• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKARISTI DARING BAGI KEDALAMAN IMAN ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTA MARIA KARTASURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH EKARISTI DARING BAGI KEDALAMAN IMAN ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTA MARIA KARTASURA"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH EKARISTI DARING BAGI

KEDALAMAN IMAN ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTA MARIA KARTASURA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh :

Oktavia Dini Pangestuti NIM: 171124052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

(2)

ii S K R I P S I

PENGARUH EKARISTI DARING BAGI KEDALAMAN IMAN ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTA MARIA KARTASURA

Oleh:

Oktavia Dini Pangestuti NIM: 171124052

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

P. Mutiara Andalas, SJ, S.S,S.T.D. 2 Juli 2021

(3)

iii S K R I P S I

PENGARUH EKARISTI DARING BAGI KEDALAMAN IMAN ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTA MARIA KARTASURA

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Oktavia Dini Pangestuti NIM: 171124052

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada 22 Juli 2021

dan dinyatakan memenuhi syarat.

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda tangan

Ketua : Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J.

Sekretaris : F.X Dapiyanta, S.F.K., M.Pd

Anggota : 1. P. Mutiara Andalas, SJ, S.S, S.T.D 2. Y.H Bintang NuSantara, S.F.K., M.Hum 3. Drs. F.X Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed

Yogyakarta, 22 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

Dekan,

(4)

iv Kepada:

OMK Paroki Santa Maria Kartasura, Ibu Irene Rini Sundari dan adik Reny Herlinawati.

(5)

v MOTO

“Hidup rohani tidak tercakup seluruhnya

dengan hanya ikut serta dalam liturgi” (SC.12)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Juli 2021 Penulis,

Oktavia Dini Pangestuti

(7)

vii

PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama: Oktavia Dini Pangestuti NIM: 171124052

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul PENGARUH EKARISTI DARING BAGI KEDALAMAN IMAN OMK DI PAROKI SANTA MARIA KARTASURA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 2 Juli 2021 Yang menyatakan

Oktavia Dini Pangestuti

(8)

viii ABSTRAK

Skripsi S-1 ini berjudul “PENGARUH EKARISTI DARING BAGI KEDALAMAN IMAN ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTA MARIA KARTASURA.” Penulis memilih judul ini berdasarkan ketertarikan awal terhadap fenomena kehidupan Gereja Katolik di tengah penyebaran virus covid-19 yang mulai masuk ke Indonesia pada awal Februari 2020. Mempertimbangkan kegawatan situasi pandemi, Bapa Suci Paus Fransiskus menyarankan paroki-paroki untuk menggunakan media daring dalam perayaan Ekaristi. Penulisan ini akan membahas dua permasalahan berikut. Apakah Ekaristi daring berpengaruh bagi kedalaman iman Orang Muda Katolik di Paroki Santa Maria Kartasura?

Menerapkan penulisan kualitatif, penulis menggunakan metode deskripsi analitis.

Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah melalukan survei dengan menyebarkan kuesioner melalui Google form untuk mengetahui partisipasi Orang Muda Katolik selama Ekaristi daring. Setelah itu, penulis terjun ke lapangan untuk melakukan survei lanjutan dan wawancara terstruktur dan mendalam. Informannya adalah dua belas Orang Muda Katolik perwakilan wilayah paroki. Selain itu, penulis juga mewawancarai romo paroki dan sekretaris dewan paroki sebagai triangulasi. Hasil penulisan menunjukkan bahwa Orang Muda Katolik berpartisipasi aktif selama Ekaristi daring. Partisipasi ini membawa pengaruh bagi kehidupan rohani mereka. Romo paroki mengajak Orang Muda Katolik untuk beradaptasi secara baru dalam merayakan Ekaristi. Sebagai bagian dari generasi Z, Orang Muda Katolik perlu menyesuaikan diri ketika berpartisipasi selama Ekaristi daring. Ketika paroki memanfaatkan media digital sebagai sarana dalam merayakan Ekaristi, banyak Orang Muda Katolik masih merasa canggung. Padahal, Ekaristi daring berpengaruh positif untuk mengembangkan iman mereka. Ekaristi daring berpengaruh terhadap kedalaman iman mereka dan juga membantu mereka dalam mendewasakan iman. Selama pandemi, Orang Muda Katolik menyadari ketidakcukupan menghadiri Ekaristi daring saja. Kegiatan keagamaan, seperti doa dan devosi, dan keterlibatan dalam kegiatan Gereja lain juga meningkatkan iman mereka.

Kata Kunci: Ekaristi Daring, Perkembangan Iman, Generasi Z, OMK, Pengaruh Ekaristi Daring

(9)

ix ABSTRACT

This undergraduate thesis is entitled "THE EFFECT OF THE ONLINE EUCHARIST FOR THE DEEPENING OF THE FAITH OF CATHOLIC YOUTH IN ST. MARY PARISH KARTASURA." The researcher prefers this title based on my interest in the phenomenon of the Covid-19 virus outbreak, which began to spread to Indonesia in early February of 2020. Observing this situation, the Holy Father, Pope Francis, recommended that the Catholic church uses online media to celebrate the Eucharist. This research will discuss two following main issues. Does the online eucharist influence the deepening of Catholic youth's faith in St. Mary Parish Kartasura?

With qualitative research, the researcher applies the descriptive-analytical method. The researcher first surveyed by distributing questionnaires through the Google form to determine the participation of Catholic youth during the online eucharist. Then the researchers went directly to the field to conduct follow-up surveys and structured and in-depth interviews. The informants were 12 regional representatives of Catholic youth; the researcher also interviewed the parish priest and the council secretary as a triangulation. The results showed that Catholic youth participated in the online eucharist. This participation had an impact on their spiritual life. The parish priest invites Catholic youth to adapt to the renewed way of celebrating the eucharist. As part of the Z generation, they can adjust to the online eucharist. While using digital media as a means of catechesis, it turns out that Catholic youth still feels awkward with the online Eucharist even though it is pretty influential for developing their faith. The Catholic youth think that the online Eucharist influences the deepening of their faith. The online Eucharist also helps them in maturing their faith. During the pandemi, they realized that limitations brought them to maturity in the faith.

They realized that just attending the online Eucharist is not enough. Religious activities, such as prayers and devotions, and involvement in church activities also mature their faith.

Keywords: Online Eucharist, Faith Development, the Z Generation, Catholic Youth, the Influence of Online Eucharist

(10)

x

KATA PENGANTAR

Syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan lindungan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Ekaristi Daring bagi Kedalaman Iman Orang Muda Katolik di Paroki Santa Maria Kartasura.”

Selama penyusunan skripsi penulis mengalami hambatan dalam menyusun jadwal dan menentukan waktu wawancara bersama OMK sebagai informan. Selain itu, penulis juga menemukan kesulitan merumuskan hasil wawancara. Tidak mudah bagi penulis merumuskan hasil wawancara karena sering kali jawaban yang diberikan oleh informan jauh dari pertanyaan, penulis harus merumuskan sendiri dengan bahasa yang lebih ringan dan mudah dipahami. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain sebagai syarat kelulusan, diharapkan skripsi ini dapat memberi sumbangan kepada Paroki sebagai bahan evaluasi selama pelaksanaan Ekaristi daring di Paroki Santa Maria Kartasura.

Penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada.

1. P. Mutiara Andalas, SJ S.S, S.T.D selaku dosen pembimbing utama yang

telah memberikan perhatian, membimbing penulis dengan penuh kesabaran, serta memberi masukan sehingga penulis dapat lebih

(11)

xi

termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

2. Romo Aloysius Dwi Prasetya, Pr. selaku romo paroki Santa Maria Kartasura yang telah memberikan izin kepada penulis melakukan penelitian di Paroki Santa Maria Kartasura.

3. Y.H. Bintang NuSantara, S.F.K.,M.Hum selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen penguji II yang membantu penulis berproses sampai dengan pemilihan dosen pembimbing skripsi.

4. Drs. F.X Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed selaku dosen penguji III yang telah memberikan saran dan mendampingi penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini.

