• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI UMAT STASI KEDAMIN DARAT HULU PAROKI HATI MARIA TAK BERNODA PUTUSSIBAU KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI UMAT STASI KEDAMIN DARAT HULU PAROKI HATI MARIA TAK BERNODA PUTUSSIBAU KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE KELUARGA"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Eka Gloria Paskalia Rinya NIM: 041124025

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Kalimantan Barat,

(5)
(6)

vi

Yogyakarta, 22 Desember 2009

Penulis,

(7)

vii

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

UPAYA MENINGKATKAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI UMAT STASI KEDAMIN DARAT HULU PAROKI HATI MARIA TAK BERNODA PUTUSSIBAU KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE KELUARGA.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 23 Januari 2010 Yang menyatakan

(8)

viii

Penulis memilih judul ini berdasarkan keprihatinan yang penulis lihat sehubungan dengan pelaksanaan pendidikan iman anak umat Stasi Kedamin Darat Hulu, Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau, Kalimantan Barat. Pada kenyataannya para orang tua sibuk dengan pekerjaannya sehingga pendidikan iman anak yang membutuhkan perhatian khusus dari orang tua diabaikan begitu saja. Berkaitan dengan pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga, maka penulis sangat tertarik untuk menulis skripsi ini supaya dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua sekaligus dapat menyemangati mereka di dalam meningkatkan dan memberikan perhatian khususnya pada pendidikan iman anak. Tugas dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama perlu semakin ditumbuhkan dalam kehidupan berkeluarga sehingga anak berkembang menjadi pribadi yang dewasa dalam iman.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan pendidikan iman anak dalam keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu, Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau, Kalimantan Barat melalui katekese keluarga. Untuk menjawab permasalahan ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu penulis menyebarkan kuesioner yang berhubungan dengan judul skripsi kepada para keluarga-keluarga umat Stasi Kedamin Darat Hulu. Di samping itu juga diperlukan studi pustaka untuk memperoleh pemikiran-pemikiran yang diharapkan dapat membantu para orang tua memperkembangkan pendidikan iman anak dalam keluarganya.

(9)

ix

CATECHESIS. The writer chose this title based on the thoughtfulness on the religious education for children in Kedamin Darat Hulu station of Immaculate Heart of Mary Parish of Putussibau in West Kalimantan. The reality shows that parents are so busy for their works in such a way that the religious education for their children which needs special attention from parents got ignored. Relating to the importance of religious education in Christian family, the writer writes this thesis in order to give a contribution for parents and, all at once, inspire them in increasing and giving their special attention for religious education for children. The parents’ duty and responsibilities as main and first religious educators need to be developed in the life of family so that children would grew up as a mature person in faith.

The main problem of this thesis is how to increase religious education for the children in the Christian families of Kedamin Darat Hulu station of Immaculate Heart of Mary Parish of Putussibau in West Kalimantan to the family catechesis. To answer the problem, the writer needs accurate data by spreading questionnaires to Christian families in Kedaman Darat Hulu Station. Beside this, study on literature has also been done to get some thoughts which could help parents to develop religious education for the children in their homes.

(10)

x

MENINGKATKAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI UMAT STASI KEDAMIN DARAT HULU PAROKI HATI MARIA TAK BERNODA PUTUSSIBAU KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE KELUARGA.

Skripsi ini ditulis berdasarkan keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu. Pendidikan iman anak perlu mendapat perhatian secara khusus dari orang tua. Oleh karena itu penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para orang tua umat Stasi Kedamin Darat Hulu dalam meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak di tengah-tengah keluarga. Penyusunan skripsi ini menawarkan katekese dengan model Shared Christian Praxis dan memberikan sumbangan pemikiran bagi para orang tua agar mereka menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

xi

pada penulis sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku Dosen penguji II yang selalu membimbing, memberikan semangat dan meluangkan waktu serta memberikan masukan berkaitan dengan skripsi ini.

3. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum., selaku Dosen penguji III yang selalu membimbing, mendampingi, memberikan motivasi dan meluangkan waktu untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan, Dosen, dan Karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis selama studi sampai terselesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak Emanuel David Buga selaku Pemimpin Umat Stasi Kedamin Darat Hulu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

(12)

xii

8. Bapakku Yosef Gansa, Ibu Ergina, adikku Emiliana Bonifasia Rami dan Agustina Trifonia Boni dan sanak saudaraku yang tercinta, yang selalu menyemangati penulis selama studi di IPPAK hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Widi Agung Nugroho, Yasinta, John Ariyo, Veronika Ernawati, Anastasia, Bonificia Cynthia Dani, Maria Daryani, Sr. Xaverine, PRR., dan Sr. Silvina, PRR yang telah memberikan semangat, waktu, tenaga dan perhatian kepada penulis selama studi sampai terselesainya skripsi ini.

10.Rekan-rekan mahasiswa khususnya angkatan 2004/2005 yang telah berperan membentuk pribadi serta memberikan motivasi kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selama ini dengan ketulusan hati telah memberikan motivasi dan bantuan hingga terselesainya penulisan skripsi ini.

(13)

xiii

Penulis,

(14)

xiv

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 4

C. Tujuan Penulisan... 5

D. Manfaat Penulisan... 6

E. Metode Penulisan ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KRISTIANI ... 9

A. Pendidikan... 10

1. Pengertian Pendidikan... 10

2. Tujuan Pendidikan ... 12

3. Model Pendidikan ... 13

(15)

xv

serta Sikap ... 20

C. KELUARGA KRISTIANI... 21

1. Keluarga ... 21

a. Pengertian Keluarga ... 21

b. Tujuan Hidup Berkeluarga... 22

2. Keluarga Kristiani ... 23

a. Pengertian Keluarga Kristiani ... 23

b. Tujuan Keluarga Kristiani... 24

D. PENDIDIKAN IMAN ANAK... 25

1. Pengertian Pendidikan Iman Anak... 25

2. Tujuan Pendidikan Iman Anak... 26

3. Model Pendidikan Iman Anak ... 26

a. Dalam Keluarga ... 26

b. Dalam Sekolah ... 27

c. Dalam Sekolah Minggu ... 28

BAB III. GAMBARAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DI TENGAH- TENGAH KELUARGA KRISTIANI UMAT STASI KEDAMIN DARAT HULU PAROKI HATI MARIA TAK BERNODA PUTUSSIBAU ... 29

A. Gambaran Umat Stasi Kedamin Darat Hulu... 29

1. Letak Stasi Kedamin Darat Hulu ... 30

2. Jumlah dan Situasi Umat Katolik... 31

3. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya... 32

4. Kegiatan-kegiatan yang ada di Stasi Kedamin Darat Hulu... 32

(16)

xvi

a. Pengantar Penelitian... 36

b. Latar Belakang Penelitian ... 36

c. Tujuan Penelitian ... 39

d. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

e. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ... 39

f. Responden Penelitian ... 40

g. Variabel Penelitian ... 41

2. Laporan Hasil Penelitian Pendidikan Iman Anak di Tengah-tengah Keluarga Umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau ... 42

3. Pembahasan Hasil Penelitian Pendidikan Iman Anak di Tengah-tengah Keluarga Umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau ... 52

4. Kesimpulan Hasil Penelitian Pendidikan Iman Anak di Tengah-tengah Keluarga Umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau... 57

BAB IV. KATEKESE KELUARGA MEMBANTU KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DI STASI KEDAMIN DARAT HULU PAROKI HATI MARIA TAK BERNODA PUTUSSIBAU... 60

A. Katekese ... 61

1. Pengertian Katekese... 61

2. Tujuan Katekese... 65

3. Ciri-ciri Katekese ... 67

4. Isi Katekese ... 68

5. Kekhasan Katekese ... 69

(17)

xvii

1. Pengertian Katekese Keluarga ... 85

2. Tujuan Katekese Keluarga... 86

3. Katekese Keluarga Mempunyai Maksud ... 88

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Katekese Keluarga... 89

C. Proses Katekese Keluarga ... 91

1. Pengungkapan Pengalaman Hidup Peserta ... 92

2. Pendalaman Pengalaman Hidup... 92

3. Refleksi Iman ... 93

4. Penerapan Iman Kristiani dalam situasi konkrit peserta ... 93

5. Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit ... 94

D. Usulan Program Katekese Keluarga ... 94

1. Latar Belakang Pemilihan Program ... 94

2. Tujuan ... 95

3. Alasan Pemilihan Program... 96

4. Usulan Program... 100

E. Contoh Satuan Persiapan Katekese Keluarga ... 105

BAB V. PENUTUP... 119

A. KESIMPULAN ... 119

1. Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Katolik ... 119

2. Pendidikan Iman Anak di Tengah-tengah Keluarga Katolik Umat Stasi Kedamin Darat Hulu... 120

3. Katekese Keluarga Cocok Diterapkan dalam Keluarga Katolik... 120

B. SARAN ... 121

(18)

xviii

Lampiran 3a : Surat Pemberitahuan Sudah Mengadakan Penelitian kepada

Kaprodi IPPAK FKIP USD Yogyakarta... (3) Lampiran 3b : Surat Pemberitahuan Sudah Penelitian kepada Dosen

(19)

xix

Alkitab Indonesia (LAI), IKAPI, Jakarta, Edisi 6, Tahun 2004.

