• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat melalui katekese - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat melalui katekese - USD Repository"

Copied!
236
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI KAUM MUDA PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG

KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Dominikus Aci NIM: 051124045

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk yang tercinta

Ayahku (Alfensius Kiji), Ibuku (Marsiana Darayani),

Adikku (Yulius Andi Wartono, Nikasius Ahi, Noppy Rizcky, Lusia Kurniati),

dan teman-teman Mudika Paroki Kristus Raja Sintang

(5)

v

MOTTO

”Berbahagialah orang yang bertahan dalam percobaan,

sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia”.

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ” UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI KAUM MUDA PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE”. Penulis

memilih judul ini berpangkal dari keprihatinan penulis terhadap peranan atau keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang, bahwa kaum muda kurang terlibat secara aktif dalam kegiatan hidup menggereja di paroki. Hal itulah yang menjadi keprihatinan yang sangat mendasar dalam skripsi ini. Disamping itu kegiatan hidup menggereja yang dilakukan oleh pihak paroki bagi kaum muda masih kurang berjalan sebagaimana mestinya. Pihak paroki seharusnya tanggap dengan permasalahan yang dihadapi oleh para kaum muda di paroki misalnya dengan mengusahakan materi, metode, bentuk pendampingan atau kegiatan rutin mudika dan sarana yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan para kaum muda.

Permasalahan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam rangka hidup menggereja di paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat dapat dilakukan sehingga hal-hal yang menghambat kegiatan hidup menggereja dapat diatasi dengan semestinya. Untuk mengetahui sejauhmana keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di paroki, maka penulis mengadakan penelitian melalui pengumpulan data di lapangan dengan menyebarkan kuesioner dan wawancara kepada kaum muda. Disamping itu, penulis juga melakukan studi pustaka untuk memperoleh pemikiran-pemikiran yang diharapkan dapat dipakai untuk membantu para kaum muda meningkatkan hidup menggereja di paroki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum muda paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat belum terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan hidup menggereja yang ada di Paroki. Menyadari kondisi atau persoalan tersebut, maka perlu diusahakan suatu upaya alternatif untuk meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat. Upaya itu dapat ditempuh dengan mengaktifkan kaum muda melalui berbagai macam kegiatan hidup menggereja yang ada di paroki, memberi peluang bagi kaum muda untuk mengekspresikan segala kemampuan dan daya kreativitasnya dalam berbagai bentuk kegiatan serta menyediakan fasilitas dan sarana bagi kaum muda dalam meningkatkan keterlibatan mereka untuk hidup menggereja.

(9)

ix

ABSTRACT

This thesis is titled “EFFORTS TO IMPROVE THE INVOLVEMENT OF LIFE CHURCH OF CHRIST THE KING YOUTH parish SINTANG THROUGH WEST KALIMANTAN catechesis”. The author chose the title of this concern stems from the authors of the role or involvement of youth in the church life in the parish of Christ the King Sintang, that young people are less actively involved in the activities of life in the parish church. That's a very fundamental concern in this thesis. Besides the church life activities undertaken by the parish for young people still lack running as it should. Parish party should respond to the problems faced by young people in the parish such as by seeking the material, methods, forms of assistance or a youth group routines and facilities appropriate to the situation and needs of young people.

Main problems in this thesis is how to increase youth involvement in order to live Christ the King parish church in West Kalimantan Sintang can be done so that things which blocks the activity of church life can be addressed properly. To find out the extent of youth involvement in the life of the parish church, the authors conducted research through field data collection by distributing questionnaires and interviews to young people. In addition, the authors also conducted literature study to gain insights that are expected to be used to help improve the lives of young people in the parish church.

Based on the results showed that young people are less the parish of Christ the King Sintang actively involved in every activity of life in the parish church. Aware of the condition or issue, it is necessary to arrange an alternative effort is an effort to increase youth involvement in the life of Christ the King parish church in West Kalimantan Sintang. These efforts can be achieved by enabling the youth through various activities of life in the parish church, provide opportunities for young people to express all the creativity and skills in various forms of activities as well as providing facilities and facilities for young people in increasing their involvement in the life church.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa karena atas rahmat

dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”UPAYA

MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI KAUM

MUDA PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG KALIMANTAN BARAT

MELALUI KATEKESE”.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang

telah mendukung penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

sebab itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Y.H. Bintang Nusantara, SFK. M. Hum, selaku dosen pembimbing utama

yang dengan sabar, tabah dan penuh kasih dalam mendampingi, memberi

masukan serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini dari awal

hingga selesai.

2. Drs. H.J. Suhardiyanto SJ, selaku dosen penguji II sekaligus sebagai dosen

pembimbing akademik yang dengan tulus hati membimbing, memberi

perhatian, dan memberi dukungan kepada penulis dalam seluruh perjalanan

studi dan penulisan skripsi ini

3. P. Banyu Dewa HS. S.Ag. M. Si, selaku dosen penguji III yang telah

memberi semangat dan meluangkan waktunya untuk mempelajari dan

memberikan masukan berkaitan dengan isi skripsi ini.

4. Para dosen dan Staf karyawan IPPAK yang telah memberikan dukungan

(11)

xi

5. Dewan Paroki, Pastor Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat yang

telah memberikan tempat dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan

penelitian, serta dukungan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat yang memberikan

dukungan kepada penulis dengan bersedia diwawancarai dan mengisi

kuesioner yang penulis sebarkan.

7. Ayahku Alfensius Khiji, Ibuku Marsiana Darayani, Adikku Yulius Andi

Wartono, Nikasius Ahi dan Noppy Rizcky serta sanak saudara yang tercinta,

yang selalu menyemangati dan membiayai penulis selama studi di IPPAK.

8. Theresia Trihastuti dan keluarga yang selama ini selalu memberikan

dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabatku bang Joy, Lapin, Lucia Windu Andari, Hermas Jablay, Yosi, Ana,

Ade, Hiping, Muji, Togar, Kentung, Alex, Maria, Sr. Atik, Br. Hong, Br.

Rahmat, Agustina, Aris, Kunyon, Anggoro, Hanu, Budi, Yuni, Sri, Imelda,

Tina, Santi, Wanda, Jati, Andri, Hananto, Agus Ukoi, bang Hugo, Anto yang

selalu memberikan semangat dan masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seangkatan 2005-2006 yang telah meneguhkan, dan memberi

dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang selama ini

dengan ketulusan hati telah memberikan motivasi dan bantuan hingga

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan... 6

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penulisan ... 7

F. Sistematika Penulisan... 7

BAB II. KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA ... 10

A. Gambaran Umum Situasi Kaum Muda... 10

1. Pengertian Kaum Muda... 11

2. Gambaran Umum Kaum Muda... 12

3. Masalah-masalah yang Dihadapi Kaum muda... 16

4. Kebutuhan Kaum Muda ... 19

(14)

xiv

1. Pengertian Hidup Menggereja... 23

2. Kaum Muda di Tengah Gereja ... 24

3. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja ... 28

a. Terlibat dalam Perayaan (Liturgi)... 29

b. Terlibat dalam Pewartaan (Kerygma)... 31

c. Terlibat dalam Paguyuban (Koinonia) ……… 32

d. Terlibat dalam Pelayanan (Diakonia) ……….. 34

e. Terlibat dalam Kesaksian (Martiria) …………... 37

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja... 38

1. Faktor Internal atau Pribadi Kaum Muda ... 39

a. Pengorganisasian Diri ………. ... 39

b. Motivasi dalam Diri Kaum Muda ……… 39

c. Pengetahuan dan Pengalaman dalam Diri Kaum Muda ………… 40

2. Faktor Eksternal ... ………. 41

a. Lingkungan Keluarga ……….. 41

b. Lingkungan Sekolah ………. 45

c. Lingkungan Gereja ……… 46

d. Lingkungan Masyarakat ………... 48

D. Pendampingan Bagi Kaum Muda dalam Hidup Menggereja ... 50

1 Pengertian Pendampingan ... 51

2 Tujuan Pendampingan Kaum Muda ... 51

3 Bentuk Pendampingan ... 52

BAB III. GAMBARAN UMUM HIDUP MENGGEREJA KAUM MUDA PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG KALIMANTAN BARAT ... 54

A. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Sintang ... 54

1. Sejarah Singkat Paroki Kristus Raja Sintang ... 54

2. Letak Geografis Paroki Kristus Raja Sintang ... 56

3. Kegiatan-kegiatan di Paroki Kristus Raja Sintang ... 57

(15)

xv

b. Remaja Katolik ... 58

c. Orang Muda Katolik ... 59

d. Seksi Keluarga ... 59

e. Seksi Lansia ... 60

4. Perhatian Paroki Terhadap Hidup Menggereja Kaum Muda di Paroki Kristus Raja Sintang... ... 61

5. Latar Belakang Kaum Muda Paroki Kristus Raja Sintang ... 61

6. Bentuk Pendampingan Kaum Muda Paroki Kristus Raja Sintang... 62

a. Rekoleksi ... 62

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 67

5. Responden Penelitian ... 67

6.Instrumen Penelitian ... 68

7. Variabel Penelitian ... 68

8. Teknik Analisis Data ... 70

C. Laporan Hasil Penelitian ... 70

1. Hasil Penelitian ... 70

a. Identitas Responden ... 71

b. Pemahaman Kaum Muda Tentang Hidup Menggereja ... 71

c. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja ... 77

d. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Menggereja Kaum Muda ... 80

e. Pendampingan Hidup Menggereja bagi Kaum Muda ... 85

2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

a. Identitas Responden ... 90

(16)

xvi

c. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja ... 96

d. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Menggereja Kaum Muda ... 99

e. Peranan Pendampingan bagi Hidup Menggereja Kaum Muda... 105

3. Kesimpulan Penelitian ... 110

a. Pemahaman Kaum Muda Tentang Hidup Menggereja... 110

b. Keterlibatan Kaum muda dalam Hidup Menggereja ... 111

c. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Menggereja Kaum Muda ... 112

d. Peranan Pendampingan Hidup Menggereja Kaum Muda... 113

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE BAGI KAUM MUDA DALAM RANGKA MENINGKATKAN HIDUP MENGGEREJA KAUM MUDA DI PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG KALIMANTAN BARAT ... 115

A Katekese Kaum Muda dalam RangkaMeningkatkan Hidup Menggereja ... 115

1. Pengertian Katekese Kaum Muda ... 115

2. Tujuan Katekese Kaum Muda ... 116

3. Peranan Kongkret Katekese Kaum Muda dalam Rangka Meningkatkan Hidup Menggereja ... 117

4. Proses Katekese Kaum Muda dengan Model SCP... 119

a. PengertianShared Christian Praxis(SCP)... 119

b. Shared ... 120

c. Christian ... 121

d. Praxis ... 122

e. Langkah-langkahShared Christian Praxis(SCP)... 123

B Program Katekese Kaum Muda dengan Model SCP Sebagai Usaha Meningkatkan Hidup Menggereja Kaum Muda Katolik di Paroki Kristus Raja Sintang ... 131

1. Pengertian Program ... 131

(17)

xvii

3. Tujuan Program ... 134

4. Pemilihan Tema dan Tujuan... 135

C Usulan Program Katekese Kaum Muda ... 138

D Petunjuk Pelaksanaan Program ... 144

E Contoh Satuan Persiapan Katekese Kaum Muda dengan Model Shared Christian Praxis(SCP) ... 145

BAB V. PENUTUP ... 188

A Kesimpulan ... 188

B Saran ... 190

(18)

xviii Lampiran

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Kuisioner wawancara ... (7)

Lampiran 3 : Surat Permohonan Ijin ... (14)

Lampiran 4 : Teks Lagu ... (16)

Lampiran 5 : Teks Kitab Suci ... (20)

(19)

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI KS : Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti

singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab

Deuterokanonika (1995) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.

B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

AG : Ad Gentes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Kegiatan Misioner Gereja.

CT :Catechesi Tradendae,Ajaran Apostolik Paus Yohanes Paulus

II tentang Katekese Masa Kini.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Gereja di dunia dewasa ini.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang

Gereja.

SC : Sacrosantum Concilium, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

Sakramen Suci

UR :Unitatis Redintegratio, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Gerakan

(20)

xx C. SINGKATAN LAIN

Art : Artikel

St : Santo/Santa

Jl : Jalan

TK : Taman Kanak-kanak

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

SMU : Sekolah Menengah Umum

PT : Perguruan Tinggi

BIAK : Bina Iman Anak Katolik

PIA : Pendidikan Iman Anak

REKAT : Remaja Katolik

OMK : Orang Muda Katolik

LANSIA : Lanjut Usia

MUDIKA : Muda Mudi Katolik

HKMA : Hari Kaum Muda Asia

ARDAS KAS : Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang

KOMKAT : Komisi Kateketik

SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia

SCP :Shared Christian Praxis

(21)

xxi

TEBAR : Temu Akbar

KLMTD : Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel

NAZA : Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah kaum muda menurut Mangunhardjana (1986: 11) adalah golongan, atau sekelompok orang yang masih muda usianya. Kaum muda adalah para muda mudi yang berumur 15 sampai dengan 21 tahun. Kaum muda adalah mereka yang oleh ilmu psikologi disebut remaja, “adolescent”, yang mencakup muda-mudi dalam usia SMU dan usia studi di perguruan tinggi semester I-IV. Sedangkan pengertian kaum muda sendiri dalam Kamus Bahasa Indonesia (1988: 517) dijelaskan dari kata “kaum” yang berarti sebagai golongan atau orang yang sekerja, sepaham, sepangkat dan sebagainya. Kata “muda” berarti belum sampai setengah umur.

(23)

muda diharapkan dapat terlibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan hidup menggereja yang sepadan. Keterlibatan kaum muda yang beriman Kristiani dapat dilakukan melalui berbagai bentuk kegiatan dan kelompok-kelompok paguyuban (koinonia) tertentu dalam suatu paroki yang menjadi induk dalam mewujutkan hidup menggereja.

Mengingat begitu pentingnya peranan kaum muda demi kemajuan gereja, untuk itu mereka diharapkan dapat terlibat langsung dalam kegiatan menggereja yang sepadan di lingkungan gereja. Perkembangan dan pertumbuhan kaum muda dalam hidup menggereja dapat terwujud apabila terjadi komunikasi atau dialog, pertemuan yang terencana dengan baik dalam kehidupan sehari-hari serta pendampingan yang terencana dan teratur.

Hidup menggereja sendiri tidak hanya sekedar pergi ke gereja. Banyak orang dalam hal ini adalah kaum muda yang beranggapan bahwa sebagai orang Katolik merasa sudah cukup dengan pergi ke gereja. Bukankah itu yang diperintahkan Tuhan dalam sepuluh perintah-Nya? Satu hari dipersembahkan untuk Tuhan, enam hari lainnya untuk mencari nafkah dan pergi ke gereja hanya untuk memenuhi kewajiban saja.

(24)

strategi kegiatan dan merumuskan mimpi bersama akan hari esok yang lebih cerah dan berseri.

Paroki Kristus Raja Sintang merupakan salah satu paroki yang berada di wilayah kevikepan Sintang. Berdasarkan data statistik paroki di Keuskupan Sintang. Secara teritorial Paroki Kristus Raja Sintang memiliki 10 lingkungan, 2 stasi serta memiliki umat kurang lebih 5.607 orang. Adapun dari jumlah umat yang ada tersebut, paroki Kristus Raja Sintang memiliki kurang lebih 307 orang kaum muda. Kenyataan yang ada, menunjukkan bahwa kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang kurang terlibat dan mengalami penurunan semangat dalam kegiatan hidup menggereja. Persoalan yang sekaligus menjadi tantangan bagi kaum muda di Paroki Kristus Raja adalah bagaimana mereka mampu mengembangkan daya kreativitas, mengekspresikan idealismenya dan mengasah daya kritisnya yang berkesinambungan dalam meningkatkan kegiatan kegerejaan dan kemasyarakatan. Selama ini, keberadaan kaum muda sering dikesampingkan, kurang dipercayai, kurang mendapatkan kesempatan dan bentuk pendampingan yang belum memadai sesuai dengan kebutuhan kaum muda itu sendiri.

(25)

pedoman kehidupan dalam jemaat kristiani serta dijiwai sikap patuh dan cinta kasih terhadap gembala Gereja sehingga diharapkan akan membuahkan hasil yang berkelimpahan.

Kaum muda adalah penentu segala sesuatu untuk memajukan Gereja di Paroki Kristus Raja Sintang. Mereka adalah saksi-saksi Kristus yang dapat dihandalkan untuk masa mendatang. Namun demikian, mereka tetap membutuhkan dorongan dan bantuan dari para gembala Gereja dan umat di Paroki Kristus Raja Sintang. Untuk itu hendaknya kaum dewasa dalam suasana persahabatan berusaha menjalin dialog dengan kaum muda, saling mengenal dan saling bertukar pengalaman, sehingga mereka dapat dijadikan teladan dan panutan bagi kaum muda sekarang ini.

