PERANAN DOA LINGKUNGAN TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI LINGKUNGAN KISIK TLAGAN, PAROKI BORO,
KULONPROGO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Tri Hesti Irmawati NIM: 081124019
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Kedua Orang Tuaku Tercinta
v MOTTO
Biarlah biduk hidup kecil ini berlayar
Walaupun badai dan taufan menghalang jalan
Dengan pusaka iman semua akan aku kukalahkan
Satu pada-Mu kepercayaan ini tertuju
Akan kubiarkan kuncup bunga mekar
Dan kembali rontok bersama untaian waktu
Dalam kesejukan embun pagi
Menuju kasih abadi
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya
atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka
sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Juni 2014
Penulis,
vii
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Tri Hesti Irmawati
Nomor Mahasiswa : 081124019
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERANAN DOA LINGKUNGAN TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI LINGKUNGAN KISIK TLAGAN, PAROKI BORO, KULONPROGO, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal, 16 Juni 2014
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
Judul skripsi PERANAN DOA LINGKUNGAN TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI LINGKUNGAN KISIK TLAGAN, PAROKI BORO, KULONPROGO penulis memilih judul ini berdasarkan fakta yang ada di lingkungan Kisik Tlagan bahwa tidak banyak orang yang benar-benar peduli dengan kehidupan orang lain, tidak ada yang mau dan membantu orang lain. Begitu juga yang ada di lingkungan Kisik Tlagan walaupun tergolong desa mereka tidak melihat keadaan disekitarnya. Padahal paguyuban di desa itu seharusnya sangat kuat tetapi hal itu tidak luput dengan kesibukan mereka, sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang mereka geluti entah itu sebagai PNS, petani, pedagang, dan sebagainya untuk mencukupi segala kebutuhan dalam kesehariannya sehingga mereka tidak melihat dunia sekitarnya ataupun kehidupan orang lain disekitarnya. Dengan adanya doa lingkungan ini saya berharap umat dapat selalu melibatkan hidupnya dengan membantu orang lain disekitarnya yang notabennya tidak memiliki penghasilan tetap. Dengan begitu banyak umat yang akan selalu tertolong serta mendapatkan kehidupan yang layak.
Persoalan pokok dalam skrispi ini adalah seberapa besar peranan doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat di Lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo, Yogyakarta. Hasil wawancara tentang peranan doa lingkungan bahwa peranan doa lingkungan dapat membawa umat lebih aktif dan bertanggungjawab terhadap imannya sebagai umat beriman dan kita perlu berdoa setiap saat, karena dengan berdoa dapat membuat umat semakin menyadari bahwa Tuhan sungguh-sungguh hadir dalam kehidupan umat lewat peranan atau saling tolong menolong antar warga lingkungan maupun warga yang lainnya, serta menambah rasa keimanan umat lebih dalam dan mempererat hubungan antar umat satu dengan yang lainnya. Namun umat hanya terlibat aktif dalam lingkup umat Katolik saja, keterlibatan dalam hidup bermasyarakat sangat kurang.
ix
ABSTRACT
The title of the research is the ROLE OF COMMUNITY PRAYER ON THE INVOLVEMENT OF THE BELIEVERS IN COMMUNITY LIFE IN KISIK TLAGAN NEIGHBORHOOD, BORO PARISH, KULONPROGO, YOGYAKARTA. The researcher chose this title based on the fact that there were some people in Kisik Tlagan neighborhood who did not really care about other people's lives. Some of them were not willing to help others including those in Kisik Tlagan. Although they lived in a place that was classified as a village, they did not notice their surrounding condition. Whereas, people who live in a village are supposed to be strong in socialization no matter how busy they are to fulfill their daily necessities as civil, farmers, or traders, etc. So they did not care about the life of others around them. By having a community prayer the researcher hopes that they can always involve in helping others around them especially those who did not have a fixed income. Therefore, there will be many people who can be helped and live a better life.
The problem of the research is to identify how far the role of the community prayer to the involvement of the believers in community life in Kisik Tlagan neighborhood, Parish Boro, Kulon Progo, Yogyakarta. The result of the interviews about the role of the community prayer was it could bring the people to be more active and responsible for their faith as believers and they needed to pray all the time, because the prayer made them be more aware that God is truly present in their lives through the mutual help among them as well as increasing a deeper sense of faith in them, and strengthening the relationship among them. However, they only actively involved in the scope of the Catholics alone and less involvement in broad community life.
x
KATA PENGANTAR
Penulis mengambil judul “Peran doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup
bermasyarakat di lingkungan Kisik Telagan, Paroki Boro, Kulonprogo”. Pengolahan tentang peran doa lingkungan terhadap keterlibatan umat di lingkungan merupakan usaha penulis untuk
menambah wawasan serta sebagai bentuk mendalami iman serta semakin melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan. Peranan doa lingkungan dalam keterlibatan umat bagi
penulis merupakan usaha untuk melatih diri dan lebih melibatkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat, hal itu berguna ketika penulis melaksanakan tugasnya sebagai kateikis serta
terjun di lingkungan dimanapun penulis berada. Sebagai seorang katekis dalam melaksanakan
tugasnya mendidik dan membina iman umat, lebih terlibat di lingkungan, dan membantu umat
yang sedang mengalami kesulitan yakni melalui Katekese Umat maupun doa lingkungan.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan yang telah diberikan oleh beberapa
pihak. Penulis dengan tulus hati ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Romo Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, SJ. Selaku dosen pembimbing utama sekaligus
dosen pendamping akademik yang begitu serius, sabar, setia dan murah hati telah
mendampingi dan membimbing penulis dari awal hingga penulisan skripsi ini selsesai.
2. Ibu Dra. Yulia Supriyati, M.Pd. Selaku dosen penguji kedua yang mengarahkan dan
membimbing dengan sabar dalam penulisan skripsi ini.
3. Romo Dr. C. Putranto, SJ. Selaku dosen penguji ketiga yang mengarahkan dan
membimbing dengan sabar dalam penulisan skripsi ini.
4. Seluruh dosen, staf dan karyawan IPPAK, yang telah banyak membantu penulis selama
xi
5. Bapak dan ibu, S. Waliman dan C. Sri Narti serta kakak-kakak Yekti Ambar Wati dan Dwi
Yono Estu Widodo sebagai keluarga yang membiayai, menyemangati dan mendukung
penulis selama studi di IPPAK.
6. Mbak Yuyuk Hupepy yang selalu membantu dan mendukung dalam penulisan kripsi ini.
7. Seluruh angkatan 2008, Valentina Wuri Widawati, Bernadheta Suparti, Anang Rujito,
selaku teman satu angkatan yang mendukung dan membantu dalam penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman mahasiswa IPPAK khususnya angkatan 2008 yang senantiasa memberikan
semangat kepada penulis dari awal perjumpaan hingga selesainya skripsi ini.
9. Staf perpustakaan Kolose St. Ignatius Kotabaru, Perpustakaan Prodi IPPAK, dan
Perpustakaan USD yang telah membantu dan mengizinkan penulis untuk menggunakan
berbagai buku yang diperlukan selama menyelesaikan penulisan skripsi.
10. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebut.
Atas segala kebaikan dan perhatian mereka, tidak ada kata yang lebih tepat yang dapat
diungkapkan oleh penulis selain “terima kasih dan terima kasih”.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang
mempunyai minat dan perhatian terhadap keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat. Penulis
juga menyadari skripsi ini belumlah sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan
saran-saran dari pembaca demi kesempurnaan.
Yogyakarta, 16 Juni 2014
Penulis
xii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ABSTRAK ... F. Sistematika Penulisan.………...
BAB II: DOA BERSAMA DI LINGKUNGAN DAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT...
A.Doa Bersama di Lingkungan...
1. Doa…………... a. Pengertian Doa……….
b. Sumber Doa………....
c. Pengertian Doa Menurut Kitab Suci………...
xiii
e. Bentuk Doa……….
f. Syarat-Syarat Utama Doa………... 2. Doa yang Mencerminkan Kehidupan...
a. Jiwa yang Jernih dan Murni...
b. Peristiwa Hidup dan Pengamatannya…... c. Peristiwa Membekas dalam Pribadi Manusia...
d. Tercermin dalam Doa...
3. Pengertian Lingkungan………...
a. Doa Lingkungan……….
1) Doa Bersama ………...
2) Isi Doa Bersama………...
