• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI POKOK PEWARTAAN PAULUS DALAM SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA UNTUK KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS PADUA PAROKI KALASAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI POKOK PEWARTAAN PAULUS DALAM SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA UNTUK KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS PADUA PAROKI KALASAN YOGYAKARTA"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS PADUA PAROKI KALASAN YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Bernardus Yusminardhy Wiyono NIM: 011124010

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii S K R I P S I

POKOK PEWARTAAN PAULUS DALAM SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA UNTUK KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS PADUA PAROKI KALASAN

YOGYAKARTA

Oleh:

Bernardus Yusminardhy Wiyono NIM: 011124010

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

(3)

iii S K R I P S I

POKOK PEWARTAAN PAULUS DALAM SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA UNTUK KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS PADUA PAROKI KALASAN

YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Bernardus Yusminardhy Wiyono NIM: 011124010

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 24 Agustus 2007

dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda tangan Ketua : Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. ... Sekretaris : F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd. ... Anggota : 1. Dr. A. Hari Kustono, Pr. ... 2. Dra. Y. Supriyati, M.Pd. ... 3. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. ...

Yogyakarta, 24 Agustus 2007 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Dekan

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada

(5)

v MOTTO

“Kamu lepas dari Kristus,

jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia”.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Agustus 2007 Penulis,

(7)

vii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pokok Pewartaan Paulus dalam Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia untuk Katekese Umat di Lingkungan Santo Antonius Padua Paroki Kalasan Yogyakarta”. Skripsi ini dipilih berdasar pelaksanaan Katekese Umat Lingkungan santo Antonius Padua paroki Kalasan Yogyakarta yang kurang mempergunakan Kitab Suci. Proses atau langkah-langkah yang terjadi dalam pendalaman iman di Lingkungan ini masih lebih bersifat liturgis. Pendamping Katekese Umat tidak memiliki program dalam melaksanakan tugas pendampingan. Umat sebagai peserta Katekese Umat cenderung pasif dan kurang mendialogkan pengalaman hidupnya dengan pengalaman iman Kitab Suci. Oleh karena itu skripsi ini dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan Katekese Umat di Lingkungan santo Antonius Padua paroki Kalasan Yogyakarta agar lebih optimal menggunakan Kitab Suci dengan Gal sebagai titik tolak permenungan.

Skripsi ini mengungkapkan masalah pokok mengenai apa dan bagaimana pokok pewartaan Paulus dalam Gal diterapkan dalam Katekese Umat. Dalam Gal Paulus menyatakan bahwa iman akan Kristus merupakan jalan keselamatan dan beriman berarti bebas dari belenggu Taurat. Pertama-tama pokok pewartaan tersebut dijabarkan melalui studi pustaka sebagai bahan untuk Katekese Umat di Lingkungan, kemudian data mengenai situasi umum Katekese Umat di Lingkungan santo Antonius Padua paroki Kalasan Yogyakarta diperoleh melalui wawancara. Wawancara tersebut dilakukan kepada warga Lingkungan.

Dari hasil permasalahan yang dikaji penulis menyimpulkan bahwa Paulus memiliki kekayaan ajaran dalam pelaksanaan pewartaan di Galatia. Dari pengamatan lapangan penulis melihat bahwa situasi umum Katekese Umat di Lingkungan santo Antonius Padua paroki Kalasan Yogyakarta tidak berjalan seperti digambarkan oleh Katekese Umat. Oleh karena itu penulis mengusulkan suatu program Katekese Umat dengan menggunakan Gal sebagai titik tolak pembicaraan. Program tersebut menggunakan pokok pewartaan Paulus dalam Gal sebagai inspirasi Katekese Umat, dengan cara membaca, mengartikan dan merenungkan perikopa yang diambil dari Gal. Model Katekese Umat yang digunakan dalam program tersebut mengikuti model biblis, karena Katekese Umat lebih optimal menggunakan Kitab Suci, dengan langkah-langkah yang terkandung di dalam model biblis.

(8)

viii ABSTRACT

The title “The Essence Of Paul’s Teaching In The Epistle To The Galatian For Catechese Activity In The Santo Antonius Padua Kalasan Yogyakarta, is chosen based on the fact that the use of the Bible in carrying out the people catecheses to the faithful in Santo Antonius Padua Kalasan, is not organized. The fact shows that in every catechese in the area, the discussion on the Biblle does not go deeply enough. The stage of catecheses is some what liturgical. The catechist does not have enough education in doing his task. The participants of the catechese tend to stay passive, and do not have a chance to compare their live experiences with the Bible. Based on this fact, this writing tries to help the catechis catechesis activities in Santo Antonius Padua Kalasan more optimally may make use of the epistle tothe Galatians

The main issues in this writing are what and how the essence the epistle to the Galatians is appllied in people catechesis so that the use of the Biblle in catechesis is well intelligible. St. Paul’s epistle to the Galatians states belief in Christ is the revelation from the cuffig of the Toragh. The teachings of the good news are disscussed and eleborated in detail by getting data from books, observation on the catechesis activities have do to have a better background of the people there.

The final result reveals that Sint Paul has rich teachings in proclaiming the good news in Galatia. St. Paul’s epistle to the Galatians can be used as the material in people catechese. The faithful has to read and understand the text. The teaching of St. Paul’s epistle to the Galatian become an ispiration in preparing catechese program appropride to the situation of the people in santo Antonius Padua Kalasan. Biblical model is applied to make the catechese activities run well. The model of catechesis has steps to folow, fist reading the Biblical text, understanding the text, seeing people life experiences and applying the Biblical values in people’s every life.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Penulis mengambil judul skripsi ini “Pokok pewartaan Paulus dalam Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia untuk Katekese Umat di Lingkungan santo Antonius Padua Paroki Kalasan Yogyakarta”. Pengolahan tentang pokok pewartaan Paulus dalam Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia juga merupakan usaha penulis untuk menambah wawasan serta sebagai bentuk penggalian spiritualitas hidup Kristiani. Penerapan pokok pewartaan Paulus itu ke dalam Katekese Umat bagi penulis merupakan usaha untuk melatih diri dalam hal keterampilan, hal itu berguna ketika penulis melaksanakan tugasnya sebagai katekis. Seorang katekis dalam melaksanakan tugasnya mendidik dan membina iman umat yakni melalui Katekese Umat. Iman umat yang dibina oleh katekis bersumber dari Kitab Suci, oleh sebab itu tempat dan penggunaan Kitab Suci menjadi perlu dalam Katekese Umat. Salah satu surat yang mendapat tempat dan akan dipergunakan di dalam Katekese Umat ialah surat rasul Paulus kepada jemaat di Galatia.

(10)

x

langkah awal bagi penulis untuk bekerja diladang Tuhan, maka penulis harus menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan yang telah diberikan oleh beberapa pihak. Penulis dengan tulus hati ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Romo Dr. A. Harikustono Pr, selaku dosen pembimbing utama yang dengan penuh kasih membimbing penulisan skripsi ini.

2. Romo Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen penguji kedua yang mengarahkan dan membimbing dengan sabar dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Y. Supriyati, M.Pd. sebagai dosen pendamping akademik sekaligus penguji ketiga yang membimbing dalam penulisan skrpsi ini.

4. Seluruh dosen, staf dan karyawan IPPAK, yang telah banyak membantu penulis selama studi di IPPAK.

5. Bapak dan Ibu Aloysio Wiyono dan Florentina Sunarmi serta adik-adik Yogo Wardoyo dan Dini Setyo sebagai keluarga yang membiayai, menyemangati dan mendukung penulis selama studi di IPPAK

6. Anastasia selaku belahan hati yang selalu setia menemani, mendampingi, dan membantu pengerjaan skripsi ini.

7. Seluruh angkatan 2001, Antonius Puji Nugroho (ALM), Fransiskus Xaverius (ALM), Martinus, Emanuel Paulus Matubun, Aladim, Yosafat Danang Sujati, Fransiska Binarayati, Dian Anomsari, Tiovila Kleden, Mejureti Neli sebagai teman senasib dalam penulisan skripsi ini.

(11)

xi

Atas segala kebaikan dan perhatian mereka, tidak ada kata yang lebih tepat yang dapat diungkapkan oleh penulis selain “terima kasih dan terima kasih”

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang mempunyai minat dan perhatian terhadap studi Kitab Suci untuk katekese. Penulis juga menyadari skripsi ini belumlah sempruna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran-saran dari pembaca demi kesempurnaan.