5. OMK Paroki Santa Maria Kartasura yang telah berkenan meluangkan waktunya dan mendukung penulis.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 2 Juli 2021 Penulis

Oktavia Dini Pangestuti

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Metode Penelitian ... 7

G. Sistematika Penelitian ... 8

BAB II. KERANGKA TEORI ... 10

A. Kajian Teori ... 11

1. Perayaan Ekaristi Luring ... 11

2. Perayaan Ekaristi Daring ... 14

(13)

xiii

3. Pengertian Kedalaman Iman ... 20

4. OMK sebagai Generasi Beriman Muda Digital ... 22

a. Realitas OMK ... 22

b. Generasi Muda Digital ... 23

5. Devosi dalam Praktek Gereja ... 24

a. Menjawab KebuTuhan Rohani ... 26

b. Mendekatkan Diri kepada Allah ... 26

c. Klerikalisasi Liturgi ... 27

d. Liturgi yang Dingin ... 27

e. Roh Kudus dalam Umat Allah ... 28

B. Kajian Terkait ... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Metodologi Penelitian ... 31

1. Jenis Penelitian ... 31

2. Desain Penelitian ... 31

3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

4. Objek dan Sampel Penelitian ... 32

5. Instrumen Penelitian ... 33

6. Teknik Pengumpulan Data ... 33

7. Teknik Analisis Data ... 35

8. Teknik Pengujian Keabsahan Data ... 36

9. Pedoman Instrumen Penelitian ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 39

1. Profil Paroki ... 39

a. Sejarah Singkat Paroki Santa Maria Kartasura ... 39

b. Paroki Santa Maria Kartasura di Masa Pandemi ... 40

c. Gambaran Umum Situasi Orang Muda Katolik di Paroki Santa Maria Kartasura ... 44

(14)

xiv

2. Profil Informan ... 45

3. Hasil Wawancara ... 48

a. Pelaksanaan Ekaristi Daring yang Diikuti Orang Muda Katolik Paroki Santa Maria Kartasura ... 48

b. Perbedaan Ekaristi Daring dan Luring ... 57

c. Pengalaman Selama Ekaristi Daring ... 62

d. Kedalaman Iman Orang Muda Katolik selama Ekaristi Daring ... 68

4. Validasi ... 74

a. Pengalaman Orang Muda Katolik selama Mengikuti Ekaristi Daring ... 74

b. Ekaristi Daring Membawa Perubahan ... 77

c. Iman dan Pelayanan Orang Muda Katolik di Paroki Santa Maria Kartasura ... 79

B. Usulan Kegiatan ... 85

1. Latar Belakang Masalah ... 85

2. Tujuan Pemilihan Program ... 86

3. Usulan Kegiatan ... 87

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 93

1. Bagi Paroki Santa Maria Kartasura ... 93

2. Bagi OMK Paroki Santa Maria Kartasura ... 93

3. Bagi Program Studi Pendikkat ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN ... (1)

Lampiran 1: Surat Izin Melaksanakan Penulisan ... (2)

Lampiran 2: Surat Edaran Pemberhentian Ekaristi Daring dan Luring ... (3) Lampiran 3: Tabel Jumlah Wilayah dan Lingkungan

(15)

xv

Paroki Santa Maria Kartasura ... (4)

Lampiran 4: Tabel Rundown Usulan Kegiatan ... (5)

Lampiran 5: Instrumen Pertanyaan Wawancara ... (7)

Lampiran 2: Hasil Wawancara melalui Google form ... (10)

Lampiran 3: Hasil Wawancara Langsung ... (15)

Lampiran 4: Hasil Wawancara Romo Paroki ... (32)

Lampiran 5: Hasil Wawancara Sekretaris Dewan ... (36)

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN:

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan kitab suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (Konferensi Wali Gereja Indonesia 1976)

Rom : Roma

B. Singkatan Dokumen Gereja

CV : Christus Vivit, Nasihat Apostolik Pasca Sinode oleh Paus Fransiskus tentang Kaum Muda, 25 Maret 2019

LF : Lumen Fidei, Ensiklik Paus Fransiskus tentang Terang Iman, 29 Juni 2013

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmsatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964

PO : Presby-terorum Ordinis, Konsili Vatikan II, dalam Dekrit mengenai Pelayanan dan Kehidupan para Imam, 07 Desember 1965

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 04 Desember 1963

Scar : Sacramentum Caritatis, Nasihat Apostolik Pasca Sinode Pertama oleh Paus Benediktus XVI tentang Sakramen Cinta Kasih, 2 Oktober 2005 – 23 Oktober 2005

(17)

xvii C. Singkatan-Singkatan Lain

CDC : The Center for Disease Control and Prevention Covid-19 : Corona Virus Disease

DKP : Dewan Karya Pastoral

ISKS : Ikatan Siswa Katolik Surakarta KAS : Keuskupan Agung Semarang

KomKat KWI : Komisi Kateketik Konfrensi Wali Gereja Indonesia KOMSOS : Komunikasi Sosial

Mgr : Monsinyur

OMK : Orang Muda Katolik WFH : Work From Home

SARS-CoV-2 : Virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selama masa pandemi Covid-19 umat Katolik mulai terbiasa dengan adanya Ekaristi daring. Grup-grup whatsApp lingkungan mulai ramai dengan munculnya jadwal Ekaristi live streaming. Hampir satu tahun Gereja mulai terbiasa dengan Ekaristi daring. Ekaristi daring tentu menjadi hal yang baik dilakukan di masa darurat Covid-19, namun kehadiran Ekaristi daring tidak dimaksudkan untuk menggantikan Ekaristi di Gereja. Dalam buku panduan bulan katekese liturgi KAS tahun 2021 Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa “Ekaristi lewat tayangan (online) tidak dapat menggantikan Ekaristi di Gereja secara nyata. Selama melaksanakan Ekaristi daring hendaknya kita membuat ruangan dan suasana yang mendukung perjumpaan kita dengan Tuhan secara batin.” Sebagai sumber dan puncak hidup umat Kristiani (Lumen Gentium 11), Ekaristi menjadi penting dan populer bagi kehidupan seluruh umat beriman. Sebagai suatu upacara, Ekaristi menurut hakekatnya yang khas diselenggarakan sebagai perayaan bersama, dengan dihadiri banyak umat (Sacrosanctum Concilium 27). Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi yang terjadi saat ini membuat banyak orang menjadi takut dan membatasi diri dengan menjauhi kerumunan.

(19)

Salah satu hal yang membuat kita takut dan membatasi diri disebabkan karena adanya Corona Virus Disease (Covid-19). Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan beberapa penyakit gangguan sistem pernapasan, seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. Virus ini muncul pertama kali di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Setelah itu, COVID-19 menular antarmanusia dengan sangat cepat masuk ke Indonesia. Pada penghujung tahun 2020, virus Corona telah bermutasi menjadi beberapa jenis atau varian baru, misalnya varian delta. Virus yang awalnya ditularkan dari hewan ke manusia kini dapat menular dari manusia ke manusia. Penularannya melalui berbagai cara: Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19 bersin atau batuk. Memegang mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dulu, setelah menyentuh benda yang terkena droplet penderita COVID-19. Kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita COVID-19 tanpa mengenakan masker.

Guna menghambat penyebaran virus corona ini banyak cara telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, salah satunya dengan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Kegiatan dan aktifitas yang melibatkan banyak orang terpaksa ditunda dan diganti dengan bekerja di rumah. Ekaristi daring adalah contoh kegiataan keagamaan dengan memanfaatkan teknologi Youtube sebagai media pewartaannya. Di

(20)

masa pandemi seperti sekarang ini, bidang liturgi masing-masing paroki mulai mengusahakan pelayanan yang dapat mendukung program pemerintah yang ada.

Paroki Santa Maria Kartasura adalah salah satu Paroki yang mengalami pengaruh akibat pandemi Covid-19 ini. Ibadah harian dan mingguan yang biasanya dapat berjalan dengan melibatkan seluruh umat di Gereja, kini terpaksa harus dihentikan. Keuskupan Agung Semarang (KAS) menganjurkan setiap Paroki untuk aktif dan kreatif dalam menjalankan tugas perutusan mereka sebagai Gereja. Pada masa pandemi ini, Paroki Santa Maria Kartasura juga memanfaatkan media sosial dan teknologi yang dimiliki untuk melaksanakan peribadatan seperti biasa. Terhitung mulai bulan April 2020, Paroki Santa Maria Kartasura melaksanakan Ekaristi secara daring. Dengan peralatan seadanya, Paroki memberikan layanan yang maksimal demi menjaga dan menjawab kerinduan umat yang tidak dapat mengikuti perayaaan Ekaristi secara langsung.

Youtube dipilih sebagai salah satu sarana yang paling memungkinkan bagi Paroki Santa Maria Kartasura dalam melaksanakan dan menyiarkan Ekaristi secara daring. Team KOMSOS Paroki yang terdiri dari anak-anak muda juga mengambil bagian di dalamnya. Terhitung sudah satu tahun Gereja harus terbiasa dengan Ekaristi streaming atau daring ini.

