• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghayatan Devosi Jalan Salib sebagai sarana untuk memperkuat iman umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penghayatan Devosi Jalan Salib sebagai sarana untuk memperkuat iman umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah."

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

Memperkuat Iman Umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati tak Bernoda Santa Maria, Boyolali, Jawa Tengah. Peneliti memilih tema ini karena peneliti sebagai umat wilayah Maria Cordis Rogobelah memiliki keprihatinan terhadap pelaksanaan devosi di wilayah tersebut. Sejauh ini, devosi dilaksanakan secara rutin, akan tetapi kurang mendapat sentuhan kreativitas di dalam susunan doa.

Devosi berarti kebaktian, pernghormatan, pengorbanan, penyerahan, kesalehan, dan kasih yang ditunjukkan oleh umat beriman kepada Allah, sang pemberi kehidupan. Berbagai macam bentuk devosi berkembang di tengah umat dan salah satunya adalah devosi jalan salib yang dilaksanakan oleh umat wilayah Maria Cordis Rogobelah. Devosi jalan salib menjadi kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap hari Minggu di wilayah tersebut. Umat menghayati devosi ini sebagai peringatan akan penderitaan Kristus dalam rangka membebaskan manusia dari dosa. Dengan demikian, devosi jalan salib memiliki peran yang penting dalam meningkatkan penghayatan iman. Penderitaan Kristus di kayu salib adalah sebuah cinta tak terbatas kepada umat manusia. Dengan devosi ini, penderitaan Kristus di kayu salib dapat dimengerti dan diterima dengan mudah oleh umat. .

Di dalam gereja Katolik, devosi memegang peranan penting dalam mengembangkan imAn umat. Devosi merupakan ungkapan iman yang spontan dan bebas dan tujuan dari devosi adalah Tuhan sendiri. Devosi dapat dilakunan secara individual atau bersama. Devosi membantu umat dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Devosi-devosi di dalam gereja Katolik antara lain adalah devosi Bunda Maria, Hati Kudus Yesus, Sakramen Maha Kudus, Roh Kudus, dan Jalan Salib. Gereja sangat menganjurkan praktek devosi di dalam bentuk apapun sebagai sarana untuk memperkuat iman. Melalui devosi, iman dan liturgi diwujudkan di dalam kehidupan sehari-hari. Devosi dihayati oleh umat sebagai pemenuhan atas kebutuhan afeksi dan kerinduan hati mereka.

(2)

to strengthen the Faith of the Catholic in the Community of Maria Cordis Rogobelah, in the Parish of Immaculate Hearth of the Blessed Virgin Mary, Boyolali, Central Java”. The researcher chose this title because the researcher as the member of the community Maria Cordis Rogobelah has concern about the practice of devotion in the community. So far the practice is done routinely but it is lack of creativity in the arrangement of the prayer.

Devotion means service, honour, sacrifice, submission, piety and love which is performed by the believers to God, the Giver of life. A wide range practice of devotions are developed among the Catholic and one of which is the devotion of the stations of the cross which is done in the Community Maria Cordis Rogobelah. The devotion of the stations of the cross is a routine activity which is held every Sunday in the community. The members of the community live this devotion in remembrance of the passion of Christ in setting free the people from the sins. Therefore , the devotion of the stations of the Cross plays an important role in improving the living of the faith. The passion of Christ on the cross is a boundless love for the mankind. Through the devotion, the passion of Christ on the cross can be understood and accepted easily by the believers.

In the Catholic Church, the devotion plays an important role in improving the faith of the Catholic. Devotion is a spontaneous and free expression of the faith and its goal is God self. It can be done individually or communally. The devotion helps the believers to improve the quality of their life. The devotions in the catholic church are among others devotion of Saint Mary, the Sacred Heart of Jesus, The Most Blessed Sacrament, Holy Spirit and Stations of the Cross. The Church strongly recommends the practice of the devotions in any form as the way to strengthen the faith. Through the devotion, the faith and the liturgy is to perform in daily life. The devotion is lived by the believers to meet the need of affection and their longing.

(3)

PENGHAYATAN DEVOSI JALAN SALIB

SEBAGAI SARANA UNTUK MEMPERKUAT IMAN UMAT DI WILAYAH MARIA CORDIS ROGOBELAH, PAROKI HATI TAK BERNODA SANTA PERAWAN MARIA

BOYOLALI, JAWA TENGAH

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Maria Andriati Tri Utami NIM: 101124052

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya skripsi ini dipersembahkan untuk

Bapak Robertus Marju & Ibu Rosalia Sularni,

Martinus Prastya Dwi Nugraha,

(7)

v MOTTO

“Siapa yang mematuhi perintah tidak akan mengalami perkara yang mencelakakan, dan hati orang berhikmat mengetahui waktu pengadilan, karena

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

Judul dari skripsi ini adalah “Penghayatan Devosi Jalan Salib sebagai Sarana untuk Memperkuat Iman Umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati tak Bernoda Santa Maria, Boyolali, Jawa Tengah. Peneliti memilih tema ini karena peneliti sebagai umat Wilayah Maria Cordis Rogobelah memiliki keprihatinan terhadap pelaksanaan devosi di wilayah tersebut. Sejauh ini, devosi dilaksanakan secara rutin, akan tetapi kurang mendapat sentuhan kreativitas di dalam susunan doa.

Devosi berarti kebaktian, pernghormatan, pengorbanan, penyerahan, kesalehan, dan kasih yang ditunjukkan oleh umat beriman kepada Allah, sang pemberi kehidupan. Berbagai macam bentuk devosi berkembang di tengah umat dan salah satunya adalah devosi jalan salib yang dilaksanakan oleh umat wilayah Maria Cordis Rogobelah. Devosi jalan salib menjadi kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap hari Minggu di wilayah tersebut. Umat menghayati devosi ini sebagai peringatan akan penderitaan Kristus dalam rangka membebaskan manusia dari dosa. Dengan demikian, devosi jalan salib memiliki peran yang penting dalam meningkatkan penghayatan iman. Penderitaan Kristus di kayu salib adalah sebuah cinta tak terbatas kepada umat manusia. Dengan devosi ini, penderitaan Kristus di kayu salib dapat dimengerti dan diterima dengan mudah oleh umat. .

Di dalam gereja Katolik, devosi memegang peranan penting dalam mengembangkan imAn umat. Devosi merupakan ungkapan iman yang spontan dan bebas dan tujuan dari devosi adalah Tuhan sendiri. Devosi dapat dilakunan secara individual atau bersama. Devosi membantu umat dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Devosi-devosi di dalam gereja Katolik antara lain adalah devosi Bunda Maria, Hati Kudus Yesus, Sakramen Maha Kudus, Roh Kudus, dan Jalan Salib. Gereja sangat menganjurkan praktek devosi di dalam bentuk apapun sebagai sarana untuk memperkuat iman. Melalui devosi, iman dan liturgi diwujudkan di dalam kehidupan sehari-hari. Devosi dihayati oleh umat sebagai pemenuhan atas kebutuhan afeksi dan kerinduan hati mereka.

(11)

ix

ABSTRACT

The title of this thesis is “The Living of the Stations of the Cross Devotion as the Way to strengthen the Faith of the Catholic in the Community of Maria Cordis Rogobelah, in the Parish of Immaculate Hearth of the Blessed Virgin Mary, Boyolali, Central Java”. The researcher chose this title because the researcher as the member of the Community Maria Cordis Rogobelah has concern about the practice of devotion in the community. So far the practice is done routinely but it is lack of creativity in the arrangement of the prayer.