3) Macam-Macam Doa Bersama………... b. Peranan Doa Lingkungan………... c. Rencana Struktur Doa Lingkungan………
d. Kegiatan Lingkungan……….
a. Dasar Kitabiah Keprihatinan dan Keterlibatan Sosial……… b. Yesus Kristus Beserta Injil-Nya bagi Kaum Miskin…………... c. Cintakasih yang Mengutamakan Kaum Miskin………... d. Orang Miskin dalam Kerajaan Allah……… e. Kabar Gembira bagi Kaum Miskin……….... f. Siapakah Orang Miskin dalam Kerajaan Allah………...
g. Mendengarkan Sabda Allah………..
2. Unsur-unsur dalam Keterlibatan Umat……… a. Kepedulian Umat akan Masalah-masalah Masyarakat……….. b. Martabat dan Kodrat Sosial Manusia………..
xiv
c. Dialog antara Sabda Allah dengan Realitas Hidup Konkrit Manusia… d. Keterlibatan Sosial Gereja demi Manusia dan Dunia……… 1) Keterlibatan dalam Dunia demi Kepentingan Manusia……… 2) Keterlibatan Gereja dalam Soal-soal Sosial……….. 3) Keterlibatan Gereja dalam Perjuangan Sosial………... 4) Keterlibatan Sosial Gereja adalah Praktis……….
3. Bentuk-bentuk Masalah Umat...
BAB III: PERAN DOA LINGKUNGAN TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI LINGKUNGAN KISIK TLAGAN, PAROKI BORO, KULONPROGO………...
A. Gambaran Umum Paroki St. Theresia Lisieux Boro...
1. Jumlah Umat Di Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan Paroki St. Theresia Lisieux Boro………... B. Situasi Umum Wilayah IX, Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan...
1. Situasi Umat Katolik Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan...
a. Jumlah dan Pembagian Blok dalam Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan……… b. Jumlah dan Susunan Umat Lingkungan St. Theresia Kisik
Tlagan……… c. Kekhasan Umat dan Keluarga-Keluarga Katolik Lingkungan St. Theresia
Kisik Tlagan……….. d. Situasi Umat Katolik Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan dengan
xv
2. Pembahasan Hasil Wawancara di Lingkungan Kisik Tlagan, Paroki St. Theresia Lisieux Boro……… 3. Keterbatasan Penelitian………..
BAB IV: USULAN PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI LINGKUNGAN KISIK
TLAGAN, PAROKI BORO, KULONPROGO... A. Pengertian Katekese Sosial………. B. Latar Belakang Pemilihan Program……...
C. Tema dan Tujuan………
D. Penjabaran Tema………
E. Petunjuk Pelaksanaan Program………... F. Contoh Persiapan Katekese Umat Model Shared Christian
xvi
Lampiran 1: Surat Keterangan Penelitian...
Lampiran 2: foto-foto Panti Wreda………
Lampiran 3: cerita SCP………..
(1)
(2)
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Dokumen Resmi
DV : Dei Verbum, “Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan tentang Wahyu Ilahi”, II,18 November 1965.
FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II Pasca-Sinode, 22
November 1981.
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November
1964.
PO :Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang pelayanan dan Kehidupan para
Iman, 7 Desember 1965
B. Singkatan Kitab Suci Rm : Roma
Flp : Filipi
Mzm : Mazmur
Kej : Kejadian
Ul :Ulangan
Sam : Samuel
Luk : Lukas
Mat : Matius
Yes : Yesaya
xviii Mrk : Markus
Yoh : Yohanes
Ef : Efesus
C. Singkatan Lain
SCP : Shared Christian Praxis
Lih : Lihat
OMK : Orang Muda Katolik
PIR : Pendamping Iman Remaja
HP : Handphone
WKRI : Wanita katolik Republik Indonesia
PIA : Pendampingan Iman Anak
WK : Wanita Katolik
Bdk : Bandingkan.
Dst : Dan Seterusnya
Dll : Dan Lain-lain
MUDIKA : Muda Mudi Katolik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia diwarnai dengan berbagai
masalah-masalah yang tidak kunjung selesai bahkan masalah-masalah yang
mereka hadapi bertambah besar dan sulit untuk mendapatkan jalan keluar dalam
memyelesaikannya. Umat manusia mengalami perubahan pandangan mengenai
seluruh kenyataan hidup yang begitu sangat sulit. Dari situlah muncul
rangkaian masalah-masalah baru, penghayatan iman kristiani yang terjadi
dalam rangkaian kenyataan sosial yang terus berkembang. Pencemaran dan
kerusakan lingkungan, penderitaan karena kemelaratan, penindasan terhadap
orang-orang kecil dan lemah, angkatan muda yang menghadapai masa depan
yang tidak pasti mengingat kurangnya lapangan pekerjaan, sikap acuh tak acuh
terhadap nasib orang banyak. Sekalipun ada usaha pembangunan di
mana-mana, namun manfaatnya hanya menguntungkan beberapa orang kaya saja,
sedangkan jurang antara kaya dan yang miskin semakin melebar, dalam
kenyataannya orang kaya tidak memandang orang miskin padahal yang miskin
juga mendapatkan hak yang sama untuk memperbaiki kehidupannya. Oleh
karena itu kurban ketidakadilan ini adalah berjuta-juta manusia dengan wajah
(Muller, 1992:43). Situasi semacam itu terjadi hampir di semua negara di dunia
ini, terlebih di dunia yang sedang berkembang seperti di Negara Indonesia ini.
Keterlibatan Gereja akan permasalahan sosial saat ini, lebih-lebih
didasari misi Yesus Kristus sendiri yaitu mewartakan kerajaan Allah. Kerajaan
Allah akan semakin terwujud jika kaum miskin senantiasa menjadi yang lebih
diutamakan dalam segala karya dan pewartaannya. Maka Gereja dalam rangka
mewujudkan kehadiran Kerajaan Allah senantiasa mendahulukan kaum miskin.
Perhatian Gereja tersebut tampak dalam berbagai bidang karya, warta dan
lembaga. Hal itu tak lepas dari peranan dan keterlibatan seluruh umat: para
imam, biarawan dan biarawati serta awam yang dengan gigih memperjuangkan
keadilan dengan berbagai cara sesuai dengan kharisma masing-masing.
Melihat situasi yang ada saat ini dimana kebanyakan rakyat kecil
mengalami ketidakpastian, kecemasan karena mau digusur, tidak memiliki
harga diri, ditindas martabatnya sebagai manusia, maka penulis merasa tergerak
hatinya untuk turut serta ambil bagian didalamnya. Keprihatinan itu tertuju
pada lingkup yang kecil yaitu umat di lingkungan Kisik Telagan yang sebagian
besar mata pencaharian mereka adalah bertani. Umat lingkungan Kisik Telagan
juga merupakan sebagian kecil masyarakat yang mengalami berbagai macam
persoalan hidup antara lain: sebagai umat yang sudah tidak baru lagi dalam
menghadapi kenyataan hidup yang semakin hari semakin berat, pekerjaan
mereka hanya sebagai seorang petani dan pedagang saja. Memperjuangkan
hidup dan masa depan anak-anaknya. Sebagian umat saja yang mampu
sungguh membutuhkan bantuan yang bukan hanya semata-mata berbentuk
kebutuhan hidup sehari-hari (sandang, pangan), akan tetapi kiranya yang jauh
lebih mendesak adalah bagaimana mereka ini akhirnya sebagai orang yang
mampu mempertahankan hidupnya tanpa menggantungkan uluran kasih dari
orang lain, mampu berjuang mengatasi kesulitan hidupnya, mencari jalan keluar
bersama rekan seperjuangannya, sehingga sebagai manusia mampu merasakan
sama martabatnya di hadapan sesamanya tanpa minder berani berjuang dalam
hidupnya.
Dalam kenyataannya banyak orang yang tidak benar-benar peduli
dengan kehidupan orang lain, tidak ada yang mau dan membantu orang lain.
Begitu juga yang ada di lingkungan Kisik Tlagan walaupun tergolong desa
mereka tidak melihat keadaan disekitarnya. Padahal kata orang paguyuban di
desa itu sangat kuat tetapi hal itu tidak luput dengan kesibukan mereka, sibuk
dengan pekerjaan-pekerjaan yang mereka geluti entah itu sebagai PNS, petani,
pedagang, dsb. Untuk mencukupi segala kebutuhan dalam kesehariannya.
Sehingga umat setempat tidak peduli atau tidak memperhatikan orang lain di
lingkungan Kisik Tlagan. Dengan adanya doa lingkungan ini saya berharap
umat dapat selalu melibatkan hidupnya dengan membantu orang lain
disekitarnya yang notabennya tidak memiliki penghasilan tetap.