B. SINGKATAN DOKUMEN-DOKUMEN RESMI GEREJA

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

DV : Dei Verbum, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 7 Desember 1965.

FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen Dalam Dunia Modern, 22 November 1981.

GE : Gravissimum Educationis, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tantang Pendidikan Kristen, 7 Desember 1965.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Patoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.

(20)

xx Campact Disc

Com : Commercial

dkk : Dan Kawan-kawan DLL : Dan Lain-lain

Dokpen : Dokumentasi Penerangan Ef : Efesus

FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan http : Hypertext Transfer Protocol

Ign : Ignatius

IPPAK : Ilmu Pengetahuan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Ir : Insinyur

Kej : Kejadian

KK : Kepala Keluarga Kel : Keluaran

Kol : Kolose

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia Lih : Lihat

(21)

xxi PIA : Pendidikan Iman Anak

PKK : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PL : Perjanjian Lama

PPL : Praktek Pengalaman Lapangan Prodi : Program Studi

Ptr : Petrus Puskat : Pusat Kateketik

Rm : Romo

RS : Rumah Sakit RT : Rukun Tetangga SCP : Shared Christian Praxis SD : Sekolah Dasar sd : Sampai dengan S1 : Strata Satu SJ : Serikat Jesus

(22)
(23)

1

Di dalam kehidupan keluarga umat Stasi Kedamin Darat Hulu sering kali terjadi berbagai macam permasalahan. Permasalahan-permasalahan antara lain kurangnya komunikasi antara suami dan istri. Mereka kurang berani untuk berterus terang, suami kurang memperhatikan perasaan istri, istri kurang memahami tuntutan tugas suami. Dalam kaitannya dengan perekenomian keluarga, kadang kala anggota keluarga kurang mampu mengatur ekonomi rumah tangganya, suami dan istri mencurahkan segala waktu dan perhatiannya pada pencarian nafkah sehingga waktu untuk keluarga kurang. Persoalan yang berkaitan dengan pendidikan iman anak dalam keluarga umat Stasi Kedamin Darat Hulu juga sering terjadi, orang tua kurang memahami kesulitan-kesulitan anak, anak tidak berterus terang kepada orang tua dan orang tua juga kurang mampu untuk membedakan antara kasih sayang terhadap anak dan memanjakan anak.

(24)

yaitu pendidikan iman anak. Orang tua lebih peka terhadap perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan demikian keharmonisan dalam keluarga akan terjalin dan tidak ada permasalahan yang dapat merusak kehidupan keluarga. Di samping yang sudah positif ada juga yang masih negatif, yang banyak terjadi dalam sebuah keluarga umat Stasi Kedamin Darat Hulu mengenai pendidikan iman anak di antaranya banyak di kalangan orang tua terlalu sibuk dengan perkerjaannya dan mereka lebih mementingkan pekerjaan ketimbang memperhatikan pendidikan iman anaknya. Sebagian orang tua belum cukup berpengalaman untuk membina sebuah keluarga dikarenakan mereka menikah terlalu muda dan orang tua hanya mengandalkan guru agama yang ada di sekolah dalam mendidik anaknya. Di lain pihak banyak orang muda yang belum cukup umur untuk membina sebuah keluarga. Mereka belum berpengalaman dalam hal pendidikan iman anak sehingga anak kurang mendapat dukungan, perhatian dan kasih sayang dari pihak orang tua itu sendiri.

Di sisi lain juga terjadi perceraian dari pihak orang tua, hal ini disebabkan orang tua tidak tahan bahkan stress menghadapi permasalahan yang terjadi dalam keluarga sehingga jalan yang diambil dari keduanya adalah berpisah.

(25)

Pendidikan Iman Anak dalam keluarga dapat dilakukan secara sederhana, misalnya orang tua di dalam kehidupan sehari-hari mengajarkan tata krama dan sopan santun seperti mengajarkan anak untuk bersikap sopan kepada orang tua, mengajarkan anak bagaimana bersikap kepada orang tua, kakak, teman sebaya dan masyarakat sekitar. Pendidikan iman bukan semata-mata pengetahuan dan perintah melainkan sikap dan teladan dari kedua orang tua itu sendiri. Pendidikan iman anak yang terjalin baik sejak dini melalui kedua orang tua akan membawa perkembangan bagi anak serta menciptakan keharmonisan dalam keluarga, membawa kehangatan di tengah keluarga dan kedekatan antar anggota keluarga yang lain. Dengan demikian pendidikan iman anak akan tumbuh dan berkembang dalam keluarga.

(26)

Di zaman sekarang ini keluarga Kristen harus melaksanakan panggilan mereka yang istemewa untuk memberikan kesaksian tentang Makna Paskah Kristus yang tiada henti-hentinya memancarkan kegembiraan cinta kasih dan harapan (FC, art. 53). Dalam kehidupan keluarga cinta kasih adalah bagian dari perhatian Gereja terhadap keluarga. Begitu juga keluarga harus memberikan cinta kasihnya kepada anak-anaknya karena anak adalah bagian dari Gereja.

Dengan melihat permasalah yang terjadi penulis menawarkan katekese keluarga sebagai usaha untuk membantu keluarga-keluarga Kristiani dalam pendidikan iman anak. Orang tua tidak hanya mengajarkan tentang iman pada anak-anaknya saja melainkan mereka sungguh-sungguh menghayati imannya dalam hidup sehari-hari serta melaksanakannya dalam keluarga. Pengalaman hidup dalam keluarga merupakan bagian terpenting dalam katekese.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mendalami judul skripsi, yakni “UPAYA MENINGKATKAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI UMAT STASI KEDAMIN DARAT HULU PAROKI HATI MARIA TAK BERNODA PUTUSSIBAU KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE KELUARGA”.

B. Rumusan Permasalahan

(27)

1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Iman Anak di dalam keluarga Kristiani?

2. Sejauhmana Pendidikan Iman Anak di tengah-tengah keluarga Kristiani di Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau Kalimantan Barat sudah berjalan baik?

3. Katekese keluarga seperti apa yang cocok diterapkan di tengah-tengah keluarga-keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengemukakan hal-hal pokok tentang pendidikan iman anak dalam keluarga Kristiani.

2. Mengetahui baik tidaknya pendidikan iman anak di tengah-tengah keluarga-keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau.

3. Memaparkan katekese keluarga yang cocok bagi keluarga-keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau. 4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata Satu (S1) Prodi IPPAK

(28)

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Bagi Keluarga (Orang Tua):

Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua tentang pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau Kalimantan Barat.

2. Bagi Penulis:

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Pendidikan Iman Anak dalam keluarga-keluarga Kristiani sehingga dapat menemukan cara maupun metode yang tepat sehubungan dengan pendidikan iman anak.

E. Metode Penulisan

(29)

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika ini penulis menyampaikan pokok-pokok gagasan skripsi.

Bab pertama merupakan pendahuluan. Pada bagian ini, penulis menguraikan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab kedua memaparkan tentang pendidikan iman anak. Pada bagian kedua penulis menguraikan tentang pengertian pendidikan, tujuan pendidikan, model pendidikan, pengertian iman, pentingnya iman dalam hidup umat beriman, pengertian keluarga, tujuan hidup berkeluarga, pengertian keluarga Kristiani, tujuan keluarga Kristiani, pengertian pendidikan iman anak, tujuan pendidikan iman anak, dan model-model pendidikan iman anak.

Bab ketiga menguraikan gambaran pendidikan iman anak di tengah-tengah keluarga Kristiani Umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau. Bab ini membahas tiga pokok: pokok pertama mengenai gambaran umat, pokok yang kedua mengenai gambaran Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga dan pokok yang ketiga mengenai Penelitian pelaksanaan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Kristiani di Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau.