Devotion means service, honour, sacrifice, submission, piety and love which is performed by the believers to God, the Giver of life. A wide range people from the sins. Therefore , the devotion of the stations of the Cross plays an important role in improving the living of the faith. The passion of Christ on the cross is a boundless love for the mankind. Through the devotion, the passion of Christ on the cross can be understood and accepted easily by the believers.

In the Catholic Church, the devotion plays an important role in improving the faith of the Catholic. Devotion is a spontaneous and free expression of the faith and its goal is God self. It can be done individually or communally. The devotion helps the believers to improve the quality of their life. The devotions in the catholic church are among others devotion of Saint Mary, the Sacred Heart of Jesus, The Most Blessed Sacrament, Holy Spirit and Stations of the Cross. The Church strongly recommends the practice of the devotions in any form as the way to strengthen the faith. Through the devotion, the faith and the liturgy is to perform in daily life. The devotion is lived by the believers to meet the need of affection and their longing.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “ Penghayatan Devosi Jalan Salib Sebagai Sarana Untuk

Memperkuat Iman Umat Di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak

Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah“. Penyusunan skripsi ini

digunakan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama

Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari banyak hal yang masih kurang dalam penyusunan

skripsi ini, baik dari segi tatabahasa ataupun dalam pembahasan materi karena

keterbatasan penulis. Kritik dan saran yang membangun diharapkan demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata dengan tidak mengurangi rasa hormat dan

penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama, yang

dengan sabar telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan

membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan masukan-masukan

dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dan lebih

semangat dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal sampai akhir

(13)

xi

2. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum., selaku dosen penguji, yang selalu

mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum., selaku dosen wali dan dosen penguji,

yang terus memberikan semangat, mendampingi, dan memberikan masukan

kepada penulis.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis

selama belajar di prodi IPPAK.

5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh

karyawan PUSKAT yang telah memberi dukungan dan pelayanan kepada

penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Robertus Marju dan Ibu Rosalia Sularni yang memberikan semangat

dan dukungan moral, material, dan spiritual selama penulis menempuh studi di

Yogyakarta.

7. Martinus Prastya Dwi Nugraha yang dengan sabar membimbing penulis

dengan memberikan semangat dan dukungan dengan segala cara sampai

selesainya skripsi ini.

8. Bapak Laurentius Budiadi dan Ibu Sri Yuliawati yang telah memberikan

semangat, dukungan, dan fasilitas selama penulis menempuh studi di

Yogyakarta.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010, atas persaudaraan, perhatian,

(14)

xii

10. Umat Wilayah Maria Cordis Rogobelah, atas waktu, perhatian, dan

kerjasamanya, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik.

Saran dan kritik yang membangun, penulis harapkan guna melengkapi

segala kekurangan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan

berkontribusi dalam upaya meningkatkan penghayatan iman umat melalui devosi

jalan salib.

Yogyakarta, 7 Januari 2015

Penulis

(15)

xiii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK ... viii

BAB II. GAMBARAN UMUM PENGHAYATAN DEVOSI JALAN SALIB UMAT DI WILAYAH MARIA CORDIS ROGOBELAH, PAROKI HATI TAK BERNODA SANTA PERAWAN MARIA BOYOLALI, JAWA TENGAH ... 9

A. Gambaran Umum Situasi Paroki Boyolali ... 10

1. Sejarah Perkembangan Paroki Boyolali... 11

2. Situasi Geografis dan Demografis Paroki Boyolali ... 12

3. Situasi Religius Kultural Umat Paroki Boyolali ... 14

4. Bentuk-bentuk Kegiatan Devosi di Paroki Boyolali... 15

(16)

xiv

1. Sejarah Perkembangan Wilayah Maria Cordis ... 21

2. Bentuk-bentuk Kegiatan Devosi di Wilayah Maria Cordis ... 23

a. Devosi kepada Bunda Maria ... 23

b. Devosi Jalan Salib ... 24

C. Penelitian Tentang Penghayatan Devosi Jalan Salib di Wilayah Maria Cordis,Paroki Boyolali ... 24

1. Metodologi Penelitian ... 25

d. Peranan Penghayatan Devosi Jalan Salib... 41

e. Kebutuhan Umat demi Peningkatan Mutu Devosi Jalan Salib ... 42

(17)

xv

C. Peranan Devosi Jalan Salib Dalam Penghayatan Iman Umat... 80

BAB IV. USULAN DOA JALAN SALIB KREATIF UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT WILAYAH MARIA CORDIS ROGOBELAH, PAROKI HATI TAK BERNODA SANTA PERAWAN MARIA BOYOLALI, JAWA TENGAH ... 85

A. Latar Belakang Usulan Doa Jalan Salib Kreatif ... 86

B. Alasan Utama Pemilihan Usulan Doa Jalan Salib Kreatif... 87

C. Usulan Tema dan Tujuan Doa Jalan Salib Kreatif... 88

(18)

xvi

E. Contoh Perhentian Doa Jalan Salib Kreatif... 90

F. Contoh Doa Jalan Salib Kreatif... 91

BAB V. PENUTUP... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 120

LAMPIRAN ... 122

Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Penelitian ... (2)

Lampiran 3 : Panduan Wawancara ... (6)

Lampiran 4 : Rangkuman Hasil Wawancara ... (12)

Lampiran 5 : Kuisoner ... (16)

Lampiran 6 : Kuisoner Yang Telah Diisi ... (17)

Lampiran 7 : Gambar Yesus Dihukum Mati & Yesus Memikul Salib ... (18)

Lampiran 8 : Gambar Yesus Dibantu Simon dari Kirene & Wanita-wanita yang Menangisi-Nya ... (19)

Lampiran 9 : Gambar Pakaian Yesus Ditanggalkan & Yesus Disalibkan ... (20)

Lampiran 10 : Gambar Yesus Wafat di Salib & Jenazah Yesus Diturunkan... (21)

(19)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama

Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8.

B. Singkatan Dokumen Gereja

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Gereja, 21 November 1964

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi

Suci, 4 Desember 1963

C. Singkatan Tarekat/Kongregasi Religius

Singkatan Tarekat/Kongregasi Religius mengikuti Komisi Liturgi KWI.

2014. Penanggalan Liturgi 2015: Tahun B/I. Yogyakarta: Kanisius, hh. 4-6.

D. Singkatan Lain

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta

(20)

xviii Jl : Jalan

L : Lektor

MB : Madah Bakti, buku doa dan nyanyian umum yang diterbitkan oleh Pusat

Musik Liturgi Yogyakarta

No : Nomor

P : Pemimpin kebaktian

PS : Puji Syukur, buku doa dan nyanyian gereja yang disusun oleh Komisi

Liturgi Koferensi Wali Gereja Indonesia

Rt : Rukun tetangga

Rw : Rukun warga

Sbb : Sebagai berikut

St : Santo/Santa

U : Umat

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

Doa menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam hidup rohani umat beriman. Doa juga dipercaya sebagai salah satu alat komunikasi yang digunakan untuk menuju Allah. Doa sebagai media komunikasi antara umat beriman dengan Allah telah membawa banyak perkembangan bagi umat beriman. Doa bersama atau doa pribadi mampu menjadi kekuatan dalam menghadapi berbagai cobaan kehidupan manusia. Dengan tekun berdoa manusia mampu menghadirkan Allah sebagai tujuan utama dalam hati dan mampu menjadikan-Nya sebagai sumber kekuatan dan keselamatan. Dengan tujuan utama adalah Allah maka manusia mampu melaksanakan devosi. Devosi merupakan penyerahan diri manusia secara total kepada Allah dalam bentuk doa melalui santo-santa yang dipercaya atau melalui Yesus yang telah mengorbankan nyawa-Nya demi keselamatan manusia.

