• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PAULUS DAN POKOK PEWARTAANNYADALAM SURAT

A. Paulus

1. Identitas Paulus

Paulus adalah seorang rasul, informasi mengenai identitas dan karyanya tidak ada banyak sumber yang dapat dijadikan acuan. Paulus berasal dari Tarsus yang menjadikan seorang Paulus kecil jadi anak kota. Keaslian sebagai seorang Yahudi dari mashab Farisi sering dibanggakannya. Jati dirinya dibentuk melalui jalur pendidikan yang ditempuh di Yerusalem hingga ia dapat menjadi seorang rabi. Idealismenya membuat ia beraliran keras dengan mengejar dan menganiaya jemaat perdana. Sampai pada suatu saat iapun ditemui oleh Yesus sendiri yang membuatnya menjadi nabi Kristus yang bangkit untuk mewartaakan InjilNya.

a. Asal dan gambaran fisik Paulus

Leluhur Paulus berasal dari Galilea, beberapa kemungkinan namun belum dapat diketahui kepastiannya, apa faktor yang membuat leluhur Paulus itu pindah ke Tarsus. Perdagangan dan penjajahan yang dilakukan oleh pemerintah Siria memungkinkan untuk leluhur Paulus berpindah ke Tarsus. Diri Paulus sendiri termasuk dalam suku Benyamin dan ia sebagai anggota Farisi dilahirkan di Tarsus. Kewarganegaraan yang dimiliki Paulus kewarganegaraan Romawi. Warga negara Roma sebagai status yang disandangnya memberi kesan bahwa ia sudah lama tinggal di sana (YKBK, 1995: 208).

Tarsus sebagai kota kelahirannya merupakan kota terkenal dan Tarsus adalah kota pendidikan. Di usia muda Paulus menerima pendidikan dasar di kota itu. Paulus mulai mempelajari berbagai filsafat Yunani dan ibadah-ibadah agama. Penempatan dirinya di Yerusalem dan dididik di sana membentuk jati diri Paulus. Keanggotaan sebagai dewan Sanhedrin didapatkannya. Ia sebagai anggota Sinagoga atau dewan

Sanhedrin mendapatkan kekuasaan resmi untuk mengatur penganiayaan orang Kristen (YKBK, 1995: 208).

Paulus mempunyai perawakan kecil. Penampilan fisiknya oleh alkitab digambarkan sebagai tokoh yang tidak meyakinkan. Diri Paulus kurang lebih digambarkan sebagai seorang yang kecil perawakannya, rambutnya tipis dan halus, kakinya bengkok, alisnya bertemu dan hidungnya sedikit bungkuk. Gambaran lain diri Paulus yang mengesankan bahwa ia berbadan tegap, penuh belas kasihan dan kadang terlihat sebagai manusia juga kadang wajahnya seperti wajah malaikat (YKBK, 1995: 208).

b. Paulus seorang anak kota

Paulus adalah seorang anak kota, jika dibandingkan dengan tempat kelahiran Yesus di desa maka jauh berbeda. Paulus lahir di kota Tarsus dan Yesus dilahirkan di Nasaret hanya sebuah desa yang tidak terkenal di pegunungan Galilea. Tarsus sebuah kota megah layaknya kota-kota lain yang megah di kekaisaran Roma. Kepuasan Paulus akan keberadaan kota kelahirannya tampak dalam perkataannya yang dikutip dari kisah para Rasul “Aku seorang Yahudi, warga kota Tarsus di Silisia, kota bukan sembarang kota” (Brunot, 1992: 10).

Keberadaan kota Tarsus dengan segala hal yang ada dan yang terjadi di sana membuat Paulus menjadi orang yang dapat dengan cepat menangkap setiap ide, gagasan dan buah-buah pemikiran yang disampaikan oleh orang lain kepadanya. Perkembangan kepribadian diri Paulus banyak terjadi karena pengaruh latar belakang kota Tarsus dengan pencampuran suku-suku bangsa, agama-agama dan kelas sosial. Paulus menjadi pengembara yang tak kenal lelah, menjadi pewarta yang bersemangat

dan menjadi nabi Allah. Ia akan berusaha agar dunia mendengar pewartaannya dan dunia mengimani apa yang diimaninya (Brunot, 1992: 12).

