• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh perayaan ekaristi bagi keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di wilayah Brayat Minulya, Balecatur, Paroki Santa Maria Assumta, Gamping, Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh perayaan ekaristi bagi keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di wilayah Brayat Minulya, Balecatur, Paroki Santa Maria Assumta, Gamping, Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERAYAAN EKARISTI BAGI KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA

DI WILAYAH BRAYAT MINULYA, BALECATUR,

PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA, GAMPING, YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Hendrika Fifin Yeni Sunarti NIM: 051124037

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada: bapakku,

ibuku, saudara-saudariku,

pacarku,

teman-teman angkatan 2005, dan

seluruh kaum muda

(5)

v MOTTO

“Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PERAYAAN EKARISTI BAGI KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA DI WILAYAH BRAYAT MINULYA, BALECATUR, PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA, GAMPING, YOGYAKARTA. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kaum muda yang kurang terlibat dalam hidup menggereja di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur, Paroki St. Maria Assumpta, Gamping, Yogyakarta. Kaum muda kurang terlibat dalam hidup menggereja karena mereka kurang menyadari pentingnya hidup menggereja dan mereka kurang mendapat pendampingan.

Kaum muda selalu berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menuju manusia yang lebih dewasa. Untuk menuju kematangan dalam diri, mereka sering menghadapi berbagai macam persoalan, entah itu datang dari dalam maupun dari luar dirinya. Hal ini membuat mereka merasa sulit dan bahkan tidak mampu untuk ke luar dari berbagai macam persoalan yang dialaminya. Meskipun demikian semua proses pertumbuhan yang nampak dalam diri kaum muda tentu saja merupakan proses pendewasaan diri yang harus dilalui oleh semua orang.

Dalam memperkembangkan iman untuk menuju kedewasaan iman, kaum muda tidak mampu berjalan dan bertindak sendiri tanpa adanya bantuan dan dorongan dari pihak-pihak lain. Sekarang ini banyak kaum muda yang mulai mengalami krisis iman dan kepercayaan akan Allah Sang Pencipta. Dengan keprihatinan tersebut, Gereja berusaha untuk merangkul kembali kaum muda agar mau terlibat dalam setiap kegiatan hidup menggereja, khususnya dalam Perayaan Ekaristi. Oleh karena itu kaum muda perlu dipersiapkan secara sungguh-sungguh agar mereka siap memikul tanggung jawab dalam meneruskan tugas perutusan Gereja.

Bagi setiap orang beriman Kristiani, Ekaristi merupakan pusat dan puncak seluruh kehidupan Kristiani, sebab dalam Perayaan Ekaristi terletak puncak karya Allah yang menguduskan dunia dan puncak karya manusia yang memuliakan Bapa melalui Kristus, Putra Allah dalam Roh Kudus. Dalam setiap Perayaan Ekaristi terjadi kembali kurban Salib Kristus, yakni sengsara dan wafat-Nya. Tepatlah penegasan Konsili Vatikan II bahwa kurban Ekaristi “adalah sumber dan puncak kehidupan Kristiani” (LG, art. 11). Ekaristi disebut juga sebagai Sakramen paling utama yang artinya bahwa Perayaan Ekaristi adalah misteri sengsara dan kebangkitan Yesus Kristus.

(9)

ix

ABSTRACT

The title of this final paper is THE INFLUENCE OF MASS CELEBRATION FOR THE YOUTH’S INVOLUEMENT IN THE CHURCH LIVING IN BRAYAT MINULYA, BALECATUR, SAINT MARIA ASSUMPTA PARISH, GAMPING, YOGYAKARTA. This title is chosen based on the writer’s concern due to the lack of youth’s involuement in the church living in Brayat Minulya, Balecatur, St. Maria Assumpta parish, Gamping, Yogyakarta. This problem occurs because they are not fully aware of how important is the church living and they do not get enough assistance.

The youth is in the growth and development process to become a mature person. To gain the personal’s maturity, they often face many obsta cles from the outside or inside them selves. This thing makes them difficult to salve all of their problems. However, all of the process is a part of self maturity that every body through.

In the process of faith’s development to be mature in faith, the youth can not stand and act by them selves without other’s interference. Now a day’s, many youth have faith and belief crisis toward God. Whit that corcen, the church living, especially in the mass celebration. That is why the youth needs to be prepared sp that they are ready to carry the responsibility in continue the church mission.

For the Christian, mass in the center and peak of all the Christian live, because in the mass celebration there is Gos’s work which bless the worldand man’s work which honor Father through Christ, the son of God in the Holy Spirit. In every mass celebration the Christ’s sacrifation which is his death and misery is being commemorate. It also been stated in the Vatican churchcouncil part II that “the mass sacrifice is the source and peak of Christian’s life” (LG, art 11). Mass is often said to be the most important sacrament which means that the mass celebration is the mysteri of misery and the awakeness of Jesus Christ.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya yang tercurah begitu besar kepada penulis. Dalam kasih dan pendampingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PERAYAAN EKARISTI BAGI KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA DI WILAYAH BRAYAT MINULYA, BALECATUR, PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA, GAMPING, YOGYAKARTA.

Skripsi ini berhasil disusun tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu, dengan segenap hati menulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Romo Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama

yang dengan penuh perhatian, kesabaran, dan kesetiaan, telah mengarahkan, mendampingi, membimbing, dan memberikan perhatian, serta sumbangan pemikiran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Y. Supriyati, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji II yang telah setia mendampingi penulis dari awal studi di kampus IPPAK sampai akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Bambang Hendarto, Y., M.Hum., selaku dosen penguji III yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mencermati isi dari skripsi ini.

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. GAMBARAN KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM PERAYAAN EKARISTI SEBAGAI PERWUJUDAN DALAM HIDUP MENGGEREJA DI WILAYAH BRAYAT MINULYA, BALECATUR, PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA, GAMPING, YOGYAKARTA ... 8

A. Gambaran Umum Situasi Paroki St. Maria Assumpta,Gamping ... 8

1. Letak dan Geografis Paroki Gamping ... 9

2. Jumlah dan Perkembangan Umat ... 9

3. Situasi Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan ... 12

4. Pendidikan Umat ... 13

(13)

xiii

B. Gambaran Umum Situasi Wilayah Brayat Minulya, Balecatur ... 13

1. Letak dan Geografis Wilayah Brayat Munulya, Balecatur ... 14

2. Jumlah dan Perkembangan Umat Wilayah Brayat Minulya, Balecatur ... 14

3. Situasi sosial Ekonomi Wilayah Brayat Minulya, Balecatur ... 14

4. Pendidikan Umat Wilayah Brayat Minulya, Balecatur ... 15

C. Situasi Pendidikan Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur ... 15

1. Jumlah dan Perkembangan Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur ... 15

2. Pendidikan Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur ... 16

3. Situasi Pendampingan Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur ... 16

D. Keterlibatan Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur dalam Hidup Menggereja ... 17

1. Macam-Macam Keterlibatan Kaum Muda dalam Lingkup Masyarakat ... 17

2. Macam-Macam Keterlibatan Kaum Muda dalam Lingkup Gereja ... 18

3. Macam-Macam Keterlibatan Kaum Muda dalam Lingkup Ekaristi ... 19

E. Penelitian tentang Pengaruh Perayaan Ekaristi bagi Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur Paroki St. Maria Assumpta, Gamping, Yogyakarta ... 21

1. Tujuan Penelitian ... 21

2. Metode Penelitian ... 21

3. Responden Penelitian ... 22

4. Instrumen Penelitian ... 22

5. Variabel Penelitian ... 23

6. Waktu Penelitian ... 23

7. Pembahasan Hasil Penelitian dan Keprihatinan-Keprihatinan Kaum muda di Paroki St. Maria Assumpta Gamping ... 23

(14)

xiv

BAB III. PERAYAAN EKARISTI KAUM MUDA DALAM HIDUP

MENGGEREJA ... 33

A. Ekaristi dalam Gereja ... 34

1. Perkembangan Ekaristi dalam Tradisi Gereja ... 35

a. Dasar Ekaristi dalam Ekaristi ... 35

b. Dasar Ekaristi dalam Gereja Perdana... 39

c. Dasar Ekaristi dalam Konsili Trente ... 40

d. Dasar Ekaristi dalam Konsili Vatikan II ... 41

2. Ekaristi Berdasarkan Dimensi Kristologis ... 41

a. Ekaristi sebagai Kurban ... 41

b. Ekaristi sebagai Perayaan Kenangan ... 42

c. Ekaristi sebagai Sakramen ... 44

d. Ekaristi sebagai Perjamuan ... 45

3. Ekaristi Berdasarkan Dimensi Eklesiologis ... 46

a. Ekaristi sebagai Perayaan Gereja ... 46

b. Ekaristi sebagai Pusat Liturgi ... 47

4. Ekaristi Berdasarkan Dimensi Eskatologis ... 48

B. Perkembangan Kaum Muda dalam Gereja ... 49

1. Pengertian Umum Kaum Muda ... 50

2. Aspek-Aspek Pertumbuhan Kum Muda ... 51

a. Pertumbuhan Fisik ... 52

b. Perkembangan Mental ... 52

c. Perkembangan Emosional ... 53

d. Perkembangan Sosial ... 54

e. Perkembangan Moral ... 55

f. Perkembangan Religius ... 56

g. Perkembangan Kognitif ... 57

3. Problematika dalam Perkembangan Kaum Muda ... 58

a. Problematika dalam Keluarga ... 59

b. Problematika dalam Masyarakat ... 60

(15)

xv

d. Problematika dalam Diri Kaum Muda Sendiri ... 62

C. Kaum Muda dalam Hidup Menggereja ... 64

D. Perwujudan Perayaan Ekaristi dan Kehidupan Kaum Muda ... 66

1. Ekaristi Sumber Kehidupan Umat Beriman ... 66

2. Ekaristi Sumber Spiritualitas Umat Beriman ... 68

3. Ekaristi Sumber Kehidupan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja ... 69

BAB IV USULAN PROGRAM KATEKESE BAGI KAUM MUDA DI WILAYAH BRAYAT MINULYA, BALECATUR, PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA, GAMPING, YOGYAKARTA MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA ... 70

A. Alasan Pemilihan Katekese Model SCP ... 71

B. Alasan pemilihan Tema dan Tujuan ... 72

C. Penjabaran Tema ... 75

D. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 78

E. Contoh Persiapan Katekese Bagi Kaum Muda Model SCP ... 79

BAB V PENUTUP ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DATAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN Lampiran 1 : Peta Wilayah Paroki Gamping ... (1)

Lampiran 2 : Statistik Paroki 2008 ... (2)

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara Tingkat Paroki ... (5)

Lampiran 4 : Hasil Wawancara Tingkat Paroki ... (6)

Lampiran 5 : Peta Desa Balecatur ... (9)

Lampiran 6 : Pedoman Wawancara Tingkat Wilayah ... (10)

(16)

xvi

Lampiran 8 : Daftar Nama Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya,

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja.