A. Latar Belakang

(22)

kebersatuan adalah yang berhati suci. Berbahagialah orang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah (Mat 5:8). Hal ini dapat ditempuh dengan menghilangkan sikap kemanusiaan yang egois dan memulai pendekatan dengan Allah melalui doa.

Doa merupakan usaha untuk menjalin hubungan dengan Allah agar manusia dapat mengalami kebahagiaan lahir dan batin. Bagi sebagian besar umat beriman doa merupakan rutinitas wajib yang harus dilaksanakan, namun bagi sebagian kecil doa kurang mendapatkan perhatian dan minat untuk diikuti. Umat beriman menyakini bahwa doa mampu membantu memecahkan segala macam problematika kehidupan yang dihadapi. Banyak umat beriman yang pada awalnya begitu antusias dan tekun berdoa, namun semakin lama semakin mengendor semangatnya dan mulai berhenti untuk menjalankan doa-doanya.

Menciptakan suasana doa merupakan langkah yang penting dalam hidup doa. Suasana membantu untuk meningkatkan mutu dan makna doa sehingga umat mampu berkomunikasi dengan Allah. Bagi umat beriman doa merupakan kegiatan penting dan wajib dilaksanakan, karena doa dipercaya sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Allah yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan sehari-hari umat beriman. Dengan berdoa umat beriman mempunyai arti dan arah hidup sehingga mampu merasakan penyertaan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berdoa secara aktif, umat beriman mampu mengembangkan doa menjadi devosi.

(23)

Allah melalui santo-santa yang dipercaya ataupun melalui kisah-kisah sengsara yang dialami Yesus dalam menyelamatkan manusia dari segala dosa. Devosi juga dipercaya sebagai media untuk memohon suatu hal yang dirasakan penting oleh umat beriman untuk kepentingan sendiri ataupun kepentingan kelompok. Umat beriman percaya dengan melaksanakan devosi secara terus-menerus dengan bermati raga maka permohonan akan segera terkabul.

Devosi pula yang mampu mengantarkan umat beriman untuk merenungkan kasih setia Allah bagi manusia melalui Yesus Putra-Nya yang tunggal. Melalui kematian Yesus di kayu salib umat mampu merenungkannya secara mendalam melalui devosi jalan salib. Devosi jalan salib dipercaya mampu menjadi jembatan perdamaian bagi manusia dan Allah melalui permenungan penderitaan pembebasan akan dosa-dosa manusia. Bagi umat devosi jalan salib menjadi bagian dari hidup rohani sehari-hari. Devosi jalan salib dihayati dalam kehidupan sehari-hari terutama sebagai tempat untuk belajar bersabar dalam menghadapi cobaan hidup. Doa jalan salib dapat ditemukan dalam setiap tempat peziarahan umat Katolik, seperti di gua-gua Maria yang berada di tanah Jawa. Devosi jalan salib telah menyatu dengan kecintaan pada keheningan dalam penderitaan Yesus.

(24)

tujuan untuk memeditasikan akhir hidup Yesus di dunia ini dengan penuh kemuliaan di salib. Devosi jalan salib mampu mengantarkan umat menuju Allah dengan merenungkan kisah sengsara Yesus dengan 14 perhentian sebelum Ia wafat di kayu salib.

Devosi jalan salib oleh umat Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah selalu dilaksanakan setiap Minggu. Umat merasakan manfaat positif dalam mengikuti devosi ini secara rutin, misalnya umat merasakan sikap untuk semakin sabar dalam menghadapi kesulitan yang ada. Banyak kekayaan rohani yang bisa digali dari devosi jalan salib ini, misalnya cinta kasih Allah yang tak berkesudahan bagi umat beriman hingga rela mengorbankan Putra-Nya yang tunggal untuk mati di kayu salib, pengorbanan yang tak henti-hentinya diberikan, rahmat pengampunan atas kematian Yesus, dan rahmat Roh Kudus yang dijanjikan oleh Allah.

(25)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah memahami makna devosi jalan salib?

2. Bagaimana pandangan Gereja mengenai devosi jalan salib?

3. Bagaimana usaha meningkatkan mutu devosi jalan salib sehingga membantu umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah untuk memperkuat iman melalui devosi jalan salib?

C. Tujuan Penulisan

1. Memberikan sumbangan pemikiran untuk menambah pemahaman makna devosi jalan salib umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah.

2. Memberikan sumbangan pemikiran untuk menambah pemahaman devosi jalan salib menurut pandangan Gereja.

3. Menyajikan usulan susunan perhentian devosi jalan salib kreatif kepada umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah agar semakin memperkuat iman melalui devosi jalan salib.

(26)

D. Manfaat Penulisan

1. Memberikan gambaran umum mengenai keadaan dan kenyataan umat Katolik dalam pemahaman, pelaksanaan, dan penghayatan devosi terhadap jalan salib di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah.

2. Memberi masukan kepada umat Katolik di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah, agar semakin mengenal dan menghayati makna dari devosi jalan salib guna meningkatkan kehidupan iman mereka.

3. Mengembangkan wawasan penulis dan pembaca sehingga semakin memahami makna devosi jalan salib dan menghayati-Nya dalam hidup sehari-hari.

E. Metode Penulisan

(27)

F. Sistematika Penulisan

Bab I merupakan pendahuluan, yang mengungkapkan pertimbangan dalam pemilihan judul, yang meliputi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan, manfaat, metode, dan sistematika penulisan skripsi. Dalam akhir bab I penulis menuliskan secara garis besar sistematikan penulisan, yang merangkum keseluruhan isi skripsi.

Bab II memaparkan kenyataan dan pengalaman yang menyangkut gambaran umum penghayatan terhadap devosi jalan salib yang dilakukan oleh umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah. Uraian bab II akan berlangsung dalam 4 (empat) pokok, yakni gambaran umum situasi Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, gambaran umum situasi Wilayah Maria Cordis Rogobelah, penelitian mengeni penghayatan devosi jalan salib di Wilayah Maria Cordis, dan rangkuman pokok-pokok permasalahan dalam penghayatan devosi jalan salib di Wilayah Maria Cordis.

(28)

Bab IV merupakan penerapan pandangan teologis pada kenyataan devosi jalan salib umat di Wilayah Maria Cordis dalam bentuk suatu usulan doa jalan salib kreatif untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Wilayah Maria Cordis dalam berdevosi Jalan Salib. Bab IV ini menguraikan latar belakang usulan doa jalan salib kreatif, alasan utama pemilihan usulan doa jalan salib, usulan tema dan tujuan, petunjuk pelaksanaan doa jalan salib, dan contoh doa jalan salib kreatif.