Walaupun terasa aneh karena perayaan Ekaristi dilaksanakan secara virtual, namun lama-kelamaan umat mulai terbiasa. Dalam Ekaristi daring, walaupun umat tidak dapat menyambut hosti kudus seperti Ekaristi pada

(21)

umumnya tetapi umat tetap dapat melihat Tuhan Yesus dalam Sakramen Mahakudus.

Gambaran-gambaran visual memang dapat menampilkan realitas, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh menghasilkannya (Scar 57)”. OMK sebagai generasi Z tentu sangat dekat dengan kecanggihan teknologi yang juga erat kaitannya dengan gambar-gambar visual. “Generasi Z merupakan generasi yang hampir sebagian besar hidupnya mengandalkan teknologi dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.” (Komisi Kateketik Konfrensi WaliGereja Indonesia (KomKat KWI, 2015:5). Tidak heran bila peran kaum muda sangat diperlukan pada saat Ekaristi daring. Keterlibatan Orang Muda Katolik (OMK) di masa pandemi menjadi sangat terbuka, banyak peluang yang bisa dilakukan untuk terlibat. Paus Fransiskus dalam seruan apostolik Christus Vivit (CV.64) mengungkapkan bahwa OMK adalah masa kini Gereja, oleh karena itu di tengah pandemi Covid-19 OMK sebagai “pemilik zaman” dipanggil untuk terlibat dalam kehidupan menggereja. Gereja membutuhkan daya dorong kalian, intuisi-intuisi kalian, iman kalian. Kami membutuhkannya! (CV 299).

Iman Kristiani berpusat pada Kristus, iman tersebut adalah pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan, dan bahwa Allah membangkitkan Dia dari kematian (Rm 10:9). Iman Kristiani adalah iman dalam kasih yang sempurna, dalam daya kuasanya yang menentukan, dalam kemampuannya untuk mengubah dunia dan memperluas sejarahnya. Dalam kasih Allah yang diwahyukan dalam diri Yesus, iman meletakkan dasar yang menjadi

(22)

tumpuan segala realitas dan tujuan akhirnya (Lumen Fidei 15). Iman juga lahir dari perjumpaan dengan kasih asali Allah yang didalamnya makna serta kebaikan kehidupan mereka menjadi bukti. Hidup akan diterangi iman bila seluruh tindakan kita menuju pada kepenuhan kasih.

Iman dapat bertumbuh dan berkembang lewat berbagai cara. Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan umat Kristiani tentu mempunyai peran penting bagi perkembangan iman umat beriman. Selain Ekaristi, devosi juga menjadi salah satu sarana yang dapat digunakan bagi perkembangan iman seseorang. Devosi adalah suatu kebiasaan kehidupan rohani yang ditujukan kepada Tuhan. Dalam Gereja Katolik ada banyak sekali bentuk devosi, devosi tidak hanya membuat kita aktif, bersedia, dan rajin/ tekun dalam melaksanakan perintah Tuhan, tetapi terlebih lagi devosi mendorong kita untuk melakukan semua perbuatan baik dengan penuh semangat dan kasih. Ekaristi sebagai sumber dan puncak mendorong pada kehidupan di luar liturgi resmi. Devosi merupakan bentuk penghayatan dan pengungkapan umat Kristiani di luar liturgi resmi.

Kegiatan-kegiatan di luar liturgi resmi membantu umat beriman menuju pada perkembangan dan kedewasaan iman mereka. Siti Rahayu (2004:1) mengungkapkan pandangan Werner bahwa “perkembangan menunjuk pada sebuah proses perubahan ke arah yang lebih sempurna dan proses tersebut bersifat tetap serta tidak dapat diulangi kembali. Pandangan ini menjelaskan bahwa perkembangan adalah sebuah perubahan menuju ke arah yang lebih baik.” Perkembangan iman bersifat reflektif dan didasari

(23)

oleh kebebasan, maka perkembangan iman akan membawa seseorang pada perubahan yang sempurna dan tetap. Sedangkan kedewasaan iman dapat dilihat melalui beberapa tanda, pertama seseorang dikatakan dewasa secara iman jika dia dapat memusatkan perhatian kepada Kristus dan bukan pada diri sendiri. Kedua, ketersediaan kita untuk memberikan diri kita untuk pekerjaan-pekerjaan Allah di dunia, tanda ketiga adalah ketika kita tidak mudah bertengkar dengan sesama terutama dengan sesama umat. Tanda keempat dapat dilihat jika kita mau dengan hati lapang memikul salib yang Tuhan izinkan terjadi pada hidup kita dengan harapan pada kebangkitan bersama Kristus. Tanda kedewasaan iman yang terakhir adalah jika kita mau mengikuti seluruh ajaran dan kehendak Tuhan.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang ada maka batasan masalah hanya sampai pada sejauh mana Ekaristi daring membawa pengaruh bagi kedalaman iman OMK di Paroki Santa Maria Kartasura serta untuk mengetahui pengaruh Ekaristi daring bagi kedewasaan iman OMK.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah Ekaristi daring membawa pengaruh bagi kedalaman iman OMK di Paroki Santa Maria Kartasura?

(24)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi yang ditujukan untuk OMK Paroki Santa Maria Kartasura adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh Ekaristi daring bagi kedalaman iman OMK di Paroki Santa Maria Kartasura.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai penyajian deskripsi mengenai pengaruh Ekaristi daring bagi kedalaman iman OMK di Paroki Santa Maria Kartasura.

2. Manfaat Praktis

Semoga hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi bagi OMK ketika mengikuti perayaan Ekaristi secara daring. Semoga OMK dapat memaknai Ekaristi demi kedalaman iman mereka, lebih-lebih membantu mereka menghadirkan Tuhan dalam hati mereka.

F. Metode Penelitian

Metode yang akan penulis gunakan dalam penulisan ini adalah metode penulisan kualitatif. Penulis mengambil sampel dari OMK Paroki Santa Maria Kartasura dalam membantu penulis mendapatkan hasil analisis. Penulis

(25)

mengambil OMK perwakilan dari 15 wilayah yang ada di Paroki Santa Maria Kartasura sebagai sampel, 15 orang ini nantinya akan dipilih lagi berdasarkan hasil observasi dan wawancara serta jawaban yang penulis berikan melalui angket Google form. Dari hasil kuesioner kemudian penulis melakukan proses wawancara kepada 12 OMK yang mengisi kuesioner dengan jawaban yang memuaskan. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan reflektif berkaitan dengan pengalaman mereka selama mengikuti Ekaristi secara daring. Kemudian penulis menggunakan model deskriptif analitis dalam mengembangkan hasil yang di dapat dari hasil wawancara yang penulis lakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan media online sebagai sarana perayaan Ekaristi bagi kedalaman iman dan kedewasaan iman OMK di Paroki Santa Maria Kartasura.

G. Sistematika Penelitian

Agar para pembaca laporan penelitian dapat dengan mudah menemukan setiap bagian yang dicari dan dapat dipahami dengan tepat. Maka perlu diatur sistematika penyusunan laporan penelitian sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal, terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, moto, halaman pernyataan keaslian karya, halaman pernyataan persetujuan publikasi, abstrak, abstract, kata pengantar, daftar isi, daftar singkatan.

2. Bagian Utama (Inti)

(26)

 Bab I Pendahuluan, terdiri dari: (a) latar belakang masalah, (b) batasan

masalah, (c) rumusan masalah, (d) tujuan penelitian, (e) manfaat penelitian, (f) metode penelitian, (g) sistematika penelitian.

 Bab II Kerangka Teoritis, terdiri dari: (a) kajian teoritis, (b) kerangka berfikir, (c) kajian terkait.

 Bab III Metode Penelitian, terdiri dari: (a) jenis penelitian, (b) desain

penelitian, (c) tempat dan waktu penelitian, (d) objek penelitian dan sampel, (e) instrumen penelitia, (f) teknik pengumpulan data, (g) teknik analisis data , (h) teknik pengujian keabsahan data, (i) pedoman dan kisi- kisi instrumen penelitian.

 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari: (a) hasil penelitian, (b) usulan kegiatan.

 Bab V Penutup, terdiri dari (a) kesimpulan dan (b) saran.

3. Bagian Akhir Bagian akhir, terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran.

(27)

BAB II

KERANGKA TEORI

Bab I, penulis telah memaparkan latar belakang skripsi terkait fenomena baru yang muncul di dalam Gereja. Ekaristi daring menjadi sesuatu yang baru akibat wabah virus corona. Sebagai suatu paguyuban atau communio, umat Kristiani biasa berkumpul di hari minggu untuk merayakan Ekaristi. Namun dengan adanya pembatasan umat tidak lagi dapat berhimpun di dalam Gereja, sehingga semua kegiatan terpaksa dihentikan dan semua pekerjaan dilakukan di rumah. Fenomena ini mengundang pertanyaan dan ketertarikan penulis terhadap pengaruh yang muncul selama pelaksanaan Ekaristi daring bagi kedalaman iman OMK Paroki Santa Maria Kartasura.