Yogyakarta, 9 Agustus 2007 Penulis

(12)

xii

(13)

xiii

a. Paulus merencanakan karyanya ... 22

b. Perencanaan yang sulit direalisasikan... 24

c. Tantangan di lapangan ... 25

d. Karya Paulus dalam Perjanjian Baru... 27

e. Karya Paulus dalam gereja purba... 38

B. Pokok Pewartaan Paulus dalam Suratnya bagi Jemaat di Galatia... 30

(14)

xiv

b. Arus demokrasi zaman saat Katekese Umat dicetuskan ... 79

c. Majunya ilmu-ilmu tentang manusia ... 79

a. Gagasan tentang keterlibatan umat dalam PKKI I... 88

b. Arti dan makna Katekese Umat dalam PKKI II... 89

c. Peranan pembina Katekese Umat dalam PKKI III ... 90

d. Iman umat yang terlibat dalam masyarakat pada PKKI IV .... 91

e. Manfaat ansos dan kedudukan Kitab Suci dalam Katekese Umat pada PKKI ... 92

f. Penggalakan karya Katekese Umat dalam PKKIV... 92

g. Katekese Umat dan KBG dalam PKKI VII ... 93

h. Pengupayaan Katekese Umat untuk membangun KBG yang kontekstual dalam PKKI VIII ... 94

4. Model-model Katekese Umat ... 95

a. Model pengalaman hidup... 95

(15)

xv

c. Model campuran... 102

C. Tempat Kitab Suci dalam Katekese Umat ... 104

1. Pemahaman Hakikat Kitab Suci... 105

a. Pemahaman yang keliru ... 105

a. Allah berbicara kepada manusia ... 110

b. Jalinan peristiwa hidup... 111

4. Penggunaan Kitab Suci dalam Katekese Umat... 113

a. Tetap relevan di setiap zaman ... 113

b. Menganalogikan pengalaman... 113

c. Mempertemukan pengalaman ... 114

d. Sebuah contoh menggunakan Kitab Suci dalam Katekese Umat... 115

BAB IV. SITUASI UMUM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS PADUA KALASAN YOGYAKARTA... 118

A. Tanggal dan Tempat Penelitian... 118

B. Responden ... 118

3. Langkah-langkah Katekese Umat ... 122

4. Peserta Katekese Umat... 122

5. Pendamping Katekese Umat ... 123

6. Sarana Katekese Umat ... 124

(16)

xvi

F. Pembahasan Hasil Wawancara di Lingkungan Santo Antonius Padua

Paroki Kalasan Yogyakarta... 124

1. Langkah-langkah... 125

2. Peserta ... 125

3. Pendamping... 126

4. Sarana... 126

5. Penggunaan Kitab Suci ... 137

BAB V. USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT BERDASARKAN POKOK PEWARTAAN PAULUS DALAM SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA UNTUK KATEKESE UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS PADUA KALASAN YOGYAKARTA... 128

A. Latar Belakang Pemilihan Program ... 128

B. Alasan Pemilihan Tema ... 129

C. Tema dan Tujuan... 130

D. Penjabaran Tema ... 132

E. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 136

F. Contoh Persiapan Katekese Umat Model Biblis... 137

BAB VI PENUTUP ... 147

A. Kesimpulan ... 147

B. Saran-saran... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 149

LAMPIRAN... 150

Lampiran 1: Permohonan Wawancara ... (1)

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN-SINGKATAN KITAB SUCI

Singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. Ende: Arnoldus. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1085, hal. 8.

B. SINGKATAN RESMI DOKUMEN GEREJA

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus keII kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

C. SINGKATAN LAIN

AAU : Akademi Militer Angkatan Udara Art : Artikel

CBSA : Cara Belajar Siswa Aktif DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta

IPPAK : Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma

KBG : Komunitas Basis Gerejani KK : Kepala Keluarga

(18)

xviii Komkat : Komisi Kateketik

LBI : Lembaga Biblika Indonesia

M : Masehi

Mudika : Muda-mudi Katolik

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Indonesia PNS : Pegawai Negeri Sipil

Prodi : Program Studi

St : Santo

TNI AU : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara

TV : Televisi

(19)

A. LATAR BELAKANG

Hidup umat diwarnai dengan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup agar tercukupi maka dilakukan segala usaha memenuhi kebutuhan hidup. Banyak hal yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti berdagang, bercocok tanam dan bekerja dengan profesi masing-masing sebagai dokter, sebagai guru, karyawan dan lain-lain. Warna hidup yang demikian kiranya mempengaruhi kehidupan rohani seseorang. Usaha dan tindakan manusia yang menjadi tekanan utama dalam pembangunan hidup rohani. Unsur yang lebih penting agar keselamatan terjadi dalam kehidupan sering dilupakan yakni unsur iman. Umat terkadang jatuh dalam hal-hal lahiriah tanpa disertai iman seperti ke gereja hanya untuk memenuhi kewajiban, rajin datang dalam doa Lingkungan hanya untuk kumpul-kumpul dan lain-lain, serta penggunaan Kitab Suci sebagai inspirasi hidup beriman dirasa kurang. Hal yang dilakukan umat itu adalah usaha mendapatkan keselamatan namun terkadang melupakan iman sebagai unsur penting keselamatan.

(20)

dalam Kitab Suci yang dapat memberi inspirasi untuk usaha bina iman kurang diolah dengan baik.

Salah satu bagian dari Kitab Suci yang akan mendapat perhatian dalam usaha bina iman ialah surat rasul Paulus kepada jemaat di Galatia. Surat tersebut dapat memberi inspirasi dalam usaha bina iman dengan mengolah pengalaman iman jemaat Galatia. Surat Galatia adalah suara Paulus yang paling keras mengungkapkan legalisme (Gal 1:6; 3:1). Hal itu adalah keterikatan pada hukum dan peraturan yang pada umumnya telah menggantikan kehidupan rohani. Orang mengira hidupnya menjadi suci dan benar karena hal-hal yang tidak mereka lakukan, karena hal-hal yang seharusnya mereka lakukan, karena pemimpin yang mereka ikuti atau karena kelompok yang mereka masuki. Perbuatan yang telah dilakukan dianggap sebagai hal yang paling menentukan untuk seseorang memperoleh keselamatan dari Allah (Wiersbe, 1975: 3).

Taurat merupakan bentuk hukum Yahudi yang mengharuskan ketaatan pada peraturan yang tidak terhitung banyaknya memenuhi segala segi kehidupan sehari-hari. Orang Kristen Yahudi banyak yang mengatakan inilah pokok ajaran Kristen, di mana keselamatan diperoleh jika orang tanpa cacat mentaati peraturan tersebut. Hal ini membuat seseorang terbelenggu dalam kerapuhan dan dosanya. Mereka berpendapat hanya Yahudilah yang dapat menjadi Kristen tulen atau setidak-tidaknya orang bukan Yahudi yang dipermandikan harus taat pada Taurat dan menjadi Yahudi (Haughton, 1973: 22).

(21)

tidak diutus oleh Yesus ia bekerja hanya di bawah perintah Rasul, yang sesungguhnya tidak pernah mengatakan bahwa hukum Yahudi tidak berlaku lagi. Pauluslah yang menyebarkan ajaran berbahaya itu. Orang asing hanya dapat diselamatkan jikalau mematuhi hukum Taurat. Orang-orang di Galatia menjadi bingung untuk apa Allah memberikan hukum Taurat (Haughton, 1973: 24).

Paulus berjuang keras dalam pewartaannya ia menentang legalisme ini. Ia yakin bahwa Yesus menghendaki pewartaan kabar gembira demi keselamatan manusia ditujukan kepada semua orang baik Yahudi maupun non Yahudi. Legalisme seperti ini menjadi perhatian Paulus ketika ia ada bersama para Rasul. Para Rasul memperhitungkan apa yang menjadi perhatian Paulus itu. Pertemuan para Rasul pada akhirnya harus memutuskan apakah orang-orang bukan Yahudi yang dipermandikan menjadi murid Kristus harus mentaati Taurat (Gal 2:9). Dalam pertemuan itu para Rasul sependapat bahwa tidak menjadi keharusan bagi orang kafir yang bertobat menerima hukum Yahudi cukuplah bagi mereka mengikuti Kristus (Haughton, 1973: 22).

(22)

benar dan mana yang baik. Kuasa dosa ada dimana-mana manusia tidak dapat menghindarinya, Allah berjanji membebaskan manusia dari belenggu itu (Gal 3:22-24). Jawaban Paulus yang demikian menghilangkan kebingungan orang Galatia dan menyadarkan mereka akan keterikatannya pada hukum Taurat. Orang Kristen hidup karena Roh bukan hidup karena hukum. Allah membebaskan manusia dari keterikatan dosa dan maut dengan diutusNya Yesus turun ke dunia hidup di antara manusia (Haughton, 1975: 26-27).

Orang Kristen adalah manusia yang bebas, pernyataan tentang kebebasan Kristiani ini didasarkan pada iman akan Yesus Kristus. Kebebasan sebagai anugerah Yesus Kristus yang disamakan dengan keselamatan manusia, yaitu jalinan relasi antara manusia dengan Allah. Kriteria pokok yang memberi kesaksian tentang kenyataan kebebasan Kristen ditunjukkan Paulus dengan dua tanda yaitu sakramen babtis dan karya Roh. Babtis dan karya Roh akan membuat orang sampai kepada Allah oleh karena perantaraan Yesus Kristus. Manusia diajak untuk mengenal juru selamat dan dekat denganNya hingga menanggulangi unsur-unsur ancaman yang biasanya menindas serta memperbudak hidup manusiawi, seperti ancaman hukum, dosa, dan maut. Pengenalan dan kedekatan itu sebagai tanda diperoleh kebebasan Kristiani. Cinta kasih menjadi norma kebebasan Kristiani. Keselamatan terjadi atas diri manusia jika ia dekat dengan Allah bukan karena usahanya untuk meraih keselamatan yang akhirnya membelenggu hidup manusia. Manusia dibebaskan dari belenggu itu oleh iman akan Yesus Kristus (Klein, 1989: 54).

(23)

dan kebangkitan Kristus menjadi titik tolak untuk umat dapat menyadari dan mengalami kemerdekaan itu. Kebebasan Kristiani itu di dalam kasih karunia Allah, mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah yang menentukan besarnya kebebasan Kristen yang disadari dan dialami. Umat mempelajari surat Galatia berarti ikut serta dalam suatu reaksi rohani yang menghasilkan kabangunan rohani untuk menghadapi situasi hudup. Surat Galatia lebih banyak berbicara tentang situasi yang musti dihadapi waktu itu seperti pengejaran, penganiayaan hingga pembunuhan (Gunning, 1988: 73).

Jemaat Kristiani kecil yang dilayani Paulus sesudah penyaliban dan kebangkitan Kristus dapat berkembang dan tersebar cepat dimana-mana di wilayah kerajaan Romawi. Hal itu adalah bentuk reaksi rohani berantai yang luar biasa terjadi sebagai hasil dari kebangunan rohani. Iman Kristiani berhasil menjadi suatu kekuatan dinamis yang cukup berpengaruh dalam sejarah. Kristianisme hadir dengan membawa suatu yang lain dan oleh Paulus diwartakan dalam karyanya. Kristianisme menawarkan seorang pribadi dan bahasa yang digunakan adalah bahasa kasih bukan penindasan atau penguasaan serta dalam Kristianisme ada kebersamaan. Orang yang menanggapi pewartaan Paulus dengan sadar menerima pribadi yang ditawarkan yakni Yesus Kristus. Orang merasakan kasih hingga ia dapat mengembangkan hidupnya secara maksimal, dalam kebersamaan orang menjadi bagian antara yang satu dengan yang lain. Pribadi, kasih dan kebersamaan menjadi kekuatan yang istimewa dalam gerakan Kristiani (Gunning, 1988: 75).