Pendampingan bagi kaum muda adalah salah satu cara untuk dapat menyalurkan motivasi, keinginan dan kehendak kaum muda Katolik dalam meningkatkan berbagai bentuk kegiatan demi kemajuan Gereja. Pendampingan bagi kaum muda katolik sangat diperlukan untuk perkembangan kehidupan kaum muda sendiri. Selain itu keterlibatan kaum muda diperlukan juga untuk mencapai kemajuan dalam berbagai bentuk kegiatan kegerejaan serta diharapkan mampu untuk menghidupkan suatu kegiatan yang kurang aktif menjadi lebih aktif.

(26)

dan terus menerus. Kaum muda yang begitu banyak mendominasi di dalam tubuh Gereja dan masih berjiwa muda diharapkan tidak hanya diam berpangku tangan, menunggu komando atau perintah dari atasan saja melainkan semakin mampu bertindak sesuai dengan talenta dan kemampuan yang dimilikinya serta menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari Gereja.

Untuk itu dibutuhkan sikap tanggap terhadap situasi perkembangan yang terjadi dalam tubuh kaum muda dan Gereja itu sendiri. Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja dapat tercapai melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah melalui katekese kaum muda dan usaha-usaha meningkatkan partisipasi kaum muda secara menyeluruh yang mencakup lingkup paroki setempat.

Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan di atas dan terdorong oleh situasi kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang, maka penulis menyusun skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterlibatan Hidup Menggereja Bagi Kaum Muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat Melalui

Katekese”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja?

(27)

3. Sejauhmana kaum muda sudah terlibat dalam hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang?

4. Katekese macam apa yang dapat meningkatkan keterlibatan hidup menggereja kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang?

C. TUJUAN PENULISAN

Sesuai dengan masalah di atas maka tujuan skripsi ini sebagai berikut: 1. Menjelaskan bagaimana keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. 2. Menguraikan kendala kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang dalam

meningkatkan hidup menggereja.

3. Mengetahui sejauhmana kaum muda sudah terlibat dalam kegiatan hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang.

4. Menguraikan katekese yang cocok untuk meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di paroki Kristus Raja Sintang.

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan kripsi ini yakni sebagai berikut :

1. Bagi paroki, penulisan ini merupakan sumbangan pemikiran guna meningkatkan hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang.

(28)

3. Bagi kaum muda paroki Kristus Raja Sintang. Memberikan sumbangan, gagasan, pengetahuan atau wawasan baru bagi kaum muda akan peranannya dalam kegiatan hidup menggereja agar kaum muda semakin berani untuk menghadapi permasalahan dan ikut terlibat langsung dalam kegiatan hidup menggereja.

4. Bagi penulis, mengkondisikan penulis untuk berpikir secara kritis dan sistematis dalam menuangkan gagasan secara jelas dan baik, serta mengembangkan kreativitas dalam meningkatkan semagat keterlibatan hidup menggereja di paroki.

E. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif analitis yaitu melakukan penelitian lapangan, memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada. Data yang dibutuhkan diperoleh dengan mengedarkan kuisoner dan wawancara terhadap kaum muda sebagai responden. Penulis juga menggunakan studi pustaka yang mendukung judul yang telah ditulis.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

(29)

Bab II menampilkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Untuk memperkaya gagasan dalam bab ini dibahas dalam empat bagian yaitu bagian pertama gambaran umum situasi kaum muda yang mencakup pengertian kaum muda, gambaran umum kaum muda, masalah-masalah yang dihadapi kaum muda, kebutuhan kaum muda. Bagian kedua dari bab ini membahas tentang kaum muda dalam hidup menggereja yang di dalamnya mengkaji mengenai pengertian hidup menggereja, kaum muda di tengah Gereja, dan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Bagian ketiga dari bab ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja yang meliputi, faktor internal atau pribadi kaum muda, dan faktor eksternal. Sedangkan bagian keempat membahas mengenai pendampingan bagi kaum muda dalam hidup menggereja yang meliputi pengertian pendampingan, tujuan pendampingan kaum muda, dan bentuk pendampingan.

(30)

instrumen penelitian, variabel penelitian, dan teknik analisis data. Bagian ketiga membahas mengenai laporan hasil penelitian yang mencakup hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian.

Bab IV menyajikan usulan program katekese bagi kaum muda dalam rangka meningkatkan hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat. Dalam bab ini dibahas lima bagian. Bagian pertama membahas mengenai katekese kaum muda dalam rangka meningkatkan hidup menggereja yang mencakup pengertian katekese kaum muda, tujuan katekese kaum muda, peranan kongkrit katekese kaum muda dalam rangka meningkatkan hidup menggereja, dan proses katekese kaum muda dengan model SCP. Bagian kedua membahas mengenai program pendampingan katekese kaum muda dengan model SCP sebagai usaha meningkatkan hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang, di dalamnya mencakup pengertian program, latar belakang program katekese kaum muda, tujuan program, pemilihan tema dan tujuan. Bagian ketiga dalam bab ini membahas mengenai usulan program katekese kaum muda melalui SCP. Bagain keempatnya adalah membahas mengenai petunjuk penggunaan program. Dan yang terakhir, bagian kelima menyajikan mengenai contoh satuan persiapan katekese kaum muda dengan model SCP.

(31)

BAB II

KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA

Keterlibatan kaum muda dalam Gereja merupakan bagian yang terpenting dalam hidup menggereja kaum muda. Kaum muda merupakan penentu bagi perkembangan Gereja ke depannya. Gereja yang merupakan salah suatu wadah bagi kaum muda katolik sehingga Gereja diharapkan untuk dapat mendampingi dan meningkatkan semangat keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Keterlibatan dalam hidup menggereja tidak hanya pergi ke Gereja melainkan ikut terlibat aktif dalam setiap kegiatan Gereja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja yang meliputi, gambaran umum situasi kaum muda, kaum muda dalam hidup menggereja, faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja dan pendampingan bagi kaum muda dalam hidup menggereja.

A. Gambaran Umum Situasi Kaum Muda

(32)

1. Pengertian Kaum Muda

Istilah kaum muda dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988 : 517) berasal dari kata kaum dan muda yang berarti sebagai golongan atau orang yang sekerja, sepaham, sepangkat dan belum sampai setengah umur. Dengan demikian, kaum muda dapat dipahami sebagai sekelompok orang yang sepaham, sekerja, sepangkat dan memiliki umur yang masih muda. Kaum muda adalah para muda-mudi yang berumur 15 sampai dengan 21 tahun.

Kaum muda dalam ilmu psikologi disebut remaja, adolescent, yang mencakup muda-mudi dalam usia SMU dan usia studi di PT (perguruan tinggi) semester I-IV. Dikatakan juga bahwa kaum muda dipergunakan untuk menunjuk kata kaum, golongan, atau kelompok orang yang masih muda usianya (Mangunhardjana, 1986: 11)

(33)

2. Gambaran Umum Kaum Muda

Adapun mengenai gambaran umum kaum muda menurut Mangunhardjana (1986: 12) secara umum ditegaskan bahwa kaum muda sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut meliputi perkembangan fisik dan perkembangan mental, emosional sosial, dan religius dengan segala permasalahannya.

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik merupakan gejala yang paling tampak dalam diri kaum muda. Berkat perkembangan fisik itu, anak laki-laki semakin menampakan diri sebagai pria dan anak-anak perempuan sebagai wanita. Bersamaan dengan itu kaum muda mulai mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan seks dan pergaulan dengan lawan jenis (Mangunhardjana, 1986: 12).

Sedangkan menurut Gunarsa, kaum muda mengalami perkembangan fisik growth spurts, yaitu:

Perkembangan fisik yang sangat pesat, yang ditandai oleh ciri-ciri perkembangan pada masa puberitas. Otot-otot badan mengeras, tinggi dan berat badan meningkat dengan cepat, begitu juga dengan proprosi tubuh yang semakin mirip dengan tubuh orang dewasa, termasuk juga kematangan fungsi seksual. Hal ini terjadi disebabkan adanya proses biologis yang berkaitan dengan perkembangan hormon di dalam tubuh kaum muda (Gunarsa,2006: 196).

b. Perkembangan mental

(34)

mereka, peranan yang diharapkan dari mereka, panggilan hidup dan masa depan mereka. Semua masalah itu tidaklah mudah bagi kaum muda, bahkan mereka sering kali resah, suka menyendiri dan melamun (Mangunhardjana, 1986: 13).

c. Perkembangan emosional

Perkembangan emosional kaum muda ada hubungannya dengan perkembangan fisik, terutama ketika terjadi perubahan pada keseimbangan pada hormon-hormon dalam tubuh kaum muda. Adapun masalah-masalah yang dihadapi kaum muda disekitar perkembangan emosional adalah bagaimana menilai baik buruknya emosi, bagaimana menguasai diri dan mengarahkannya. Kaum muda sering kali bertingkah laku entah untuk mengatasi atau sekedar untuk menghindari dan melupakan masalah yang sedang dihadapinya (Mangunhardjana, 1986: 13).

d. Perkembangan sosial

(35)

kelompok, seperti: penerimaan diri oleh kelompok-kelompok dan macam keterlibatan yang diberikan kepada kaum muda dalam kelompok. (Mangunhardjana, 1986: 14).

e. Perkembangan moral

Perkembangan moral membawa kaum muda ke dalam tingkat hidup yang lain dari pada masa sebelumnya. Masalah moral yang dihadapi kaum muda tidak terlepas dari diri mereka sendiri, tetapi meluas sampai pada masalah moral dalam hidup bermasyarakat. Ada hal-hal yang jelas-jelas baik dan buruk. Ada juga tindakan-tindakan yang jelas-jelas benar dan salah, semuanya itu ada jaminannya pada orang tua, guru, atau tokoh lain seperti para pemuka masyarakat dan keagamaan.