Pada Bab II ini penulis akan memaparkan kajian teori yang menjadi dasar penulis melakukan penelitian nantinya. Kajian teori ini memberi informasi terkait dengan judul skripsi yang penulis pilih. Bagian ini banyak menjelaskan materi mengenai Ekaristi, OMK dan juga makna beriman.

Selain itu, pada bagian ini penulis juga memaparkan kajian terkait yang berisi tentang beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan penelitian dan hipotesa penelitian.

(28)

A. Kajian Teori

1. Perayaan Ekaristi Luring

Perayaan Ekaristi adalah perayaan iman. Artinya, dalam perayaan Ekaristi diungkapkan iman seluruh Gereja akan penyelamatan Allah yang terjadi dalam Yesus Kristus (Madya, Utama: 2002, hal.22). Dengan menghayati Ekaristi, kita hadir untuk membaharui iman kita sebagai anak- anak Allah. Lewat daya keselamatan Allah yang ada pada awal perayaan Ekaristi, kita berhimpun untuk membangun persekutuan persaudaraan dalam iman. Ekaristi memang mendapat tempat tersendiri di hati setiap orang yang merayakannya. Gereja percaya bahwa kematian Yesus di kayu salib menjadi sarana keselamatan bagi umat beriman. Ikut ambil bagian dalam perayaan Ekaristi berarti kita sebagai umat beriman percaya bahwa Kristus hadir dalam Gereja-Nya. Memang Gereja percaya bahwa Kristus hadir dalam Gereja-Nya pada saat perayaan Ekaristi, melalui aneka macam cara yaitu dalam “Sabda yang dibacakan,” maupun dalam “Gereja yang memohon,” tetapi puncak kehadiran-Nya terjadi dalam Sakramen Ekaristi (SC 7).

Melalui Ekaristi, seseorang semakin penuh digabungkan dalam Tubuh Kristus sendiri, yaitu Gereja. Namun sebagai liturgi yang suci, Ekaristi tidak mencakup seluruh kegiatan Gereja. “Sebelum manusia dapat mengikuti liturgi, ia perlu dipanggil untuk beriman dan bertobat (SC 9)”

(29)

Konsili Vatikan II menyebut Ekaristi sebagai “sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, dan bahkan sakramen-sakramen lain berhubungan erat dengan Ekaristi dan terarah kepadanya” (PO.5). Ekaristi sebagai sumber mengalirkan rahmat kepada kita yang merayakan dan mengobarkan umat beriman pada cinta kasih Kristus. Sedangkan Ekaristi sebagai puncak menghadirkan daya kekuatan bagi umat beriman melaksanakan usaha-usaha kerasulan. Tujuan dari karya kerasulan ini adalah “supaya semua orang melalui iman dan baptisan menjadi putera-putera Allah, berhimpun menjadi satu meluhurkan Allah di tengah Gereja, ikut serta dalam korban, dan menyantap perjamuan Tuhan (SC 10)”.

Ekaristi dipahami sebagai “sumber dan puncak,” karena melalui Ekaristi tampaklah pengungkapan diri Gereja sebagai Sakramen Kristus yang paling mendasar, karena dalam Ekaristi persatuan dengan Kristus dan tentu saja juga dengan seluruh umat ditampilkan dalam tanda. Dalam Ekaristi kehadiran Kristus terjadi secara sakramental, artinya dalam tanda yang konkret. Dalam hal ini Gereja mengajarkan mengenai kehadiran Kristus secara real dalam rupa roti dan anggur. Purwatma dalam Madya Utama (2002:29).

Perayaan Ekaristi adalah sebuah tindakan Gereja: mengambil, mengucap syukur, memecahkan, dan membagikan. Setelah dikenyangkan dan disegarkan pada meja sabda dan meja Ekaristi, umat Kristiani mengambil hidup mereka, mengucap syukur kepada Allah atas hidup mereka, memecahkan hidup mereka, serta memberikan hidup mereka untuk melayani datangnya Kerajaan Allah di tengah masyarakat. Umat Kristiani pertama-tama harus membangun sebuah paguyuban beriman sebelum berkumpul untuk merayakan Ekaristi. Umat Kristiani perlu mengembangkan pola

(30)

hidup yang dilandasi oleh semangat saling mengenal, saling peduli, saling menolong dan saling berbagi kekayaan rohani dan material secara adil.

Pada perayaan Ekaristi, Kristus hadir baik dalam pribadi pelayan maupun dalam kedua rupa Ekaristi. Maka wajar bila liturgi dipandang sebagai pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus. Dalam liturgi Ekaristi, nampaklah dua unsur pokok yaitu: perayaan syukur dan perjamuan.

Ungkapan syukur itu dilaksanakan dalam bentuk perjamuan.

Ekaristi sendiri berarti “syukur,” syukur karena kebaikan Allah yang telah kita alami. Maka, “syukur” juga berarti “mengenangkan”

peristiwa yang di syukuri. Inilah yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Doa syukur yang menjadi pusat seluruh upacara itu bercirikan: pujian – syukur – permohonan. (Madya Utama, 2014:22) Ekaristi adalah perayaan syukur bagi semua orang tanpa memperhatikan perbedaan latar belakang, ekonomi, sosial politik, budaya atau perbedaan apapun juga. Kita bersama-sama membentuk satu keluarga yang terbangun atas dasar rahmat yang menanggapi undangan di dalam iman atau komunio. “Komunio” berarti persekutuan kasih. (Suharyo, 2011:87).” Sedangkan dalam Kongregasi bagi Doktrin Iman (CDF) menjelaskan:

Gereja sebagai communio (persekutuan) itu berdasarkan atas prinsip misteri persekutuan antara setiap manusia dengan Allah Trinitas dan persekutuan antara manusia yang satu dengan yang lain, dan dimulai di dunia ini dalam Gereja, menuju kegenapannya yang sempurna dalam Gereja Surgawi kelak di akhir zaman.

Oleh karenanya sebelum seseorang diperbolehkan menyambut Tubuh dan Darah Kristus dalam komuni kudus Gereja perlu menyiapkan umat pada penerimaan sakramen-sakramen lain di luar sakramen Ekaristi.

(31)

Gereja perlu mengajarkan umat tentang perintah Kristus dan mendorong mereka menjalankan amal cinta kasih, kesalehan dan kerasulan. Maka pada saatnya umat mengikuti perayaan Ekaristi mereka menjadi sehati sejiwa dalam kasih. Oleh karenanya “hidup rohani tidak mencakup seluruhnya dengan hanya ikut serta dalam liturgi” (SC 12).

2. Perayaan Ekaristi Daring

Di tengah masa pandemi, mulai muncul istilah Ekaristi daring atau Ekaristi online. Ekaristi daring muncul karena situasi khusus terkait bahaya pandemi Covid-19, jadi selama pelaksanaannya bergantung pada ketersediaan jaringan internet dan sarana digital lainnya. Sebelum pandemi, bermain handphone saat Ekaristi menjadi salah satu larangan. Handphone harus di silent dan di non aktifkan, namun kini kita mengikuti Ekaristi daring dengan menggunakan handphone, televisi, laptop dan lain sebagainya.

Dokumen (SC 27) mengajarkan:

Setiap kali suatu upacara, menurut hakikatnya yang khas, diselenggarakan sebagai perayaan bersama, dengan dihadiri banyak umat yang ikut serta secara aktif, hendaknya ditandaskan, agar bentuk itu sedapat mungkin diutamakan terhadap upacara perorangan yang seolah-olah bersifat pribadi. Terutama itu berlaku bagi perayaan Ekaristi, tanpa mengurangi kenyataan, bahwa setiap Ekaristi pada hakikatnya sudah bersifat resmi dan umum, begitu pula bagi pelayanan Sakramen-sakramen.

