• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda."

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “UPAYA MENINGKAT KETERLIBATAN

KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis akan keadaan kaum muda di stasi Gembala Yang Baik, di mana kaum muda di stasi tersebut belum semuanya terlibat dalam hidup menggereja. Kesibukan pribadi menghambat mereka untuk terlibat dalam hidup menggereja dan belum adanya kegiatan di gereja yang dapat memotivasi mereka untuk terlibat.

Melihat persolan tersebut, penulis mencoba melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang diharapkan. Penulis melakukan observasi dan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden yaitu kaum muda. Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, penulis membahasnya dan menyimpulkannya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa kaum muda di stasi Gembala Yang Baik mempunyai keinginan untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja, tetapi pada kenyataannya belum ada kegiatan yang dapat memotivasi mereka untuk aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Kaum muda sebenarnya juga menginginkan adanya suatu kegiatan yang dapat membimbing dan membantu kaum muda untuk dapat semakin menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegitan tersebut juga diharapkan sesuai dengan semangat dan jiwa muda saat ini, yang menarik dan dapat menginspirasi mereka untuk dapat menghayati iman mereka dalam kehidupan sehari-hari.

(2)

ix

ABSTRACK

The title of my thesis is "THE EFFORTS TO INCREASE THE YOUTH’S INVOLVEMENT FOR THE COMMUNITY OF GOOD SHEPHERD IN THE PARISH OF SAINT JOSEPH. REVITALIZING OF THE CHURCH THROUGHOUT THE YOUTH’S CATECHESIS". The background of this thesis is motivated by the concerns of the authors seeing the situation of young people in the community of Good Shepherd, where they are not involve in the life of the church. The personal business and the personal reasons hold up their involvement in the church activities and also there’s no good program which can motivate them to get involved.

In response to the aforementioned problem, the author attempted to conduct a servey in order to collect the necessary informations. She did an observation and distributed a questions. She did an observation and distributed a questionnaire to 30 respondents consisting mainly of young people. Then the author discussed the results of the survey and brew conclusions. It turned out from the survey that the young people at the Gembala Yang Baik parish station whised to be actively involved in the life of christian community; yet so far there had been no activities that would motivate them to be so. They in fact wanted activities that would guide and assist them to live up their faith in daily life. It is hoped that those activities be well adapted to the mentality of the youth nowadays, and become an inspiration to put their faith into daily practices.

(3)

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN

KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK

PAROKI SANTO YUSUF BATANG

DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Disusun oleh :

Aprilia Valentina Heppi Harsari NIM : 081124024

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku

Yang selalu membimbing dan mempercayaiku selama ini

Yang tak pernah berhenti mencintaiku

Yang selalu mendukung dalam setiap keputusan yang aku ambil

Mereka menjadi alasanku tetap bertahan dan berjuang

Untuk menggapai cita-citaku

(7)

v

MOTTO

Dan aku sungguh percaya bahwa....

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya”

(Pengkh 3:11)

Tiada sesuatu apapun yang diinginkan Tuhan

Selain kebahagiaan kita

Dapatkah kita menemukan seseorang yang mencintai kita

Daripada Tuhan?

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Aprilia Valentina Heppi Harsari

NIM : 081124024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI

GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM

HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

(10)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “UPAYA MENINGKAT KETERLIBATAN

KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis akan keadaan kaum muda di stasi Gembala Yang Baik, di mana kaum muda di stasi tersebut belum semuanya terlibat dalam hidup menggereja. Kesibukan pribadi menghambat mereka untuk terlibat dalam hidup menggereja dan belum adanya kegiatan di gereja yang dapat memotivasi mereka untuk terlibat.

Melihat persolan tersebut, penulis mencoba melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang diharapkan. Penulis melakukan observasi dan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden yaitu kaum muda. Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, penulis membahasnya dan menyimpulkannya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa kaum muda di stasi Gembala Yang Baik mempunyai keinginan untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja, tetapi pada kenyataannya belum ada kegiatan yang dapat memotivasi mereka untuk aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Kaum muda sebenarnya juga menginginkan adanya suatu kegiatan yang dapat membimbing dan membantu kaum muda untuk dapat semakin menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegitan tersebut juga diharapkan sesuai dengan semangat dan jiwa muda saat ini, yang menarik dan dapat menginspirasi mereka untuk dapat menghayati iman mereka dalam kehidupan sehari-hari.

(11)

ix

ABSTRACK

The title of my thesis is "THE EFFORTS TO INCREASE THE YOUTH’S INVOLVEMENT FOR THE COMMUNITY OF GOOD SHEPHERD IN THE PARISH OF SAINT JOSEPH. REVITALIZING OF THE CHURCH THROUGHOUT THE YOUTH’S CATECHESIS". The background of this thesis is motivated by the concerns of the authors seeing the situation of young people in the community of Good Shepherd, where they are not involve in the life of the church. The personal business and the personal reasons hold up their involvement in the church activities and also there’s no good program which can motivate them to get involved.

In response to the aforementioned problem, the author attempted to conduct a servey in order to collect the necessary informations. She did an observation and distributed a questions. She did an observation and distributed a questionnaire to 30 respondents consisting mainly of young people. Then the author discussed the results of the survey and brew conclusions. It turned out from the survey that the young people at the Gembala Yang Baik parish station whised to be actively involved in the life of christian community; yet so far there had been no activities that would motivate them to be so. They in fact wanted activities that would guide and assist them to live up their faith in daily life. It is hoped that those activities be well adapted to the mentality of the youth nowadays, and become an inspiration to put their faith into daily practices.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur dan terima kasih atas penyertaanNya melalui cinta, kasih dan kesetiaanNya membimbing dan menyertai penulis, sehingga penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Meskipun dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan hambatan, namun berkat kekuatan yang diberikanNya, penulis dapat melaluinya dengan sikap yang sabar dan tenang.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini berjudul: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK,

PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA

MELALUI KATEKESE KAUM MUDA.

Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis merasakan rahmat kasih dan kebaikan Allah melalui dukungan dan perhatian dari beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

(13)

xi

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik-Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik penulis, yang telah membantu, mengarahkan dan membimbing selama studi di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. 3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y, M. Hum., selaku dosen penguji ketiga

yang telah merelakan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing dan mengoreksi tulisan ini.

4. Segenap Romo, Bapak dan ibu dosen serta karyawan-karyawan IPPAK , yang telah memberikan dukungan, perhatiaan, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan penyediaan fasilitas pendukung demi memperlancar studi penulis.

5. Kaum muda di Stasi Gembala Yang baik yang bersedia merelakan waktu dan keterbukaan hati untuk mengisi kuesioner yang penulis berikan demi memperlancar penulisan skripsi ini.

6. Bapak Idris, selaku Pendamping kaum muda di Stasi Gembala Yang Baik yang dengan kerelaannya memberikan informasi mengenai hal-hal yang penulis perlukan dalam proses penulisan skripsi ini.

(14)

xii

8. Teman-teman mahasiswa Prodi IPPAK angkatan 2008, yang selama ini bersama-sama berjuang menjalani studi di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma.

9. Serta segenap pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, di mana mereka telah berperan dalam proses studi, khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN. ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN. ... iv

MOTTO. ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. ... vii

ABSTRAK. ... viii

ABSTRACK. ... ix

KATA PENGANTAR. ... x

DAFTAR ISI. ... xiii

DAFTAR SINGKATAN. ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 9

C. Tujuan Penulisan. ... 10

D. Metode Penulisan. ... 10

E. Sistematika Penulisan. ... 11

BAB II. KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA. ... 13

A. Keterlibatan Kaum Muda. ... 15

1. Pengertian Kaum Muda. ... 15

2. Pentingnya Keterlibatan Kaum Muda. ... 20

3. Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Kaum Muda. ... 23

a. Faktor Penghambat Keterlibatan Kaum Muda... 24

(16)

xiv

B. Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 32

1. Pengertian Hidup Menggereja. ... 32

2. Perananan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 36

3. Bentuk-Bentuk Keterlibatan Hidup Menggereja. ... 37

a. Kegiatan Hidup Menggereja Internal. ... 37

b. Kegiatan Hidup Menggereja Eksternal. ... 41

BAB III. KETERLIBATAN KAUM MUDA DI STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG. ... 44

