• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya menumbuhkan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani umat lingkungan Santa Maria stasi Majenang paroki Santo Stefanus Cilacap melalui katekese umat - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Upaya menumbuhkan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani umat lingkungan Santa Maria stasi Majenang paroki Santo Stefanus Cilacap melalui katekese umat - USD Repository"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

LINGKUNGAN SANTA MARIA STASI MAJENANG PAROKI SANTO STEFANUS CILACAP

MELALUI KATEKESE UMAT SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh :Anastasia Atmi Kurnia NIM :041124036

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

Skripsi ini kupersembahkan kepada

keluarga-keluarga kristiani umat Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap

(5)

hatimu (Mzm 37:4)

(6)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 04 Februari 2009 Penulis,

Anastasia Atmi Kurnia

(7)

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Nama: Anastasia AtmiKurnia

NIM : 041124036

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

UPAYA MENUMBUHKAN HIDUP DOA DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI LINGKUNGAN SANTA MARIA STASI MAJENANG PAROKI SANTO STEFANUS CILACAP MELALUI KATEKESE UMAT

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam pentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetapmenycantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 4 februari 2009 Yang menyatakan

Anastasia Atmi Kurnia

(8)

KRISTIANI LINGKUNGAN SANTA MARIA STASI MAJENANG PAROKI SANTO STEFANUS CILACAP MELALUI KATEKESE UMAT dipilih berdasarkan pada fakta bahwa pelaksanaan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani umat Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap sangat memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga kristiani umat Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap belum melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Doa dalam keluarga dilaksanakan ketika bulan Novena atau bulan Rosario saja, dan dalam kehidupan sehari-hari keluarga-keluarga kristiani umat Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap tidak melaksanakan kehidupan doa. Pembinaan berangkat dari kenyataan ini, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu pembinaan keluarga-keluarga kristiani di Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap untuk menumbuhkan hidup doa dalam keluarga.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana mengupayakan agar keluarga-keluarga kristiani dapat melaksanakan hidup doa dalam keluarga-keluarga. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang otentik. Oleh karena itu penelitian kecil dengan memberikan kuisioner kepada umat dilaksanakan. Disamping itu studi pustaka juga dilakukkan untuk mendapatkan gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan dalam membantu membangun hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani di sana.

Hasil studi kepustakaan menunjukkan bahwa Shared Christian Praxis (SCP) merupakan suatu model katekese yang bersifat dialogis partisipatif. Katekese model ini bertujuan untuk membantu keluarga-keluarga kristiani dalam menumbuhkan hidup doa dalam keluarga. Katekese model ini juga mempunyai lima langkah pokok. Oleh karena itu keluarga-keluarga kristiani perlu kenal dan memahami katekese model ini. Untuk keperluan itu penulis menawarkan suatu program katekese model Shared Christian Praxis.

(9)

in Saint Marie Majenang area, Saint Steven Cilacap parish by Catechism People. The reason I Choose this type is the fact that ritual pray ini the Christianity familes people in Saint Marie Majenang area, Saint Steven Cilacap Parish is very concered the fact look that several the Christianity familes Saint Marie Majenang area Saint Steven Cilacap parish is not to do ritual prayerin their family. Praying in the family to do when Novena mounth or Rosary mounth, and the daily lift the Christianity familes people Saint Marie, Majenang area Saint Steven Cilacap Parish hadn’t been seen there are pray lift.

This script meant to be a metodological suggestion for Christianity familes Saint Marie Majenang area, Saint Steven Cilacap Parish for grow up ritual prayer in the families.

Here are some questions wich I try to answer in this script: How concered the Christianity familes could carry out ritual prayer in their families. In order to answer accurately these questions, I had collected information by giving questionnaire answer ror the people Saint Marie Majenang area. I also look library study searching for books paralel on the method. There are some common books for got idea. In this way, I hope that my idea will have an alternative method for grow up ritual prayer in christianity families there.

Out come a library study searching had seen that Shared Christian Praxis (SCP) is catechism method that partisipated dialoge. These catechism method meant help christian families in ritual prayer in families grow up. The cathecism method have five step. By the way the cristianity families could be introduce and to understood thise catechism method.

In this script I will show and explain an example of the process of catechism with this method, wich can be use as method.

(10)

Puji syukur kepada Allah karena kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul UPAYA MENUMBUHKAN HIDUP DOA DALAM

KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI UMAT LINGKUNGAN SANTA MARIA STASI MAJENANG PAROKI SANTO STEFANUS CILACAP MELALUI KATEKESE UMAT.

Skripsi ini dilatarbelakangi oleh situasi hidup doa keluarga-keluarga kristiani umat Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu keluarga-keluarga umat Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap dalam menumbuhkan hidup doa dalam keluarga. Penyusun ini menawarkan Katekese model Shared Christian Praxis (SCP) dan sumbangan pemikiran dan diharapkan agar keluarga-keluarga kristiani terbantu dalam upaya menumbuhkan hidup doa dalam keluarga. Selain itu, tersusunnya skripsi initidak lepas dari bantuan berbagai pihak, dengan setulus hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs.H.J Suhardiyanto, S.J., selaku dosen pembimbing utama yang dengan penuh kasih membimbing penulisan skripsi ini.

2. Yoseph Kristianto SFK. Sebagai dosen pendamping akademik sekaligus penguji ketiga yang membimbing dalam penulisan skripsi ini

3. Dra. J. Sri Murtini, M. Si. Selaku dosen penguji ketiga yang mengarahkan dan membimbing dengan sabar dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh dosen, staf dan karyawan IPPAK, yang telah banyak membantu penulis selama studi di IPPAK.

5. Bapak dan Ibu Yulius Sudarmono dan Theresia Subekti, kakak-kakak Stefanus Bangun Santosa dan Agustinus Wignyo Gunawan serta adik-adik Yustina Wahyu Kurnia dan Maria

(11)

6. Br Sidharta FIC dan Br. Valentinus Daru Setiaji FIC yang dengan stulus hati memberikan dukungan yang berupa materi serta moral sehingga penulis dapat termotivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Kekasihku Thomas Kelik Haryadi yang selalu memberikan semangat, sehingga penyusun termotivasi dalam penulisan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2004, yang telah memberikan semangat sehingga penulis termotivasi.

9. Rekan-rekan karyawan Rumah Retret Syalom bandungan-Ambarawa yang telah memberikan dukungan pada penulis sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebut, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 28Januari 2009 Penulis

Anastasia Atmi Kurnia

(12)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PENDAMPING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………. vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR SINGKATAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN………. 1

A.Latar Belakang Penulisan Skripsi………... 1

B.Rumusan Permasalahan………... 3

C.Tujuan Penulisan………... 4

D. Manfaat Penulisan………... 4

E. Metode Penulisan ………. 5

F.Sistematika Penulisan………... 5

BAB II MENUMBUHKAN HIDUP DOA DALAM KELUARGA KRISTIANI DAN KATEKESE UMAT…... 6

A. Doa……….... 6

1.Pengertian Doa... 6

2.Manfaat Doa ... 7

(13)

B. Keluarga Kristiani... 9

1.Pengertian Keluarga... . …. 9

2.Pengertian Keluarga Kristiani………... 9

3.Permasalahan dan Tantangan Keluarga Kristiani………... 10

4.Pendukung dan Pembinaan Iman dalam Keluarga………... 13

C. Katekese Umat………... 15

1.Gambaran Umum Tentang Katekese... … 15

2.Katekese Umat... 19

BAB III PELAKSANAAN HIDUP DOA DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI LINGKUNGAN SANTA MARIA STASI MAJENANG PAROKI SANTO STEFANUS CILACAP ... 42

A. Pengantar... .... 42

B. Laporan Hasil Penyebaran Kuisioner di Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap ... 43

1. Laporan Hasil Penyebaran Kuisioner Berrupa Tabel ... 43

2. Laporan Hasil Penyebaran Kuisioner berupa sharing 3. Pengalaman Hidup Doa Responden ... 51

C. Pembahasan... 53

1. Situasi umum keluarga Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap ... 53

2. Doa dalam keluarga di Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap... 56

3. Motivasi Untuk Berdoa... 59

(14)

Paroki Santo Stefanus Cilacap atas hidup doa dalam keluarga………… 60

5. Makna Doa dalam Keluarga... 61

6. Manfaat Doa... 62

7. Kesimpulan... 63

BAB IV KATEKESE UMAT UNTUK MENUMBUHKAN HIDUP DOA DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI LINGKUNGAN SANTA MARIA STASI MAJENANG PAROKI SANTO STEFANUS CILACAP... 65

A. Latar Belakang Pemilihan Program………... 65

B. Alasan Pemilihan Tema………... 66

C. Usulan Program Katekese………... 69

1. Contoh Persiapan Katekese I Dengan Model Shared Christian Praxis (SCP)……… 74

2. Contoh Persiapan Katekese II Dengan Model Shared Christian Praxis (SCP)………... 87

3. Contoh Persiapan Katekese III Dengan Model Shared Christian Praxis (SCP)………. ….. 97

BAB V PENUTUP... 107

A. Kesimpulan... 107

B. Saran... 108

DAFTAR PUSTAKA... ... ... 110

LAMPIRAN... ... (1)

(15)

AA Dokumen Konsili Vatikan II, Dekrit tentang Kerasulan Awam Art Artikel

CT Cetechesi Tradendae, anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II, tentang Katekese masa kini, tanggal 16 Oktober 1979.