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, diterbitkan pada 7 Desember 1965.

DS : Denzinger-Schönmetzer, Kumpulan-Ringkasan Pengakuan Iman dan Dokumen Gereja, diterbitkan pada 6 April 1969.

DV : Dei Verbum, Konstitusi dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, diterbitkan pada 18 November 1965.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja dalam dunia Modern, diterbitkan pada 7 Desember 1965. KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh

Paus Yohanes Paulus II, pada 25 Januari 1983.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, diterbitkan pada 21 November 1964.

PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, diterbitkan pada 7 Desember 1965.

(18)

xviii C. Singkatan Lain

Art : Artikel Bdk : Bandingkan Dll : Dan lain-lain Hal : Halaman HP : Hand phone Kan : Kanon

KAS : Keuskupan Agung Semarang Komkat : Komisi Katekatik

KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia Mudika : Muda-mudi Katolik

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjadi orang Kristiani yang dewasa adalah proses penemuan diri dan

panggilan Tuhan yang harus ditempuh melalui pengalaman sepanjang hidup. Proses

pendewasaan diri sangat dipengaruhi oleh berbagai hal dan situasi. Oleh karena itu,

perkembangan iman bagi seluruh umat dan khususnya kaum muda menuntut

pengenalan secara lebih mendalam tentang situasi dan kondisi kaum muda.

Dewasa ini banyak dijumpai kaum muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur,

Paroki St. Maria Assumpta, Gamping yang kurang begitu aktif dalam berbagai

kegiatan baik, di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan Gereja. Meskipun

ada, itu hanya sedikit dan terbatas pada orang-orang tertentu. Dalam setiap Perayaan

Ekaristi kaum muda yang hadir jarang yang berani turut ambil bagian sebagai

petugas tata perayaan. Mereka lebih suka datang dan tanpa peduli dengan apa yang

akan terjadi, yang penting datang untuk Ekaristi dan menyambut komuni.

Berbagai alasan sering muncul mengapa kaum muda sekarang ini jarang sekali

yang berani turut ambil bagian dalam setiap kegiatan hidup menggereja.

Bermacam-macam alasan yang muncul antara lain: tidak ada waktu atau terlalu sibuk dengan

pekerjaan, kuliah maupun sekolah, tidak punya kenalan, romo galak, malu, banyak

tugas, merasa sudah tidak muda lagi, dan masih banyak alasan lain lagi.

Alasan-alasan itulah yang membuat kaum muda di Paroki St. Maria Assumpta Gamping,

khususnya kaum muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur kurang begitu nampak

(20)

Masalah lain yang sering dihadapi oleh kaum muda adalah masalah kemunduran

spritualitas atau bisa dikatakan krisis iman. Di tengah zaman yang begitu pesat

disertai dengan proses pencarian identitas diri, mereka mulai mempertanyakan

keberadaan dan fungsi agama, bahkan keberadaan Tuhan sendiri. Selain itu kaum

muda yang juga sedang mengalami perkembangan fisik dan psikis yang masih labil

membuat dinamika hidup mereka sulit untuk ditebak atau diduga.

Ekaristi merupakan puncak iman bagi umat Kristiani, maka Gereja selalu

menganjurkan kepada seluruh umat untuk sesering mungkin merayakan dan

menerima komuni sebagai tanda persatuan dengan Tuhan Yesus Kristus sendiri.

Konsili Vatikan II juga mengajarkan keikutsertaan kaum beriman dalam misteri

Ekaristi: ”Oleh karena itu Gereja dengan susah payah berusaha jangan sampai umat

beriman menghadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau penonton yang bisu,

melainkan melalui upacara dan doa-doa memahami misteri itu dengan baik, dan ikut

serta penuh khidmat dan secara aktif ” (SC, art. 48). Pada bulan Juni 2008

Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengadakan acara besar yaitu Kongeres

Ekaristi guna mendalami misteri Ekaristi Suci agar Roh Kudus selalu memperbarui

hidup umat Kristiani melaui Ekaristi Suci. Ekaristi sebagai perayaan pembaharuan

hidup oleh Roh mengajak umat Kristiani untuk mengupayakan pembaharuan hidup

yang terus menerus supaya iman Kristiani kita terus berkembang, sehingga kita

semakin terlibat dalam setiap kegiatan hidup menggeja.

Hidup menggereja sendiri memiliki pengertian, menampakkan iman dalam

hidup sehari-hari lewat usaha dan tindakan nyata kepada sesama di sekitar kita.

Dengan kata lain, setiap kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan iman Kristiani

(21)

Pada tahun 2009, Keuskupan Agung Semarang mencanangkan sebagai “Tahun

Kaum Muda”. Keuskupan Agung Semarang berarti memberi kesempatan dan

dukungan penuh bagi kaum muda untuk lebih aktif dalam setiap kegiatan menggereja

sebagai bentuk usaha untuk memperkembangkan imannya agar mereka berkembang

menjadi pribadi-pribadi yang penuh tanggungjawab. Untuk mendukung usaha dari

KAS tersebut maka Gereja dan orang tua memberi peluang dan dorongan yang

sebesar-besarnya untuk kaum muda untuk lebih terlibat dalam kegiatan menggereja

terutama untuk berani ambil bagian dalam tugas Perayan Ekaristi Suci.

Melihat banyaknya masalah yang dihadapi kaum muda Kristiani dalam

pendewasaan pribadi dan iman, maka Gereja sadar bahwa sudah saatnya dicari suatu

solusi pendampingan yang efektif bagi mereka agar nantinya mereka menjadi kaum

muda yang dewasa dalam berbagai segi. Gereja secara tegas mengungkapkan bahwa

kaum muda merupakan harapan dan tulang punggung Gereja dan masyarakat dalam

setiap aspek kehidupan. Secara khusus Gereja melihat bahwa maju mundurnya

Gereja di masa yang akan datang tidak terlepas dari kreativitas dan tanggung jawab

kaum muda Kristiani masa kini.

Charles M. Shelton (1988: 160) menegaskan bahwa ”salah satu ciri khas

kaum muda yang dewasa secara Kristiani adalah berkembang dan mendalam

hubungannya dengan Yesus Kristus”. Oleh karena itu, Gereja sangat mengharapkan

pendampingan bagi kaum muda yang lebih efektif mulai dari keluarga, masyarakat,

dan berbagai wadah kegiatan rohani. Menyadari berbagai macam persoalan yang mempengaruhi proses perkembangan diri kaum muda Kristiani menuju iman yang

dewasa dan sekaligus melihat keprihatinan yang dirasakan oleh Gereja, maka penulis

(22)

melalui Perayaan Ekaristi, khususnya kaum muda di Wilayah Brayat Minulya,

Balecatur. Untuk itu penulis memfokuskan tulisan ini dengan judul: PENGARUH

PERAYAAN EKARISTI BAGI KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA DI WILAYAH BRAYAT MINULYA, BALECATUR, PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA, GAMPING, YOGYAKARTA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan dibahas

dirumuskan sebagai berikut:

1. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi kaum muda berkaitan dengan

keterlibatan kaum muda dalam rangka hidup menggereja di Wilayah Brayat

Minulya Balecatur, Paroki St. Maria Assumpta, Gamping, Yogyakarta?

2. Apa yang dimaksud dengan hidup menggereja?

3. Upaya apa saja yang harus ditempuh untuk memberdayakan kaum muda dalam

rangka meningkatkan keterlibatan hidup menggereja?

C. Tujuan Penulisan

Skripsi ini ditulis sebagai upaya untuk meningkatkan semangat kaum muda

dalam hidup menggereja. Untuk itu tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Memaparkan permasalahan yang dihadapi kaum muda berkaitan dengan

keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di Wilayah Brayat Minulya,

(23)

2. Memberi pengetahuan bagi pembaca khususnya kaum muda mengenai hidup

menggereja, sehingga kaum muda mampu menghayatinya dan mau ikut terlibat

langsung dalam kegiatan hidup menggereja.

3. Memaparkan upaya yang harus ditempuh untuk memberdayakan kaum muda

dalam meningkatkan keterlibatan hidup menggereja.

4. Memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk kelulusan sarjana Strata satu

(S1) pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama

Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

1. Mendorong penulis untuk memberdayakan kaum muda di Wilayah Brayat

Minulya, Balecatur, Paroki St. Maria Assumpta, Gamping dalam rangka

meningkatkan keterlibatan kuam muda dalam hidup menggereja.