A. Paroki Santo Yusuf Batang. ... 45

1. Sejarah Paroki Santo Yusuf Batang. ... 45

2. Gambaran Umum Stasi Gembala Yang Baik. ... 48

3. Gambaran Umum Kaum Muda Stasi Gembala Yang Baik. ... 50

B. Penelitian Mengenai Keterlibatan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 54

1. Desain Penelitian. ... 54

a. Latar Belakang Penelitian. ... 54

b. Tujuan Penelitian. ... 56

c. Instrument Pengumpulan Data. ... 56

d. Responden Penelitian. ... 58

e. Waktu Pelaksanaan dan Pelaksanaan Penelitian. ... 59

f. Variabel Penelitian. ... 59

2. Laporan Hasil Penelitian. ... 61

a. Identitas Responden. ... 62

b. Laporan Hasil Penelitian Kuesioner Tertutup. ... 63

c. Laporan Hasil Penelitian Kuesioner Terbuka. ... 74

3. Pembahasan Hasil Penelitian. ... 76

a. Pembahasan Hasil Penelitian Kuesioner Tertutup. ... 76

b. Pembahasan Hasil Penelitian Kuesioner Terbuka. ... 93

(17)

xv

BAB IV. KATEKESE KAUM MUDA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI GEMBALA YANG BAIK

PAROKI SANTO YUSUF BATANG. ... 100

A. Katekese Kaum Muda. ... 101

1. Pengertian Katekese Kaum Muda. ... 102

2. Tujuan Katekese. ... 103

3. Kekhasan Katekese Kaum Muda. ... 103

4. Figur Katekis Untuk Kaum Muda. ... 104

B. Usulan Program Katekese Kaum Muda Dalam Rangka Peningkatan Keterlibatan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 106

1. Latar Belakang Program. ... 107

2. Alasan Diadakannya Program Katekese Kaum Muda. ... 108

3. Tujuan Program. ... 109

C. Gambaran Program. ... 109

D. Uraian Tema dan Tujuan... 110

E. Matriks Penjabaran Program Katekese Kaum Muda. ... 112

F. Contoh Persiapan Katekese. ... 115

BAB V. PENUTUP. ... 122

A. Kesimpulan. ... 122

B. Saran. ... 124

1. Bagi Kaum Muda di Stasi Gembala Yang Baik. ... 124

2. Bagi Katekis di Stasi Gembala Yang Baik. ... 125

DAFTAR PUSTAKA. ... 126

LAMPIRAN. ... 130

Lampiran 1 : Surat Pernyataan Penelitian. ... (1)

(18)

xvi

Lampiran 3 : Lirik Lagu ... (6) Lampiran 4 : Video Klip Lagu. ... (7)

(19)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru : dengan Pengantar dan Catatan Singkat.

(Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1985/1986, hlm 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese),

Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

KGK :Katekismus Gereja Katolik, (P. Herman Embiru, SVD, Penerjemah). Ende: Percetakan Arnoldus.

LG : Lumen Gentium (Terang Bangsa-bangsa), Konsitusi

Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

C. Singkatan Lain

Art :Artikel

Hal :Halaman

KAS :Keuskupan Agung Semarang

Kej : Kejadian

Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia LCD :Liquid Crystal Display

(20)

xviii

MSC : Missionarii Sacratissimi Cordis Jesu OMK : Orang Muda Katolik

PIA : Pendampingan Iman Anak PERNAS :Pertemuan Nasional

Pr : Projo

Rm : Romo

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SJ : Serikat Jesuit

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas

St : Santo

VCD : Video Compact Disc

(21)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kaum muda terdiri dari pribadi-pribadi yang mulai berkembang. Mereka memiliki ciri khas dan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Potensi yang mereka miliki merupakan suatu cerminan dari perkembangan pribadi mereka dalam pencarian identitas dan jati dirinya. Dalam proses pencarian jati dirinya itu kaum muda cenderung menginginkan sesuatu yang cepat dan praktis dalam memperoleh sesuatu yang mereka inginkan. Mereka lebih senang mengikuti kegiatan yang menyenangkan, meriah dan kreatif, misalnya seperti; kegiatan

outbound, hiking, rekreasi bersama, main game, internet, dll. Kegiatan-kegitan

ini lebih menarik minat kaum muda untuk diikuti karena kegiatan tersebut

simple, menyenangkan dan tidak membosankan.

Media yang berkembang saat ini menyuguhkan berbagai hal yang menarik dan sesuai dengan jiwa muda mereka yang kreatif dan inovatif. Budaya instan dan budaya pop yang saat ini berkembang banyak mempengaruhi mereka. Kebanyakan kaum muda lebih menyukai sesuatu yang berhubungan dengan musik, film, lagu dan sesuatu yang berhubungan dengan hiburan atau

entertaiment. Mereka lebih tertarik untuk mendapatkan informasi melalui

(22)

setiap permasalahan dan keingintahuan mereka akan sesuatu hal. Kaum muda lebih asyik memperluas pergaulannya dengan jejaring sosial seperti; facebook,

twiter, blackberry dan media jejaring sosial lainnnya. Mereka dengan mudah

mendapatkan teman dari manapun. Internet mempermudah mereka mendapatkan segala sesuatu yang mereka butuhkan secara instan dan tidak memerlukan banyak waktu.

Pada kenyataannya kaum muda adalah harapan bagi Gereja. Peran kaum muda dalam Gereja mampu menumbuhkan semangat baru dan memberikan pencerahan. Kaum muda memiliki daya pikat bagi umat yang lainnya. Mereka dapat membuat suatu kegiatan yang dinamis, inspiratif dan kreatif. Ekaristi Kaum Muda yang diadakan di gereja adalah salah satu contoh kegiatan yang dilaksanakan dan dikoordinir oleh kaum muda. Perayaan Ekaristi dikemas secara menarik dengan menggunakan tari-tarian, fragmen, dan pemutaran video atau

slide gambar maupun lagu. Ekaristi tersebut mampu menarik banyak umat untuk

hadir karena umat merasakan adanya sentuhan yang berbeda. Ekaristi menjadi berwarna karena menampilkan sesuatu yang baru dan inspiratif.

(23)

kegiatan OMK mengarah pada hal yang positif dan meningkatkan kepedulian mereka terhadap Gereja. Gereja berperan untuk menghantar kaum muda dalam menemukan identitas dan kekatolikan mereka yang mulai menghilang. Gereja tidak cukup hanya memberi materi dan metode dalam mengarahkan kaum muda, tetapi Gereja juga membutuhkan kerjasama dan keterbukaan kaum muda untuk menerima karya Roh Kudus dalam Gereja-Nya. Roh Kudus merupakan penggerak utama dalam setiap karya perutusan Gereja. Usaha untuk mewujudkan pencarian identitas kaum muda itu sendiri tidak akan tercapai tanpa adanya keterbukaan dari kaum muda.

(24)

1. Merefleksikan panggilan Allah kepada orang muda Katolik untuk merasul dalam hidup bermasyarakat.

2. Merancang gerakan-gerakan orang muda Katolik bersama seluruh umat dalam lingkup nasional dan keuskupan masing-masing.

Tujuan tersebut bermaksud agar Gereja mampu mengajak umatnya khususnya kaum muda untuk merefleksikan panggilaanNya. Gereja mengambil langkah dengan mengadakan kegiatan-kegiatan untuk mengajak kaum muda serta umat yang lain untuk saling bekerjasama. Kegiatan tersebut mempunyai maksud untuk menggerakkan kaum muda yang aktif terlibat di dalam masyarakat maupun hidup menggereja. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan sosial, kegiatan di dalam gereja dan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat. Dengan demikian akan timbul suatu kesadaran dari kaum muda akan perannya yang penting dalam hidup menggereja sebagai umat Allah. Kaum muda menjadi penggerak pembaharuan dalam masyarakat maupun Gereja. Semangat dan pola pikir mereka yang kreatif sungguh memberikan nuansa yang berbeda dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, entah itu dalam kegiatan di masyarakat maupun lingkungan Gereja. Untuk itu peranserta dan keterlibatan mereka sangat penting bagi Gereja.

(25)

mereka ikuti sehingga mereka terpaksa memilih kegiatan yang dirasa lebih menarik.

