• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MENUMBUHKAN HIDUP DOA

C. Katekese Umat

1. Gambaran Umum Tentang Katekese

Dalam hidup menggereja penghayatan iman umat lebih ditekankan daripada sekedar pengetahuan iman, tetapi pengetahuan iman juga amat penting untuk mematangkan iman. Katekese membantu umat untuk dapat meningkatkan penghayatan iman. Iman merupakan dasar kehidupan menggereja bagi umat. Kehidupan menggereja kiranya tidak dapat berjalan dengan baik jika iman umat tidak terjaga.

a. Pengertian Katekese

Katekese ialah pembinaan terhadap berbagai pihak, anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam hal iman. Pembinaan itu mencakup penyampaian ajaran Kristen yang diberikan secara organis dan sistematis. Pembinaan itu mempunyai maksud untuk mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18). Sasaran kegiatan bina iman adalah anak-anak, kaum muda dan orang dewasa. Katekese yang organis dan sistematis membuat pelaksanaan menjadi lebih baik. Katekese memiliki tujuan dalam hal kepenuhan hidup Kristen. Hal ini merupakan sebuah tujuan pembinaan yang tidak berorientasi pada hal duniawi, seperti harta dan kekuasaan. Tujuan ini membedakan masyarakat kelompok agama dengan kelompok lain, seperti kelompok sosial, kelompok politik serta kelompok ekonomi.

Katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan Sabda Allah dalam Gereja (CT, art. 17). Seluruh kehidupan Gereja berkaitan erat dengan katekese terutama perkembangan rohani dan keselarasan dalam hidupnya dengan rencana Allah secara hakiki tergantung pada katekese (CT, art. 13). Katekese sebagai salah satu bentuk pelayanan sabda, dapat membantu umat beriman semakin mengimani Yesus dan memperoleh hidup dariNya. Katekese membina serta mendidik umat dalam hidup dan pembangunan Tubuh Kristus (CT, art. 1).

Katekese dimengerti secara luas sebagai usaha saling tolong menolong dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup menurut pola Kristus demi kedewasaan Kristiani yang penuh (Setyakarjana, 1997: 17). Pengertian ini mengandung prinsip bahwa katekese adalah proses pewartaan sabda Allah melalui komunikasi iman antar anggota orang yang beriman kepada Kristus.

b. Tujuan Katekese

Pelaksanaan katekese mempunyai tujuan dan maksud yang hendak dicapai. Tujuan katekese adalah berkat bantuan Allah iman yang baru tumbuh dikembangkan. Katekese bertujuan memekarkan iman yang mulai tumbuh menuju kepenuhannya, memantapkan peri hidup Kristen umat beriman, baik tua ataupun muda (CT, art. 20).

Misteri Kristus dalam cahaya firman Allah akan meresapi pribadi manusia dan mengubahnya menjadi ciptaan baru. Hal itu juga merupakan tujuan katekese. (CT, art. 20). Menjadi ciptaan baru berarti menjadi manusia yang telah mati dari dosa berkat salib Kristus. Iman akan Kristus yang mulai tumbuh dan berkembang mengubah manusia lama menjadi manusia baru. Manusia menerima Kristus juga

berarti menerima hidup baru yakni, kehidupan lama yang diliputi dosa diubah menjadi hidup anak-anak Allah yang mulia. Perubahan hidup dari manusia lama menjadi manusia baru terjadi berkat iman akan Kristus.

Katekese sungguh diperlukan sebab bertujuan mendampingi jemaat Kristen agar mampu mencapai kesatuan iman dan kedewasaannya dalam hidup beriman (CT, art. 25). Hal ini kiranya mendukung untuk kegiatan pembangunan jemaat atau kegiatan pastoral. Pembangunan jamaat mengokohkan kesatuan iman umat. Banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi. Umat mesti harus mengahadapi tantangan dan dapat membela diri menangkal serangan yang menggoyahkan kekokohan kesatuan umat Allah.