2. Mendorong kaum muda agar semakin termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan

hidup menggereja.

E. Metode Penulisan

Dalam karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis. Metode

deskriptif-analisis ini digunakan pada saat mencari data di Paroki dan di Wilayah

Brayat Minulya, Balecatur. Berdasarkan data yang diperoleh, penulis berusaha

mendeskripsikan memaparkan dan menguraikan keterlibatan kaum muda dalam

rangka hidup menggereja serta mengkaji dan menganalisisnya berdasarkan data-data

(24)

F. Sistematika Penulisan

Judul yang dipilih oleh penulis adalah PENGARUH PERAYAAN

EKARISTI BAGI KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP

MENGGEREJA DI WILAYAH BRAYAT MINULYA, BALECATUR, PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA, GAMPING, YOGYAKARTA. Skripsi ini akan dibahas dalam lima bab yaitu, sebagai berikut.

Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan yang merangkum

keseluruhan penulisan skripsi.

Bab II memaparkan gambaran umum situasi Paroki St. Maria Assumpta, situasi

Wilayah Brayat Minulya, Balecatur, serta situasi kaum muda di Wilayah Brayat

Minulya, Balecatur. Dalam bab ini, penulis akan membahas penelitian tentang

pengaruh Perayaan Ekaristi bagi keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja

yang meliputi: persiapan penelitian, laporan hasil penelitian, dan pembahasan hasil

penelitian.

Bab III membahas seputar teori yang mengupas tentang Ekaristi dalam Gereja,

yang meliputi perkembangan Ekaristi dalam Tradisi Gereja, Ekaristi berdasarkan

dimensi Kristologis, Ekaristi berdasarkan dimensi Eklesiologis, serta Ekaristi

berdasarkan dimensi Eskatologis. Dalam bab ini pula, akan dibahas teori seputar

perkembangan kaum muda dalam Gereja serta peranan Ekaristi bagi kaum muda

dalam keterlibatan hidup menggereja.

Bab IV memaparkan usulan program bagi kaum muda di Wilayah Brayat

Minulya, Balecatur, Paroki St. Maria Assumpta, melalui katekese model Shared

(25)

muda yang meliputi alasan pemilihan katekese model SCP, alasan pemilihan tema

dan tujuan, penjabaran tema, petunjuk pelaksanaan program, contoh persiapan

program katekese bagi kaum muda model Shared Christian Praxis.

Bab V adalah penutup yang berisikan saran dan kesimpulan dari penulis. Pada

bagian akhir ini, penulis akan mengemukakan kesimpulan dan beberapa saran yang

berkaitan dengan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di Wilayah

(26)

BAB II

GAMBARAN KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM PERAYAAN

EKARISTI SEBAGAI PERWUJUDAN DALAM HIDUP MENGGEREJA

DI WILAYAH BRAYAT MINULYA, BALECATUR,

PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA, GAMPING, YOGYAKARTA

Keterlibatan dan keikutsertaan seluruh umat dalam setiap kegiatan menggereja

khususnya dalam Perayaan Ekaristi sangatlah diharapkan demi perkembangan

Gereja. Tanpa adanya kesadaran untuk terus mengimani dan untuk terus

menghidupkan Gereja dari seluruh umat, khususnya kaum muda Gereja tidak akan

dapat berkembang. Situasi dalam Perayaan Ekaristi yang dapat membangkitkan

semangat untuk mengimani Yesus Kristus juga sangat diperlukan. Diharapkan

seluruh umat, khususnya kaum muda, saling mendukung dalam menciptakan suasana

Perayaan Ekaristi yang menarik namun tetap hikmat dan sakral agar semangat

keterlibatan umat dapat tumbuh dan mengakar dalam kehidupan sehari-hari.

A. Gambaran Umum Situasi Paroki St. Maria Assumpta, Gamping

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Paroki, Dewan Paroki, Ketua

Wilayah Brayat Minulya, Sekretaris Wilayah Brayat Minulya, Ketua Lingkungan

dan beberapa kaum muda, pada bagian ini akan digambarkan letak geografis Paroki

Gamping, jumlah dan perkembangan umat, situasi sosial ekonomi dan

kemasyarakatan, pendidikan umat, dan situasi kaum muda di Paroki St. Maria

(27)

1. Letak Georafis Paroki Gamping

Paroki Gamping berlindung pada St. Maria Assumpta atau St. Maria Diangkat

ke Surga, dengan hari raya peringatan setiap tanggal 15 Agustus. Gereja St. Maria

Assumpta, Gamping terletak di Dusun Gamping Tengah, Desa Ambarketawang,

Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pusat

Paroki terletak kurang lebih 5 km sebelah Barat pusat kota Yogyakarta.

Wilayah Gamping berada di daerah dataran rendah, berupa daerah pemukiman

penduduk, lahan pertanian, dan sebagian perbukitan kapur. Oleh karena itu terdapat

usaha pertambang kecil batu kapur di wilayah Gamping. Batas teritorial gereja

Paroki St. Maria Assumpta, Gamping: sebelah Utara berbatasan dengan Paroki St.

Aloysius Gonzaga, Mlati sebelah Timur berbatasan dengan Paroki Hati St.

Perawan Maria Tak Bercela, Kumetiran sebelah Selatan berbatasan dengan Paroki

Hati Kudus Tuhan Yesus, Pugeran dan sebelah Barat berbatasan dengan Paroki St.

Theresia, Sedayu dan Paroki St. Petrus dan Paulus, Klepu. Wilayah Paroki Gamping

sebelah Utara berbatasan dengan jalan Godean, sebelah Timur berbatasan dengan

sungai Bedog, sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Wates, dan sebelah Barat

berbatasan dengan sungai Konteng [Lampiran 1: (1)].

2. Jumlah dan Perkembangan Umat

Paroki Gamping terdiri dari 7 (tujuh) Wilayah yang terbagi dalam 26 Lingkungan. Perkembanagn jumlah umat selama 3 (tiga) tahun (2006-2008) di Paroki Gamping mengalami penambahan yakni dari tahun 2006-2007 sebanyak 165

(28)

tercatat sebanyak 5.040 jiwa dan pada ahkir tahun 2008 jumlah umat mengalami meningkatan sebanyak 83 jiwa atau sebanyak 1,65%. Jumlah umat terdiri dari

laki-laki sebanyak 2387 jiwa atau 46,59% dan perempuan sebanyak 2736 jiwa atau 53,41%. Jumlah umat tersebut tersebar di 7 Wilayah dan 26 Lingkungan dengan rincian sebagai berikut [Lampiran 2: (2)-(4)]:

a. Jumlah umat di Wilayah St. Petrus, Gamping

Umat di Wilayah St. Petrus, Gamping berjumlah 601 jiwa yang terbagi dalam: • Lingkungan St. Yohanes, Gamping I: 238 jiwa

• Lingkungan St. Agustinus, Gamping II: 195 jiwa

• Lingkungan St. Yusuf, Gamping III: 168 jiwa

b. Jumlah umat di Wilayah St. Paulus, Banyuraden

Umat di Wilayah St. Paulus, Banyuraden berjumlah 468 jiwa yang terbagi

dalam:

• Lingkungan St. Maria Fatima, Demakijo: 200 jiwa

• Lingkungan St. Ignasius, Kaliabu: 134 jiwa

• Lingkungan St. Caecilia, Onggobayan: 131 jiwa

c. Jumlah umat di Wilayah St. Mikael, Mejing

Umat di Wilayah St. Mikael, Mejing berjumlah 693 jiwa yang terbagi dalam: • Lingkungan St. Antonius,Mejing I: 250 jiwa

• Lingkungan St. Stefanus, Mejing II: 234 jiwa

(29)

d. Jumlah umat di Wilayah St. Yosef, Sidoarum

Umat di Wilayah St. Yosef, Sidoarum berjumlah 342 jiwa yang terbagi dalam: • Lingkungan St. Paulus, Sidoarum: 127 jiwa

• Lingkungan St. Thomas Aquinas, Sidoarum: 110 jiwa

• Lingkungan St. Yustinus Martir, Sidoarum: 105 jiwa

e. Jumlah umat di Wilayah St. Aloysius Gonzaga, Gesikan

Umat di Wilayah St. Aloysius Gonzaga, Gesikan berjumlah 660 jiwa yang

terbagi dalam:

• Lingkungan St. Anna, Gesikan I: 143 jiwa

• Lingkungan St.Brigitta, Gesikan II: 306 jiwa

• Lingkungan St. Veronica, Gesikan III: 211 jiwa

f. Jumlah umat di Wilayah St. Maria, Gancahan

Umat di Wilayah St. Maria, Gancahan berjumlah 1037 jiwa yang terbagi

dalam:

• Lingkungan St. Agustinus, Gancahan I: 205 jiwa

• Lingkungan St. Petrus, Gancahan II: 338 jiwa

• Lingkungan St. Maria, Gancahan III: 336 jiwa

• Lingkungan St. Yohanes Babtista, Sidokarto: 158 jiwa

g. Jumlah umat di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur

Umat di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur berjumlah 1239 jiwa yang terbagi

(30)

• Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Sumber Gamol: 143 jiwa

• Lingkungan St. Yusuf, Gejawan Pasekan: 154 jiwa

• Lingkungan St. Teoderikus, Jatimas: 153 jiwa

• Lingkungan St. Antonius,Jatisawit: 224 jiwa

• Lingkungan St. Margareta, Gejawan Puri: 102 jiwa

• Lingkungan St. Gregorius, Nyamplung I: 238 jiwa

• Lingkungan St. Ludovikus, Nyamplung II: 225 jiwa

3. Situasi Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan

Wilayah Paroki Gamping berada di daerah dataran rendah, sebagian besar

terdiri dari area persawahan, ladang, dan pemukiman penduduk. Tahun 2008 jumlah

umat yang bekerja sebagai PNS sebanyak 376 orang (7,34%), yang bekerja sebagai

karyawan swasta sebanyak 2251 (43,94%), sebanyak 1396 orang (48,72%) bekerja

sebagai petani, pedagang, tukang parkir dan sebagainya [Lampiran 4: (6)-(8)].