(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM PENGHAYATAN DEVOSI JALAN SALIB UMAT

DI WILAYAH MARIA CORDIS ROGOBELAH,

PAROKI HATI TAK BERNODA SANTA PERAWAN MARIA

BOYOLALI, JAWA TENGAH

Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali adalah gereja Katolik satu-satunya yang berada di kota Boyolali dan merupakan gereja dengan bangunan terbesar dibandingkan dengan gereja Kristen lainnya. Gereja yang dibangun pada jaman Belanda ini menjadi saksi sejarah akan perjuangan para pendahulu Gereja dalam memperjuangkan gereja ini. Paroki Boyolali yang terletak di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah termasuk dalam Kevikepan Surakarta di bawah Keuskupan Agung Semarang. Meskipun pusat Paroki berada di Kota Boyolali, namun umat Paroki Boyolali sebagian besar berada di perdesaan dan pegunungan. Jumlah umat Paroki Boyolali sebesar 1.909 jiwa sesuai dengan pendataan umat pada tahun 2012 (Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, 2014: 5).

(30)

devosi jalan salib. Devosi jalan salib menjadi ciri khas tersendiri di Wilayah Maria Cordis sebagai bentuk relasi dengan Allah.

A. Gambaran Umum Situasi Paroki Boyolali

Perkembangan umat di Paroki Boyolali diawali pada masa penjajahan Belanda. Hal ini terbukti dengan bentuk bangunan gereja dan pasturan yang sesuai dengan bangunan rumah Belanda. Pada mulanya Paroki Boyolali merupakan salah satu Stasi dari Paroki Purbayan Surakarta, kemudian menjadi bagian dari Paroki Purwosari Surakarta, dan akhirnya berdiri menjadi Paroki sendiri pada tahun 1961. Pada tahun 2014 umat Paroki Boyolali berjumlah 1.909 jiwa (Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, 2014: 5). Paroki Boyolali terletak di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang. Umat Paroki Boyolai tersebar di 7 Kecamatan di Kabupaten Boyolali (Boyolali Kota, Mojosongo, Teras, Musuk, Cepogo, Selo, dan Ampel) dan 2 Kecamatan di Kabupaten Semarang (Tengaran dan Kaliwungu). Umat Paroki Boyolali tersebar di 12 desa dan berkembang dengan kebudayaan yang masih kental dan dengan situasi yang plural religius (Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, 2013: 3).

(31)

Boyolali juga mengadakan devosi yang dilaksanakan baik bersama di pusat Paroki maupun secara berkelompok. Devosi kepada Bunda Maria, devosi kepada Roh Kudus, devosi kepada Sakramen Maha Kudus, dan devosi jalan salib merupakan devosi yang sering dilaksanakan oleh umat Paroki Boyolali. Kegiatan berdevosi secara tidak langsung sudah menjadi budaya yang dilaksanakan oleh umat seperti halnya melaksanakan budaya Jawa.

1. Sejarah Perkembangan Paroki Boyolali

(32)

Ampel, Selo, Musuk, Karanggede, Simo, Nogosari, dan Banyudono serta Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

Tahun 1960 gedung gereja mulai dibangun dan pada 22 Agustus 1961 gereja Boyolali diberkati dan diresmikan oleh Mgr Albertus Soegijapranoto SJ dengan nama pelindung Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria. Kunjungan Romo Jendral Konggregasi MSF dari Roma ke Paroki Boyolali pada tahun 1979 menjadi saat penting pembentukan Wilayah-wilayah di Kecamatan Boyolali Kota, Ampel, Cepogo, Selo, Musuk, Mojosongo, dan Teras. Sekarang ini Paroki Boyolali memiliki 5 Wilayah di desa dan 4 Wilayah di kota dengan 32 Lingkungan, Stasi Ampel yang terdiri dari 3 Wilayah dengan 6 Lingkungan (Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, 2014: 1-2).

2. Situasi Geografis dan Demografis Paroki Boyolali

Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria terletak di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobongan di sebelah Utara, wilayah Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sukaharjo di sebelah Timur, wilayah Kabupaten Klaten dan DIY di sebelah Selatan, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.

(33)

Paroki St. Yohanes Rasul Delanggu di sebelah Tenggara, Paroki Roh Kudus Kebon Arum di sebelah Selatan, dan di sebelah barat berbatasan dengan Paroki St. Kristoforus Banyu Temumpang (Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, 2013: 1).

(34)

kepala keluarga. Wilayah Maria Tak Bernoda terdiri dari 4 (empat) Lingkungan yaitu Florentinus, Bernadus, Yustinus, Hypolipus yang terdiri dari 153 jiwa atau 57 kepala keluarga. Wilayah Maria Bunda Allah terdiri dari 2 (dua) Lingkungan yaitu Cyrilus dan Bonaventura yang terdiri dari 73 jiwa atau 27 kepala keluarga (Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, 2014: 5) .

Wilayah-wilayah yang ada di Paroki Boyolali merupakan himpunan umat Katolik yang berada di satu dusun atau tersebar di beberapa dusun. Penyebaran umat Katolik di Paroki Boyolali ini tidak merata di masing-masing daerah, sehingga menimbulkan tidak seimbangnya jumlah umat di setiap Wilayahnya. Kesenjangan ini nampak jelas di Wilayah-wilayah yang berada di pedesaan. Daerah Paroki Boyolali termasuk subur karena letaknya yang berada di lereng Gunung Merapi sehingga membuat sebagian besar umat Katolik (48%) bekerja sebagai petani, pedagang, dan buruh, 26% umat bekerja di lingkungan pemerintahan, sedangkan 26% umat lainnya merupakan pelajar, mahasiswa, dan lanjut usia (Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, 2013: 8).

3. Situasi Religius Kultural Umat Paroki Boyolali

(35)

(1,22%), hal ini terbukti pula banyaknya gereja Kristen yang berada di Kabupaten Boyolali. Sedangkan Agama Katolik (0,84%) menjadi peringkat ketiga, dilanjutkan dengan Agama Hindu (0,41%), dan Agama Budha (0,4%). Kepercayaan masyarakat Boyolali masih kental dengan budaya Jawa yang terkenal dengan kekuatan gaib dan berorientasi pada alam. Masih banyak tempat-tempat yang dikatakan bertuah di Kabupaten Boyolali.

Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, mempunyai 1 gereja induk yang berlokasi di Kampung Sumberlerak, Rt 02/Rw 03, Kelurahan Siswodipuran, Kabupaten Boyolali Kota, dan 2 Kapel yakni Kapel St. Andreas yang terletak di Jl Raya Ampel, Kaligentong, Ampel, Boyolali; serta Kapel St. Maria yang terletak di Desa Rogobelah, Selo, Boyolali. Paroki Boyolali juga memiliki satu tempat peziarahan Katolik yaitu Gua Maria Mawar yang terletak di Dukuh Kembang Sari, Musuk, Boyolali. Umat Katolik Paroki Boyolali taat dalam mengikuti peribadatan, baik Perayaan Ekaristi, Ibadat Sabda, maupun kegiatan devosi-devosi yang dilaksanakan oleh Gereja (Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, 2013: 6).

4. Bentuk-bentuk Kegiatan Devosi di Paroki Boyolali

(36)

menjadi akibat dari terputusnya relasi dengan Allah. Bagi sebagian orang beriman, relasi dengan Allah menjadi sebuah hubungan yang terus dijalin tanpa ada putus-putusnya. Menjalin relasi dengan Allah sama dengan melakukan relasi dengan sesama. Ketika melakukan relasi dengan sesama melalui fisik, maka menjalin relasi dengan Allah melalui batin. Doa menjadi salah satu bentuk untuk memperkuat relasi bersama dengan Allah.