Katekese menurut Sumarno (2005: 1) dalam Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki., memiliki tujuan tergantung dari pengertian katekese. Jika katekese dipandang sebagai pengajaran iman maka tujuannya adalah isi iman dapat dimengerti oleh peserta. Katekese jika dimengerti sebagai komunikasi iman maka yang menjadi tujuan katekese adalah berkat terjadinya saling mengungkapan pengalaman iman, iman peserta diteguhkan. Jika katekese dipandang sebagai pendidikan iman maka bertujuan mematangkan dan mendewasaan iman. Secara singkat tujuan katekese adalah perkembangan iman menuju kedewasaan atau kematangan.

c. Isi Katekese

Katekese adalah proses pendidikan dan pembinaan iman. Isi katekese adalah isi pewartaan Injil secara menyeluruh demi keselamatan (CT, art. 26). Katekese pertama-tama tidak berisi dogma-dogma atau ajaran-ajaran. Isi katekese

bukan ajaran yang telah diberikan tetapi isi katekese adalah perjumpaan dan pengolahan pengalaman iman Kitab Suci dan pengalaman hidup umat.

Isi katekese sekarang adalah sejarah keselamatan manusia melalui Kristus. Hal ini berbeda dengan katekese lama yang menitikberatkan pada doktrin. Kristus yang menyelamatkan diwartakan dan setiap orang beriman menerimaNya agar realitas dosa yang menghambat dan membatalkan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dapat dihancurkan (Bataona, 1978: 22).

d. Peserta

Peserta katekese adalah orang-orang yang perlu mengalami katekese. Peserta yang mengalami katekese antara lain anak-anak, kaum remaja, kaum muda, kaum dewasa, kaum penyandang cacat, dan kaum lanjut usia (CT, art. 35-45). Pihak-pihak itu disebutkan sebagai penegasan bahwa mereka yang berada di dalam Gereja Kristus wajib menerima katekese.

Peserta Katekese merupakan sekelompok orang yang beriman Kristiani. Kedewasaan iman hendak dicapai bagi peserta, lingkungan peserta, kelompok umur peserta, kebudayaan dan masalah yang menjadi keprihatinan peserta juga menjadi fokus perhatian katekese yang merupakan bagian keseluruhan dari peserta. Hal itu menjadi perhatian sebab berguna dalam penentuan tema serta metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta. Fokus perhatian terhadap peserta mendukung terwujudnya tujuan katekese (Setyakarjana, 1997: 16).

e. Pembimbing Katekese

Pembimbing Katekese adalah seseorang yang diserahi tugas memberi pendidikan keagamaan dan latihan bagi kehidupan seturut Injil (CT, art. 62). Pengertian pendidik secara luas menjadi pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pembinaan iman kristiani. Mereka yang bertanggung jawab antara lain para uskup, para imam, katekis awam, pihak paroki, pihak keluarga, pihak sekolah, organisasi-organisasi, dan pusat-pusat pembinaan (CT, art. 63-71).

Katekis dalam proses katekese bukan sebagai guru tetapi lebih menunjukan peran sebagai pembimbing, pengarah, atau disebut sebagai fasilitator. Kemauan dan kemampuan adalah faktor utama dari seorang pembimbing yang menentukan dalam pelaksanaan katekese. Kemauan untuk mendampingi umat timbul di dalam hati seorang pendamping. Kemampuan untuk mengarahkan umat harus ada di dalam diri seorang pendamping seperti memilih metode dan sarana yang mendukung proses katekese. Kepekaan dituntut juga dalam diri pembimbing untuk memahami apa yang menjadi harapan umat. Seorang Katekis perlu mempunyai sikap tegas dalam mengarahkan umat untuk mencari apa yang dibutuhkan oleh umat (Setyakarjana, 1997: 16).

2. Katekese Umat

Katekese Umat telah dicetuskan sebagai arah katekese di Indonesia. Para pakar saat itu berhasil merumuskan arah katekese di Indonesia. Sesuai dengan hasil pemikiran mengenai arah katekese di Indonesia, arah katekese di Indonesia adalah Katekese Umat. Katekese Umat dalam perjalanannya mengalami berbagai

macam perkembangan. Seiring perkembangan itu berbagai model untuk Katekese Umat dicetuskan.