Doa lingkungan yang selalu dibicarakan tidak pernah menyangkut
kehidupan yang ada di sekitar umat lingkungan Kisik Tlagan, bahwa masih
banyak orang yang masih membutuhkan bantuan, dukungan, hiburan. Pemandu
kehidupan masyarakat disekitar kita, hanya memperingati perayaan setiap
bulannya. Bulan ini memperingati hari apa hanya itu yang mereka sampaikan,
padahal keterlibatan umat yang diharapkan tidak pernah ada, harapannya dapat
terjun langsung membantu umat-umat yang membutuhkan. Walaupun
dikatakan desa namun hal itu sangat kurang, ada yang hidupnya berkecukupan
ada pula yang hidupnya sedang-sedang saja penghasilannya habis hanya untuk
makan saja bahkan ada yang kurang mampu dan tidak memiliki penghasilan
apa-apa hanya bisa mengandalkan pemberian orang lain saja dan menyuruhnya
untuk mengerjakan sawah saja padahal penghasilan dari menggarap sawah
hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.
Paguyuban di desa itu dangat kuat, rasa bermasyarakatnya sangat kental
namun hal itu jauh dari pikiran saya, walaupun kehidupan menggereja mereka
sangat antusias sangat kental namun mereka tidak melihat kehidupan
disekitarnya bahwa masih ada orang yang sangat membutuhkan bantuan kita
walaupun hanya sedikit. Kebanyakan yang ada di lingkungan ini hanya orang
dewasa dan oang tua saja karena kaum mudanya pergi keluar untuk bekerja,
kuliah, dsb. Namun dalam kenyataannya doa lingkungan tidak selalu membawa
umat untuk saling hidup bermasyarakat, hal itu di pengaruhi banyak faktor
kepribadiannya dengan alasan malas untuk ikut doa lingkungan, capek karena
baru pulang kerja, cuaca yang tidak mendukung, tidak ada teman di jalan.
Sebaliknya ada juga umat yang rajin ikut doa lingkungan tetapi tidak selalu
mengikuti banyak acara di lingkungannya banyak kerjaan, yang penting ikut
Selain itu dalam kenyataannya umat yang tidak pernah mengikuti doa
lingkungan namun mereka aktif mengikuti kegiatan lingkungan, selalu terjun
kelapangan untuk membantu orang lain serta terlibat dalam hidup
bermasyarakat. Sebenarnya itu semua tergantung dari pribadinya masing, jika
hatinya mudah tergerak, ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain hal itu
sangat mudah untuk membantu orang lain yang mengalami kesulitan. Hal itu
lebih baik kalo mengikuti doa lingkungan sehingga dapat menyumbangkan
suatu pemikiran untuk kegiatan apa selanjutnya yang akan diadakan di
lingkungan.
Umat Kristen semakin menyadari kebersamaannya sebagai komunitas
Gereja dalam mengungkapkan imannya. Tidak mengherankan bahwa selain
perayaan Ekaristi, umat ingin secara berkala berkumpul dalam kelompok kecil
untuk melaksanakan kebaktian bersama. Secara terasa suatu kebutuhan yang
mendesak akan sebuah buku penuntun kebaktian tersebut. Sebagai orang
beriman tentu saja kita alami suatu hubungan khusus dengan orang se-iman
yang tinggal berdekatan dengan kita di suatu desa atau satu bagian kota. Kita
pun dapat membantu mereka dan meneguhkan mereka dalam penghayatan iman
dan dalam menghadapi berbagai situasi hidupnya. Kita perlu didampingi
mereka supaya kita mampu tetap tegak dalam iman dan kepercayaan. Tidak
mengherankan bahwa di banyak tempat rasa kebersamaan itu menghasilkan
kelompok-kelompok yang lazimnya dinamika “kring” atau “rukun”,
suatu Gereja dalam ukuran kecil, lengkap dengan pimpinan atau badan
pengurusnya dan dipedomi oleh beberapa penetapan atau peraturan sederhana.
B. Rumusan Masalah
Setelah melihat permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan pada beberapa hal, antara lain:
1. Apa yang dimaksud doa lingkungan?
2. Bagaimana keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat?
3. Seberapa besar peran doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam
hidup bermasyarakat di lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo?
4. Apa yang bisa dilakukan untuk membantu umat di lingkungan Kisik
Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo, dalam mengembangkan umat dalam
kehidupan bermasyarakat?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai lewat skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Memaparkan tentang doa lingkungan.
2. Menggali keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat di lingkungan
Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo.
3. Menemukan dan menjelaskan peran doa lingkungan terhadap keterlibatan
umat dalam hidup bermasyarakat di lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro,
4. Mengusulkan katekese model SCP sebagai salah satu cara membantu
dalam pengaruh doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup
bermasyarakat di lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo.
5. Memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Lingkungan
Meningkatkan peranan doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup
bermasyarakat di lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo.
2. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui secara lebih lanjut bahwa katekese dapat digunakan untuk
membantu umat.
E. Jenis Penulisan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yaitu dengan memanfaatkan studi pustaka. Penelitian ini mempunyai
tujuan untuk mengungkap keterlibatan umat dalam hidup masyarakat melalui
doa lingkungan, di lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo. Penulis
mengadakan penelitian sederhana melalui observasi lapangan dengan
F. Sistematika Penulisan
Sebagai sebuah gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas
di dalam penulisan skripsi ini, berikut ini adalah sistematika penulisan skripsi
ini:
BAB I Pendahuluan, berisi gambaran umum tentang isi skripsi yang meliputi:
latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat
di lingkungan. Bab ini menguraikan dua bagian yaitu pertama menguraikan doa
lingkungan terhadap keterlibatan umat yang meliputi: pengertian doa, doa
dalam Kitab Suci, sumber doa, isi doa, bentuk doa, cara berdoa, Syarat-Syarat
utama doa dan doa yang mencerminkan kehidupan, jiwa yang jernih dan murni,
peristiwa hidup dan pengamatannya, peristiwa membekas dalam pribadi
manusia, tercermin dalam doa. Doa lingkungan yang meliputi: pengertian
lingkungan, pengertian doa lingkungan, doa bersama, isi doa bersama,
macam-macam doa bersama, peran doa lingkungan, rancangan struktur doa lingkungan.
Bagian kedua menguraikan keterlibatan umat yang meliputi: Bentuk-bentuk
masalah umat, keterlibatan Allah terhadap kaum miskin, unsur-unsur dalam
katekese sosial, dasar Kitabiah keprihatinan dan keterlibatan social, kepedulian
umat akan msalah-masalah masyarakatnya, martabat dan kodrat sosial manusia,
keterlibatan sosial Gereja demi manusia dan dunia.
BAB III Peranan Doa Lingkungan Terhadap Keterlibatan Umat Dalam Hidup
terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama tentang situasi umum lingkungan
Santa Theresia Kisik Tlagan yang meliputi: Gambaran umum Paroki Santa
Theresia Lisieux Boro, jumlah umat di lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan
Paroki Santa Theresia Lisieux Boro, situasi umum wilayah IX lingkungan St.
Theresia Kisik Tlagan, situasi umat katolik lingkungan St. Theresia Kisik
Tlagan. Sedangkan bagian kedua mengenai metodologi penelitian, hasil
wawancara dan pembahasan hasil wawancara. Metodologi penelitian mencakup
tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, tempat
dan waktu penelitian, responden penelitian, instrument penelitian, variable
penelitian. Tahap berikutnya penulis akan mengkaji hasil penelitian,
pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.
BAB IV Usulan Program Meningkatkan Peranan Doa Lingkungan Terhadap
Keterlibatan Umat Dalam Hidup Bermasyarakat Di Lingkungan. Bab ini
menguraikan peran doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup
bermasyarakat di lingkungan, katekese, metode katekese, pengertian katekese
umat, model dan metode katekese sosial, dan usulan program berupa SCP yang
terdiri dari latar belakang pemilihan program, alasan pemilihan tema/ tujuan,
rumusan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program, contoh
persiapan.