Watak yang dimiliki Paulus rumit, di dalam dirinya terdapat bermacam sifat kontra. Perbuatannya didasari dengan keyakinan yang teguh seperti layaknya anak-anak kota yang lain. Ia berbakat dalam organisasi, serta mempunyai kemampuan untuk menyindir dengan nada gurau yang menjadi kekuatan dalam pribadinya sebagai seorang penantang. Sampai akhir hidupnya ia mempertahankan semangat senda gurau, yang kadang-kadang menjadi sarkasme, apabila ia mencaci-maki musuh-musuhnya atau orang-orang yang terlalu mudah percaya. Dia juga menguasai bahasa karikatur. Ia tidak pernah sayang akan dirinya dan senyumnya yang merupakan perpaduan sindiran dan kesederhanaan (Brunot, 1992: 12).

Kehidupan kota Tarsus membekas sangat dalam pada dirinya. Paulus sangat tertarik kepada manusia, kehidupan kota, masyarakat, hukum dan lebih-lebih ia sangat tertarik pada atletik dan disiplin militer. Di dalam diri Paulus ditemukan sebuah kontras lagi, yaitu bahwa di dalam tubuhnya yang lemah dan berpenyakit menahun itu, tersembunyi watak seorang jago gulat dan serdadu. Dalam dirinya terdapat sesuatu yang juga dimiliki oleh Pascal, yaitu saraf baja yang menjadikan seseorang tergolong dalam deretan ahli pikir terbesar di dunia, meskipun ia bertubuh jenaka. Meskipun begitu Paulus selalu dicengkeram oleh rasa was-was. Jelas bahwa ia tak pernah lepas dari ketegangan saraf yang biasanya di derita oleh orang kota dan olahragawan gigih. Ia bukan seniman bukan pula penyair, ia seorang yang sanggup menangani gagasan-gagasan dan gerombolan orang-orang, ia menonjol dalam kegesitan dan kecakapan otaknya, sangat peka dan bukan main cepat bereaksi. Dia seorang pemimpin yang setia kepada tradisi, tetapi sekaligus juga sangat kreatif. Dia

seorang pengacara yang hebat dan tak terkalahkan, namun ia lebih tertarik untuk meyakinkan audiencenya dari pada mengikat mereka. Sebagai seorang ahli bicara yang populer, ia menganggap bahwa yang paling penting dan utama ialah berbicara dalam batas daya tangkap pendengar. Dia senantiasa mengambil peristiwa-peristiwa hangat sebagai contoh dalam pembicaraan prikehidupan masyarakat kota sehari-hari yang sederhana. Dia begitu berhasil mengikat perasaan orang lain, sehingga ia dapat menghadirkan dirinya seakan-akan ia berada di tengah-tengah umat yang membaca suratnya, meskipun mereka berada di tempat yang jauh. Ia mendekte maupun menulis sendiri suratnya. Paulus mampu menyingkirkan pikirannya, urusan-urusan serta kesibukan-kesibukan di tempat kerjanya, untuk menghadirkan dirinya secara penuh. Dengan demikian tanpa banyak susah payah ia tidak hanya ikut berprihatin dengan kegusaran-kegusaran dan persoalan-persoalan serta godaan-godaan mereka. Paulus juga ikut memperbincangkan pokok-pokok pembicaraan yang sedang hangat diperdebatkan di antara mereka. Pokok pembicaraan Paulus mengenai persoalan-persoalan yang terjadi waktu ia dulu tinggal bersama dengan mereka. Paulus selalu memakai perbendaharaan kata mereka (Brunot, 1992: 12-13).