(36)

kaum muda itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menghadapi berbagai kenyataan hidup yang harus dipertanggungjawabkan secara moral, kaum muda mengalami berbagai tekanan dan ketegangan batin (Mangunhardjana, 1986: 14).

f. Perkembangan religius

Perkembangan religius kaum muda menyangkut hubungan kaum muda itu sendiri dengan yang Mutlak, entah apapun sebutan yang diberikan kepada-Nya. Pada masa masa kanak-kanak kegiatan keagamaan dilakukan karena meneladani atau diperintah orang tua dan tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh pada diri mereka. Pada umur-umur menjelang dewasa, praktek, ajaran, bahkan yang Mutlak sendiri dipertanyakan. Hal ini bukan karena mau memberontak, melainkan mau memperoleh kejelasan untuk mencapai taraf kesejatian dalam hubungan dengan yang Mutlak. Dengan berbagai cara, entah lewat pertanyaan atau sengaja tidak menjalankan lagi praktek-praktek keagamaan yang sudah biasa dilakukan, mereka mau mengetahui segi-segi yang paling dalam tentang yang Mutlak, hubungan-Nya dengan manusia dan dunia, peranan-Nya dalam hidup sekarang dan yang akan datang. Mereka menanyakan apa gunanya agama bagi manusia dan lain-lain. Maka pada masa perkembangan religius itu, kaum muda menghadapi masalah-masalah berat, seperti: apa arti yang Mutlak, arti hidup, arti agama, agama dan ibadat, agama dalam hidup, agama dalam kejahatan, arti hidup sesudah mati (Mangunhardjana, 1986: 15).

(37)

dasar iman yang kuat terhadap Tuhan. Hal ini seharusnya ditanam oleh pihak keluarga sejak dini agar dalam perkembanagannya para kaum muda semakin mampu memainkan peranannya dalam hidup menggereja.

3. Masalah-masalah yang Dihadapi Kaum Muda

Masalah yang diangkat dalam tulisan ini adalah masalah-masalah yang sering kali dialami oleh kaum muda yaitu masalah yang berkaitan dengan diri mereka sendiri, masalah dalam keluarga, masyarakat, dan masalah dalam Gereja.

a. Masalah dalam diri kaum muda.

(38)

Masalah lain yang sering kali melanda diri kaum muda adalah sikap rendah diri dan sulit bergaul, biasanya anak yang miskin atau kurang mampu akan mengalami masalah yang dialami orang tuanya misalkan: fasilitas hidup, kesehatan yang kurang baik, dan pendidikan yang rendah. Akibat tekanan dan situasi tersebut membuat mereka jatuh ke dalam tindakan dan dunia kriminal (Mangunhardjana, 1986: 17).

Orang muda, terutama yang “tidak punya” dalam arti ekonomis dan pendidikan, biasanya merasa rendah diri dan minder. Perasaan minder amat menghalangi perkembangan diri kaum muda, karena menyulitkan seseorang dalam bergaul. Masalah kesepian dan kesulitan perumahan (numpang tinggal di rumah keluarga) membawa masalah tersendiri bagi kaum muda yang bekerja atau kuliah di kota lain. Biasanya dari berbagai masalah tersebut kaum muda menjadi gelisah, bingung, bimbang, mengasingkan diri dari orang banyak, dan tidak pasti, hal ini yang dapat memicu kaum muda untuk berbuat hal yang kurang baik bahkan sampai kepada tindakkan kriminal dan bahkan kaum muda merasa suram akan masa depannya (Tangdilintin, 1984: 39).

b. Masalah dalam keluarga

(39)

Rendahnya pendidikan yang dimiliki orang tua juga merupakan suatu masalah bagi kaum muda akibatnya banyak kaum muda yang kurang mau mendengarkan nasehat orang tua sehingga wibawa orang tua menurun (Tangdilintin, 1984: 26).

Selain itu, masalah yang dihadapi kaum muda juga disebabkan oleh kesenjangan nilai dan norma-norma antara kaum muda dan orang tua. Orang tua sering memakai ukuran jaman dulu ketika mereka masih muda untuk mendidik anaknya, sementara itu kaum muda saat ini cenderung mengikuti perkembangan zaman yang semakin modren. Tidak jarang perbedaan nilai dan norma tersebut menimbulkan masalah bagi kaum muda dan orang tua.

Masalah lain yang muncul juga dapat diakibatkan oleh keluarga yang berantakan misalnya: kurangnya perhatian terhadap anggota keluarga, perceraian, ketidaksetiaan dalam perkawinan atau perselingkuhan, sikap acuh tak acuh dan tidak saling peduli dalam keluarga, dan juga pertengkaran yang sering terjadi di dalam anggota keluarga.

c. Masalah dalam masyarakat

Pesatnya kemajuan zaman dan peningkatan taraf hidup masyarakat membawa dampak yang sangat besar, misalnya: materialisme, hedonisme, dan konsumerisme. Bagi kaum muda, pengaruh budaya tersebut sangat berbahaya, karena kecenderungan yang selalu mau ikut model zamannya dan sering hanyut di dalamnya tanpa disertai sikap kritis (Tangdilintin, 1984: 29).

(40)

miliki secara luas, karena orang muda sering dinilai oleh kaum tua belum mampu berbuat seperti mereka. Orang muda juga kurang mendapatkan informasi tentang suatu hal dalam realitas sosial dan permasalahan masyarakat.

d. Masalah dalam Gereja

Dalam Gereja, kaum muda dipandang sebagai komponen Gereja masa depan yang kurang diperhitungkan. Terdapat anggapan unsur Gereja unsur orang tua saja, sedangkan orang muda dianggap sebagai “seksi tenaga” yang diberi tugas membantu dan melaksanakan gagasan dari orang tua. Karena belum mendapatkan tempat dan peran serta yang berarti dalam Gereja, maka kaum muda cenderung bersikap pasif dalam kegiatan kegerejaan. Sikap para orang tua ini tanpa disadari ternyata menciptakan iklim yang tidak baik bagi kaum muda. Kaum muda menjadi tidak diterima, tidak dihargai, tidak kerasan dan merasa diri sebagai orang asing dalam kelompok Gereja. Keterasingan itu juga mereka rasakan dalam liturgi yang belum menjawab kebutuhan dan dambaan kaum muda (Tangdilintin, 1984: 37).

4. Kebutuhan Kaum Muda

(41)

dalam lingkup hidup menggereja, dan kebutuhan pendampingan dalam lingkup hidup kaum muda itu sendiri.

a. Kebutuhan dalam lingkup keluarga.

Kaum muda dalam lingkup hidup keluarga membutuhkan suasana dan kesempatan untuk berdialog secara terbuka dan leluasa. Kaum muda membutuhkan kesadaran dan keterbukaan akan nilai-nilai dan maksud baik orang tua dalam setiap cara mendidik dan mendampingi mereka, betapapun tidak sesuai dengan harapan mereka karena perbedaan pandangan terhadap nilai-nilai dan norma.

Mereka membutuhkan kesadaran terhadap orang tua dengan segala situasi dan latar belakang mereka agar diterima dan dihargai sebagaimana mestinya. Selain itu, kaum muda membutuhkan suasana “at home” agar merasa kerasan dalam keluarga, karena kesadaran akan tanggungjawab masing-masing perorangan dalam keluarga ikut menciptakan suasana tersebut (Tangdilintin, 1984: 45).

b. Kebutuhan dalam lingkup hidup masyarakat.

(42)

mereka yang menunjang perkembangannya. Kaum muda membutuhkan dorongan sikap kritis, selektif dari lingkungan masyarakat terhadap tawaran media komunikasi yang menggiurkan. Kaum muda membutuhkan kesempatan dan kemampuan untuk menyuarakan diri agar berperan secara aktif dan bertanggungjawab dalam perubahan-perubahan sosial masyarakat. Kauaam muda juga membutuhkan kesadaran politis, tahu akan hak dan kewajiban sebagai bagian dari masyarakat (Tangdilintin, 1984: 46).

c. Kebutuhan dalam lingkup Gereja.