a. Latar Belakang Munculnya Katekese Umat

Berbagai macam hal yang melatarbelakangi munculnya Katekese Umat yakni budaya musyawarah, arus demokrasi zaman itu, majunya ilmu tentang manusia dan gambaran Gereja. Budaya musyawarah terbiasa dengan pembicaraan permasalahan secara bersama. Hal ini membuat segala masalah yang diungkapkan dalam Katekese Umat dibahas bersama-sama. Kesamaan hak bersuara dalam demokrasi kala itu membuat umat dalam Katekese Umat dapat dengan bebas mengungkap segala hal yang menjadi permasalahan untuk dibahas bersama. Perkembangan ilmu tentang menusia tidak memandang manusia sebagai obyek tetapi sebagai subyek yang membuat proses Katekese Umat subyeknya adalah umat sendiri. Gambaran Gereja telah berubah berkat memunculkan Katekese Umat yang tidak terlalu bergantung kepada hirarki. Latar belakang munculnya ketekese umat dipengaruhi oleh arus demokrasi zaman saat itu, kemajuan ilmu tentang manusia, dan gambaran Gereja saat itu.

1) Budaya musyawarah

Musyawarah merupakan kegiatan dimana sebuah permasalahan dibicarakan secara bersama-sama. Setiap orang yang ikut serta dalam pembicaraan tersebut memiliki hak yang sama untuk bersuara. Setiap permasalahan diungkapkan oleh setiap peserta. Permasalahan dibicarakan bersama dan keputusan atas permasalahan tersebut diambil secara bersama-sama. Keputusan yang telah diambil menjadi kesepakatan bersama yang akan

dilaksanakan. Musyawarah menunjukan adanya suasana demokratis. Kesamaan hak mendapat tempat yang besar bagi setiap orang. Kebebasan untuk mengeluarkan pendapat diberikan kepada setiap orang (Lalu, 2005: 77). Kebiasaan musyawarah yang ada di dalam masyarakat memberikan pola pada Katekese Umat. Katekese Umat diilhami dari kebiasaan musyawarah masyarakat desa, masyarakat akar rumput atau rakyat jelata. Kebiasan berembuk atau membahas masalah secara bersama-sama dimasukkan di dalam Katekese Umat. Suasana demokratis dibentuk dalam Katekese Umat.

2) Arus demokrasi zaman saat Katekese Umat dicetuskan

Sering dikatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat untuk rakyat. Kekuasaan berasal dari rakyat, yang menjadi pemimpin adalah rakyat. Seluruh rakyat ikut memerintah. Hal ini berarti berbagai elemen masyarakat terlibat dengan berbagai kepentingan di dalamnya. Agar dapat kepemimpinan berjalan baik maka dilakukanlah dengan perwakilan dan musyawarah. Keputusan yang diambil dalam musyawarah itu menjadi konsensus yang ditaati secara bersama. Jaminan atas hak asasi manusia menjadi ciri khas demokrasi. Kedudukan warga negara di mata hukum dan pengadilan sama, diakuinya hak politis seperti berkumpul dan beroposisi. Arus demokrasi zaman itu ialah peranan aktif dari rakyat sebagai sikap budaya yang kemudian memunculkan ide tentang Katekese Umat (Lalu, 2005: 46-47). Peranan aktif umat menjadi sikap budaya sebagai arus demokrasi zaman itu tetap mempertahankan beberapa unsur seperti kedaulatan rakyat, kebebasan, kesamaan hak, konsensus atau kesepakatan bersama, dan perwakilan. Latar belakang yang demikian diadopsi ke dalam

Katekese Umat. Katekese Umat sangat menekankan peranan umat. Hal ini menjadi sikap budaya yang menggantikan kebiasaan tergantung pada pejabat Gereja. Umat yang berprakarsa dan berperan aktif dalam membangun kehidupan iman.

3) Kemajuan ilmu-ilmu tentang manusia

Pandangan dunia mengenai manusia saat ini telah berubah. Perubahan ini dipengaruhi oleh keberadaan ilmu-ilmu tentang manusia. Ilmu tersebut memilki perkembangan yang pesat diantaranya ialah psikologi, pedagogi dan antropologi. Perkembangan itulah yang berakibat pada perubahan pandangan tentang manusia. Manusia dahulu dipandang seperti kertas putih kosang atau seperti sebuah botol kosong. Keberadaannya yang demikian berpengaruh pada pendidikan untuk perkembangan diri manusianya. Seperti sebuah kertas putih kosong atau seperti sebuah botol untuk mendidik manusia tinggal mengisi kekosongan itu. Manusia dianggap belum mengetahui apa-apa dan tidak berbekal suatu apapun. Pengetahuan yang telah dimiliki oleh pendidiknya ditransfer kepada peserta didik. Saat ini berkat perkembangan ilmu tentang manusia pandangan terhadap manusia berubah. Manusia dipandang seperti sebuah tumbuhan yang telah memiliki daya tumbuh di dalam dirinya. Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang seperti pada tumbuhan terdapat di dalam diri manusia. Proses pengembangannya sekedar memberi sarana atau bantuan agar dapat tumbuh lebih subur. Proses belajar manusia bukan pertama-tama menerima bahan tetapi mengasimilasikan dan penemuan makna baru dari bahan yang dipahaminya. Katekese Umat dengan latar belakang yang demikian sangat memperhatikan kemampuan dan harkat