BAB V Penutup, bab ini merupakan kesimpulan dan saran-saran berdasarkan
BAB II
DOA BERSAMA DI LINGKUNGAN DAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT
Lingkungan Katolik mengalami kesulitan dalam melaksanakan doa
bersama dalam lingkungan karena kurang menghayati doa bersama dalam
Lingkungan. Ada atau tidak adanya pastor, pertemuan doa lingkungan tetap
berlangsung. Doa lingkungan diadakan satu kali dalam seminggu. Pada masa
Adven, Prapaskah, Bulan Kitab Suci (sekali seminggu), Mei dan Oktober
(hampir setiap hari). Kesulitan yang dialami di lingkungan adalah tidak banyak
yang datang, hanya orang dewasa dan tua-tua saja yang datang kaum mudanya
sibuk dengan kegiatan sendiri. Dari sharing para anggota, peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa mereka sangat sedih karena kaum mudanya tidak
ada yang hadir dalam setiap doa lingkungan. Tetapi dengan adanya doa
lingkungan mereka juga merasa senang atas usaha pengurus dalam
menghidupkan kegiatan lingkungan. Secara pribadi penulis sangat bersyukur
bisa mendapatkan siraman rohani dengan mengikuti doa lingkungan.
Iman penulis semakin dikuatkan. Persaudaraan dengan sesama anggota
semakin akrab. Kami dapat saling berbagi suka dan duka, apalagi dalam
menghadapi situasi krisis ini. Menurut penulis, yang paling penting dari
pertemuan atau doa lingkungan ini adalah suasana persaudaraannya yang begitu
kuat, di mana umat dapat saling berbagi pengalaman hidup sehari-hari dan
bersama anggota sama-sama menggumuli kehidupan dengan segala
permasalahan yang ada. Memang harus diakui bahwa dalam doa lingkungan
tidak terlepas dari berbagai kesulitan dan keterbatasan, seperti: kurangnya
tenaga pendamping, bahan pertemuan kurang bervariasi termasuk cara
penyajiannya, ada anggota yang sungguh pasif meskipun sudah berkali-kali
diajak.
A. Doa bersama di Lingkungan
Doa merupakan salah satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh semua
umat beriman, termasuk umat di lingkungan dalam hidup bersama.
1. Doa
Semua agama mengenal doa. Kebanyakan agama pun tidak melihat doa
sebagai kegiatan mendaraskan rumusan-rumusan hafalan. Doa yang utama
adalah suatu pernyataan iman dihadapan Allah. Doa dan hidup religius di tanah
air kita pada umumnya berakar di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam
kebudayaan, pandangan hidup telah menjadi satu dengan agama. Hal ini tidak
hanya merupakan warisan sejarah, namun dapat membentuk kehidupan di
dalam masyarakat yang selalu terlibat dan membantu masyarkat yang satu
dengan yang lain di lingkungannya. Agama telah menjadi bagian dari cara
berpikir dan kehidupan bersama dalam masyarakat.
Dalam agama yang telah bersatu padu degan seluruh hidup, orang
menemukan perasaan aman dan ketentraman emosional. Maka tidak
Doa tidak dilepaskan dari kehidupan sehari-hari dan dari hidup bersama di
dalam masyarakat. Maka ada banyak kebiasaan dan bentuk doa dalam
masyarakat yang asal-usulnya bukan hanya dari sejarah agama tertentu, tetapi
dari agama sebagaimana hidup di dalam masyarakat (KWI, 1996:193-194).
Sedangkan pada zaman sekarang ada semacam kehausan untuk
mengalami Allah yang terlibat dalam hidup manusia. Segala macam metode
dan cara berdoa dipelajari untuk menemukan dan merasakan kehadiran Allah.
Manusia mempunyai kerinduan dan kemampuan untuk berdoa yang semakin
didorong oleh Allah yang selalu menyapa dan mengajak untuk berwawancara
dengan diri-Nya (Darminta, 1981: 7).
a. Pengertian Doa
Kegiatan berdoa merupakan kegiatan pokok dalam kehidupan manusia
serta dalam masyarakat sekitarnya, namun dari pengalaman nampak bahwa doa
merupakan kegiatan manusia yang sukar, kendati ada segala macam usaha
untuk berdoa. Tanpa doa, hidup rohani tidak akan maju dan berkembang. Doa
dapat dilakukan secara pribadi atau secara bersama dan berdoa merupakan
kegiatan ikut ambil bagian dalam karya keselamatan yang disampaikan oleh
Kristus (Darminta, 1983: 9-10).
Berdoa berarti berpikir tentang Allah sambil mengasihi-Nya,
menghadapi-Nya dengan sikap siap dipakai oleh-nya, berjumpa dengan-Nya,
bercakap-cakap dengan-Nya. Berdoa juga berarti melampaui kehidupan fana
ini, „mengintip‟ ke dalam surga, „menerobos‟ ke dalam alam yang kekal
Doa juga dapat diartikan sebagai pertemuan antara pribadi Allah dan
manusia yang saling mengasihi, saling mencari dan saling merindukan. Doa
adalah bersatu dengan Allah, membangun persahabatan dengan-Nya,
menyampaikan permohonan kepada-Nya,. Bagi jiwa, doa mirip dengan doa
mirip dengan makanan bagi tubuh. Bagi para pengikut Yesus, doa adalah
kehidupan. (Hadrys, 2007:1)
Doa pada dasaranya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada
Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa. Doa adalah
cinta seorang anak kepada Bapanya. Maka doa dapat timbul dari kesusahan hati
yang bingung, tetapi juga dari kegembiraan jiwa yang menuju ke masa depan
yang bahagia. Doa tidak membutuhkan banyak kata (lih. Mat 6:7), tidak terikat
pada waktu dan tempat tertentu, tidak menuntut sikap badan atau geak-gerik
yang khusus, meskipun dapat didukung olehnya (KWI, 1996:194).
b. Sumber Doa
Menurut agama Kristen, sebetulnya yang berdoa bukan manusia,
melainkan Roh Allah sendiri. “Kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus
berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita” (Rm 8: 2). Doa hanya mungkin
dalam dan oleh Roh Kudus. Kita berdoa bukan berdasarkan jasa-jasa kita tetapi
berdasarkan kasih sayang Allah yang berlimpah-limpah (KWI, 1996: 194).
Sumber doa Katolik lainnya adalah sabda Allah yang memberi kita
pengenalan akan Allah (Flp 3: 8). Liturgi Gereja mengajak kita untuk
setiap hari karena di dalamnya kita dapat bertemu dengan Allah (KWI, 2009:
186).
Berdoa memang bukanlah hal yang mudah tetapi perlu kita sadari
bahwa sumber doa adalah Roh Allah sendiri. Sebagai seorang Katolik kita perlu
menyadari bahwa dalam doa, Roh Kudus senantiasa memberi kekuatan dan
berkarya dalam hidup. Selain Roh Kudus, sumber doa lainnya adalah sabda
Allah yang mengajak kita untuk memaknai setiap peristiwa sehingga akan
mengalami kasih Allah. Doa hanya mungkin dalam dan oleh Roh Kudus,
“Karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang
dikaruniakan kepada kita” (Rm 5:5). Itu berarti bahwa kita berdoa bukan
berdasarkan jasa-jasa kita, tetapi berdasarkan kasih sayang Allah yang
berlimpah-limpah (Lih. Dan 9:18).
c. Pengertian Doa Menurut Kitab Suci
Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memberikan
perhatian besar terhadap doa. Dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa sifat
doa yang diucapkan oleh umat Israel secara perorangan maupun bersama-sama.
Si pendoa mengangkat hati dan pikiran kepada Allah (Mzm 25: 1). Doa
mengantar orang makin dekat dengan Tuhan (Kej 18: 23). Doa adalah suatu
percakapan dengan Allah (Kej 18: 27). Pengungkapan doa lainnya:
mendengarkan Allah (Ul 4:1), pencurahan jiwa di hadapan Allah (1 Sam 1:
1-8). Semua sifat doa ini menunjukkan bahwa doa adalah suatu komunikasi
Dalam Kitab Suci Yesus sendiri mengajarkan doa Bapa Kami kepada
para murid-Nya ketika mereka melihat Yesus berdoa dan murid-Nya berkata
kepada-Nya, “Tuhan, ajarlah kami berdoa” (Luk 11: 1). Secara aktual, Yesus
melaksanakan doa yang terus menerus (Luk 5: 16). Saat-saat penting dalam
hidup-Nya disertai dengan doa, misalnya: Yesus berdoa pada pembaptisan-Nya
di sungai Yordan (Luk 3: 21). Doa Yesus ditujukan kepada Bapa dalam dialog
ketaatan yang memberikan kehidupan bagi perutusan-Nya. “Semua telah
diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak
selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Mat 11: 27). Setiap doa kita
diangkat kepada Bapa melalui Kristus Tuhan kita (KWI, 2009: 192).
Apa yang diajarkan Kitab Suci tentang doa telah menjadi milik Gereja
sebagaimana diungkapkan oleh Bapa Gereja dan tokoh spiritualitas doa. St.
