• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat di Lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peranan doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat di Lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo - USD Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN DOA LINGKUNGAN TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI LINGKUNGAN KISIK TLAGAN, PAROKI BORO,

KULONPROGO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Tri Hesti Irmawati NIM: 081124019

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kedua Orang Tuaku Tercinta

(5)

v MOTTO

Biarlah biduk hidup kecil ini berlayar

Walaupun badai dan taufan menghalang jalan

Dengan pusaka iman semua akan aku kukalahkan

Satu pada-Mu kepercayaan ini tertuju

Akan kubiarkan kuncup bunga mekar

Dan kembali rontok bersama untaian waktu

Dalam kesejukan embun pagi

Menuju kasih abadi

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya

atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka

sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Juni 2014

Penulis,

(7)

vii

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Tri Hesti Irmawati

Nomor Mahasiswa : 081124019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERANAN DOA LINGKUNGAN TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI LINGKUNGAN KISIK TLAGAN, PAROKI BORO, KULONPROGO, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal, 16 Juni 2014

Yang menyatakan,

(8)

viii ABSTRAK

Judul skripsi PERANAN DOA LINGKUNGAN TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI LINGKUNGAN KISIK TLAGAN, PAROKI BORO, KULONPROGO penulis memilih judul ini berdasarkan fakta yang ada di lingkungan Kisik Tlagan bahwa tidak banyak orang yang benar-benar peduli dengan kehidupan orang lain, tidak ada yang mau dan membantu orang lain. Begitu juga yang ada di lingkungan Kisik Tlagan walaupun tergolong desa mereka tidak melihat keadaan disekitarnya. Padahal paguyuban di desa itu seharusnya sangat kuat tetapi hal itu tidak luput dengan kesibukan mereka, sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang mereka geluti entah itu sebagai PNS, petani, pedagang, dan sebagainya untuk mencukupi segala kebutuhan dalam kesehariannya sehingga mereka tidak melihat dunia sekitarnya ataupun kehidupan orang lain disekitarnya. Dengan adanya doa lingkungan ini saya berharap umat dapat selalu melibatkan hidupnya dengan membantu orang lain disekitarnya yang notabennya tidak memiliki penghasilan tetap. Dengan begitu banyak umat yang akan selalu tertolong serta mendapatkan kehidupan yang layak.

Persoalan pokok dalam skrispi ini adalah seberapa besar peranan doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat di Lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo, Yogyakarta. Hasil wawancara tentang peranan doa lingkungan bahwa peranan doa lingkungan dapat membawa umat lebih aktif dan bertanggungjawab terhadap imannya sebagai umat beriman dan kita perlu berdoa setiap saat, karena dengan berdoa dapat membuat umat semakin menyadari bahwa Tuhan sungguh-sungguh hadir dalam kehidupan umat lewat peranan atau saling tolong menolong antar warga lingkungan maupun warga yang lainnya, serta menambah rasa keimanan umat lebih dalam dan mempererat hubungan antar umat satu dengan yang lainnya. Namun umat hanya terlibat aktif dalam lingkup umat Katolik saja, keterlibatan dalam hidup bermasyarakat sangat kurang.

(9)

ix

ABSTRACT

The title of the research is the ROLE OF COMMUNITY PRAYER ON THE INVOLVEMENT OF THE BELIEVERS IN COMMUNITY LIFE IN KISIK TLAGAN NEIGHBORHOOD, BORO PARISH, KULONPROGO, YOGYAKARTA. The researcher chose this title based on the fact that there were some people in Kisik Tlagan neighborhood who did not really care about other people's lives. Some of them were not willing to help others including those in Kisik Tlagan. Although they lived in a place that was classified as a village, they did not notice their surrounding condition. Whereas, people who live in a village are supposed to be strong in socialization no matter how busy they are to fulfill their daily necessities as civil, farmers, or traders, etc. So they did not care about the life of others around them. By having a community prayer the researcher hopes that they can always involve in helping others around them especially those who did not have a fixed income. Therefore, there will be many people who can be helped and live a better life.

The problem of the research is to identify how far the role of the community prayer to the involvement of the believers in community life in Kisik Tlagan neighborhood, Parish Boro, Kulon Progo, Yogyakarta. The result of the interviews about the role of the community prayer was it could bring the people to be more active and responsible for their faith as believers and they needed to pray all the time, because the prayer made them be more aware that God is truly present in their lives through the mutual help among them as well as increasing a deeper sense of faith in them, and strengthening the relationship among them. However, they only actively involved in the scope of the Catholics alone and less involvement in broad community life.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Penulis mengambil judul “Peran doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup

bermasyarakat di lingkungan Kisik Telagan, Paroki Boro, Kulonprogo”. Pengolahan tentang peran doa lingkungan terhadap keterlibatan umat di lingkungan merupakan usaha penulis untuk

menambah wawasan serta sebagai bentuk mendalami iman serta semakin melibatkan diri dalam

kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan. Peranan doa lingkungan dalam keterlibatan umat bagi

penulis merupakan usaha untuk melatih diri dan lebih melibatkan diri dalam kehidupan

bermasyarakat, hal itu berguna ketika penulis melaksanakan tugasnya sebagai kateikis serta

terjun di lingkungan dimanapun penulis berada. Sebagai seorang katekis dalam melaksanakan

tugasnya mendidik dan membina iman umat, lebih terlibat di lingkungan, dan membantu umat

yang sedang mengalami kesulitan yakni melalui Katekese Umat maupun doa lingkungan.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan yang telah diberikan oleh beberapa

pihak. Penulis dengan tulus hati ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Romo Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, SJ. Selaku dosen pembimbing utama sekaligus

dosen pendamping akademik yang begitu serius, sabar, setia dan murah hati telah

mendampingi dan membimbing penulis dari awal hingga penulisan skripsi ini selsesai.

2. Ibu Dra. Yulia Supriyati, M.Pd. Selaku dosen penguji kedua yang mengarahkan dan

membimbing dengan sabar dalam penulisan skripsi ini.

3. Romo Dr. C. Putranto, SJ. Selaku dosen penguji ketiga yang mengarahkan dan

membimbing dengan sabar dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh dosen, staf dan karyawan IPPAK, yang telah banyak membantu penulis selama

(11)

xi

5. Bapak dan ibu, S. Waliman dan C. Sri Narti serta kakak-kakak Yekti Ambar Wati dan Dwi

Yono Estu Widodo sebagai keluarga yang membiayai, menyemangati dan mendukung

penulis selama studi di IPPAK.

6. Mbak Yuyuk Hupepy yang selalu membantu dan mendukung dalam penulisan kripsi ini.

7. Seluruh angkatan 2008, Valentina Wuri Widawati, Bernadheta Suparti, Anang Rujito,

selaku teman satu angkatan yang mendukung dan membantu dalam penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman mahasiswa IPPAK khususnya angkatan 2008 yang senantiasa memberikan

semangat kepada penulis dari awal perjumpaan hingga selesainya skripsi ini.

9. Staf perpustakaan Kolose St. Ignatius Kotabaru, Perpustakaan Prodi IPPAK, dan

Perpustakaan USD yang telah membantu dan mengizinkan penulis untuk menggunakan

berbagai buku yang diperlukan selama menyelesaikan penulisan skripsi.

10. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebut.

Atas segala kebaikan dan perhatian mereka, tidak ada kata yang lebih tepat yang dapat

diungkapkan oleh penulis selain “terima kasih dan terima kasih”.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang

mempunyai minat dan perhatian terhadap keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat. Penulis

juga menyadari skripsi ini belumlah sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan

saran-saran dari pembaca demi kesempurnaan.

Yogyakarta, 16 Juni 2014

Penulis

(12)

xii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ABSTRAK ... F. Sistematika Penulisan.………...

BAB II: DOA BERSAMA DI LINGKUNGAN DAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT...

A.Doa Bersama di Lingkungan...

1. Doa…………... a. Pengertian Doa……….

b. Sumber Doa………....

c. Pengertian Doa Menurut Kitab Suci………...

(13)

xiii

e. Bentuk Doa……….

f. Syarat-Syarat Utama Doa………... 2. Doa yang Mencerminkan Kehidupan...

a. Jiwa yang Jernih dan Murni...

b. Peristiwa Hidup dan Pengamatannya…... c. Peristiwa Membekas dalam Pribadi Manusia...

d. Tercermin dalam Doa...

3. Pengertian Lingkungan………...

a. Doa Lingkungan……….

1) Doa Bersama ………...

2) Isi Doa Bersama………...