IPPAK Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KB Keluarga Berencana

KHK Kitab Hukum Kanonik, (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, tanggal 25 Januari 1983.

KWI Konferensi Waligereja Indonesia LBI Lembaga Biblika Indonesia

PKKI Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

SCP Shared Christian Praxis

St Santo-Santa

USD Universitas Sanata Dharma S.J. Serikat Yesus

PR Projo

(16)

A. Latar Belakang

Hidup doa dalam keluarga dapat dilakukan secara sederhana. Doa sungguh memberi harapan, kekuatan dan bimbingan anggota keluarga tersebut. Hidup doa yang terbangun sejak dini akan berpengaruh besar bagi pertumbuhan dan perkembangan iman anak serta dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga, menciptakan kedekatan antar anggota keluarga. Kehangatan dalam keluarga akan tercipta berkat hidup doa yang tumbuh dalam keluarga.

Doa bukanlah semacam pelarian dari tugas sehari-hari, melainkan sumber kekuatan bagi keluarga Kristen, untuk seutuhnya memikul dan memenuhi segala tanggung jawabnya sebagai sel utama dan mendasar bagi masyarakat manusia. Begitulah partisipasi nyata keluarga Kristen dalam kehidupan serta misi Gereja berada dalam proporsi langsung dengan kesetiaan serta intensifnya doa. Ikatan persatuan keluarga dengan pokok anggur yang subur yakni Kristus Tuhan. (AA, art 4 )

(17)

kepada Allah, memohon sesuatu dan menyerahkan keluarga dengan penuh kepercayaan ke dalam tangan Bapa di surga.

Katekese Umat sebagai usaha menumbuhkan hidup doa dalam keluarga tidak hanya mau mengajarkan teknis dan manfaat dari doa dalam keluarga saja namun mengajak untuk sungguh merasakan dan mengalami serta mau melaksanakannya dalam keluarga. Pengalaman hidup berkeluarga para peserta merupakan unsur penting dalam katekese. Pengalaman dapat menyadarkan manusia akan keberadaannya, dapat membuat seseorang menemukan makna hidup dan menyapa seluruh pribadi serta dapat membuat seseorang berekspresi, berkomunikasi dengan yang lain serta berkreasi dalam hidupnya. Katekese mengolah pengalaman dengan cara jujur terhadap fakta, melihat dampak terhadap dirinya sendiri dan pengalaman yang dipahami sebagai tempat karya Allah yang menyelamatkan.

Shared Christian Praxis (SCP) dipilih sebagai model Katekese Umat

dalam menumbuhkan hidup doa pada keluarga-keluarga kristiani. Katekese model ini mengajak peserta mengingat kembali pengalaman hidupnya, mensharingkan pada kelompok dan mengolahnya menjadi pengalaman iman. Atas dasar pengalaman yang telah diolah tersebut, dapat dirumuskan niat-niat serta aktualisasi pada hidup peserta dalam keluarga.

(18)

Kurang adanya kesadaran hidup doa dalam keluarga yang sebenarnya mempengaruhi kesadaran panggilan hidup berkeluarga sangatlah memprihatinkan, padahal hidup doa yang dibangun dalam keluarga, akan bisa mengurangi kemungkinan tumbuhnya berbagai masalah dalam keluarga karena keluarga tersebut dikuatkan dan diteguhkan oleh doa-doa mereka.

Berdasarkan gambaran kehidupan doa keluarga-keluarga Kristiani lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap serta harapan di atas maka penulis memilih judul skripsi,” Upaya Menumbuhkan Hidup Doa dalam Keluarga-keluarga Kristiani Umat Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap Melalui Katekese Umat”.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap? 2. Bagaimana peranan Katekese Umat menumbuhkan hidup doa dalam

keluarga-keluarga kristiani Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap?

(19)

C. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan pelaksanaan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap. 2. Menjelaskan peranan Katekese Umat untuk menumbuhkan hidup doa dalam

keluarga-keluarga kristiani Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap.

3. Menerapkan program Katekese Umat untuk menumbuhkan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap.

4. Memenuhi salah satu Syarat kelulusan Sarjana Strata Satu (S1) Prodi IPPAK-USD, Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

1. Memberikan gambaran pelaksanaan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani Umat Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap di Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap.

2. Memberikan sumbangan pemikiran tentang peranan Katekese Umat untuk menumbuhkan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani Umat Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap.

(20)

E. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode yang menggambarkan dan menganalisa data-data yang diperoleh melalui studi pustaka dan penelitian di lapangan dan menindak lanjutinya.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini mengambil judul “Upaya Menumbuhkan Hidup Doa dalam Keluarga-keluarga Kristiani Umat Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap Melalui Katekese Umat”. Judul tersebut akan diuraikan dalam lima bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang meliputi : Latar Belakang penulisan, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Kajian Pustaka dan Sistematika penulisan.

Bab II Menumbuhkan hidup doa, bab ini menguraikan gagasan menumbuhkan hidup doa, secara lebih khusus menumbuhkan hidup doa dalam keluarga. Bab III Situasi umum keluarga Katolik di Lingkungan Santa Maria Stasi

Majenang, Paroki Santo Stefanus Cilacap. Bab ini menguraikan situasi hidup doa dalam keluarga-keluarga Katolik di mana penelitian dilakukan. Bab IV Usulan Katekese Umat sebagai salah satu cara menumbuhkan hidup doa

dalam keluarga di Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang, Paroki Santo Stefanus Cilacap.

(21)

BAB II

MENUMBUHKAN HIDUP DOA

DALAM KELUARGA KRISTIANI DAN KATEKESE UMAT

A. Doa

1. Pengertian Doa

Doa pada dasarnya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa. Doa adalah kata cinta seorang anak pada Bapanya, maka doa dapat timbul dari kesusahan hati yang bingung, tetapi juga dari kegembiraan jiwa yang menuju ke masa depan yang bahagia. Doa tidak membutuhkan banyak kata, tidak terikat pada waktu dan tempat tertentu, tidak menuntut sikap badan atau gerak-gerik yang khusus, meskipun dapat didukung olehnya (KWI, 1996: 194).

Doa itu pada hakekatnya perjumpaan dialogis antara Allah dengan manusia. Perjumpaan antara Allah dengan manusia yang merupakan dialogis tersebut memiliki makna yang mendalam. Dialogis atau perjumpaan dengan Allah tersebut menjadikan manusia semakin mengenal Allah bahkan semakin dekat dan mengimani Allah (Green Thomas1988:)

(22)

terhadap realitas hidup, mengandaikan sikap penuh prihatin menanti kedatangan Tuhan dan menyongsong Dia masuk kedalam hati. Dalam perjumpaan dengan Tuhan seorang beriman perlu menenangkan sehingga sabda tuhan benar-benar dapat didengarkan. Menyempatkan diri untuk berdoa berarti berusaha tekun mencari Tuhan, baik hati dalam keadaan kosong ataupun terisi.

Darminta (1982: 49) menguraikan bahwa doa sebagai ungkapan normal dari cinta manusia dalam hadirat Allah, tetapi tidak cukup untuk kehidupan rohani saja, namun yang lebih penting ialah melaksanakan dengan penuh cinta kehendak Allah. Mengenal, mencintai, dan melaksanakan kehendak Allah merupakan pokok hidup iman, harapan dan cinta. Dari segi hubungan antar pribadi kerinduan untuk bertemu dengan Allah dilihat sebagai kepenuhan dan kesempurnaan hidup yang merupakan pendorong untuk menyapa Allah. Doa merupakan gerak Allah menuju kepada manusia dan manusia menuju kepada Allah. Ada ritme pertemuan yang terdiri dari sapaan dan jawaban. Allah memberikan diri agar dilihat, ditemui dan dialami oleh manusia dan dalam doa manusia diajak untuk melihat Allah dalam kemuliaanNya.

2. Manfaat Doa

(23)

Doa sebagai penyembuh luka bathin. Melalui doa Allah beserta Roh Kudus hadir untuk menyembuhkan. Doa dapat menyembuhkan luka bathin karena doa dapat mempersatukan pribadi dengan Allah ( Grun Anselm 1985:45).

Bila orang tekun berpegang pada doa dan berusaha berdoa dengan tiada hentinya, maka ia akan menjadi sembuh sama sekali, lepas dari besar kecilnya kekuatan sendiri untuk melawan hawa nafsunya. Bagi peziarah Rusia itu doa dapat mengganti segala kerja mati raga ( Grun Anselm 1985:46).

3. Cara Berdoa

Berdoa yang merupakan berkomunikasi dengan Allah, diperlukan kesiapan ketika hendak berdoa. St. Ignatius menganjurkan, agar berdiri beberapa langkah dari tempat berdoa, hening sebagai waktu untuk mengenang kembali peristiwa ataupun pengalaman yang ada dan doa yang akan didoakan. Perlunya menyadari betapa agungnya karya ciptaan Allah serta syukur atas anugrah yang diberikan dalam hidup (Green Thomas 1988 : 87).