(30)

Bab ini meliputi pengertian, tujuan, ciri-ciri, isi, kekhasan dan model katekese, pengertian, tujuan, katekese keluarga mempunyai maksud, dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam katekese keluarga, Proses Katekese Keluarga, Usulan program dan contoh satuan persiapan katekese keluarga.

(31)

9

penulisan yang telah diuraikan pada bab pertama, maka pada bab kedua penulis menguraikan teori tentang pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga agar para orang tua merasa terbantu dengan pengetahuan sehingga dalam keluarga terciptalah kedamaian, kesejahteraan dan keharmonisan dalam menjalin sebuah keluarga.

Pada bab ini, penulis akan membagi pembahasan menjadi 4 bagian yang meliputi: bagian pertama akan membahas mengenai pokok-pokok pendidikan yang terdiri dari pengertian pendidikan, tujuan pendidikan dan model pendidikan. Kemudian pada bagian kedua akan dibahas mengenai iman yang terdiri dari pengertian iman dan pentingnya iman dalam hidup umat beriman. Pada bagian ketiga penulis akan membahas keluarga Kristiani yang bagian-bagiannya meliputi pengertian keluarga, tujuan hidup berkeluarga, pengertian keluarga Kristiani dan tujuan keluarga Kristiani. Sedangkan pada bagian yang keempat penulis akan membahas mengenai pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani yang meliputi pengertian pendidikan iman anak, tujuan pendidikan iman anak dan model-model pendidikan iman anak baik yang terjadi dalam keluarga, sekolah maupun sekolah minggu.

(32)

pesat ada berbagai macam salah satunya sarana audio visual yang dapat digunakan terutama oleh orang tua dalam mendidik iman anaknya.

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Di zaman modern sekarang ini dunia pendidikan sangat dibutuhkan oleh banyak orang. Pada zaman dahulu tingkat pendidikannya sangat rendah, hal ini diakibatkan karena situasi tempat jauh dari kota. Tanpa adanya pendidikan di dalamnya orang tidak akan tumbuh dan berkembang. Melalui pendidikan itulah orang akan berkembang dan tanpa campur tangan dari orang lain seseorang tidak akan bisa hidup dan berkembang sendirian. Maka dalam hal ini peran serta orang lain sangat dibutuhkan demi perkembangan.

(33)

berwewenang untuk membantu, membimbing dan mengarahkan orang yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan individu.

Hartoto,http://fatamorghana.wordpress.com/2009/10/07/pengertian-pendidikan/ Accesed on July 11, 2008 menjelaskan bahwa batasan mengenai pendidikan menurut pandangan para ahli memiliki pengertian dan isi yang bermacam-macam serta mempunyai perbedaan satu sama lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasi, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau karena falsafah yang melandasinya.

a. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya

Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya mengalami proses transformasi dari generasi tua sampai ke generasi muda.

b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi

(34)

c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara

Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.

d. Pendidikan sebagai Pendidikan Tenaga Kerja

Pendidikan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan kerja. Ini menjadi misi penting dalam pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

2. Tujuan Pendidikan

Edi, http://www.edipsw.com/2008/02/apakah-tujuan-pendidikan/ Accessed on September 01,2008 berbicara tentang dunia pendidikan tentunya tidak terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri. Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika mempunyai tujuan yang jelas tentunya ditempuh dengan tindakan-tindakan yang jelas pula. Di Indonesia pendidikan belum dikatakan berhasil hal ini terbukti masih banyak pengangguran yang terjadi di sana-sini. Ketika beliau mengikuti pelatihan dalam outbound training yang diberikan oleh pimpinan perusahaan bernama Bapak Ir.

Rachmat Ardji Wardana disinilah ia mengerti tentang teori siap pakai. Outbound training yang diikutinya menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk

(35)

tugas yang telah diamanahkan. Siap pakai keterampilan menentukan 15 % keberhasilan kita sedangkan siap pakai mental menentukan 85 % dalam keberhasilan kita. Pendidikan di negara kita hanya mengajarkan siap pakai keterampilan dan tidak mengajarkan siap pakai mental sehingga tingkat siap pakai masih diragukan. Sedangkan kurikulum yang ada di Indonesia ini masih menerapkan warisan leluhur dari peninggalan Belanda yang kebanyakan hanya teori-teori saja.

Bambang Sudibyo,http://www.diknas.go.id/../1231408630.pdf. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik/Accessed on July 22, 2008 menyebutkan tujuan pendidikan yaitu:

Siswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab, diperlukan pembinaan kesiswaan secara sistematis dan berkelanjutan.

Rumusan tujuan pendidikan yang diungkapkan oleh menteri pendidikan nasional Indonesia mau mengungkapkan bahwa para siswa perlu memiliki sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mampu mewujudkan manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan menjadi warga masyarakat yang berkhlak mulia, demokratis dan menghormati hak-hak asasi manusia.

3. Model Pendidikan

(36)

pendidikan oleh Maria Montessory yang dikenal dengan pendidikan Konder Garden. Maria Montessory adalah pakar pendidikan dari Itali dinilai oleh sangat berbeda dengan sekolah yang ada sekarang ini. Dia sangat kagum ketika menemukan dan mengamati praktek Sekolah Montessory di Negeri Kincir Angin, Belanda. Karena sejak awal sekolah ini telah mengelompokkan anak-anak didiknya berdasarkan bakat dan minat mereka. Hubungan sosial antar siswa sangat hidup. Pendidikan semacam ini yang ditawarkan kepada anak didik sangat bermakna sehingga suasana kelas sangat menyenangkan.

Heryatno (2008:66) mengutip pandangan Maria Harris yang bertolak dari pengalamannya sendiri, menyatakan model magang, belajar dari guru yang sudah berpengalaman merupakan cara yang tepat bagi para guru baru mendidik dan memperkembangkan dirinya sendiri. Ia mengenang seniornya, Mary Anderson Tully sebagai guru yang kaya akan ilham dan inspirasi.

(37)

menggarisbawahi segi rasa (berkaitan dengan lambang dan simbol) dan segi pengalaman. Seni juga terbuka dan peka pada dimensi religius (Heryatno, 2008:66).

Di samping seni, elemen kedua yang ditangkap kuat-kuat oleh Harris dari Tully adalah persiapan. Di dalam persiapan kita tidak hanya sibuk dengan materi yang memang penting, tetapi kita juga harus memperhatikan suasana (ekologi pendidikan), menentukan bahasa dan kontemplasikan hidup peserta. Yang perlu digarisbawahi adalah sikap dan kesadaran kita bahwa yang kita hadapi adalah pribadi para peserta didik. Dengan penuh simpati mereka kita terima, percayai dan hormati sebagai subyek, yang bebas bertanggungjawab untuk membentuk sejarah hidupnya sendiri, yang diperkaya dengan berbagai macam bakat dan kemampuan. Dalam hal ini kita juga mengharapkan agar guru dan peserta didik, dan dengan materi yang didukung oleh suasana keterbukaan dan persaudaraan sungguh terjadi dialog dan komitment (Heryatno, 2008:66).

(38)

pendekatan ini, siswa tidak belajar satu mata pelajaran tertentu tetapi mempelajari banyak mata pelajaran sekaligus melalui sebuah tema yang dipelajari. Metode ini berkembang atas pemikiran bahwa proses belajar seharusnya terintegrasi bukan terpecah-belah.

Model yang digunakan Paulo Freire adalah suatu model yang dapat memberikan perubahan-perubahan politik yang mendalam, bukan hanya teknik-teknik baru dan struktur-struktur ekonomi untuk menjamin terciptanya dasar bagai demokrasi. Freire menyatakan bahwa pendidikan harus bersifat sosial dan politis, suatu usaha yang konstan untuk merubah sifat seseorang dan menciptakan watak demokratis. Sebagai seorang pendidik untuk orang dewasa di Brazil, Freire melihat bahwa pekerjaannya tidak terbatas hanya untuk mengatasi masalah buta huruf semata, tetapi juga harus menjadi suatu upaya mengatasi masalah kurangnya pengalaman rakyat Brazil tentang demokrasi (Freire Paulo, 1999:19-20).

Model pendidikan menurut Rm. Van Lith, SJ adalah model pendidikan yang mengentaskan kaum pribumi dari ketidakadilan. Beliau mengarahkan supaya siswa-siswa bisa bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang komit pada perubahan masyarakat yang lebih adil (Tim Redaksi Kanisius, 2008:9-10).

(39)

Model pendidikan Kristiani yaitu pendidikan yang mengarah pada perubahan sosial kearah kehidupan bersama yang lebih adil, bersaudara, solider dan lebih memihak kepada yang lemah (Tim Redaksi Kanisius, 2008:21).