3) Macam-Macam Doa Bersama………... b. Peranan Doa Lingkungan………... c. Rencana Struktur Doa Lingkungan………

d. Kegiatan Lingkungan……….

a. Dasar Kitabiah Keprihatinan dan Keterlibatan Sosial……… b. Yesus Kristus Beserta Injil-Nya bagi Kaum Miskin…………... c. Cintakasih yang Mengutamakan Kaum Miskin………... d. Orang Miskin dalam Kerajaan Allah……… e. Kabar Gembira bagi Kaum Miskin……….... f. Siapakah Orang Miskin dalam Kerajaan Allah………...

g. Mendengarkan Sabda Allah………..

2. Unsur-unsur dalam Keterlibatan Umat……… a. Kepedulian Umat akan Masalah-masalah Masyarakat……….. b. Martabat dan Kodrat Sosial Manusia………..

(14)

xiv

c. Dialog antara Sabda Allah dengan Realitas Hidup Konkrit Manusia… d. Keterlibatan Sosial Gereja demi Manusia dan Dunia……… 1) Keterlibatan dalam Dunia demi Kepentingan Manusia……… 2) Keterlibatan Gereja dalam Soal-soal Sosial……….. 3) Keterlibatan Gereja dalam Perjuangan Sosial………... 4) Keterlibatan Sosial Gereja adalah Praktis……….

3. Bentuk-bentuk Masalah Umat...

BAB III: PERAN DOA LINGKUNGAN TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI LINGKUNGAN KISIK TLAGAN, PAROKI BORO, KULONPROGO………...

A. Gambaran Umum Paroki St. Theresia Lisieux Boro...

1. Jumlah Umat Di Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan Paroki St. Theresia Lisieux Boro………... B. Situasi Umum Wilayah IX, Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan...

1. Situasi Umat Katolik Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan...

a. Jumlah dan Pembagian Blok dalam Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan……… b. Jumlah dan Susunan Umat Lingkungan St. Theresia Kisik

Tlagan……… c. Kekhasan Umat dan Keluarga-Keluarga Katolik Lingkungan St. Theresia

Kisik Tlagan……….. d. Situasi Umat Katolik Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan dengan

(15)

xv

2. Pembahasan Hasil Wawancara di Lingkungan Kisik Tlagan, Paroki St. Theresia Lisieux Boro……… 3. Keterbatasan Penelitian………..

BAB IV: USULAN PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI LINGKUNGAN KISIK

TLAGAN, PAROKI BORO, KULONPROGO... A. Pengertian Katekese Sosial………. B. Latar Belakang Pemilihan Program……...

C. Tema dan Tujuan………

D. Penjabaran Tema………

E. Petunjuk Pelaksanaan Program………... F. Contoh Persiapan Katekese Umat Model Shared Christian

(16)

xvi

Lampiran 1: Surat Keterangan Penelitian...

Lampiran 2: foto-foto Panti Wreda………

Lampiran 3: cerita SCP………..

(1)

(2)

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Dokumen Resmi

DV : Dei Verbum, “Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan tentang Wahyu Ilahi”, II,18 November 1965.

FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II Pasca-Sinode, 22

November 1981.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November

1964.

PO :Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang pelayanan dan Kehidupan para

Iman, 7 Desember 1965

B. Singkatan Kitab Suci Rm : Roma

Flp : Filipi

Mzm : Mazmur

Kej : Kejadian

Ul :Ulangan

Sam : Samuel

Luk : Lukas

Mat : Matius

Yes : Yesaya

(18)

xviii Mrk : Markus

Yoh : Yohanes

Ef : Efesus

C. Singkatan Lain

SCP : Shared Christian Praxis

Lih : Lihat

OMK : Orang Muda Katolik

PIR : Pendamping Iman Remaja

HP : Handphone

WKRI : Wanita katolik Republik Indonesia

PIA : Pendampingan Iman Anak

WK : Wanita Katolik

Bdk : Bandingkan.

Dst : Dan Seterusnya

Dll : Dan Lain-lain

MUDIKA : Muda Mudi Katolik

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia diwarnai dengan berbagai

masalah-masalah yang tidak kunjung selesai bahkan masalah-masalah yang

mereka hadapi bertambah besar dan sulit untuk mendapatkan jalan keluar dalam

memyelesaikannya. Umat manusia mengalami perubahan pandangan mengenai

seluruh kenyataan hidup yang begitu sangat sulit. Dari situlah muncul

rangkaian masalah-masalah baru, penghayatan iman kristiani yang terjadi

dalam rangkaian kenyataan sosial yang terus berkembang. Pencemaran dan

kerusakan lingkungan, penderitaan karena kemelaratan, penindasan terhadap

orang-orang kecil dan lemah, angkatan muda yang menghadapai masa depan

yang tidak pasti mengingat kurangnya lapangan pekerjaan, sikap acuh tak acuh

terhadap nasib orang banyak. Sekalipun ada usaha pembangunan di

mana-mana, namun manfaatnya hanya menguntungkan beberapa orang kaya saja,

sedangkan jurang antara kaya dan yang miskin semakin melebar, dalam

kenyataannya orang kaya tidak memandang orang miskin padahal yang miskin

juga mendapatkan hak yang sama untuk memperbaiki kehidupannya. Oleh

karena itu kurban ketidakadilan ini adalah berjuta-juta manusia dengan wajah

(20)

(Muller, 1992:43). Situasi semacam itu terjadi hampir di semua negara di dunia

ini, terlebih di dunia yang sedang berkembang seperti di Negara Indonesia ini.

Keterlibatan Gereja akan permasalahan sosial saat ini, lebih-lebih

didasari misi Yesus Kristus sendiri yaitu mewartakan kerajaan Allah. Kerajaan

Allah akan semakin terwujud jika kaum miskin senantiasa menjadi yang lebih

diutamakan dalam segala karya dan pewartaannya. Maka Gereja dalam rangka

mewujudkan kehadiran Kerajaan Allah senantiasa mendahulukan kaum miskin.

Perhatian Gereja tersebut tampak dalam berbagai bidang karya, warta dan

lembaga. Hal itu tak lepas dari peranan dan keterlibatan seluruh umat: para

imam, biarawan dan biarawati serta awam yang dengan gigih memperjuangkan

keadilan dengan berbagai cara sesuai dengan kharisma masing-masing.

Melihat situasi yang ada saat ini dimana kebanyakan rakyat kecil

mengalami ketidakpastian, kecemasan karena mau digusur, tidak memiliki

harga diri, ditindas martabatnya sebagai manusia, maka penulis merasa tergerak

hatinya untuk turut serta ambil bagian didalamnya. Keprihatinan itu tertuju

pada lingkup yang kecil yaitu umat di lingkungan Kisik Telagan yang sebagian

besar mata pencaharian mereka adalah bertani. Umat lingkungan Kisik Telagan

juga merupakan sebagian kecil masyarakat yang mengalami berbagai macam

persoalan hidup antara lain: sebagai umat yang sudah tidak baru lagi dalam

menghadapi kenyataan hidup yang semakin hari semakin berat, pekerjaan

mereka hanya sebagai seorang petani dan pedagang saja. Memperjuangkan

hidup dan masa depan anak-anaknya. Sebagian umat saja yang mampu

(21)

sungguh membutuhkan bantuan yang bukan hanya semata-mata berbentuk

kebutuhan hidup sehari-hari (sandang, pangan), akan tetapi kiranya yang jauh

lebih mendesak adalah bagaimana mereka ini akhirnya sebagai orang yang

mampu mempertahankan hidupnya tanpa menggantungkan uluran kasih dari

orang lain, mampu berjuang mengatasi kesulitan hidupnya, mencari jalan keluar

bersama rekan seperjuangannya, sehingga sebagai manusia mampu merasakan

sama martabatnya di hadapan sesamanya tanpa minder berani berjuang dalam

hidupnya.

Dalam kenyataannya banyak orang yang tidak benar-benar peduli

dengan kehidupan orang lain, tidak ada yang mau dan membantu orang lain.

Begitu juga yang ada di lingkungan Kisik Tlagan walaupun tergolong desa

mereka tidak melihat keadaan disekitarnya. Padahal kata orang paguyuban di

desa itu sangat kuat tetapi hal itu tidak luput dengan kesibukan mereka, sibuk

dengan pekerjaan-pekerjaan yang mereka geluti entah itu sebagai PNS, petani,

pedagang, dsb. Untuk mencukupi segala kebutuhan dalam kesehariannya.

Sehingga umat setempat tidak peduli atau tidak memperhatikan orang lain di

lingkungan Kisik Tlagan. Dengan adanya doa lingkungan ini saya berharap

umat dapat selalu melibatkan hidupnya dengan membantu orang lain

disekitarnya yang notabennya tidak memiliki penghasilan tetap.