manusia di dalam dirinya. Seseorang yang hadir tidak dianggap tidak memiliki sesuatu untuk disumbangkan. Melainkan sangat diharapkan ia dapat mengungkapkan keberadaan dirinya dengan segala yang dimilikinya. Proses Katekese Umat yang terjadi di dalamnya bukanlah transformasi pengetahuan tetapi sebuah komunikasi iman, saling berbagi atau tukar pengalaman iman yang terjadi dua arah saling memberi dan menerima. Berbeda dengan model transformatif yang membuat peserta menjadi pasif (Lalu, 2005: 49-50).

4) Gambaran Gereja saat itu

Gereja kini telah merumuskan kembali gambaran akan dirinya yang sesuai dengan situasi zaman. Ada tiga gambaran tentang Gereja yang melatarbelakangi munculnya Katekese Umat. Tiga gambaran Gereja masa kini adalah Gereja umat Allah, Gereja sebagai sakramen dan Gereja kaum miskin.

Gereja umat Allah ialah Gereja yang di dalamnya terdiri dari para awam, hirarki dan biarawan-biarawati. Umat Allah yang dimaksud ialah bangsa yang dipanggil dan dipilih Allah. Umat Allah yang dipanggil itu untuk menjadi milik Allah dan menyelamatkan dunia. Gereja dipandang berkembang dari bawah dan segi kharismatis ditekankan. Gereja umat Allah mendapat bentuk di dalam Katekese Umat. Bentuk dari gambaran sebagai umat Allah terlihat peran serta umat yang menonjol, umat menjadi pusat tidak tergantung hanya kepada hirarki. Katekese Umat mewujudkan persekutuan umat dengan berbagai macam perbedaan yang ada di dalam diri umat. Peserta Katekese Umat semuanya sederajat saling meneguhkan dan memperkaya lewat komunikasi iman (Lalu, 2005: 50-52).

Gereja sebagai sakramen berarti sebagai tanda dan sarana karya keselamatan Allah. Gereja bagi dunia yang diselamatkan memiliki fungsi. Fungsi Gereja bagi dunia membantu manusia untuk membangun relasi yang hidup dengan Allah. Dasar dari penyelamatan dunia ialah dunia yang sesuai dengan semangat iman. Dunia disesuaikan dengan semangat Pencipta dan sang Penebusya. Tugas perutusan Gereja ialah membawakan amanat Kristus kepada manusia di dunia. Dunia sebagai tempat tinggal manusia semakin disempurnakan dan diresapi dengan semangat Injili. Membawa amanat ialah tugas Gereja berkait dengan penghayatan iman. Penyempurnaan dunia terarah pada masyarakat yang lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera (Lalu, 2005: 52-53). Latar belakang yang demikian melahirkan Katekese Umat. Masalah-masalah yang aktual diungkap di dalam Katekese Umat. Katekese Umat juga merupakan usaha transformasi sosial. Hal ini dilatarbelakangi oleh Gereja yang senantiasa membangun dan menyempurnakan dunia sebagai tempat segala aktivitas sosial.

Gereja kaum miskin yakni merupakan Gereja untuk kaum miskin, Gereja kaum miskin menunjukkan hakikat Gereja. Gereja kaum miskin memperlihatkan kehadiran kaum miskin yang nyata masuk dalam cakrawala pemikiran tentang Gereja. Kaum miskin perlu diberdayakan. Keterlibatan mereka mendapat tempat penting. Kaum miskin menjadi pelaku utamanya. Mereka menjadi subyek bukan obyek pelayanan pastoral. Gereja membangun hidup menggerejanya sebagai orang miskin dan tertindas. Gereja kaum miskin melatarbelakangi Katekese Umat. Latar belakang demikian yang memunculkan partisipasi umat. Umat yang partisipatif melibatkan diri berfikir, berbicara, menganalisa, merefleksi, merencanakan dan bertindak. Kaum miskin adalah orang yang tersisih bahkan

dianggap tidak bermartabat. Latar belakang Gereja kaum miskin memunculkan Katekese Umat yang mengangkat martabat mereka yang dianggap tersisih dan tidak bermartabat. Lebih lanjut Katekese Umat berproses untuk memberdayakan mereka dan memerdekakannya (Lalu, 2005: 58-61).