B. Iman

1. Pengertian Iman

Iman pertama dan utama merupakan hubungan manusia dengan Allah. Hubungan itu diwujudkan melalui kehidupan bersama dalam masyarakat, khususnya bersama dengan orang yang berada di sekeliling kita dan tetangga. Oleh karena itu iman tidak terlepas dari interaksi di dalam masyarakat sekitar dan kebudayaan yang dirumuskan dalam berbagai macam kepercayaan dan keyakinan yang ada.

Dalam hubungan antara manusia dan Allah secara pribadi manusia mengungkapkan perasaan dan isi hati dalam bentuk doa dan ibadat. Iman tidak hanya berhenti pada ibadat dan doa saja melainkan disertai dengan tindakan konkret dalam kehidupan sehari-hari.

(40)

ilahi (lih. Ef 2:18;2Ptr 1:4). Maka dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan (lih. Kol 1:15; 1Tim 1:17) dari kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya (lih. Kel 33:11; Yoh 15:14-15) dan bergaul dengan mereka (lih. Bar 3:38), untuk mengundang mereka ke dalam persekutuan dengan diri-Nya dan menyambut mereka di dalamnya.

Iman adalah hubungan cinta kasih antara manusia dengan Allah, yang membuat manusia menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah, karena manusia mengalami bahwa Allah mencintai tanpa batas. Allah menyatakan Diri kepada manusia dalam pertemuan secara pribadi dengan-Nya yaitu melalui doa. Dalam pertemuan itu Allah tidak hanya memperkenalkan diri-Nya saja melainkan Allah menyatakan rencana keselamatanNya kepada manusia melalui perbuatan dan perkataan. Wahyu Allah merupakan hubungan timbal balik yang mengajak manusia untuk turut serta dalam kesatuan hidup denganNya.

Kata iman dalam Alkitab berasal dari kata Yunani pistis padanan kata Ibrani

emuna yang memiliki arti kepercayaan. Sebagai suatu kepercayaan, iman memiliki

unsur ketaatan, pengetahuan dan harapan. Kitab Ibrani 11:1 mengartikan iman sebagai “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.

(41)

manusia untuk dipelihara dengan baik dan Allah juga memberikan yang terbaik bagi kehidupan manusia (Tim Penyusun Bahan Pekan Keluarga, 1993:4).

Dalam iman manusia menyadari bahwa Allah akan setia mendampingi kehidupan umat manusia tanpa batas, menyapa dan memanggil. Iman merupakan hubungan pribadi dengan Allah dan hanya terjadi karena rahmat dari Allah (Konferensi Waligereja Indonesia, 1996:129).

2. Pentingnya Iman Dalam Hidup Umat Beriman a. Iman Memberikan Kekuatan

Manusia sebagai makhluk yang lemah dan rapuh pasti pernah mengalami berbagai macam situasi yang tidak diinginkan misalnya ketika terbaring sakit. Ketika mengalami kebahagiaan manusia terkadang lupa untuk mensyukuri anugerah yang telah Tuhan berikan kepada umat-Nya. Namun ketika manusia dihadapkan pada situasi penderitaan (sakit) manusia baru menyadari bahwa dia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri tanpa ada bantuan dari Sang Penyelamat yaitu Yesus Kristus. Dalam menghadapi kehidupan Yesus Kristus sebagai andalan kita dalam suka dan duka memberikan kekuatan dan menopang ketika kita dalam kondisi lemah dan rapuh.

b. Iman Memberikan Harapan

(42)

Tanpa adanya harapan kita akan mudah menyerah dalam menghadapi situasi hidup yang tidak kita inginkan. Harapan membuat kita untuk terus berjuang demi mewujudkan cita-cita yang diinginkan. Pentingnya harapan dalam hidup membuat kita tidak mudah menyerah dan putus asa, harapan akan adanya kebahagiaan sejati membantu kita untuk tetap berusaha dan percaya akan adanya Yesus Kristus sebagai Penyelamat umat manusia.

(43)

C. Keluarga Kristiani 1. Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Demi kepentingan keluarga orang tua diminta banyak pengorbanan untuk anak-anaknya, anak-anak diajarkan untuk menghormati orang tua, adik-adik membantu dan menaati kakak-kakaknya. Keluarga tidak lagi dibina dalam kesatuan hierarkis, yang hanya menekankan ketaatan saja melainkan keluarga adalah kesatuan hidup. Karena hidup tidak dengan sendirinya menciptakan kesatuan itu, maka semua ikut bertanggung jawab, agar anak-anak memulai perjalanan hidup mereka dalam perhatian dan kasih, yang membuat mereka menjadi yakin akan kasih Allah yang menginginkan hidup. Keluarga adalah ruang, tempat hidup disayangi dan kita belajar menyayangi satu sama lain. Maka, di dalam keluarga ketaatan saja tidak cukup. Semua anggota keluarga harus belajar berkorban satu bagi yang lain dan saling mengasihi (Konferensi Waligereja Indonesia, 1996: 54).

(44)

Keluarga berarti seorang pria dan seorang wanita yang telah disatukan dalam ikatan perkawinan yang berdiri di atas kakinya sendiri dengan seluruh miliknya, dengan anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam perawatan dan asuhan dalam suasana yang segar, terang cahaya dan air bersih dan bening (Sugiyo Teha, 1996: 17). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1992 mendefinisikan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasar perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang dengan antar anggota keluarga dan antara keluarga serta lingkungannya.

Sugiyo Teha (1996:124) berpendapat keluarga merupakan unit dasar masyarakat, tempat kelahiran, pemeliharaan dan menjalani kehidupan. Di samping itu juga keluarga menjadi tempat untuk mengenal hubungan antar manusia serta pergaulan hidup dengan alam ciptaan Tuhan.

b. Tujuan Hidup Berkeluarga

Dalam pernikahan dan keluarga diwujudkan hubungan antar suami-istri, orang tua dengan anak, bapak dengan ibu, hubungan dengan anak dan persaudaraan. Melalui relasi-relasi itu, setiap anggota diintegrasikan ke dalam ‘keluarga manusia’ dan ‘keluarga Allah’, yakni Gereja (FC 15).

(45)

eksklusif suami-istri. Roh Kudus mencurahkan lewat sakramen perkawinan cinta sejati antara mereka, seperti cinta yang menghubungkan Yesus Kristus dan Gereja. Kesucian semacam itu dilawan oleh poligami, yang menentang kehendak Allah (GS 49).

Cinta suami-istri juga berciri takterceraikan, karena penuhnya cinta karena dituntut demi kesejahteraan anak karena dikehendaki Allah menjadi lambang cinta Allah dan Kristus bagi umat-Nya. Maka perceraian tegas ditolak oleh Kristus sendiri (Mat 19:6). Kesatuan pertama itu mendasari kesatuan seluruh keluarga yang bersatu karena darah dan hubungan batin. Maka keluarga disebut juga Gereja domestik (LG 11). Cinta kasih itu merupakan pantulan hidup serta partisipasi nyata dalam cinta kasih Allah terhadap umat manusia, begitu pula cinta kasih Kristus Tuhan terhadap Gereja Mempelai-Nya (FC 17).

2. Keluarga Kristiani

a. Pengertian Keluarga Kristiani

(46)

terus-menerus untuk kedamaian, kerja sama dan keselamatan keluarga (Budyapranata, 1981:20).

b. Tujuan Keluarga Kristiani

Tujuan keluarga Kristiani sebagai berikut: 1) Kelangsungan Bangsa

Dalam Kitab Kej 1:26 “Bertumbuhlah dan berkembang biaklah”. Dalam perkawinan bukan sekedar untuk cinta-cintaan berdua melainkan supaya atas dasar cinta inilah tumbuh keturunan baru (manusia baru). Yang perlu diperhatikan adalah bahwa “berkembang biaknya manusia ” lain dengan hewan yaitu harus dalam suasana cinta. Hal ini dapat diartikan bahwa persetubuhan diadakan bukan sekedar menuruti hawa nafsu, melainkan dengan kesadaran dan tanggung jawab bahwa itu merupakan pelaksanaan dari Sabda Tuhan. Yang khas dari perkawinan adalah bahwa ikatan mereka adalah ikatan cinta kasih, bukan ikatan hobi, harta, pangkat ataupun keluarga. Ikatan cinta kasih inilah yang menjadi dasar dan jiwa perkawinan. Cinta bukan semata-mata dorongan nafsu, rasa tertarik, rasa simpati atau asmara melainkan hubungan pribadi yang mendorong mereka untuk bersatu dan saling menyerahkan diri demi kebahagiaan yang lain (Budyapranata, 1981:17-18).