Doa lingkungan yang selalu dibicarakan tidak pernah menyangkut

kehidupan yang ada di sekitar umat lingkungan Kisik Tlagan, bahwa masih

banyak orang yang masih membutuhkan bantuan, dukungan, hiburan. Pemandu

(22)

kehidupan masyarakat disekitar kita, hanya memperingati perayaan setiap

bulannya. Bulan ini memperingati hari apa hanya itu yang mereka sampaikan,

padahal keterlibatan umat yang diharapkan tidak pernah ada, harapannya dapat

terjun langsung membantu umat-umat yang membutuhkan. Walaupun

dikatakan desa namun hal itu sangat kurang, ada yang hidupnya berkecukupan

ada pula yang hidupnya sedang-sedang saja penghasilannya habis hanya untuk

makan saja bahkan ada yang kurang mampu dan tidak memiliki penghasilan

apa-apa hanya bisa mengandalkan pemberian orang lain saja dan menyuruhnya

untuk mengerjakan sawah saja padahal penghasilan dari menggarap sawah

hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.

Paguyuban di desa itu dangat kuat, rasa bermasyarakatnya sangat kental

namun hal itu jauh dari pikiran saya, walaupun kehidupan menggereja mereka

sangat antusias sangat kental namun mereka tidak melihat kehidupan

disekitarnya bahwa masih ada orang yang sangat membutuhkan bantuan kita

walaupun hanya sedikit. Kebanyakan yang ada di lingkungan ini hanya orang

dewasa dan oang tua saja karena kaum mudanya pergi keluar untuk bekerja,

kuliah, dsb. Namun dalam kenyataannya doa lingkungan tidak selalu membawa

umat untuk saling hidup bermasyarakat, hal itu di pengaruhi banyak faktor

kepribadiannya dengan alasan malas untuk ikut doa lingkungan, capek karena

baru pulang kerja, cuaca yang tidak mendukung, tidak ada teman di jalan.

Sebaliknya ada juga umat yang rajin ikut doa lingkungan tetapi tidak selalu

mengikuti banyak acara di lingkungannya banyak kerjaan, yang penting ikut

(23)

Selain itu dalam kenyataannya umat yang tidak pernah mengikuti doa

lingkungan namun mereka aktif mengikuti kegiatan lingkungan, selalu terjun

kelapangan untuk membantu orang lain serta terlibat dalam hidup

bermasyarakat. Sebenarnya itu semua tergantung dari pribadinya masing, jika

hatinya mudah tergerak, ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain hal itu

sangat mudah untuk membantu orang lain yang mengalami kesulitan. Hal itu

lebih baik kalo mengikuti doa lingkungan sehingga dapat menyumbangkan

suatu pemikiran untuk kegiatan apa selanjutnya yang akan diadakan di

lingkungan.

Umat Kristen semakin menyadari kebersamaannya sebagai komunitas

Gereja dalam mengungkapkan imannya. Tidak mengherankan bahwa selain

perayaan Ekaristi, umat ingin secara berkala berkumpul dalam kelompok kecil

untuk melaksanakan kebaktian bersama. Secara terasa suatu kebutuhan yang

mendesak akan sebuah buku penuntun kebaktian tersebut. Sebagai orang

beriman tentu saja kita alami suatu hubungan khusus dengan orang se-iman

yang tinggal berdekatan dengan kita di suatu desa atau satu bagian kota. Kita

pun dapat membantu mereka dan meneguhkan mereka dalam penghayatan iman

dan dalam menghadapi berbagai situasi hidupnya. Kita perlu didampingi

mereka supaya kita mampu tetap tegak dalam iman dan kepercayaan. Tidak

mengherankan bahwa di banyak tempat rasa kebersamaan itu menghasilkan

kelompok-kelompok yang lazimnya dinamika “kring” atau “rukun”,

(24)

suatu Gereja dalam ukuran kecil, lengkap dengan pimpinan atau badan

pengurusnya dan dipedomi oleh beberapa penetapan atau peraturan sederhana.

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan pada beberapa hal, antara lain:

1. Apa yang dimaksud doa lingkungan?

2. Bagaimana keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat?

3. Seberapa besar peran doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam

hidup bermasyarakat di lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo?

4. Apa yang bisa dilakukan untuk membantu umat di lingkungan Kisik

Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo, dalam mengembangkan umat dalam

kehidupan bermasyarakat?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai lewat skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Memaparkan tentang doa lingkungan.

2. Menggali keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat di lingkungan

Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo.

3. Menemukan dan menjelaskan peran doa lingkungan terhadap keterlibatan

umat dalam hidup bermasyarakat di lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro,

(25)

4. Mengusulkan katekese model SCP sebagai salah satu cara membantu

dalam pengaruh doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup

bermasyarakat di lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo.

5. Memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Lingkungan

Meningkatkan peranan doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup

bermasyarakat di lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo.

2. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui secara lebih lanjut bahwa katekese dapat digunakan untuk

membantu umat.

E. Jenis Penulisan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yaitu dengan memanfaatkan studi pustaka. Penelitian ini mempunyai

tujuan untuk mengungkap keterlibatan umat dalam hidup masyarakat melalui

doa lingkungan, di lingkungan Kisik Tlagan, Paroki Boro, Kulonprogo. Penulis

mengadakan penelitian sederhana melalui observasi lapangan dengan

(26)

F. Sistematika Penulisan

Sebagai sebuah gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas

di dalam penulisan skripsi ini, berikut ini adalah sistematika penulisan skripsi

ini:

BAB I Pendahuluan, berisi gambaran umum tentang isi skripsi yang meliputi:

latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat

di lingkungan. Bab ini menguraikan dua bagian yaitu pertama menguraikan doa

lingkungan terhadap keterlibatan umat yang meliputi: pengertian doa, doa

dalam Kitab Suci, sumber doa, isi doa, bentuk doa, cara berdoa, Syarat-Syarat

utama doa dan doa yang mencerminkan kehidupan, jiwa yang jernih dan murni,

peristiwa hidup dan pengamatannya, peristiwa membekas dalam pribadi

manusia, tercermin dalam doa. Doa lingkungan yang meliputi: pengertian

lingkungan, pengertian doa lingkungan, doa bersama, isi doa bersama,

macam-macam doa bersama, peran doa lingkungan, rancangan struktur doa lingkungan.

Bagian kedua menguraikan keterlibatan umat yang meliputi: Bentuk-bentuk

masalah umat, keterlibatan Allah terhadap kaum miskin, unsur-unsur dalam

katekese sosial, dasar Kitabiah keprihatinan dan keterlibatan social, kepedulian

umat akan msalah-masalah masyarakatnya, martabat dan kodrat sosial manusia,

keterlibatan sosial Gereja demi manusia dan dunia.

BAB III Peranan Doa Lingkungan Terhadap Keterlibatan Umat Dalam Hidup

(27)

terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama tentang situasi umum lingkungan

Santa Theresia Kisik Tlagan yang meliputi: Gambaran umum Paroki Santa

Theresia Lisieux Boro, jumlah umat di lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan

Paroki Santa Theresia Lisieux Boro, situasi umum wilayah IX lingkungan St.

Theresia Kisik Tlagan, situasi umat katolik lingkungan St. Theresia Kisik

Tlagan. Sedangkan bagian kedua mengenai metodologi penelitian, hasil

wawancara dan pembahasan hasil wawancara. Metodologi penelitian mencakup

tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, tempat

dan waktu penelitian, responden penelitian, instrument penelitian, variable

penelitian. Tahap berikutnya penulis akan mengkaji hasil penelitian,

pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

BAB IV Usulan Program Meningkatkan Peranan Doa Lingkungan Terhadap

Keterlibatan Umat Dalam Hidup Bermasyarakat Di Lingkungan. Bab ini

menguraikan peran doa lingkungan terhadap keterlibatan umat dalam hidup

bermasyarakat di lingkungan, katekese, metode katekese, pengertian katekese

umat, model dan metode katekese sosial, dan usulan program berupa SCP yang

terdiri dari latar belakang pemilihan program, alasan pemilihan tema/ tujuan,

rumusan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program, contoh

persiapan.

BAB V Penutup, bab ini merupakan kesimpulan dan saran-saran berdasarkan

(28)

BAB II

DOA BERSAMA DI LINGKUNGAN DAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP BERMASYARAKAT

Lingkungan Katolik mengalami kesulitan dalam melaksanakan doa

bersama dalam lingkungan karena kurang menghayati doa bersama dalam

Lingkungan. Ada atau tidak adanya pastor, pertemuan doa lingkungan tetap

berlangsung. Doa lingkungan diadakan satu kali dalam seminggu. Pada masa

Adven, Prapaskah, Bulan Kitab Suci (sekali seminggu), Mei dan Oktober

(hampir setiap hari). Kesulitan yang dialami di lingkungan adalah tidak banyak

yang datang, hanya orang dewasa dan tua-tua saja yang datang kaum mudanya

sibuk dengan kegiatan sendiri. Dari sharing para anggota, peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa mereka sangat sedih karena kaum mudanya tidak

ada yang hadir dalam setiap doa lingkungan. Tetapi dengan adanya doa

lingkungan mereka juga merasa senang atas usaha pengurus dalam

menghidupkan kegiatan lingkungan. Secara pribadi penulis sangat bersyukur

bisa mendapatkan siraman rohani dengan mengikuti doa lingkungan.