(24)

adalah Yesus Kristus menjadi teladan dan orang-orang saling mengasihi, saling tolong-menolog dalam kebersamaan dan kemasyarakatan saat itu (Gal 6: 1-18)

Umat dapat mengolah pengalaman iman Kristiani yang terdapat dalam surat Galatia. Hasil pengolahan itu menjadi sebuah renungan yang dapat disampikan kepada umat dengan cara membaca teks, mengartikan dan menerapkan teks. Umat yang hidup di Lingkungan kiranya dapat menimba inspirasi dari sana dalam pendalaman iman. Pengolahan terhadap teks Kitab Suci lebih digiatkan, pemandu Katekese Umat dapat memberikan permenungan yang lebih kaya dan lebih dalam sebagai inspirasi hidup beriman guna menghadirkan keselamatan dengan persiapan Katekese Umat yang dibuat dengan baik.

Karya pewartaan Paulus yang tercatat dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, memuat pokok pewartaan Paulus yang kaya demi menumbuhkan dan mengembangkan iman umat hingga menjadi peningkatan penghayatan iman yang lebih berdasar pada Kitab Suci. Oleh sebab itu penyusun mengambil judul “Pokok Pewartaan Paulus dalam Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat di Galatia Untuk Katekase Umat Lingkungan Santo Antonius Padua Paroki Kalasan Yogyakarta” agar usaha Gereja dapat terwujud untuk membantu umat semakin memahami, mengahayati dan mewujudkan imannya akan Yesus Kristus, hingga keselamatan hadir dalam hidup setiap orang yang mengimani Kristus serta lebih bertolak dari pengalaman alkitabbiah.

B. PERUMUSAN MASALAH

(25)

3. Bagaimana penerapan pokok pewartaan Paulus dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia untuk Katekase Umat di Lingkungan santo Antonius Padua Kalasan?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Dapat memaparkan pokok pewartaan Paulus dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia.

2. Dapat menjelaskan tempat Kitab Suci dan cara menggunakan Kitab Suci dalam Ketekese Umat.

3. Dapat menggunakan pokok pewartaan Paulus dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia untuk Katekese Umat di Lingkungan santo Antonius Padua, paroki Kalasan, Yogyakarta.

4. Secara administratip akademis penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai persyaratan kelulusan Sarjana Strata I (S1) program studi IPPAK Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi kelangsungan kegiatan studi mengenai pokok pewartaan Paulus dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia.

2. Memberikan gambaran tentang penggunaan dan tempat Kitab Suci dalam Katekese Umat

(26)

E. METODE PENULISAN

Penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu metode yang menggambarkan dan menganalisa data-data yang diperoleh melalui studi pustaka dan penelitian di lapangan. Penulis sangat tertarik dengan studi tentang pokok pewartaan yang disampaikan Paulus dalam surat Rasul Paulus bagi jemaat di Galatia. Hal tersebut dilihat dan disajikan untuk Katekase Umat di lingkungan santo Antonius Padua.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Skripsi ini mengambil judul “Pokok Pewartaan Paulus dalam Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia untuk Ketekese Umat di Lingkungan Santo Antonius Padua Paroki Kalasan Yogyakarta.” Judul tersebut akan diuraikan dalam enam bab sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan, berisi meliputi: latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, kajian pustaka dan sistematika penulisan.

Bab II, Paulus dan Pokok Pewartaannya dalam Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia, menguraikan tentang identitas Paulus dan karya pewataannya. Bab ini juga berisi tentang pokok pewartaan Paulus dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia.

(27)

Bab IV, Situasi Umum Katekese Umat di Lingkungan Santo Antonius Padua Paroki Kalasan Yogyakarta, memaparkan situasi umum Katekese Umat di lingkungan santo Antonius Padua Kalasan Yogyakarta. Gambaran stuasi tersebut antaralain mengenai keadaan umat, pelaksanaan Katekese Umat, dan keprihatianan terhadap pelaksanaan Katekese Umat.

Baba V, Usulan Program Katekese Umat, Berdasarkan Pokok Pewartaan Paulus dalam Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia untuk Umat Lingkungan Santo Antonius Padua Paroki Kalasan, menyampaikan usulan program Katekese sebagai penerapan pokok pewartaan Paulus dalam Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia guna kegiatan Katekese Umat.

(28)

DALAM SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA

Pewartaan memiliki peranan yang amat besar dalam menumbuhkan dan memperkembagkan Gereja. Gereja perdana dapat berkembang dengan pesat karena pewartaan yang giat. Paulus tampil sebagai salah seorang pewarta Injil Kristus yang cukup berpengaruh bagi perkembangan Gereja awal. Pengaruh pewartaan Paulus bagi perkembangan Gereja awal ialah Gereja awal dapat berkembang tidak hanya di kalangan Yahudi tetapi juga dapat berkembang di kalangan bangsa bukan Yahudi. Gereja dapat berkembang di kalangan orang-orang bukan Yahudi sebab Paulus menyampaikan pokok pewartaan yang cocok bagi mereka. Orang-orang non Yahudi yang menerima pewartaan Paulus akan Injil Kristus tidak diharuskan untuk menjadi Yahudi terlebih dahulu. Tulisan Paulus dalam surat Galatia menggambarkan dinamika karya Paulus yang mewarta di kalangan orang-orang bukan Yahudi dengan pokok pewartaan yang ia sampaikan.

A. PAULUS

(29)

1. Identitas Paulus

Paulus adalah seorang rasul, informasi mengenai identitas dan karyanya tidak ada banyak sumber yang dapat dijadikan acuan. Paulus berasal dari Tarsus yang menjadikan seorang Paulus kecil jadi anak kota. Keaslian sebagai seorang Yahudi dari mashab Farisi sering dibanggakannya. Jati dirinya dibentuk melalui jalur pendidikan yang ditempuh di Yerusalem hingga ia dapat menjadi seorang rabi. Idealismenya membuat ia beraliran keras dengan mengejar dan menganiaya jemaat perdana. Sampai pada suatu saat iapun ditemui oleh Yesus sendiri yang membuatnya menjadi nabi Kristus yang bangkit untuk mewartaakan InjilNya.

a. Asal dan gambaran fisik Paulus

Leluhur Paulus berasal dari Galilea, beberapa kemungkinan namun belum dapat diketahui kepastiannya, apa faktor yang membuat leluhur Paulus itu pindah ke Tarsus. Perdagangan dan penjajahan yang dilakukan oleh pemerintah Siria memungkinkan untuk leluhur Paulus berpindah ke Tarsus. Diri Paulus sendiri termasuk dalam suku Benyamin dan ia sebagai anggota Farisi dilahirkan di Tarsus. Kewarganegaraan yang dimiliki Paulus kewarganegaraan Romawi. Warga negara Roma sebagai status yang disandangnya memberi kesan bahwa ia sudah lama tinggal di sana (YKBK, 1995: 208).

(30)

Sanhedrin mendapatkan kekuasaan resmi untuk mengatur penganiayaan orang Kristen (YKBK, 1995: 208).

Paulus mempunyai perawakan kecil. Penampilan fisiknya oleh alkitab digambarkan sebagai tokoh yang tidak meyakinkan. Diri Paulus kurang lebih digambarkan sebagai seorang yang kecil perawakannya, rambutnya tipis dan halus, kakinya bengkok, alisnya bertemu dan hidungnya sedikit bungkuk. Gambaran lain diri Paulus yang mengesankan bahwa ia berbadan tegap, penuh belas kasihan dan kadang terlihat sebagai manusia juga kadang wajahnya seperti wajah malaikat (YKBK, 1995: 208).

b. Paulus seorang anak kota

Paulus adalah seorang anak kota, jika dibandingkan dengan tempat kelahiran Yesus di desa maka jauh berbeda. Paulus lahir di kota Tarsus dan Yesus dilahirkan di Nasaret hanya sebuah desa yang tidak terkenal di pegunungan Galilea. Tarsus sebuah kota megah layaknya kota-kota lain yang megah di kekaisaran Roma. Kepuasan Paulus akan keberadaan kota kelahirannya tampak dalam perkataannya yang dikutip dari kisah para Rasul “Aku seorang Yahudi, warga kota Tarsus di Silisia, kota bukan sembarang kota” (Brunot, 1992: 10).

(31)

dan menjadi nabi Allah. Ia akan berusaha agar dunia mendengar pewartaannya dan dunia mengimani apa yang diimaninya (Brunot, 1992: 12).

Watak yang dimiliki Paulus rumit, di dalam dirinya terdapat bermacam sifat kontra. Perbuatannya didasari dengan keyakinan yang teguh seperti layaknya anak-anak kota yang lain. Ia berbakat dalam organisasi, serta mempunyai kemampuan untuk menyindir dengan nada gurau yang menjadi kekuatan dalam pribadinya sebagai seorang penantang. Sampai akhir hidupnya ia mempertahankan semangat senda gurau, yang kadang-kadang menjadi sarkasme, apabila ia mencaci-maki musuh-musuhnya atau orang-orang yang terlalu mudah percaya. Dia juga menguasai bahasa karikatur. Ia tidak pernah sayang akan dirinya dan senyumnya yang merupakan perpaduan sindiran dan kesederhanaan (Brunot, 1992: 12).