Doa dilaksanakan dalam bentuk perayaan ekaristi dan dalam bentuk devosi. Devosi yang didoakan oleh umat secara bersama antara lain adalah devosi Roh Kudus, devosi kepada Sakramen Mahakudus, devosi kepada Hati Yesus yang Maha Kudus, devosi kepada Bunda Maria, devosi kepada Jiwa-jiwa di Api Pencucian yang terpusat pada doa Santa Mathilda, devosi kepada Para Malaikat atau lebih dikenal dengan doa Angelus, devosi Sengsara Yesus yang dilaksanakan dalam praksis devosi jalan salib, dan devosi Kerahiman Ilahi [Lampiran 2: (2)].

a. Devosi kepada Roh Kudus

(37)

dengan perayaan Ekaristi ini biasanya berlangsung selama 30 menit, dimulai pukul 5.30 WIB sampai 6.00 WIB. Bagi umat mendoakan devosi ini bersama-sama lebih terasa mendalam daripada harus melaksanakannya sendirian. Kehadiran Roh Kudus selalu diimani sebagai Allah yang hadir dalam hidup manusia, dalam ciptaan dan jiwa manusia [Lampiran 2: (3)].

b. Devosi kepada Sakramen Maha Kudus

Devosi kepada Sakramen Maha Kudus merupakan pengungkapan iman cinta Yesus kepada Bapa. Cinta Hati Yesus kepada manusia menjadi wujud nyata dari cinta kepada Bapa. Umat melaksanakan devosi ini dalam bentuk Adorasi Ekaristi. Adorasi Ekaristi dilaksanakan pada setiap hari Minggu sore jam 18.00 di gedung gereja dan biasanya diikuti oleh 30-50 umat (Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, 2013: 5). Adorasi Ekaristi yang dipimpin oleh prodiakon ini biasanya berlangsung selama 60 menit dilanjutkan dengan Ibadat Penutup selama 15 menit yang dipimpin oleh seorang suster Fransiskan yang bertempat di gedung gereja paroki. Suasana yang tercipta dari ibadat ini sungguh menyentuh hati, khusyuk, tenang, dan damai menjadi ciri khas dari ibadat Adorasi yang dilaksanakan umat di Paroki Boyolali [Lampiran 2 : (4)].

c. Devosi kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus

(38)

sakramen Ekaristi. Devosi dipimpin langsung oleh imam yang merayakan perayaan Ekaristi. Devosi berpusat pada kehadiran Allah dalam rupa roti dan anggur merupakan bentuk devosi kepada Sakramen Maha Kudus. 150-200 umat hadir dalam devosi ini. Umat terlihat antusias dalam mengikuti devosi, terlihat dari kehadiran umat yang tetap bertahan setelah perayaan sakramen Ekaristi.

d. Devosi kepada Bunda Maria

(39)

Tidak jauh berbeda dengan bulan Mei, pada bulan Oktober pun Gereja memperingatinya sebagai bulan Rosario. Di gereja Boyolali, doa rosario bersama di depan gua maria menjadi agenda rutin umat dalam memperingati bulan ini. Selain itu devosi kepada Bunda Maria oleh umat juga dilaksanakan sebelum misa harian pagi yang dimulai pukul 4.30 WIB. Devosi yang dilaksanakan dalam bentuk doa rosario dipimpin oleh umat yang datang lebih awal dan diikuti oleh seluruh umat yang hendak mengikuti misa. Doa rosario dilaksanakan secara rutin sebagai penghormatan akan Bunda Maria sebagai pelindung Gereja Paroki Boyolali [Lampiran 2: (4)].

e. Devosi kepada Jiwa-jiwa di Api Pencuciaan

(40)

keluarga yang dimakamkan di pemakaman Sonolayu. Suasana haru selalu mewarnai perayaan ini setiap tahunnya [Lampiran 2: (4)].

f. Devosi kepada Para Malaikat

Devosi kepada Para Malaikat atau lebih dikenal sebagai doa Malaikat Tuhan oleh umat paroki Boyolali, selalu didoakan setiap pagi di luar masa paskah. Tepat pukul 6.00 WIB di gedung gereja setelah perayaan misa harian pagi, dengan dipandu oleh seorang suster Fransiskan umat mendoakan doa ini bersama. Umat yang mengikuti doa ini berjumlah 80-100 orang setiap pagi (Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, 2013: 5). Tenang, damai, dan khusyuk menjadi suasana khas yang mengiringi doa ini [Lampiran 2: (4)].

g. Devosi Jalan Salib

(41)

B. Gambaran Umum Situasi Wilayah Maria Cordis

Wilayah Maria Cordis Rogobelah merupakan salah satu dari 12 Wilayah yang berada di Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah. Wilayah yang berada 10 km dari puncak gunung Merapi ini memiliki 90 umat dengan 27 kepala keluarga [Lampiran 2: (5)]. Sebagian besar umat dari Wilayah Maria Cordis berprofesi sebagai petani. Wilayah yang dapat dicapai 45 menit dari pusat Paroki ini, memiliki kapel sendiri yang dibangun dengan dana swadana dari umat dan kebaikan dari sebuah keluarga yang menghibahkan tanahnya untuk Gereja. Kapel menjadi pusat dari semua kegiatan Wilayah. Banyak kegiatan yang diadakan oleh umat Wilayah Maria Cordis antara lain pertemuan ibi-ibu setiap tanggal 1 (satu), pertemuan orang muda setiap Sabtu malam, dan pertemuan bersama umat Wilayah setiap Kamis malam untuk berdoa bersama dan sarasehan di kapel. Kegiatan yang sering dilaksanakan oleh umat Wilayah ini pada Kamis malam adalah berdevosi jalan salib bersama dan juga devosi kepada Bunda Maria [Lampiran 2: (5)].

1. Sejarah Perkembangan Wilayah Maria Cordis

(42)

posisinya jauh dari pusat Paroki namun, tak menyurutkan bapak Ali bersama para umat yang lain untuk pergi ke gereja. Perjuangan ini tidak sia-sia, pada tahun 1964 Romo Van Beek MSF terlibat dalam merintis Wilayah Rogobelah. Perjalanan panjang dan tidak mudah dialami oleh Romo, karena alat transportasi pun belum dapat masuk ke desa Rogobelah, perjalanan yang ditempuh dengan berjalan kaki menjadi sebuah ajang untuk menebarkan iman Kristiani. Bermodalkan gambar-gambar orang kudus, Romo yang didampingi umat yang telah menantinya di dusun Candi Betak yang jaraknya 3km dari Dusun Rogobelah mulai membagi-bagikan gambar ini dan menceritakan mengenai kisah hidup para kudus di tempat segerombolan masyarakat yang beliau temui. Satu bulan sekali Romo Van Beek selalu rutin datang ke dusun ini dan membuat banyak warga yang menanti, karena selain memberikan cerita-cerita beliau juga membagikan roti dan permen kepada anak-anak kecil yang menantinya di pinggir jalan.

(43)

2. Bentuk-bentuk Kegiatan Devosi di Wilayah Maria Cordis

Doa menjadi suatu kebutuhan yang pokok dalam kehidupan umat di Wilayah Maria Cordis. Doa menjadi relasi yang paling kuat dengan Allah, kegiatan-kegiatan doa mulai dikembangkan dalam wilayah ini. Keterlibatan umat dalam kegiatan doa, terlihat dari berbagai macam doa yang bersifat liturgis maupun non liturgis, yang diadakan oleh wilayah.

a. Devosi Kepada Bunda Maria

Devosi kepada Bunda Maria merupakan salah satu bentuk devosi yang ditujukan kepada perawan Maria, karena peran Maria dalam penyelamatan Gereja. Dalam Gereja Katolik Bunda Maria dihormati pada bulan Mei sebagai bulan Maria dan juga bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Pada bulan Mei, umat di Wilayah Maria Cordis selalu melaksanakan doa rosario sebagai penghormatan kepada Bunda Maria. Sekitar 30-50 umat selalu hadir dalam doa rosario yang diadakan di Kapel Wilayah. Suasana yang hening, tenang, dan khusyuk tercipta selama doa rosario ini didaraskan, suasana ini didukung oleh alam pedesaan yang hening dan tenang. Doa rosario ini dilaksanakan setiap hari selama bulan Mei pukul 19.00 WIB.