Iman penulis semakin dikuatkan. Persaudaraan dengan sesama anggota

semakin akrab. Kami dapat saling berbagi suka dan duka, apalagi dalam

menghadapi situasi krisis ini. Menurut penulis, yang paling penting dari

pertemuan atau doa lingkungan ini adalah suasana persaudaraannya yang begitu

kuat, di mana umat dapat saling berbagi pengalaman hidup sehari-hari dan

(29)

bersama anggota sama-sama menggumuli kehidupan dengan segala

permasalahan yang ada. Memang harus diakui bahwa dalam doa lingkungan

tidak terlepas dari berbagai kesulitan dan keterbatasan, seperti: kurangnya

tenaga pendamping, bahan pertemuan kurang bervariasi termasuk cara

penyajiannya, ada anggota yang sungguh pasif meskipun sudah berkali-kali

diajak.

A. Doa bersama di Lingkungan

Doa merupakan salah satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh semua

umat beriman, termasuk umat di lingkungan dalam hidup bersama.

1. Doa

Semua agama mengenal doa. Kebanyakan agama pun tidak melihat doa

sebagai kegiatan mendaraskan rumusan-rumusan hafalan. Doa yang utama

adalah suatu pernyataan iman dihadapan Allah. Doa dan hidup religius di tanah

air kita pada umumnya berakar di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

kebudayaan, pandangan hidup telah menjadi satu dengan agama. Hal ini tidak

hanya merupakan warisan sejarah, namun dapat membentuk kehidupan di

dalam masyarakat yang selalu terlibat dan membantu masyarkat yang satu

dengan yang lain di lingkungannya. Agama telah menjadi bagian dari cara

berpikir dan kehidupan bersama dalam masyarakat.

Dalam agama yang telah bersatu padu degan seluruh hidup, orang

menemukan perasaan aman dan ketentraman emosional. Maka tidak

(30)

Doa tidak dilepaskan dari kehidupan sehari-hari dan dari hidup bersama di

dalam masyarakat. Maka ada banyak kebiasaan dan bentuk doa dalam

masyarakat yang asal-usulnya bukan hanya dari sejarah agama tertentu, tetapi

dari agama sebagaimana hidup di dalam masyarakat (KWI, 1996:193-194).

Sedangkan pada zaman sekarang ada semacam kehausan untuk

mengalami Allah yang terlibat dalam hidup manusia. Segala macam metode

dan cara berdoa dipelajari untuk menemukan dan merasakan kehadiran Allah.

Manusia mempunyai kerinduan dan kemampuan untuk berdoa yang semakin

didorong oleh Allah yang selalu menyapa dan mengajak untuk berwawancara

dengan diri-Nya (Darminta, 1981: 7).

a. Pengertian Doa

Kegiatan berdoa merupakan kegiatan pokok dalam kehidupan manusia

serta dalam masyarakat sekitarnya, namun dari pengalaman nampak bahwa doa

merupakan kegiatan manusia yang sukar, kendati ada segala macam usaha

untuk berdoa. Tanpa doa, hidup rohani tidak akan maju dan berkembang. Doa

dapat dilakukan secara pribadi atau secara bersama dan berdoa merupakan

kegiatan ikut ambil bagian dalam karya keselamatan yang disampaikan oleh

Kristus (Darminta, 1983: 9-10).

Berdoa berarti berpikir tentang Allah sambil mengasihi-Nya,

menghadapi-Nya dengan sikap siap dipakai oleh-nya, berjumpa dengan-Nya,

bercakap-cakap dengan-Nya. Berdoa juga berarti melampaui kehidupan fana

ini, „mengintip‟ ke dalam surga, „menerobos‟ ke dalam alam yang kekal

(31)

Doa juga dapat diartikan sebagai pertemuan antara pribadi Allah dan

manusia yang saling mengasihi, saling mencari dan saling merindukan. Doa

adalah bersatu dengan Allah, membangun persahabatan dengan-Nya,

menyampaikan permohonan kepada-Nya,. Bagi jiwa, doa mirip dengan doa

mirip dengan makanan bagi tubuh. Bagi para pengikut Yesus, doa adalah

kehidupan. (Hadrys, 2007:1)

Doa pada dasaranya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada

Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa. Doa adalah

cinta seorang anak kepada Bapanya. Maka doa dapat timbul dari kesusahan hati

yang bingung, tetapi juga dari kegembiraan jiwa yang menuju ke masa depan

yang bahagia. Doa tidak membutuhkan banyak kata (lih. Mat 6:7), tidak terikat

pada waktu dan tempat tertentu, tidak menuntut sikap badan atau geak-gerik

yang khusus, meskipun dapat didukung olehnya (KWI, 1996:194).

b. Sumber Doa

Menurut agama Kristen, sebetulnya yang berdoa bukan manusia,

melainkan Roh Allah sendiri. “Kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus

berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita” (Rm 8: 2). Doa hanya mungkin

dalam dan oleh Roh Kudus. Kita berdoa bukan berdasarkan jasa-jasa kita tetapi

berdasarkan kasih sayang Allah yang berlimpah-limpah (KWI, 1996: 194).

Sumber doa Katolik lainnya adalah sabda Allah yang memberi kita

pengenalan akan Allah (Flp 3: 8). Liturgi Gereja mengajak kita untuk

(32)

setiap hari karena di dalamnya kita dapat bertemu dengan Allah (KWI, 2009:

186).

Berdoa memang bukanlah hal yang mudah tetapi perlu kita sadari

bahwa sumber doa adalah Roh Allah sendiri. Sebagai seorang Katolik kita perlu

menyadari bahwa dalam doa, Roh Kudus senantiasa memberi kekuatan dan

berkarya dalam hidup. Selain Roh Kudus, sumber doa lainnya adalah sabda

Allah yang mengajak kita untuk memaknai setiap peristiwa sehingga akan

mengalami kasih Allah. Doa hanya mungkin dalam dan oleh Roh Kudus,

“Karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang

dikaruniakan kepada kita” (Rm 5:5). Itu berarti bahwa kita berdoa bukan

berdasarkan jasa-jasa kita, tetapi berdasarkan kasih sayang Allah yang

berlimpah-limpah (Lih. Dan 9:18).

c. Pengertian Doa Menurut Kitab Suci

Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memberikan

perhatian besar terhadap doa. Dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa sifat

doa yang diucapkan oleh umat Israel secara perorangan maupun bersama-sama.

Si pendoa mengangkat hati dan pikiran kepada Allah (Mzm 25: 1). Doa

mengantar orang makin dekat dengan Tuhan (Kej 18: 23). Doa adalah suatu

percakapan dengan Allah (Kej 18: 27). Pengungkapan doa lainnya:

mendengarkan Allah (Ul 4:1), pencurahan jiwa di hadapan Allah (1 Sam 1:

1-8). Semua sifat doa ini menunjukkan bahwa doa adalah suatu komunikasi

(33)

Dalam Kitab Suci Yesus sendiri mengajarkan doa Bapa Kami kepada

para murid-Nya ketika mereka melihat Yesus berdoa dan murid-Nya berkata

kepada-Nya, “Tuhan, ajarlah kami berdoa” (Luk 11: 1). Secara aktual, Yesus

melaksanakan doa yang terus menerus (Luk 5: 16). Saat-saat penting dalam

hidup-Nya disertai dengan doa, misalnya: Yesus berdoa pada pembaptisan-Nya

di sungai Yordan (Luk 3: 21). Doa Yesus ditujukan kepada Bapa dalam dialog

ketaatan yang memberikan kehidupan bagi perutusan-Nya. “Semua telah

diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak

selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang

kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Mat 11: 27). Setiap doa kita

diangkat kepada Bapa melalui Kristus Tuhan kita (KWI, 2009: 192).

Apa yang diajarkan Kitab Suci tentang doa telah menjadi milik Gereja

sebagaimana diungkapkan oleh Bapa Gereja dan tokoh spiritualitas doa. St.