b. Rumusan Katekese Umat

Rumusan Katekese Umat ditemukan, setelah berjalan tanpa arah akhirnya kegiatan bina iman di Indonesia menemukan arah yang jelas. Arahan yang jelas berjalannya kegiatan bina iman di Indonesia dapat dilihat dari rumusan yang telah dihasilkan. Rumusan yang memperjelas arah katekese di Indonesia itu di dalamnya mencakup arti dan makna, tujuan, peserta pendamping, dan suasana. Rumusan Katekese Umat disajikan di bawah ini berdasarkan hasil PKKI II yang dipaparkan oleh Huber (1980: 15-16) dalam Katekese Umat.

1) Arti dan makna Katekese Umat

Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara anggota jemaat. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkandan dihayati secara sempurna. Dalam Katekese Umat tekanan terutama diletakkan penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan ada perencanan (Huber, 1980: 15).

Katekese adalah komunikasi iman yang dilakukan antar sesama peserta, maka lebih diharapkan sesama peserta yang saling berkomunikasi bukan komunikasi peserta dengan pendamping. Proses komunikasi yang terjadi demi membangunan jemaat. Hal yang dikomunikasikan ialah penghayatan iman akan Kristus bukannya pengetahuan tentang rumusan iman. Rumusan iman tetap diangap perlu, sebab penghayatan iman ditunjang oleh rumusan iman (Huber,

1980: 18). Komunikasi iman yang dimasud adalah tuar pengalaman iman. Umat saling bertukar pengalaman dalam Katekese Umat. Satu sama lain diantara umat saling membagikan pengalamanya. Umat menceritakan pengalaman hidupnya dimana Tuhan berkarya. Diharapkan pengalaman yang dibagikan dapat memberi inpirasi hidup bagi umat.

Bidang pembinaan iman mempunyai cakupan yang luas sekali. Arah katekese di Indonesia dirumuskan adalah Katekese Umat. Kegiatan Katekese termasuk salah satu bidang usaha pastoral Gereja. Katekese dalam bidang usaha pastoral Gereja memiliki pengaruh yang benar dalam bidang pembinaan iman. Spesifikasi atau kekhasan katekese dalam bidang usaha tersebut ditunjukkan dengan adannya perencanaan dan keteraturan. Rumusan Katekese Umat dicetuskan juga untuk mangungkapkan arah usaha kateketis pada umumnya (Huber, 1980: 18). Perencanaan terhadap Katekese Umat merupakan rancangan untuk pelaksanaannya. Rancangan itu diwujudkan dengan pembuatan program Katekese Umat, yang kemudian diikuti dengan pembuatan persiapan pertemuan Katekese Umat.

2) Isi Katekese Umat

Dalam Katekese Umat itu kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menghadapi sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, khususnya dalam perjanjian baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang tradisinya (Huber, 1980: 15).

Bagian ini menegaskan bahwa pola dan penentu Katekese Umat adalah Yesus Kristus. Isi dan cara komunikasi iman yang terjadi ditandai dengan Yesus Kristus. Iman itu diukur dan berpedoman pada Kitab Suci. Penghayatan iman

yang dikomunikasikan dalam Katekese Umat hendaknya di tanggapi dan ditampung serta mendalami satu pokok saja. Pembicaraan yang tidak berkesinambungan dalam Katekese Umat tidak dicita-citakan (Huber, 1980: 19). Sebuah pembicaraan dapat terjadi jika terdapat bahan yang dibicarakan. Sebagai bahan pembicaraan dalam Katekese Umat adalah pengalaman iman yang diambil dari Kitab Suci atau tradisi Gereja dipertemukan dengan pengalaman umat atas peristiwa hidup sehari-hari. Singkatnya pengalaman iman Kitab Suci dan pengalaman hidup umat merupakan isi dari Katekese Umat. Keduanya diolah dan dibahas oleh peserta sendiri dengan dipandu oleh seorang fasilitator.