Paulus seorang yang beremosi kuat maka tidak mengherankan bila sifat ini memberi kesan bahwa tulisan-tulisan Paulus bertentangan dengan dirinya sendiri, bahwa kalimatnya sepintas lalu nampak tidak sesuai pendapatnya. Paulus berbakat untuk menciptakan kalimat-kalimat yang mudah dihafalkan. Ia sanggup memperingkas iman Kristen yang masih muda usianya dalam rumusan-rumusan yang ringkas. Hal ini berbeda dengan kalimat yang diucapkan oleh Yesus, kalimat Yesus tegas, utuh, jelas, sedangkan cara berfikir Paulus bahkan terkesan picik dan ringkas dengan nada keras dan agung berwibawa pada ayat-ayatnya membuat pembacanya

kadang-kadang bertanya pada diri mereka sendiri, apakah dengan berpegang pada ayat-ayatnya yang bernada keras seperti itu mereka tidak tersesat dalam cara berpikir yang terlalu picik atau ringkas (Brunot, 1992: 13-14).

c. Paulus seorang Farisi diaspora

Pengaruh-pengaruh positif dan negatif telah disebutkan di atas. Di dalam diri Paulus yang dibesarkan di Tarsus tersembunyi agamanya sebagai harta karun yang tidak dimiliki oleh semua lingkungan kota Tarsus. Paulus seorang Yahudi orang tuanya berasal dari Giskala di Galilea, mereka termasuk suku Benyamin yang berdomisili di Tarsus. Nama Saul diberikan setelah anak ini disunat. Nama yang diberikan itu berasal dari nama raja Israel yakni Saul yang diturunkan dari suku Bennyamin, meskipun dia tinggal di negeri orang ia tetap bangga dengan warisan-warisan leluhurnya darimana mereka berasal dulu. Paulus adalah nama kedua yang diberikan, sesuai dengan tradisi di Tarsus ia diberi nama Yunani (Brunot, 1992: 14).

Keluarga Paulus adalah keluarga perantauan orang-orang Yahudi Galilea yang sukses. Kewarganegaraan Romawi dapat menjadi satu bukti yang menunjukkan kesuksesan mereka di tanah rantau dan mereka dapat menyesuaikan diri disana. Paulus dilahirkan di tenggah-tengah Golongan saudagar-saudagar berada sebagai kaum menengah di propinsi Roma itu. Hak-hak istimewa sebagai warga negara Romawi didapatkan olehnya seperti hak dipilih menjadi magistrat dan hak dalam hal kehakiman untuk memohon kepada Kaisar melepaskan tuduhan. Nasib Paulus menjadi lebih baik dibanding dengan orang sebangsanya (Brunot, 1992: 15).

Keberadaan Paulus pada jantung masyarakat kafir ini bukanlah pelarian dari benteng istiadat Yahudi yang kuat. Suasana Yudaisme yang paling murni melingkupi

keberadaan Paulus dibesarkan dengan didasari iman yang utuh dan mendalam, keluarga Paulus termasuk mashab Farisi. Kotbah-kotbah serta suratnya mempertahankan keaslian Yahudi sebagai nenek moyangnya dan membanggakan adat Yahudi sebagai adat yang ketat. Paulus selalu membanggakan keluarganya dan meletakkannya di tempat paling atas. Gal 1:13 dan surat Paulus yang lain juga menunjukkan hal ini. Paulus disunat tujuh hari setelah kelahiranya sesuai dengan perintah hukum (Brunot, 1992: 15). Mashab Farisi terkenal dengan mashabnya yang keras tekun beribadat. Paulus di dalam mashab Farisi ini masih menunjukkan keistimewaan dirinya yakni dengan perkembangan rohani yang mengagungkan dan dengan usaha gigih yang tak kunjung layu meskipun menderita penganiayaan. Di hadapan raja Agripa Paulus dengan bangga menyakinkan bahwa ia hidup sebagai seorang Farisi menurut mashab paling keras dengan agama Yahudi. Keluarga memberi pengaruh terhadap Paulus untuk menjadikannya Farisi tulen mempunyai sifat puas akan keadaan diri sendiri hingga menimbulkan kesombongan (Brunot, 1992: 15-16).