Yohanes Damascenus, “doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan”, sedang

bagi St. Theresia Avila “doa adalah suatu percakapan persahabatan dengan

Allah, yang kita tahu bahwa Ia sangat mencintai kita (Kallor, 1993: 127).

d. Isi Doa

Doa bukanlah upacara, tetapi sendi kehidupan sehari-hari, nafas jemaat

beriman, dan ungkapan umat dalam perjuangan. Doa semacam ini adalah doa

asli, timbul dari pengalaman, mewarnai irama hidup. Setiap orang diharap dapat

menguraikan jalan doanya dalam hidup sehari-hari seperti Kis 2:42, dan dalam

menghadapi peristiwa yang khas dalam percobaan. Orang yang mencari-cari,

(34)

terlepaskan di dalam doa. Inilah kiranya isi kebanyakan uraian tentang hidup

doa, dengan suka duka di dalamnya, di dukung kekuatan, karena setiap kali

orang kembali kepada doa. Kalau ada tantangan dan cobaan, orang lari

meningkatkan doa (Soenarja, 1984:56)

Doa permohonan bukanlah minta-minta, puji-syukur berarti

memuliakan kebaikan dan keluhuran Allah; dalam permohonan diakui dan

dinyatakan kelemahan dan kemiskinan manusia. Maka yang pertama-tama

dimohon adalah pengampunan dan belas kasihan Tuhan, sebab dosa manusia

merupakan sumber kemalangan yang terbesar. Supaya memberikan kekuataan

untuk berjuang terus di dunia ini dengan sebuah pengharapan. “Bertekunlah

dalam doa dan berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Kol 4). Doa dapat

dilakukan secara sendiri atau bersama, diucapkan dengan mulut atau

direnungkan dalam hati, dan bentuknya tidak mengikat tetapi isi doa yaitu puji

syukur dan permohonan (KWI, 1996: 197-199).

e. Bentuk Doa

Berdoa berarti berkata jujur menyatakan isi hati di hadapan Tuhan.

Tradisi Gereja mengenal tiga cara utama mengungkapan kehidupan doa antara

lain doa Pemberkatan, doa penyembahan, doa permohonan, doa syafaat, dan

doa pujian. Kelima bentuk doa tersebut menuntut ketenangan hati.

(KWI,2009:185) mengungkapkan bahwa bentuk doa antara lain:

1) Doa Pemberkatan

Jawaban manusia terhadap anugerah Allah: kita memuji Yang Mahakuasa yang

(35)

2) Doa Penyembahan

Penyembahan adalah pengakuan yang rendah hati dari pihak manusia

bahwa mereka adalah makhluk dari Pencipta yang mahakudus.

3) Doa Permohonan

Dapat berupa permohonan ampun atau juga permohonan yang rendah

hati dan penuh percaya untuk semua kebutuhan kita, baik spiritual maupun

material. Tetapi, hal pertama yang harus dimohon ialah kedatangan Kerajaan

Allah.

4) Doa Syafaat

Doa syafaat adalah doa yang memohon atas nama orang lain. Doa ini

menyelaraskan dan mempersatukan kita dengan doa Yesus yang memohon

kepada Bapa untuk semua orang, terutama orang berdosa. Bahkan, doa syafaat

harus termasuk mendoakan musuh.

5) Doa Pujian

Pujian adalah bentuk doa yang mengakui secara paling langsung bahwa

Allah adalah Allah. Doa ini sama sekali tanpa kepentingan apapun

mengidungkan pujian Allah semata-mata demi kepentingan Allah dan

memuliakan Allah melulu karena Dia adalah Allah.

Semua bentuk doa tersebut baik karena merupakan hasil perjuangan

manusia untuk berdoa kepada Tuhan. Bentuk doa tersebut baik adanya sejauh

(36)

f. Syarat-Syarat Utama Doa

Ada 7 syarat utama dalam doa antara lain: (Hadrys, 2007:4).

1. Melepaskan diri dari dosa-dosa.

2. Membebaskan diri dari ikatan-ikatan yang tidak dapat dibenarkan

3. Mengontrol pikiran dan imajinasi

4. Mempunyai tujuan yang baik

5. Aku tidak harus percaya bahwa ada satu Allah, tetapi bahwa sekarang ini

dalam doa aku bertemu dengan satu Allah itu. Bukan hanya yakin bahwa Tuhan

ada, tetapi bahwa tuhan ada di sini, bersama dengan aku.

6. Maka beriman pada Allah sebagai pribadi yang luhur dan mulai berarti

berani berhubungan secara pribadi dengan Allah. Di situ terdapat pokok

persoalan mengenai doa: bukankah Allah yang kusapa secara pribadi itu

khayalan belaka? Persoalan itu hanya dapat menjadi jelas dalam pertemuan itu

sendiri.

7. Titik pangkal pertemuan dengan Allah bukanlah keinginan dan usahaku

sendiri, melainkan panggilan allah. Allah yang bersabda (wahyu), aku hanya

menjawab (iman). Setiap kali orang berdoa, ia menempatkan diri dalam proses

hubungan Allah dengan manusia, menghadap Allah dalam kerangka

(37)

2. Doa yang Mencerminkan Kehidupan a. Jiwa yang Jernih dan Murni

Pada taraf bimbingan menuju kemajuan orang yang menghadapi

pembimbing itu orang yang jujur, menaruh perhatian pada jiwanya. Ia dalam

retret atau persiapan pendahuluan sudah berhasil membebaskan diri dari

dosa-dosa yang membebani jiwanya, dan ia berkemauan keras untuk membangun

sesuatu di dalam hidupnya, demi kemuliaan Tuhan. Orang itu sendiri

menginginkan hati yang bersih. Ia menginginkan sifat-sifat Tuhan tercermin di

dalam langkah laku dan tindakannya: ia ingin jiwa jernih memantulkan

bayangan sinar rahmat. Ia ingin terang terbuka terhadap setiap gerakan dan

sentuhan Tuhan (Soenarja, 1984: 39-40).

b. Peristiwa Hidup dan Pengamatannya

Sebagai dasar dapat dikatakan, bahwa dalam bimbingan setiap peristiwa

hidup harus dipandang “dalma terang Tuhan”. Jika jiwa sudah jernih, terbuka,

langkah-langkah pertama dapat langsung menuju ketinggalan itu. Bila jiwa

masih dalam kelekatan akan dosa, pemurnian atau pertobatan seperti didalam

retret dulu, untuk melakukan proses pertobatan secara lengkap (Soenarja, 1984:

40).

c. Peristiwa Membekas dalam Pribadi Manusia

Orang yang berusaha maju dalam kerohanian, biasa hidup dalam

kesadaran tinggi. Ia bukan orang yang digambarkan masih berkubang dalam

dosa, hingga ia tidak sadar akan perbuatannya dan gampang diseret dengan

(38)

suci-suci tuturnya, dan muluk-muluk cita-citanya, dan banyak melibatkan diri

pada keaktifan Gereja, yang tetap paling menentukan ialah kepekaan terhadap

gerakan-gerakan roh, yang menandai usaha dan kemajuan hidup (Soenarja,

1984: 42).

d. Tercermin dalam Doa

Pada awalnya doa dikatakan “berpaling kepada Tuhan” mengarahkan

hati kepada Tuhan, dalam prosesnya disebut “wawancara dengan Tuhan” dan

dalam puncaknya dicapai “persatuan dengan Tuhan”. Hidup manusia yang

positif pada hakekatnya, dan dalam keseluruhannya, menjalani proses yang

sama, sebaliknya pada segi negatif dan ingkar, ia dapat menjauh, lupa dan

menolak Tuhan sampai dalam pengingkaran totap seperti lusifer.

Doa adalah jalan mengarah kepada Tuhan. Yang masih berdoa, belum

meninggalkan jalan Tuhan, betapapun lemah keadaannya. Situasi manusia

tercermin dalam doa. Orang yang tak pernah berdoa, tidak pernah bercermin

diri (Soenarja, 1984: 43-44).

3. Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah paguyuban umat beriman yang bersekutu

berdasarkan kedekatan tempat tinggal dengan jumlah antara 10-50 kepala

keluarga. Maksud dari penjelasan diatas adalah bila jumlah kepala keluarga

dalam lingkungan lebih dari 50, lingkungan harap dimekarkan menjadi lebih

(39)

dapat dibagi dalam persekutuan-persekutuan yang lebih kecil, misalnya dengan

nama blok, rukun umat. Dengan demikian lingkungan-lingkungan yang

mempunyai jumlah umat lebih dari 50 kepala keluarga, dengan sendirinya harus

dimekarkan bukan dipecah. Dimekarkan mempunyai maksud yang lebih positif

dan memberi harapan ke depan untuk berkembang daripada memakai istilah

dipecah. Kebanyakan lingkungan sulit untuk menampung banyak umay katolik

berimanyang berkumpul guna melakukan aneka kegiatan lingkungan, yaitu

merayakan Ekaristi lingkungan, doa lingkungan, doa rosario, dan sebagainya.