Umat Paroki Gamping memiliki semangat kekeluargaan dan tradisi gotong

royong yang sangat kuat. Hal ini dapat dilihat pada saat acara pernikahan atau ketika

ada orang yang meninggal dunia. Umat Katolik di Paroki Gamping dengan suka rela

datang untuk membantu tanpa membeda-bedakan agama dan tanpa mengharapkan

imbalan atau upah. Selain itu, banyak juga umat Katolik yang dipercaya untuk

menjadi pengurus di wilayah lingkungan masyarakat, seperti menjadi ketua RT/RW,

sekretaris dusun, ketua dusun, dan pendamping karangtaruna. Hal ini menunjukkan

bahwa diantara umat yang beragama Katolik dan non Katolik dapat saling

bekerjasama, sehingga umat Katolik di Paroki Gamping dapat hidup berdampingan,

(31)

4. Pendidikan Umat

Umat Paroki Gamping sangat memperhatikan pendidikan. Hal ini dapat dilihat

pada tingkat pendidikan yang ada. Tahun 2008 jumlah umat yang menempuh pendidikan tingkat SD sebanyak 291 (5,68%), yang berada pada tingkat SMP sebanyak 152 (2,97%), yang berada pada tingkat SMA/SMK sebanyak 249 (4,86%),

dan yang berada pada jenjang Perguruan Tinggi sebanyak 201 orang (3,92%). Dari tahun sebelumnya (tahun 2007) jumlah umat yang sedang menempuh pendidikan dari tingkat SD sampai PT mengalami peningkatan sebanyak 1,36% [Lampiran 4:

(8)].

5. Pendidikan Kaum Muda di Paroki Gamping

Jumlah kaum muda di Paroki Gamping pada tahun 2008 kurang lebih sebanyak 531 orang atau 10,36% dari keseluruhan umat, yang tersebar di 7 (tujuh) Wilayah dan 26 Lingkungan. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan Ketua

Mudika, pengurus Mudika, dan beberapa Mudika, sebagian kaum muda di Paroki St. Maria Assumpta, Gamping berstatus sebagai pelajar SMA/SMK 4,86%, mahasiswa 3,92%, dan 1,05% sebagai pekerja, baik sebagai karyawan swasta maupun sebagai

pegawai pemerintahan atau PNS [Lampiran 4: (8)].

B.Gambaran Umum Situasi Wilayah Brayat Minulya, Balecatur

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan ketua wilayah, sekretaris wilayah, ketua lingkungan dan beberapa pengurus lingkungan, akan dipaparkan data yang dapat menggambarkan keadaan Wilayah Brayat Minulya. Pada

(32)

1. Letak Geografis Wilayah Brayat Minulya, Balecatur

Wilayah Brayat Minulya adalah bagian dari Paroki Maria Assumpta yang

terletak di kelurahan Balecatur, kecamatan Gamping. Wilayah Brayat Minulya

sebagian kecil berada di daerah pegunungan dan sebagian lagi berada di daerah

dataran rendah [Lampiran 5: (9)].

Batas-batas Wilayah Brayat Minulya mengacu pada batas-batas kelurahan

Balecatur, adalah sebagai berikut [Lampiran 7: (11)] : • Utara : dusun Prenggan, kelurahan Sidokarto

• Timur : dusun Depok, kelurahan Ambarketawang

• Selatan : dusun Slarong, kelurahan Bangunjiwo

• Barat : dusun Berot, kelurahan Argomulyo

2. Jumlah dan Perkembangan Umat Wilayah Brayat Minulya, Balecatur

Umat Wilayah Brayat Minulya Belecatur pada tahun 2008 berjumlah 1239 jiwa,

terdiri dari laki-laki sebanyak 518 jiwa (41,81%), sebanyak 721 jiwa (58,19%) terdiri

dari perempuan. Jumlah umat Wilayah Brayat Minulya mengalami peningkatan

sekitar 15-21 jiwa/tahun [Lampiran 7: (12)].

3. Situasi Sosial Ekonomi Wilayah Brayat Minulya, Balecatur

Pada dasarnya umat di daerah pedesaan seperti di Wilayah Brayat Minulya

selalu memiliki sifat sosial yang tinggi. Hal ini dapat dilihat pada saat ada orang yang

meninggal atau pada saat ada keluarga yang punya hajat atau keperluan. Orang-orang

(33)

dalam hal perkumpulan doa di Lingkungan orang tua lebih aktif dan lebih banyak,

sedangkan kaum muda yang mau aktif masih sangat terbatas. Doa bersama di

Lingkungan, diatur dan disepakati bersama oleh warga lingkungan masing-masing

oleh karena itu, jadwal doa bersama pada setiap Lingkungan berbeda-beda.

Berdasarkan letak geografis yang berada di daerah dataran rendah dan sebagian

berada di daerah pegunungan, umat Wilayah Brayat Minulya yang bekerja sebagai

petani sawah dan petani kebun sebanyak 388 jiwa, sebanyak 89 jiwa bekerja sebagai

pegawai negeri/PNS, sebanyak 340 jiwa bekerja sebagai karyawan swasta, dan

sebanyak 157 jiwa bekerja di bidang lainnya, seperti tukang parkir, pembantu rumah

tangga, dan sebagainya [Lampiran 7: (12)].

4.Pendidikan Umat Wilayah Brayat Minulya, Balecatur

Tahun 2008 umat di Wilayah Brayat Minulya yang sedang menempuh

pendidikan pada tingkat SD sebanyak 116 jiwa (9,36%), tingkat SMP sebanyak 181

jiwa (14,61%), tingkat SMA/SMK sebanyak 237 jiwa (19,13%), dan pada tingkat

Perguruan Tinggi sebanyak 103 jiwa (8,31%) [Lampiran 7: (12)].

C. Situasi Pendidikan Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur 1. Jumlah dan Perkembangan Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya,

Balecatur

Di Wilayah Brayat Minulya pada tahun 2008 tercatat sebanyak 102 kaum

muda yang tersebar di 7 (tujuh) Lingkungan. Dari tahun 2006-2008 kaum muda di

Wilayah Brayat Minulya mengalami penurunan yakni pada tahun 2006-2007

(34)

banyak kaum muda yang setelah selesai sekolah atau kuliah lalu merantau ke luar

kota untuk mencarai pekerjaan [Lampiran 7: (13) – (14)].

2. Pendidikan Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur

Pendidikan kaum muda di Wilayah Brayat Minulya pada tahun 2008 yang

menempuh pendidikan tingkat SMP sebanyak 6 jiwa, tingkat SMK/SMK sebanyak

42 jiwa, tingkat Perguruan Tinggi 40 jiwa dan yang sudah bekerja sebanyak 14 jiwa.

Pendidikan kaum muda ini juga mempengaruhi pada tinggat kreatifitas. Di mana

banyak kaum muda yang berani menjadi pendamping PIA atau sekolah minggu bagi

adik-adiknya [Lampiran 7: (14)]. Kaum muda di Wilayah Brayat Minulya juga

sering mendapat kepercayaan untuk terlibat menjadi panitia baik dalam kegiatan

masyarakat maupun dalam kegiatan Gereja, seperti: pentas kesenian, acara

kemerdekaan RI, pesta Paskah, dan pesta Natal.

3. Situasi Pendampingan Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur

Pendampingan kaum muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur belum

diadakan secara jelas, teratur dan berkesinambungan. Pendampingan diadakan jika

kaum muda dipercaya menjadi panitia dalam kegiatan gerejani, seperti menjadi

panitia pesta Natal atau Paskah di Wilayah maupun di Lingkungan , namun setelah

acaranya selesai pendampingan juga berakhir. Pendampingan yang ada hanya seperti

doa lingkungan itupun kurang diminati kaum muda karena selalu menggunakan

bahasa Jawa sehingga kaum muda sulit untuk memahaminya dan selain itu sifatnya

(35)

Wilayah maupun Paroki agar diadakan pendampingan secara teratur dan menarik

[Lampiran 7: (14)].

D. Keterlibatan Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur dalam

Hidup Menggereja

Dalam melaksanakan hidup menggereja kaum muda diharapkan agar mau dan

selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada. Keikutsertaan mereka tidak hanya

sekedar ”ada”, akan tetapi kaum muda diharapkan mampu memberikan

sumbangannya baik berupa tenaga maupun pikiran. Hal ini bertujuan agar kaum

muda dapat berlatih untuk berorganisasi, bekerjasama, bersosialisasi serta berlatih

untuk menjadi pemimpin yang bijaksana demi kemajuan Gereja dan masyarakat.

Bentuk-bentuk keterlibatan kaum muda baik dalam lingkup masyarakat, Gereja,

maupun bentuk keterlibatan kaum muda dalam Perayaan Ekaristi.