(32)

seorang pengacara yang hebat dan tak terkalahkan, namun ia lebih tertarik untuk meyakinkan audiencenya dari pada mengikat mereka. Sebagai seorang ahli bicara yang populer, ia menganggap bahwa yang paling penting dan utama ialah berbicara dalam batas daya tangkap pendengar. Dia senantiasa mengambil peristiwa-peristiwa hangat sebagai contoh dalam pembicaraan prikehidupan masyarakat kota sehari-hari yang sederhana. Dia begitu berhasil mengikat perasaan orang lain, sehingga ia dapat menghadirkan dirinya seakan-akan ia berada di tengah-tengah umat yang membaca suratnya, meskipun mereka berada di tempat yang jauh. Ia mendekte maupun menulis sendiri suratnya. Paulus mampu menyingkirkan pikirannya, urusan-urusan serta kesibukan-kesibukan di tempat kerjanya, untuk menghadirkan dirinya secara penuh. Dengan demikian tanpa banyak susah payah ia tidak hanya ikut berprihatin dengan kegusaran-kegusaran dan persoalan-persoalan serta godaan-godaan mereka. Paulus juga ikut memperbincangkan pokok-pokok pembicaraan yang sedang hangat diperdebatkan di antara mereka. Pokok pembicaraan Paulus mengenai persoalan-persoalan yang terjadi waktu ia dulu tinggal bersama dengan mereka. Paulus selalu memakai perbendaharaan kata mereka (Brunot, 1992: 12-13).

(33)

kadang-kadang bertanya pada diri mereka sendiri, apakah dengan berpegang pada ayat-ayatnya yang bernada keras seperti itu mereka tidak tersesat dalam cara berpikir yang terlalu picik atau ringkas (Brunot, 1992: 13-14).

c. Paulus seorang Farisi diaspora

Pengaruh-pengaruh positif dan negatif telah disebutkan di atas. Di dalam diri Paulus yang dibesarkan di Tarsus tersembunyi agamanya sebagai harta karun yang tidak dimiliki oleh semua lingkungan kota Tarsus. Paulus seorang Yahudi orang tuanya berasal dari Giskala di Galilea, mereka termasuk suku Benyamin yang berdomisili di Tarsus. Nama Saul diberikan setelah anak ini disunat. Nama yang diberikan itu berasal dari nama raja Israel yakni Saul yang diturunkan dari suku Bennyamin, meskipun dia tinggal di negeri orang ia tetap bangga dengan warisan-warisan leluhurnya darimana mereka berasal dulu. Paulus adalah nama kedua yang diberikan, sesuai dengan tradisi di Tarsus ia diberi nama Yunani (Brunot, 1992: 14).

Keluarga Paulus adalah keluarga perantauan orang-orang Yahudi Galilea yang sukses. Kewarganegaraan Romawi dapat menjadi satu bukti yang menunjukkan kesuksesan mereka di tanah rantau dan mereka dapat menyesuaikan diri disana. Paulus dilahirkan di tenggah-tengah Golongan saudagar-saudagar berada sebagai kaum menengah di propinsi Roma itu. Hak-hak istimewa sebagai warga negara Romawi didapatkan olehnya seperti hak dipilih menjadi magistrat dan hak dalam hal kehakiman untuk memohon kepada Kaisar melepaskan tuduhan. Nasib Paulus menjadi lebih baik dibanding dengan orang sebangsanya (Brunot, 1992: 15).

(34)

keberadaan Paulus dibesarkan dengan didasari iman yang utuh dan mendalam, keluarga Paulus termasuk mashab Farisi. Kotbah-kotbah serta suratnya mempertahankan keaslian Yahudi sebagai nenek moyangnya dan membanggakan adat Yahudi sebagai adat yang ketat. Paulus selalu membanggakan keluarganya dan meletakkannya di tempat paling atas. Gal 1:13 dan surat Paulus yang lain juga menunjukkan hal ini. Paulus disunat tujuh hari setelah kelahiranya sesuai dengan perintah hukum (Brunot, 1992: 15). Mashab Farisi terkenal dengan mashabnya yang keras tekun beribadat. Paulus di dalam mashab Farisi ini masih menunjukkan keistimewaan dirinya yakni dengan perkembangan rohani yang mengagungkan dan dengan usaha gigih yang tak kunjung layu meskipun menderita penganiayaan. Di hadapan raja Agripa Paulus dengan bangga menyakinkan bahwa ia hidup sebagai seorang Farisi menurut mashab paling keras dengan agama Yahudi. Keluarga memberi pengaruh terhadap Paulus untuk menjadikannya Farisi tulen mempunyai sifat puas akan keadaan diri sendiri hingga menimbulkan kesombongan (Brunot, 1992: 15-16).

(35)

mempersiapkan secara diam-diam upaya meraih kekuasaan. Orang-orang Farisi merupakan lawan aristokrat Saduki. Mereka orang Farisi mengajarkan Taurat. Pengalaman mereka luas, mereka mempunyai kesanggupan intelektuil untuk memperkembangkan sistem kausaistik dan mempertahankan tradisi serta membuat hukum lisan yang kekuatannya sama dengan hukum tertulis Musa. Mereka dijuluki “Orang-orang terpisah” atau Farisi karena kesalehan rakyat yang memudar. Nama itu sebagai tanda kemasyuran yang melekat pada diri orang-orang Farisi. Formalitas dan kemunafikan yang merata di kalangan Farisi dicela oleh Yesus. Hal baik lain yang kiranya dapat kita akui dari keberadaan orang Farisi adalah nilai spiritual yang sejati, rasa hormat terhadap benda suci, penyerahan diri terhadap penyelenggaraan Illahi dan usaha-usaha untuk hidup sesuai dengan sabda Allah meski sabda itu ditafsirkan salah (Brunot, 1992: 16-17).

Paulus menggunakan bahasa Yunani. Bahasa yang dipelajari selama menuntut ilmu dan Paulus tahu tentang naskah-naskah Kitab Suci Septuaginta. Bahasa Yunaninya diperkaya dengan perjalanan-perjalanannya yang dilakukan, perjumpaan-perjumpaan dengan pembicara-pembicara terkenal, perdebatan-perdebatan dengan orang Yahudi di sinagoga, dan dengan pertentangan-pertentangan dengan lawan yang tak mau kalah. Ahirnya Paulus menguasai dan mampu menggunakan bahasa ini dalam karyanya (Brunot, 1992: 18).

(36)

(Brunot, 1992: 19). Hidup doa Paulus sungguh dibangun, maka menjadikannya seorang Farisi yang tidak saja fanatik tetapi juga spiritualistik.

Surat Galatia menunjukkan betapa terkejutnya Paulus akan kekurangan orang-orang Farisi. Dalam surat itu Paulus menyatakan betapa rendah dirinya dan menunjukkan kesedian dirinya untuk mengharapkan Allah, karena ia tetap mengakui sebagai Farisi sejati yang tak bercela, putera Abraham yang juga akan diselamatkan oleh Allah karena iman (Brunot, 1992: 19-20).

d. Paulus seorang Rabbi dari Yerusalem

Yerusalem semenjak masa pemerintahan raja Daud merupakan kota suci bagi Yudaisme dan kota ini menjadi kota universitas di zaman Paulus. Anak-anak dari golongan menengah atas melanjutkan dan meyelesaikan studinya di Yerusalem. Paulus juga pergi ke kota ini setelah ia berusia lima belas tahun. Ia sendiri yang menceritakan sebagian kecil riwayat hidupnya, bahwa ia orang Yahudi dilahirkan di Tarsus di Silisia dan diasuh atau dididik di Yerusalem. Ia dididik oleh Gamaliel dengan disiplin ilmu pendidikan dari hukum Yahudi. Gamaliel adalah seorang ahli Taurat yang tidak menentang para Rasul (Brunot, 1992: 21).

(37)

Paulus dididik oleh Gamaliel dengan gaya dan cara pendidikan yang lazim dilaksankan saat itu. Ia mendengarkan madah-madah yang dinyanyikan secara teratur selama bertahun-tahun masa pendidikannya. Pelajaran dan madah-madah dinyanyikan teratur, menurut ritme juga disertai dengan alunan gerak tubuh (Brunot, 1992:21-25). Pendidikan membentuk diri Paulus menjadi seorang rabi yang sunguh kompeten di bidang agama, yakni agama Yahudi yang dianut Paulus.

e. Paulus seorang Nabi Kristus yang bangkit

Paulus memiliki sosok seorang nabi di dalam hidupnya pengalaman karya serta kegiatan-kegiatan dan juga sifat jujur serta semangatnya merupakan hal yang sama terdapat pada para nabi besar lainnya dalam sejarah Kitab Suci. Paulus seorang ahli Taurat yang bertobat dia menjalani pendidikannya di bawah bimbingan Rabbi Gamaliel, lebih dari sekedar itu ia adalah seorang nabi. Nabi Amos dan nabi Yesaya telah menerima tugas untuk melaksanakan karya pewartaan dari Allah. Paulus dengan diawali dari pendidikannya ia mengerti tentang Allah, sedangkan dari pertobatannya ia dapat mengalami Allah. Pengertian dan pengalamannya akan Allah membuatnya dapat menerima karya pewartaan yang diberikan oleh Allah. Paulus sama seperti nabi-nabi besar lainnya iapun menerima karya pewartaan Allah dan dilaksanakan olehnya demi keselamatan manusia (Brunot, 1992: 33).

(38)

lain adalah Kristus yang bangkit. Darah nabi-nabi Yuda gigih mengalir dalam nadi Paulus dari suku benyamin. Kecil perawakannya dan lemah tampangnya namun demikian singa yang mengaum tidak membuatnya gentar dalam melaksanakan karya pewartaannya (Brunot, 1992: 13-14).

f. Gambaran waktu hidup Paulus

Kehidupan Paulus secara kronologis tidak dapat dipastikan. Para ahli sudah memeras otak untuk menyusun sebuah kronologi. Berbagai perdebatan telah terjadi untuk menentukan kronolgi hidup Paulus. Tetapi mereka tidak sampai menjadi sepakat, bahkan dalam garis besarnya untuk menentukan sebuah kronologi keberadaan hidup Paulus belum ada kesepakatan (Groenen, 1991: 214).