Ketika umat beriman katolik berjumlah besar atau banyak dan memberikan

suasana hangat dan bangga di antara mereka, tanpa disadari muncullah

kecenderungan yang berkembang di antara sebagian besar umat beriman, yaitu

bersembunyi dan tidak mau terlibat dalam kegiatan lingkungan.

a. Doa Lingkungan

Salah satu kekhasan Gereja Katolik Indonesia adalah adanya sistem

lingkungan/ kring/stasi dalam pelayanan pastoral parokial-teritorial yang

memungkinkan semakin banyak kaum beriman awam terlibat dalam

pengembangan Gereja seperti yang diharapkan oleh Konsili Vatikan II. Dan

yang menarik, cikal-bakal lingkungan ini ternyata sudah ada jauh sebelum

Konsili Vatikan II, bahkan sebelum Perang Dunia II. Pada masa itu para imam

Jawa, yakni Rm. Hardjosuwondo SJ dan Rm. Sugiyopranoto,SJ, merintis sistem

kring di paroki-paroki Wedi-Klaten, Ganjuran, dan Bintaran. Bahkan para

(40)

mereka dipercaya untuk memimpin ibadat-ibadat, mengajar calon baptis, juga

membimbing umat yang mengalami kesulitan (F.X. Didik bagiyowinandi, Pr,

http: www. Iman Katolik. Or.id/ kl.html).

Dalam perkembangan waktu, sistem “bapak pamong kring” ini

kemudian berkembang menjadi sistem lingkungan yang kemudian juga

dimasukkan dalam struktur dewan pastoral paroki. Dalam semangat

kepemimpinan partisipatoris, “salib pelayanan” umat di lingkungan tidak lagi

“dibebankan” pada pundak ketua lingkungan saja, tetapi menjadi tanggung

jawab para pengurus lingkungan. Keterlibatan para pengurus lingkungan

sungguh membantu dan melipatgandakan tenaga dan perhatian pastoral Pastor

Paroki. Dan menarik untuk dicermati, “sekolah pelayanan dan kerjasama” para

pengurus lingkungan ini sekaligus merupakan salah satu wahana dan peluang

untuk mempersiapkan kader-kader pengurus Dewan pastoral paroki.

Doa lingkungan sangat penting diadakan terutama di setiap lingkungan.

Karena doa lingkungan membentuk dan membimbing iman umat agar tetap

selalu pada jalan yang telah di tujunya. Dengan begitu doa lingkungan juga

dapat membantu setiap orang untuk terjun terlibat dalam setiap

kegitan-kegiatan entah itu yang diadakan di lingkungan, di paroki atau dimanapun

tempatnya. Kita juga dapat membaur dengan siapa saja, berkumpul bersama

untuk membantu orang lain, terjalin kerja sama yang begitu akrab, banyak

relasi dengan orang lain baik di lingkungan sendiri maupun di lingkungan orang

(41)

umat lingkungan dapat mengikuti doa lingkungan bukan karena malas, namun

karena ada umat yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing hal itu tidak

berpengaruh karena mereka masih tetap terlibat dalam hidup bermasyarakat

tergantung dengan kesadaran yang ada dalam diri umat masing-masing.

Lingkungan juga dapat membentuk karakter kita untuk dapat hidup dan berani

menghadapi segala tantangan zaman yang semakin lama semakin berkembang.

Doa lingkungan bukanlah Ekaristi. Oleh sebab itu strukturnya lebih

terbuka untuk variasi menurut situasi umat, peristiwa dan intensi keluarga,

Masa liturgis serta Mei dan Oktober. Memang dianjurkan agar struktur Doa

hendaknya mirip Liturgi Sabda dalam perayaan Ekaristi tetapi itu pun lebih

dimaksudkan untuk ”Ibadat Sabda Hari Minggu tanpa Imam” di stasi-stasi yang

jauh.

Oleh karena itu sebagai ”pertemuan doa” kelompok kecil, doa

lingkungan merupakan kesempatan untuk meneladani Umat Gereja perdana

yang suka berhimpun bersama untuk berdoa, mendengarkan Sabda Tuhan dan

pengajaran ”para rasul”, kadang-kadang ada Misa Lingkungan, saling bersikap

solider dalam berbagai persoalan hidup, sekaligus untuk mewujudkan secara

lebih intensif program-program paroki. Pemimpin Doa ialah awam baik

laki-laki maupun perempuan; bukan imam atau diakon. Tetapi kalau mereka hadir

maka pembacaan Injil diserahkan kepada mereka, dan selanjutnya

mendengarkan pengajaran/renungan dari mereka.

Unsur utama dalam setiap penyelenggaraan Doa Lingkungan ialah

(42)

tuhan kita memuji, memuliakan Tuhan, bersyukur kepada-Nya dalam mazmur

dan kidung serta mengungkapkan permohonan-permohonan (Rm. Bosco da

Cunha O. Carm. http.blogspot.com).

1) Doa Bersama

Salah satu kegiatan pokok dalam suatu lingkungan seperti terlukiskan

itu ialah pertemuan berkala (biasanya seminggu sekali) untuk mengadakan

DOA bersama. Doa itu dapat berbeda coraknya dan maksudnya, antara lain

dapat berupa:

 Perayaan Sakramen Permandian

 Perayaan Ekaristi

 Pengurapan Orang Sakit

 Doa sekitar kematian dan mengenang arwah

 Kebaktian Perdamaian atau Tobat

 Pemberkatan Rumah

 Acara Doa umum, meliputi beberapa mata acara sebagai berikut:

Pembacaan dari Alkitab, Renungan atau amanan keramat, Doa Rosario,

Doa-doa Permohonan, Nyanyian Rohani, dll.

Kitab sederhana yang kami sajikan ini bertujuan untuk sekedar memberi

bahan inspirasi dan tuntutan pada melaksanakan ACARA DOA UMUM itu

(43)

2) Isi Doa Bersama

Hendaknya Kitab Suci ditekankan peranannya dalam pembinaan

penghayatan iman. Bersama membaca Alkitab dalam lingkungan keluarga,

disertai sekedar penjelasan sesuai dengan adaya tangkap orangtua dan

anak-anak, dapat mengungkapkan kekayaannya bagi hidup sehari-hari.

Kesempatan untuk berdoa bersama cukup banyak. Setiap hari ada baik

pagi, sebelum dan sesudah makan, malam hari. Bila seorang anggota keluarga

adalah sakit, merayakan ulang tahun, menghadapi peristiwa penting (ujian,

melamar kerja, perjalanan jauh, tunangan, operasi). Kehidupan sehari-hari dapat

mendorong setiap anggota keluarga untuk mendoakan yang lain (Heuken, 1979:

21).

3) Macam-macam Doa Bersama

Menanggapi berbagai kebutuhan serta situasi hidup mereka, yang

menghadap Tuhan dalam doa. Kecuali doa pagi dan doa malam, berbagai

bentuk doa selayaknya mendapat dukungan yang jelas, misalnya:

membaca dan merenungkan sabda Allah, menyiapkan penerimaan sakramen-sakramen, devosi dan persembahan kepada Hati Kudus Yesus, berbagai bentuk kebaktian kepada Santa Perawan Maria, doa sebelum dan sesudah makan, praktek devosi-devosi umat. Paus Yohanes Paulus II, dalam ajuran apostoliknya Rosarium Virginis Mariae, menegaskan bahwa:

Diantaranya layak disebutkan doa Rosario:

“Untuk melanjutkan gagasan para pendahulu kami, sekarang kami ingin menganjurkan dengan sangat supaya keluarga

(44)

dipandang termasuk doa bersama yang terbaik dan paling efektif, yang keluarga Kristen dihimbau untuk mendoakan. Kami suka berpikir dan dengan tulus mengharapkan, bahwa bilan pertemuan keluarga menjadi saat doa, Rosario merupakan cara berdoa yang kerap digunakan dan memang disukai (FC art 61).

b. Peranan Doa lingkungan

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang suka berkumpul dan

tidak dapat hidup sendiri. Manusia berkembang menjadi manusia utuh karena

berkomunikasi dengan yang lain. Tanpa interaksi dengan manusia lain,

kehidupan seseorang akan menjadi kerdil. Pengetahuannya akan sulit

berkembang dan tingkat emosi menjadi tidak dewasa. Akibatnya, ia mudah

terombang ambing oleh hal-hal di luar dirinya. Ia tidak bisa menghargai dirinya

yang begitu indah dan dicintai Tuhan, dan akan tinggal di dalam istananya yang

tertutup dan gersang. Orang seperti itu seringkali mengeluh dengan kebosanan

dan rutinitas. Kehidupan yang monoton yang dijalaninya membuat kebosanan

dalam hidupnya. Berbeda dengan orang yang membuka diri. Berkomunikasi

dengan orang lain akan dilihat sebagai sesuatu yang indah. Ia melihat betapa

dirinya tidak sempurna di tengah-tengah tantangan dunia yang begitu

kompleks. Orang ini akan mampu menerima dirinya, merasakan keindahan,

kedamaian bahkan kebahagiaan. Perasaan saya dibutuhkan di tengah

kekurangan, sama halnya saya membutuhkan orang lain yang belum tentu

sempurna seperti saya. Perasaan saling membutuhkan ini akan saling mengisi

(45)