Orang-orang Saduki, Eseni dan Farisi merupakan mashab yang paling kuat dan utama Yahudi di permulaan terik Masehi. Kaum Eseni adalah masyarakat yang lebih tertutup dibanding mashab Farisi. Mereka melaksanakan hukum-hukum dengan teliti sampai segi yang kecil. Kasta imamat yang bersifat mesianik diberikan dalam kehidupan dengan harapan akan terjadi restorasi imamat di bait Allah Yerusalem. Orang-orang Saduki yang memimpin upacara keagamaan dihalang-halangi oleh orang Farisi. Orang Saduki dianggap sebagai orang yang merampas tugas-tugas imamat dan sebagai penghianat yang bekerjasama dengan penjajah. Orang-orang Eseni merupakan rahib-rahib yang berdomisili di padang gurun untuk

mempersiapkan secara diam-diam upaya meraih kekuasaan. Orang-orang Farisi merupakan lawan aristokrat Saduki. Mereka orang Farisi mengajarkan Taurat. Pengalaman mereka luas, mereka mempunyai kesanggupan intelektuil untuk memperkembangkan sistem kausaistik dan mempertahankan tradisi serta membuat hukum lisan yang kekuatannya sama dengan hukum tertulis Musa. Mereka dijuluki “Orang-orang terpisah” atau Farisi karena kesalehan rakyat yang memudar. Nama itu sebagai tanda kemasyuran yang melekat pada diri orang-orang Farisi. Formalitas dan kemunafikan yang merata di kalangan Farisi dicela oleh Yesus. Hal baik lain yang kiranya dapat kita akui dari keberadaan orang Farisi adalah nilai spiritual yang sejati, rasa hormat terhadap benda suci, penyerahan diri terhadap penyelenggaraan Illahi dan usaha-usaha untuk hidup sesuai dengan sabda Allah meski sabda itu ditafsirkan salah (Brunot, 1992: 16-17).

Paulus menggunakan bahasa Yunani. Bahasa yang dipelajari selama menuntut ilmu dan Paulus tahu tentang naskah-naskah Kitab Suci Septuaginta. Bahasa Yunaninya diperkaya dengan perjalanan-perjalanannya yang dilakukan, perjumpaan-perjumpaan dengan pembicara-pembicara terkenal, perdebatan-perdebatan dengan orang Yahudi di sinagoga, dan dengan pertentangan-pertentangan dengan lawan yang tak mau kalah. Ahirnya Paulus menguasai dan mampu menggunakan bahasa ini dalam karyanya (Brunot, 1992: 18).

Doa dipelajari oleh Paulus mula-mula dari ibunya. Rumusan-rumusan doa Paulus diambil dari Kitab Suci. Orang Yahudi dilahirkan untuk berdoa. Suasana kesucian dari cinta kasih Allah memenuhi masa kanak-kanaknya. Paulus menjadi Farisi sejati dengan doa-doa dari seluruh kesusastraan Yahudi. Mazmur-mazmur apokrip dinyanyikan dengan semangat dan doa berkembang menjadi aliran mistik

(Brunot, 1992: 19). Hidup doa Paulus sungguh dibangun, maka menjadikannya seorang Farisi yang tidak saja fanatik tetapi juga spiritualistik.