1. Macam-macam Keterlibatan Kaum Muda dalam Lingkup Masyarakat

Kaum muda di Wilayah Brayat Minulya selama ini banyak yang sudah terlibat

dalam setiap kegiatan yang ada, baik di lingkup Lingkungan maupun di lingkup

masyarakat luas. Keterlibatan dan keikutsertaan kaum muda dalam berbagai

kegiatan, merupakan usaha kaum muda untuk semakin memahami akan arti

kebersamaan antar sesama manusia. Keterlibatan kaum muda dalam lingkup

masyarakat dapat dilihat pada saat mempersiapkan pesta Kemerdekaan RI serta

(36)

a. Persiapan Pesta Kemerdekaan Republik Indonesia

Kemerdekaan bangsa Indonesia diperingati setiap tanggal 17 Agustus dan

diperingati setiap tahun oleh seluruh warga Indonesia tanpa terkecuali. Oleh karena

itu setiap memperingati kemerdekaan RI kaum muda selalu diikutsertakan mulai

persiapan sampai pelaksanaannya. Sebanyak 4-6 orang anggota Mudika selalu

terlibat dalam kepanitiaan hari ulang tahun RI Dalam persiapan pesta kemerdekaan

RI kaum muda biasanya sering mendapat bagian menjadi panitia lomba baik lomba

bagi anak-anak, kaum muda sendiri, maupun lomba bagi orang tua. Kepercayaan

yang diberikan oleh para orang tua biasanya mereka laksanakan dengan penuh

tanggungjawab. Hal ini terbukti setiap perlombaan selalu berjalan dengan meriah

[Lampiran 7: (15)].

b. Gotong-royong

Gotong-royong merupakan kegiatan bersama yang sering melibatkan banyak

orang dan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam kegiatan gotong-royong tidak sedikit

kaum muda yang ikut terlibat, sekitar 5-10 orang terlibat dalam kegiatan gotong

royong setiap minggunya di setiap lingkungan masing-masing. Mereka dengan suka

rela ikut terlibat langsung dalam kegiatan tersebut, baik gotong-royong

membersihkan selokan, meratakan dan mengecor jalan, maupun kerja bakti bila ada

warga yang akan memperbaiki rumahnya [Lampiran 7: (15)].

2. Macam-macam Keterlibatan Kaum Muda dalam Lingkup Gereja

Mengacu pada tahun 2009 sebagai tahun kaum muda, maka Gereja selalu

(37)

terlibat dalam setiap kegiatan menggereja terutama dalam berorganisasi. Di tingkat

Paroki bidang liturgi, bidang kewirausahaan, bidang pewartaan dipercayakan pada

Mudika, dan masing-masing bidang dijabat oleh 2 orang. Di Wilayah sebanyak 4

orang kaum muda menjadi pengurus dalam bidang pewartaan dan liturgi. Di

Lingkungan sebanyak 6 orang kaum muda menjadi pengurus dibidang pewartaan,

liturgi dan sosial [Lampiran 7: (14)].

Kaum muda di Wilayah Brayat Minulya, pada bulan April 2009 mendapat

kesempatan untuk menjadi panitia dalam pesta Paskah di Wilayah, sebanyak 30

Mudika terlibat menjadi panitia dalam pesta Paskah tersebut.

Pada malam Natal 2009 kaum muda di Wilayah Brayat Minulya mendapat

kesempatan untuk bertugas sebagai kelompok paduan suara dan pemain gamelan.

Kaum muda yang terlibat dalam tugas tersebut sebayak 25 orang, sedangkan

gamelan dimainkan oleh para orang tua. Temu Mudika Paroki diadakan setiap hari

selasa malam. Kaum muda yang hadir dalam pertemuan sekitar 30 orang.

Anjangsana tingkat Paroki di adakan sebulan sekali dan diadakan secara bergilir di

tiap-tiap Wilayah [Lampiran 7: (14)].

3. Macam-macam Keterlibatan Kaum Muda dalam Lingkup Ekaristi

Bentuk keterlibatan hidup menggereja kaum muda di Paroki Maria Assumpta,

Gamping nampak dalam perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi di Paroki Maria

Assumpta diadakan setiap Sabtu dan Minggu sebanyak 4 (empat) kali, umat yang

hadir sebanyak 2400 orang sampai 2550 orang. Perayaan Ekaristi di Wilayah

(38)

diadakan di Balai desa atau kelurahan, jumlah umat yang hadir sebanyak 250-300

orang. Misa di Lingkungan diadakan 2 (dua) bulan sekali, umat yang hadir sebanyak

50-30 orang. Dalam setiap Perayaan Ekaristi kaum muda ambil bagian dalam tugas

koor/paduan suara dan lektor [Lampiran 7: (13) – (14)].

a. Koor/paduan suara

Koor/paduan suara adalah bagian dari Ekaristi yang dapat mendukung kemeriahan

Perayaan Ekaristi. Tanpa koor/paduan suara maka suasana tidak akan menarik dan

hal ini disadari betul oleh seluruh umat terutama kaum muda. Oleh karena itu banyak

kaum muda yang mau terlibat dalam tugas koor/paduan suara di gereja. Penjadwalan

petugas koor/paduan suara dilakukan oleh tim liturgi, penjadwalan diatur setiap 3

(tiga) bulan sekali, sebayak 10-15 orang Mudika dari setiap Lingkungan, selalu

terlibat dalam tugas koor/paduan suara. Anggota koor/paduan suara yang tercatat di

Paroki Maria Assumpta sebanyak 60 orang [Lampiran 7: (14)].

b. Lektor

Dalam Perayaan Ekaristi, liturgi Sabda dan liturgi Ekaristi merupakan satu

kesatuan yang utuh. Untuk mendukung kelancaran Perayaan Ekaristi liturgi Sabda

dibantu oleh petugas lektor. Liturgi sabda adalah untuk menyingkapkan misteri

penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan rohani melalui sabda yang

diwartakan. Di Paroki St. Maria Assumpta Gamping, anggota paguyuban lektor saat

(39)

E.Penelitian tentang Perayaan Ekaristi bagi Keterlibatan Kaum Muda dalam

Hidup Menggereja di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur Paroki St. Maria

Assumpta, Gamping, Yogyakarta

Bagian ini akan menguraikan persiapan penelitian yang membahas mengenai

tujuan penelitian, metode penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian,

variabel penelitian, waktu penelitian, pembahasan hasil penelitian dan

keprihatinan-keprihatinan kaum muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur, serta rangkuman

hasil penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

• Memotivasi kaum muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur agar semakin

terhadap Perayaan Ekaristi.

• Meningkatkan semangat keterlibatan kaum muda dalam rangka hidup

menggereja.

• Mengetahui bentuk-bentuk keterlibatan kaum muda dalam rangka hidup

menggereja.

2. Metode Penelitian

Untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data yang lengkap dan

objektif, dalam penelitian ini menggunakan metode survey dan wawancara. Selain

itu, penulis juga menggunakan alat kuesioner dengan mengajukan 20 pertanyaan. Hasil dari jawaban kuesioner tersebut, dianalisis agar menemukan data yang

(40)

3. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah kaum muda yang berdomisili di 7

(tujuh) Lingkungan yang berada di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur, Paroki St.

Maria Assumpta, Gamping. Dari 102 populasi kaum muda yang berada di Wilayah

Brayat Minulya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik

quata samping, yakni dengan cara jumlah subyek/sampel yang akan diselidiki

ditetapkan terlebih dahulu. Selanjutnya penyelidikan segera dilaksanakan jika

quantum itu telah dipastikan. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini

adalah sebanyak 70 responden, karena mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan

materi dari pihak penulis. (Sutrisno Hadi, 2004: 186-187).

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner semi

terbuka (open closed), yakni meminta responden untuk memilih salah satu alternatif

yang telah disediakan. Sedangkan untuk responden yang tidak setuju dengan jawaban

alternatif jawaban yang telah disediakan, maka responden diperkenankan untuk

mengisi jawaban sesuai dengan keadaan dan situasi pada lembar jawaban yang telah

disediakan. Keuntungan dari menggunakan kuesioner ini adalah tidak memerlukan

hadirnya peneliti, dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden dan

dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut

(41)

5. Variabel Penelitian

Adapun variabel yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

No Variabel No Item Jumlah

1. Identitas responden 1,2,3,4 4

2. Pemahaman kaum muda terhadap Perayaan

Ekaristi

5,6,7,8 4

3. Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja 9,10,11,12,13,14 6

4. Hubungan Ekaristi dalam hidup menggereja kaum

muda

15,16,17,18,19,20 6

Jumlah 20

6. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 5 September sampai 11 November 2009 di 7

(tujuh) Lingkungan, di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur. Dalam pelaksanaan

pengisian kuesioner, responden diberi kesempatan untuk mengisi kurang lebih 1

(satu) minggu. Namun pada kenyataannya, dalam pengumpulan kuesioner tidak

dapat bersamaan, hal ini dikarenakan adanya berbagai kendala yang dihadapi oleh

para responden, yakni keterbatasan waktu dan faktor komunikasi dalam proses

pengumpulan data tersebut. Namun pada akhirnya dapat diatasi dan dapat berjalan

dengan baik.