Tahun kelahiran dan tahun kematian Paulus tidak dapat dipastikan. Hanya diketahui bahwa Paulus sekitar tahun 62 M berada dalam tahanan di Roma. Kepastian mengenai menjalani hukuman mati atau dibebaskan tidak didapatkan. Lalu mengenai hidup dan berkarya Paulus beberapa lama tidak juga diketahui dengan pasti. Keberadaan Paulus juga simpang siur dikatakan oleh tradisi sekitarnya. Tahun kelahirannya diduga 5-10 M. Dugaan ini berdasar pengandaian akan kematian Kristus yang terjadi sekitar tahun 30 M (Groenen, 1991: 214).

(39)

yang ada Iunius Annaeus Gallio memang menjabat Gubernur dari pertengahan tahun 51 sampai pertengahan tahun 52/53 M. Menurut Kis 18:11 Paulus pada waktu itu tinggal di kota Korintus selama satu setengah tahun, katakan saja 2 tahun. Kalau berita para Rasul itu tepat, maka ada pegangan pasti. Selama tahun 51-53 Paulus tinggal di Korintus. Menurut Kis 20:3 pada kesempatan lain Paulus selama dua bulan tinggal di tanah Yunani, mungkin sekali di kota Korintus (Groenen, 1991: 214-215).

Tidak lama kemudian Paulus ke Yerusalem. Di sana ia ditangkap, ditahan dua tahun di Kaisarea, lalu berlayar ke Roma dan ditahan disana dua tahun lagi. Pelayaran ke Roma menurut apa yang tercantum dalam kisah para Rasul maka selama satu tahun juga. Jangka waktu itu meliputi tahun 57-62 (Groenen, 1991: 215).

Gambaran waktu hidup Paulus sulit untuk dapat dipastikan. Kesulitan untuk mengetahui gambaran hidup Paulus disebabkan karena kurangnya data-data mengenai keberadaan diri santo Paulus. Data yang digunakan untuk mengetahui gambaran masa hidup Paulus diambil dari berbagai sumber, antara lain adalah kitab suci dan beberapa tulisan historis. Sumber-sumber yang digunakan tersuebut tidak banyak yang berbicara tentang keberadaan Paulus hingga dengan demikian ditemui kesulitan untuk mengetahui gambaran hidup Paulus.

Kasulitan ini kiranya tidak menjadi penghalang untuk mengetahui karya pewartaan Paulus. Karya pewartaan Paulus sangat berpengaruh bagi perkembangan Kristianisme pada masa awal mulai berkembangnya Gereja. Oleh sebab itu penting menggali labih dalam karya pewartaan Paulus, tanpa dihalangi olah gambaran masa hidup Paulus yang sulit dipastikan. Berikut ini kronologi hidup Paulus yang coba dibuat tanpa angka tahun.

(40)

• Paulus melanjutkan pendidikannya di Yerusalem

• Menjadi anggota Sanhedrin

• Melakukan pengejaran serta penganiayaan terhadap orang-orang Kristen.

• Pertobatannya dalam perjalanan ke Damsyik

• Ia melaksanakan karya pewartaannya

• Paulus menulis surat-suratnya • Akhir dari hidupnya

2. Karya Pewartaan Paulus

Paulus pernah ditemui oleh Yesus sendiri, yang berarti ia langsung diutus oleh Tuhan untuk mewartakan Injil. Di dalam dirinya setelah perjumpaan itu terjadi pergulatan yang membawanya pada pertobatan. Paulus selanjutnya menyusun rencana untuk karya pewartaannya. Iapun sadar bahwa rencana itu sulit direalisasikan dan banyak menghadapi tantangan di lapangan. Perjanjian baru telah mencatat karya Paulus di zaman Gereja purba.

a. Paulus merencanakan karyanya

Paulus mempunyai kekuatan pada pokok pewartaan dan mempunyai rancangan misi yang luas. Rancangan misi yang luas dan kuatnya pokok pewartaan yang disampaikan menjadi peristiwa sejarah yang menentukan awal perkembangan Gereja (Jacobs, 1990: 21).

(41)

menyebutkan mengenai hal itu (Gal 1:1-24; 2:1-10). Hal yang dapat diketahui cukup banyak informasinya ialah tentang karya pewartaan. Karya pewartaan Paulus yang hebat secara khusus diceritakan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul. Kotbah-kotbahnya dimana Paulus mewartakan pokok-pokok pewartaannya Lukas tidak dapat mengurai dengan gamblang sesuai dengan apa yang menjadi ciri khas Paulus. Pokok pewartaan Paulus yang diuraikan Lukas tidak mencerminkan pola Paulus karena sebagai berikut (Jacobs, 1990: 21):

Pertama-tama karena karya pewartaan Paulus tidak dapat dipisahkan dari pokok interpretasi pokok pewartaannya mengenai Injil. Apa yang diwartakan Paulus berhubungan dengan pertanggungjawaban pertemuannya dengan Kristus dan panggilannya sebagai Rasul. Pewahyuan yang diberikan oleh Allah mengenai Yesus putraNya berarti bagi Paulus ialah pengakhiran dari usahanya sebagai kaum Farisi untuk menemukan pembenaran dihadapan Allah dengan taat kepada Taurat. Tuhan menampakan diri bukan dalam tuntutan mentaati Taurat, tetapi keselamatan Tuhan ada dalam anugrah rahmat pembenaran. Salib memperlihatkan kegagalan Taurat dalam mengembalikan manusia kepada panggilannya (Jacobs, 1990: 22).

(42)

Selanjutnya Paulus akan melaksanakan rencana karya perwataannya dengan tuntas. Ia mewartakan Injil kepada kaum kafir dengan pokok pewartaan tentang kebebesan dari belenggu Taurat. Hal ini berarti Paulus merumuskan kembali pokok pewartaannya mengenai salib dalam kategori dan bahasa yang lain dari yang dipakai dalam kristanitas Yahudi. Paulus menterjemahkan apa yang diwartakannya kedalam bahasa Yunani untuk kebudayaan Helenis. Ia merumuskan kembali pokok pewartaannya hingga terdapat pokok pewartaan yang baru (Jacobs, 1990: 22-23).

Akhirnya Paulus melaksanakan rencana karya pewartaannya bukanlah dengan maksud mendirikan suatu Gereja Kristen kafir disamping Gereja Kristen Yahudi. Paulus selalu menekankan kesatuan Gereja-Gereja baru, hingga mereka dikumpulkan dalam satu meja baik orang Kristen Yahudi ataupun Kristen non Yahudi dan diproleh saling pengakuan dari beraneka ragam jemaat (Jacobs, 1990: 23).

b. Perencanaan yang sulit direalisasikan

(43)

kesulitan bergulat dalam jemaat Helenis yang didirikannya sendiri, melawan interpretasi Injil yang kegila-gilaan dan sepiritualistis. Injil yang diwartakan Paulus tidak lepas dari kebudayaan, sosial, dan ekonomi Yunani. Kesulitan Paulus pertama-tama ia bergulat melawan orang Kristen Yahudi yang konservativ dimana mereka ikut campur tangan dalam kebanyakan jemaat yang didirikan Paulus, meraka mewartakan Injil dengan mengikutsertakan Taurat di dalamnya. Ia menghadapi kedua masalah tersebut harus mempertanggungjawabkan bukan hanya interpretasi pokok pewartaannya namun juga kedudukannya kepada Rasul dan karya pewartaanya. Masalah tersebut tampak mula-mula di Korintus, dari jemaat yang dibentuknya sendiri salah menangkap pokok pewartaan Paulus. Di Galatia (Gal 1: 22) masalah yang tampak dan menjadi kesulitan dalam Paulus melaksanakan rencana karya pewartaannya ialah pengakuan akan karyanya itu oleh Gereja di Yerusalem dan oleh para Rasul serta oleh para tokoh dari jemaat baru yang didirikannya (Jacobs, 1990: 23-24).

c. Tantangan di lapangan

(44)
(45)

keterikatan para murid pada tradisi Israel dan previlege Perjanjian Lama. Menanggapi tantangan yang ditujukan pada diri Paulus, ia memperlihatkan kepada orang Galatia sebagai saksi, bahwa dengan imanlah mereka menjadi anak Abraham bukan karena secara jasmaniah sebagai orang Yahudi (Gal 3:7). Diskusi mengenai hal ini tampaknya tidaklah mudah diselesaikan. Surat Galatia atau surat yang lain serta dalam karangan Perjanjian Baru masih terdengar mengenai tema ini (Yacobs, 1990: 24-26).