Kaum muda dalam lingkup hidup Gereja membutuhkan keterlibatan dan bertanggungjawab untuk berperan dalam Gereja, baik sekarang maupun di masa yang akan datang, serta kesadaran akan potensi diri mereka sebagai pembawa keceriaan dalam hidup Gereja. Mereka membutuhkan kesempatan dan pengetahuan serta penghayatan akan nilai-nilai dan norma kristiani untuk menata moralitas pribadi yang mandiri. Mereka membutuhkan kesempatan dan kecakapan untuk berperan serta secara bertanggungjawab dalam hidup menggereja. Selain itu mereka membutuhkan keterbukaan untuk menghadap nilai-nilai dalam agama atau kepercayaan lain bagi kerukunan dan toleransi hidup beragama dan untuk memperkaya penghayatan serta pengalaman imannya sendiri (Tangdilintin, 1984: 47).

d. Kebutuhan dalam lingkup diri pribadi kaum muda.

(43)

dan diterima apa adanya serta kesempatan untuk didengar tetapi sekaligus juga kesempatan dan kemampuan untuk mendengarkan. Mereka membutuhkan kesempatan dan kebebasan dalam bergaul, memilih teman “khusus” dan teman hidup.

Mereka juga membutuhkan kemampuan dan keterbukaan untuk berkomunikasi antar pribadi dan kelangsungan dalam mengutarakan pendapat secara bebas. Mereka membutuhkan pengertian-pengertian mendasar tentang gejala-gejala psikis dalam proses pertumbuhan dirinya, terutama masalah seksualitas sebagai sesuatu yang wajar dalam perkembangan pribadi setiap orang. Mereka juga membutuhkan kesadaran dan pengenalan diri dengan segala potensi tetapi sekaligus juga dengan keterbatasan-keterbatasan yang mereka miliki sehingga dapat menerima diri apa adanya.

Mereka membutuhkan kemampuan untuk menilai sesuatu yang mereka lihat dan alami, serta mengambil keputusan secara pribadi. Selain itu mereka juga membutuhkan kecakapan dan keterampilan praktis untuk mempersiapkan masa depan mereka dengan lebih pasti dan cerah, serta menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan tanggungjawab (Tangdilintin, 1984: 47).

B. KAUM MUDA KATOLIK DALAM HIDUP MENGGEREJA

(44)

dalam kegiatan hidup menggereja. Adanya peranan aktif dari kaum muda dalam kegiatan hidup menggereja akan membuat Gereja lebih hidup. Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai pengertian hidup menggereja, hidup kaum muda di tengah Gereja, serta tugas dan tanggungjawab kaum muda terhadap Gereja.

1. Pengertian Hidup Menggereja

Hidup menggereja menurut Suhardiyanto (2005: 1) adalah hidup menampakkan iman, jadi setiap kegiatan menampakkan iman adalah hidup menggereja. Menampakkan iman menurut Kis 2: 41-47 tidak hanya berhimpun untuk memecahkan roti dan memuji Allah (ay. 46-47:liturgi), tetapi juga bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, (ay. 42:kerygma), bertekun dalam persekutuan, (ay. 42: koinonia), dan rela menjual harta miliknya dan membagikannya pada semua orang sesuai dengan kebutuhannya, (ay. 45: diakonia), sehingga mereka disukai banyak orang, (ay. 47:martiria). Kelima aspek inilah yang mesti diperhatikan dan diupayakan oleh setiap orang katolik dalam kegiatan hidup kegerejaan kita. (Bagiyowinadi, 2003: 133).

(45)

itu iman yang dimiliki akan disadari dan diperkembangkan sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan untuk menentukan pilihan hidup dan aksi. Dalam situasi hidup sekarang ini yang ditandai dengan kemajemukan religius, masalah ketidakadilan sosial dan ancaman terhadap kehidupan orang beriman akan Kristus dituntut untuk mewujudkan hidup menggereja secara baru. Wujud baru hidup menggereja yang dimaksud adalah hidup menggereja yang mengarah pada hidup menggereja yang mempunyai ciri dialogal dan transformatif (Banawiratman, 1991: 10).

2. Kaum Muda di Tengah Gereja.

a. Pandangan dan Harapan Gereja Terhadap Kaum Muda

Paus Yohanes Paulus II secara khusus memberikan pandangannya terhadap kaum muda dengan menyatakan bahwa Gereja terutama adalah milik muda-mudi dan siapa saja yang berada dalam kurun waktu itu. Proses perkembangan dan pembaharuan Gereja untuk semakin mampu mengikuti Kristus terletak pada muda-mudi. Untuk itu Paus Yohanes Paulus II berharap kepada kaum muda supaya menjadi nabi-nabi kehidupan, nabi-nabi cinta keutuhan, buah penyesalan yang tulus, bekerja untuk keadilan serta hidup dengan penuh rasa syukur pada Tuhan (Yohanes Paulus II. 1996).

(46)

Gereja, penuh dengan semangat, cita-cita dan gelora kemudaan yang mereka miliki.

Selain itu, dalam pesannya kepada kaum muda pada Hari Pemuda Sedunia pada tahun 2006. Bapa Suci Paus Benediktus XVI, beliau mengatakan bahwa:

Kaum muda harus bertanggungjawab atas pendidikannya, harus mampu mengenal jati diri sejati Roh Kudus, mampu menyadari kehadiran-Nya dengan terus menerus, terlibat aktif dalam hidup Gereja, serta harus mampu menjalankan Injil dengan tindakan nyata (http://webcache. googleusercontent.com, 04 Agustus 2006).

Dari pernyataan Paus Benediktus XVI kepada orang muda sedunia di atas, dapat kita lihat bahwa kaum muda sungguh-sungguh diharapkan untuk menjadi pelaku utama dalam menampakkan dan mewujudkan imannya baik secara pribadi maupun secara kelompok. Kaum muda juga diharapkan untuk mampu mengenal jati diri Roh Kudus serta menyadari kehadiran-Nya, menghargai dengan suara hati yang lurus, nilai-nilai moral serta dengan tulus menghayatinya secara pribadi untuk semakin sempurna mengenal dan mengasihi Allah.

Kaum muda merupakan jantung hati dan ujung tombak bagi Gereja, oleh karena itu, berkembang tidaknya Gereja berada pada genggaman tangan kaum muda. Selain itu kaum muda itu penuh dengan kreatifitas dan memiliki motivasi yang tinggi, sehingga potensi yang mereka miliki perlu diberdayakan dan selalu diberikan kesempatan (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 1).

b. Tanggung Jawab Kaum Muda Terhadap Gereja

(47)

mewujudkan dan memberikan kesaksian akan imannya terhadap Kristus dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam lingkup keluarga, sekolah masyarakat dan juga Gereja.

Setiap kaum muda dipanggil untuk dapat mengembangkan imannya masing-masing dan menjadi pewarta kabar gembira bagi semua umat. Selain itu, kaum muda juga memiliki tugas untuk menjadi garam dan ragi dalam lingkungannya sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya masing-masing. Kaum muda sebagai bagian dari Gereja juga bertanggungjawab untuk meneruskan perjuangan Gereja mengingat masa depan Gereja terletak pada kaum muda. Salah satu perjuangan tersebut adalah menjadi pengikut Kristus dan meneladani sikap Kristus yaitu sebagai Imam, Nabi dan Raja.

(48)

Sedangkan istilah “nabi” pertama kali dipakai Abraham (Kej.20:7). Tapi sejak awal sejarah, orang-orang tertentu berfungsi sebagai juru bicara bagi kebenaran Allah: Henokh (Yud.14; Kej.5:18), Nuh (2Pet.2:5; 1Pet.3:20-21), Ishak (Kej.27:28-29, 39-40), dan Yakub (Kej.49, khususnya ay.8-12) menjalankan tugas ini. Musa merupakan tokoh pertama yang ditetapkan sebagai nabi dengan kuasa sebagaimana pemahaman kita sekarang tentang seorang nabi. Dalam Ulangan 18:15-20 Allah berjanji bahwa Musa akan dilanjutkan oleh sejumlah nabi, sampai akhirnya akan bangkit seorang Nabi utama (sepeti Musa) yang ucapan-Nya akan menjadi otoritas tertinggi. Keberlanjutan nabi-nabi memang terjadi sepanjang zaman Perjanjian Lama. Tapi perlu diperhatikan, tidak ada lagi nabi yang bangkit sejak Kristus, dan sejak Alkitab disempurnakan.