4. Aneka Bentuk Doa

(24)

Dosa merupakan sumber utama kemalangan bagi manusia. Doa permohonan pertama-tama mohon pengampunan dan memohon belas kasih dari Allah. Manusia sering ditimpa malapetaka yang membuat kehidupannya menjadi gelap. Karena berbagai malapetaka yang dihadapi oleh manusia, yang perlu dimohonkan yakni agar diberi kekuatan untuk berjuang dalam segala peristiwa yang dialami. Permohonan dan puji syukur merupakan dua bentuk doa dari satu kenyataan hidup. Doa dapat diucapkan secara pribadi ataupun bersama-sama, diucapkan dengan mulut ataupun direnungkan dalam hati (KWI 1996: 198).

B. Keluarga Kristiani 1. Pengertian Keluarga

Keluarga mempunyai banyak arti, salah satunya adalah sebuah komunitas hidup yang terdiri dari ibu, ayah dan saudara-saudara sekandung. Mereka hidup bersama-sama kesehariannya. Keluarga menjadi besar karena hadirnya sanak saudara yang lain. Rasa sebagai saudara tidak mungkin dibatasi pada mereka saja. Dalam keluarga besar rasa aman dapat diterima dari semua orang. Kepastian hidup dijamin di dalam keluarga ini (KWI, 1996: 127).

2. Pengertian Keluarga Kristiani

(25)

usaha yang terus menerus untuk kedamaian, kerjasama dan keselamatan keluarga (Budyapranata 1981: 20).

3. Permasalahan dan Tantangan Keluarga Kristiani a. Persoalan Keluarga Muda

Perkembangan keluarga menuju kepersatuan yang harmonis tidak selalu selancar seperti yang diperkirakan oleh para pasangan kaum muda. Kelompok persoalan yang kerap kali dialami dalam keluarga muda di antaranya kurangnya pengenalan tentang kehidupan emosionil pasangannya, pudarnya cinta pertama, kecemburuan terhadap pasangan, ketegangan dalam keluarga karena suami atau istri lebih dekat dengan keluarganya daripada dengan pasangannya, kedatangan bayi sebelum suami istri cukup saling menyesuaikan diri dalam lingkungan keluarga dan sebagainya (Widyarta 1974:2-4).

b. Persoalan Keluarga Kawin Campur

(26)

c. Persoalan Keluarga Terpisah

Perpisahan dalam sebuah keluarga yang karena adanya tugas-tugas atau perpindahan pekerjan dapat menimbulkan berbagai masalah dalam keluarga misalnya kurangnya perhatian terhadap pendidikan anak-anak, mulai pudarnya kesetiaan suami istri, kurangnya komunikasi dan sebagainya. Apapun alasannya suatu keluarga terpisah, yang terlalu lama ataupun yang telah menunjukkan ketidaklancaran komunikasi antara suami istri dan anak seharusnya diwaspadai (Widyarta 1974:7-8).

d. Persoalan Keluarga Bekerja

Meratanya pendidikan dan emansipasi wanita menyebabkan jumlah suami istri yang bekerja semakin meningkat. Namun muncullah persoalan-persoalan baru pada keluarga-keluarga yang orang tuanya sibuk bekerja, diantaranya terlantarnya pendidikan anak, berkurangnya perhatian terhadap keluarga dan sebagainya. Semakin banyaknya dibuka lapangan kerja bagi wanita dalam masyarakat, wajarlah bahwa banyak istri bekerja. Selain untuk menambah penghasilan keluarga namun ada juga yang karena dorongan atau motivasi pengembangan diri (Widyarta 1974: 9-10).

e. Persoalan keluarga pada umumnya 1) Komunikasi suami istri

(27)

suami dan sebagainya. Kesulitan-kesulitan tersebut menunjukkan bahwa kesatuan suami istri memang perlu dijaga terus-menerus. Kesatuan suami istri itu bukan sesuatu yang bisa dicapai tetapi sesuatu yang perlu diusahakan dan dilestarikan selama hidup (Widyarta 1974: 11-12).

2) Persoalan Pendidikan Anak dalam Keluarga

Salah satu syarat kebahagiaan terpenting dalam pendidikan keluarga adalah suasana aman, rasa aman itu justru sering kali tidak bisa ditemukan oleh anak dalam keluarga. Mereka tidak menemukan penampungan kesulitan mereka dalam keluarga, mereka kurang krasan di rumah dan sebagainya. Penanaman kesadaran tanggung jawab pribadi walaupun tidak diawasi, kesadaran tanggung jawab akan tugas belajar secara mendalam umumnya masih belum berhasil (Widyarta 1974: 12-13).

3) Persoalan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga

Di lingkungan keluarga para anggota sering tidak mudah mengungkapkan pengalaman batin atau rohaninya. Penghayatan serta pengalaman iman akan bertambah subur, bila komunikasi terpelihara, misalnya berupa “Sharing”, sementara merenungkan Kitab Suci, artinya: dalam renungan bersama setiap peserta mengemukakan apa yang ditemukannya, doa bersama.

(28)

4) Ekonomi Rumah Tangga

Salah satu urat nadi dari kehidupan rumah tangga yakni perekonomiannya. Justru dalam hal ini banyak kesulitan yang harus dialami oleh keluarga pada umumnya. Munculnya permasalahan tersebut diantaranya karena mereka kurang mampu mengatur ekonomi rumah tangga, keluarga yang dibebani kewajiban menanggung penghidupan sanak keluarga, keluarga bertempat tinggal dengan sanak keluarga dan sebagainya. Kesejahteraan keluarga tidak akan lebih baik jika keluarga tidak memiliki cara berfikir ekonomis (Widyarta 1974: 13-14).

5) Perencanaan Kelahiran Anak

Dengan adanya kegiatan-kegiatan pemerintah untuk memasyarakatkan Keluarga Berencana (KB) kini di keluarga tertentu, terutama di kota penggunaan sarana-sarana KB telah dilakukan. Sekalipun demikian, bagi kebanyakan keluarga Katolik persoalannya masih belum jelas. Bagi penduduk yang bermukim di desa banyak keluarga yang kurang memperhatikan tentang pengaturan jarak kelahiran anak. Banyak yang lebih cenderung untuk menyerahkan pada kehendak Tuhan. Pemakaian alat-alat pembatasan kelahiran masih diragukan atau bingung karena takut berdosa (Widyarta 1974: 15-16).

(29)

berkeluarga dan terlebih demi semakin kuatnya iman serta keharmonisan keluarga.

4. Pendukung dan Pembinaan Iman dalam Keluarga

Permasalahan penghayatan iman dalam keluarga tidak jarang timbul karena kurangnya pengertian iman sebab seringkali bimbingan iman hanya diterima selama katekumenat. Maka tidak mengherankan juga bila banyak orang tua kurang menyadari tanggungjawabnya untuk menanamkan agama dalam hati anak-anak. Oleh karena itu pengetahuan dan kesadaran orang tua sendiri perlu ditingkatkan, sebagai yang memiliki peranan pada setiap peristiwa penting dalam kehidupan iman anak: misalnya dalam permandiannya, pada pembentukan gambaran Allah ketika anak masuk sekolah, pada persiapan untuk menerima komuni pertama, atau persiapan menerima sakramen tobat, pada persiapan menerima sakramen penguatan dan sebagainya. Keluarga menjadi tempat persemaian adat istiadat dan iman Katolik. Demikianlah dalam hidup sehari-hari tidak hanya ada pengakuan iman melainkan penghayatannya perlu dirasakan juga dalam setiap kegiatan (Budyapranata 1981: 99).

(30)

pada hari biasa sebagai wakil keluarga yang dapat memberi teladan bagi anggota keluarga yang lain (Budyapranata 1981: 97).

C. Katekese Umat

1. Gambaran Umum Tentang Katekese

Dalam hidup menggereja penghayatan iman umat lebih ditekankan daripada sekedar pengetahuan iman, tetapi pengetahuan iman juga amat penting untuk mematangkan iman. Katekese membantu umat untuk dapat meningkatkan penghayatan iman. Iman merupakan dasar kehidupan menggereja bagi umat. Kehidupan menggereja kiranya tidak dapat berjalan dengan baik jika iman umat tidak terjaga.

a. Pengertian Katekese

(31)

Katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan Sabda Allah dalam Gereja (CT, art. 17). Seluruh kehidupan Gereja berkaitan erat dengan katekese terutama perkembangan rohani dan keselarasan dalam hidupnya dengan rencana Allah secara hakiki tergantung pada katekese (CT, art. 13). Katekese sebagai salah satu bentuk pelayanan sabda, dapat membantu umat beriman semakin mengimani Yesus dan memperoleh hidup dariNya. Katekese membina serta mendidik umat dalam hidup dan pembangunan Tubuh Kristus (CT, art. 1).

Katekese dimengerti secara luas sebagai usaha saling tolong menolong dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup menurut pola Kristus demi kedewasaan Kristiani yang penuh (Setyakarjana, 1997: 17). Pengertian ini mengandung prinsip bahwa katekese adalah proses pewartaan sabda Allah melalui komunikasi iman antar anggota orang yang beriman kepada Kristus.

b. Tujuan Katekese

Pelaksanaan katekese mempunyai tujuan dan maksud yang hendak dicapai. Tujuan katekese adalah berkat bantuan Allah iman yang baru tumbuh dikembangkan. Katekese bertujuan memekarkan iman yang mulai tumbuh menuju kepenuhannya, memantapkan peri hidup Kristen umat beriman, baik tua ataupun muda (CT, art. 20).