2) Perkembangan pribadi

(47)

dalam seluruh hidupnya, sekurang-kurangnya oleh satu orang yang diharapkan. Tuhan menciptakan pria dan wanita bertujuan untuk melengkapi satu dengan yang lain (Budyapranata, 1981:18-19).

3) Kesejahteraan keluarga

Kesejahteraan keluarga dan kesejahteraan pribadi tiap-tiap orang di dalam masyarakat pada umumnya sangat erat hubungannya. Bahkan keselamatan keluarga sering kali merupakan keselamatan masyarakat. Artinya: nilai yang ditimba dalam keluarga akan terbantu dalam masyarakat. Dalam membina sebuah keluarga yang paling penting adalah kejujuran dan kewajaran. Ada sikap terbuka. Open management: membuat rencana atau pembagian kerja, tatatertib keluarga dan

anggaran belanja bersama (Budyapranata, 1981:19-20).

D. Pendidikan Iman Anak

1. Pengertian Pendidikan Iman Anak

Suhardiyanto (2004:1) menguraikan bahwa pendidikan iman anak adalah segala kegiatan apapun, dalam lingkup manapun yang dilakukan demi perkembangan iman anak, baik dalam lingkup keluarga maupun dalam lingkup paroki.

(48)

tindakan bebas manusia. Dengan kata lain kata pendidikan dalam istilah pendidikan iman harus kita mengerti dalam arti khusus, yakni usaha manusia untuk menciptakan situasi dan suasana hidup beriman sedemikian rupa, hingga membantu dan mempermudah perkembangan iman. Pendidikan bukan merupakan suatu campur tangan langsung pendidik atas iman, tetapi usaha dari luar untuk membantu dan mempermudah perkembangan iman (Adisusanto, 2000:4).

2. Tujuan Pendidikan Iman Anak

Tujuan utama Pendidikan Iman Anak adalah anak-anak memiliki sikap dan wawasan iman Kristiani serta bangga atasnya, serta mampu pula mengungkapkan dan mewujudkan imannya sesuai usia mereka (Suhardiyanto, 2004:5). Pendidikan iman anak bertujuan untuk membantu anak sejak usia dini sampai anak menjadi dewasa agar dapat menyadari dan mengenal imannya yang sedang bertumbuh dan berkembang sehingga menjadi manusia yang dewasa.

3. Model Pendidikan Iman Anak a. Dalam Keluarga

(49)

tercipta suasana yang harmonis untuk bertumbuh dan berkembangnya iman anak. Maka tugas pendidikan iman anak dalam keluarga menjadi tugas penting yang dimiliki oleh kedua orang tua. Untuk membangun suasana iman anak dalam keluarga tentunya kedua orang tua memperhatikan dan mengajarkan anak-anak dalam berdoa, mengenal Allah dan belajar menghargai orang lain. Di samping itu juga pendidikan iman anak dapat terjadi lewat pengalaman hidup sehari-hari misalnya perayaan ulang tahun, dan lain-lain. Untuk memperjelas model pendidikan iman anak dalam keluarga pada bagian berikut akan diberikan contoh pengalaman keluarga dalam hal pendidikan iman anaknya.

b. Dalam Sekolah

Subyek yang terpenting dalam lingkup sekolah adalah guru dan murid. Hubungan guru dan murid, antara murid dan murid, antara guru dan guru, aturan dan tata tertib yang dibuat yang dijiwai semangat Kristiani akan membantu murid dan guru untuk memperkembangkan imannya (Freswinda Nur Widayati, 1993:36).

Konsili Vatikan II mendorong umat beriman supaya rela memberi bantuan untuk menemukan metode-metode pendidikan serta sistem pengajaran yang cocok untuk membina guru-guru agar mampu mendidik kaum muda sebagaimana semestinya. Kehadiran Gereja di dunia persekolahan Katolik menyatakan ciri khas yang terdapat dalam GE art. 8 sebagai berikut:

(50)

dalam mengembangkan kepribadian mereka sekaligus berkembang sebagai ciptaan baru, sebab itulah mereka karena menerima Baptis.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah Katolik dapat menciptakan suatu komunitas hidup bersama yang dijiwai oleh semangat cinta kasih dan membantu kaum muda untuk mengembangkan kepribadian mereka sehingga menjadi manusia baru.

c. Dalam Sekolah Minggu

(51)

29

Setelah melihat arti dari pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani, tujuan pendidikan iman anak, model-model pendidikan iman anak berserta pengalaman-pengalaman dari keluarga-keluarga dalam mendidik iman anaknya, maka pada bab III ini penulis akan membahas tentang gambaran pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu. Bagian pertama penulis akan membahas gambaran umat Stasi Kedamin Darat Hulu yang meliputi: letak Stasi, jumlah dan situasi umat Katolik. Sedangkan bagian selanjutnya akan membahas tentang gambaran pelaksanaan pendidikan iman anak, persiapan penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan dari hasil penelitian.

A. Gambaran Umat Stasi Kedamin Darat Hulu

(52)

budaya, kegiatan-kegiatan yang ada serta kesulitan yang dialami oleh umat Stasi Kedamin Darat Hulu.

1. Letak Stasi Kedamin Darat Hulu

Stasi Kedamin Darat terletak di sebuah Desa yaitu Desa Kedamin Darat yang tidak terlalu jauh dari Kota Putussibau. Desa Kedamin Darat Hulu ini dibagi menjadi 2 RT yaitu RT 1 ketua RT adalah Bapak Fransiskus Lesson dan ketua RT 4 adalah Bapak Asin. Jumlah penduduk berdasarkan data tahun 2008 RT 1 adalah 364 orang, laki-laki 178 orang dan perempuan 186 orang sedangkan jumlah KK dalam RT 1 adalah 91 KK. Jumlah penduduk di RT 4 adalah 254 orang, laki-laki 152 orang dan perempuan 102 orang sedangkan jumlah KK dalam RT 4 adalah 63 KK. Penduduk Kedamin Darat Hulu mempunyai keyakinan antara lain: Katolik, Prostestan dan Islam. Penganut agama Katolik terbanyak dibanding agama Islam dan Protestan yang ada di Stasi Kedamin Darat Hulu dengan jumlah 464 orang, Prostestan berjumlah 80 orang dan Islam berjumlah 74 orang. Kedamin Darat Hulu agak jauh dari sungai Kapuas.

(53)

diresmikan pada tahun 1986. Sebelum berdirinya Gereja ini, umat yang ada di Stasi Kedamin Darat Hulu melaksanakan perayaan ekaristi di sekolah. Dengan meningkatnya jumlah umat yang ada di Stasi ini pemimpin umat yang bernama Bapak David berinisiatif untuk membangun Gereja bersama masyarakat yang ada di Stasi Kedamin Darat Hulu. Lokasi tanah berdirinya Gereja Imanuel ini dihibahkan oleh Bapak David selaku pemimpin umat. Pembangunan Gereja Imanuel ini tidak terlalu jauh dari tempat tinggal umat yang ada di Stasi Kedamin Darat Hulu. Keadaan alam tanah masih alami dan letak lokasi Gereja Imanuel Kedamin Darat Hulu berada di dekat jalan raya menuju kota Putussibau, sehingga umat tidak mengalami kesulitan dalam komunikasi dan transportasi. Umat Stasi Kedamin Darat Hulu yang hendak pergi ke Gereja dapat berjalan kaki atau dengan menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda maupun motor.

2. Jumlah dan Situasi Umat Katolik

Jumlah umat Katolik yang ada di Stasi Kedamin Darat Hulu adalah 464 orang, dari jumlah umat Katolik tersebut berjenis kelamin laki-laki berjumlah 243 sedangkan berjenis kelamin perempuan berjumlah 221 orang. Jumlah kepala keluarga yang bergama Katolik di Stasi Kedamin Darat Hulu adalah 100 KK. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, penduduk Stasi Kedamin Darat Hulu kebanyakan laki-laki.

(54)

dari berbagai daerah, menetap dan berkeluarga di Stasi Kedamin Darat Hulu. Umat Stasi Kedamin Darat Hulu berjumlah 100 kepala keluarga. Umat Stasi Kedamin Darat Hulu mayoritas mata pencaharian adalah petani walaupun ada sebagian yang pegawai negeri sipil. Dalam kehidupan sehari-hari keterlibatan umat dalam kehidupan menggereja cukup aktif.

3. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

Situasi kemasyarakatan sosial yang terjadi di Stasi Kedamin Darat Hulu ini sangat mendukung terjalinnya persaudaraan, kekeluargaan, gotong-royong, kerja bakti serta memberikan sumbangan dana kematian. Hal ini sangat terlihat jika ada kegiatan di Stasi tersebut misalnya sembayangan, pernikahan maupun kematian penduduk yang ada selalu ikut membantu dan ikut serta dalam kegiatan tersebut. Begitu juga dengan penduduk pendatang mereka selalu ikut serta dalam kegiatan tersebut tanpa memandang suku, agama dan daerah. Penduduk Kedamin Darat Hulu pada umumnya orang Dayak Kantuk dan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Kantuk dan bahasa Melayu.

4. Kegiatan-kegiatan yang ada di Stasi Kedamin Darat Hulu

(55)

Stasi ini mengadakan rosario bersama secara bergiliran dari rumah ke rumah yang diadakan 2x dalam seminggu. Kegiatan pendalaman iman tidak ada jadwal secara rutin setiap bulan, tetapi kegiatannya dilakukan pada saat bulan-bulan tertentu saja seperti bulan Kitab Suci dan Adven, 1 minggu sekali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan umat di Stasi Kedamin Darat Hulu bermata pencaharian sebagai petani dan untuk memimpin pendalaman iman hanya orang-orang yang berpendidikan atau orang-orang tertentu saja. Sedangkan latihan koor diadakan pada saat akan tugas dan hari-hari besar. Hal ini disebabkan kekurangan tenaga pelatih. Sekolah minggu diadakan 1 jam sebelum perayaan ekaristi dimulai dan yang mengajar sekolah minggu anak-anak mudika. Gotong-royong membersihkan Gereja secara rutin dilaksanakan oleh anak-anak sekolah dan mudika 1 minggu sekali yaitu pada hari Sabtu sore. Di samping itu juga umat yang ada di Stasi Kedamin Darat Hulu ini juga mengadakan kegiatan PKK dan arisan bulanan bersama warga yang beragama Protestan dan bahkan Islam. Kegiatan arisan bulanan dan PKK tersebut menambah rasa persaudaraan, kebersamaan dan persatuan yang erat di antara umat beriman.

5. Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi Umat Stasi Kedamin Darat Hulu

(56)
(57)

B. Gambaran pendidikan iman anak dalam keluarga Kristiani di Stasi Kedamin Darat Hulu

Pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani Stasi Kedamin Darat Hulu masih kurang. Para orang tua mendidik iman anaknya hanya sebatas mengajak anak untuk pergi ke Gereja setiap minggunya, mengajari anak untuk berdoa baik sebelum makan, sesudah makan, sebelum dan bangun tidur,dll. Dalam mendidik iman anaknya para orang tua Stasi Kedamin Darat Hulu tidak jauh berbeda dengan pengalaman keluarga-keluarga baik itu keluarga Albertus Rudy Suwandi, keluarga Eustachius Leton dan keluarga Markus Heriwinata yang sudah dibahas pada bab II.

(58)

C. Penelitian pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga Kristiani di Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau Kalimantan Barat.

1. Desain Penelitian a. Pengantar Penelitian

Pada bagian ini penulis akan membahas latar belakang penelitian, tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, instrumen pengumpulan data, responden penelitian, variabel penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian.

b. Latar Belakang Penelitian

(59)

Hal ini menjadi suatu keprihatinan bagi para orang tua mengingat kesibukan sehingga pendidikan iman anak yang dirasa penting diabaikan begitu saja. Padahal orang tua sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama bagi perkembangan iman anaknya. Para guru di sekolah maupun sekolah minggu hanya membantu orang tua saja untuk menumbuhkan dan mengembangkan iman anak-anak mereka dalam mengenal Yesus Kristus. Orang tua sebagai teladan pendidikan iman yang dapat dicontoh dan ditiru oleh anak. Anak dapat mengenal Yesus Kristus melalui didikkan orang tua baik itu dalam doa yang diajarkan dalam keluarga maupun contoh sikap orang tua dalam kehidupan sehari-hari.

(60)

juga orang tua harus menanamkan suasana cinta kasih kepada anak-anak agar mereka merasa nyaman dan mendukung perkembangan iman agar menjadi pribadi yang dewasa.

(61)

c. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Memperoleh gambaran pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau Kalimantan Barat

2) Mengetahui seberapa besar usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam pendidikan iman anak untuk semakin bertumbuh dalam iman.

3) Menemukan faktor-faktor pendukung dan penghambat peningkatan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau Kalimantan Barat.

d. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diadakan di Stasi Kedamin Darat Hulu, Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau Kalimatan Barat, dari tanggal 15 Juni – 19 Juli 2009.

e. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian

(62)

responden. Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu jenis kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.

Cara yang digunakan penulis untuk pengambilan data adalah dengan cara mendatangi ke rumah-rumah keluarga Katolik yang ada di Stasi Kedamin Darat Hulu. Sedangkan waktu yang digunakan untuk penyebaran sekaligus pengambilan kuesioner ini pada hari minggu jam 11.00-17.00 Wib. Alasan hari minggu digunakan untuk penyebaran dan pengambilan data adalah karena mengingat hari minggu keluarga-keluarga Katolik ada di rumah. Sedangkan kuesioner yang penulis sebarkan sebanyak 75 kuesioner. Dari 75 kuesioner yang tersebar hanya terkumpul 70 kuesioner saja sedangkan 5 kuesioner penulis titipkan ke pemimpin umat Stasi Kedamin Darat Hulu. Pada saat pengambilan 5 kuesioner pemimpin umat yang sudah berumur lupa tempat penyimpanan kuesioner yang sudah penulis serahkan.

f. Responden Penelitian

Responden penelitian adalah keluarga-keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu. Untuk menentukan responden penelitian perlu diketahui terlebih dahulu perbedaan populasi atau sampel. Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki sedangkan sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi (Sutrisno Hadi, 2000:182).

(63)

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dijawab oleh semua responden. Pengisian kuesioner ditujukan kepada kepala keluarga baik itu bapak atau ibu. Jika dalam satu keluarga tidak ada bapak maka yang mengisi kuesioner yang disebarkan adalah ibu sebagai kepala keluarga begitu juga sebaliknya.

Jumlah kepala keluarga yang beragama Katolik Stasi Kedamin Darat Hulu adalah 100 kk, dari jumlah tersebut penulis hanya mengambil responden 70 kk. Pengambilan responden tersebut berdasarkan pada kepala keluarga yang memiliki anak kecil.

g. Variabel Penelitian

Variabel adalah ciri atau karekteristik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya berubah-ubah (Sudjana Nana, 2001:11). Variabel merupakan suatu dimensi konsep yang dapat diukur yang mempunyai nilai atau lebih (Dapiyanta, 2004:29). Variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian ini sehubungan dengan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu yaitu: 1) Identitas Responden

2) Pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani 3) Sarana yang mendukung pendidikan iman anak

(64)

Tabel 1

Variabel penelitian pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani (N=70)

No Variabel No Soal Jumlah

1. Identitas Responden 1, 2, 3,4 4 2. Pelaksanaan pendidikan iman anak

dalam keluarga-keluarga Kristiani

5,6,7,8,9,10 6

3. Sarana yang mendukung pendidikan iman anak

11,12,13,14 4

4. Faktor pendukung dan penghambat dalam pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani

15, 16,17,18,19,20 6

Jumlah 20

2. Laporan Hasil Penelitian Pendidikan Iman Anak di Tengah-tengah Keluarga Umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau

(65)

penelitian ini disajikan sesuai urutan variabel yang tertera dalam tabel 2 yang terdiri: identitas responden, pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani, sarana dan prasarana yang mendukung pendidikan iman anak, dan faktor pendukung dan penghambat dalam pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani.

a. Identitas Responden

Pada bagian ini penulis akan memaparkan identitas peneliti yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin dan pekerjaan yang terungkap dalam tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Identitas Responden (N=70) No

Item

Pertanyaan Alternatif Jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Nama Responden (Tidak perlu diisi)

2 Usia Responden a. Kurang dari 30 Tahun b.31-35 Tahun

c. 36-40 Tahun d.Diatas 40 Tahun

29 8 8 25 41,4 11,4 11,4 35,7 3 Jenis Kelamin a. Laki-laki

b.Perempuan

31 39

44,2 55,7 4 Pekerjaan a. Ibu Rumah Tangga

b.Petani c. Swasta d.PNS

e. Guru Honor

(66)