Yohanes Damascenus, “doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan”, sedang
bagi St. Theresia Avila “doa adalah suatu percakapan persahabatan dengan
Allah, yang kita tahu bahwa Ia sangat mencintai kita (Kallor, 1993: 127).
d. Isi Doa
Doa bukanlah upacara, tetapi sendi kehidupan sehari-hari, nafas jemaat
beriman, dan ungkapan umat dalam perjuangan. Doa semacam ini adalah doa
asli, timbul dari pengalaman, mewarnai irama hidup. Setiap orang diharap dapat
menguraikan jalan doanya dalam hidup sehari-hari seperti Kis 2:42, dan dalam
menghadapi peristiwa yang khas dalam percobaan. Orang yang mencari-cari,
terlepaskan di dalam doa. Inilah kiranya isi kebanyakan uraian tentang hidup
doa, dengan suka duka di dalamnya, di dukung kekuatan, karena setiap kali
orang kembali kepada doa. Kalau ada tantangan dan cobaan, orang lari
meningkatkan doa (Soenarja, 1984:56)
Doa permohonan bukanlah minta-minta, puji-syukur berarti
memuliakan kebaikan dan keluhuran Allah; dalam permohonan diakui dan
dinyatakan kelemahan dan kemiskinan manusia. Maka yang pertama-tama
dimohon adalah pengampunan dan belas kasihan Tuhan, sebab dosa manusia
merupakan sumber kemalangan yang terbesar. Supaya memberikan kekuataan
untuk berjuang terus di dunia ini dengan sebuah pengharapan. “Bertekunlah
dalam doa dan berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Kol 4). Doa dapat
dilakukan secara sendiri atau bersama, diucapkan dengan mulut atau
direnungkan dalam hati, dan bentuknya tidak mengikat tetapi isi doa yaitu puji
syukur dan permohonan (KWI, 1996: 197-199).
e. Bentuk Doa
Berdoa berarti berkata jujur menyatakan isi hati di hadapan Tuhan.
Tradisi Gereja mengenal tiga cara utama mengungkapan kehidupan doa antara
lain doa Pemberkatan, doa penyembahan, doa permohonan, doa syafaat, dan
doa pujian. Kelima bentuk doa tersebut menuntut ketenangan hati.
(KWI,2009:185) mengungkapkan bahwa bentuk doa antara lain:
1) Doa Pemberkatan
Jawaban manusia terhadap anugerah Allah: kita memuji Yang Mahakuasa yang
2) Doa Penyembahan
Penyembahan adalah pengakuan yang rendah hati dari pihak manusia
bahwa mereka adalah makhluk dari Pencipta yang mahakudus.
3) Doa Permohonan
Dapat berupa permohonan ampun atau juga permohonan yang rendah
hati dan penuh percaya untuk semua kebutuhan kita, baik spiritual maupun
material. Tetapi, hal pertama yang harus dimohon ialah kedatangan Kerajaan
Allah.
4) Doa Syafaat
Doa syafaat adalah doa yang memohon atas nama orang lain. Doa ini
menyelaraskan dan mempersatukan kita dengan doa Yesus yang memohon
kepada Bapa untuk semua orang, terutama orang berdosa. Bahkan, doa syafaat
harus termasuk mendoakan musuh.
5) Doa Pujian
Pujian adalah bentuk doa yang mengakui secara paling langsung bahwa
Allah adalah Allah. Doa ini sama sekali tanpa kepentingan apapun
mengidungkan pujian Allah semata-mata demi kepentingan Allah dan
memuliakan Allah melulu karena Dia adalah Allah.
Semua bentuk doa tersebut baik karena merupakan hasil perjuangan
manusia untuk berdoa kepada Tuhan. Bentuk doa tersebut baik adanya sejauh
f. Syarat-Syarat Utama Doa
Ada 7 syarat utama dalam doa antara lain: (Hadrys, 2007:4).
1. Melepaskan diri dari dosa-dosa.
2. Membebaskan diri dari ikatan-ikatan yang tidak dapat dibenarkan
3. Mengontrol pikiran dan imajinasi
4. Mempunyai tujuan yang baik
5. Aku tidak harus percaya bahwa ada satu Allah, tetapi bahwa sekarang ini
dalam doa aku bertemu dengan satu Allah itu. Bukan hanya yakin bahwa Tuhan
ada, tetapi bahwa tuhan ada di sini, bersama dengan aku.
6. Maka beriman pada Allah sebagai pribadi yang luhur dan mulai berarti
berani berhubungan secara pribadi dengan Allah. Di situ terdapat pokok
persoalan mengenai doa: bukankah Allah yang kusapa secara pribadi itu
khayalan belaka? Persoalan itu hanya dapat menjadi jelas dalam pertemuan itu
sendiri.
7. Titik pangkal pertemuan dengan Allah bukanlah keinginan dan usahaku
sendiri, melainkan panggilan allah. Allah yang bersabda (wahyu), aku hanya
menjawab (iman). Setiap kali orang berdoa, ia menempatkan diri dalam proses
hubungan Allah dengan manusia, menghadap Allah dalam kerangka
2. Doa yang Mencerminkan Kehidupan a. Jiwa yang Jernih dan Murni
Pada taraf bimbingan menuju kemajuan orang yang menghadapi
pembimbing itu orang yang jujur, menaruh perhatian pada jiwanya. Ia dalam
retret atau persiapan pendahuluan sudah berhasil membebaskan diri dari
dosa-dosa yang membebani jiwanya, dan ia berkemauan keras untuk membangun
sesuatu di dalam hidupnya, demi kemuliaan Tuhan. Orang itu sendiri
menginginkan hati yang bersih. Ia menginginkan sifat-sifat Tuhan tercermin di
dalam langkah laku dan tindakannya: ia ingin jiwa jernih memantulkan
bayangan sinar rahmat. Ia ingin terang terbuka terhadap setiap gerakan dan
sentuhan Tuhan (Soenarja, 1984: 39-40).
b. Peristiwa Hidup dan Pengamatannya
Sebagai dasar dapat dikatakan, bahwa dalam bimbingan setiap peristiwa
hidup harus dipandang “dalma terang Tuhan”. Jika jiwa sudah jernih, terbuka,
langkah-langkah pertama dapat langsung menuju ketinggalan itu. Bila jiwa
masih dalam kelekatan akan dosa, pemurnian atau pertobatan seperti didalam
retret dulu, untuk melakukan proses pertobatan secara lengkap (Soenarja, 1984:
40).
c. Peristiwa Membekas dalam Pribadi Manusia
Orang yang berusaha maju dalam kerohanian, biasa hidup dalam
kesadaran tinggi. Ia bukan orang yang digambarkan masih berkubang dalam
dosa, hingga ia tidak sadar akan perbuatannya dan gampang diseret dengan
suci-suci tuturnya, dan muluk-muluk cita-citanya, dan banyak melibatkan diri
pada keaktifan Gereja, yang tetap paling menentukan ialah kepekaan terhadap
gerakan-gerakan roh, yang menandai usaha dan kemajuan hidup (Soenarja,
1984: 42).
d. Tercermin dalam Doa
Pada awalnya doa dikatakan “berpaling kepada Tuhan” mengarahkan
hati kepada Tuhan, dalam prosesnya disebut “wawancara dengan Tuhan” dan
dalam puncaknya dicapai “persatuan dengan Tuhan”. Hidup manusia yang
positif pada hakekatnya, dan dalam keseluruhannya, menjalani proses yang
sama, sebaliknya pada segi negatif dan ingkar, ia dapat menjauh, lupa dan
menolak Tuhan sampai dalam pengingkaran totap seperti lusifer.
Doa adalah jalan mengarah kepada Tuhan. Yang masih berdoa, belum
meninggalkan jalan Tuhan, betapapun lemah keadaannya. Situasi manusia
tercermin dalam doa. Orang yang tak pernah berdoa, tidak pernah bercermin
diri (Soenarja, 1984: 43-44).
3. Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah paguyuban umat beriman yang bersekutu
berdasarkan kedekatan tempat tinggal dengan jumlah antara 10-50 kepala
keluarga. Maksud dari penjelasan diatas adalah bila jumlah kepala keluarga
dalam lingkungan lebih dari 50, lingkungan harap dimekarkan menjadi lebih
dapat dibagi dalam persekutuan-persekutuan yang lebih kecil, misalnya dengan
nama blok, rukun umat. Dengan demikian lingkungan-lingkungan yang
mempunyai jumlah umat lebih dari 50 kepala keluarga, dengan sendirinya harus
dimekarkan bukan dipecah. Dimekarkan mempunyai maksud yang lebih positif
dan memberi harapan ke depan untuk berkembang daripada memakai istilah
dipecah. Kebanyakan lingkungan sulit untuk menampung banyak umay katolik
berimanyang berkumpul guna melakukan aneka kegiatan lingkungan, yaitu
merayakan Ekaristi lingkungan, doa lingkungan, doa rosario, dan sebagainya.