(32)

berarti menerima hidup baru yakni, kehidupan lama yang diliputi dosa diubah menjadi hidup anak-anak Allah yang mulia. Perubahan hidup dari manusia lama menjadi manusia baru terjadi berkat iman akan Kristus.

Katekese sungguh diperlukan sebab bertujuan mendampingi jemaat Kristen agar mampu mencapai kesatuan iman dan kedewasaannya dalam hidup beriman (CT, art. 25). Hal ini kiranya mendukung untuk kegiatan pembangunan jemaat atau kegiatan pastoral. Pembangunan jamaat mengokohkan kesatuan iman umat. Banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi. Umat mesti harus mengahadapi tantangan dan dapat membela diri menangkal serangan yang menggoyahkan kekokohan kesatuan umat Allah.

Katekese menurut Sumarno (2005: 1) dalam Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki., memiliki tujuan tergantung dari

pengertian katekese. Jika katekese dipandang sebagai pengajaran iman maka tujuannya adalah isi iman dapat dimengerti oleh peserta. Katekese jika dimengerti sebagai komunikasi iman maka yang menjadi tujuan katekese adalah berkat terjadinya saling mengungkapan pengalaman iman, iman peserta diteguhkan. Jika katekese dipandang sebagai pendidikan iman maka bertujuan mematangkan dan mendewasaan iman. Secara singkat tujuan katekese adalah perkembangan iman menuju kedewasaan atau kematangan.

c. Isi Katekese

(33)

bukan ajaran yang telah diberikan tetapi isi katekese adalah perjumpaan dan pengolahan pengalaman iman Kitab Suci dan pengalaman hidup umat.

Isi katekese sekarang adalah sejarah keselamatan manusia melalui Kristus. Hal ini berbeda dengan katekese lama yang menitikberatkan pada doktrin. Kristus yang menyelamatkan diwartakan dan setiap orang beriman menerimaNya agar realitas dosa yang menghambat dan membatalkan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dapat dihancurkan (Bataona, 1978: 22).

d. Peserta

Peserta katekese adalah orang-orang yang perlu mengalami katekese. Peserta yang mengalami katekese antara lain anak-anak, kaum remaja, kaum muda, kaum dewasa, kaum penyandang cacat, dan kaum lanjut usia (CT, art. 35-45). Pihak-pihak itu disebutkan sebagai penegasan bahwa mereka yang berada di dalam Gereja Kristus wajib menerima katekese.

(34)

e. Pembimbing Katekese

Pembimbing Katekese adalah seseorang yang diserahi tugas memberi pendidikan keagamaan dan latihan bagi kehidupan seturut Injil (CT, art. 62). Pengertian pendidik secara luas menjadi pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pembinaan iman kristiani. Mereka yang bertanggung jawab antara lain para uskup, para imam, katekis awam, pihak paroki, pihak keluarga, pihak sekolah, organisasi-organisasi, dan pusat-pusat pembinaan (CT, art. 63-71).

Katekis dalam proses katekese bukan sebagai guru tetapi lebih menunjukan peran sebagai pembimbing, pengarah, atau disebut sebagai fasilitator. Kemauan dan kemampuan adalah faktor utama dari seorang pembimbing yang menentukan dalam pelaksanaan katekese. Kemauan untuk mendampingi umat timbul di dalam hati seorang pendamping. Kemampuan untuk mengarahkan umat harus ada di dalam diri seorang pendamping seperti memilih metode dan sarana yang mendukung proses katekese. Kepekaan dituntut juga dalam diri pembimbing untuk memahami apa yang menjadi harapan umat. Seorang Katekis perlu mempunyai sikap tegas dalam mengarahkan umat untuk mencari apa yang dibutuhkan oleh umat (Setyakarjana, 1997: 16).

2. Katekese Umat

(35)

macam perkembangan. Seiring perkembangan itu berbagai model untuk Katekese Umat dicetuskan.

a. Latar Belakang Munculnya Katekese Umat

Berbagai macam hal yang melatarbelakangi munculnya Katekese Umat yakni budaya musyawarah, arus demokrasi zaman itu, majunya ilmu tentang manusia dan gambaran Gereja. Budaya musyawarah terbiasa dengan pembicaraan permasalahan secara bersama. Hal ini membuat segala masalah yang diungkapkan dalam Katekese Umat dibahas bersama-sama. Kesamaan hak bersuara dalam demokrasi kala itu membuat umat dalam Katekese Umat dapat dengan bebas mengungkap segala hal yang menjadi permasalahan untuk dibahas bersama. Perkembangan ilmu tentang menusia tidak memandang manusia sebagai obyek tetapi sebagai subyek yang membuat proses Katekese Umat subyeknya adalah umat sendiri. Gambaran Gereja telah berubah berkat memunculkan Katekese Umat yang tidak terlalu bergantung kepada hirarki. Latar belakang munculnya ketekese umat dipengaruhi oleh arus demokrasi zaman saat itu, kemajuan ilmu tentang manusia, dan gambaran Gereja saat itu.

1) Budaya musyawarah

(36)

dilaksanakan. Musyawarah menunjukan adanya suasana demokratis. Kesamaan hak mendapat tempat yang besar bagi setiap orang. Kebebasan untuk mengeluarkan pendapat diberikan kepada setiap orang (Lalu, 2005: 77). Kebiasaan musyawarah yang ada di dalam masyarakat memberikan pola pada Katekese Umat. Katekese Umat diilhami dari kebiasaan musyawarah masyarakat desa, masyarakat akar rumput atau rakyat jelata. Kebiasan berembuk atau membahas masalah secara bersama-sama dimasukkan di dalam Katekese Umat. Suasana demokratis dibentuk dalam Katekese Umat.

2) Arus demokrasi zaman saat Katekese Umat dicetuskan

(37)

Katekese Umat. Katekese Umat sangat menekankan peranan umat. Hal ini menjadi sikap budaya yang menggantikan kebiasaan tergantung pada pejabat Gereja. Umat yang berprakarsa dan berperan aktif dalam membangun kehidupan iman.

3) Kemajuan ilmu-ilmu tentang manusia

(38)

manusia di dalam dirinya. Seseorang yang hadir tidak dianggap tidak memiliki sesuatu untuk disumbangkan. Melainkan sangat diharapkan ia dapat mengungkapkan keberadaan dirinya dengan segala yang dimilikinya. Proses Katekese Umat yang terjadi di dalamnya bukanlah transformasi pengetahuan tetapi sebuah komunikasi iman, saling berbagi atau tukar pengalaman iman yang terjadi dua arah saling memberi dan menerima. Berbeda dengan model transformatif yang membuat peserta menjadi pasif (Lalu, 2005: 49-50).

4) Gambaran Gereja saat itu

Gereja kini telah merumuskan kembali gambaran akan dirinya yang sesuai dengan situasi zaman. Ada tiga gambaran tentang Gereja yang melatarbelakangi munculnya Katekese Umat. Tiga gambaran Gereja masa kini adalah Gereja umat Allah, Gereja sebagai sakramen dan Gereja kaum miskin.

(39)

Gereja sebagai sakramen berarti sebagai tanda dan sarana karya keselamatan Allah. Gereja bagi dunia yang diselamatkan memiliki fungsi. Fungsi Gereja bagi dunia membantu manusia untuk membangun relasi yang hidup dengan Allah. Dasar dari penyelamatan dunia ialah dunia yang sesuai dengan semangat iman. Dunia disesuaikan dengan semangat Pencipta dan sang Penebusya. Tugas perutusan Gereja ialah membawakan amanat Kristus kepada manusia di dunia. Dunia sebagai tempat tinggal manusia semakin disempurnakan dan diresapi dengan semangat Injili. Membawa amanat ialah tugas Gereja berkait dengan penghayatan iman. Penyempurnaan dunia terarah pada masyarakat yang lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera (Lalu, 2005: 52-53). Latar belakang yang demikian melahirkan Katekese Umat. Masalah-masalah yang aktual diungkap di dalam Katekese Umat. Katekese Umat juga merupakan usaha transformasi sosial. Hal ini dilatarbelakangi oleh Gereja yang senantiasa membangun dan menyempurnakan dunia sebagai tempat segala aktivitas sosial.

(40)

dianggap tidak bermartabat. Latar belakang Gereja kaum miskin memunculkan Katekese Umat yang mengangkat martabat mereka yang dianggap tersisih dan tidak bermartabat. Lebih lanjut Katekese Umat berproses untuk memberdayakan mereka dan memerdekakannya (Lalu, 2005: 58-61).

b. Rumusan Katekese Umat

Rumusan Katekese Umat ditemukan, setelah berjalan tanpa arah akhirnya kegiatan bina iman di Indonesia menemukan arah yang jelas. Arahan yang jelas berjalannya kegiatan bina iman di Indonesia dapat dilihat dari rumusan yang telah dihasilkan. Rumusan yang memperjelas arah katekese di Indonesia itu di dalamnya mencakup arti dan makna, tujuan, peserta pendamping, dan suasana. Rumusan Katekese Umat disajikan di bawah ini berdasarkan hasil PKKI II yang dipaparkan oleh Huber (1980: 15-16) dalam Katekese Umat.