Surat Galatia menunjukkan betapa terkejutnya Paulus akan kekurangan orang-orang Farisi. Dalam surat itu Paulus menyatakan betapa rendah dirinya dan menunjukkan kesedian dirinya untuk mengharapkan Allah, karena ia tetap mengakui sebagai Farisi sejati yang tak bercela, putera Abraham yang juga akan diselamatkan oleh Allah karena iman (Brunot, 1992: 19-20).

d. Paulus seorang Rabbi dari Yerusalem

Yerusalem semenjak masa pemerintahan raja Daud merupakan kota suci bagi Yudaisme dan kota ini menjadi kota universitas di zaman Paulus. Anak-anak dari golongan menengah atas melanjutkan dan meyelesaikan studinya di Yerusalem. Paulus juga pergi ke kota ini setelah ia berusia lima belas tahun. Ia sendiri yang menceritakan sebagian kecil riwayat hidupnya, bahwa ia orang Yahudi dilahirkan di Tarsus di Silisia dan diasuh atau dididik di Yerusalem. Ia dididik oleh Gamaliel dengan disiplin ilmu pendidikan dari hukum Yahudi. Gamaliel adalah seorang ahli Taurat yang tidak menentang para Rasul (Brunot, 1992: 21).

Paulus tidak meninggalkan ajaran dan kesalehan gurunya dan Pauluspun senang menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Rabi Gamaliel adalah penerus dari Rabi Hilel yang terkenal. Pandangan-pandangan Hilel yang cemerlang dan liberalis diwarisi oleh Gamaliel. Ajaran-ajaran yang disampaikan Rabi itu baik oleh orang Kristen ataupun orang Yahudi sama-sama dihargai, tentang diri Gamaliel dikatakan bahwa semenjak kematiannya kehormatan Taurat lenyap, dan tiada lagi kemurnian dan pantangan (Brunot, 1992: 23).

Paulus dididik oleh Gamaliel dengan gaya dan cara pendidikan yang lazim dilaksankan saat itu. Ia mendengarkan madah-madah yang dinyanyikan secara teratur selama bertahun-tahun masa pendidikannya. Pelajaran dan madah-madah dinyanyikan teratur, menurut ritme juga disertai dengan alunan gerak tubuh (Brunot, 1992:21-25). Pendidikan membentuk diri Paulus menjadi seorang rabi yang sunguh kompeten di bidang agama, yakni agama Yahudi yang dianut Paulus.

e. Paulus seorang Nabi Kristus yang bangkit

Paulus memiliki sosok seorang nabi di dalam hidupnya pengalaman karya serta kegiatan-kegiatan dan juga sifat jujur serta semangatnya merupakan hal yang sama terdapat pada para nabi besar lainnya dalam sejarah Kitab Suci. Paulus seorang ahli Taurat yang bertobat dia menjalani pendidikannya di bawah bimbingan Rabbi Gamaliel, lebih dari sekedar itu ia adalah seorang nabi. Nabi Amos dan nabi Yesaya telah menerima tugas untuk melaksanakan karya pewartaan dari Allah. Paulus dengan diawali dari pendidikannya ia mengerti tentang Allah, sedangkan dari pertobatannya ia dapat mengalami Allah. Pengertian dan pengalamannya akan Allah membuatnya dapat menerima karya pewartaan yang diberikan oleh Allah. Paulus sama seperti nabi-nabi besar lainnya iapun menerima karya pewartaan Allah dan dilaksanakan olehnya demi keselamatan manusia (Brunot, 1992: 33).

Paulus sebelum bertobat yang menjadi pusat perhatianya adalah kewenangan dan kemenangan hukum Taurat baginya dibuktikan dengan penuh semangat. Keselamatan erat kaitannya dengan dijalankanya Taurat tanpa cacat, barang siapa mengancam keberadaan Taurat baginya harus disingkirkan. Pertobatannya membalik semua yang ada di dalam dirinya, satu-satunya kebahagiaan atau kebodohannya tidak

lain adalah Kristus yang bangkit. Darah nabi-nabi Yuda gigih mengalir dalam nadi Paulus dari suku benyamin. Kecil perawakannya dan lemah tampangnya namun demikian singa yang mengaum tidak membuatnya gentar dalam melaksanakan karya pewartaannya (Brunot, 1992: 13-14).

f. Gambaran waktu hidup Paulus

Kehidupan Paulus secara kronologis tidak dapat dipastikan. Para ahli sudah memeras otak untuk menyusun sebuah kronologi. Berbagai perdebatan telah terjadi untuk menentukan kronolgi hidup Paulus. Tetapi mereka tidak sampai menjadi sepakat, bahkan dalam garis besarnya untuk menentukan sebuah kronologi keberadaan hidup Paulus belum ada kesepakatan (Groenen, 1991: 214).