Tidak seperti saat melaksanakan Ekaristi secara luring, banyak hal baru yang harus mulai dibiasakan oleh umat dalam mengikuti perayaan Ekaristi secara daring. Tata cara yang berbeda tentunya, memaksa umat untuk terbiasa dengan Ekaristi daring. Tidak adanya perjumpaan membuat

(32)

umat harus membiasakan dan mulai membatasi diri. Banyak pertanyaan muncul selama perayaan Ekaristi daring ini dijalankan, salah satunya adalah mengenai sah tidaknya Ekaristi secara daring. Pastor Andreas (2020) mengatakan bahwa “Meskipun Ekaristi tidak dapat dirayakan dalam bentuk kehadiran secara menubuh, Ekaristi itu tetap sah, sebab communio atau persekutuan Gereja yang merayakan Ekaristi tidak melulu badani atau material, tetapi juga spiritual dan batiniah.” Meskipun tidak ada pertemuan secara langsung antara umat dengan imam, maka Ekaristi secara daring tetap sah karena kita semua dalam satu iman yaitu Kristus.

Hal menarik yang terjadi saat melaksanakan Ekaristi secara daring adalah jangkauan yang luas. Dengan Ekaristi daring kita dapat menjangkau tempat yang terjauh sekalipun selama jaringan yang ada memadahi.

Jangkauan ini tidak hanya dalam lingkup Indonesia saja melainkan sampai ranah dunia bahkan dapat menjangkau pada kedalaman hati kita. Namun kelemahan dari perayaan Ekaristi daring ini adalah kurang menjangkau sampai ke hati dan selama Ekaristi daring umat tidak dapat menerima Tubuh Kristus.

Berpindahnya altar Gereja ke dalam rumah-rumah umat merupakan pemandangan yang baru. Selama perayaan Ekaristi daring, umat mengikuti Ekaristi secara streaming di rumah masing-masing. Memang menjadi suatu pemandangan baru, biasanya kita memandang altar besar dan megah di dalam Gereja, namun selama Ekaristi daring ini altar berpindah ke rumah- rumah. Altar yang minimalis dengan mengikuti aturan yang berlaku

(33)

mengingatkan kita akan kesederhanaan Allah dalam menghadirkan Putra Tunggal-Nya sebagai penebus umat manusia. Selama Ekaristi daring, semua dilakukan secara sederhana. Perayaan Ekaristi pun dilakukan secara sederhana tanpa mengurangi kekhusyukan dan inti dari perayaan Ekaristi itu sendiri.

Dalam webinar pada 17 Juli 2020 dengan tema “Perubahan dalam Hidup Menggereja Akibat Pandemi Covid-19” Romo Galih mengatakan hal menarik selama mengikuti perayaan Ekaristi secara daring yaitu mengenai ecclesia domestica. Ecclesia Domestica adalah keadaan berpindahnya altar ke rumah umat. Berpindahnya altar ke rumah umat menyebabkan keluarga menjadi pusat hidup rohani, orang tua menjadi pemimpin spiritual dan terjadinya pendidikan iman di dalam keluarga.

Berpindahnya altar Gereja ke rumah-rumah mendatangkan banyak hal baru yang kurang disadari memunculkan pengaruh yang luar biasa.

Keluarga sebagai Gereja mini menjadi pondasi munculnya altar kecil di rumah. Keluarga sebagai pendidik yang utama memegang peran penting selama Ekaristi daring ini. Wajar saja bila banyak umat bertanya mengenai keabsahan perayaan Ekaristi secara daring ini. Selama ini sebagai persekutuan, umat beriman selalu berbondong-bondong memenuhi Gereja guna merayakan Ekaristi. Namun karena pandemi kebiasaan berhimpun di Gereja mulai dibatasi. Dikutip dari hasil webinar 28 Agustus 2020 yang diadakan oleh Sanata Dharma, Romo Ruky selaku pembicara pertama mengatakan bahwa: “Ekaristi daring tetap bermakna ketika kita sungguh-

(34)

sungguh dalam mengikutinya dan membuat kita teguh untuk peduli pada sekitar kita yang berkekurangan.”

Walaupun tidak dapat secara langsung berkumpul dan membentuk suatu persekutuan, tetapi apabila Ekaristi daring dihayati dengan serius dan dimaknai dengan semestinya, maka pesan dari adanya Ekaristi juga dapat diterima. Yang terpenting dari perayaan Ekaristi adalah ungkapan syukur atas semua karya baik Allah dalam hidup kita, selain itu Ekaristi sebagai peristiwa mengenang perjamuan malam terakhir ini mengajak kita sebagai umat beriman agar tidak mementingkan perjumpaan saja, tetapi lebih dari itu, Ekaristi menjadi bermakna bila kita bisa menghadirkan Kristus di dalam hati kita.

Orang muda sebagai masa kini dan masa depan Gereja juga mengambil peranan penting selama Ekaristi daring ini. Keberhasilan Ekaristi daring tidak luput dari peranan media elektronik yang sangat berkembang pesat, orang muda zaman ini yaitu bagian dari generasi Z tentu tidak asing dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini. Orang muda banyak mengambil peran pada bidang ini. Selain berpindahnya altar Gereja ke rumah-rumah dan pemanfaatan media elektronik, tidak adanya penerimaan komuni atau tubuh Kristus selama mengikuti perayaan Ekaristi menjadi pemandangan baru dan menjadi hal menarik. Penerimaan komuni kudus diganti dengan komuni spiritual. Komuni spiritual atau komuni batin ini sendiri sebenarnya adalah sarana bagi umat yang tidak dapat menerima komuni kudus secara langsung.

(35)

Seiring berkembangnya teknologi dan kreatifitas manusia, kini doa komuni spiritual menjadi lebih berkembang. Damian Alma seorang dokter gigi dan staf pengajar di fakultas kedokteran gigi Universitas Gadjah Mada yang juga memiliki kerinduan akan kehadiran Tuhan selama Ekaristi daring memunculkan inspirasi untuk melakukan doa komuni spiritual. Damian Alma menggunakan syair dari terjemahan doa spiritual St. Alfonsus Maria de Liguori sebagai inspirasi pembuatan lagu komuni spiritual yang sekarang ini kita gunakan.

Walaupun syair lagu sudah ditemukan dan Mgr. Robertus Rubyatmoko selaku Uskup KAS juga ikut ambil bagian dalam membuat lagu mengganti satu frasa dari terjemahan aslinya, tetapi Damian Alma masih menemukan kendala. Damian Alma masih kesulitan untuk menemukan feel dari lagu tersebut, Damian Alma ingin agar pesan dan emosi dari lagu tersebut dapat sampai kepada umat dan dengan lagu ini Damian Alma ingin agar kerinduan umat yang tidak dapat menerima Tubuh dan Darah Kristus secara langsung dapat sedikit terpuaskan dengan lantunan lirik lagu komuni spiritual ini. Tidak hanya dari Mgr. Ruby, Damian Alma juga mendapatkan bantuan dari banyak orang-orang hebat sampai akhirnya terciptalah syair doa komuni spiritual yang sangat indah ini.

DOA KOMUNI BATIN Yesusku, aku percaya,

Engkau sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus, Aku mencintai-Mu lebih dari segalanya dan aku merindukan kehadiran-Mu dalam jiwaku.

(36)

Karena sekarang aku tak dapat menyambut-Mu dalam Sakramen Ekaristi,

datanglah sekurang-kurangnya secara rohani ke dalam hatiku.

Seolah-olah Engkau telah datang, Aku memelukMu & mempersatukan diriku

sepenuhnya kepada-Mu,

jangan biarkan aku terpisah daripada-Mu.

Amin

Dikutip dari http://Katolikkeren.online/doa-komuni-spiritual-batin/

Mulai tanggal 19 Maret 2020 doa indah ini mulai bergaung saat Ekaristi live streaming yang diselenggarakan di KAS. Doa yang apabila didaraskan dan dirasakan dengan sungguh akan mengundang kepedihan dan kerinduan pada perayaan Ekaristi ini kemudian menjadi doa yang selalu dinyanyikan saat Ekaristi daring. Lalu romo Yustinus Slamet Witokaryono Pr. selaku ketua komisi KOMSOS KAS mengesahkan lagu ini dan memperdengarkan lagu ini setiap Ekaristi daring. Mulai saat itulah doa komuni spiritual mulai mengena dan mendapat respon positif dari umat yang juga merindukan perayaan Ekaristi secara langsung.

(37)

3. Pengertian Kedalaman Iman

Iman pertama-tama adalah “satu” (LG.47), sebab kesatuan Allah dikenali dan diakui. Iman merupakan jalan untuk mengenali setiap karya Allah. Iman yang satu ini terarah juga kepada hidup Yesus dalam setiap karya yang kita kenal. Para bapa Gereja menggambarkan “iman sebagai suatu tubuh, tubuh kebenaran yang terdiri dari berbagai anggota, dengan analogi dengan tubuh Kristus serta perpanjangannya di dalam Gereja”

(LG.48). Yesus Kristus adalah kepala dan kita adalah anggota-anggota-Nya, maka sebagai seorang beriman kita perlu memandang baru arti iman itu.