3) Peserta Katekese Umat

Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman, yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pula kehidupan pribadi dan kelompok; jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok basis maupun di sekolah atau perguruan tinggi. Penekanan pada seluruh ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada katekese sekarang. Penekanan pada peranan umat pada katekese ini sesuai dengan peranan umat pada pengertian Gereja itu sendiri (Huber, 1980: 15).

Seluruh Gereja menjadi tujuan kegiatan bina iman yang dibuat. Oleh sebab itu peserta katekese ialah semua orang beriman. Hal ini menegaskan keseluruhan tujuan kegiatan bina iman. Pembinaan iman tidak saja ditujukan bagi sebagian umat namun segenap warga umat terpanggil untuk terus membina dan mendalami imannya akan Yesus (Huber, 1980: 20).

Umat sebagai peserta katekese ialah mereka yang secara pribadi memilih Kristus. Pilihan akan Kristus dijatuhkan oleh mereka secara mutlak. Baptis

sebagai tanda akan pilihan itu yang ditentukan. Secara pribadi mereka yang memilih Kristus dipersiapkan dengan menjadi katekumen (Huber, 1980: 20).

Mereka sebagai peserta Katekese Umat bebas berkumpul untuk memahami Kristus. Segala paksaan seharusnya tidak dilakukan oleh Gereja kepada setiap orang beriman untuk melakukan suatu hal. Sama halnya dengan melakukan kegiatan bina iman setiap peserta di dalamnya tidak dipaksa untuk mengikutinya. Peserta dengan bebas mengikutinya didasari dengan kerelaan hati (Huber, 1980: 20).

4) Pendamping Katekese Umat

Dalam ketekese yang menjemaat ini pemimpin katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (Fasilitator). Ia adalah pelayan yang menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka. Katekese Umat menerima banyak jalur komunikasi dalam berkatekese. Tugas mengajar yang dipercayakan kepada hirarki menjamin kekayaan iman berkembang dengan lurus (Huber, 1980: 15-6).

Katekese agar dapat berjalan dengan lancar perlu didampingi oleh seorang pemandu. Pendamping katekese mempunyai berbagai macam sebutan seperti katekis, guru umat, vorhanger, guru Minggu, ketua umat, guru agama, dan sebagainya. Menyebutkan keberadaan pendamping katekese hendak menekankan apa yang diharapkan, bagaimana membawa diri dan fokus perhatian seorang pendamping katekese (Huber, 1980: 20). Pendamping Katekese Umat adalah fasilitator. Fasilitator adalah seseorang yang mempermudah peserta berproses dalam Katekese Umat, seperti pendamping membantu peserta untuk dapat berbicara dan pendamping membantu peserta menemukan makna teks Kitab suci bagi hidup peserta.

Pendamping membawa diri tidak sebagai pembesar. Ia tidak mengindoktrinasi, tidak bersikap seakan-akan dirinya paling pandai dan menyampaikan suatu hal pada yang bodoh. Seperti Yesus pemimpin katekese berlaku sebagai pelayan. Pendamping Katekese Umat mengusahakan suasana Kristen dimana ada kepercayaan, ada harapan, dan ada penghargaan. Pembicaraan diarahkan oleh pendamping Katekese Umat kapada salib Kristus. Pendamping Katekese Umat dapat melayani peserta. Input yang diminta diberikan oleh pendamping dan mengenai waktu serta tempat kegiatan biarlah umat yang melakukannnya (Huber, 1980: 22). Pendamping agar dapat melayani umat dengan baik maka perlu membuat program pendalaman iman dan persiapan pendalaman iman.

5) Suasana Ketekese Umat

Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Proses terencana ini berlangsung terus-menerus (Huber, 1980: 16).

Suasana yang terjadi dalam Katekese Umat yakni suasana yang sederajat peserta merasa sebagai komunitas yang mempunyai rasa setia kawan. Dalam suasana kesetiakawanan itu bersama-sama menuju kepenuhan Kristus. Kesetiakawanan itu ditunjukkan dengan mengahargai setiap sumbangan yang diberikan oleh peserta (Huber, 1980: 22).

Suasana terbuka dan dialogis merupakan yang terjadi di dalam Katekese

Dokumen terkait