7. Pembahasan Hasil Penelitian dan Keprihatinan-keprihatinan Kaum Muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur

Data hasil penelitaian dengan menggunakan alat kuesioner akan dipaparkan

(42)

yang kembali kepada penulis. Data-data yang diperoleh meliputi: identitas

responden, pemahaman kaum muda terhadap Perayaan Ekaristi, keterlibatan kaum

muda dalam hidup menggereja, dan hubungan Ekaristi dalam hidup menggereja

kaum muda.

a. Identitas responden

Tabel 1:Identitas Responden

(N= 59)

No. Aspek yang ingin diungkap Frekuensi Prosentase (%)

1 2 3 4

1. Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan 22 37 37,29% 62,71% 2. Usia saat ini:

a. 16- 17 tahun b. 18-19 tahun c. 20-21 tahun d. > 22 tahun

6 17 24 12 10,17% 28,81% 40,68% 20,34% 3. Status pendidikan saat ini:

a. SMA/SMK

b. Mahasiswa c. Bekerja

d. Sedang mencari pekerjaan e. Lain-lain 11 26 7 13 2 18,63% 44,08% 11,86% 22,04% 3,39%

4. Lingkungan asal:

a. St. FX. Sumber Gamol b.St. Yusuf Gejawan-Pasekan c. St. Teoderikus Jatimas d. St. Antonius Jatisawit e. St. Margareta Gejawan Puri f. St. Gregorius Nyamplung I g. St. Ludovikus Nyamplung II

9 9 8 8 8 9 8 15,25% 15,25% 13,56% 13,56% 13,56% 15,25% 13,57% Pembahasan:

Tabel 1 di atas menunjukkan identitas kaum muda di Wilayah Brayat

(43)

terlibat aktif dalam kegiatan Mudika adalah perempuan yakni sebanyak 37 orang

(62,71%). Dari segi usia dan latar belakan pendidikan sangatlah berfariasi,

kebanyakan kaum muda yang terkibat berusia 20-21 tahun, yakni sebanyak 24 orang

(40,68%), sedangkan yang paling sedikit adalah usia 16-17 tahun yakni hanya 6

orang (10,17%). Dari status pendidikan mereka saat ini, yang paling banyak adalah

tingkat mahasiswa yakni sebanyak 26 orang (44,07%).

b. Pemahaman kaum muda terhadap Perayaan Ekaristi

Tabel 2: Pemahaman kaum muda terhadap Perayaan Ekaristi

(N= 59)

No. Aspek yang ingin diungkap Frekuensi Prosentase (%)

1 2 3 4

5. Pemahaman tentang Perayaan Ekaristi:

a. Peringatan akan kebersamaan dengan Yesus 12 20,35%

Kristus

b. Ungkapan rasa syukur akan seluruh cinta kasih dari Allah

c. Puncak perayaan karya Allah menguduskan dunia, dan puncak karya manusia memuliakan Bapa

d. Sakramen paling utama dalam rupa roti dan

anggur e. Lain-lain 15 18 9 5 25, 42% 30,51% 15,25% 8,47% 6. Angka kehadiran dalam Perayaan Ekaristi dalam satu

bulan: a. 2 kali b. 3 kali c. 4 kali d. > 4 kali e. Lain-lain 7 9 15 24 4 11,86% 15,25% 25,42% 40,68% 6,79% 7. Hal yang dianggap menarik dalam Perayaan Ekaristi:

a. Koor

b. Homili/kotbah c. Bacaan Kitab Suci

(44)

1 2 3 4 8. Tujuan dalam mengikuti Perayaan Ekaristi

a. Supaya banyak kenalan

b. Ingin membangun rasa kebersamaan dalam Gereja dalam menanggapi karya Allah

c. Untuk memperkembangkan iman Kristiani agar

menjadi manusia yang beriman dewasa d. Memenuhi kewajiban sebagai umat Kristiani e. Lain-lain

21 14

10

12 2

35,59% 23,73%

16,95%

20,34% 3,39%

Pembahasan:

Dari data tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa pemahaman kaum muda akan

makna Ekaristi dapat dikatakan cukup mendalam di mana yang menjawab Puncak

perayaan karya Allah menguduskan dunia, dan puncak karya manusia memuliakan

Bapa dipilih sebanyak 18 orang (30,51%). Pada tingkat kehadiran dalam Perayaan

Ekaristi selama satu bulan, kaum muda di Brayat Minulya, Balecatur dapat dikatakan

masih kurang aktif ke gereja, di mana yang menjawab ke gereja > 4 kali hanya

sebanyak 24 orang (40,68%). Hal ini mungkin dikarenakan ada kesibukan atau

karena mereka masih kurang ada kesadaran untuk menghadiri Perayaan Ekaristi di

gereja.

Rangkaian Perayaan Ekaristi yang menarik pastilah akan menarik minat kaum

muda untuk selalu hadir dalam Perayaan Ekaristi. Namun ternyata sebanyak 18

orang (30,51%) memilih koor atau paduan suara. Mereka beralasan bila koornya

bagus dan menarik, maka mereka akan bersemangat untuk mengikuti Perayaan

Ekaristi itu. Sedangkan seluruh dari rangkaian perayaan perayaan itu merupakan hal

yang menarik hanya dijawab oleh 16 orang (27,12%). Sebanyak 13 orang (22,04%),

menjawab dengan jawabannya sendiri. Menurut mereka hal yang menarik dalam

(45)

Tujuan kaum muda dalam mengikuti Perayaan Ekaristi dapat dikatakan masih

dangkal, di mana kaum muda yang mengikuti Perayaan Ekaristi dengan tujuan ingin

membangun rasa kebersamaan dalam Gereja dalam menanggapi karya Allah hanya

dipilih sebanyak 14 orang (23,73%). Sedangkan tujuan untuk mendapatkan banyak

kenalan malah lebih banyak dipilih yakni sebanyak 21 orang (35,59%).

c. Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja

Tabel 3: Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja (N= 59)

No Aspek yang ingin diungkap Frekuensi Prosentase (%)

1 2 3 4

9. Pengertiaan hidup menggereja:

a. Panggilan bagi umat beriman dalam

mewujudkan tanggung jawab dalam Gereja b. Semua kegiatan rohani seperti: doa bersama

di Lingkungan, pendalaman iman dan Kitab Suci, rekoleksi yang diadakan oleh gereja c. Keterlibatan dalam Perayaan Liturgi

d. Keterlibatan dalam semua bidang, baik dalam lingkup Gereja maupun dalam lingkup masyarakat luas e. Lain-lain 12 18 9 14 6 20,34% 30,51% 15,25% 23,73% 10,17%

10. Peranan kaum muda:

a. Sebagai penerus pewarta Kabar Gembira

b. Sebagai penggerak proses pertumbuhan dan

perkembangan Gereja itu sendiri c. Sebagai pendukung dan pelaksana d. Sebagai pilar dan jantung Gereja e. Lain-lain 14 18 16 7 4 23,73% 30,51% 27,12% 11,86% 6,78% 11. Alasan keterlibatan kaum muda dalam kegitan

Gereja maupun dalam masyarakat: a. Karena diajak teman

b. Karena disuruh orang tua c. Pengen tambah teman

d. Pengen cari pengalaman dan tambah

(46)

1 2 3 4 12. Pendapat kaum muda terhadap keterlibatan:

a. Tidak tahu, karena saya sendiri kurang terlibat

b. Masih terlalu sedikit kaum muda yang mau

terlibat

c. Tidak pasti tergantung jenis kegiatan dan acaranya

d. Cukup lumayan karena banyak kaum muda

yang mau terlibat e. Lain-lain 6 15 19 11 8 10,17% 25,43% 32,20% 18,64% 13,56%

13. Perlunya diadakan pendampingan agar kaum

muda semkin terlibat dalm semua kegiatan baik dalam gereja maupun dalam masyarakat:

a. Perlu sekali b. Perlu c. Tidak perlu d. Sangat tidak perlu e. Lain-lain 18 23 8 6 4 30,51% 38,98% 13,56% 10,17% 6,78% 14. Bentuk kegiatan yang diharapkan kaum muda saat

ini:

a. Kegiatan anjangsana

b. Pendalaman iman dan kitab suci c. Doa bersama

d. Rekoleksi/retret e. Lain-lain 12 17 9 14 7 20,34% 28,81% 15,25% 23,73% 11,87% Pembahasan:

Pada tabel 3 di atas, akan dipaparkan mengenai keterlibatan kaum muda dalam

hidup menggereja. Dari segi pemahaman kaum muda di Wilayah Brayat Minulya,

Balecatur mengenai arti hidup menggereja, dapat dikatakan bahwa mereka masih

belum begitu memahami akan arti hidup menggereja. Hal ini dapat dilihat dari

responden yang menjawab: keterlibatan dalam semua bidang, baik dalam lingkup

Gereja maupun dalam lingkup masyarakat luas, hanya dipilih oleh 14 orang

(23,73%). Sebanyak 18 orang (30,51%), menjawab sebagai penggerak proses

pertumbuhan dan perkembangan Gereja itu sendiri. Hal ini dapat dilihat bahwa kaum

(47)

Keterlibatan kaum muda dalam berbagai kegiatan memiliki banyak motivasi.