Sebagai orang beriman, yang dikumpulkan dalam suatu komunitas

rayon/ kring/ lingkungan, kita pantas bersyukur sebab telah diberkati Tuhan. Ia

menjadikan kita manusia bebas, merdeka, dan bahagia. Rayon adalah salah satu

sarana yang begitu penting, di mana kita dapat menggunakan kesempatan untuk

mengambil “angin segar” bagi kehidupan rohani. Dalam pertemuan Rayon, kita

diajak keluar dari rutinitas yang menghimpit dan membelenggu. Sering kita

mendengar keluhan, “Tidak ada waktu”, “Ah, itu-itu saja, bosan”. Itu semua

muncul karena egoisme diri yang dalam. Padahal, bila kita meluangkan waktu

mengikuti pertemuan rayon, kita bisa bertemu dengan saudara-saudari seiman,

dari anak-anak sampai orang tua. Kita dapat melihat ternyata keadaan kita lebih

baik, atau justru sebaliknya. Kita akan dapat merasakan orang-orang yang

berkekurangan justru rela melayani umat. Dari sana kita lebih memiliki waktu

untuk melihat diri sendiri (Salean, 1998: 9). Yang terpenting drai semua

kegiatan itu adalah adanya siraman rohani.

Bila kita sendiri lebih tertarik melihat kekurangan walaupun sebenarnya

sudah cukup, kita akan tetap merasa kekurangan. Kita melihat orang lain

mempunyai sesuatu yang lebih dari diri kita justru apapun yang kita miliki tidak

pernah akan dihargai dan syukuri. Bahkan untuk berdoa pun akan terasa sulit.

Apalagi untuk membaca dan melaksanakan Firman-Nya oleh sebab itu, betapa

besar manfaat pertemuan umat yang walaupun seringkali membosankan,

monoton, dan itu ke itu saja. Suasana pertemuan umat, mengingat kita akan

hidup rohani, hidup lurus menurut kehendak Ilahi. Apabila mulai dari dini

(46)

untuk menambah perbendaharaan diri. Mereka bisa belajar keluar dari dirinya

sendiri. Mengalami bahwa ada dunia luar dari dunianya. Dari sanalah mereka

bisa menangkap nilai kehidupan kerohanian yang lebih berakar untuk menjamin

masa depan yang lebih baik. Bagi para remaja atau anak baru gede, bisa melatih

diri untuk berkomunikasi dengan manusia lain di tengah masyarakat yang

ternyata berbeda dan beragam pribadinya. Mereka dipersiapkan menghadapi

masyarakat yang begitu kompleks dan harus pandai-pandai membawa diri bila

mau berhasil dalam hidupnya. Bagi para orang tua, mereka akan mempunyai

sarana untuk melihat perkembangan pribadi anaknya, dan melihat gaya/ tingkah

laku anak-anak lain. Hal ini bisa menyegarkan diri mereka bila menghadapi

dengan anak-anaknya sendiri yang ternyata banyak memiliki kekurangan.

Dengan melihat perbandingan nyata, kita bisa bersyukur, di samping

ada kekurangan dari anak sendiri, ada nilai positif yang mereka miliki. Waktu

yang barangkali kurang dari 1,5 jam ternyata bisa kita pakai untuk saling

memberikan informasi. Bahan-bahan yang disediakan begitu bernilai untuk

perkembangan kehidupan rohani, waktu terasa berat dan sering tidak

dimengerti, tetapi dalam perjalanan hidup baru nyata berarti. Membangun

Gereja, haruslah dimulai dengan membangun diri sendiri dan rayon. Hal itu

dapat dicapai, salah satunya dengan melakukan berbagai kegiatan walaupun

penuh dengan walaupun penuh dengan kekurangan dan keterbatasan (Salean,

(47)

c. Rancangan Struktur Doa Lingkungan : (Rm. Bosco da Cunha O. Carm, http. Blogspot.com)

Dalam doa lingkungan selalu ada rancangan struktur agar doa

lingkungan atau ibadat dapat terlaksana dengan baik. Sehingga doa lingkungan

ataupun ibadat lingkungan dapat dilaksanakan secara teratur dan seksama.

Umat dapat mengikuti dengan baik tanpa ada yang mersa bingung. Dengan

urutan atau struktur tersebut umat akan mengetahui jalannya ibadat serta umat

mengetahui tugas-tugas yang telah diberikan kepada beberapa orang oleh

pemimpin ibadat ataupun doa lingkungan. Dengan begitu doa lingkungan

ataupun ibadat dapat berjalan dengan baik dan seksama sampai akhir. Adapun

urutan atau struktur ibadat lingkungan sebagai berikut:

a) Sapaan Awal : dari ketua Lingkungan / wakil b) Lagu Pembuka : oleh petugas nyanyian

c) Tanda Salib dan kata pembuka : secara singkat tentang bacaan – bacaan yang akan didengarkan.

d) Doa Pembuka : oleh pemimpin Doa

e) Bacaan I : oleh lector. Dapat diambil dari bacaan misa pada hari yang bersangkutan.

f) Lagu antar bacaan

g) Injil : dapat diambil dari bacaan misa pada hari yang bersangkutan h) Renungan

i) Mazmur – mazmur dari Puji Syukur

(48)

Saudara sekalian, dengan ini Ibadat Lingkungan ( pertemuan doa Lingkungan )

sudah selesai.

U : Syukur kepada Allah.

Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa dan menghantar

kita ke hidup yang kekal

U : Amin (sambil setiap orang membuat tanda salib)

k) Nyanyian Penutup Penjelasan :

1. Praktis umat memakai buku Puji Syukur. Hanya pemimpin Doa memakai

tambahan buku untuk Doa Pembuka dan Doa Penutup; tetapi lebih spontan

lebih baik agar disesuaikan dengan situasi dan kepentingan.

2. Selama Masa Adven dan Prapaskah dapat ditambahkan pernyataan tobat

setelah kata pembuka dan setelah absolusi dilanjutkan dengan Doa Pembuka.

3. Selama bulan Mei dan Oktober dapat dilanjutkan dengan Rosario setelah

”Renungan” singkat.

4. Dalam Doa Lingkungan hendaknya tugas-tugas dibagi-bagi kepada

beberapa orang. Bahkan kotbah atau renungan boleh juga dalam bentuk sharing

beberapa orang lalu dirangkum oleh pemimpin.

5. Pengumuman – pengumuman hendaknya dilaksanakan sesudah selesai Doa

Lingkungan. Jangan pada awal atau pertengahan Doa sebab memecah belah

(49)

d. Kegiatan Lingkungan

Banyak kegiatan yang selama ini sudah dilakukan di tingkat lingkungan.

Kegiatan-kegiatan itu juga telah mendinamisir lingkungan. Memang antara

lingkungan satu dengan yang lain kadang-kadang berbeda dalam identitas dan

kreativitasnya.

Agar lingkungan bias berkembang menuju cara hidup sebagaimana

tampak dalam Jemaat Perdana, beberapa kegiatan lingkungan yang bias

dilaksanakan (Sugiyana, 2013: 74-78).

1) Communio

Communio bukanlah cara hidup yang dengan sendirinya terjadi dalam

sebuah lingkungan. Cara hidup itu diusahakan melalui aneka kegiatan yang bias

mempersatukan. Kegiatan itu diantaranya:

a) Pertemuan-pertemuan lingkungan untuk berbagai aktivitas yang semakin

mempersatukan, bias bersifat rohani, social maupun rekreatif.

b) Kunjungan keluarga dalam Lingkungan, misalnya di hari Natal atau Paskah

saling mengunjungi dan memberi salam, kunjungan pada keluarga yang

sedang menderita, kunjungan pada keluarga sederhana yang sering kali

kurang mendapat perhatian.

c) Membuat kartu keluarga Katolik atau kontak Lingkungan yang berisi

(50)

2) Menggereja

Sebagai orang Katolik, kegiatan menggereja di tingkat Lingkungan

maupun Paroki perlu diusahakan secara rutin agar terbangun iman yang

semakin mendalam dan tangguh. Kegiatan-kegiatan itu di antaranya:

a) Doa bersama secara rutin, terutama pada bulan Mei dan Oktober. Berdoa

Rosario secara bergiliran dari rumah kerumah.

b) Sarasehan lingkungan yang dipimpin oleh seorang pemandu, terutama pada

masa Adven, masa Prapaskah, Bulan Liturgi, Bulan Ajaran Sosial Gereja

dan Bulan Kitab Suci.

c) Pendalaman Kitab Suci, pendalaman pokok-pokok iman Katolik untuk

membuka wawasan kekatolikan, misalnya ajaran tentang Aku Percaya,

Sakramen, Moral Katolik, Hukum Gereja, Doa, Dsb.

d) Ibadat dan Ekaristi. Ibadat dan perayaan Ekaristi diadakan tidak hanya

dalam acara-acara ujud tertentu tetapi secara rutin agar hidup semakin

ekaristi, hidup yang dilandasi rasa syukur dan semangat berbagi.