Keterlibatan dalam kehidupan menggereja itu tidak hanya semata-mata kegiatan doa di lingkungan maupun sesuatu yang berhubungan dengan Gereja. Kegiatan sosial seperti bantuan saat bencana alam, dan kegiatan-kegiatan sosial di luar dari gereja yang dilakukan oleh banyak kaum muda Katolik juga dapat disebut kegiatan menggereja. Mereka beranggapan bahwa ikut dalam kegiatan sosial di luar gereja juga merupakan salah satu bagian dari perwujudan iman dan bentuk keterlibatan dalam hidup menggereja. Tetapi tidak boleh dilupakan pula bahwa penghayatan iman mereka akan Allah juga perlu dikembangkan. Kaum muda sebenarnya ingin dekat pula dengan Yesus. Mereka mencoba mendekatkan dirinya dengan Yesus dengan rajin pergi ke gereja sebagai bentuk ungkapan imannya terhadap Yesus Kristus, akan tetapi nilai-nilai religius dari iman mereka tidak mereka hayati sehingga mereka kurang dapat mengembangkan imannya. Kaum muda diharapkan semakin menghayati imannya dan perannya yang penting dalam perkembangan Gereja sehingga penghayatan iman mereka dapat diwujudkan dalam kehidupan konkret dengan ikut terlibat dalam kehidupan menggereja.

(26)

kegiatan-aktif terlibat. Di stasi tersebut kaum mudanya didominasi oleh para pelajar dan karyawan. Kaum muda yang telah menjadi mahasiswa hanya saat libur saja ada di rumah, sehingga kegiatan-kegiatan di gereja kurang dapat diikuti. Para pelajar juga disibukkan oleh kegiatan di sekolahnya dan kegiatan di sekolah itu kadang bertabrakan dengan kegiatan menggereja. Mereka yang sudah menjadi mahasiswa atau sudah bekerja berpindah tempat di luar kota. Mereka pulang satu bulan sekali atau pada waktu liburan. Mereka yang telah bekerja dan masih menetap di stasi tersebut juga kadang sulit untuk sepenuhnya dapat mengkuti kegiatan dalam hidup menggereja, faktor waktu dan kesibukan menjadi alasannya.

(27)
(28)

Tradendae sebagai berikut:

Katekese menjadi penting sekali, karena sudah tibalah saatnya Injil dapat disajikan, dimengerti dan diterima sebagai sesuatu yang mampu memberi makna kepada kehidupam, dengan kata lain: mampu mengilhami sikap-sikap, yang tanpa Injil tidak dapat dijelaskan, misalnya pengorbanan diri, sikap lepas-bebas, sikap menahan diri, keadilan, komitmen, perdamaian, kepekaan terhadap Yang Mutlak dan tidak kelihatan. Itu semua termasuk ciri-ciri yang membedakan orang muda dengan teman-temannya sebagai murid Yesus Kristus (CT, art 39).

Katekese yang sesuai dengan kebutuhan kaum muda di stasi Gembala Yang Baik adalah katekese kaum muda. Melalui katekese kaum muda ini, mereka diajak untuk mendekatkan diri dan mengenal Allah. Melalui katekese, mereka dapat menyadari sekaligus merefleksikan pengalaman hidupnya sehingga mereka dapat menentukan aksi konkret atau tindakan konkret sesuai dengan nilai-nilai kerajaan Allah. Melalui proses katekese semacam ini kaum muda didorong untuk berani terbuka mengungkapkan permasalahan dan pengalaman imannya sehari-hari. Peneguhan oleh katekis dalam menanggapi permasalahan yang mereka hadapi diharapkan mampu membuat mereka merasa diakui dan diteguhkan, seperti yang telah dijelaskan oleh Sri Paus Yohannes Paulus II dalam Catecese Tradende, sebagai berikut:

(29)

untuk meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam kehidupan menggereja di Paroki St. Yusuf Batang. Melalui katekese kaum muda diharapkan semakin menyadari kehadiran Allah dan selalu mengusahakan dirinya untuk terlibat dalam kehidupan menggereja demi perkembangan imannya. Katekese ini menjadi suatu tempat pendampingan iman bagi kaum muda yang mengarahkan, membimbing dan membantu mereka dalam menjawab kebutuhan dan menghantar mereka untuk mewujudkan iman yang dewasa dan aktif dalam kehidupan menggereja.

Melihat kenyataan dan keprihatinan di atas maka penulis tergerak untuk menulis skripsi dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK,

PAROKI ST. YUSUF BATANG MELALUI KATEKESE KAUM MUDA”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Sejauh mana keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik?

2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat kaum muda untuk terlibat dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik?

(30)

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kaum muda untuk terlibat dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik. 3. Untuk mengetahui harapan-harapan kaum muda dalam meningkatkan

keterlibatan mereka dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik.

D. METODE PENULISAN

(31)

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Judul Skripsi yang dipilih penulis adalah “Upaya Meningkatkan

Keterlibatan Kaum Muda Stasi Gembala Yang Baik, Paroki Santo Yusuf Batang Melalui Katekese Kaum Muda. Judul ini penulis bahas dalam lima bab, yang diuraikan sebagai berikut:

Bab I menguraikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

Bab II membahas tentang katerlibatan kaum muda dalam hidup menggereja yang dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama menguraikan mengenai keterlibatan kaum muda dan bagian kedua membahas kaum muda dalam hidup menggereja.

Bab III menguraikan tentang gambaran paroki yang meliputi: sejarah paroki dan situasi kaum muda paroki. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai metodologi penelitian. Metodologi penelitian ini mencakup latar belakang, tujuan, instrumen pengumpulan data, responden, waktu pelaksanaan, variabel, laporan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan pembahasan penelitian.

(32)
(33)

BAB II

KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA

Pada bab yang pertama penulis telah menguraikan alasan penulis memilih tema skripsi dengan judul skripsi “Upaya Meningkatkan Keterlibatan Kaum Muda Stasi Gembala Yang Baik, Paroki Santo Yusuf Batang Dalam Hidup Menggereja Melalui Katekese Kaum Muda”. Pada bab I, tujuan, manfaat dan metode penulisan skripsi ini juga diungkapkan. Dalam bab yang kedua ini penulis akan membahas lebih lengkap mengenai keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja.

(34)

membutuhkan suatu pengarahan, bimbingan dan dukungan dari orang-orang sekitar.

(35)

Bab yang kedua ini akan membahas beberapa bagian mengenai keterlibatan kaum muda yang meliputi: pengertian kaum muda, pentingnya keterlibatan kaum muda dan faktor yang mempengaruhi keterlibatan kaum muda. Bab ini juga membahas mengenai kaum muda dalam hidup menggereja yang diuraikan dalam beberapa bagian yaitu pengertian hidup menggereja, peranan kaum muda dalam hidup menggereja dan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja.

A. Keterlibatan Kaum Muda

1. Pengertian Kaum Muda

Dalam topik ini penulis akan membahas mengenai pengertian kaum muda yang dideskripsikan dalam beberapa bagian yaitu siapa saja yang disebut kaum muda dan siapa saja yang disebut kaum muda Katolik yang dipaparkan oleh beberapa tokoh.

a. Siapa Saja Yang Disebut Kaum Muda

(36)

Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,1982:397.594) mengatakan bahwa kaum muda terdiri dari dua kata yaitu “ Kaum” dan “ Muda”. Kaum berarti golongan orang yang sekerja, sepaham, sepangkat, sedangkan muda berarti belum sampai setengah umur. Maka kaum muda adalah orang yang sekerja, sepaham, namun belum sampai setengah umur.

Deskripsi mengenai kaum muda diuraikan oleh Tangdilintin (1984:5) dalam buku Pembinaan Generasi Muda:Visi dan Latihan, yang mengutip tulisan dr. J. Riberu dengan memakai istilah “muda-mudi”, sebagai berikut:

Dengan “muda-mudi” dimaksudkan kelompok umur sexennium ketiga dan keempat dalam hidup manusia (±12-24). Bagi yang bersekolah, usia ini sesuai dengan usia Sekolah Lanjutan dan Perguruan Tinggi. Ditinjau dari segi sosiologis, sering kali patokan usia di atas perlu dikoreksi dengan unsur status sosial seseorang dalam masyarakat tertentu. Status sosial yang dimaksud adalah hak dan tugas orang dewasa yang diberikan kepada seseorang sesuai dengan tata kebiasaan masyarakat tertentu. Status sosial ini seiring sejalan dengan status berdikari di bidang nafkah dan status sosial berkeluarga. Unsur status sosial ini menyebabkan seseorang yang menurut usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi, bisa dianggap sudah dewasa dan sebaliknya orang yang sudah melampaui usia tersebut tetapi masih dianggap muda-mudi.

(37)

keluarga. Hal tersebut tidak terbatas oleh umur, bila seseorang sudah berkeluarga dan bekerja, mereka tidak bisa digolongkan sebagai muda-mudi. Mereka sudah memiliki tanggung jawab dan status sosial yang berbeda dan bisa dikatakan sudah dewasa meskipun usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi. Tetapi sebaliknya bila orang yang sudah dewasa dalam segi umurnya, namun belum dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam masyarakat, mereka masih dikatakan muda-mudi.