Ketika umat beriman katolik berjumlah besar atau banyak dan memberikan
suasana hangat dan bangga di antara mereka, tanpa disadari muncullah
kecenderungan yang berkembang di antara sebagian besar umat beriman, yaitu
bersembunyi dan tidak mau terlibat dalam kegiatan lingkungan.
a. Doa Lingkungan
Salah satu kekhasan Gereja Katolik Indonesia adalah adanya sistem
lingkungan/ kring/stasi dalam pelayanan pastoral parokial-teritorial yang
memungkinkan semakin banyak kaum beriman awam terlibat dalam
pengembangan Gereja seperti yang diharapkan oleh Konsili Vatikan II. Dan
yang menarik, cikal-bakal lingkungan ini ternyata sudah ada jauh sebelum
Konsili Vatikan II, bahkan sebelum Perang Dunia II. Pada masa itu para imam
Jawa, yakni Rm. Hardjosuwondo SJ dan Rm. Sugiyopranoto,SJ, merintis sistem
kring di paroki-paroki Wedi-Klaten, Ganjuran, dan Bintaran. Bahkan para
mereka dipercaya untuk memimpin ibadat-ibadat, mengajar calon baptis, juga
membimbing umat yang mengalami kesulitan (F.X. Didik bagiyowinandi, Pr,
http: www. Iman Katolik. Or.id/ kl.html).
Dalam perkembangan waktu, sistem “bapak pamong kring” ini
kemudian berkembang menjadi sistem lingkungan yang kemudian juga
dimasukkan dalam struktur dewan pastoral paroki. Dalam semangat
kepemimpinan partisipatoris, “salib pelayanan” umat di lingkungan tidak lagi
“dibebankan” pada pundak ketua lingkungan saja, tetapi menjadi tanggung
jawab para pengurus lingkungan. Keterlibatan para pengurus lingkungan
sungguh membantu dan melipatgandakan tenaga dan perhatian pastoral Pastor
Paroki. Dan menarik untuk dicermati, “sekolah pelayanan dan kerjasama” para
pengurus lingkungan ini sekaligus merupakan salah satu wahana dan peluang
untuk mempersiapkan kader-kader pengurus Dewan pastoral paroki.
Doa lingkungan sangat penting diadakan terutama di setiap lingkungan.
Karena doa lingkungan membentuk dan membimbing iman umat agar tetap
selalu pada jalan yang telah di tujunya. Dengan begitu doa lingkungan juga
dapat membantu setiap orang untuk terjun terlibat dalam setiap
kegitan-kegiatan entah itu yang diadakan di lingkungan, di paroki atau dimanapun
tempatnya. Kita juga dapat membaur dengan siapa saja, berkumpul bersama
untuk membantu orang lain, terjalin kerja sama yang begitu akrab, banyak
relasi dengan orang lain baik di lingkungan sendiri maupun di lingkungan orang
umat lingkungan dapat mengikuti doa lingkungan bukan karena malas, namun
karena ada umat yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing hal itu tidak
berpengaruh karena mereka masih tetap terlibat dalam hidup bermasyarakat
tergantung dengan kesadaran yang ada dalam diri umat masing-masing.
Lingkungan juga dapat membentuk karakter kita untuk dapat hidup dan berani
menghadapi segala tantangan zaman yang semakin lama semakin berkembang.
Doa lingkungan bukanlah Ekaristi. Oleh sebab itu strukturnya lebih
terbuka untuk variasi menurut situasi umat, peristiwa dan intensi keluarga,
Masa liturgis serta Mei dan Oktober. Memang dianjurkan agar struktur Doa
hendaknya mirip Liturgi Sabda dalam perayaan Ekaristi tetapi itu pun lebih
dimaksudkan untuk ”Ibadat Sabda Hari Minggu tanpa Imam” di stasi-stasi yang
jauh.
Oleh karena itu sebagai ”pertemuan doa” kelompok kecil, doa
lingkungan merupakan kesempatan untuk meneladani Umat Gereja perdana
yang suka berhimpun bersama untuk berdoa, mendengarkan Sabda Tuhan dan
pengajaran ”para rasul”, kadang-kadang ada Misa Lingkungan, saling bersikap
solider dalam berbagai persoalan hidup, sekaligus untuk mewujudkan secara
lebih intensif program-program paroki. Pemimpin Doa ialah awam baik
laki-laki maupun perempuan; bukan imam atau diakon. Tetapi kalau mereka hadir
maka pembacaan Injil diserahkan kepada mereka, dan selanjutnya
mendengarkan pengajaran/renungan dari mereka.
Unsur utama dalam setiap penyelenggaraan Doa Lingkungan ialah
tuhan kita memuji, memuliakan Tuhan, bersyukur kepada-Nya dalam mazmur
dan kidung serta mengungkapkan permohonan-permohonan (Rm. Bosco da
Cunha O. Carm. http.blogspot.com).
1) Doa Bersama
Salah satu kegiatan pokok dalam suatu lingkungan seperti terlukiskan
itu ialah pertemuan berkala (biasanya seminggu sekali) untuk mengadakan
DOA bersama. Doa itu dapat berbeda coraknya dan maksudnya, antara lain
dapat berupa:
Perayaan Sakramen Permandian
Perayaan Ekaristi
Pengurapan Orang Sakit
Doa sekitar kematian dan mengenang arwah
Kebaktian Perdamaian atau Tobat
Pemberkatan Rumah
Acara Doa umum, meliputi beberapa mata acara sebagai berikut:
Pembacaan dari Alkitab, Renungan atau amanan keramat, Doa Rosario,
Doa-doa Permohonan, Nyanyian Rohani, dll.
Kitab sederhana yang kami sajikan ini bertujuan untuk sekedar memberi
bahan inspirasi dan tuntutan pada melaksanakan ACARA DOA UMUM itu
2) Isi Doa Bersama
Hendaknya Kitab Suci ditekankan peranannya dalam pembinaan
penghayatan iman. Bersama membaca Alkitab dalam lingkungan keluarga,
disertai sekedar penjelasan sesuai dengan adaya tangkap orangtua dan
anak-anak, dapat mengungkapkan kekayaannya bagi hidup sehari-hari.
Kesempatan untuk berdoa bersama cukup banyak. Setiap hari ada baik
pagi, sebelum dan sesudah makan, malam hari. Bila seorang anggota keluarga
adalah sakit, merayakan ulang tahun, menghadapi peristiwa penting (ujian,
melamar kerja, perjalanan jauh, tunangan, operasi). Kehidupan sehari-hari dapat
mendorong setiap anggota keluarga untuk mendoakan yang lain (Heuken, 1979:
21).
3) Macam-macam Doa Bersama
Menanggapi berbagai kebutuhan serta situasi hidup mereka, yang
menghadap Tuhan dalam doa. Kecuali doa pagi dan doa malam, berbagai
bentuk doa selayaknya mendapat dukungan yang jelas, misalnya:
membaca dan merenungkan sabda Allah, menyiapkan penerimaan sakramen-sakramen, devosi dan persembahan kepada Hati Kudus Yesus, berbagai bentuk kebaktian kepada Santa Perawan Maria, doa sebelum dan sesudah makan, praktek devosi-devosi umat. Paus Yohanes Paulus II, dalam ajuran apostoliknya Rosarium Virginis Mariae, menegaskan bahwa:
Diantaranya layak disebutkan doa Rosario:
“Untuk melanjutkan gagasan para pendahulu kami, sekarang kami ingin menganjurkan dengan sangat supaya keluarga
dipandang termasuk doa bersama yang terbaik dan paling efektif, yang keluarga Kristen dihimbau untuk mendoakan. Kami suka berpikir dan dengan tulus mengharapkan, bahwa bilan pertemuan keluarga menjadi saat doa, Rosario merupakan cara berdoa yang kerap digunakan dan memang disukai (FC art 61).