3) Memasyarakat

Iman perlu diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata. Keterlibatan

konkret pada persoalan-persoalan umat dan masyarakat perlu dilakukan.

Kegiatan-kegiatan itu membuat kehadiran Gereja di tengah masyarakat sungguh

dapat dirasakan sebagai sakramen, tanda kasih Allah bagi manusia.

(51)

a) Kunjungan dan perhatian pada yang sakit, miskin, dan terkena musibah

dalam aneka bentuk.

b) Membuat gerakan yang berarti bagi masyarakat umum: kebersihan

masyarakat, pengolahan sampah, pengajuan lingkungan, dll. Ada

lingkungan di salah satu Paroki yang membuat gerakan “Rumah Berkat”.

Gerakan ini aadalah gerakan mengumpulkan rongsokan yang kemudian

dijual. Hasil penjualan itu untuk kepentingan pelayanan kepada yang

membutuhkan seperti perbaikan rumah bagi keluarga miskin, beasiswa

untuk anak yang tidak mampu, santunan kesehatan, dan kematian.

Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak sebatas umat Katolik. Ada pula

Lingkungan yang mengadakan gerakan pengumpulan uang Rp 100,00

secara rutin setiap hari untuk biaya pendidikan anak-anak yang tidak

mampu.

c) Kunjungan ke Panti Asuhan yng tidak mampu, Pantri Wreda atau ke

tempat-tempat yang membutuhkan perhatian dan pertolongan.

B. Keterlibatan Umat

Keterlibatan sosial adalah soal praktis, supaya iman menjadi praktis dan

hidup. Untuk soal-soal sosial seperti: kerja dan penghasilan untuk semua,

kerukunan dan perdamaian dalam negeri dan luar negeri, kelangsungan hidup

untuk manusia dan alam raya (Kieser, 1987: 7). Salah satu keterlibatan umat

beriman katolik adalah menjadi pengurus lingkungan. Keterlibatan mereka

(52)

katolik yang bersedia menjadi pengurus lingkungan, bahkan selalu bersedia dan

sangat bersemangat. Di lain pihak, ada banyak orang beriman katolik yang

menolak dijadikan pengurus lingkungan sebab ada anggapan bahwa menjadi

pengurus berarti akan mengalami banyak kesulitan, baik yang berasal dari

dirinya sendiri, keluarganya, maupun umat beriman katolik di lingkungan

sendiri. Mereka juga membayangkan bahwa melayani umat beriman itu sangat

sulit sebab banyak tuntutannya. Seandainya bersedia menjadi pengurus, yang

terjadi adalah mereka melakukannya dengan terpaksa sehingga mudah

mengeluh, tidak melakukan apa-apa, bahkan tidak muncul lagi di kegiatan

lingkungan (Prasetya, 2010:3).

Keberadaan dan keterlibatan umat kaum awam tidak dapat dilepaskan

dari maksud Gereja katolik itu sendiri, yaitu mengupayakan agar Gereja Katolik

dapat hidup, berkembang, dan menghasilkan buah yang berkelimpahan bagi

seluruh umat berimanKatoliknya sendiri. “karena berperan serta dalam tugas

Kristus sebagai Imam, Nabi, dan Raja, kaum awam berperan aktif dalam

kehidupandan kegiatan Gereja. Di dalam jemaat-jemaat grejawi, kegiatan

mereka sedemikian perlu sehingga tanpa kegiatan itu kerasulan para gembala

sendiri kebanyakan tidak dapat memperbuahkan hasil yang sepenuhnya”

(Prasetya, 2010:19).

Kerja sama antara hierarki dan kaum awam, yang dirumuskan

drumuskan dalam LG 37 (bdk. PO 9), diharapkan mampu memberikan banyak

manfaat bagi hidup dan perkembangam Gereja Katolik sehinnga dapat

(53)

awam diteguhkan kesadaran bertanggung jawab dan ditingkatkan semangat.

Lagi pula tenaga kaum awam lebih mudah digabungkan dengan karya para

Gembala. Sebaliknya, dibantu oleh pengalaman para awam, para Gembala

dapat mengadakan penegasan yang lebih jelas dan tepat dalam perkara-perkara

rohani maupun jasmani”.

Kerja sama dalam Gereja Katolik tidak hanya terjadi antara hierarki dan

kaum awam, tetapi juga harus diupayakanbersama di antara kaum awam itu

sendiri. Sebagai sesame kaum awam, mereka diharapkanmampu

menumbuhkembangkan suasana hidup yang saling mendukung dan

meneguhkan perjuangan bersama dalam mengupayakan perkembangan dan

kemajuan Gereja Katolik. Mereka diharapkan dapat saling bekerja sama satu

sama lain. Ketika mereka mampu bekerja sama, ada keyakinan bahwa Gereja

Katolik sungguh berkembang sebagai paguyuban umat beriman katolik, baik di

tingkat lingkungan, wilayah, stasi, maupun paroki. Bentuk kerja sama mereka

secara nyata dapat dilihat dalam aneka kepengurusan di Gereja katolik, baik

kepengurusan lingkungan, kepengurusan wilayah (bila ada), kepengurusan

dewan stasi, maupun kepengurusan dewan paroki. Semua bentuk kerja sama

ini, yang didasarkan pada sikap dan semangat kemitraan, hendaknya dipahami

dalam upaya untuk mengikutsertakan, mengembangkan, memberdayakan, dan

mencerdaskan umat beriman Katolik, khususnya di lingkungan (Prasetya,

(54)

1. Dasar Keterlibatan Umat

Dasar keterlibatan umat itu sendiri adalah Allah. Keterlibatan Allah

terhadap kaum miskin, karena masalah kemiskinan bukan hanya masalah dunia

ketiga, atau masalah Utara Selatan, tetapi sudah menjadi masalah mondial,

masalah dunia. Bagaimana kemiskinan itu dipahami, sudah menjadi masalah

tersendiri. Dalam pengertian biasa kemiskinan berarti ketergantungan pada

orang lain baik dalam kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani sehari-hari.

Bagaimanapun juga masalah kemiskinan adalah masalah kehidupan. Oleh

karena itu setiap orang bisa merenungkannya dari aneka segi keprihatinan.

Usaha memahami keterlibatan Allah terhadap kaum miskin ini dipusatkan

dalam Kitab Suci, khususnya Perjanjian Lama (Darmawijaya,1991:5).

a. Dasar Kitabiah Keprihatinan dan Keterlibatan Sosial

Memang masalah-masalah yang sekarang ini aktual, kebanyakan belum

terbayangkan ketika Kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru muncul

dalam sejarah Perwahyuan Ilahi. Tetapi, Kitab Suci tetap menjadi norma bagi

penghayatan dan pewartaan iman kristiani. Maka sambil menafsiran

tanda-tanda zaman sekarang di Indonesia, Katekese Umat perlu menggali amanat

Allah, terutama yang turun dalam Pribadi Yesus Kristuus, serta reaksi umat

Allah terhadap amanat itu, seperti terendapkan dalam Kitab Suci, untuk

menemukan pedoman yang andal dalam menentukan sikap dan

Gambar

Tabel 1. Variabel penelitian
Tabel 2: Hasil Wawancara Jawaban Responden
gambar Renungan

Referensi

Dokumen terkait

KADISOBO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kurangnya minat kaum muda untuk ikut terlibat ambil

Keterlibatan umat tidak hanya aktif dalam Perayaan Ekaristi dan koor saja tetapi umat diharapkan dapat terlibat aktif dalam setiap tugas dan peranan Gereja secara

KADISOBO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kurangnya minat kaum muda untuk ikut terlibat ambil

Oleh sebab itu penyusun mengambil judul “Pokok Pewartaan Paulus dalam Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat di Galatia Untuk Katekase Umat Lingkungan Santo Antonius Padua Paroki Kalasan

Dalam kasih dan pendampingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PERAYAAN EKARISTI BAGI KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA DI WILAYAH

Persoalan pokok dalam skrispi ini adalah seberapa besar peranan doa bersama dalam keluarga Katolik bagi pembentukan karakter remaja dan usaha apa yang dapat dilakukan

Dengan adanya katekese kaum muda diharapkan agar dapat membantu kaum muda dalam meningkatkan hidup menggereja mereka di paroki, sehingga kedepanya kaum muda dapat

Keterlibatan umat tidak hanya aktif dalam Perayaan Ekaristi dan koor saja tetapi umat diharapkan dapat terlibat aktif dalam setiap tugas dan peranan Gereja secara keseluruhan