Pilihan terbanyak adalah untuk menambah teman, yakni 21 orang (35,59%) memilih

jawaban tersebut. Sebanyak 17 orang (28,82%) dengan motivasi ingin mencari

pengalaman dan pengetahaun. Sedangkan keterlibatan kaum muda yang aktif dalam

kegiatan hanya sebanyak 19 orang (32,20%), hal itupun hanya tergantung pada jenis

kegiatan dan acaranya, bila acaranya dirasa cukup menarik dan tidak membosankan

maka kaum muda banyak yang datang. Pendampingan kaum muda saat ini juga

sangat diperlukan, karena sebanyak 23 orang (38,98%) menginginkan sekali

diadakannya pendampingan. Bentuk kegiatan pendampingan yang dipilih kaum

muda pun seperti pendalaman iman dan Kitab Suci dipilih oleh 17 orang (28,81%),

dan pendampingan yang diadakan diharapkan dapat menarik minat kaum muda

untuk selalu hadir.

d. Hubungan Ekaristi dalam hidup menggereja kaum muda

Tabel 4: Hubungan Ekaristi dalam hidup menggereja kaum muda

(N= 59)

No. Aspek yang ingin diungkap Frekuensi Prosentase (%)

1 2 3 4

a. Tidak. Karena Perayaan Ekaristi sudah cukup

bagi saya. b. Lain-lain

9

4

15,25%

6,78% 16. Kegiatan hidup menggereja yang diikuti:

a. Kelompok paduan suara b. Kelompok doa

c. Pengurus mudika d. Pengurus karangtaruna e. Lain-lain

9 4 29 5 12

(48)

1 2 3 4

17. Pengaruh Perayaan Ekaristi dalam

memperkembangkan iman dan meningkatkan keterlibatan hidup menggereja:

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju e. Lain-lain 19 25 5 3 7 32,20% 42,38% 8,47% 5,09% 11,86% 18. Keterlibatan dalam keluarga, lingkungan, paroki,

maupun dalam masyarakat merupakan bagaian dari penghayatan Ekaristi yang diwujudkan dalam hidup menggereja:

a. Ya tentu saja b. Mungkin saja c. Tidak tahu

d. Bukan sama sekali e. Lain-lain 17 21 12 3 6 28,82% 35,58% 20,34% 5,09% 10,17% 19. Sikap hidup menggereja sebagi warga Katolik:

a. Melaksanakannya, karena saya bagian dari

warga Gereja Katolik

b. Melaksanakan dengan sadar, tulus dan penuh tanggungjawab sebagai anggota Gereja, sehingga iman saya akan Yesus Kristus semakin berkembang

c. Melaksanakan tapi kadang-kadang saja

d. Melaksanakannya, agar tidak dibilang

pemalas e. Lain-lain 18 22 11 6 2 30,51% 37,29% 18,64% 10,17% 3,39%

20. Sikap kaum muda Katolik yang baik, dapat ditunjukkan dalam sikap hidup menggereja, baik dalam keluarga maupun masyarakat:

a. Sudah b. Belum

c. Belum sama sekali d. Kadang-kadang e. Lain-lain 16 12 6 19 6 27,12% 20,34% 10,17% 32,20% 10,17% Pembahasan:

Pada tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa motivasi kaum muda setelah mengikuti Perayaan Ekaristi, untuk semakin terlibat dalam kehidupan menggereja

(49)

(30,51%). Disusul sebanyak 15 orang yang memilih semakin terlibat dalam semua kegiatan dapat semakin memperkembangkan iman, dilihat dari jawab mereka berarti

mereka sudah memiliki motivasi yang lebih mendalam lagi. Kegiatan yang banyak diikuti kaum muda saat ini baru sebatas pada kepengurusan Mudika, karena sebanyak 29 orang (49,16%) memilih hal tersebut. Rutin mengikuti Perayaan

Ekaristi juga dapat membantu dalam memperkembangkan iman dan meningkatkan keterlibatan hidup menggereja kaum muda sebanyak 25 (42,38%), menyetujuinya.

Kaum muda di Wilayah Brayat Minulya ternyata masih belum memahami

betul akan pengertian hidup menggereja. Sebanyak 21 orang (35,58%) masih menjawab dengan tidak yakin. Namun mereka sangat sadar sebagai warga Katolik, karena sebanyak 22 orang (37,29%), mau melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada

dengan sadar, tulus, dan penuh tanggungjawab. Walaupun begitu ada sebanyak 19 orang (32,30%) kaum muda yang masih bersikap kurang stabil karena mereka masih kadang-kadang saja menunjukkan sikap hidup menggereja. Hal ini dimungkinkan

karena mereka belum mengerti betul akan arti dan makna dari hidup menggereja.

8. Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan dari hasil penelitian, pada dasarnya sebanyak 14 orang (23,73%) kaum muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur masih kurang mengerti akan arti pengertian hidup menggereja. Namun melihat kenyataan yang ada, menunjukkan

bahwa sebanyak 19 orang (32,20%) semangat dan keterlibatan kaum muda dapat dikatakan cukup aktif dan mau terlibat dalam kegiatan-kegiatan hidup menggereja. Walaupun masih pada sebatas kegiatan-kegiatan yang besar saja, seperti ulang tahun

(50)

Menjadi pengurus Mudika juga merupakan perwujudan dari hidup menggereja

yang banyak kaum muda sukai. Sebanyak 21 orang (35,59%) menjawab untuk dapat

menambah teman, mereka juga dapat berlatih berorganisasi dan dapat menambah

pengetahuan baru. Kegiatan hidup menggereja yang sering kaum muda ikuti adalah

Perayaan Ekaristi, hal ini dijawab oleh sebanyak 24 orang (40,68%). Paling tidak

setiap seminggu sekali mereka menghadiri Perayaan Ekaristi di gereja. Dengan

menghadiri Perayaan Ekaristi, kaum muda merasa imannya dapat semakin

berkembang, dengan begitu keikutsertaan dalam kegiatan hidup menggerejapun

semakin termotivasi. Selain itu sebanyak 18 orang (30,51%) kaum muda juga

semakin sadar akan peranan mereka sebagai penggerak proses pertumbuhan dan

perkembangan Gereja.

Sebanyak 23 orang (38,98%) kaum muda di Wilayah Brayat Minulya, Balecatur

masih sangat memerlukan adanya suatu pendampingan yang menarik dan

berkelanjutan. Salah satu kegiatan pendampingan yang kaum muda harapkan adalah

pendalaman iman dan Kitab Suci. Hal ini dikarenakan selama ini pendalam iman

bagi kaum muda masih dirasa sangat kurang. Untuk itu pengurus Wilayah dan pihak

Gereja dapat memberikan pendampingan seperti yang diharapkan kaum muda selama

ini, sehingga pendampingan kaum muda dapat diadakan secara berkesinambungan,

(51)

BAB III

PERAYAAN EKARISTI KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA

Pada zaman sekarang ini banyak umat Katolik merayakan Ekaristi sebagai

kewajiban atau sebatas formalitas saja. Dalam Perayaan Ekaristi umat banyak yang

melamun, berbicara sendiri dengan teman di sampingnya, mengantuk atau malah

tertidur, bermain HP, dan lain sebagainya. Semua itu terjadi karena umat belum

mampu memberikan tempat istimewa dalam hati dan hidup imannya terhadap

Perayaan Ekaristi (Prasetya, 2009: 7).

Dalam memperkembangkan iman untuk menuju kedewasaan iman, khususnya

kaum muda, mereka tidak mampu berjalan maupun bertindak sendiri tanpa bantuan

dan dorongan dari orang-orang maupun pihak-pihak lain. Iman kaum muda

akhir-akhir ini menjadi sorotan Gereja, karena banyak kaum muda yang mulai mengalami

krisis kepercayaan dan iman akan Allah Sang Pencipta. Mereka mulai meninggalkan

iman dan mulai mencari kesenangan duniawi. Banyak kaum muda yang

berlomba-lomba untuk mencari jalan keselamatannya sendiri, tanpa memperhatikan lagi

keselamatan yang telah dijanjikan oleh Yesus Kristus Sang Juru Selamat.

Dengan keprihatinan tersebut, Gereja berusaha untuk merangkul kembali kaum

muda agar mereka mau terlibat dalam setiap kegiatan hidup menggereja khususnya dalam Perayaan Ekaristi. Gereja juga mengadakan pendampingan bagi kaum muda

agar mereka semakin memahami akan pentingnya keterlibatan kaum muda dalam

hidup menggereja, sehingga mereka dengan sadar dan dengan suka rela mau ikut

(52)

Gereja, kaum muda dalam Gereja, kaum muda dalam hidup menggereja, serta

perwujudan Perayaan Ekaristi dalam kehidupan umat.

A. Ekaristi dalam Gereja

Bagi setiap orang beriman Kristiani, Ekaristi merupakan pusat dan puncak

seluruh kehidupan Kristiani, sebab dalam perayaan Ekaristi terletak puncak karya

Allah yang menguduskan dunia dan puncak karya manusia yang memuliakan Bapa

melalui Kristus, Putra Allah dalam Roh Kudus (Martasudjita, 2003: 266-268).

Dalam perayaan Ekaristi, umat ingin mengungkapkan iman dan

kepercayaannya akan Yesus Kristus sebagai Sang Penyelamat. Kebaikan dan cinta

Bapa yang besar kepada manusia ditunjukkan dengan mengutus Putera-Nya ke dunia

supaya manusia memperoleh keselamatan abadi. Untuk menyambut dan mengenang

keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus, maka manusia menyambut-Nya

dengan iman dan mengungkapkan-Nya dengan puji syukur melalui sebuah perayaan

Ekaristi. Ekaristi mengandung maksud untuk memuji dan bersyukur kepada Allah

yang Kudus, karena Perayaan Ekaristi sejak awal mula sudah menjadi ciri khas

perayaan iman Kristiani sekaligus menjadi pusat dan pemersatu kehidupan seluruh

umat beriman (Martasudjita, 2003: 270). Menurut Joseph A. Grassi (1989: 83),

”Ekaristi adalah pengejawantahan dari iman Perjanjian Baru yang paling mendalam

karena memuliakan Tuhan, orang Kristen berkumpul merayakan Ekaristi karena taat

kepada Sabda Yesus dan ketaatan itulah yang disebut iman”. Oleh karena itu

Perayaan Ekaristi selalu dirayakan secara meriah dan dengan sepenuh iman, karena

(53)

1. Perkembangan Ekaristi dalam Tradisi Gereja

Gereja hidup dari Ekaristi. Kebenaran ini mengungkapkan bukan hanya

pengalaman iman sehari-hari tetapi juga menegaskan hakikat misteri Gereja. Dengan

berbagai cara Gereja mengalami dengan sukacita pemenuhan terus menerus dari janji

Tuhan, “Lihatlah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:20).

Dalam setiap Perayaan Ekaristi terjadi kembali kurban salib Kristus, yakni

sengsara dan wafat-Nya. Bedanya kurban salib di Kalvari terlaksana secara

jasmaniah dengan penumpahan darah sedangkan kurban salib dalam Ekaristi

terlaksana secara sakramental, artinya dalam dan dengan tanda. Tetapi kedua kurban

itu sungguh sama yakni terlaksananya karya penebusan Allah bagi manusia.