Shelton (1987: 64) mengatakan bahwa kaum muda adalah mereka yang berusia antara 15-24 tahun dan sedang mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, emosional, sosial, moral, serta religius. Mangunharjana (1986:11-12) berpendapat bahwa istilah kaum muda dipergunakan untuk menunjuk kaum, golongan atau kelompok orang yang muda usia. Kaum muda adalah mereka yang berusia antara 15 tahun sampai 24 tahun atau usia muda-mudi yang masih berstatus sebagai siswa SMA dan berstatus sebagai mahasiswa.

(38)

b. Siapa Saja Yang Disebut Kaum Muda Katolik

Pada bagian pertama telah dijabarkan deskripsi mengenai siapa saja yang disebut kaum muda menurut kamus Bahasa Indonesia dan menurut pendapat para pakar-pakar dalam bidangnya. Pada bagian ini akan dibahas mengenai siapa saja yang disebut kaum muda Katolik. Seperti halnya pada bagian sebelumnya, pada bagian ini juga akan dijabarkan lebih jelas siapa saja yang disebut kaum muda Katolik. Deskripsi tersebut diambil dari pendapat dan pandangan dari beberapa pakar, yang antara lain sebagai berikut:

Kaum muda Katolik yaitu warga Gereja Katolik usia tingkat SMA dan perguruan tinggi yang belum menikah (Suhardiyanto, 2012:387).

Seperti yang dipaparkan pada kutipan di atas bahwa kaum muda itu terdiri dari berbagai umur dan tingkat pendidikan yang berbeda dan belum menikah. Mereka menjadi warga Gereja karena telah disahkan secara resmi melalui sakramen-sakramen yang telah diterimanya. Gereja menyebut kaum muda Katolik dengan OMK atau Orang Muda Katolik. OMK adalah organisasi dimana para kaum muda melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Gereja yang mendapatkan pembinaan dari Pastor, tokoh-tokoh orang muda maupun Dewan Paroki. Umat lebih familiar memanggil kaum muda Katolik dengan sebutan OMK. Kaum muda Katolik atau OMK adalah mereka para kaum muda yang aktif dalam kegiatan gereja.

(39)

diciptakan Allah sesuai dengan citraNya (Kej 1:27). Mereka memiliki panggilan dasar untuk menjaga hidup dan berperilaku sebagai citra Allah, dan semakin mendekati citra Allah itu. Untuk mendekati citra Allah itu kaum muda hendaknya mampu mengenali diri dan menerima diri sebagaimana adanya. Kesadaran diri itulah yang akan melandasi kaum muda untuk membangun harga diri dan percaya kepada dirinya. Dengan dasar harga diri dan percaya diri yang dimiliki itulah maka kepribadian yang menyangkut kejujuran, sikap adil, bertanggung jawab, disiplin dan solider akan berkembang. Seperti pada kutipan berikut:

OMK itu adalah kaum muda Katolik yang mengenal diri dan percaya diri sebagai citra Allah, berwatak jujur, adil, bertanggungjawab, terbuka, disiplin, solider, beriman kokoh-kritis dengan spiritualitas martyria, mau dan mampu berperan aktif dalam hidup menggereja, serta mengemban misi sosial membangun keadaban publik (Tangdilintin, 2008:62).

(40)

2. Pentingnya Keterlibatan Kaum Muda

Pada bagian pertama telah dijabarkan mengenai pengertian kaum muda yang meliputi siapa saja yang disebut kaum muda dan siapa saja yang disebut kaum muda Katolik. Pada bagian yang kedua ini akan dibahas mengenai pentingnya keterlibatan kaum muda. Namun sebelumnya terlebih dahulu akan dijabarkan mengenai deskripsi dari keterlibatan itu sendiri.

Dalam Katekismus Gereja Katolik Art. 10, dijelaskan bahwa arti keterlibatan adalah sebuah pengabdian yang dilaksanakan secara sukarela oleh pribadi-pribadi yang sesuai dengan tempat dan peranan seseorang serta harus mengarah pada peningkatan kesejahteraan umum. Keterlibatan yang sukarela itu berasal dari keinginan diri sendiri dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Kaum muda menyadari perannya dalam hidup menggereja atau hidup dalam masyarakat. Mereka akan dengan sepenuh hati mengikuti dan melaksanakan kewajiban yang seharusnya dilakukan sesuai dengan peranannya.

Sebagai seorang Kristiani, keterlibatan hendaknya selalu berangkat dari keyakinan iman akan Kristus dan berakhir pada pengembangan iman selanjutnya. Keterlibatan umat kristiani harus berdasar pada keyakinan imannya bukan menjadi kepentingan pribadi maupun kelompok. Tindakan nyata atas keterlibatan umat inilah mampu menghadirkan Allah menjadi nyata di dalamnya (Sarjumunarsa, 1989:497).

(41)

kehidupan sehari-hari. Perwujudan itu berupa keterlibatan aktif kaum muda dalam hidup menggereja. Keterlibatan itu hendaknya berasal dari keinginan dan kesadaran diri sendiri, bukan karena kepentingan pribadi maupun kelompok. Kaum muda yang menyadari akan perannya sebagai umat Kristiani, mereka akan senang dan merasa dapat menemukan bahwa Allah hadir dalam dirinya.

Peran kaum muda untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja maupun masyarakat sangatlah penting. Keterlibatan itu adalah buah dari perwujudan imannya akan Kristus, yang dihayati dan dikembangkan melalui sikap dan tindakan konkret. Keterlibatan mampu menggerakkan kaum muda pada penghayatan iman tidak hanya sekedar melakukan kewajiban sebagai umat Katolik saja tetapi lebih pada penghayatan iman yang terwujud dalam hidup konkretnya. Perwujudan iman yang konkret itu berupa keterlibatan kaum muda dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan, wilayah, maupun kegiatan-kegiatan di gereja.

Kaum muda diharapkan dapat melibatkan dirinya secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Hal ini dapat melatih kaum muda untuk dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain di sekitar, mengarahkan kaum muda dalam kegiatan-kegiatan positif yang dapat membentuk kepribadian mereka yang baik dan yang terpenting adalah mereka dapat menghayati imannya melalui keterlibatan mereka.

(42)

a. Menciptakan kesadaran dan keprihatinan bersama di antara orang muda Katolik (sebagai bagian tak terpisahkan dari Gereja dan masyarakat Indonesia) akan rusaknya keadaban publik.

b. Menemukan makna spiritualitas panggilan dan membarui semangat orang muda Katolik Indonesia untuk ikut bertanggung jawab dalam merintis keadaban publik sebagai habitus baru bangsa sebagai perwujudan iman. c. Merancang, mempersiapkan dan melaksanakan gerakan-gerakan orang muda

Katolik Indonesia sebagai pelopor gerakan-gerakan seluruh umat dalam merintis keadaban publik sebagai habitus baru bangsa.

(43)

tumbuh dan berkembang. Kepercayaan dan dukungan dari umat dan Gereja sendiri, mampu memberikan motivasi bagi kaum muda untuk berkembang dan aktif terlibat dalam hidup menggereja. Kaum muda menjadi bebas mengekspresikan diri dalam kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti sesaui dengan jiwa dan semangat muda mereka. Keterlibatan dalam hidup menggereja itu sangatlah penting bagi semua umat Katolik. Keterlibatan tersebut dapat dilaksanakan dalam berbagai kegiatan yang sesuai dengan anjuran Gereja bahwa:

Setiap orang beriman Kristiani dipanggil untuk bekerja sesuai dengan kondisinya masing-masing sesuai kehendak Allah (Kartosiswoyo,1993: 208-209).

Kutipan di atas bermaksud bahwa setiap umat Kristiani harus dapat menghayati imannya akan Yesus Kristus dengan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perwujudan iman tersebut dilakukan oleh umat karena kesadaraannya akan imannya yang harus dikonkretkan dalam hidupnya sesuai dengan keadaannya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Kaum Muda

(44)

menggereja ataupun tidak terlibat dalam hidup menggereja disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya (Sulendra, 1997:9). Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor penghambat keterlibatan kaum muda dan faktor-faktor pendukung keterlibatan kaum muda.

a. Faktor Penghambat Keterlibatan Kaum Muda

Dalam kenyataan yang sering kita jumpai, jarang sekali kita melihat kaum muda aktif terlibat dalam hidup menggereja dan hanya beberapa saja yang terlibat. Kegiatan-kegiatan di gereja hanya didominasi oleh orang-orang dewasa, dan kaum muda kurang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Kaum muda kurang menyadari bahwa sebenarnya peran mereka sangat penting. Kaum muda memiliki semangat, ide-ide kreatif dan potensi-potensi yang dapat dituangkan dalam kegiatan-kegiatan di gereja dan ini mampu memberikan nuansa baru bagi Gereja. Gereja berkembang apabila umatnya selalu berusaha dan menyadari akan tanggung jawabnya untuk beperan aktif mengembangkan Gereja khususnya kaum muda. Kaum muda tidak aktif terlibat dalam kehidupan menggereja kadang disebabkan oleh beberapa faktor yang menghambat mereka sehingga mereka tidak aktif terlibat. Faktor-faktor penghambat tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Hambatan Dalam Diri

(45)

karena kondisi sosial ekonomi keluarga yang kurang memadai. Dalam kondisi seperti ini kaum muda sulit untuk ikut terlibat dan memperlihatkan kemampuannya dalam berorganisasi bersama kaum muda yang lain, karena menyadari dirinya tidak mampu. Kondisi seperti ini akan menimbulkan rasa kurang percaya diri walaupun sebenarnya kaum muda tersebut memiliki kemampuan tertentu. Kaum muda sulit untuk bersosialisasi dan cenderung menutup diri terhadap kegiatan-kegiatan di gereja maupun di dalam masyarakat.

Kaum muda juga mengalami sesuatu hambatan untuk terlibat karena kurangnya mendapat motivasi dari orang lain. Dalam mengikuti kegiatan terkadang kaum muda hanya melakukanya asal-asalan saja atau tidak serius, hanya sekedar terlaksana saja. Mereka melaksanakan kegiatan tidak secara sepenuh hati, sehingga kegiatan tidak dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan mereka kurang termotivasi, mereka kurang mendapatkan penjelasan dan pengarahan untuk menggugah kesadaran mereka akan pentingnya keterlibatan mereka dalam setiap kegiatan hidup menggereja. Apabila mereka menyadari hal tersebut, kemungkinan mereka dapat termotivasi mengikuti dan melaksanakannya dengan baik dan sepenuh hati.

(46)

2) Hambatan Dalam Keluarga

Hambatan yang mungkin dialami kaum muda terkadang justru datang dari keluarga sendiri. Permasalahan keuangan kadang menjadi salah satu faktor yang mendominasinya. Banyak kegiatan-kegitan di gereja yang terpaksa ditunda atau bahkan dibatalkan kaum muda hanya karena masalah keuangan yang dibutuhkan tidak dapat terpenuhi. Hal tersebut sering dialami oleh kaum muda di gereja-gereja di pelosok atau pinggiran yang tingkat ekonomi umatnya rata-rata menengah ke bawah. Kegiatan yang seharusnya diikuti kaum muda di gereja terpaksa tidak dapat diikuti, karena tidak dapat membayar iuran.

Faktor ekonomi keluarga kadang menjadi faktor penghambat kaum muda dalam keterlibatannya dalam hidup menggereja yang dalam kegiatan tersebut memerlukan dana utuk mengikutinya. Kaum muda menjadi tidak terlibat dan terkesan rendah diri, karena faktor ekonominya. Kegiatan menggereja kadang juga memerlukan dana atau iuran dari peserta atau anggota. Bagi kaum muda yang memiliki tingkat ekonomi rendah mereka merasa kegiatan tersebut berat untuk diikuti, sehingga mereka berfikir lebih baik tidak mengikuti.

(47)

dalam keluarga tersebut tidak ada hubungan harmonis dan komunikasi pun tidak lancar, maka keluarga tersebut akan bersikap acuh tidak acuh terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya khususnya orang tua terhadap anaknya. Orang tua kurang dapat memantau anaknya dan mengarahkan anaknya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan mereka. Akhirnya kaum muda yang ada dalam keluarga tersebut akan mengikuti kegiatan yang disukainya yang mungkin akan menjurus pada kegiatan yang negatif karena kurangnya perhatian dan pengarahan dari orang tua.

Peran orang tua sangatlah penting. Orang tua menjadi pendidik yang pertama dan utama dalam menerapkan norma-norma yang berlaku dan mengarahkan anak pada sesuatu yang baik, khususnya membimbing anaknya untuk dapat dekat pada imannya. Apabila dalam keluarga tidak terjadi hubungan yang baik, maka dalam keluarga tersebut tidak terjadi suatu kebersamaan yang baik akan iman mereka. Orang tua kurang dapat mengarahkan anaknya untuk menghayati imannya karena kesadaran iman merekapun kurang dikembangkan. Hal ini sangat menghambat kaum muda untuk terlibat. Mereka merasa kurang diarahkan dan dibimbing oleh orang tua untuk menghayati imannya, sehingga kaum muda lebih memilih untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sesuai dengan keinginan mereka.

3) Hambatan Dalam Sekolah

(48)

sekolah yang padat menghambat kaum muda untuk dapat membagi waktunya untuk terlibat dalam kegiatan menggereja. Kaum muda yang masih bersekolah kadang disibukkan dengan kegiatan di sekolah, entah itu kegiatan tambahan maupun les di luar sekolah, sehingga mereka kurang dapat terlibat dalam hidup menggereja. Tuntutan-tuntutan akademik oleh sekolah mengharuskan mereka untuk mengikuti pelajaran tambahan seperti les dan kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang mendukung lainnya. Hal tersebut membuat kaum muda sibuk dan sulit untuk meluangkan waktunya untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat maupun kegiatan hidup menggereja. Mereka merasa kegiatan yang diadakan di sekolah lebih penting daripada mengikuti kegiatan di gereja.

4) Hambatan Dalam Masyarakat

Lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap kaum muda. Lingkungan yang kurang berpendidikan biasanya cenderung membuat kaum muda mudah terpengaruh untuk melakukan kegiatan yang negatif. Hal ini disebabkan karena di lingkungan tersebut tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah. Kaum muda kadang masih terpengaruh oleh kebiasaan dan pergaulannya dalam masyarakat. Kaum muda kadang lebih suka untuk bepergian, nongkrong dan akhirnya mereka meninggalkan kegiatan-kegiatan di gereja yang seharusnya diutamakan.

5) Hambatan Dalam Gereja

(49)

letak gereja yang jauh dari tempat tinggalnya dan tidak adanya sarana transportasi. Kondisi ini dapat membuat kaum muda malas untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan mengereja.

Hambatan yang muncul dari gereja sendiri lainnya adalah bahwa gereja dalam mengadakan kegiatan-kegiatan untuk kaum muda kurang menarik dan kurang dapat memotivasi kaum muda untuk terlibat. Kaum muda menginginkan adanya suatu kegiatan yang dinamis, kreatif, dan inovatif. Bila kegiatan di gereja hanya itu-itu saja dan monoton, kaum muda menjadi malas untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Kurangnya perhatian dari pendamping kaum muda juga menjadi hambatan kaum muda terlibat dalam hidup menggereja. Pembimbing adalah motivator bagi kaum muda dalam melaksanakan kegiatan menggereja dan kaum muda sangat memerlukan pendampingan dan dukungan penuh dari pendamping. Namun kadang pembimbing disibukkan oleh kegiatannya sendiri. Pembimbing yang memiliki pekerjaan pokok tentu tidak selalu mempunyai waktu untuk memberikan perhatian penuh terhadap kaum muda. Kaum muda masih kurang mendapatkan perhatian walaupun sudah memiliki pendamping, apalagi kaum muda yang tidak memiliki pendamping.

(50)

dengan kaum muda. mereka akan saling mendukung dan kegiatan yang diadakan atau dikoordinir oleh kaum muda akan berjalan dengan lancar.

Hambatan-hambatan inilah yang sering membuat kaum muda enggan dan bahkan tidak terlibat dalam hidup menggereja. Mereka menjadi takut dan merasa bahwa mereka belum dapat melakukan sesuatu yang baik bagi Gereja. Kaum muda perlu bimbingan dan pengarahan dalam melaksanakan kegiatan-kegitan menggereja tersebut. Mereka memerlukan dukungan dari Gereja dan umat yang lainnya. Dengan dukungan tersebut, kaum muda akan merasa diakui dan dipercaya dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan menggereja.

b. Faktor Pendukung Keterlibatan Kaum Muda

Kaum muda dapat terlibat aktif dalam hidup menggereja itu dikarenakan adanya faktor-faktor pendukung yang dapat memotivasinya. Menurut Darmanto (1997:9), kaum muda tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya arahan dan bimbingan, khususnya dukungan dari beberapa pihak. Faktor-faktor pendukung itu antara lain:

1) Dukungan Dari Keluarga

(51)

kaum muda akan selalu dimonitor dan selalu mendapat pengarahan dan dukungan penuh dari keluarga. Kaum muda merasa diakui dan dipercayai melakukan segala kegiatan terutama kegiatan dalam hidup menggereja. Dengan pengarahan dan bimbingan diharapkan kaum muda dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif bagi dirinya. Pendampingan keluarga khususnya dalam iman juga menjadi pendukung bagi keaktifan kaum muda terlibat dalam hidup menggereja. Kadang kaum muda belum begitu mengerti dan memahami bagaimana menghayati imannya. Orang tua menjadi pembimbing dan pendamping bagi kaum muda untuk memahami dan membantu mereka untuk menghayati imannya. Dengan pendampingan tersebut kaum muda menjadi mengerti dan mulai menghayati imannya yang diwujudkan dalam hidup sehari-hari dengan ikut terlibat dalam hidup menggereja.

2) Dukungan Dari Masyarakat

(52)

semacam ini dapat menumbuhkan keinginan untuk bersosialisasi terhadap lingkungan yang ditemuinya.

3) Pendamping Kaum Muda

Kaum muda memerlukan pendampingan agar mereka dapat menghayati imannya secara mendalam. Dalam proses menghayati imannya tersebut, kaum muda memerlukan pendampingan dan pengarahan yang baik agar mereka dapat menghayati imannya dan pada akhirnya timbul kesadaran dalam diri mereka untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Peran pendamping bagi kaum muda adalah penting. Pendamping akan membimbing, mengarahkan dan membantu kaum muda untuk memahami dan menghayati imannya. Pendamping yang baik, mampu menjawab kebutuhan kaum muda dan berusaha menggerakkan mereka untuk dapat terlibat aktif dalam setiap kegiatan di gereja yang melibatkan kaum muda. Pendamping menjadi sahabat kaum muda yang selalu terbuka dalam setiap permasalahan dan keinginan dari kaum muda sehingga kaum muda merasa disapa, diperhatikan dan diakui keberadaannya.

B. Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja

1. Pengertian Hidup Menggereja

(53)

iman mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hidup menggereja itu selalu tumbuh bersama dengan Gereja itu sendiri. Hidup menggereja terwujud apabila terjadi dialog dan hubungan yang baik antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan sehari-hari ini tidak terbatas pada agama, sosial, budaya tertentu saja. Konteks kehidupan sehari-hari tersebut selalu mengarah pada apa yang dikehendaki oleh Allah. Hidup menggereja lebih pada mengaktualisasikan penghayatan iman terhadap Allah melalui tindakan-tindakan, sikap-sikap yang diwujudkan dalam hidup sehari-hari (Banawiratma,1992:9).

Hidup menggereja dalam lingkup intern yaitu pola kegiatan di dalam lingkup Gereja Katolik, yang terbagi dalam dua bentuk kegiatan. Pertama, kegiatan dalam lingkup teritorial misalnya: mudika, koor, Putra Altar dan terlibat dalam pendampingan ibu-ibu paroki. Kedua, terlibat dalam lingkup kategorial misalnya: Legio Maria, Choice, WKRI (Suhardiyanto 2005:1).

(54)

dan pengakuan iman itu akan diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari (Suhardiyanto, 2005:4).

Aspek yang ingin ditekankan dari hidup menggereja ialah ambil bagian di dalam tugas-tugas Kristus yaitu sebagai Imam, Nabi dan Raja. Imam bertugas menguduskan, nabi bertugas mengajar dan raja bertugas memimpin. Tugas pastoral Gereja dalam pengertian dahulu ialah ambil bagian dalam tugas imamat Kristus dan diwujudkan dalam leitorgia, sedangkan docendi atau tugas kenabian Kristus diwujudkan dalam kerygma yang bahkan di dalamnya ada unsur martyria yang bisa dikatakan ambil bagian sebagai imam dan nabi, sedangkan koinonia dan diakonia adalah ambil bagian dalam tugas Kristus sebagai Raja (Suhardiyanto, 2005:5).

Pada kutipan di atas hidup menggereja merupakan suatu kesaksian hidup Gereja tentang Allah yang diwujudkan oleh umat dalam kehidupan konkret sehari-hari. Hidup menggereja itu dapat digolongkan dalam empat dasariah Gereja yaitu sebagai berikut:

1) Koinonia yang berarti persekutuan persaudaraan. Koinonia ini merupakan

cara hidup bersama yang terbuka dan nyata dalam menumbuhkan kepekaan terhadap kesusahan dan penderitaan sesamanya. Dalam hidup menggereja itu persekutuan melalui kepedulian bersama tidak ditentukan dari iman dan agama tertentu melainkan oleh pengalaman hidup bersama. Iman umat berkembang melalui kepedulinnya terhadap sesamanya. Pendalaman akan iman dan Injil diolah dan dikembangkan dalam persekutuan dan persaudaraan yang dibangun berdasar Injil dan iman akan Yesus Kristus.

2) Kerygma berarti pewartaan Injil. Pewartaan dilaksanakan dan dijalankan oleh

(55)

perjumpaan dengan Allah. Pewartaan akan Allah dan Kerajaan Allah menuntut suatu tanggapan kokret dari umat untuk mewujudkannya dalam kehidupan konkret. Penghayatan iman harus dikembangkan melalui persekutuan dan persaudaraan yang berdasar pada Injil.

3) Leitourgia atau Perayaan Iman. Dalam perayaaan Ekaristi umat dapat

merasakan penghayatan imannya secara lebih mendalam. Imam membimbing umat agar kenangan akan Kristus tidak sekedar menjadi upacara wajib, melainkan mendorong dan menjiwai keterlibatan umat.

4) Diakonia atau pelayanan. Fungsi pelayanan tidak bisa dilepaskan dari ketiga

fungsi lainnya. Fungsi koinonia, kerygma, leitourgia tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama menjiwai dan mendorong umat beriman untuk melaksanakan pelayanan (diakonia). Diakonia merupakan gerak dasar seluruh kegiatan Gereja. Segala kegiatan Gereja berpusat pada pelayanan kepada sesama. Pelayanan Gereja menaruh perhatian utama pada mereka yang miskin, sakit dan tertindas. Orang-orang seperti inilah yang terutama diperhatikan oleh Yesus, dan disentuh secara mendalam oleh sabda dan karyaNya (Ardhisubagyo,1987:24).

Terlibat dalam hidup menggereja merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kaum muda. Philip Tangdilintin (2008:65) dalam buku

Pembinaan Generasi Muda mengatakan bahwa:

(56)

2. Perananan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja.

Kaum muda adalah generasi yang dapat menumbuh kembangkan serta mewujudnyatakan Kerajaan Allah di dalam dunia saat ini. Kaum muda memiliki semangat dan potensi yang dapat membantu pada proses perubahaan dan perkembangan Gereja ke arah yang lebih baik di tengah-tengah perkembangan dunia modern saat ini. Setiap pribadi orang muda memiliki kualitas dan ciri tertentu tetapi mereka tetap membutuhkan bimbingan dan dukungan agar potensi yang mereka miliki dapat bermanfaat bagi Gereja. Bimbingan tersebut diharapkan dapat membantu kaum muda menemukan penghayatan iman dan pada akhirnya dengan kesadaran, mereka dapat mewujudkannya dalam kehidupan konkret sehari-hari (Tangdilintin, 1984:6).

Kaum muda akan mengalami perkembangan dalam imannya apabila melalui imannya, mereka dapat menyadari akan peranannya yang penting dalam perkembangan Gereja. Perkembangan iman kaum muda akan terwujud jika segala segi hidup mereka yakni perkembangan kognitif, moral, iman, emosi, interpersonal dan panggilan hidup diarahkan menuju panggilan Yesus., sehingga membuat mereka peka akan panggilan Yesus: “Mari. Ikutilah Aku” (Mark 1:17).

(57)

Peran serta kaum muda sangat diperlukan oleh Gereja. Para kaum muda bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup Gereja di masa yang akan datang. Sebagai bagian dari Gereja, para kaum muda tidak bisa menutup mata terhadap keprihatinan Gereja yang terjadi di dunia. Dengan demikian, bentuk keterbukaan Gereja terhadap dunia luar dapat diwujudkan lewat keterlibatan atau pelayanan kaum muda dalam usaha secara terus menerus mengembangkan Gereja dengan segala potensi yang dimiliki (Shelton, 1987:19).

3. Bentuk - Bentuk Keterlibatan Hidup Menggereja

Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja dibedakan menjadi dua yaitu kegiatan hidup menggereja dalam lingkup internal dan kegiatan-kegiatan hidup menggereja dalam lingkup eksternal.

a. Kegiatan Hidup Menggereja Dalam Lingkup Internal

Kegiatan hidup menggereja dalam lingkup internal dapat digolongkan dalam beberapa kegiatan-kegiatan berikut:

1) Retret Kaum Muda

(58)

kehidupan itu bisa dipahami maknanya. Yang terpenting ialah memahami makna hidup yang umumnya sulit ditemukan dalam kesibukan hidup sehari-hari (Sumantri, 2002:12).

2) Rekoleksi

(59)

3) Ekaristi Kaum Muda

Ekaristi kaum muda selalu berbeda dengan Ekaristi pada umumnya, hal ini dapat dilihat dari momen yang dirayakan, pemilihan lagu, pemilihan tema, sampai pada kotbah yang berbeda dari biasanya. Ekaristi kaum muda ini didominasi oleh kaum muda. Segala persiapan dan hal-hal teknis yang berhubungan dengan ekaristi, sepenuhnya dikerjakan oleh kaum muda. Ekaristi kaum muda diadakan untuk memberi wadah bagi kreativitas kaum muda dalam membina kebersamaan dalam Gereja, dimana dapat dibina pula unsur seni dalam liturgi misalnya menampilkan tari-tarian, teater, fragmen, puisi dan slide film.

(60)

yang sesuai dengan tema juga dapat digunakan, pengggunaan lcd dan pertunjukan fragmen maupun tari-tarian. Dari hal-hal ini kaum muda diajak untuk mengembankan kemampuan dan bakatnya serta menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat dan Gereja.

4) Pendalaman Iman Atau Katekese Kaum Muda

Di dalam katekese terdapat beberapa unsur yakni pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan dan pendewasaan (Telaumbanua,1996:5). Kegiatan katekese ini sangat bermanfaat bagi kaum muda. Mereka jadi lebih mengerti dan memahami imannya yang diharapkan dapat mereka wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan katekese ini juga harus sesuai dengan kebutuhan kaum muda yang tidak terlalu kaku dan monoton, sehingga kaum muda tertarik mengikutinya. Tujuan dari katekese ialah memaknai pengalaman hidup sehari-hari dalam terang sabda Allah. Katekese dapat diikuti oleh semua lapisan masyarakat, baik anak-anak, kaum muda (remaja, orang dewasa) dan orang tua (CT, art. 35-45)

Pendamping katekese berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan, dan mempermudah untuk menciptakan suasana yang komunikatif sehingga terjadi dialog antara peserta, sehingga umat terbantu untuk menemukan Yesus dalam hidup sehari-hari.

5) Ziarah

(61)

biasanya seperti doa bersama, doa Rosario, dan renungan. Agar kaum muda diberdayakan maka sebisa mungkin dalam menyiapkan persiapan selalu melibatkan mereka, misalnya dalam memimpin doa, menjadi pembaca Kitab Suci (Tangdilintin, 1984:89). Melalui kegiatan ziarah ini kaum muda diajak untuk saling memupuk rasa persaudaraan, kekompakan dan persatuan di antara satu sama lain.

b. Kegiatan Hidup Menggereja Dalam Lingkup Eksternal

Beberapa bentuk kegiatan hidup menggereja dalam lingkup eksternal dapat dikelompokkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Kegiatan Kemasyarakatan

(62)

dengan warga masyarakat yang berbeda golongan, agama dan suku, sehingga rasa persaudaraan dan perdamaian selalu terjalin (Tangdilintin, 1984; 52).

2) Live-in

Kegiatan live-in merupakan suatu kegiatan yang memberi kesempatan kepada setiap pribadi untuk tinggal dalam lingkungan tertentu. Maksudnya agar mereka sungguh mengalami dan merasakan cara hidup, suka-duka, penderitaan dan keterasingan suatu lapisan masyarakat “bawah”, misalnya para tunawisma, panti rehabilitasi sosial tempat para penyandang cacat fisik dan mental dirawat (Tangdilintin, 1984:87). Melalui kegiatan live-in, para kaum muda diajak untuk meliahat dunia luar yang belum pernah mereka rasakan, sehingga melalui kegiatan ini akan terungkap kesaksian mengenai pengalaman hidupnya selama beberapa hari berada dalam kesederhanaan bahkan kemiskinan yang telah mengubah pola pikir dan sikap hidup mereka (Tangdilintin, 2008: 182). Kegiatan ini bertujuan untuk membantu kaum muda menyadari atas karunia yang mereka peroleh dari Tuhan dan mengajak mereka untuk selalu bersyukur atas kesempatan hidup yang diperolehnya, karena masih banyak anggota masyarakat yang mengalami kesulitan untuk hidup dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Kegiatan ini memberikan kesadaran bagi kaum muda untuk dapat tergerak hatinya dan mau membantu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

3) Anjangsana

(63)

kaum muda kepada sesamanya. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta kaum muda kepada sesamanya yang menderita sehingga selalu berusaha untuk membantu.

4) Widyawisata

(64)

BAB III

KETERLIBATAN KAUM MUDA

DI STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA

Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja adalah penting. Kaum muda menjadi harapan bagi perkembangan Gereja dimana kaum muda dapat memberikan inspirasi dan nuansa baru bagi Gereja. Dalam bab II telah dijabarkan dan dijelaskan hal tersebut. Kaum muda memiliki semangat, ide yang kreatif dan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Potensi itu hendaknya dikembangkan, khususnya dikembangkan melalui keterlibatannya dalam hidup menggereja. Potensi yang mereka miliki tersebut dapat dikembangkan dalam kegiatan yang diadakan di gereja seperti misalnya ambil bagian dalam Ekaristi untuk kaum muda, menjadi panitia dalam perayaan Natal, tahun baru, Paskah dan acara-acara penting yang diadakan oleh Gereja. Keterlibatan dalam hidup menggereja merupakan salah satu bentuk penghayatan iman yang perlu dilanjutkan dalam kehidupan konkret.

(65)

mengenai upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala Yang Baik Paroki santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda. Dalam penelitian ini dijabarkan mengenai latar belakang penelitian, tujuan penelitian, instrumen pengumpulan data, responden, waktu pelaksanaan dan pelaksanaan penelitian, variabel penelitian, laporan penelitian serta pembahasan hasil dan kesimpulan penelitian.

A. Paroki Santo Yusuf Batang

1. Sejarah Paroki Santo Yusuf Batang

Pada bagian ini penulis akan menguraikan sejarah paroki, gambaran umum stasi Gembala Yang Baik, dan situasi umum kaum muda stasi Gembala Yang Baik. Data yang berhubungan dengan hal-hal tersebut diperoleh dari data paroki yang diberikan oleh sekretariat Paroki Santo Yusuf Batang tetapi data tersebut belum di buat dalam bentuk buku. (Kilas Balik dan Profil Paroki Santo Yusuf Batang)

(66)

Tahun 1967 Romo H. Logman, MSC yang bertugas di Pekalongan bersama dengan Bapak Agus Trenggono memprakarsai pembangunan tempat ibadah. Berdirilah sebuah kapel kecil di lokasi yang saat ini menjadi Gereja Santo Yusuf Batang. Bangunan kapel tersebut dahulu tidak begitu besar, hanya seukuran rumah yang kecil dan sederhana. Misa diadakan setiap dua minggu sekali.

Jumlah umatpun dari tahun ke tahun bertambah banyak karena babtisan baru maupun pendatang dari luar kota Batang. Karena jumlah umat semakin bertambah maka tempatnya pun menjadi sempit untuk melaksanakan ibadah di kapel tersebut dan tidak dapat lagi menampung jumlah umat di stasi Batang. Pada tahun 80-an kapel kecil itu direnovasi dengan menyambung bangunan itu sebagian, kurang lebih tiga deret kursi sebagai tempat duduk umat dan koor, selebihnya untuk altar dan sakristi. Dengan renovasi kapel itu terwujudlah Gereja Katolik di stasi Batang dengan pelindung Santo Yoseph.

Gereja tersebut diresmikan oleh Romo Kardinal Darmojuwono dari Semarang pada tahun 1968. Pastur yang bertugas di Pekalongan adalah Romo Sukmono, MSC. Romo-romo lain yang bertugas di Pekalongan antara lain Romo Fransiskus Widyartardi, Pr, Romo Chris Wantanis, Pr, Romo Yakobus Rudiyanto, Pr, Romo Ignatius Joko Mulyana, Pr dan Romo Yitno Puspohandaya, Pr. Para Romo yang bertugas di Paroki Pekalongan ini, setiap minggunya bergiliran untuk memimpin Ekaristi di gereja sesuai jadwal misa di stasi Batang.

(67)

diperluas kembali dan dibangun lebih besar lagi. Pembangunan gereja direncanakan melalui beberapa tahap dengan rencana anggaran mencapai 1 milyar rupiah.

Pembangunan gereja baru tersebut dimulai pada tahun 2000 untuk tahap pertama. Pembangunan tahap pertama ini terselesaikan pada bulan Desember 2000. Pembangunan tahap pertama ini menghasilkan setengah dari seluruh bangunan gereja yang direncanakan. Bangunan yang baru separuh ini digunakan untuk tempat ibadah. Bangunan lama dirobohkan untuk selanjutnya dibangun tahap keduanya.

Pada proses pembangunan gereja tersebut, pengurus stasi Batang bersama umat dan Romo Paroki Pekalongan mempersiapkan diri untuk berpisah dari induknya yaitu Paroki Pekalongan untuk berdiri sendiri menjadi Paroki. Dari data statistik Paroki Pekalongan yaitu umat di stasi Batang berjumlah 1670 jiwa dari 380 kepala keluarga, bangunan gereja yang baru, kesediaan umat serta dukungan dari romo-romo yang pernah bertugas di Paroki Pekalongan, pada tanggal 17 Juli 2002 stasi Batang diresmikan menjadi Paroki Administratif Santo Yusuf Batang oleh Bapak Uskup Mgr. Yulianus Sunarka, SJ.

(68)

paroki ini diperoleh melalui data-data yang terdapat di sekretariat Paroki Santo Yusuf Batang).

2. Gambaran Umum Stasi Gembala Baik Yang Baik

Stasi Gembala Yang Baik Limpung adalah salah satu dari stasi yang ada dalam bagian dari Paroki Santo Yusuf Batang. Tahun 1960 benih-benih iman mulai tertanam di Limpung. Babtisan pertama dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 1963 oleh Pastor Yotten, MSC di Pekalongan. Bangunan gereja saat itu kurang layak hingga dibangunnya gereja setengah permanen tahun 1968 dan diresmikan pada tanggal 9 Agustus 1968 oleh Mgr W. Schoemaker. Umat di stasi Limpung semakin bertambah dan gereja sudah tidak dapat menampung lagi jumlah umat yang bertambah. Kondisi bangunan gereja juga rusak dan rapuh, sehingga pada tahun 2001 gereja dipugar dengan gereja yang lebih besar. Tanah yang ditempati adalah tanah pemberian keluarga Bp. Yoseph The Kian Djien. Pemugaran selesai dan diresmikan pada tanggal 26 Desember 2003 oleh Mgr J. Sunarko yang sekarang menjabat sebagai Uskup Purwokerto.

Stasi Gembala Yang Baik berada di wilayah kecamatan Limpung yang meliputi Reban, dan Banyuputih. Stasi Gembala Yang Baik dibagi menjadi 4 lingkungan, yaitu:

a. Lingkungan Maria terdiri dari 33 kk dengan umat laki-laki berjumlah 45 orang dan perempuan berjumlah 54 orang.

(69)

c. Lingkungan Petrus terdiri dari 17 kk dengan jumlah umat laki-laki 24 orang dan perempuan 30 orang.

d. Lingkungan Markus terdiri dari 8 kk dengan umat lak-laki 12 orang dan perempuan 16 orang.

Dari data umat yang ada dalam data sekretariat Paroki, tercatat jumlah umat di Stasi Gembala Yang Baik terdiri dari 87 kk dengan jumlah umat laki-laki 140 orang, perempuan 145 orang. Jumlah seluruh umat di stasi tersebut adalah 285 orang. Sebagian umat banyak bekerja dan belajar di luar daerah sehingga hanya pada saat-saat tertentu mereka datang. Wilayah di stasi Gembala Yang Baik adalah daerah pertanian dan perkebunan. Mata pencaharian umat di stasi tersebut adalah pegawai negri, karyawan perusahaan, wiraswasta dan petani.

Stasi Gembala Yang Baik Limpung memiliki kegiatan-kegiatan rutin yang sering dilaksanakan oleh umat di gereja. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: a. Perayaan Ekaristi sebulan 2 kali tiap hari Sabtu dan Minggu I dan III pada

pukul 16.00 WIB.

b. Pendalaman iman setiap hari Rabu pukul 17.00 WIB, tempat berpindah-pindah sesuai dengan jadwal.

c. Pelajaran agama untuk siswa SD dan calon baptis di gereja setiap hari Minggu pukul 08.00 WIB.

(70)

3. Gambaran Umum Kaum Muda Stasi Gembala Yang Baik

Kaum muda di stasi Gembala Yang baik Limpung tidak begitu banyak, jumlahnya kurang lebih 40 orang. Kaum muda disana terdiri dari pelajar, mahasiswa dan karyawan. Di stasi Gembala Yang Baik Limpung, kaum mudanya beragam dari yang berumur di atas 17 tahun sampai di bawah 30 tahun. Mereka kebanyakan adalah pelajar SMP dan SMU dan yang lainnya adalah mahasiswa dan karyawan. Kaum muda yang masih aktif dan sering terlibat di gereja adalah para kaum muda yang masih bersekolah dan mereka yang sudah bekerja tetapi tetap tinggal di lingkungan stasi tersebut. Kaum muda yang bekerja atau meneruskan sekolah di luar kota hanya sesekali waktu datang, sehingga kegiatan apapun yang diadakan oleh gereja, mereka jarang dapat mengikutinya. Pada acara-acara besar seperti Natal dan Paskah saja mereka dapat ikut terlibat selebihnya mereka tidak dapat secara penuh terlibat dalam kegiatan-kegiatan di gereja lainnya.

(71)

desa, mereka tidak begitu terpengaruh dengan pergaulan modern saat ini. Pergaulan modern yang dimaksud adalah cara berpakaian, cara pergaulan, dan penggunaan alat-alat komunikasi yang modern saat ini. Alat-alat modern seperti

handphone dan internet hanya digunakan sebagai alat komunikasi saja, selebihnya

alat-alat modern tersebut tidak begitu banyak mempengaruhi cara pergaulan mereka dalam masyarakat. Dalam pergaulan, mereka masih menjunjung tinggi norma kesopanan di dalam masyarakat. Mereka masih menaati norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut, sehingga pergaulan mereka tidak terlalu bebas, ada batasan yang harus mereka patuhi. Hal ini didukung oleh situasi lingkungan masyarakat yang telah membentuk pola dan gaya hidup yang sederhana dan mengedepankan norma-norma dalam masyarakat.

[image:71.595.71.524.299.754.2]

Keadaan kaum muda di stasi Gembala Yang Baik beragam. Me

Gambar

Tabel Keadaan Kaum Muda di Stasi Gembala Yang baik
Tabel 1 Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian
 Tabel 2 Identitas Responden
Tabel 3  Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul PENDAMPINGAN IMAN ORANG MUDA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA ORANG MUDA KATOLIK PAROKI KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK,

Keterlibatan umat tidak hanya aktif dalam Perayaan Ekaristi dan koor saja tetapi umat diharapkan dapat terlibat aktif dalam setiap tugas dan peranan Gereja secara

Melalaui pendampingan Sakramen Penguatan kaum muda diharapkan terlibat aktif dalam Gereja, karena iman mereka telah diperteguhkan melalui Sakramen Penguatan.. Kaum

Skripsi yang berjudul PENDAMPINGAN IMAN ORANG MUDA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA ORANG MUDA KATOLIK PAROKI KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK,

Dalam kasih dan pendampingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PERAYAAN EKARISTI BAGI KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA DI WILAYAH

Menurut pendapat penulis yang juga hidup di paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, susahnya mengajak teman lain untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja bukan hanya

Keterlibatan umat tidak hanya aktif dalam Perayaan Ekaristi dan koor saja tetapi umat diharapkan dapat terlibat aktif dalam setiap tugas dan peranan Gereja secara keseluruhan

Kaum muda harus sadar bahwa mereka bukan sebagai pribadi pasif dalam hidup menggereja, tetapi pribadi yang aktif. Keaktifan mereka tampak dalam cara mereka menghayati hidup