1) Arti dan makna Katekese Umat

Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara anggota jemaat. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkandan dihayati secara sempurna. Dalam Katekese Umat tekanan terutama diletakkan penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan ada perencanan (Huber, 1980: 15).

(41)

1980: 18). Komunikasi iman yang dimasud adalah tuar pengalaman iman. Umat saling bertukar pengalaman dalam Katekese Umat. Satu sama lain diantara umat saling membagikan pengalamanya. Umat menceritakan pengalaman hidupnya dimana Tuhan berkarya. Diharapkan pengalaman yang dibagikan dapat memberi inpirasi hidup bagi umat.

Bidang pembinaan iman mempunyai cakupan yang luas sekali. Arah katekese di Indonesia dirumuskan adalah Katekese Umat. Kegiatan Katekese termasuk salah satu bidang usaha pastoral Gereja. Katekese dalam bidang usaha pastoral Gereja memiliki pengaruh yang benar dalam bidang pembinaan iman. Spesifikasi atau kekhasan katekese dalam bidang usaha tersebut ditunjukkan dengan adannya perencanaan dan keteraturan. Rumusan Katekese Umat dicetuskan juga untuk mangungkapkan arah usaha kateketis pada umumnya (Huber, 1980: 18). Perencanaan terhadap Katekese Umat merupakan rancangan untuk pelaksanaannya. Rancangan itu diwujudkan dengan pembuatan program Katekese Umat, yang kemudian diikuti dengan pembuatan persiapan pertemuan Katekese Umat.

2) Isi Katekese Umat

Dalam Katekese Umat itu kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menghadapi sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, khususnya dalam perjanjian baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang tradisinya (Huber, 1980: 15).

(42)

yang dikomunikasikan dalam Katekese Umat hendaknya di tanggapi dan ditampung serta mendalami satu pokok saja. Pembicaraan yang tidak berkesinambungan dalam Katekese Umat tidak dicita-citakan (Huber, 1980: 19). Sebuah pembicaraan dapat terjadi jika terdapat bahan yang dibicarakan. Sebagai bahan pembicaraan dalam Katekese Umat adalah pengalaman iman yang diambil dari Kitab Suci atau tradisi Gereja dipertemukan dengan pengalaman umat atas peristiwa hidup sehari-hari. Singkatnya pengalaman iman Kitab Suci dan pengalaman hidup umat merupakan isi dari Katekese Umat. Keduanya diolah dan dibahas oleh peserta sendiri dengan dipandu oleh seorang fasilitator.

3) Peserta Katekese Umat

Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman, yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pula kehidupan pribadi dan kelompok; jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok basis maupun di sekolah atau perguruan tinggi. Penekanan pada seluruh ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada katekese sekarang. Penekanan pada peranan umat pada katekese ini sesuai dengan peranan umat pada pengertian Gereja itu sendiri (Huber, 1980: 15).

Seluruh Gereja menjadi tujuan kegiatan bina iman yang dibuat. Oleh sebab itu peserta katekese ialah semua orang beriman. Hal ini menegaskan keseluruhan tujuan kegiatan bina iman. Pembinaan iman tidak saja ditujukan bagi sebagian umat namun segenap warga umat terpanggil untuk terus membina dan mendalami imannya akan Yesus (Huber, 1980: 20).

(43)

sebagai tanda akan pilihan itu yang ditentukan. Secara pribadi mereka yang memilih Kristus dipersiapkan dengan menjadi katekumen (Huber, 1980: 20).

Mereka sebagai peserta Katekese Umat bebas berkumpul untuk memahami Kristus. Segala paksaan seharusnya tidak dilakukan oleh Gereja kepada setiap orang beriman untuk melakukan suatu hal. Sama halnya dengan melakukan kegiatan bina iman setiap peserta di dalamnya tidak dipaksa untuk mengikutinya. Peserta dengan bebas mengikutinya didasari dengan kerelaan hati (Huber, 1980: 20).

4) Pendamping Katekese Umat

Dalam ketekese yang menjemaat ini pemimpin katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (Fasilitator). Ia adalah pelayan yang menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka. Katekese Umat menerima banyak jalur komunikasi dalam berkatekese. Tugas mengajar yang dipercayakan kepada hirarki menjamin kekayaan iman berkembang dengan lurus (Huber, 1980: 15-6).

(44)

Pendamping membawa diri tidak sebagai pembesar. Ia tidak mengindoktrinasi, tidak bersikap seakan-akan dirinya paling pandai dan menyampaikan suatu hal pada yang bodoh. Seperti Yesus pemimpin katekese berlaku sebagai pelayan. Pendamping Katekese Umat mengusahakan suasana Kristen dimana ada kepercayaan, ada harapan, dan ada penghargaan. Pembicaraan diarahkan oleh pendamping Katekese Umat kapada salib Kristus. Pendamping Katekese Umat dapat melayani peserta. Input yang diminta diberikan oleh pendamping dan mengenai waktu serta tempat kegiatan biarlah umat yang melakukannnya (Huber, 1980: 22). Pendamping agar dapat melayani umat dengan baik maka perlu membuat program pendalaman iman dan persiapan pendalaman iman.

5) Suasana Ketekese Umat

Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Proses terencana ini berlangsung terus-menerus (Huber, 1980: 16).

Suasana yang terjadi dalam Katekese Umat yakni suasana yang sederajat peserta merasa sebagai komunitas yang mempunyai rasa setia kawan. Dalam suasana kesetiakawanan itu bersama-sama menuju kepenuhan Kristus. Kesetiakawanan itu ditunjukkan dengan mengahargai setiap sumbangan yang diberikan oleh peserta (Huber, 1980: 22).

(45)

mementingkan diri sendri melainkan saling menerima satu sama lain. Suasana itu berlawanan dengan kesombongan yang meremehkan orang lain. Suasana Katekese Umat yang terbentuk tidak lagi membedakan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi, antara hamba dan orang bebas, antara laki-laki dan perempuan. Suasana itu membuat semua saudara yang hadir satu dalam Kristus (Huber, 1980: 22). Suasana yang diciptakan dalam Katekese Umat menjadi penting, sebab pembinaan iman yang membuat iman sungguh ditumbuhkan dan dikembangkan pertama-tama dapat diwujudkan dengan membangun suasana hidup beriman.

6) Tujuan Katekese Umat

Tujuan komunikasi iman itu ialah:

- Supaya dalam terang injil kita semakin meresapi arti pangalaman- pengalaman kita sehari-hari;

- Dan kita bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;

- Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita;

- Pula kita semakin bersatu dalam Kristus, semakin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;

- Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tantang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat (Huber, 1980: 16).

(46)

harapan dan cinta kasih dapat diikuti serta Katekese Umat bertujuan membangun Gereja. Serta tujuan bagi kehidupan bermasyarakat Katekese Umat bertujuan mewujdkan iman yang kontekstual (Huber, 1980: 23).

c. Model-model Katekese Umat

Model-model Katekese Umat dalam skripsi ini menunjukkan titik awal pendalaman iman. Model-model Katekese Umat terdiri dari model pengalaman hidup, model biblis dan model campuran. Setiap model memiliki langkah-langkah rinci mulai dari pengungkapan pengalaman hidup, pendalaman iman Kitab Suci sampai pada aplikasi dalam situasi konkret hidup peserta.

1) Model pengalaman hidup

Katekese Umat dengan model pengalaman hidup bertitik tolak dari pengalaman hidup peserta (Sumarno, 2005: 11). Katekese Umat berangkat dari situasi hidup peserta. Situasi hidup peserta menjadi titik tolak pembicaraan di dalam Katekese Umat. Kemudian situasi hidup itu diterangi oleh pengalaman iman dari Kitab Suci. Untuk lebih jelasnya mengenai model pengalaman hidup berikut ini adalah langkah-langkah Katekese Umat dengan model pengalaman hidup:

a) Pembukaan

(47)

2005: 11). Kekhasan dari langkah ini adalah sebagai proses pembukaan, memaparkan apa yang akan dilakukan atau sebagai langkah pengenalan terhadap hal yang akan dibicarakan. Tujuan yang hendak dicapai dalam langkah ini adalah untuk mempersiapkan proses agar berjalan dengan baik. Peserta pada langkah ini sudah mulai dikondisikan untuk dapat mengikuti pendalaman iman yang akan berlagsung.

b) Penyajian suatu pengalaman hidup

(48)

c) Pendalaman pengalaman hidup

Peserta diajak untuk mangaktualisasikan pengalaman itu dalam situasi hidup nyata. Biasanya terjadi dalam kelompok kecil dengan pertanyaan-pertanyaan pendalaman yang merangsang peserta mengambil bagian dalam sikap moral konkret sesuai dengan tema untuk hidup sehari-hari (Sumarno, 2005: 11). Kekhasan pada langkah ini ialah terjadi pengolahan terhadap pengalaman hidup yang aktual. Pengolahan itu menjadi sebuah refleksi atas pengalaman hidup peserta. Tujuan dari langkah ini adalah ditemukannya makna yang lebih baik dari pengalaman hidup yang telah dilalui. Katekis membantu peserta dalam pengolahan dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat interpretatif.

d) Rangkuman pendalaman pengalaman hidup

(49)

e) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja

Kepada peserta dibagikan teks Kitab Suci yang digunakan, pertanyaan juga dibagikan kepada peserta, pertanyaan sekitar tema dan hal-hal yang mengesan dari pesan inti teks. Teks dibaca dan direnungkan serta direfleksikan dengan bantuan pertanyaan (Sumarno, 2005: 11). Kekhasan pada langkah ini adalah peserta sungguh menggunakan inderanya mendengar dan melihat. Tujuan dari langkah ini adalah penyampaian tradisi Kristiani. Peran katekis adalah membuat suasana agar penyampaian tradisi Kristiani dapat ditangkap oleh umat dengan baik. Peserta perlu mendengar teks yang dibaca dengan cermat dan juga melihat ayat demi ayat dengan ikut membacanya.

f) Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi

(50)

g) Rangkuman pendalaman teks Kitab Suci

Pesan inti yang telah diungkap peserta digabungkan dengan pesan yang disampikan pendamping. Pandamping memberi masukan dari persiapan yang telah dilakukan sebelumnya. Masukan itu dibatasi pada pesan pokok yang dapat dimengerti oleh peserta sesuai dengan tema (Sumarno, 2005: 12). Yang menjadi kekhasan dari langkah ini adalah penggunaan sarana-sarana buku penunjang agar kekayaan input dapat diberikan kepada peserta. Tujuan dari langkah ini inpirasi yang kaya dari Kitab Suci atau Ajaran Gereja dapat ditimba untuk perjalanan hidup umat.

h) Penerapan dalam hidup konkret.