(49)

penetapan monarki sesuai dengan rencana dan kehendak kekal Allah (1Sam.8:20, bdk. 8:22) tapi kemudian Allah menjanjikan garis keturunan Daud yang akan berhenti pada kedatangan Sang Raja Agung yang akan memerintah selama-lamanya (2Sam.7:12-16; Mzm.2, 45, 72 dan 110). Jabatan ini juga memerlukan “pengurapan” (dari tindakan inilah timbul kata “Mesias”).

Ketiga tugas pokok tersebutlah yang seharusnya diupayakan oleh kaum muda dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam melaksanakan tugas-tugasnya itu kaum muda memainkan peranan yang sangat penting dalam membangun serta membawa perubahan baik dalam Gereja itu sendiri serta sekaligus menciptakan dan mengembangkan struktur kegerejaan dan kemasyarakatan seturut gairah mereka demi menuju kesempurnaan, selaras dengan kehendak Allah (KWI, 1996: 29).

3. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja

Keterlibatan kaum muda dalam Gereja pada umumnya sama dengan peranan kaum awam yaitu sebagai warga Gereja yang tidak ditahbiskan atau orang-orang yang beriman kristen yang oleh pembaptisan menjadi anggota-anggota Tubuh Kristus. Keterlibatan kaum muda dalam Gereja diharapkan agar perkembangan Gereja ke depannya dapat lebih hidup, sehingga Gereja ke depannya terus berkembang.

(50)

terlibat dalam pelayanan (Diakonia) dan, terlibat dalam tugas kesaksian (Martiria).

a. Terlibat dalam Perayaan (Liturgi)

Konsili Vatikan II menyebut Gereja sebagai “persekutuan iman, harapan dan cinta” (LG 8), “persekutuan orang yang menerima Yesus dengan iman dan cinta kasih” (GS 32). Maka sesungguhnya Roh Kuduslah yang menciptakan persekutuan umat beriman dengan menghimpun mereka dalam Kristus, sebagai prinsip kesatuan Gereja (UR 2) sebab oleh Roh Kudus “ Kasih Allah dicurahkan ke dalam hati kita” (Rm 5:5) konsili mengajarkan bahwa Gereja dibentuk karena “perpaduan unsur manusiawi dan Ilahi” (LG 8). Kesatuan Gereja bukan hanya karya Roh Kudus, tetapi juga hasil komunikasi antarmanusia, khususnya perwujudankomunikasi imandiantara para anggota Gereja. Komunikasi ini terjadi terutama dalam perayaan iman. Maka dikatakan bahwa “penampilan Gereja yang istimewa terdapat dalam keikutsertaan penuh dan aktif seluruh umat kudus Allah dalam perayaan liturgi” (SC 41), dan Gereja sendiri disebut “persekutuan keimanan” (LG 11) khususnya “persekutuan di sekitar altar” (LG 26).

(51)

Demikianlah halnya dengan orang muda sebagai anggota Gereja perlu terlibat aktif dalam seluruh perayaan liturgi Gereja. Keterlibatan itu dapat diwujudkan dengan menjadi peserta liturgi, petugas liturgi atau pun penanggungjawab liturgi (menjadi petugas misdinar, koor, lektor, organis, dirigen, petugas kolektan dan keamanan selama perayaan liturgi berlangsung). Peran serta dan keterlibatan kaum muda akan memberikan warna bagi gerak hidup Gereja. Oleh karena itu, kaum muda dituntut berperan aktif dalam setiap perayaan ekaristi yang berlangsung guna menampakkan dan mengembangkan imannya kepada Kristus bagi sesama. Dalam hal ini ajaran Konsili Vatikan II menjelaskan bahwa:

“Umat beriman janganlah menghadiri misteri iman sebagai orang luar atau penonton yang bisu, melainkan sedemikian rupa sehingga melalui upacara dan doa-doa mereka memahami misteri itu dengan baik, dan ikut-serta penuh khidmat dan secara aktif. Hendaknya mereka dengan rela hati menerima pelajaran dari sabda Allah, disegarkan oleh santapan Tubuh Tuhan, dan bersyukur kepada Allah” (SC 48).

(52)

bukan sekedar untuk membantu imam, tetapi merupakan pelaksanaan imamat umum semua umat.

b. Terlibat dalam Pewartaan (Kerygma).

Kerygma adalah segala bentuk pewartaan, pengajaran iman dan komunikasi iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling meluruskan pandangan iman. Setiap orang yang menerima pewartaan Kristus mengemban tugas pewartaan seperti yang telah diperintahkan oleh Yesus kristus. Pewartaan Injil adalah tugas setiap orang Kristen (LG 16-17). Pewartaan hendaknya diterima dalam arti luas dan tidak terbatas hanya pada homili, pelajaran agama ataupun pendalaman Kitab Suci saja. Pewartaan hendaknya selalu kita bawa dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, seluruh umat beriman dalam hal ini adalah kaum muda diharapkan bekerjasama dalam karya pewartaan Injil khususnya dalam lingkup karya dan kehidupan keluarga mereka (Suharyo, 1995: 57).

(53)

imannya akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kaum muda dan pengantara kaum muda untuk menanggapi sabda Allah. Dengan terlibatnya kaum muda dalam tugas pewartaan diharapkan kaum muda mampu menumbuhkan dan memperkembangkan imannya lewat pewartaan baik bagi diri secara pribadi maupun orang lain.

Kaum muda yang merupakan bagian dari Gereja juga memiliki tugas dan tanggungjawab untuk meneruskan pewartaan tentang Kristus. Kaum muda diharapkan untuk dapat meningkatkan keterlibatannya dalam Gereja salah satunya adalah dengan ikut ambil bagian dalam tugas pewartaan gereja misalnya mengikuti katekese, doa lingkungan atau sebagai pendamping PIA (pendidikkan iman anak), (Bagiyowinardi, 2003: 134). Dalam menampakkan dan mewujudkan iman tersebut kaum muda harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial bersama, dengan demikian mereka bersedia menanggalkan keinginan diri untuk bersama yang lain berbuat sesuatu demi masa depan Gereja. Karya pewartaan iman merupakan hal yang mendasar untuk perkembangan iman kaum muda. Oleh karena itu kaum muda diharapkan untuk dapat terlibat dalam mewartakan sabda Allah baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, tempat bekerja, masyarakat dan Gereja (Bagiyowinardi, 2003: 134).

c. Terlibat dalam Paguyuban (Koinonia)

(54)

kesejahteraan bersama dalam komunitas. Paguyuban merupakan bentuk persekutuan atau kebersamaan keanekaragaman umat yang disatukan oleh iman akan Yesus Kristus dalam batas teritorial atau kategorial tertentu untuk mewujudkan misi Yesus Kristus yang menghadirkan Kerajaan Allah. Dengan demikian, paguyuban terutama adalah persekutuan orang-orang yang menghayati pengalaman mistik, yaitu pengalaman persatuan mesra dengan Allah yang diwujudkan dalam bentuk keterlibatan konkrit (ARDAS KAS, 2005: 7).

Dalam 1 Kor 15:57-58, Santo Paulus menyampaikan nasihatnya “syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Kor 15:57-58).

(55)

Panggilan dan perutusan Gereja sebagai paguyuban menuntut para anggotanya untuk menjadi pribadi yang lebih matang. Pribadi yang matang melihat segala sesuatu dalam terang rencana Allah yang hendak menyelamatkan dunia. Sifat-sifat pribadi yang matang tampak antara lain pada sikap percaya diri yang bertumpu pada Tuhan, kreatif dalam keterbukaan pada bimbingan Roh, serta berani dalam memperjuangkan tugas panggilan dan perutusan hidupnya. Dengan kata lain, kaum muda sebagai pribadi yang matang menyadari dan mengembangkan semua karunia Allah bagi kehidupan bersama menurut semangat kasih. Hidup bersama dalam iman, harapan dan kasih menjadi karunia bagi kaum muda untuk mampu mengenali kehendak Allah melalui penegasan bersama seluruh paguyuban. Cara hidup yang demikian tentu akan berbuah bagi seluruh kaum muda, masyarakat, dan memiliki daya pikat.

d. Terlibat dalam Pelayanan (Diakonia).

Diakonia(pelayanan) adalah segala bentuk pelayanan kepada semua orang yang membutuhkan pertolongan atau pelayanan. Umat beriman saling melayani dan memperhatikan kebutuhan sesamanya, baik yang seiman maupun setiap orang yang membutuhkan.

(56)

panggilan Gereja yakni sebagai pelayan bagi sesama baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun di lingkungan Gereja (KWI, 1996: 444).