Iman berpusat pada Kristus yang membawa kepada keselamatan (LG.20).

Oleh karenanya kita perlu menambah “koneksi” dengan Yesus untuk tetap online dengan Dia (CV.158). Cara yang dapat dilakukan agar kita tidak kehilangan koneksi internet yaitu dengan melakukan karya kerasulan dan hidup bakti.

Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Orang Muda Sedunia ke-33 memunculkan harapan dan kekuatan pada kaum muda untuk berani di masa sekarang. Keberanian untuk menjalankan apa yang Tuhan minta, keberanian untuk menerima panggilan yang telah ditunjukkan Tuhan dan keberanian untuk menghidupi iman tanpa menyembunyikan dan menguranginya. OMK diminta untuk menjaga iman yang mereka miliki agar semakin bertumbuh dan berkembang. Iman merupakan sesuatu yang

(38)

menumbuhkan kehidupan, Iman juga menjadikan kita sadar akan panggilan yang agung yaitu panggilan kasih, sebab iman berakar pada kesetiaan Allah yang lebih kuat daripada setiap kelemahan kita (CV.161).

Iman lahir dari perjumpaan dengan kasih asli Allah, yang di dalamnya makna serta kebaikan kehidupan kita menjadi terbukti, hidup kita akan diterangi oleh iman apabila seluruh tindakan kita menuju kepada kepenuhan kasih (LG.51). Hidup beriman akan menjadi berkembang dan diperdalam apabila kebaikan hidup kita bertumbuh dan kita menjadi pribadi yang memiliki keberanian. Dengan kata lain terang iman yang dijalankan sesuai dengan kepenuhan kasih akan menghantar kita pada tata kehidupan yang layak dalam bermasyarakat apabila memang dijalankan dengan semestinya. Iman membuat kita mampu menghargai struktur hubungan manusiawi, karena pada dasarnya iman membantu kita untuk memahami fondasi kesejahteraan bersama.

Sebab iman itu baik bagi semua orang, tidak hanya bagi Gereja, maka Iman membantu kita membangun masyarakat sehingga kita dapat melangkah menuju masa depan yang penuh dengan harapan. Dalam perjalanan sejarah keselamatan Allah menghendaki setiap orang berbagi sebagai saudara dan saudari dalam satu berkat itu, yang mencapai kepenuhan dalam Yesus sehingga menjadi satu. Iman mengajari kita melihat bahwa setiap orang menghadirkan berkat dalam diri kita. “Iman mengajarkan kita untuk menciptakan bentuk pemerintahan yang adil dalam kesadaran bahwa kekuasaan berasal dari Allah yang dimaksudkan bagi

(39)

pelayanan demi kesejahteraan umum” (LG.55). Iman juga menawarkan kemungkinan akan pengampunan, kesabaran serta komitmen.

4. OMK sebagai Generasi Beriman Muda Digital

a. Realitas OMK

“Banyak orang muda yang hidup dalam situasi peperangan dan mengalami kekerasan dalam berbagai bentuk yang tak terhitung” (CV.71).

Namun yang terjadi adalah OMK sebagai orang muda digadang-gadang sebagai generasi penerus Gereja. Di semua Paroki dan wilayah, peran orang muda sangat dibutuhkan. Selain sebagai harapan masa depan, orang muda juga merupakan masa kini Gereja (CV.64). Orang muda yang bukan lagi anak-anak memiliki tanggungjawab yang berbeda terutama dalam hidup keseharian mereka. Peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja membuat kaum muda harus mulai membiasakan diri untuk berpartisipasi dan melibatkan diri bersama oranglain dalam berbagai kegiatan mulai dari keluarga, masyarakat dan juga Gereja. Menjadi orang muda adalah sebuah rahmat dan berkat.

Masa muda adalah sebuah karunia yang bisa disia-siakan tanpa makna tetapi juga bisa menjadi sebuah rasa syukur dengan selalu menghidupi hidup secara penuh. “Dalam diri orang muda lain kita jug melihat mimpi tentang persaudaraan yang tidak sedikit” (CV.84). Walaupun banyak dari kaum muda terlahir dalam situasi dan kondisi yang tidak

(40)

sepenuhnya baik namun “pada banyak orang muda ditemukan sebuah keinginan mendalam untuk menghayati hidup yang berbeda” (CV.84).

Sekarang para OMK tidak lagi puas dengan kegiatan yang berupa proyek kemasyarakatan dan program pembekalan sosial yang diorganisir untuk mereka dan yang lebih memprihatinkan adalah hanya sejumlah kecil dari mereka yang merasa memiliki kegiatan organisasi di Gereja. Padahal sebagai bagian dari Gereja, para orang muda Katolik dipanggil untuk melaksanakan misi dunia dengan cara mendengarkan setiap karya Allah dalam diri mereka. Surat Mgr. Ruby dalam buku kisah Tuhan, kisah hidupku mengatakan bahwa OMK adalah rahmat Allah, Gereja masa depan dan masa depan Gereja ditentukan oleh OMK saat ini, serta menjalankan formasi iman dan formasi keterlibatan bagi OMK (Mgr. Ruby.2018:7) Memang di KAS sendiri, OMK mendapat porsi yang sangat besar. Banyak kegiatan yang telah diselenggarakan oleh KAS, respon dari OMK juga sangat baik. Tidak heran bila di KAS banyak kegiatan yang ditujukan dan diselenggarakan untuk OMK.

b. Generasi Muda Digital

Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini OMK hidup dalam budaya yang hampir semuanya digital. “Internet dan sosial media telah membentuk cara komunikasi yang baru dan menstabilkan hubungan serta menjadi sebuah ruang publik dimana orang-orang muda meluangkan banyak waktu dan saling bertemu dengan mudah” (CV.87), karena hal inilah seringkali

(41)

hubungan secara online dapat menjadi tidak manusiawi lagi. Ruang digital membuat kita buta terhadap kerapuhan orang lain dan mencegah kita untuk instrospeksi. Budaya konsumerisme dan materialisme serta perjudian dan kekerasan menjadi penyebab hilangnya martabat manusia. “Keterbenaman dalam dunia virtual telah menghantar kepada semacam “migrasi digital”

yang membuat jarak dari keluarga, dari nilai-nilai budaya dan religius yang menggriring banyak orang menuju dunia kesendirian” (CV.90). Tidak mengherankan bila orang muda yang mengalami migrasi digital ini mengalami keterpisahan dalam berbagai bidang, seperti terpisah dari tempat tinggal, keluarga, agama, dll.

5. Devosi dalam Praktek Gereja

Devosi (Latin devotion, kata kerja: devovere) adalah suatu perwujudan orang-orang secara pribadi untuk mengarahkan diri kepada seseorang yang dihargai, dijunjung tinggi, dicintai dan ditujui. Bila devosi ditujukan kepada Allah dan semua yang bersangkutan dengan Allah maka devosi tersebut akan menjadi devosi religius keagamaan (C. Groenen.150).

Fokus pada devosi adalah iman, iman pada sesuatu yang dirasa benar-benar ada. Dalam tradisi Kristiani, devosi merupakan sebuah bentuk penghayatan dan pengungkapan umat Kristiani di luar liturgi resmi. Devosi biasanya dilakukan secara spontan dan bebas serta dapat dilakukan secara pribadi maupun bersama. “Sambil mengindahkan masa-masa liturgi, ulah kesalehan

(42)

itu perlu diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan liturgi suci; sedikit banyak harus bersumber pada liturgi (SC 13).”

Meskipun devosi bukan liturgi resmi, namun devosi diakui dan diterima oleh ajaran resmi Gereja. Bentuk devosi juga dapat berbentuk formal dan informal. Bentuk formal devosi ini terjadi di tempat-tempat ibadah dan melibatkan pembimbing rohani, sedangkan devosi informal dapat dilihat dalam kehidupan para kudus yang dihormati. Selain itu, devosi terhadap barang peninggalan dan tempat-tempat yang bersangkutan dengan orang-orang kudus juga marak di kalangan umat Kristiani. Ada beberapa praktek umum dalam devosi, doa, penyembahan atau penghormatan, ziarah, meditasi. Dalam doa, permohonan, penyembahan dan pujian dihaturkan dengan sungguh dan konsentrasi kepada sang kuasa. Lalu ziarah merupakan petualangan rohani bagi peziarah, sedangkan meditasi adalah kedisiplinan pikiran yang bertujuan untuk mempertahankan konsentrasi agar terarah pada yang kudus.