Peserta diajak untuk mengambil beberapa kesimpulan praktis sehubungan dengan tema untuk hidup pribadi menggereja dan bermasyarakat. Peserta dengan hening diajak juga merenungkan dan mengumpulkan buah-buah pribadi dari pertemuan itu (Sumarno, 2005: 12). Yang menjadi kekhasan langkah ini adalah praksis kehidupan beriman sungguh disentuh. Tujuannya adalah mengajak peserta untuk berbuat sesuai dengan nilai-nilai dan tradisi Kristiani.

i) Penutup

(51)

(Sumarno, 2005: 12). Kekhasan langkah ini merupakan akhir dari seluruh proses pendalaman iman. Tujuannya adalah menutup seluruh proses pemdalaman iman.

2) Model Biblis

Katekese Umat dengan model Biblis bertitik tolak dari pengalaman Kitab Suci atau tradisi (Sumarno, 2005: 11). Katekese Umat berangkat dari pengalaman Kitab Suci dan tradisi, dua hal itu menerangi situasi hidup peserta. Untuk lebih jelasnya mengenai model Biblis berikut ini adalah langkah-langkah Katekese Umat dengan model Biblis:

a) Pembukaan

Lagu yang diangkat hendaknya disesuaikan dengan tema Kitab Suci atau tradisi yang ditentukan dalam pertemuan pendalaman iman. Tema yang disajikan dihubungkan dengan tema pertemuan yang sebelumnya (Sumarno, 2005: 12). Kekhasan dari langkah ini adalah memaparkan apa yang akan dilakukan atau sebagai langkah pengenalan terhadap hal yang akan dibicarakan. Tujuan yang hendak dicapai dalam langkah ini adalah untuk membuka proses pendalaman iman agar berjalan dengan baik. Peserta megalami pengkondisian untuk dapat mengikuti pendalaman iman.

b) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi

(52)

Yang menjadi kekhasan langkah ini adalah terjadi penyampaian teks Kitab Suci dan tradisi Kristiani. Tujuannya, teks Kitab Suci yang menjadi sentral dari model ini sungguh dipahami.

c) Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi

Di dalam kelompok kecil peserta dapat melakukan hal ini, dengan membagikan hasil jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Pendamping kemudian merangkum hasil yang diungkapkan peserta. Rangkuman jawaban itu dihubungkan dengan apa yang dipersiapkan pendamping. Peserta dengan demikian diperkaya sebab yang disampaikan pendamping berasal dari berbagai sumber. Isi dan pesan teks disampikan dengan relevan oleh pendamping sebagai narasumber (Sumarno, 2005: 12-13). Kekhasan dari langkah ini adalah pengungkapan hasil permenungan sebagai bentuk dari pengolahan terhadap teks Kitab Suci dan tradisi Kristiani. Permenungan yang disampaikan itu diperkaya dengan bahan-bahan dari buku-buku. Tujuan dari langkah ini adalah menampilkan kepada peserta pesan teks Kitab Suci.

d) Pendalaman Pengalaman Hidup

(53)

e) Penerapan dalam hidup peserta

Refleksi dan memikirkan langkah konkret dalam hidup sehari-hari merupakan proses yang dilakukan peserta pada langkah ini. Semangat kekuatan dan jiwa dari pesan teks diwujudkan (Sumarno, 2005: 13). Kekhasan langkah ini adalah menyusun sebuah rencana konkret. Tujuannya agar apa yang telah didapatkan dalam pendalaman iman dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari. Pendamping mengarahkan agar peserta dapat menyusun rencana konkretnya, hambatan dan tantangan untuk mewujudkan niat dibicarakan bersama.

f) Penutup

Merupakan reflesi pribadi tentang kesulitan untuk mewujudkan pesan teks, sarana apa saja yang diperlukan, dan apa saja yang menunjang perwujudan itu di dalam Gereja dan masyarakat. Kemudian pertemuan ditutup dengan doa-doa spontan dan diakhiri oleh pendamping dengan doa yang merangkum seluruh jalannya pertemuan (Sumarno, 2005: 13).

3) Model campuran

Katekese dengan model ini merupakan campuran dari model pengalaman hidup dan model Biblis. Langkah-langkah yang terjadi di dalamnya adalah perpaduan antara model biblis dan model pengalaman hidup. Untuk memperjelas tentang model katekese ini berikut penulis sampaikan uraiannya.

(54)

Mengungkapkan pokok-pokok tema pertemuan dan menghubungkan dengan tema-tema pertemuan yang sebelumnya. Lagu yang diangkat disesuaikan dengan tema pertemuan yang dibahas (Sumarno, 2005: 13). Kekhasan langkah ini sebagai introduksi. Tujuannya untuk memulai pendalaman iman. Peserta diajak oleh katekis untuk masuk dalam suasana pendalaman iman.

b) Pembacaan teks Kitab Suci dan Tradisi

Pembacaan teks dilakukan secara langsung dari Kitab Suci. Jika perlu pembacaan dapat dilakukan sekali lagi oleh pendamping. Kemudian disediakan waktu hening untuk merenungkan teks yang dibacakan (Sumarno, 2005: 13). Pembacaan teks Kitab Suci menjadi kekhasan langkah ini. Sabda Allah diperdengarkan kepada peserta. Tujuannya agar peserta mengetahui tentang teks yang dipilih dalam pendalaman iman itu.

c) Penyajian pengalaman hidup

Penyajian dapat dilakukan dengan media komunikasi seperti koran, majalah, slide video dan lain-lain. Hal ini bertujuan agar peserta terangsang untuk menanggapinya (Sumarno, 2005: 13). Kekhasan langkah ini adalah pengungkapan pengalaman hidup. Tujuannya untuk mengetahui keprihatinan dan permasalahan apa yang sedang dihadapi oleh umat.

d) Pendalaman pengalaman hidup dan teks biblis atau Tradisi

(55)

pesan pokok dari penyajian tadi. Peserta merefleksikan dan menganalisa pesan itu untuk hidup sehari-hari dalam hubungannya dengan teks. Kesimpulan disampaikan pendamping dan jika mungkin langkah konkret difikirkan bersama. (Sumarno, 2005: 14). Kekhasan pada langkah ini peserta menemukan pesan teks bagi hidupnya, bagi permasalahan yang sedang diadapi. Tujuannya agar peserta dapat memperoleh inspirasi hidup dari teks Kitab Suci.

e) Penerapan meditatif

Menghubungkan pengalaman konkret dengan teks Kitab Suci. Diharapkan peserta dapat menarik pelajaran nyata dalam hidup berkeluarga, menggereja dan masyarakat (Sumarno, 2005: 14). Kakhasan langkah ini adalah menerapkan apa yang telah didapatkan dalam pendalaman iman sebagai sebuah pelajaan hidup. Peserta dapat menerapkan nilai dan tradisi Kristiani dalam hidupnya.

f) Evaluasi singkat

Evaluasi dilakukan terhadap isi, tema, langkah-langkah dan proses yang berlangsung dalam pertemuan. Harapannya ialah pertemuan selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan lebih relevan dengan kebutuhan dan aspirasi peserta (Sumarno, 2005: 14). Kekhasan pada langkah ini menjadi proses melihat kembali apa yang telah dibuat.

g) Penutup

(56)
(57)

BAB III

PELAKSANAAN HIDUP DOA DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI LINGKUNGAN SANTA MARIA STASI MAJENANG

PAROKI SANTO STEFANUS CILACAP

A. Pengantar

Bab III berisi gambaran situasi hidup doa dalam keluarga di lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap. Untuk mengetahui situasi hidup doa dalam keluarga maka penulis mengadakan “Penelitian kecil” sebagai sarana dalam penelitian ini penulis membuat kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh keluarga-keluarga Kristiani umat Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Cilacap. Maksud dari penelitian ini yakni untuk mendapatkan data yang otentik sehingga sesuai dengan keadaan umat.