Diakonia hendaknya dimengerti dalam arti luas dan tidak hanya terbatas pada bidang atau segi tertentu saja. Kaum muda Katolik dituntut supaya mengembangkan sikap pelayanan, sebagai intisari sikap Kristus, bukan hanya dalam orang yang melayani, melainkan juga dalam dia yang dilayani, membantu orang supaya menyadari dan menghayati bahwa kemerdekaan itu adalah kesempatan untuk melayani seorang dengan yang lain.

Salah satu sikap Kristus yang amat mencolok adalah penolakan-Nya terhadap feodalisme atau masyarakat yang bertingkat-tingkat dengan membedakan golongan orang. Gereja dipanggil untuk melayani manusia, seluruh umat masnusia. Oleh karena itu sebagai orang muda katolik, sudah seharusnya kaum muda mampu mengikuti panggilan Gereja yakni sebagai pelayan bagi sesama baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun di lingkungan Gereja (KWI, 1996: 444). Dalam Injil Matius 20: 25-28 Yesus bersabda:

“Kamu tahu bahwa pemerintah-pemerintah para bangsa memerintah rakyat mereka dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka, dan ingin disebut pelindung. Tidaklah demikian dengan kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia penjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin terkemuka diantara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu. Aku ada ditengah-tengah kamu sebagai pelayan” (Mat 20: 25-28).

(57)

datanglah Kerajaan Allah dan terwujudlah keselamatan segenap bangsa manusia (GS 45).

Bagi kaum muda dalam melaksanakan pelayanan hendaklah memiliki ciri-ciri pelayanan seperti yang diperintahkan oleh Yesus kepada para murid-Nya yaitu; selalu bersikap rendah hati sebagai “yang paling rendah dari semua dan sebagai pelayan dari semua (Mrk. 9:35), kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru: “dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian tampil sebagai murid-Ku (Yoh. 15: 8), mengambil bagian dalam sengsara dan penderitaan Kristus, yang tetap senasib dengan semua orang yang menderita; “segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku (Mat 25: 40).

Sebagai kaum muda yang memiliki kereativitas dan spiritualitas yang tinggi, kaum muda diwajibkan untuk memiliki sikap dasar melayani dan bukan untuk dilayani. Sikap dasar melayani kaum muda dapat dimulai dengan melayani sesama kaum muda itu sendiri salah satu contohnya adalah menolong teman yang sedang tertimpa musibah. Selain itu dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelayan, kaum muda hendaknya memiliki iman yang kokoh, artinya iman merupakan pegangan utama untuk kaum muda dalam melayani sesama.

(58)

kunjungan ke panti jompo dan anak asuhan, menolong mereka yang sedang tertimpa musibah, dan menjenguk tetangga yang sedang tergolek karena sakit. Sebagai anggota Gereja, begitu banyak kegiatan pelayanan yang bisa kita lakukan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki. Seberapa pun talenta kita, bila dipersembahkan kepada Tuhan, niscaya akan menjadi berkat yang berlimpah bagi banyak orang (Bagiyowinadi 2003: 136).

e. Terlibat dalam Kesaksian (Martiria)

Martiria atau kesaksian akan Kristus dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Artinya semua orang beriman, yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih mengenal Kristus, memahami Kristus, mengikuti Kristus serta mengimani Kristus. Kehendak Tuhan untuk tempat dan situasi saat ini hendaknya kaum muda bawa dan teruskan, terlebih melalui kesaksian hidup. Suasana kerajaan Allah adalah kejujuran, kebenaran, keadilan, dan kasih. Itulah yang selalu Allah tanamkan kepada setiap umatnya, tidak hanya berhenti di gereja saja, tetapi diteruskan juga di lingkungan keluarga, tempat kerja, tempat kuliah, sekolah, lingkungan dan masyarakat. Sehingga dengan melihat perbuatan kita yang baik, semua orang memuji Bapa di Surga (Bagiyowinadi 2003: 137).

(59)

mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya dengan Allah. Ketika berjumpa dengan Yesus, ia menemukan kepenuhan karya penyelamatan dari Allah tersebut. Perjumpaan ini semakin meneguhkan komitmen hidupnya untuk mewartakan karya penyelamatan Allah dan menggugah sekaligus mengubah dunia, (ARDAS KAS 2005).

Kaum muda sebagai bagian dan masa depan Gereja hendaknya mampu untuk dapat melibatkan diri dalam melaksanakan tugasnya untuk terus bersaksi akan Kristus yang telah menyelamatkan umat manusia, terutama di lingkungan sekitar kaum muda itu sendiri. Kaum muda dalam melaksanakan tugasnya sebagai saksi iman akan Yesus Kristus mulai dari sekarang ini diharapkan agar cita-cita dan masa depan Gereja ke depannya dapat semakin maju dan terus berkembang sesuai dengan yang diharapkan serta menemukan kesempurnaan akan Allah itu sendiri.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA

(60)

yaitu faktor yang berasal dari luar kaum muda yaitu meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan Gereja dan lingkungan masyarakat.

1. Faktor Internal atau Pribadi Kaum Muda a. Pengorganisasian Diri

Jutaan kaum muda sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan serta pencarian jati diri mereka. Pengaruh dari diri kaum muda dapat membuat kaum muda lupa akan tugas dan identidas mereka sebagai orang muda Katolik. Lemahnya pengorganisasian pada diri kaum muda dapat membuat potensi diri serta kualitas kemampuan tidak dapat dikembangkan dengan sepenuhnya, hal ini dapat terlihat dari banyaknya permasalahan dalam diri kaum muda seperti menurunnya kualitas, krisis kader, krisis kepercayaan, kecemasan menatap masa depan, kemerosotan moral dalam diri kaum muda, dan kenakalan kaum muda yang tidak terkendalikan (SAGKI, 2005: 91).

b. Motivasi dalam Diri Kaum Muda

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 756) motivasi adalah: Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau, usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya.

(61)

berusaha. Motivasi dalam diri kaum muda sangat mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tingkah laku kaum muda itu sendiri. Kurangnya motivasi dalam diri kaum muda akan menimbulkan rasa malas untuk bersosialisasi dengan orang lain dan hal itu bisa membuat perkembangan sosialisasi khususnya kaum muda tidak baik, karena akan menimbulkan keegoisan, tidak mau bekerja sama dengan orang lain, cenderung bersifat masa bodoh, stres berat, sehingga sampai pada penyalahgunaan obat-obatan dan seks bebas pada kaum muda itu sendiri (Gunarsa, 2006: 267).

c. Pengetahuan dan Pengalam dalam Diri Kaum Muda

(62)

masuk kedalam kesalahan yang sama seperti yang telah kita lakukan sebelumnya. Hal yang lebih menyedihkan lagi dari kaum muda saat ini adalah kurang mampu memposisikan diri atau menempatkan diri, sehingga keberadaan kaum muda saat ini membawa dampak yang negatif bagi diri mereka pribadi.

Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki kaum muda sangat berdampak bagi perkembangan dan hidup kaum muda itu sendiri. Ketika kaum muda mendapati suatu masalah, dalam menyelesaikan masalahnya tidak jarang kaum muda mengambil keputusan yang salah. Hal ini bisa terjadi pada setiap kaum muda karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh kaum muda. Akibat kurangnya pengetahuan dan pengalaman membuat kaum muda cenderung bebuat secara instan, kaum muda tidak mau capek, kaum muda cenderung lebih mementingkan kepentingan diri pribadi dari pada kepentingan umum, kaum muda juga lebih mementingkan hasil dari pada proses, serta cenderung bersikap masa bodoh dan tidak mau tahu dengan apa yang akan terjadi pada dirinya. Sehingga tidak jarang hal semacam ini dapat menimbulkan masalah pada diri kaum muda.

2. Faktor Eksternal a. Lingkungan Keluarga

(63)

satu dengan yang lain. Keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang penting bagi kehidupan pribadi dan masyarakat sehingga kemajuan seseorang ditentukan pula oleh pembinaan anak dalam keluarga (Gunarsa, 2006: 277)

Ada berbagai pendapat mengenai pola peranan pembinaan atau pendampingan orang tua dalam keluarga terhadap anak antara lain adalah otoriter, otoritatif dan permisif. Orang tua yang menjalankan pembinaan otoriter pada anak mereka memutuskan segala sesuatu yang berkenaan dengan anaknya tanpa mempedulikan pendapat si anak itu sendiri. Mereka menerapkan gaya hukuman kepada setiap tindakan anak yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua. Anak diajarkan untuk mengikuti tuntutan orang tua dan keputusan orang tua tanpa bertanya. Mereka tidak diperbolehkan mengambil keputusan sendiri. Orang tua juga tidak melakukan komunikasi yang baik dengan mereka. Biasa komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah yaitu dari orang tua ke anak. Dengan kurangnya komunikasi orang tua dengan anak dapat menyebabkan keterampilan komunikasi anak itu menjadi berkurang (Gunarsa, 2006: 279).