Berdasarkan tabel 2 di atas dari 70 responden, sebagian besar yang mengisi kuesioner adalah perempuan (55,7%), sedangkan usia dari 70 responden ada 29 responden berumur kurang dari 30 tahun (41,4%). Dan dari 70 responden tersebut kebanyakan pekerjaannya adalah petani (50%).

b. Pelaksanaan Pendidikan Iman Anak dalam keluarga-keluarga Kristiani

Pada bagian ini, peneliti akan melaporkan hasil penelitian dari pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani seperti yang terungkap dalam tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani (N=70)

No Item

Pertanyaan Alternatif Jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)

5 Apakah Bapak-Ibu sudah merasa cukup melaksanakan

pendidikan iman anak

a. Sudah b.Belum

c. Masih dalam proses d.Lain-lain 59 1 10 0 84,2 1,4 14,2 0 6 Frekuensi

pembicaraan

Pendidikan iman anak dalam keluarga

a. Satu minggu satu kali

b.Dua kali dalam satu bulan c. Dua kali dalam satu

minggu d.Lain-lain:

Kadang-kadang kalau mau

(67)

No Item

Pertanyaan Alternatif Jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)

7 Bentuk kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan

pendidikan iman anak

a. Berdoa bersama b.Mendorong anak untuk Pergi ke Gereja

c. Membaca dan

mengenalkan tokoh-tokoh Kitab Suci d.Lain-lain 15 43 12 0 21,4 61,4 17,1 0 8 Untuk apa

melaksanakan

pendidikan iman anak dalam keluarga

a. Mengharapkan anak menjadi pribadi yang dewasa

b.Supaya iman anak berkembang

c. Karena Allah menghendaki orang tua untuk mendidik iman anak

d.Lain-lain

1) Menumbuhkan iman dalam diri anak-anak 2) Untuk lebih mendekatkan

kepercayaan anak kita kepada Tuhan Yesus Kristus, agar pendalaman imannya lebih dekat.

25 4 38 2 1 35,7 5,7 54,2 2,8 1,4

9 Kapan melaksanakan pendidikan iman anak

a. Setiap saat

1) Ketika anak pulang dari

55 5

(68)

No Item

Pertanyaan Alternatif Jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)

sekolah b.Sore hari

c. Lain-lain 1) Dini

2) Saat makan dan Tidur 3) Di saat ada kesempatan 4) Kadang-kadang

5) Malam hari

3 3 1 1 1 1 4,2 4,2 1,4 1,4 1,4 1,4 10 Sikap terhadap

pendidikan iman anak dalam keluarga

a. Sungguh perhatian b.Cukup perhatian c. Kurang perhatian d.Lain-lain

1) Mengajar anak agar selalu bersikap baik dalam keluarga dan lingkungan.

2) Bersikap sebagai orang tua anak

3) Akan berusaha

memberikan perhatian yang lebih.

4) Baru sedikit perhatian

(69)

Hasil penelitian tentang pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani berdasarkan tabel 3 di atas bahwa dari 70 responden, banyak responden yang menyatakan bahwa orang tua sudah melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga (84,2%). Hanya sedikit responden yang menyatakan bahwa pendidikan iman anak belum dilaksanakan dalam keluarga adalah 1 orang (1,4%). 25 orang menyatakan bahwa orang tua sering membicarakan pendidikan iman anak dalam keluarga sering membicarakan (78,5%). 43 orang menyatakan kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga yaitu mendorong anak untuk mengajak ke Gereja (61,4%). Dari 70 responden 38 orang menyatakan bahwa pendidikan iman anak perlu dilaksanakan karena Allah menghendaki orang tua untuk mendidik iman anak (54,2%). 55 responden mengatakan bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga dilaksanakan setiap saat (78,5%) dan hanya sedikit responden yang menjawab bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga dilaksanakan pada waktu sore hari (4,2%). 90% menyatakan bahwa mereka sungguh-sungguh perhatian terhadap pendidikan iman anak dalam keluarga.

c. Sarana yang mendukung pendidikan iman anak

(70)

Tabel 4. Sarana Yang Mendukung Pendidikan Iman Anak (N=70) No

Item

Pertanyaan Alternatif Jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)

11 Sarana yang

disiapkan Bapak-Ibu untuk mendukung pendidikan iman anak

a. Cerita bergambar b. Kitab Suci untuk

anak-anak

c. Menyediakan buku-buku doa

d. Lain-lain 1) Madah Bakti 2) Patung-patung

3) Kitab Suci PL dan PB 0 0 25 17 8 20 0 0 35,7 24,2 11,4 28,5

12 Sarana audio visual yang digunakan Bapak-Ibu dalam pendidikan iman anak

a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Lain-lain 10 35 25 0 14,2 50 35,7 0 13 Sarana audio visual

yang sering digunakan oleh Bapak-Ibu

a. Video b. Kaset suara c. Sound slide d. Lain-lain 17 39 14 0 24,2 55,7 20 0 14 Tempat Bapak-Ibu

melaksanakan

kegiatan pendidikan iman anak

a. Di rumah b. Di halaman c. Di kamar d. Lain-lain 62 3 5 0 88,5 4,2 7,1 0

(71)

mencapai 78,5%. Sedangkan sarana-sarana yang lain yang mendukung pendidikan iman anak adalah Madah Bakti 8,5%, Patung-patung 5,7% dan Kitab Suci PL dan PB sebanyak 7,1%. 35 responden yang mengatakan bahwa sarana audio visual kadang-kadang digunakan dalam pendidikan iman anak 50% dan sedikit responden yang mengatakan sarana audio visual tidak pernah digunakan 35,7%. Dari sarana-sarana yang ada banyak responden yang memilih kaset suara 55,7% sebagai sarana untuk mendukung pendidikan iman anak mereka, sedangkan sarana-sarana yang lain digunakan adalah video 24,2% dan sound slide 20%. Di samping itu juga responden memiliki tempat untuk melaksanakan kegiatan pendidikan iman anak di rumah, halaman dan di kamar. 62 responden yang memilih rumah 88,5% sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan pendidikan iman anak sedangkan halaman 4,2% dan kamar 7,1%.

d. Faktor pendukung dan penghambat dalam pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani.

(72)

Tabel 5. Faktor pendukung dan penghambat dalam pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani (N=70)

No Item

Pertanyaan Alternatif Jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)

15 Faktor pendukung pendidikan iman anak dalam keluarga

a. Kebiasaan berkumpul dan berdoa.

b. Mengasihi anak dan akrab terhadap anak

c. Suasana cinta kasih yang harmonis dan rukun

d. Lain-lain 36 9 25 0 51,4 12,8 35,7 0 16 Sikap yang paling

mendukung terbentuknya pendidikan iman anak dalam keluarga

a. Saling bertukar

pengalaman dan berdialog antar suami dan istri b. Tidak saling menyalahkan

antara satu dengan lain

c. Kedisiplinan dan keterbukaan di dalam

keluarga d. Lain-lain 33 27 10 0 47,1 38,5 14,2 0 17 Faktor yang ikut

mendukung pendidikan iman anak dalam keluarga

a. Keteladanan orang tua

b. Situasi keluarga yang harmonis

c. Lingkungan tempat tinggal yang nyaman

d. Lain-lain 46 14 10 0 65,7 20 14,2 0 18 Faktor penghambat

dalam pendidikan iman anak

a. Kesibukan

b. Memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga

c. Kurang memiliki

pengetahuan atau pengalaman d. Lain-lain 42 18 10 0 60 25,7 14,2 0 19 Kesulitan yang

dialami dalam

a. Anak mudah terpengaruh ke hal-hal negatif

(73)

No Item

Pertanyaan Alternatif Jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)

pendidikan iman anak

b. Faktor lingkungan yang kurang mendukung

c. Anak tidak menuruti perkataan orang tua

d. Lain-lain 37 18 0 52,8 25,7 0 20 Tantangan yang

menghambat Bapak-Ibu dalam pendidikan iman anak

a. Pergaulan bebas b. Anak lebih suka

mengikuti perkembangan zaman ketimbang melihat perkembangan zaman dahulu

c. Anak lebih suka budaya instan d. Lain-lain 12 16 42 0 17,1 22,8 60 0

(74)

harmonis 20% dan lingkungan tempat tinggal yang nyaman 14,2%. 42 orang yang mengatakan kesibukan merupakan faktor penghambat dalam pendidikan iman anak (60%), memenuhi kebutuhan keluarga (25,7%) dan 10 orang yang mengatakan kurang memiliki pengetahuan atau pengalaman (14,2%). Faktor lingkungan yang kurang mendukung menjadi kesulitan orang tua untuk mendidik iman anaknya misalnya anak-anak SD yang belum cukup umur sudah mengikuti gaya kehidupan orang dewasa misalnya minum-minuman beralkohol, merokok, membohongi orang tua,dll (52,8%) sedangkan 18 orang mengatakan bahwa kesulitannya adalah anak tidak menuruti perkataan orang tua (25,7%). 42 orang yang mengatakan bahwa tantangan yang menghambat orang tua dalam pendidikan iman anak adalah anak lebih suka budaya instan (60%), anak lebih suka mengikuti perkembangan zaman ketimbang melihat perkembangan zaman dahulu, misalnya di zaman sekarang anak lebih suka dengan budaya instant yang cepat ketimbang pada zaman dahulu yang membutuhkan suatu proses dan perjuangan (22,8%) dan 12 orang mengatakan bahwa pergaulan bebas (17,1%) merupakan hambatan yang dialami oleh orang tua dalam pendidikan iman anak.