Sebenarnya tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak berapa persen suatu sampel harus diambil dari populasi. Salah satu usaha untuk ”menampung” kesesatan yang mungkin dialami karena kurang besarnya sampel adalah memberikan syarat-syarat yang lebih berat bagi penyelidikan yang menggunakan sampel kecil (Sutrisno Hadi 1973: 87).

(58)

kristiani umat lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Setefanus Cilacap.

Tujuan penelitian ini yakni untuk menggali pelaksanaan hidup doa dalam keluarga-keluarga di lingkungan Santa Maria stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap. Adapun manfaat penelitian ini yakni menemukan gambaran kehidupan doa bersama dalam keluarga-keluarga Kristiani di lingkungan Santa maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap.

Persiapan yang dibuat sebelum pelaksanaan penelitian ini diantaranya pembuatan kisi-kisi kuesioner. Kisi-kisi kuesioner terdiri dari dua variabel yakni variabel: Doa dan variabel: Keluarga. Dari dua variabel tersebut dibuat 15 butir soal yang menjadi soal kuesioner yang akan disebar dan dibagikan kepada responden. Selain 15 soal tersebut responden juga diminta untuk mensharingkan pengalaman hidup doa yang didahului oleh peneliti yang mensharingkan pengalaman hidup doa sehingga dapat menjadi gambaran atau contoh bagi responden. Sharing responden dapat dilihat pada laporan hasil penyebaran kuesioner.

B. Laporan Hasil Penyebaran Kuesioner di Lingkungan Santa Maria Stasi Majenang Paroki Santo Stefanus Cilacap.

1. Laporan Hasil Penyebaran Kuesioner berupa Tabel, Tabel 1 sampai dengan Tabel 15

Tabel 1: Jumlah Anggota Keluarga N=8 Responden Jumlah

Anggota 1 2 3 4 5 6 7 8

N %

2 v 1 12.5%

3 v 1 12.5%

4 v v 2 25%

(59)

Dari tabel di atas, terlihat bahwa jumlah anggota keluarga yang lebih dari 5 orang merupakan jawaban tertinggi dari responden dalam keluarga-keluarga kristiani umat lingkungan Santa Maria Stasi Majenang yakni (50%). Sedangkan responden terendah adalah mereka yang memberikan jawaban anggota keluarga berjumlah 2 orang dan yang memberikan jawaban anggota keluarga berjumlah 3 orang yakni masing-masing (12.5%). Selain itu juga dalam keluarga anggota keluarga berjumlah 4 orang (25%).

Tabel 2: Mata Pencaharian Keluarga N=8

Responden Mata pencaharian

1 2 3 4 5 6 7 8

N %

Petani v v 2 (25%)

Wiraswasta v v v 3 (37.5%)

PNS v v v 3 (37.5%)

Lain-lain 0

Dari tabel di atas, terlihat bahwa mata pencaharian keluarga-keluarga kristiani diantaranya adalah sebagai Pegawai Negri Sipil (37.5%) dan Wiraswasta (37.5%), selain itu ada juga yang bermata pencaharian petani (25%)

Tabel 3: Status Perkawinan N=8

Responden Status Perkawinan

1 2 3 4 5 6 7 8

N % Sama-sama Katolik v v v v 4 50% Dengan orang beda

Gereja

v v 2 0%

Dengan orang beda agama

0 25%

Lain-lain v v 2 25%

(60)

Tabel 4: Hidup Doa (berapa kali berdoa dalam sehari) N=8 Responden

Banyaknya berdoa

dalam sehari 1 2 3 4 5 6 7 8

N %

1 (x) 0 0%

2(x) v v v v 4 50%

3(x) v v 2 25%

4 (x) keatas v v 2 25%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berdoa 2x dalam sehari yakni merupakan jawaban tertinggi yakni (50%). Sedangkan responden yang berdoa 3x dalam sehari yakni (25%) serta responden yang berdoa lebih dari 4x yakni (25%).

Tabel 5: Motivasi Berdoa N=8

Responden Motivasi Berdoa

1 2 3 4 5 6 7 8

N %

Permasalahan keluarga 0 0%

Anjuran dari paroki 0 0%

Kerinduan akan kehadiran allah

v v v v v v v v 8 100%

Lain-lain 0 0%

Dari tabel di atas, terlihat jelas bahwa motivasi atau yang mendorong untuk melakukan doa bagi seluruh responden yakni adanya kerinduan akan kehadiran Allah yaitu (100%).

Tabel 6: Tempat Untuk Berdoa N=8

Responden Tempat Untuk Berdoa

1 2 3 4 5 6 7 8

N %

Ruang Tamu 0%

Kamar tidur v v v 3 37.5%

Ruang doa v v v v v 5 62.5%

Lain-lain 0%

(61)

Tabel 7: Anggota Keluarga yang Mengajak Berdoa N=8 Responden

Yang Mengajak

Berdoa 1 2 3 4 5 6 7 8

N %

Bapak v v 2 25%

Ibu v 1 12.5%

Kakak 0 0%

Lainnya v v v v v 5 62.5%

Dari tabel di atas, terlihat jelas bahwa yang mengajak berdoa atau yang berinisiatif melaksanakan doa bersama dalam keluarga adalah bapak/ ayah yakni (25%) serta jawaban terendah yakni menjawab ibu yang mengajak atau berinisiatif melaksanakan doa bersama dalam keluarga yakni (12.5%).

Tabel 8: Harapan Responden N=8

Responden Harapan agar diadakan

Katekese Umat 1 2 3 4 5 6 7 8

N % Mengadakan Retret

keluarga

0 0%

Mengadakan Rekoleksi Keluarga

0 0%

Mengadakan Katekese Umat atau Pendalaman Iman

v v v v v v 6 75

% Lain-lain (bakti sosial) v v 2 25 %

Dari tabel di atas, terlihat jelas bahwa responden yang memiliki harapan agar diadakan Katekese Umat atau pendalaman Iman secara rutin yang bertujuan menumbuhkan hidup doa dalam keluarga merupakan jawaban tertinggi yakni (75%), sedangkan (25%) responden memiliki harapan mengadakan bakti sosial.

Tabel 9: Arti Doa N=8

Responden Jawaban Responden Keterangan

1 Mendekatkan diri pada Tuhan Mendekatkan diri pada Tuhan yang merupakan usaha dari manusia (responden) untuk berrelasi dengan Tuhan 2 Ucapan pengharapan kepada

Tuhan Allah

(62)

3 Hubungan diri dengan Tuhan Adanya suatu komunikasi antara manusia dan Tuhan sehingga terjalin hubungan (relasi) yang baik.

4 Berkomunikasi dengan Tuhan Adanya relasi yang baik antara manusia (responden) dengan Tuhan, relasi tersebut terjaga dengan baik karena adanya saling komunikasi.

5 Hubungan manusia dengan Tuhan Adanya suatu komunikasi antara manusia dan Tuhan sehingga terjalin hubungan (relasi) yang baik

6 Komunikasi antara manusia dengan Tuhan Allah

Adanya relasi yang baik antara manusia (responden) dengan Tuhan, relasi tersebut terjaga dengan baik karena adanya saling komunikasi.

7 Ucapan pengharapan kepada Tuhan Allah

Kepercayaan kepada penyelenggaraan Tuhan sehingga timbul ungkapan pengharapan dari manusia (responden)

8 Sebuah pengharapan Kepercayaan kepada penyelenggaraan Tuhan sehingga timbul sebuah pengharapan dari manusia (responden)

Tabel 10: Makna Doa Pribadi N=8

Responden Jawaban Responden Keterangan

1 - -

2 Ucapan pengharapan kepada Allah

Kepercayaan kepada penyelenggaraan Tuhan sehingga timbul ungkapan pengharapan dari manusia (responden)

3 Mendekatkan diri pada Allah Mendekatkan diri pada Tuhan yang merupakan usaha dari manusia (responden) untuk berrelasi dengan Tuhan 4 Menghadirkan Allah Usaha manusia (responden)

untuk berrelasi dengan Tuhan 5 Mendekatkan diri pada Tuhan Mendekatkan diri pada Tuhan

(63)

berrelasi dengan Tuhan 6 Kita dapat berkomunikasi dengan

Tuhan untuk mengungkapkan isi hati dengan permohonan dan pujian

Adanya relasi yang baik antara manusia (responden) dengan Tuhan, relasi tersebut terjaga dengan baik karena adanya saling komunikasi.

7 Mendekatkan diri pada Tuhan Yesus dan Allah bapa dan bersyukur atas nikmat yang diberikan

Mendekatkan diri pada Tuhan yang merupakan usaha dari manusia (responden) untuk berrelasi dengan Tuhan

8 - -

Tabel 11: Makna Doa Bersama N=8

Responden Jawaban Responden Keterangan

1 Agar keluarga harmonis dan dekat dengan Allah

Adanya suatu kepercayaan dari manusia (responden) pada penyelenggaraan Tuhan bagi keluarga.

2 Untuk menumbuhkan rasa damai, harmonis, kekeluargaan kompak pada kehidupan

Adanya suatu kepercayaan dari manusia (responden) pada penyelenggaraan Tuhan bagi keluarga.