(64)

Sedangkan pola pembinaan atau pendampingan otoritatif orang tua terhadap anak, pendampingan otoritatif selalu melibatkan anak dalam segala hal yang berkenaan dengan anak itu sendiri dan dengan keluarga. Mereka mempercayai pertimbangan dan penilaian dari kaum muda serta mau berdiskusi dalam mengambil segala keputusan yang berkaitan dengan kaum muda.

Orang tua yang otoritatif menekankan pentingnya peraturan, norma, dan nilai-nilai, tetapi mereka bersedia untuk mendengarkan, menjelaskan, dan bernegoisasi. Disiplin yang mereka lakukan lebih bersifat verbal yang ternyata merupakan sesuatu yang efektif. Anak yang dibesarkan dengan pola otoritatif akan merasakan suasana rumah yang penuh rasa saling menghormati, penuh apresiasi, kehangatan, penerimaan, dan adanya konsistensi pengasuhan dari orang tua mereka, dengan demikian mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka (Gunarsa, 2006: 280).

(65)

diri yang baik, mereka menjadi egois, selalu memaksakan kehendak mereka sendiri tanpa memperdulikan perasaan orang lain (Gunarsa, 2006: 281).

Pola pembinaan kaum muda dalam keluarga di atas sangat berpengaruh terhadap kegiatan dan peranan kaum muda katolik dalam hidup menggereja mereka. Kurangnya waktu, perhatian, dan dukungan dari orang tua membuat kaum muda kurang mampu menjalani kegiatan hidup menggereja mereka di dalam keluarga. Kurangnya kontrol dari orang tua terhadap kaum muda juga dapat membuat para kaum muda lupa akan tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anak muda yang diharapkan oleh Gereja, kaum muda lebih memilih untuk bersenang-senang, dan bersikap masa bodoh dengan diri mereka sendiri.

Tidak hanya itu kurangnya kesadaran kaum muda akan dirinya sebagai anggota Gereja juga membuat mereka enggan untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Untuk itu, lingkungan keluarga yang baik dan ideal sebaiknya dapat menjadi suatu komunitas hidup bagi setiap pribadi yang mendiami atau menghuninya. Dengan demikian karena sangat vitalnya sebuah kehidupan keluarga maka keluarga bertanggungjawab terhadap proses kelangsungan hidup setiap pribadi.

(66)

b. Lingkungan Sekolah

Pendidikan kaum muda dijalankan terutama untuk mempersiapkan masa depan serta dalam rangka upaya alih generasi, namun kenyataan yang terdapat menunjukkan belum sepenuhnya pendidikan kaum muda berjalan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya permasalahan kaum muda seperti menurunnya kualitas, krisis kader, kecemasan menatap masa depan, kemerosotan moral dan kenakalan remaja. Dengan demikian dalam membangun keadaban publik di mana kaum muda diharapkan sebagai salah satu pelaku utamanya maka, pendidikan kaum muda di lingkungan sekolah perlu mendapat perhatian yang serius (SAGKI, 2005: 91).

Lingkungan sekolah sebagai tempat untuk menuntut ilmu pengetahuan, mengembangkan bakat, minat dan menciptakan kemampuan berketerampilan serta menemukan daya kereativitas belum sepenuhnya terwujud. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sekolah tidak cukup hanya sebagai komunitas studi semata, sekolah juga harus mampu memberikan tempat yang nyaman bagi semua murid yang ingin belajar mencari identitas diri dan mengembangkan seluruh kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya sendiri.

(67)

Karena pada dasarnya pendidikan merupakan hak setiap pribadi manusia dan hal itu tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.

Pendidikan adalah bidang yang harus diutamakan bagi semua kaum muda karena pendidikan sendiri menjadi masalah yang sangat kompleks dan menyangkut kehidupan untuk masa depan kaum muda. Pendidikan nasional bersifat terbuka maka sekolah pun sebagai tempat peserta didik menuntut ilmu dan mengembangkan potensi diri, diharapkan mampu mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas (SAGKI, 2005: 321).

Namun tidaklah demikian dengan pendidikan kita saat ini. Sejak lama pendidikan di Indonesia menghadapi dua masalah besar yaitu masalah pemerataan dan mutu. Tidak semua kaum muda dapat mengalami pendidikan yang semestinya harus mereka terima. Di lingkungan sekolah para guru selalu memandang status sosial ekonomi siswa, hal ini tidak jarang membuat para siswa yang tidak mampu selalu di nomor duakan. Hal semacam ini sangat berpengaruh terhadap hidup menggereja kaum muda, karena mereka juga takut disamakan seperti apa yang mereka alami di sekolah yaitu mendapat perlakuan dan perhatian yang berbeda. Hal semacam ini tidak jarang membuat kaum muda enggan untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja di sekolah karena mereka merasa selalu di nomor duakan (SAGKI, 2005: 322).

c. Lingkungan Gereja

(68)

orang dan menjalin hubungan antar sesama. Allah membentuk mereka menjadi umat yang mengakui-Nya dalam kebenaran dan mengabdi kepada-Nya dengan suci.

Allah memilih bangsa Israel sebagai umat-Nya yang juga disebut sebagai Gereja (jemaat) Allah. Allah menghimpun mereka yang dipenuhi dengan iman untuk mengarahkan pandangan kepada Yesus, pencipta keselamatan, dasar kesatuan dan perdamaian. Demikianlah Allah membentuk mereka menjadi Gereja, supaya bagi semua dan setiap orang menjadi sakramen yang kelihatan, menandakan kekuatan yang menyelamatkan (KWI. 1996: 336).

Lingkungan Gereja sebagai komunitas jemaat beriman, harus mampu menjadi daya tarik agar anggotanya dapat kerasan untuk menghuninya. Untuk itu Gereja perlu memberi perhatian khusus kepada kaum muda agar turut serta masuk dalam kesatuan dengan Kristus. Persekutuan dengan Kristus akan membawa dampak yang luar biasa bagi perkembangan dan pertumbuhan hidup rohani atau spiritual kaum muda dalam kehidupan sehari-hari. Jalinan kesatuan Gereja dengan kaum muda tampak nyata dalam setiap kegiatan hidup menggereja yang ada. Kaum muda sendiri sebagai salah satu bagian dari anggota jemaat beriman perlu menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah anggota Gereja, maka kaum muda dengan segala kerendahan hati hendaknya dapat melebur diri dalam kesatuan dengan Kristus.

(69)

yang kurang memberi kepercayaan kepada kaum muda untuk berperan sebagai “partner”. Kaum muda menganggap orang tua sekarang ini selalu saja mendominir, memonopoli dan memperbudak kaum muda. Kaum muda hanya diajak untuk terlibat dalam berkerjasama sementara orang tualah yang menjadi penentunya (Tangdilintin, 1984: 37).

Di sisi lain yang menyebabkan kurangnya keterlibatan kaum muda dalam Gereja adalah kaum muda belum seutuhnya diakui menjadi anggota dari Gereja, mereka baru dipersiapkan menjadi anggota penuh Gereja dan berperan nanti kalau sudah dewasa. Karena belum mendapat tempat, bertanggungjawab dan peranserta yang berarti dalam Gereja masa kini, kaum muda memilih sikap pasif. Sikap yang dicap oleh orang dewasa sebagai kurang sadar akan diri sebagai anggota Gereja, dan kurang beriman, kurang pengetahuan agama. Sikap semacam itu tanpa disadari menciptakan iklim tidak sehat bagi kaum muda dalam Gereja, mereka merasa diri mereka sebagai orang asing, tidak diterima dan dihargai serta tidak kerasan (Tangdilintin, 1984: 39).

d. Lingkungan Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

I estimate a reduced-form model for school attendance that includes variables to measure household labor market integration, other household factors, teenager characteristics,

[r]

• Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah menghembuskan nafas secara maksimal atau ekspirasi paksa.. Nilai normalnya adalah

Pembahasan : Usaha membuat kebijakan untuk mengurangi tenaga yang berasal dari luar negara dalam pembangunan ekonomi, hal itu merupakan contoh usah pembangunan ekonomi yang

Panjang hipotenusa segitiga siku-siku adalah 30 cm, jika panjang salah satu sisinya 18 cm, maka panjang sisi lainnya adalah ….. Perhatikan segitiga PQR pada gambar

(3) Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini telah dilakukan pengelolaan limbah B3 yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Proyek Akhir ini masih jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanya milik allah, untuk itu saran dan kritik yang

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh sisa anggaran, pendapatan asli daerah, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal Bidang Pendidikan,