Dalam Gereja Katolik beberapa contoh devosi yang diakui antara lain kebaktian kepada sakramen mahakudus yang menekankan kesatuan tak terpisah antara sakramen dan perayaan Ekaristi, selain itu ada juga devosi doa jalan salib yang membantu umat merenungkan penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib. Yang paling popular adalah doa Rosario sebagai penghormatan kepada Bunda Maria. Menurut Y. B. Haryono (2011:75), ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya devosi yaitu:

(43)

a. Menjawab KebuTuhan Rohani

Pengaruh kuat dari filsafat Yunani dalam teologi Gereja lebih menekankan pada refleksi yang bersifat rasional dan kurang menekankan pada sisi pengalaman mistis. Kebanyakan orang lebih menginginkan suatu pengalaman rohani yang dapat menyentuh rasa. Sebagai contoh dalam kasanah rohani Jawa, orang-orang mengenal pengalaman rohani subjektif sebagai rasa. Jika fungsi dari rasa sendiri tidak diakui oleh agama, maka orang-orang mencari saluran lain untuk dapat menyapa dan menyentuh keseluruhan aspek manusia. Perasaan akan kehadiran Allah biasanya dirasakan melalui alam semesta, simbol, tempat dan benda-benda tertentu yang berkaitan dengan agama. Salah satu kebuTuhan rohani dalam kehidupan masyarakat tradisional berkaitan dengan kesembuhan dari sakit.

Dengan melakukan devosi, orang-orang mengharapkan terjadinya suatu mujizat serta memuaskan atau mencukupi mereka dengan segala kebuTuhan.

b. Mendekatkan Diri kepada Allah Lewat Simbol-Simbol

Carl G. Jung yang dikutip oleh Y. B. Haryono mengatakan bahwa manusia modern merupakan manusia yang haus akan simbol. Yang terjadi sekarang adalah manusia merindukan pesan-pesan religius yang terdapat dalam pengalaman hidup serta simbol-simbol yang menyentuh hati. Simbol selalu menyampaikan sebuah pesan, tidak hanya kepada pikiran seseorang namun juga pada kejiwaan seseorang. Penggunaan simbol merupakan

(44)

wahana yang efektif dalam agama. Simbol sendiri menjadi signifikan ketika berhubungan dengan suatu kenyataan. Simbol bukanlah suatu kenyataan, namun simbol memiliki arti yang tidak bisa terlepas dari suatu kenyataan.

Ketika usaha secara verbal tidak berhasil untuk menjelaskan Allah dengan berbagai misteri, maka simbol akan menyatakan suatu kebenaran dan membawa suatu kekaguman yang tersembunyi. Simbol adalah bahasa hati di mana intuisi dan insight memegang peranan penting.

c.

Klerikalisasi Liturgi

Pada awalnya liturgi merupakan perayaan umat beriman dan klerus.

Namun pada perkembangannya liturgi hanya terpusat pada imam. Liturgi menjadi urusan para kaum klerus. Umat awam memang diperbolehkan ambil bagian dalam liturgi namun hanya sebatas peran tertentu. Ketika umat tidak lagi memahami liturgi secara baik maka mereka akan membentuk kesalehan sendiri.

d.

Liturgi yang Dingin

Perayaan liturgi haruslah menyertakan keseluruhan sisi manusia, intelektualitas, perasaan, emosi, hati bahkan juga gerak tubuh. Banyak orang yang mengeluhkan bahwa liturgi dirayakan secara dingin. Liturgi lebih menyentuh dimensi intelektualitas ketimbang menyentuh sisi emosi dan perasaan. Kesalahan bukan terletak pada liturgi, masalah bisa saja terletak pada penanggung jawab dalam liturgi. Tidak mengherankan jika orang-orang mencari devosi untuk mengisi kebuTuhan emosional mereka.

(45)

e.

Roh Kudus dalam Umat Allah

Pandangan teologis Gereja Katolik melihat devosi sebagai kenyataan dari hadirnya Roh Kudus. Rasul Paulus dalam surat Roma 8:9 mengatakan bahwa “Roh Allah diam di dalam kamu”. Bentuk-bentuk dari devosi ini adalah buah dari Roh Kudus dan harus dipandang sebagai tindakan kesalehan Gereja. Orang-orang percaya bahwa Roh Kudus menunjuk jalan kepada Allah. Liturgi dalam Gereja merupakan salah bentuk jalan pengungkapan cinta dan devosi kepada Allah.

B. Kajian Terkait

Sejauh ini, penelitian yang relevan terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan tertuju pada penelitian yang dilakukan oleh romo B.A Rukyanto, SJ dengan judul “Ekaristi Daring dari Mobilitas Spiritual ke Spiritualitas Sosial.” Beliau adalah salah satu dosen program studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma. Peneliti mendapatkan referensi dari hasil webinar yang dilakukan HUMAS Universitas Sanata Dharma Yogyakarta melalui laman Youtube pada

tanggal 28 Agustus 2020

https://www.Youtube.com/watch?v=tDxpgN47sus&feature=youtu.be.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan hasil penelitian sederhana ini dilakukan kepada 148 mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma. Diperoleh hasil 51% mahasiswa mengikuti Ekaristi secara

(46)

online dengan khusyuk, 87% mereka merindukan Ekaristi secara luring dan 47% mereka merasa disadarkan secara sosial lewat Ekaristi online.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Romo Dr. Agustinus Tri Edy Warsono, Pr.; Romo Dr. Yohanes Subali, Pr.; dan Romo Dr. A. Galih Arga, Pr. Penelitian ini melibatkan dan bekerjasama dengan 18 pihak. Hasil penelitian ini dibagikan dalam webinar melalui Channel Youtube Humas Sanata Dharma dengan tema “Perubahan dalam Hidup Menggereja Akibat Pandemi Covid-19.” Dalam webinar ini ketiga narasumber membagikan hasil temuan mereka masing-masing. Romo Tri Edi dalam penelitiannya memfokuskan pada cara umat memaknai iman akan Yesus Kristus dalam situasi krisis akibat pandemi Covid-19 terutama dalam partisipasi selama Ekaristi daring dan kehidupan ritual dan sosial umat. Sedangkan romo Subali membahas Gereja sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya Ekaristi dan romo Galih membahas mengenai Ecclesia Domestica.

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab II penulis telah memaparkan kajian teori, terkait judul penelitian. Penulis menjabarkan mengenai makna Ekaristi baik daring maupun luring, makna devosi, makna beriman, OMK sebagai generasi Z dan realita yang ada di masa pandemi ini. Gereja menaruh harapan yang besar pada OMK sebagai masa kini dan masa depan Gereja, oleh karena itu selama Ekaristi daring ini peran serta OMK sangat dibutuhkan. Ekaristi sebagai pondasi hidup beriman tentu memegang peran penting dalam kehidupan beriman OMK lebih-lebih iman yang membawa pengaruh dalam kehidupan menggereja (LG. 46) dan bermasyarakat (LG.54). Jangkauan yang luas selama Ekaristi daring ini diharapkan juga dapat menjangkau kedalaman hati OMK.

Sementara pada Bab III penuilis akan memaparkan metode yang akan penulis gunakan selama melaksanakan penelitian. Metode yang akan digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan dengan tujuan dapat menggali pengalaman OMK sebagai informan selama melaksanakan Ekaristi daring dalam kaitannya dengan kedalaman iman mereka. Pada bab ini juga akan dibahas langkah-langkah yang akan penulis gunakan selama mengolah data hasil observasi dan wawancara.

(48)

A. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2005:6). Pada penelitian ini, penulis akan memfokuskan penelitian pada proses yang dialami OMK selama mengikuti perayaan Ekaristi baik daring maupun luring. Dalam penelitian kualitatif data yang didapatkan adalah berupa data dan bukan angka. Pada penelitian ini penulis meneliti langsung informan dengan melakukan wawancara.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Poerwandari (2005) penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara dan observasi. Pada penelitian ini, penulis akan mengumpulkan data dengan terjun langsung ke lapangan, mewawancarai OMK sebagai objek penelitian demi mendapatkan informasi berkaitan dengan proses yang dialami oleh OMK selama mengikuti perayaan Ekaristi baik secara daring maupun luring di Paroki Santa Maria Kartasura.

(49)

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung di Paroki Santa Maria Kartasura, pada bulan April 2021-Mei 2021.