(44)

sepi, sunyi, dan tenang mengantarkan umat menuju suasana doa yang khusyuk [Lampiran 2: (4)].

b. Devosi Jalan Salib

Devosi jalan salib biasanya dilaksanakan pada masa prapaskah, tetapi oleh umat Wilayah Maria Cordis devosi ini dilaksanakan setiap Minggu sekali bila tidak ada kegiatan wilayah lainnya. Devosi ini dulu hanya berlangsung pada masa prapaskah saja. Namun, setelah erupsi gunung Merapi yang begitu dasyat terjadi pada tahun 2010 umat Wilayah Maria Cordis melaksanakan devosi jalan salib secara rutin. Devosi yang terpusat pada Salib Yesus, menjadi suatu kekuatan sendiri dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Betempat di Kapel Wilayah, dengan dihadiri 20-30 umat, devosi ini berlangsung setiap malam Minggu dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan panduan dari Puji Syukur, Madah Bakti, buku panduan yang sudah ada, ataupun dari pemandu sendiri devosi ini terlaksana. Suasana haru dan khusyuk menjadi khas dari devosi ini sendiri. Dalam setiap perjumpaan doa, umat merasakan kerinduan untuk semakin dekat dengan Allah, devosi jalan salib menunjukkan semangat yang dimiliki untuk menemukan Allah [Lampiran 2: (6)].

C. Penelitian tentang Penghayatan Devosi Jalan Salib di Wilayah Maria

Cordis, Paroki Boyolali

(45)

jalan salib yang dilaksanakan dengan tekun dan penuh dengan kesungguhan hati, mampu memberikan kesegaran rohani bagi umat, sehingga umat memiliki kekuatan untuk menghadapi segala macam tantangan dalam kehidupan ini. Dalam melaksanakan devosi jalan salib ini tentunya umat mempunyai motivasi dalam mengikutinya. Hambatan yang selalu berdampingan dengan motivasipun juga muncul dalam perjalanan devosi jalan salib di Wilayah Maria Cordis. Selain hal ini tentunya devosi jalan salib juga mempunyai peranan yang berarti bagi umat, karena sudah hampir 4 tahun devosi ini berjalan. Harapan-harapan untuk menjadikan devosi ini menjadi baik tentunya juga muncul dari harapan-harapan umat.

1. Metodologi Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Mengetahui peran penghayatan devosi jalan salib sebagai sarana untuk memperkuat iman umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria, Boyolali, Jawa Tengah.

b. Jenis Penelitian

(46)

meneliti peristiwa yang sudah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut (Moleong, 1989:39).

c. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kapel Santa Maria yang terletak di Desa Rogobelah, Kelurahan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Waktu dan pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 14 April sampai 3 Mei 2014.

d. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Moleong, 1989: 7). Berdasarkan judul dan tujuan penelitian, maka populasi dalam penelitian ini masuk dalam populasi terbatas yaitu mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Maka populasi penelitian ini adalah seluruh umat yang berada di Wilayah Maria Cordis, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria, Boyolali, Jawa Tengah sebanyak 90 Jiwa.

(47)

penelitian berjumlah 50 orang dari 90 umat yang berada di Wilayah Maria Cordis, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah karena sudah mewakili jumlah responden yang ada.

e. Teknik Pengumpulan Data

Penulis akan menggunakan teknik kuisoner. Kuisoner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna. Penulis akan menggunakan jenis kuisoner semi tertutup yaitu sekumpulan pertanyaan yang telah disediakan jawabannya dengan cara memilihnya, dan juga disediakan kesempatan kepada responden untuk memberikan usulan mengenai isi kuisoner yang telah dibagikan (Faisal Sanapiah, 1981: 13).

f. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 1. Variabel Penelitian (N = 50)

No Variabel yang akan diungkap Item Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1 Identitas responden 1,2,3 3

2 Motivasi umat untuk mengikuti devosi jalan salib

4,5,6 3

3 Hambatan umat untuk mengikuti devosi jalan salib

7,8 2

4 Peranan penghayatan devosi jalan salib bagi umat

9,10 2

(48)

2. Hasil dan Pembahasan Penelitian

Hasil-hasil penelitian termuat dalam tabel berikut: Tabel 2. Identitas Responden (N = 50)

No Jawaban Responden Jumlah % Responden dalam penelitian devosi Jalan Salib di Wilayah Maria Cordis, Paroki Boyolali berjumlah 50 orang. Ada 36 responden (72%) berusia diatas 25 tahun, 8 responden (16%) berusia 15-17 tahun, 5 responden (10%) berusia 22-25 tahun, dan 1 responden (2%) berusia 18-21 tahun. Jumlah terbesar responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 28 responden (56%) dan sisanya 22 responden (44%) berjenis kelamin perempuan. Jumlah terbesar responden berstatus sebagai petani sebanyak 31 responden (62%), sebagai pelajar / mahasiswa sebanyak 12 responden (24%), sebagai wirausaha sebanyak 6 responden (12%), dan jumlah paling sedikit responden berstatus pegawai ada 1 responden (2%).

Tabel 3. Motivasi Umat Berdevosi Jalan Salib (N = 50)

No Jawaban Responden Jumlah %

(49)

(1) (2) (3) (4) 4. Rutin mengikuti devosi jalan salib

- Tidak menjawab - Menjalin relasi dengan Allah - Punya ujub

- Senang untuk pergi ke Gereja - Semakin rutin untuk berdoa - Terpanggil untuk melayani - Merasa dekat dengan Tuhan - Iman menjadi wujud nyata

- Aktif menjadi prodiakon

(50)

senang berdoa sendiri, dan 3 responden (6%) memberikan alasan karena lokasi yang jauh.

16 responden (32%) termotivasi karena dengan mengikuti devosi ini terjalin relasi dengan Allah, 11 responden (22%) termotivasi karena mendoakan orang lain, 9 responden (18%) mengikuti devosi ini karena mengisi waktu luang, 6 responden (12%) karena mempunyai ujub pribadi, 3 responden (6%) mengikuti devosi karena diajak oleh teman, 2 responden (4%) mempunyai alasan karena disuruh orang tua, dan 1 responden (2%) mengikuti devosi jalan salib karena kegiatan Lingkungan.

Alasan motivasi terbanyak adalah senang berkumpul dengan umat yang lain (30%), 8 responden (16%) merasakan dengan mengikuti devosi jalan salib menjadi rajin pergi ke gereja, 7 responden (14%) merasakan semakin dekat dengan Tuhan, 7 responden (14%) termotivasi untuk melayani sesama, 5 responden (10%) merasakan iman yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, 5 responden (10%) termotivasi untuk semakin rutin dalam berdoa, dan 3 responden (6%) termotivasi untuk semakin aktif menjadi prodiakon di Wilayah Maria Cordis Rogobelah.

