V0l. 1. No. 1: 25-42.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan hal tersebut, Holifatuz (2014:29) menyatakan bahwa keterbacaan buku teks dapat mempengaruhi pemahaman siswa, karena keterbacaan yang sesuai dengan tingkat

Dengan menggunakan persamaan tersebut maka dapat diketahui nilai P trans yaitu sebesar 25.972 psia, karena tekanan yang diamati lebih besar daripada Ptrans maka tipe

Pada penelitian ini, ketiga kondisi tersebut seluruhnya terpenuhi, sehingga membuktikan bahwa variabel stress kerja memiliki peran mediasi pada pengaruh konflik

Langkah berikutnya, merumuskan kebijakan yang meliputi strategi pembangunan dan pengamanan wilayah perbatasan serta perencanaan dan pelaksanaan pembangunan secara

Perusahaan harus meyakinkan konsumen dengan membuktikan bahwa meskipun harga yang dipatok murah, namun kualitas makanan yang diproduksi baik mulai dari bahan

1) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi penyelesaian kegiatan yang ditunda

¾ ASPEK YURIDIS : Tidak jelasnya batas daerah dalam lampiran undang- undang dan peta lampiran undang-undang yang tidak memenuhi syarat sebagai peta; ketidak sinkronan bunyi

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENGLOLAAN DANA KEGIATAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, SERTA WALIKOTA DAN WAKIL