3. Pembahasan Hasil Penelitian Pendidikan Iman Anak di Tengah-tengah Keluarga Umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau

(75)

pada bagian sebelumnya. Pembahasan ini bertujuan untuk memahami lebih lanjut hasil penelitian yang menggambarkan pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau Kalimantan Barat.

(76)

kepada Allah dan orang-orang lain sehingga perkembangan pribadi dan sosial dan utuh dapat dipupuk di antara anak-anak (FC 36).

Pendidikan iman anak merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama. Oleh karena itu untuk mendukung pendidikan iman anak dalam keluarga tentunya orang tua harus memiliki sikap dan perhatian yang sungguh kepada anak-anaknya baik itu mengajar anak untuk selalu bersikap baik dalam keluarga dan bersikap sebagai orang tua yang baik pada anak (tabel 3 no 10) dan pendidikan iman anak harus dilaksanakan setiap saat agar anak menjadi pribadi yang dewasa dalam iman (tabel 3 no 9).

Dalam pendidikan iman anak juga kedua orang tua harus saling mendukung perkembangan iman anak. Orang tua tidak hanya sibuk dengan urusan pribadinya saja melainkan orang tua harus memperhatikan perkembangan iman anaknya dan berusaha untuk meluangkan waktu untuk berkumpul dan berdoa bersama dalam keluarga. Kedua orang tua juga harus mengajarkan kepada anaknya untuk selalu mensyukuri dan mengucap terima kasih kepada Tuhan dalam keadaan apapun. Pendidikan iman anak dalam keluarga jangan diabaikan begitu saja karena itu merupakan tugas orang tua sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama. Para orang tua diharapkan untuk selalu meluangkan waktu untuk berkumpul bersama dengan keluarga agar anak tidak merasa di asingkan.

(77)

audio visual sangat membantu orang tua untuk mengenalkan tokoh-tokoh yang ada di Kitab Suci tidak hanya dilihat saja tetapi para orang tua mampu menjelaskan kepada anak-anaknya. Untuk mendukung pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga ada berbagai macam cara yang digunakan keluarga seperti memilih tempat yang enak untuk berkumpul melaksanakan kegiatan pendidikan iman anak (tabel 4 no 14). Penyediaan tempat dan pemilihan sarana akan sangat membantu orang tua untuk mendukung pendidikan iman anak supaya anak menjadi pribadi yang dewasa dalam iman (tabel 4 no 13 dan 14).

Penyediaan sarana dan tempat untuk pendidikan iman anak sangat membantu orang tua untuk memperkembangkan iman anak agar menjadi pribadi yang dewasa. Penyediaan sarana tidak hanya sebatas kaset suara, cerita bergambar, madah bakti,dll. Dengan adanya sarana yang mendukung tidak hanya berguna bagi anak saja melainkan berguna juga bagi orang tua, karena melalui sarana tersebut orang tua yang kurang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang ajaran Gereja memperoleh banyak pemahaman.

(78)

keluarga mengemban misi untuk menjaga, mengungkapkan serta menyalurkan cinta kasih (FC 17).

Dalam kehidupan keluarga perlu dibangun suasana cinta kasih antara suami dan istri. Suasana cinta kasih antara suami dan istri perlu dibangun dalam keluarga dengan menciptakan suasana keluarga yang harmonis, rukun, damai, sejahtera, keterbukaan antara suami dan istri serta memberikan perhatian kepada anak. Dengan dibangunnya suasana tersebut anak akan merasa bahagia bahwa kedua orang tuanya sangat memperhatikan perkembangan pendidikan iman anak untuk berkembang menjadi pribadi yang dewasa dalam iman. Cinta kasih yang diberikan oleh orang tua tidak cukup hanya diwujudkan dalam satu anggota keluarga saja melainkan dalam keluarga ada campur tangan dari Allah dan anggota keluarga yang lainnya. Di samping itu juga sesibuk apapun orang tua selalu meluangkan waktu untuk berkumpul dan berdoa bersama-sama dalam satu keluarga sehingga terbangunlah sebuah keluarga yang harmonis, rukun dan saling mengasihi (tabel 5 no 15,16 dan 17).

Selain itu juga sikap dan keteladanan yang dimiliki orang tua sangat berpengaruh bagi kehidupan anak-anaknya. Jika sikap dan teladan yang diberikan orang tua tidak baik maka anak akan mudah membantah dan tidak menuruti perkataan orang tua begitu juga sebaliknya jika sikap dan teladan yang diberikan baik akan membantu anak untuk memperkembangkan iman.

(79)

rukun, damai dan penuh cinta kasih. Suasana cinta kasih dalam keluarga dirasakan bahagia oleh anak apabila kedua orang tua meluangkan waktu untuk berkumpul bersama baik itu berdoa, membaca firman Allah, melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga iman semakin berkembang dan diteguhkan. Dengan adanya waktu yang disediakan untuk berkumpul bersama anak merasa terbantu dalam pendidikan iman anak sehingga tidak mudah terpengaruh ke hal-hal yang negatif.

4. Kesimpulan Hasil Penelitian Pendidikan Iman Anak di Tengah-tengah Keluarga Umat Stasi Kedamin Darat Hulu Paroki Hati Maria Tak Bernoda Putussibau

Setelah membaca latar belakang penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya, penulis menemukan bahwa begitu pentingnya waktu kebersamaan dan suasana cinta kasih antar anggota keluarga yang mendukung pendidikan iman anak. Pendidikan iman anak tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya campur tangan keluarga dan Allah. Maka uraian pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

(80)

terbatas pada cara-cara berdoa dan mendorong anak untuk ke Gereja saja melainkan orang tua harus menjelaskan kepada anak tentang tradisi Kristiani.

Perhatian dan dukungan dari orang tua sangat bermanfaat bagi pendidikan iman anak. Pendidikan iman anak akan bertumbuh dan berkembang jika orang tua melaksanakan usaha yang bisa membantu anak untuk berkembang dalam imannya. Usaha-usaha yang dilakukan tidak hanya sebatas mendorong anak untuk pergi ke Gereja dan mengajarkan doa-doa kepada anak tetapi bagaimana orang tua itu bisa melakukannya dalam tindakan sehari-hari sehingga pendidikan anak semakin bertumbuh dan berkembang dalam iman.

Pendidikan iman anak akan membawa dampak positif pada anak apabila kedua orang tua mendukung segala perkembangan iman anaknya dengan cara melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung bertumbuh dan berkembang iman anak seperti kebiasaan berkumpul, berdoa keluarga,dll. Di samping itu juga untuk mendukung pendidikan iman anak kedua orang tua harus menciptakan suasana keluarga yang harmonis, damai, rukun dan tentram. Kerukunan dan keharmonisan yang ditunjukkan oleh kedua orang tua sangat membantu pendidikan iman anak begitu juga sebaliknya jika dalam sebuah keluarga tidak harmonis dan rukun maka akan mempengaruhi pendidikan iman anak.

(81)

pendidikan iman anak diabaikan. Di samping itu juga ketidak harmonisan keluarga merupakan salah satu penyebab gagalnya pendidikan iman anak yang di bangun oleh kedua orang tua. Anak akan mudah terpengaruh pada pergaulan bebas dan suka mengikuti perkembangan zaman sehingga nasehat yang diberikan o

Gambar

Tabel  1 Variabel penelitian pelaksanaan pendidikan iman anak
Tabel 2. Identitas Responden (N=70)
Tabel 3. Pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga-keluarga Kristiani
Tabel 4. Sarana Yang Mendukung  Pendidikan Iman Anak (N=70)
+3

Referensi

Dokumen terkait