b. Peranan Doa lingkungan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang suka berkumpul dan
tidak dapat hidup sendiri. Manusia berkembang menjadi manusia utuh karena
berkomunikasi dengan yang lain. Tanpa interaksi dengan manusia lain,
kehidupan seseorang akan menjadi kerdil. Pengetahuannya akan sulit
berkembang dan tingkat emosi menjadi tidak dewasa. Akibatnya, ia mudah
terombang ambing oleh hal-hal di luar dirinya. Ia tidak bisa menghargai dirinya
yang begitu indah dan dicintai Tuhan, dan akan tinggal di dalam istananya yang
tertutup dan gersang. Orang seperti itu seringkali mengeluh dengan kebosanan
dan rutinitas. Kehidupan yang monoton yang dijalaninya membuat kebosanan
dalam hidupnya. Berbeda dengan orang yang membuka diri. Berkomunikasi
dengan orang lain akan dilihat sebagai sesuatu yang indah. Ia melihat betapa
dirinya tidak sempurna di tengah-tengah tantangan dunia yang begitu
kompleks. Orang ini akan mampu menerima dirinya, merasakan keindahan,
kedamaian bahkan kebahagiaan. Perasaan saya dibutuhkan di tengah
kekurangan, sama halnya saya membutuhkan orang lain yang belum tentu
sempurna seperti saya. Perasaan saling membutuhkan ini akan saling mengisi
Sebagai orang beriman, yang dikumpulkan dalam suatu komunitas
rayon/ kring/ lingkungan, kita pantas bersyukur sebab telah diberkati Tuhan. Ia
menjadikan kita manusia bebas, merdeka, dan bahagia. Rayon adalah salah satu
sarana yang begitu penting, di mana kita dapat menggunakan kesempatan untuk
mengambil “angin segar” bagi kehidupan rohani. Dalam pertemuan Rayon, kita
diajak keluar dari rutinitas yang menghimpit dan membelenggu. Sering kita
mendengar keluhan, “Tidak ada waktu”, “Ah, itu-itu saja, bosan”. Itu semua
muncul karena egoisme diri yang dalam. Padahal, bila kita meluangkan waktu
mengikuti pertemuan rayon, kita bisa bertemu dengan saudara-saudari seiman,
dari anak-anak sampai orang tua. Kita dapat melihat ternyata keadaan kita lebih
baik, atau justru sebaliknya. Kita akan dapat merasakan orang-orang yang
berkekurangan justru rela melayani umat. Dari sana kita lebih memiliki waktu
untuk melihat diri sendiri (Salean, 1998: 9). Yang terpenting drai semua
kegiatan itu adalah adanya siraman rohani.
Bila kita sendiri lebih tertarik melihat kekurangan walaupun sebenarnya
sudah cukup, kita akan tetap merasa kekurangan. Kita melihat orang lain
mempunyai sesuatu yang lebih dari diri kita justru apapun yang kita miliki tidak
pernah akan dihargai dan syukuri. Bahkan untuk berdoa pun akan terasa sulit.
Apalagi untuk membaca dan melaksanakan Firman-Nya oleh sebab itu, betapa
besar manfaat pertemuan umat yang walaupun seringkali membosankan,
monoton, dan itu ke itu saja. Suasana pertemuan umat, mengingat kita akan
hidup rohani, hidup lurus menurut kehendak Ilahi. Apabila mulai dari dini
untuk menambah perbendaharaan diri. Mereka bisa belajar keluar dari dirinya
sendiri. Mengalami bahwa ada dunia luar dari dunianya. Dari sanalah mereka
bisa menangkap nilai kehidupan kerohanian yang lebih berakar untuk menjamin
masa depan yang lebih baik. Bagi para remaja atau anak baru gede, bisa melatih
diri untuk berkomunikasi dengan manusia lain di tengah masyarakat yang
ternyata berbeda dan beragam pribadinya. Mereka dipersiapkan menghadapi
masyarakat yang begitu kompleks dan harus pandai-pandai membawa diri bila
mau berhasil dalam hidupnya. Bagi para orang tua, mereka akan mempunyai
sarana untuk melihat perkembangan pribadi anaknya, dan melihat gaya/ tingkah
laku anak-anak lain. Hal ini bisa menyegarkan diri mereka bila menghadapi
dengan anak-anaknya sendiri yang ternyata banyak memiliki kekurangan.
Dengan melihat perbandingan nyata, kita bisa bersyukur, di samping
ada kekurangan dari anak sendiri, ada nilai positif yang mereka miliki. Waktu
yang barangkali kurang dari 1,5 jam ternyata bisa kita pakai untuk saling
memberikan informasi. Bahan-bahan yang disediakan begitu bernilai untuk
perkembangan kehidupan rohani, waktu terasa berat dan sering tidak
dimengerti, tetapi dalam perjalanan hidup baru nyata berarti. Membangun
Gereja, haruslah dimulai dengan membangun diri sendiri dan rayon. Hal itu
dapat dicapai, salah satunya dengan melakukan berbagai kegiatan walaupun
penuh dengan walaupun penuh dengan kekurangan dan keterbatasan (Salean,
c. Rancangan Struktur Doa Lingkungan : (Rm. Bosco da Cunha O. Carm, http. Blogspot.com)
Dalam doa lingkungan selalu ada rancangan struktur agar doa
lingkungan atau ibadat dapat terlaksana dengan baik. Sehingga doa lingkungan
ataupun ibadat lingkungan dapat dilaksanakan secara teratur dan seksama.
Umat dapat mengikuti dengan baik tanpa ada yang mersa bingung. Dengan
urutan atau struktur tersebut umat akan mengetahui jalannya ibadat serta umat
mengetahui tugas-tugas yang telah diberikan kepada beberapa orang oleh
pemimpin ibadat ataupun doa lingkungan. Dengan begitu doa lingkungan
ataupun ibadat dapat berjalan dengan baik dan seksama sampai akhir. Adapun
urutan atau struktur ibadat lingkungan sebagai berikut:
a) Sapaan Awal : dari ketua Lingkungan / wakil b) Lagu Pembuka : oleh petugas nyanyian
c) Tanda Salib dan kata pembuka : secara singkat tentang bacaan – bacaan yang akan didengarkan.
d) Doa Pembuka : oleh pemimpin Doa
e) Bacaan I : oleh lector. Dapat diambil dari bacaan misa pada hari yang bersangkutan.
f) Lagu antar bacaan
g) Injil : dapat diambil dari bacaan misa pada hari yang bersangkutan h) Renungan
i) Mazmur – mazmur dari Puji Syukur
Saudara sekalian, dengan ini Ibadat Lingkungan ( pertemuan doa Lingkungan )
sudah selesai.
U : Syukur kepada Allah.
Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa dan menghantar
kita ke hidup yang kekal
U : Amin (sambil setiap orang membuat tanda salib)
k) Nyanyian Penutup Penjelasan :
1. Praktis umat memakai buku Puji Syukur. Hanya pemimpin Doa memakai
tambahan buku untuk Doa Pembuka dan Doa Penutup; tetapi lebih spontan
lebih baik agar disesuaikan dengan situasi dan kepentingan.
2. Selama Masa Adven dan Prapaskah dapat ditambahkan pernyataan tobat
setelah kata pembuka dan setelah absolusi dilanjutkan dengan Doa Pembuka.
3. Selama bulan Mei dan Oktober dapat dilanjutkan dengan Rosario setelah
”Renungan” singkat.
4. Dalam Doa Lingkungan hendaknya tugas-tugas dibagi-bagi kepada
beberapa orang. Bahkan kotbah atau renungan boleh juga dalam bentuk sharing
beberapa orang lalu dirangkum oleh pemimpin.
5. Pengumuman – pengumuman hendaknya dilaksanakan sesudah selesai Doa
Lingkungan. Jangan pada awal atau pertengahan Doa sebab memecah belah
d. Kegiatan Lingkungan
Banyak kegiatan yang selama ini sudah dilakukan di tingkat lingkungan.
Kegiatan-kegiatan itu juga telah mendinamisir lingkungan. Memang antara
lingkungan satu dengan yang lain kadang-kadang berbeda dalam identitas dan
kreativitasnya.
Agar lingkungan bias berkembang menuju cara hidup sebagaimana
tampak dalam Jemaat Perdana, beberapa kegiatan lingkungan yang bias
dilaksanakan (Sugiyana, 2013: 74-78).