Tabel 4. Hambatan Mengikuti Devosi Jalan Salib (N = 50)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)

(51)

(1) (2) (3) (4)

- Sesuai dengan kesepakatan saja 4 8

8. Hambatan mengikuti devosi jalan salib - Hujan

- Bosan

- Aktifitas kerja/ sekolah / kuliah - Pertemuan dengan warga

18 responden (36%) memberikan usulan agar pelaksanaannya diselingi dengan kegiatan Wilayah lainnya, 8 responden (16%) merasakan bosan apabila devosi jalan salib diadakan seminggu sekali, 7 responden (14%) memberikan tanggapan mengenai pelaksanaan yang terlalu sering, 3 responden (6%) mengikuti pelaksanaan devosi karena mengisi waktu luang, 4 responden (8%) memberikan tanggapan mengenai pelaksanaan agar sesuai dengan kesepakatan bersama umat Wilayah, dan 10 responden (20%) tidak memberikan alasan apapun dengan kata lain setuju dengan hasil bersama sesuai dengan kesepakatan bersama.

Aktifitas sehari-hari seperti aktifitas kerja di kantor, di ladang, sekolah, dan kuliah menjadi alasan yang paling banyak terungkap, hal ini disampaikan oleh 21 responden (42%), 18 responden (36%) memberikan alasan ketidak hadiran karena pertemuan dengan warga masyarakat, 6 responden (12%) menyatakan cuaca yang tidak menentu menjadi alasan untuk tidak dapat hadir dalam devosi Jalan Salib, 1 responden (2%) menjelaskan mengenai jarak yang jauh sehingga tidak memungkinkan untuk aktif dalam kegiatan devosi.

Tabel 5.Peranan Devosi Jalan Salib bagi Umat (N = 50)

No Jawaban Responden Jumlah %

(52)

(1) (2) (3) (4) 9. Peranan devosi jalan salib

- Mohon pengampunan dosa

- Memberi kekuatan untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup

- Untuk memberi gambaran mengenai penderitaan Yesus

- Untuk mengingat kejadian-kejadian yang telah dilampaui 10. Peningkatan mutu hidup setelah mengikuti devosi

jalan salib

- Rajin ikut Ekaristi

- Tabah menghadapi cobaan - Rajin dalam kegiatan menggereja - Rajin dalam kegiatan doa

- Merasa damai dalam hidup

6

Dengan mengikuti pelaksanaan devosi jalan salib sebanyak 28 responden (56%) merasakan kekuatan untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup sehari-hari, 9 responden (18%) mengharapkan pengampunan dosa atas kesalahan yang telah diperbuat, 8 responden (16%) memberikan alasan dengan mengikuti devosi jalan salib dapat membuat responden mengingat kejadian-kejadian yang telah lampau sehingga mampu belajar dari pengalaman sebelumnya, dan 5 responden (10%) merasakan penderitaan Yesus dalam menebus dosa manusia selama aktif mengikuti devosi jalan salib.

(53)

sebanyak 6 responden (12%) menjadi rutin mengikuti perayaan Ekaristi yang diadakan.

Tabel 6. Kebutuhan Umat yang Mengikuti Devosi Jalan Salib demi Peningkatan Mutu Pelaksanaan Devosi Jalan Salib (N = 50)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)

11. Tema menunjang permenungan dalam devosi jalan salib

- Renungan yang sesuai tema - Suasana menjadi hidup

- Tema yang sesuai dengan kehidupan - Tema membawa permenungan sendiri - Lebih fokus

- Dari tangisan ke tarian kegembiraan - Berjumpa dengan Allah melalui alam - Mengapa Allah rela menderita ?

- “ Oleh bilur-bilurNya, kamu telah sembuh “

1 13. Susunan Devosi jalan salib yang disukai

- Lagu-lagunya 14. Dalam pelaksanaan devosi jalan salib

menggunakan sarana lagu-lagu yang menunjang tema

- Tidak menjawab

- Dapat mendukung suasana - Dapat mendukung permenungan - Umat tidak dapat ikut bernyanyi - Penghayatan lebih dalam

- Lebih menyentuh

- Umat malas untuk latihan

(54)

(1) (2) (3) (4) 15. Dalam renungan devosi jalan salib

menggunakan cerita -cerita yang bermakna - Tidak menjawab

- Sesuai dengan tema

- Sesuai dengan kenyataan yang ada - Memperjelas tema

- Perbandingan dengan pengalaman pribadi - Terlalu lama 17. Dalam pelaksanaan devosi jalan salib diadakan

refleksi iman tentang pengalaman hidup - Tidak menjawab

- Belajar dari pengalaman - Terlalu lama

- Pengolahan pengalaman sehari-hari - Umat malu untuk bercerita

- Untuk memperkuat iman 18. Umat secara bergiliran, dilibatkan sebagai

pemandu dalam pelaksanaan devosi jalan salib - Belajar untuk tanggung jawab

- Belajar untuk terlibat

- Semangat karena diberi kepercayaan - Semua mendapatkan giliran

- Cukup prodiakon saja - Belajar untuk berbicara

9 19. Pelaksanaan sarasehan mengenai sejarah,

makna, dan peranan devosi jalan salib - Mengetahui seluk beluk jalan salib - Lebih mengenal mengenai jalan salib - Tak kenal maka tak sayang 20. Perbaiki demi peningkatan mutu pelaksanaan

devosi jalan salib - Agar ada variasi

- Adanya penghayatan setiap pemberhentian

(55)

(1) (2) (3) (4) jalan salib

- Jangan terlalu sering, lebih baik satu bulan sekali agar ada kerinduan untuk mengikuti, agar tidak cepat bosan

- Diadakan secara bergantian dengan kegiatan Wilayah

- Renungannya lebih menarik lagi

- Dalam pembacaan jangan terlalu tergesa-gesa

- Kalau ada lagu-lagunya ditambah

- Meciptakan suasana agar dapat dimaknai

Tema dalam devosi jalan salib berpengaruh terhadap permenungan umat dalam menghayati penderitaan Yesus. 13 responden (26%) memberikan alasan tema yang ada selama ini sesuai dengan kehidupan sehari-hari, 8 responden (16%) memberikan alasan dengan adanya tema maka permenungan menjadi lebih khusyuk, 7 responden (14%) menyatakan permenungan menjadi lebih fokus, 6 responden (12%) merasakan permenungan yang berbeda setiap temanya, 5 responden (10%) menyatakan tema apapun permenungannya tetap sama.

(56)

“Mahalnya tebusan Darah Anak Domba” masih-masih diusulkan oleh 1 responden (2%).

Sebagian besar responden menyukai susunan dalam devosi jalan salib. Terutama dalam renungan perhentiannya, sebanyak 24 responden (48%) menyatakan hal ini. 10 responden (20%) menyukai doa-doanya, 10 responden (20%) menyukai perhentiannya, dan 6 responden (12%) menyukai lagu-lagu dalam devosi jalan salib.

Sebanyak 12 responden (24%) memberikan alasan suasana akan menjadi lebih menyentuh apabila lagu yang digunakan sesuai dengan tema, Alasan tumbuhnya suasana yang menyentuh dan mendukung suasana masih-masih disampaikan oleh 9 responden (18%), 8 responden merasakan suasana permenungan yang mendalam, dan sisanya memilih untuk mengikuti pendapat terbanyak.