3 Keluarga jadi akrab Adanya suatu kepercayaan dari manusia (responden) pada penyelenggaraan Tuhan bagi keluarga.

4 Supaya iman keluarga kristiani lestari dan keutuhan keluarga terjaga

Kehadiran Tuhan dalam keluarga dan adanya upaya dari manusia (responden) untuk mempertahankan iman dan keutuhan keluarga kristiani

5 Untuk mendekatkan keluarga dengan Tuhan Yesus kristus dan mempertahankan iman tersebut serta mempertahankan keutuhan keluarga

Kehadiran Tuhan dalam keluarga dan adanya upaya dari manusia (responden) untuk mempertahankan iman dan keutuhan keluarga kristiani

6 Agar Tuhan Yesus mendampingi dalam kami mempertahankan keutuhan keluarga

(64)

7 Untuk menumbuhkan rasa damai, dan harmonis dalam keluarga

Adanya suatu kepercayaan dari manusia (responden) pada penyelenggaraan Tuhan bagi keluarga.

8 Mempererat tali persaudaraan dan

mempertahankan keutuhan keluarga kristiani sejati

Kehadiran Tuhan dalam keluarga dan adanya upaya dari manusia (responden) untuk mempertahankan iman dan keutuhan keluarga kristiani

Tabel 12: Manfaat Doa N=8

Responden Jawaban Responden Keterangan

1 - -

2 Sebagai pengendalian diri dalam tingkah laku sehari-hari

Pengendalian diri sebagai usaha dari manusia (responden). 3 Agar selalu mendapat petunjuk

jalan, sehingga jalan hidup sesuai dengan jalan Tuhan

Adanya kepercayaan manusia (responden) pada Tuhan sehingga dapat memberikan petunjuk jalan hidup 4 Hati merasa sejuk, tenang dan

damai

Kehadiran Tuhan dalam diri manusia (responden) sehinggga merasakan ketenangan dan kedamaian.

5 Agar jalan hidup dekat dengan Tuhan

Adanya kepercayaan manusia (responden) pada Tuhan sehingga dapat memberikan petunjuk jalan hidup 6 Dengan berdoa dan

menyerahkan diri pada Tuhan kita akan hidup lebih tenang serta damai

Adanya kepercayaan pada Tuhan sehingga timbul sikap berserah dari manusia

(responden) 7 Pengendalian diri dalam

langkah atau prilaku dan selalu ingat pada Tuhan

Pengendalian diri sebagai usaha dari manusia (responden).

8 - -

(65)

Responden N % 1 2 3 4 5 6 7 8

S v v v 3 37.5%

B v v v v v 5 62.5%

S= Sudah pernah mengikuti B= Belum pernah mengikuti

Responden yang sudah pernah mengikuti Retret keluarga secara rutin guna menumbuhkan hidup doa dalam keluarga berjumlah3 orang: 37.5%, responden yang belum pernah mengikuti rekoleksi keluarga secara rutin guna menumbuhkan hidup doa dalam keluarga berjumlah 5 orang: 62.5%

Tabel 14: Rekoleksi Keluarga N=8

Responden N %

1 2 3 4 5 6 7 8

S v v v v 4 50%

B v v v v 4 50%

S= Sudah pernah mengikuti B= Belum pernah mengikuti

Responden yang sudah pernah mengikuti Rekoleksi keluarga secara rutin guna menumbuhkan hidup doa dalam keluarga berjumlah 4 orang: 50%, responden yang belum pernah mengikuti rekoleksi keluarga secara rutin guna menumbuhkan hidup doa dalam keluarga berjumlah 4 orang: 50%

Tabel 15: Katekese Umat N=8

Responden N %

1 2 3 4 5 6 7 8

S v v v v 4 50%

B v v v v 4 50%

(66)

Responden yang sudah pernah mengikuti Katekese Umat atau pendalaman iman secara rutin yang bertujuan untuk menumbuhkan hidup doa dalam

keluarga

berjumlah 4 orang: 50%, responden yang belum pernah mengikuti Katekese Umat atau Pendalaman Iman secara rutin yang bertujuan untuk menumbuhkan hidup doa dalam keluarga berjumlah 4 orang: 50%

2. Laporan Hasil Penyebaran Kuesioner berupa sharing Pengalaman Hidup Doa Responden

Sharing Pengalaman Hidup Doa Responden R 1:

Saya dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga Islam dari kecil saya telah mengikuti pengajian dan melaksanakan shalat 5 waktu juga puasa diwaktu bulan puasa atau romadhon. Tetapi saya rasanya mengikuti agama Islam itu nggak sungguh atau ragu-ragu.Karena saya membaca dan menulis Arab dari kecil sampai SMP sama sekali tidak bisa apa-apa.

Itulah yang saya ragukan, masa orang Islam kok nggak bisa nulis Arab. Setelah saya menikah masih menjalankan shalat tetapi lama-lama saya bingung, apalagi suamiku tidak mau shalat.

Terus pada malam hari saya bermimpi melihat orang berkerumun bilang begini ”ayo kalau mau melihat pastur” padahal saya sama sekali belum pernah kayak apa pastur itu.

Setelah itu ada guru Agama Katolik dari Surabaya, terus saya mengikuti pelajaran sampai saya dibaptis dan sampai sekarang.

Perubahan yang kami rasakan dulu hidupku selalu dibayangi keraguan akan tetapi sekarang hidupku merasa yakin apalagi sering berdoa untuk selalu berjumpa Allah. Saat ini aku rutin berdoa, setiap hari aku berdoa baik secara sendiri ataupun bersama dengan suami dan anak-anakku. Kami dalam keluarga sering berdoa bersama khususnya pada bulan Maria atau bulan Novena. Kami berdoa novena bersama. Namun jika hari-hari biasa kami membuat ibadat secara sederhana dan dilanjutkan doa syukur dan permohonan terutama ketika keluarga kami sedang menghadapi masalah kami memohon kekuatan dari Tuhan Yesus agar senantiasa memberikan jalan terang. Denga cara itu saat ini hidupku cukup tentram dan damai. Agar iman yang ada pada keluarga kami semakin kuat kami menghendaki agar Gereja mengadakan retret atau rekoleksi bagi keluarga secara rutin.

R 2:

(67)

dari tahanan tahun 1975 aku pulang kerumah kumpul bersama keluarga. Sehabis keluar dari tahanan kebingungan dalam menjalankan ibadah. Karena di tempat aku waktu itu belum ada Gereja walaupun ada tapi tempatnya jauh yaitu di Majenang dan mau berangkat ke Majenang tidak punya uang karena tidak bekerja. Lalu tahun 1989 didirikan gereja di desa Karang Jambu, dan seterusnya aku masuk jadi umat Katolik dan dibaptis tahun 1990.

Pada tahun 1990 kami berusaha dagang sehingga sampai sekarang masih dilakukan dan dikerjakan. Sekarang semua anak-anak sudah berumah tangga dan pisah dengan kami mengikuti suaminya masing-masing tetapi mereka memiliki keyakinan masing-masing.

R 3:

Saya dilahirkan dari keluarga Muslim, namun tidak aktif. Masuk kelas 1-4 SD saya beragama Islam namun setelah tamat masuk sekolah swasta yaitu SMP Sanjaya. Dari situlah saya terpanggil masuk Katolik dan dibaptis tahun 1975. setelah tamat saya masuk SPG Pangudi Luhur Yogyakarta tahun 1977. namun demikian saya masih perlu bimbingan iman. Karena lingkungan tempat tinggal saya masih membaur campur dengan tetangga Muslim. Kadang-kadang iman masih terganggu oleh situasi yang beraneka ragam. Untuk menguatkan iman saya berdoa secara rutin, bahkan saya sering mengajak istri dan anakku untuk berdoa bersama. Kami sering mendoakan Novena atau Rosario pada malam hari menjelang tidur. Dengan cara itu iman keluarga saya sedikit terkuatkan. Kami mengharapkan jika dari Gereja mengadakan kegiatan semacam rekoleksi atau retret bagi keluarga dengan latihan doa agar iman kami semakin kuat dan d

Gambar

Tabel 1: Jumlah Anggota Keluarga  N=8
Tabel 2: Mata Pencaharian Keluarga N=8
Tabel 4: Hidup Doa (berapa kali berdoa dalam sehari) N=8
Tabel 7: Anggota Keluarga yang Mengajak Berdoa  N=8
+5

Referensi

Dokumen terkait

berdasarkan keadaan yang penulis saksikan di Stasi Maria Putri Sejati Cisantana bahwa pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga masih kurang. Kenyataan

Darmawijaya, Pr. Mutiara Iman Keluarga Kristiani. Tuhan Ajarilah Kami Berdoa. Doa dan Pengolahan Hidup. Yesus sang Pendoa. Buku Kenangan 25 Tahun Stasi Pusat dan Pemberkatan Gereja

Bertitik tolak dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan dalam setiap bab, akhirnya penulis mencoba mengungkapkan saran-saran kepada dewan stasi St. Maria Cikampek dan umat

• Apa arti pendidikan iman anak dalam artikel tadi?.. 3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan merenungkan pesan dari artikel 36 sehubungan dengan jawaban atas 3 (tiga)

Memberikan masukan kepada para pemandu katekese/pendalaman iman di Lingkungan Santo Paulus Paroki Santa Maria Pengantara Lahat bahwa tayangan “Penyejuk Imani Katolik”

Persoalan pokok dalam skrispi ini adalah seberapa besar peranan doa bersama dalam keluarga Katolik bagi pembentukan karakter remaja dan usaha apa yang dapat dilakukan