Sentimen keras juga terdengar dalam karangan apokrif seperti buku Kerygmata Petrou misalnya. Di dalam buku tersebut dituliskan tentang Paulus bahwa

ia seorang musuh melawan Petrus. Karangan itu juga mengatakan bahwa karena omong kosong Paulus, ia musti bertanggung jawab terhadap fakta golongan kafir menolak ajaran yang sesuai Taurat (Jacobs, 1990: 26).

d. Karya Paulus dalam Perjanjian Baru

(46)

Kesimpulan yang dapat ditarik ialah dalam Perjanjian Baru karangan yang tidak berbicara mengenai Paulus, pokok pewartaannya sungguh nyata, namun surat-surat pastoral lain yang secara eksplisit ditulis oleh Paulus, pokok-pokok pewartaan Paulus yang terkandung di dalamnya kehilangan daya kekuatan dan artinya, serta pandangan dan pemikiran Paulus tidak ditanggapi. Kotbah-kotbah Paulus yang berada dalam Kisah Para Rasul juga tidak mencerminkan pokok pewartaan Paulus. Lukas membuat kotbah itu menurut pandangan dan pemikirannya sendiri. Lukas melupakan apa yang menjadi inti sari pikiran Paulus tentang pemisahan Taurat Yudaisme dengan iman Kristiani. Pentingnya karya pewartaan Paulus dalam kisah Para Rasul sangat ditonjolkan sedangkan pokok pewartaannya kurang mendapat tempat. Paulus secara pribadi melihat sendiri bagaimana pribadinya, pikirannya, pokok pewartaannya, serta karya pewartaannya ditantang dan dipersoalkan (Jacobs, 1990: 28-29). Kesimpulan yang demikian semakin membantu untuk lebih memahami Kitab Suci.

e. Karya Paulus dalam Gereja purba

(47)

pemimpin Gereja. Ia diterima oleh pemimpin yang lain, disambut hangat oleh semua jemaat di seluruh Gereja. Perlawanan yang dihadapi, dukungan yang diterima, dan penerimaan diri Paulus sebagai pemimpin Gereja menjadi beberapa hal yang kiranya pantas disangsikan untuk menentukan posisi Paulus yang dominan dan utama dalam Gereja Perdana (Jacobs, 1990: 29-30).

(48)

pada surat Galatia ditulis dengan tujuan dan pandangan yang berbeda, maka eksekisis tidak dapat diabaikan salah satu dari keduannya dengan kata lain dapat dikatakan keduanya digunakan sebagai pelengkap. Kisah Rasul tidak dapat dilewati begitu saja jika bertitrik pangkal pada Galatia, karena informasi dari surat Galatia terbatas maka apa yang di katakan Paulus harus dengan hati-hati dan kritis ditempatkan dalam kerangka sejarah pada kisah para Rasul (Jacobs, 1990: 30-31). Kedudukan Paulus yang dominan dan utama dalam Gereja Purba masih saja disangsikan dengan berbagai latar belakang hidupnya, karyanya dan pokok pewartaannya. Keberadaan Paulus jika dilihat oleh umat zaman sekarang lepas dari sangsi tersebut maka Paulus sebagai tokoh besar dalam Gereja perdana terkesan kuat sekali.

B. POKOK PEWARTAAN PAULUS DALAM SURATNYA BAGI JEMAAT DI GALATIA

Gambaran keselamatan bagi orang Yahudi kiranya sama seperti sebuah warisan dalam sebuah keluarga yang dialihkan kepada alih waris keluarga atas dasar keturunan. Keselamatan dapat diperoleh jika seseorang menjadi Yahudi dan mentaati Taurat sebagai hukum Yahudi. Paulus sebagai seorang Yahudi miliki pandangan yang berbeda mengenai hal itu. Surat Galatia mencatat situasi yang panas dan penuh dengan konflik ketika Paulus meyampaikan dan mempertahankan pandangannya yang berbeda.

1. Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia

(49)

antara para ahli adalah mengenai alamat tujuan surat. Surat ini ditujukan kepada jemaat Galatia karena permasalahan tertentu sebagai latarbelakang penulisannya. Waktu penulisan dan tempat ditulisnya surat ini juga msaih menjadi bahan diskusi para ahli dan hanya perkiraan yang dapat dihasilkan. Sesuai dengan permasalahan yang terjadi surat ini memiliki komposisi, gaya dan isi tersendiri. Uraian mengenai surat rasul Paulus kepada jemaat di Galatia tersaji di bawah ini.

a. Penulis dan Alamat Tujuan Surat

Keraguan akan keaslian Surat Galatia yang ditulis sendiri oleh Paulus oleh sebagian kalangan tetap ada. Semua orang mengakui bahwa surat Galatia ditulis Paulus. Keterkecualian bagi kelompok ekstrim seperti sekolah Van Manen, mereka menyatakaan tidak mengakui bahwa surat Galatia ditulis oleh Paulus, namun bagi Gereja sebagai panutan umat tetap menyatakan bahwa surat ini ditulis oleh Paulus. Surat Galatia diterima tradisi Gereja sebagai satu dari empat surat utama yang ditulis Paulus (YKBK, 1995: 322).

(50)

b. Latar belakang penulisan surat

Surat Galatia ditulis dengan beberapa permasalahan yang melatar belakanginya. Permasalahan yang melatarbelakangi penulisan surat ini yaitu, yang pertama adalah permasalahan mengenai kewibawaan kerasulan Paulus (Gal 1:1-5), yang kedua adalah permasalahan berkaitan dengan kesetiaan terhadap agama Yahudi (Gal. 4:17). Permasalahan terakhir memberi kesan adanya kegoyahan iman umat di Galatia(Gal 1: 6-7).

Kewibawaan Rasul Paulus oleh pengajar-pengajar Yahudi dianggap sebagai titik lemah yang ada pada diri sang Rasul. Mereka para pengajar itu memanfaatkan kelemahan ini. Keonaran sengaja ditimbulkan oleh para pengajar itu. Mereka mempergunjingkan kewibawaan Paulus, dengan mengatakan bahwa ia adalah murid dari murid Kristus. Menurut para pengajar Yahudi itu Paulus tidak boleh menyebut dirinya sebagai Rasul. Hal lain yang dikatakan oleh para pengajar Yahudi yakni Paulus mengacaukan ajaran yang ia terima dan mempropagandakan kebebasan hukum (Gal 2:4-5). Orang-orang Galatia dipengaruhi oleh Paulus untuk tidak menyertakan hukum Taurat dalam iman Kristen. Pengaruh Paulus yang demikian membuat gerang para pengajar Yahudi untuk mematahkan pokok pewartaan Paulus dalam karya pewartaan Paulus, mereka menyerang Paulus pada titik lemahnya sebagai Rasul. Paulus tidak tinggal diam kewibawaannya sebagai Rasul dibela yang diuraikannya pembelaan itu dalam surat Galatia (LBI, 1983: 82).

(51)

mempertahankan kesetiaan terhadap agama Yahudi pengajar-pengajar Yahudi itu menekankan pentingnya warisan perjanjian yang dibuat kepada Abraham. Kesetiaan terhadap agama Yahudi diwujudkan dengan bersunat bagi setiap orang. Mereka pengajar-pengajar Yahudi mengharuskan pelaksanaan seluruh hukum oleh semua orang Kristen. Harapan para pengajar Yahudi ialah tetap adanya kesetiaan terhadap agama Yahudi sehingga mereka para pengikut Kristus lepas dari penganiayaan teman-teman sebangsa Yahudi. Kesetiaan terhadap agama Yahudi bagi Paulus dapat menghambat perkembangan gerakan Kristianitas yang mulai tumbuh pada saat itu. Ia sebagai Rasul Kristus menginginkan keselamatan yang dibawa oleh Kristus dapat diterima oleh seluruh bangsa di dunia tanpa dibatasi oleh unsur keYahudian, jika unsur-unsur Yahudi tetap ada bahkan dengan hukum-hukumnya yang menjadikan orang beriman terbelenggu di dalamnya hal itu malahan akan menjadi beban, sebab keselamatan setiap orang lebih ditentukan oleh Allah bukan pertama-tama manusia yang berusaha untuk mendapatkan keselamatan itu apalagi jika segala perbuatan itu lebih diarahkan pada loyalitas atau kesetiaan terhadap suatu bangsa yakni bangsa Yahudi (LBI, 1983: 82).

(52)

merayaakan pesta-pesta Yahudi. Kristianitas yang dihadirkan Paulus kepada orang-orang Galatia lebih mengandalkan iman yang teguh terhadap Allah. Kepercayaan terhadap Allah lebih dikedepankan lepas dari keterikatan terhadap tradisi yang menunjuk suatu bangsa, setiap orang diajak untuk menemukan jati dirinya di hadapan Allah. Paulus mendengar bahwa iman umatnya di Galatia mulai goyah segera ia menulis surat yang bersemangat ini untuk mengungkapkan isi hatinya bahwa ia tidak ingin umatnya berpaling dari Allah dan lebih condong untuk mentaati hukum (LBI, 1983: 83).

c. Waktu dan tempat penulisan surat

Kedua hal ini mengenai waktu dan tempat penulisan belum dapat dipastikan. Para ahli masih memperdebatkan kapan ditulisnya surat Galatia dan di mana tempat penulisan. Berbagai argumen disampaikan oleh para ahli untuk dapat memberikan gambaran mengenai waktu dan tempat misalnya (LBI, 1983: 85).

Sebagian besar para ahli berpendapat surat ini ditujukan kepada jemaat Galatia yang beralamatkan di daerah jemaat di sebelah utara. Kemungkinan besar surat Galatia dituliskan tidak lama sesudah kunjungan Paulus yang kedua yakni ditulis di Efesus atau di Yunani. Surat Galatia dari kesan yang sama terhadap surat Roma mengenai tema dan kosakatanya diperkirakan surat Galatia ditulis tidak lama sebelum surat Roma sekitar tahun 56-57 Masehi (LBI, 1983: 85).

d. Komposisi surat

(53)

dinamika pemikiran Paulus, daripada melihat dari sudut isi surat tersebut. Dinamika pemikiran Paulus yang kita lihat, dari hal itu dapat diketahui bahwa surat Galatia adalah surat pembelaan. Surat pembelaan di zaman Paulus mempunyai komposisi sebagai berikut (Jacobs, 1990: 37):

1) Exordium/prueemium (pembukaan) : 1,6-10 2) Narratio (ceritera) : 1,11 – 2, 14 3) Propositio (rumusan singkat) : 2,15 – 21

4) Probatio atau argumentatio (pembelaan) : 3,1 – 4,31 5) Perenesis (anjuran) : 5,1 – 6, 10

Bagian pembukaan langsung menunjukkan maksud dan motifasi Paulus. Paulus mengungkapkan perasaannya, apa yang menjadi isi hatinya terhadap orang-orang Galatia yang dengan cepat berpaling dari Injil Kristus. Bagian ini menunjukkan Paulus bereaksi emosional sekali (Jacobs, 1990: 37):

Bagian selanjutnya ialah Narratio dalam bagian ini dengan jelas muncul emosi Paulus, apa yang dilakukan orang-orang Galatia yang dianggap Paulus mereka telah murtad. Hal itu adalah sebagai sebuah serangan pribadi terhadap diri Paulus. Narratio merupakan bagian yang menceritakan dengan singkat sebuah narasi dengan maksud meyakinkan para pembaca secara eksistensial bahwa perkara yang sedang dibela itu penting. Paulus membawa pokok pewartaannya ke Galatia dengan cerita tersebut ia mau menunjukan apa yang diwartakannya itu bagi kita di zaman sekarang ini juga penting (Jacobs, 1990: 37).