Tepatlah penegasan Konsili Vatikan II bahwa kurban Ekaristi “adalah sumber

dan puncak kehidupan kristiani” (LG, art. 11). “Sebab dalam Ekaristi Kudus

terkandunglah seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Roti Paskah

yang hidup dan pemberi hidup” (PO, art. 5). Demikianlah Gereja selalu mengarah

kepada Tuhan yang hadir dalam Sakramen Ekaristi. Di sanalah Gereja menemukan

kepenuhan pernyataan kasih Tuhan yang tak terbatas.

a. Dasar Ekaristi dalam Kitab Suci

Perayaan Ekaristi sudah ada sejak zaman Yesus dan para Rasul-Nya. Kata

”Ekaristi” sendiri berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang berarti puji-syukur. Kata Eucharistia ini bersama kata Yunani eulogia (= juga puji syukur ) digunakan untuk menterjemahkan kata Ibrani birkat yakni doa berkat dalam perjamuan Yahudi

(54)

misa. Kata “misa” berasal dari bahasa Latin ite missa est yang berarti pembubaran atau perutusan. Istilah ini digunakan untuk menterjemahkan aspek perutusan untuk

melayani Tuhan dan sesama serta mewartakan kabar baik kepada segala bangsa (Martasudjita, 2003: 269). Istilah Perayaan Ekaristi dan Misa Kudus boleh sama-sama digunakan. Istilah perayaan Ekaristi menunjuk apa yang dirayakan, yaitu

syukur Gereja atas misteri penebusan Tuhan sedangkan Misa Kudus menunjuk segi perutusan kita di tengah dunia.

Gereja merayakan Ekaristi bukan karena keinginan Paus, Uskup, atau para

imam, tetapi karena memang diperintahkan oleh Tuhan Yesus pada perjamuan malam terakhir: ”Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk 22:19; 1 Kor 11:24). Ekaristi ditetapkan oleh Tuhan Yesus pada perjamuan malam terakhir, sebab

secara khusus Perayaan Ekaristi memiliki dasar dan hubungan dengan peristiwa perjamuan malam terakhir yang diadakan Yesus dengan para murid-murid-Nya. Tetapi, perjamuan malam terakhir sendiri bukan Perayaan Ekaristi Gereja yang

pertama. Ekaristi merayakan wafat dan kebangkitan Tuhan. Perayaan Ekaristi dibuat atas dasar perintah Yesus Kristus dan bukan merayakan atas perintah Gereja, maka Ekaristi bersumber pada perjamuan yang dibuat oleh-Nya. Menurut E. Martasudjita,

(2003: 271-272), ada tiga hal yang dipandang sebagai akar dari Perayaan Ekaristi, yaitu: Perjamuan Makan Yesus dengan Orang-orang Berdosa, Perjamuan Malam Terakhir, dan Perjamuan dengan Yesus yang Bangkit.

1. Perjamuan Makan Yesus dengan Orang-orang Berdosa (Mrk 2:16-17; Mat 9:10-13; Luk 5:29-32)

(55)

hidupnya Yesus mewartakan Kerajaan Allah, di dalam karyanya Yesus mewartakan kasih Allah yang begitu besar terhadap seluruh umat manusia sehingga Ia

mengundang orang-orang berdosa masuk dalam persaudaraan dan persekutuan-Nya. Yesus, rela menanggung sengsara dan wafat di kayu salib karena begitu besar cinta-Nya terhadap manusia yang penuh dengan dosa. Melalui perjamuan yang dilakukan

Yesus dengan orang-orang berdosa, Yesus ingin menyatakan bahwa manusia yang penuh dosa sekalipun tetap akan diterima di Kerajaan Allah (Martasudjita, 2003: 271-272).

2.Perjamuan Malam Terakhir (Mrk 14:22-25; Mat 26:26-29; Luk 22:15-20;

1 Kor 11:23-26)

“Tuhan Yesus, pada malam Ia diserahkan” (1 Kor 11: 23) telah menetapkan

Kurban Ekaristi bersumber dari tubuh dan darah-Nya sendiri. Perjamuan malam

terakhir merupakan perjamuan perpisahan Yesus dengan para murid sebelum Ia

menderita sengsara dan wafat di kayu salib. Dalam perjamuan itu Yesus hendak

mengungkapkan kepada para murid-Nya bahwa Ia sangat mencintai seluruh umat

manusia dan akan memberikan keselamatan dengan mengkorbankan nyawa-Nya.

Wafat dan kebangkitan Yesus membawa keselamatan kepada umat manusia.

perjamuan malam terakhir ini yang menjadi saat penetapan bagi Perayaan Ekaristi

selanjutnya, karena melalui Perayaan Ekaristi umat Kristiani mengenangkan seperti

yang diperintahkan oleh Yesus sendiri: ”Perbuatlah ini menjadi peringatan akan

(56)

3.Perjamuan dengan Yesus yang bangkit (Luk 24:13-35)

Setelah bangkit, Yesus kembali mengadakan makan bersama para murid-Nya.

Dalam perjalanan ke Emaus, Yesus menampakkan diri kepada dua murid-Nya dan

mengadakan makan bersama dengan dua murid tersebut (Luk 24:13-35). Dalam

perjamuan itu Yesus ingin mengungkapkan bahwa perayaan Ekaristi merupakan

ungkapan kebersamaan dengan Yesus yang bangkit. “Ekaristi adalah tempat di mana

kita secara leluasa dapat berada bersama Yesus, untuk saling bertemu, untuk secara

bersama-sama mengalami rahasia Allah” (Martasudjita, 2003: 271-272; bdk. Grün,

1998: 45).

Dari ketiga perjamuan yang diadakan Yesus tersebut perjamuan malam

terakhir merupakan yang paling pokok, karena dalam Perayaan Ekaristi umat

mengenang kembali perbuatan dan tindakan Yesus dalam mewartakan Kerajaan

Allah. Sebelum sengsara dan wafat Yesus mengadakan perjamuan dengan para

murid untuk menyatakan bahwa keselamatan akan datang bagi seluruh umat

manusia. Keselamatan itu akan ditandai dengan memecah dan membagikan roti serta

mengedarkan anggur. Pemberian roti dan anggur merupakan lambang penyerahan

diri Yesus kepada Allah yang menyelamatkan umat manusia. Melalui pengajaran

para Bapa Gereja, umat dapat mengetahui bahwa sejak abad awal, Gereja percaya

dan mengimani bahwa roti dan anggur setelah dikonsekrasikan oleh Sabda Tuhan

menjadi Tubuh dan Darah Yesus Kristus. Itu sebabnya perjamuan malam terakhir

merupakan hal pokok dalam Perayaan Ekaristi.

Dengan demikian, Perayaan Ekaristi tidak hanya untuk mengenang kembali

perbuatan dan tindakan Yesus semata, tetapi Perayaan Ekaristi merupakan jaminan

(57)

dalam Ekaristi seluruh misteri kehidupan bersama dengan Allah dan manusia

mengalami kepenuhannya dalam Kristus Yesus, dirayakan dan dihadirkan bagi umat

beriman. Itulah sebabnya Perayaan Ekaristi dipandang sebagai puncak seluruh

kehidupan umat kristiani (Martasudjita, 2003: 272-276).

b. Dasar Ekaristi dalam Gereja Perdana

Sejak Gereja abad-abad pertama, bentuk dasar Perayaan Ekaristi tersusun atas

Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Kepastian bentuk ini dibuktikan pada kesaksian

Santo Yustinus Martir pada pertengahan abad ke II. Liturgi sabda adalah untuk

menyingkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan

rohani melalui sabda yang diwartakan. Bagian ini disebut sebagai

Gambar

Tabel 1 di atas menunjukkan identitas kaum muda di Wilayah Brayat
Tabel 2: Pemahaman kaum muda terhadap Perayaan Ekaristi
Tabel 3: Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja
Tabel 4: Hubungan Ekaristi dalam hidup menggereja kaum muda

Referensi

Dokumen terkait

Kita sebagai umat Katolik, Yesus menjadi dasar sumber cinta kasih yang hadir dalam Perayaan Ekaristi memberi semangat dan motivasi bagi umat melibatkan diri dalam

Melalaui pendampingan Sakramen Penguatan kaum muda diharapkan terlibat aktif dalam Gereja, karena iman mereka telah diperteguhkan melalui Sakramen Penguatan.. Kaum

Judul skripsi ini adalah PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KETERLIBATAN UMAT YANG BERINSPIRASI PADA SANTA MARIA DALAM HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTA MARIA KOTA BUKIT

Kita sebagai umat Katolik, Yesus menjadi dasar sumber cinta kasih yang hadir dalam Perayaan Ekaristi memberi semangat dan motivasi bagi umat melibatkan diri dalam

Skripsi yang berjudul PENDAMPINGAN IMAN ORANG MUDA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA ORANG MUDA KATOLIK PAROKI KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK,

kebaikan Ahok kepada rakyat yang dipimpinnya. Ahok menjadi teladan bagi kita dalam hidup menggereja. Ahok bukan hanya sekedar pejabat publik tetapi Ia adalah pelayan

Dari sosok Bunda Maria, ada semangat yang dapat diteladani oleh umat Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah, Purwakarta sebagai dasar keterlibatan dalam hidup menggereja dan umat

Romo: dari offline ke online itu ajakan dari Mgr setelah 6-7 bulan dari bulan maret itu lalu kemudian kita membuka perayaan Ekaristi offline secara terbatas, lalu kemudian yang