1) Communio
Communio bukanlah cara hidup yang dengan sendirinya terjadi dalam
sebuah lingkungan. Cara hidup itu diusahakan melalui aneka kegiatan yang bias
mempersatukan. Kegiatan itu diantaranya:
a) Pertemuan-pertemuan lingkungan untuk berbagai aktivitas yang semakin
mempersatukan, bias bersifat rohani, social maupun rekreatif.
b) Kunjungan keluarga dalam Lingkungan, misalnya di hari Natal atau Paskah
saling mengunjungi dan memberi salam, kunjungan pada keluarga yang
sedang menderita, kunjungan pada keluarga sederhana yang sering kali
kurang mendapat perhatian.
c) Membuat kartu keluarga Katolik atau kontak Lingkungan yang berisi
2) Menggereja
Sebagai orang Katolik, kegiatan menggereja di tingkat Lingkungan
maupun Paroki perlu diusahakan secara rutin agar terbangun iman yang
semakin mendalam dan tangguh. Kegiatan-kegiatan itu di antaranya:
a) Doa bersama secara rutin, terutama pada bulan Mei dan Oktober. Berdoa
Rosario secara bergiliran dari rumah kerumah.
b) Sarasehan lingkungan yang dipimpin oleh seorang pemandu, terutama pada
masa Adven, masa Prapaskah, Bulan Liturgi, Bulan Ajaran Sosial Gereja
dan Bulan Kitab Suci.
c) Pendalaman Kitab Suci, pendalaman pokok-pokok iman Katolik untuk
membuka wawasan kekatolikan, misalnya ajaran tentang Aku Percaya,
Sakramen, Moral Katolik, Hukum Gereja, Doa, Dsb.
d) Ibadat dan Ekaristi. Ibadat dan perayaan Ekaristi diadakan tidak hanya
dalam acara-acara ujud tertentu tetapi secara rutin agar hidup semakin
ekaristi, hidup yang dilandasi rasa syukur dan semangat berbagi.
3) Memasyarakat
Iman perlu diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata. Keterlibatan
konkret pada persoalan-persoalan umat dan masyarakat perlu dilakukan.
Kegiatan-kegiatan itu membuat kehadiran Gereja di tengah masyarakat sungguh
dapat dirasakan sebagai sakramen, tanda kasih Allah bagi manusia.
a) Kunjungan dan perhatian pada yang sakit, miskin, dan terkena musibah
dalam aneka bentuk.
b) Membuat gerakan yang berarti bagi masyarakat umum: kebersihan
masyarakat, pengolahan sampah, pengajuan lingkungan, dll. Ada
lingkungan di salah satu Paroki yang membuat gerakan “Rumah Berkat”.
Gerakan ini aadalah gerakan mengumpulkan rongsokan yang kemudian
dijual. Hasil penjualan itu untuk kepentingan pelayanan kepada yang
membutuhkan seperti perbaikan rumah bagi keluarga miskin, beasiswa
untuk anak yang tidak mampu, santunan kesehatan, dan kematian.
Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak sebatas umat Katolik. Ada pula
Lingkungan yang mengadakan gerakan pengumpulan uang Rp 100,00
secara rutin setiap hari untuk biaya pendidikan anak-anak yang tidak
mampu.
c) Kunjungan ke Panti Asuhan yng tidak mampu, Pantri Wreda atau ke
tempat-tempat yang membutuhkan perhatian dan pertolongan.
B. Keterlibatan Umat
Keterlibatan sosial adalah soal praktis, supaya iman menjadi praktis dan
hidup. Untuk soal-soal sosial seperti: kerja dan penghasilan untuk semua,
kerukunan dan perdamaian dalam negeri dan luar negeri, kelangsungan hidup
untuk manusia dan alam raya (Kieser, 1987: 7). Salah satu keterlibatan umat
beriman katolik adalah menjadi pengurus lingkungan. Keterlibatan mereka
katolik yang bersedia menjadi pengurus lingkungan, bahkan selalu bersedia dan
sangat bersemangat. Di lain pihak, ada banyak orang beriman katolik yang
menolak dijadikan pengurus lingkungan sebab ada anggapan bahwa menjadi
pengurus berarti akan mengalami banyak kesulitan, baik yang berasal dari
dirinya sendiri, keluarganya, maupun umat beriman katolik di lingkungan
sendiri. Mereka juga membayangkan bahwa melayani umat beriman itu sangat
sulit sebab banyak tuntutannya. Seandainya bersedia menjadi pengurus, yang
terjadi adalah mereka melakukannya dengan terpaksa sehingga mudah
mengeluh, tidak melakukan apa-apa, bahkan tidak muncul lagi di kegiatan
lingkungan (Prasetya, 2010:3).
Keberadaan dan keterlibatan umat kaum awam tidak dapat dilepaskan
dari maksud Gereja katolik itu sendiri, yaitu mengupayakan agar Gereja Katolik
dapat hidup, berkembang, dan menghasilkan buah yang berkelimpahan bagi
seluruh umat berimanKatoliknya sendiri. “karena berperan serta dalam tugas
Kristus sebagai Imam, Nabi, dan Raja, kaum awam berperan aktif dalam
kehidupandan kegiatan Gereja. Di dalam jemaat-jemaat grejawi, kegiatan
mereka sedemikian perlu sehingga tanpa kegiatan itu kerasulan para gembala
sendiri kebanyakan tidak dapat memperbuahkan hasil yang sepenuhnya”
(Prasetya, 2010:19).
Kerja sama antara hierarki dan kaum awam, yang dirumuskan
drumuskan dalam LG 37 (bdk. PO 9), diharapkan mampu memberikan banyak
manfaat bagi hidup dan perkembangam Gereja Katolik sehinnga dapat
awam diteguhkan kesadaran bertanggung jawab dan ditingkatkan semangat.
Lagi pula tenaga kaum awam lebih mudah digabungkan dengan karya para
Gembala. Sebaliknya, dibantu oleh pengalaman para awam, para Gembala
dapat mengadakan penegasan yang lebih jelas dan tepat dalam perkara-perkara
rohani maupun jasmani”.
Kerja sama dalam Gereja Katolik tidak hanya terjadi antara hierarki dan
kaum awam, tetapi juga harus diupayakanbersama di antara kaum awam itu
sendiri. Sebagai sesame kaum awam, mereka diharapkanmampu
menumbuhkembangkan suasana hidup yang saling mendukung dan
meneguhkan perjuangan bersama dalam mengupayakan perkembangan dan
kemajuan Gereja Katolik. Mereka diharapkan dapat saling bekerja sama satu
sama lain. Ketika mereka mampu bekerja sama, ada keyakinan bahwa Gereja
Katolik sungguh berkembang sebagai paguyuban umat beriman katolik, baik di
tingkat lingkungan, wilayah, stasi, maupun paroki. Bentuk kerja sama mereka
secara nyata dapat dilihat dalam aneka kepengurusan di Gereja katolik, baik
kepengurusan lingkungan, kepengurusan wilayah (bila ada), kepengurusan
dewan stasi, maupun kepengurusan dewan paroki. Semua bentuk kerja sama
ini, yang didasarkan pada sikap dan semangat kemitraan, hendaknya dipahami
dalam upaya untuk mengikutsertakan, mengembangkan, memberdayakan, dan
mencerdaskan umat beriman Katolik, khususnya di lingkungan (Prasetya,
1. Dasar Keterlibatan Umat
Dasar keterlibatan umat itu sendiri adalah Allah. Keterlibatan Allah
terhadap kaum miskin, karena masalah kemiskinan bukan hanya masalah dunia
ketiga, atau masalah Utara Selatan, tetapi sudah menjadi masalah mondial,
masalah dunia. Bagaimana kemiskinan itu dipahami, sudah menjadi masalah
tersendiri. Dalam pengertian biasa kemiskinan berarti ketergantungan pada
orang lain baik dalam kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani sehari-hari.
Bagaimanapun juga masalah kemiskinan adalah masalah kehidupan. Oleh
karena itu setiap orang bisa merenungkannya dari aneka segi keprihatinan.
Usaha memahami keterlibatan Allah terhadap kaum miskin ini dipusatkan
dalam Kitab Suci, khususnya Perjanjian Lama (Darmawijaya,1991:5).
a. Dasar Kitabiah Keprihatinan dan Keterlibatan Sosial
Memang masalah-masalah yang sekarang ini aktual, kebanyakan belum
terbayangkan ketika Kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru muncul
dalam sejarah Perwahyuan Ilahi. Tetapi, Kitab Suci tetap menjadi norma bagi
penghayatan dan pewartaan iman kristiani. Maka sambil menafsiran
tanda-tanda zaman sekarang di Indonesia, Katekese Umat perlu menggali amanat
Allah, terutama yang turun dalam Pribadi Yesus Kristuus, serta reaksi umat
Allah terhadap amanat itu, seperti terendapkan dalam Kitab Suci, untuk
menemukan pedoman yang andal dalam menentukan sikap dan