(54)

pandangan Paulus yang paling penting, seperti yang terdapat pada Gal 2:21 ”Aku tidak menolak karunia kasih Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat maka sia-sialah kematian Kristus”. Bagian pembelaan yang dimulai dengan kata-kata pedas memperlihatkan maksud dan suasana surat, betapa Paulus geram hatinya orang-orang Galatia dianggapnya bodoh karena cepat berpaling dari Kristus. Argumen yang disampaikan Paulus bukan suatu uraian logis. Argumen tersebut mempunyai sifat yang beragam ada yang bersifat dialog, memberi sebuah contoh, diskusi, kutipan yang diambil dari Kitab Suci dan dari dunia helenis. Paulus menggunakan berbagai hal untuk dapat meyakinkan umatnya, dalam bentuk dialog permulaan dari argumentatio menandaskan sekali lagi propositio, kemudian ia langsung memulai dengan persoalaan diikuti segera diajukannya argumen dari Kitab Suci untuk menegaskan pembelaannya terhadap iman akan Kristus (Jacobs, 1990: 37).

Paulus mengambil beberapa kesimpulan praktis dari prinsip yang telah diuraikan dalam argumentatio. Hal itu diletakkannya pada bagian parenesis yang bukan merupakan bagian embel-embel saja meskipun hubungan logis bagian parenesis dengan argumentatio tidak begitu jelas. Kesimpulan tersebut meskipun demikian merupakan alasan-alasan langsung yang dikemukaakan oleh Paulus dari bagian teoritis. Pada bagian parenesis Paulus menyampaikan hal-hal praktis dari uraian-uraian teorinya (Jacobs, 1990: 38).

e. Gaya surat

(55)

Yahudi yang menghancurkan pekerjaannya, merebut Kristus dari hati jemaatnya. Kemarahannya juga tampak terhadap orang-orang Kristen karena mereka gampang sekali meninggalkan kebenaran yang telah mereka terima. Perasaan Paulus tidak disembunyikan olehnya. Salam pembukaan dan penutup tidak diberikan kepada orang Galatia seperti lazimnya surat yang diberikan kepada umat yang lain. Gaya surat yang emosional disambung dengan tulisan yang selanjutnya menggerakan agar umatnya menyadari situasi yang sedang dihadapi dan bertindak dalam menghadapi situasi tersebut (LBI, 1983: 83).

Gaya emosional terlihat dari kalimat-kalimatnya yang berlebihan, menyimpang dari kalimat yang biasa. Ia membantah dan menyangkal tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada dirinya seperti Rasul palsu dan pengajar ajaran sesat. Gaya menggerakan terlihat dari himbauan-himbauan dan petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan kepada umat di Galatia (LBI, 1983: 83).

f. Isi surat

Gaya surat ini sangat hidup seperti telah dikatakan di atas untuk dapat megetahui bagian-bagian dari surat ini akan lebih mudah membaginya dari dinamika pemikirannya, namun demikian surat ini juga harus dilihat dari segi isi. Kita dapat melihat beberapa bagian dari surat ini dilihat dari segi isinya.

(56)

Paulus tidak bertentangan dengan apa yang diajarkan para Rasul dan apa yang ia dapat berasal dari Allah (LBI, 1983: 84.).

Bagian selanjutnya dari isi surat ini menunjukan pokok-pokok pewartaannya yang diserang oleh para pengajar Yahudi, seperti wafat Kristus, iman akan Kristus dan babtisan. Sarana keselamatan adalah iman terhadap Kristus bukan hukum dan praktek agama Yahudi yang dapat mendapatkan keselamatan. Hal ini adalah tema pokok dari pokok pewartaan Paulus dimana ia mengajarkan tentang kebebasan Kristen. Uraian yang detail mengenai pokok pewartaannya ini disampaikan dalam surat Roma, sedangkan isi dari surat Galatia lebih pada gambaran situasi dari pada uraian pokok pewartaan (LBI, 1983: 83).

Isi surat bagian yang terakhir ialah diberikan peringatan dan dorongan. Suratnya ditutup oleh Paulus dengan kesimpulan. Pokok pewartaan tentang pembebasan disimpulkan dan diletakan pada bagian isi yang terakhir ini. Paulus tidak ingin umatnya berpaling dari Injil Kristus terikat kembali kepada Taurat. Praktis Hidup beriman sebagai dorongan untuk bebas dari belenggu Taurat ditonjolkan pada bagian penutup (LBI, 1983: 83).

2. Pokok Pewartaan yang Disampaikan Paulus.

(57)

manusia menjalin relasi antara dirinya dengan Allah yang akan menyelamatan. Uraian mengenai pembelaan, keselamatan dan relasi Allah dengan manusia sebagai pokok pewartaan Paulus dapat disimak di bawah ini.

a. Membela Injil Kristus

Paulus dengan gigih membela Injil Kristus. Pembelaannya dimulai dari pembelan terhadap dirinya sendiri sebagai seorang pewarta yang oleh jemaat kerasulannya diragukan. Ia menyatakan bahwa Allah sendirilah yang mengutus Paulus untuk mewartakan Injil. Pernyataannya itu diperkuat oleh Paulus dengan menegaskan bahwa pemimpin Gereja di Yerusalem mendukung dirinya.

1) Pembelaan seorang pewarta

Seorang pewarta Kristus dalam menjalankan tugasnya banyak mengahadapi hambatan dan tantangan. Wawasan yang luas, spiritualitas yang mantap dan keterampilan yang memadai diperlukan dalam pelaksanaan tugas itu. Setiap serangan yang dilancarkan dari pihak lawan untuk mematahkan karya pewartaan yang dilaksanakan dapat ditangkal. Pembelaan diri dapat dilakukan dengan gigih ketika berhadapan dengan pihak lawan. Pewarta yang berwawasan, memiliki spiritualitas yang mantab dan keterampilan yang memadai, apa yang dipunyainya itu akan mendukung pelaksanaan karya pewartaannya. Kiranya demikian dengan yang ada di dalam diri Paulus hingga pembelaan terhadap dirinya dapat dilakukan ketika berhadapan dengan para pengajar-pengajar Yahudi.

(58)

langsung mengungkapakan kesesalan hatinya sebab jemaat di Galatia cepat meninggalkan Injil Kristus mengejar Injil yang lain (LBI, 1983: 90). Kemarahannya dapat dipahami sebagai seorang pewarta yang telah berkarya di Galatia mengetahui jemaatnya beralih mengejar Injil lain. Nada surat ini keras bahkan kasar, kiranya Paulus memang sengaja bersikap demikian sebab pendapat yang mau mengantikan Injil Kristus harus dilawan. Paulus membela Injil Kristus dari Injil palsu agar tetap ada di hati umatnya.

Paulus tahu betul bahwa situasi di Galatia menjadi demikian karena propaganda para pengajar Yahudi yang menyebarkan ajaran-ajaranya sebagai Injil yang tidak lebih hanya rangkaian kata-kata kosong belaka hingga menjadi batu sandungan bagi umat dan menghancurkan Injil Kristus. Paulus dituduh sebagai oportunis, menurut pengajar pengajar Yahudi Paulus mendasarkan ajarannya pada kebebasan dari Taurat untuk menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain (LBI, 1983: 90). Pembelaannya menjadi semakin nyata ketika Paulus menghadapi para pengajar Yahudi. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia dapat dijadikan surat pembelaan yang ampuh bagi Gereja untuk menangkal segala tindakan yang bertujuan menggeser Injil Kristus di hati umat dan digantikan dengan yang lain, melalui Paulus kita dapat belajar bagaimana membela Injil Kristus dari hal-hal lain yang mengganggu keberadaan Injil dan melihat bagaimana Injil dibela oleh Paulus dalam surat Galatia.

(59)

yang sering mengajarkan ajaran-ajaran Kristus dijabarkannya pembelaan tersebut dalam beberapa tema Yakni: pembelaan diri dalam bentuk cerita, pembelaan ajaran dalam bentuk argumentasi dan yang terakhir anjuran susila. Satu demi satu dengan hal-hal yang disampaikannya itu Paulus menelanjangi argumen lawan-lawannya sambil menyerukan kesetian kepada orang-orang Galatia (LBI, 1983: 84).

2) Tugas pewartaan dari Allah sendiri

Tugas melaksanakan karya pewartaan adalah tugas yang berasal dari Allah sendiri bukan berasal dari pihak manusia. Manusia memiliki peran lebih-lebih sebagai pekerja. Rencana dan penentuan karya pewartaan itu sepenuhnya dipegang oleh Allah sendiri. Rencana karya pewartaan itu dapat berjalan dan berhasil dengan baik didukung juga oleh karya manusia sebagai pekerja Allah. Manusia menjadi media Allah untuk melaksanakan karyaNya.