4. Objek Penelitian dan Sampel

Penelitian kualitatif berangkat dari kasus yang ada pada situasi sosial tertentu, penelitian ini memfokuskan pada situasi yang dihadapi saat ini yaitu mengenai pengaruh Ekaristi daring bagi kedalaman iman OMK di Paroki Santa Maria Kartasura. Berangkat dari situasi sosial yang ada maka penulis akan mengamati tiga elemen penting dalam penelitian kualitatif (Sugiyono: 2011:297) yaitu tempat (place) pada penelitian ini tempat yang dituju adalah Paroki Santa Maria Kartasura, pelaku (actor) OMK Paroki dan aktivitas (activity) pada penelitian ini memfokuskan pada Ekaristi Daring.

Ketiga elemen ini memegang peranan penting bagi penulis untuk menemukan kajian atau hal baru selama melaksanakan proses wawancara.

Sampel pada penelitian ini adalah Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santa Maria Kartasura. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang akan digunakan adalah purposive sampling yaitu dengan memilih OMK dari perwakilan tiap-tiap wilayah. Di Paroki Santa Maria Kartasura terdapat 15 wilayah, oleh karenanya penulis menggunakan teknik purposive sampling untuk memilih 1 orang perwakilan tiap wilayah.

(50)

5. Instrumen Penelitian

Penulis sebagai instrumen utama berusaha mencari informasi terkait dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Penulis mencari informasi dari sumber-sumber terpercaya dalam menentukan informan. Pada penelitian ini penulis dibantu oleh romo paroki dan beberapa pengurus OMK. Dari data yang ada barulah penulis memulai melakukan penelitian kepada informan-informan terpilih. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari informasi dan menggali pengalaman para informan terkait dengan judul dari penelitian. Dalam proses penelitian, penulis terbantu dengan adanya panduan instrumen pertanyaan, data informan (nama, wilayah, nomor whatsapp, dll) sehingga penulis dapat memperoleh data hasil wawancara berupa deskripsi.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket) dokumentasi dan gabungan keempatnya (Sugiyono, 2014: 63). Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi (Nasution 1988). Pada penelitian ini, penulis juga melakukan observasi terlebih dahulu. Observasi dilakukan dengan mencari sumber dan memilih informan dari sumber yang pasti. Pada penelitian ini, penulis akan meneliti

(51)

OMK Paroki Santa Maria yang berjumlah sangat banyak, maka sebelum melakukan penelitian penulis melakukan observasi guna memilih dan memilah informan yang nantinya akan diwawancarai.

Setelah melakukan observasi, langkah selanjutnya adalah melakukan interview atau wawancara. Model wawancara yang akan digunakan adalah wawancara semiterstruktur. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview yang dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawanacara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.

(Sugiyono, 2014: 73)

Dalam panduan wawancara, penulis telah menyiapkan beberapa pertanyaan terkait dan mengarah kepada fokus dari penelitian. Pertanyaan ini ditujukan kepada OMK Paroki Santa Maria Kartasura yang sudah diobservasi sebelumnya. Wawancara akan dilakukan sebanyak dua kali, wawancara yang pertama dilakukan secara daring yaitu melalui chatting via whatsapp sedangkan wawancara yang kedua dilakukan secara tatap muka face to face. Untuk jadwal wawancara disesuaikan dengan jadwal OMK sebagai informan.

(52)

7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2014:89). Adapun komponen analisis data yang akan penulis gunakan sebagai berikut:

Data Collection Data Display

Data Reduction Conclusions:

drawing/verifying

Gambar 1: Sugiyono 2014: 92

(53)

Keterangan:

1. Data collection: mengumpulkan data dan mengukur informasi demi mencapai tujuan penelitian baik melalui observasi, wawancara dan lain sebagainya.

2. Data reduction: mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

3. Data display: penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori atau dengan teks yang bersifat naratif

4. Conclusion Drawing/ verification: penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti yang kuat.

8. Teknik Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya, maka aspek validitas lebih ditekankan. Temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan penulis dengan yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Walaupun dalam penelitian kualitatif diperlukan uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Pada penelitian ini uji kredibilitas dilakukan dengan triangulasi.

(54)

Triangulasi adalah mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono 2012:495).

Wawancara Observasi

Kuesioner/Dokumentasi

Gambar 2 : Triangulasi teknik pengumpulan data

Sedangkan dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan uji kredibilitas sebagai berikut.

Kuesioner/Dokumentasi Observasi

Wawancara 9. Pedoman dan Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Terlampir

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab III penulis telah menjelaskan metode penelitian skripsi.

Penelitian dilakukan dengan penelitian kualitatif dan metode yang digunkana adalah deskripsi analitis. Informasi diperoleh dengan melakukan observasi terbuka atau tersamar, wawancara terstruktur serta studi terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembahasan. Penelitian dilakukan selama bulan April-Mei 2021. Penulis melakukan penelitian dengan menyebar angket melalui Google form kepada 15 OMK perwakilan wilayah yang ada di Paroki Santa Maria Kartasura. Setelah itu penulis melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan wawancara tatap muka. Dari 15 OMK yang menjadi informan pada penelitian ini hanya 12 OMK saja yang mau diwawancarai. 3 OMK sisanya tidak memberi konfirmasi terkait ketersediaan mereka untuk diwawancara sampai batas waktu yang sudah ditentukan.

Pada Bab IV, penulis memaparkan hasil penelitian yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penulis memfokuskan penelitian pada 4 aspek diantaranya. Bagaimana pelaksanaan Ekaristi daring yang diikuti OMK di Paroki Santa Maria Kartasura? Bagaimana pengalaman OMK selama mengikuti Ekaristi daring? Apakah Ekaristi daring membantu OMK memperdalam iman mereka? Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi, memberi informasi dan dapat menjadi bahan

(56)

refleksi tentang perayaan Ekaristi secara daring yang dilaksanakan oleh Paroki Santa Maria Kartasura. Dari hasil observasi penulis berhasil menemukan OMK perwakilan masing-masing wilayah beserta data diri yang diperlukan.

A. Hasil Studi Dokumen dan Observasi 1. Profil Paroki Santa Maria Kartasura

a. Sejarah Singkat Paroki Santa Maria Kartasura

Berdasarkan data yang diperoleh dari Litbang Paroki tahun 2017 Umat Katolik Kartasura mulai tumbuh dan berkembang ketika 10 umat memohon kepada Rama Paroki Santo Petrus Purwosari agar berkenan memberi pelajaran agama untuk menjadi calon baptis. Setelah itu umat Katolik semakin berkembang tidak hanya di Kartasura, tetapi juga di daerah sekitarnya seperti: Singopuran, Ngabeyan, Gembongan, Makamhaji, Pabelan, Gumpang, Gebyok, Mayang, Sawit, Banyudono, Colomadu, Kompleks AURI, Kompleks RPKAD, dan sekitarnya. Semakin banyak umat yang teribat aktif dalam kegiatan pembinaan iman dan pendampingan umat. Berkat pertumbuhan dan perkembangan umat yang membatidakan, pada tahun 1964 umat Katolik Kartasura mendapat status Stasi dari Paroki St. Petrus Purwosari dan Rama Franciscus Paulus Huneker, MSF sebagai Rama pendamping.

Gambar

Gambar 1: Sugiyono 2014: 92
Gambar 2  : Triangulasi teknik pengumpulan data
Tabel  1:  Paroki  Santa  Maria  Kartasura  terdiri  dari  15  wilayah  dan  42  lingkungan (Terlampir)
Diagram 1. Keikutsertaan OMK selama Ekaristi Daring

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku safety riding yang kurang baik pada mahasiswa kesehatan masyarakat antara lain tidak mempunyai SIM C saat mengendarai sepeda motor, awal usia mengendarai

(Director of Posts and Informatics Control) Dit.Dal PI Dir.Dal PI (25) Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Directorate General of Informatics Applications ).

Tujuan penelitian ini adalah (1) meningkatkan kinerja mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi dengan tenaga gerak traktor berroda –2, (2) membuat model

(2007) melaporkan penelitian terhadap lima jenis rumput pakan, yaitu rumput raja ( Pennisetum hybrida ), rumput gajah ( Pennisetum purpureum ), rumput benggala ( Panicum

Penelitian ini terdiri dari dua macam kegiatan, yaitu kajian lanjut secara teoritis berkaitan dengan pembentukan model pada data deret waktu seasonal dan kajian terapan

Ginjal mempertahankan komposisi cairan ekstraseluler yang menunjang fungsi semua sel tubuh.Kemampuan ginjal untuk mengatur komposisi cairan ekstraseluler

Sedangkan dalam penelitian ini bahan awal yang digunakan untuk sintesis SiHA adalah dari batuan calcite alam dari Druju Malang yang dicampurkan dengan H 3 PO

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh sisa anggaran, pendapatan asli daerah, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal Bidang Pendidikan,