Tahun kelahiran dan tahun kematian Paulus tidak dapat dipastikan. Hanya diketahui bahwa Paulus sekitar tahun 62 M berada dalam tahanan di Roma. Kepastian mengenai menjalani hukuman mati atau dibebaskan tidak didapatkan. Lalu mengenai hidup dan berkarya Paulus beberapa lama tidak juga diketahui dengan pasti. Keberadaan Paulus juga simpang siur dikatakan oleh tradisi sekitarnya. Tahun kelahirannya diduga 5-10 M. Dugaan ini berdasar pengandaian akan kematian Kristus yang terjadi sekitar tahun 30 M (Groenen, 1991: 214).

Masa hidupnya yang juga penting menjadi perhatian yakni pertobatannya. Tahun masuknya Paulus menjadi Kristen tidak dapat dipastikan Orang dapat memilih salah satu tahun antara tahun 33 dan 36 M. Mungkin orang yang memilih tahun 33 sedikit lebih aman daripada yang memilih tahun 36 (Groenen, 1991: 214). Keberadaan Paulus di Korintus Menurut Kis 18: 12 yakni waktu Gallio mulai menjabat sebagai gubernur di Akhay, negeri Yunani bagian selatan. Menurut berita

yang ada Iunius Annaeus Gallio memang menjabat Gubernur dari pertengahan tahun 51 sampai pertengahan tahun 52/53 M. Menurut Kis 18:11 Paulus pada waktu itu tinggal di kota Korintus selama satu setengah tahun, katakan saja 2 tahun. Kalau berita para Rasul itu tepat, maka ada pegangan pasti. Selama tahun 51-53 Paulus tinggal di Korintus. Menurut Kis 20:3 pada kesempatan lain Paulus selama dua bulan tinggal di tanah Yunani, mungkin sekali di kota Korintus (Groenen, 1991: 214-215).

Tidak lama kemudian Paulus ke Yerusalem. Di sana ia ditangkap, ditahan dua tahun di Kaisarea, lalu berlayar ke Roma dan ditahan disana dua tahun lagi. Pelayaran ke Roma menurut apa yang tercantum dalam kisah para Rasul maka selama satu tahun juga. Jangka waktu itu meliputi tahun 57-62 (Groenen, 1991: 215).

Gambaran waktu hidup Paulus sulit untuk dapat dipastikan. Kesulitan untuk mengetahui gambaran hidup Paulus disebabkan karena kurangnya data-data mengenai keberadaan diri santo Paulus. Data yang digunakan untuk mengetahui gambaran masa hidup Paulus diambil dari berbagai sumber, antara lain adalah kitab suci dan beberapa tulisan historis. Sumber-sumber yang digunakan tersuebut tidak banyak yang berbicara tentang keberadaan Paulus hingga dengan demikian ditemui kesulitan untuk mengetahui gambaran hidup Paulus.

Kasulitan ini kiranya tidak menjadi penghalang untuk mengetahui karya pewartaan Paulus. Karya pewartaan Paulus sangat berpengaruh bagi perkembangan Kristianisme pada masa awal mulai berkembangnya Gereja. Oleh sebab itu penting menggali labih dalam karya pewartaan Paulus, tanpa dihalangi olah gambaran masa hidup Paulus yang sulit dipastikan. Berikut ini kronologi hidup Paulus yang coba dibuat tanpa angka tahun.

• Paulus melanjutkan pendidikannya di Yerusalem • Menjadi anggota Sanhedrin

• Melakukan pengejaran serta penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. • Pertobatannya dalam perjalanan ke Damsyik

• Ia melaksanakan karya pewartaannya • Paulus menulis surat-suratnya

• Akhir dari hidupnya

Dokumen terkait