(60)

Posisi Paulus oleh para pengajar Yahudi di perlemah. Mereka mengatakan bahwa Gereja Yerusalem tidak pernah mengutus Paulus menjadai pewarta bagi Kristus. Paulus menangkal serangan tersebut. Ia mengatakan bahwa karya pewartaannya tidak mengikuti model atau ukuran manusia. Kristuslah yang memberikan sendiri lewat pernyataan diriNya dan karya penyelamatanNya. Perubahan diri Paulus menjadikan bukti bahwa karya pewartaannya berasa dari Allah sendiri. Paulus sebelum pertobatannya adalah seorang Yahudi tulen sejak muda didik dalam semangat dan tradisi Yahudi jauh dari pengaruh Kristen hingga saat penganiayaan para pengikut Kristen iapun turut serta. Teman-teman Yahudi sebangsanya tidak ada yang sanggup menandingi Paulus sebagai seorang Yahudi. Paulus berubah yang tadinya dipihak lawan Kristus menjadi dipihak kawan Kristus bahkan melaksanakan karya pewartaan akan Kristus. Perubahan ini merupakan karya Allah terhadap dirinya, Allah sendiri yang mengubahnya. Allah mengubah diri Paulus yang lama menjadi dirinya yang baru untuk sebuah karya pewartaan yang harus dilaksanakan oleh Paulus sesuai kehendakNya(LBI, 1983: 92).

(61)

mungkin jika ajarannya berasal dari penduduk wilayah itu. Kemunculannya di Yerusalem ialah setelah tiga tahun kemudian dari pertobatannya baru ia menemui Petrus di sana untuk menekankan bahwa ajaran seluruhnya dari Allah (LBI, 1983: 92-93).

3) Persetujuan dari pemimpin Gereja

Karya pewartaan yang dilaksanakan tidak dapat dilakukan dengan mengandalkan diri sendiri, selain mengandalkan Tuhan yang berkarya sendiri atas karya pewartaan tersebut perlu pihak lain yang menjadi andalan dan sekaligus menjadi wadah karya pewartaan itu. Persetujuan dari pemimpin Gereja maka diperlukan dalam pelaksanaan karya pewartaan. Umat yang setia mengikuti Kristus bernaung di dalam Gereja. Kristus diikuti dengan setia oleh umatNya dan diteladani oleh mereka di bawah naungan Gereja oleh sebab itu mendapat persetujuan dari pemimpin Gereja yang menaungi umatnya menjadi penting, sebab umat akan lebih mudah terbuka menerima apa yang diwartakan tentang Kristus hingga dengan demikian iman akan Kristus dan penghayatannya akan semakin mendalam di dalam hidup dan di dalam hati setiap umat.

(62)

Persetujuan dari para Rasul pemimipin Gereja Yerusalem dimintanya pada kunjungan Paulus yang kedua ke Yerusalem. Karya pewartaan Paulus telah dilaksanakan selama empat belas tahun kemudian ia meminta persetujuan atas karyanya kepada para Rasul. Ia datang sebagai wakil dari Gereja Antiokhia. Permasalahan Paulus dibicarakan secara diam-diam bersama para pemuka. Pembicaraan itu bertujuan untuk menyatukan karya pewartaan Paulus di Antiokhia yang telah berhasil mendirikan Gereja di sana, apa yang dibicarakan bukannya meminta nasehat atau kejelasan tetapi lebih-lebih mencari dukungan. Karya pewartaannya jika tidak di dukung oleh para Rasul akan sia-sia (LBI, 1983: 94). Dukungan sebagai tanda persetujuan dari para pemimpin Gereja didapatkan Paulus. Ia menjelaskan kepada para Rasul bahwa persekutuan mereka dengan Kristus tidak memberikan hak mutlak atas pewartaan karena hal penting bagi Allah iman yang teguh dalam persekutuan itu. Para pemimpin tidak meminta kepada Paulus untuk mengajar suatu ajaran atau praktek baru (LBI, 1983: 95). Iman dan persekutuan menjadi hal penting yang dipertimbangkan untuk persetujuan itu diberikan kepada Paulus. Paulus mewartakan Kristus kepada orang-orang non Yahudi. Ia mendapatkan tugas khusus yang demikian. Hal ini sama seperti Petrus sebagai pemimipin orang Kristen Yahudi. Persetujuan itu didapatkan dari pemimipin Gereja. Paulus menobatkan orang-orang bukan Yahudi sedangkan Petrus menobatkan orang-orang Yahudi. Keduanya menjadi satu persekutuan umat Allah hingga dengan demikian karya pewartaan Paulus menjadi karya pewartaan yang sah di dalam Gereja Kristus.

(63)

bersama dengan Petrus menyambut Paulus di kalangan para Rasul. Pengelolaan Gereja di pusat Yahudi dipimpin para Rasul di Yerusalem. Paulus datang bersama Barnabas ke Yerusalem untuk meminta persetujuan. Keduanya menyebarkan Injil Kristus di kalangan orang bukan Yahudi. Paulus dan Barnabas dengan cinta kasih tetap dihubungkan dengan orang-orang Kristen Yahudi. Cinta kasih yang mendasari relasi tersebut diwujudkan dengan mengirimkan kolekte untuk Gereja Yerusalem (LBI, 1983: 96).

b. Keselamatan manusia

Keselamatan menjadi hal yang sangat berharga dalam hidup manusia. Kehidupan manusia berada dalam realitas dosa dengan maut sebagai upahnya, yang berarti ancaman bagi kehidupan jauh dari keselamatan. Manusia ingin hidupnya bermakna sebuah keselamatan. Sebuah peraturan dengan ketaatan yang ketat diciptakan agar manusia selamat. Ironinya ketaatan itu malah menjadi hal yang membelenggu kehidupan sebab peraturan yang dibuat tidak dapat dijalankan dengan sempurna. Manusia tidak punya cukup banyak kekuatan untuk mengusahakan keselamatan hadir dalam hidupnya. Pasrah dan berserah menjadi jalan yang juga berima, mengandalkan Tuhan pemberi keselamatan. Tindakan manusia terletak pada pengambilan keputusan untuk mau atau tidak beriman pada Kristus sebagai jalan keselamatan.

1) Kehidupan manusia dalam dosa

(64)

membuahkan maut sebagai upahnya maka ia jangan berdosa. Dosa harus dibersihkan dari kehidupan manusia.

Kenyataan yang ada dalam hidup manusia dosa menjadi realitas yang tidak dapat dihindari. Manusia tidak luput dari kuasa dosa, sejauh mungkin manusia menghindarinya dimana-mana kuasa dosa selalu ada. Dosa merupakan cermin yang menunjukan kerapuhan dan kelemahan manusia. Manusia tidak mempunyai kuasa yang cukup untuk mengalahkan kuasa dosa.

Kuasa dosa ada dimana-mana Paulus hendak menunjukkan bahwa kekafiran bahkan Yudaisme sendiri dengan Tauratnya tidak dapat memperbaharui dunia (Gal 3:19). Kehidupan di dunia adalah kehidupan yang mengerikan karena ada kemarahan Tuhan, sebab hubungan manusia dengan Tuhan telah putus. Seorang pun tidak akan luput dari kemarahanNya. Hidup ini betapa mengerikan dengan adanya kemarahan Tuhan, laksana langit mendung penuh guntur. Putusnya hubungan tersebut membuat manusia masuk dalam dosa. Kuasa dosa yang bekerja mengakibatkan maut. Maut menjemput murka Allah datang bagi orang berdosa. Paulus menunjukkan situasi hidup manusia yang dilingkupi oleh dosa. Ia mengupas secara jelas kebijaksanaan manusia yang jahat. Nada bicaranya jelas dan mendesak bahwa kemurkaan Allah tampak menantang segala kedurhakaan dan kedurjanaan manusia sehingga manusia tidak dapat berdalih dengan alasan apapun (Brunot, 1992 : 96).

(65)

fana, unggas, binatang berkaki empat dan yang melata (Brunot, 1992 : 97). Secara historis bangsa Romawi dan Yunani kaya akan karya filsafat yang bermutu mulai dari Aristoteles sampai dengan Plato sebagai muridnya hingga para penerusnya. Kedua bangsa tersebut juga terkenal dengan penyembahan berhala dan dewa-dewi yang menggantikan Allah sebagai sembahan yang sepatutnya disembah. Kenyataan histories yang demikian kiranya membuat Paulus berbicara demikian mengenai kebudayaan Romawi danYunani yang berada dalam keadaan dosa.

(66)

menciptakan dosa, membunuh dan memperbudak orang dalam perbuatan-perbuatan lahir serta mengahancurkan martabat manusia. Paulus menyatakan bahwa orang-orang Yahudi kurang tertarik menelaah kenyataan janji Allah kepada Abraham (Gal. 3:15-18), bagi mereka perjanjian itu sebagai perbuatan timbal balik antara Allah dengan manusia, hingga Allah berkewajiban menyelamatkan manusia. Hukum Taurat oleh orang-orang Yahudi dilihat sebagai alat pencapaian keselamatan. Keselamatan terjadi dengan diamalkannya hukum. Pandangan yang demikian membawa pada formalitas dan lekas puas dengan dirinya sendiri.

2) Peranan Taurat dalam menyelamatkan manusia

Manusia berupaya untuk memperoleh keselamatan, agar jangan dosa berbuah maut di dalam hidupnya maka manusia mencoba untuk menghindar dari dosa. Upaya yang diperbuat dengan mengadakan seperangkat hukum yang mengatur hidup. Manusia harus berbuat begini dan harus berbuat begitu untuk kesempurnaan hidupnya (Gal13:19). Bangsa Yahudi dengan hukum Tauratnya bangga akan hal ini, dimana setiap orang Yahudi harus mentaatai hukum Taurat tanpa bercacat agar hidupnya menjadi baik dan sempurna tanpa dosa. Setiap aturan yang baik yang tertulis ataupun tidak tertulis mesti ditaati. Dalam hal berdoa misalnya setiap orang Yahudi yang hendak berdoa sesuai dengan hukum Taurat perlu berbagai ritual membersihkan diri, ditambah lagi dengan berbagai larangan yang tidak boleh dilanggar agar kesucian dalam diri manusia tidak ternodai.

Gambar

Tabel 1 : Variabel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait