ORANG MUDA KATOLIK
DAN ZAMANNYA
DALAM GEREJA MASA KINI
1.
Siapakah ORANG
MUDA itu?
I. PENGANTAR
Kaum muda adalah sosok yang selalu menarik
perhatian banyak orang:
segala masalah dan
persoalan yang menghinggapi kehidupan mereka.
Kaum muda adalah sosok yang sangat menentukan
adanya masa depan. Kaum muda tidak hanya ada dan
hadir , tetapi banyak pihak yang menaruh harapan
Masa muda adalah masa transisi dan pada saat ini mereka
mencari identitas diri mereka yang sesungguhnya. Karena
mereka sedang mencari identitas, maka tak jarang mereka selalu
memberdayakan segala sesuatu untuk menemukan siapa diri
mereka sesungguhnya berhadapan dengan sesama, dunia dan
alam semesta.
Mereka berusaha agar meraka ada dan bukan sekedar ada tetapi
keberadaan mereka diperhitungkan serta diterima oleh orang
lain. Mereka berusaha merasa diterima dalam arti bahwa
keberadaan mereka diperhitungkan oleh orang lain. Ketika
mereka diperhitungkan, maka muncul rasa betah yang membuat
mereka tidak mau lari menjauh dan merasa bahwa inilah tempat
tingal mereka untuk meletakan hidup dan mengekspresikan
Dalam kehidupan menggereja , yang dimaksud dengan gereja adalah semua umat beriman dan kaum muda juga termasuk di dalamnya.
Kaum muda adalah kumpulan pribadi dari keluarga-keluarga yang sering disebut sebagai gereja kecil.
Keluarga adalah inti dari masyarakat, gereja dan komunitas. Dalam ketiga pilar ini, egoisme individu dapat dikontrol oleh rasa cinta, kewajiban, tanggung jawab, saling menghargai dan saling percaya.
Kaum mudapun harus menjadi agen yang menggerakkan ketiga pilar ini terutama dalam hidup menggereja. Oleh karena kaum muda bukan
umat yang berada di luar gereja, tetapi mereka adalah bagian dari
II. KEGELISAHAN KAUM MUDA
Kaum muda adalah penerus atau pawaris masa depan gereja. Kaum muda harus masuk ke dalam sisi terdalam dari gereja. Kaum muda harus sadar bahwa mereka bukan sebagai pribadi pasif dalam hidup menggereja, tetapi pribadi yang aktif . Keaktifan mereka tampak dalam cara mereka menghayati hidup sebagai anggota gereja yang penuh kesadaran dan bertanggungjawab.
Namun persoalan yang muncul adalah bahwa mereka merasa kurang disapa dan tidak mendapat pelayanan yang bersifat pengayoman serta tidak membuat mereka merasa betah. Liturgi sangat menjenuhkan,
membosankan dan kurang gaul, katanya.