Cerita-cerita bermakna dalam setiap permenungan pemberhentian dirasakan sebagian besar responden sebagai titik tolak permenungan. 15 responden (30%) memberikan alasan bahwa cerita bermakna sesuai dengan tema dan 8 responden (16%) menyatakan memperjelas tema yang ada. 6 responden (12%) menyatakan cerita yang ada sesuai dengan kisah hidup sehari-hari di masyarakat, 8 responden (16%) dapat terbantu dengan cerita bermakna dalam mendalami tema melalui cara membandingkannya dengan pengalaman pribadi, dan sisanya memilih untuk tidak memberikan alasannya.

(57)

terolah hal ini disampaikan oleh 9 responden (18%) dan 13 responden (26%) menyatakan dengan adanya refleksi iman maka pengalaman hidup dapat dijadikan bahan untuk belajar, sehingga iman menjadi semakin kuat disampaikan oleh 13 responden (26%).

Sebagian besar responden menghendaki terlibat dalam pelaksanaan devosi jalan salib. Dengan alasan semangat terlibat dan diberi kepercayaan diungkapkan oleh 15 responden (30%), 9 responden (18%) dapat belajar bertanggung jawab, 7 responden (14%) dapat belajar untuk terlibat, 6 responden (12%) belajar untuk berbicara, 8 responden (16%) merasakan keterlibatan semua peserta dengan mendapat giliran secara bergantian, dan sisanya sebanyak 6 responden (12%) menyerahkan tugas kepada prodiakon.

Sebagian besar responden menghendaki diadakannya sarasehan mengenai sejarah, makna, dan peranan devosi jalan salib. Mengetahui seluk-beluk jalan salib menjadi alasan yang paling banyak diutarakan oleh 20 responden (40%), 13 responden (26%) ingin mengetahui mengenai devosi jalan salib, 7 responden (14%) ingin mengenal devosi jalan salib, dan 10 responden (20%) menyatakan kebosanan serta merasakan waktu yang terlalu lama apabila kegiatan sarasehan dilaksanakan.

(58)

referensi lagu agar umat semakin kaya dengan lagu lain, dan memberikan usulan mengenai teknis pelaksanaan devosi seperti halnya suasana yang kondusif.

3. Kesimpulan Penelitian

Variabel yang diungkap dalam pelaksanaan devosi jalan salib di Wilayah Maria Cordis adalah identitas responden, motivasi umat mengikuti devosi, hambatan umat mengikuti devosi, makna penghayatan devosi, dan kebutuhan umat demi peningkatan devosi jalan salib.

a. Identitas Responden

Sebagian responden yang mengikuti devosi jalan salib di wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Boyolali, Jawa Tengah, berjenis kelamin perempuan ada 22 responden (44%) dan sisanya berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28 responden (56%). Usia rata-rata responden adalah diatas 25 tahun sebanyak 36 responden (72%), sisanya berusia 15-17 tahun sebanyak 8 responden (16%), berusia 18-21 tahun sebanyak 1 responden (2%), dan berusia 22-25 tahun sebanyak 5 responden (10%). Pekerjaan yang dimiliki oleh responden sebagian besar merupakan petani sebanyak 31 responden (62%), dan sisanya merupakan pelajar SMP, SMA/K, mahasiswa/i sebanyak 12 responden (24%), pegawai sebanyak 1 responden (2%), dan sisanya merupakan wirausaha sebanyak 6 responden (12%).

(59)

orang tua, tingkat kehadiran mereka mencapai lebih dari setengah peserta yang hadir dibandingkan dengan kaum muda hanya sedikit yang mengikuti devosi jalan salib.

b. Motivasi Umat Mengikuti Devosi Jalan Salib

Sebagian besar responden mengikuti kegiatan devosi jalan salib dengan rutin. Motivasi responden untuk mengikuti devosi jalan salib ada bermacam-macam, sebagian besar responden mengikuti kegiatan dengan alasan menjalin relasi dengan Allah sebanyak 16 responden (32%), dan sisanya dengan alasan ingin tahu sebanyak 2 responden (4%), mendoakan orang lain sebanyak 11 responden (22%), punya ujub sebanyak 6 responden (12%), disuruh orang lain sebanyak 2 responden (4%), mengisi waktu luang sebanyak 9 responden (18%), dan diajak teman sebanyak 2 responden (4%). Dengan mengikuti devosi jalan salib secara rutin maupun berkala sebanyak 48 responden (96%) menyatakan hal tersebut dapat memotivasi responden untuk aktif dalam kegiatan mengereja.

(60)

c. Hambatan Umat Mengikuti Devosi Jalan Salib

Sebagian besar responden menyatakan ketidak setujuannya apabila kegiatan devosi jalan salib dilaksanakan seminggu sekali. Dengan alasan akan cepat bosan sebanyak 8 (16%) responden menyatakannya. Rasa bosan yang muncul terhadap kegiatan devosi ini apabila terus dilakukan setiap minggunya mendapat solusi dengan diselingi kegiatan lingkungan, sebanyak 18 (36%) responden menyatakan hal ini sebagai alasannya. Hambatan yang dihadapi oleh responden dalam mengikuti devosi jalan salib di Wilayah Maria Cordis, Paroki Boyolali sebagian besar adalah karena aktifitas kerja di kantor maupun di ladang, sekolah, dan kuliah yang mencapai 42% atau setara dengan 21 responden yang menyatakan hal ini.

Umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah membutuhkan

kegiatan-kegiatan lain diluar kegiatan-kegiatan devosi jalan salib yang dilaksanakan seminggu sekali. Seiring berjalannya waktu terjadi kejenuhan yang dirasakan umat Wilayah dalam pelaksanaan devosi jalan salib secara rutin seminggu sekali. Umat mengharapkan selingan dalam pelaksanaan devosi jalan salib agar kegiatan devosi jalan salib bukan hanya menjadi rutinitas kegiatan Wilayah yang dilaksanakan secara teratur setiap Minggunya.

(61)

seperti halnya pertemua kelompok tani ataupun acara bersama warga lain menjadi salah satu alasan umat Wilayah untuk tidak mengadakan devosi jalan salib secara rutin seminggu sekali.

d. Peranan Penghayatan Devosi Jalan Salib

Sebagian besar responden menyatakan bahwa devosi jalan salib mempunyai peranan dalam hidup yang dirasakan oleh responden, sebanyak 28 responden (56%) menyatakan bahwa dengan mengikuti devosi, umat merasa mempunyai kekuatan untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup yang dialami sehari-hari. Responden juga merasakan bahwa dengan mengikuti devosi jalan salib ada peningkatan mutu hidup rohani sehari-hari. Seperti halnya responden merasakan kedamaian dalam menjalani hidup sehari-hari (30%).

(62)

Umat juga menyadai bahwa dengan mengikuti devosi jalan salib dan merenungkan maknanya, umat semakin terlibat dalam kegiatan menggereja di Wilayah dan di masyarakat menjadi wujud nyata peranan devosi jalan salib dalam meningkatkan mutu hidup umat beriman.

e. Kebutuhan Umat demi Peningkatan Mutu Devosi Jalan Salib

Sebagian besar responden menyatakan tema menentukan permenungan dalam mengikuti devosi jalan salib. Tema yang tersusun berdasarkan kehidupan sehari-hari menjadi alasan yang kuat dalam penentuan permenungan tersebut. Seperti halnya tema berjumpa dengan Allah melalui alam, diusulkan oleh 28 (56%) responden. Dalam susunan devosi jalan salib, responden menyatakan menyukai renungan yang tersusun dalam devosi jalan salib. Jumlah terbesar responden setuju dengan adanya lagu-lagu yang sesuai dengan tema dan apabila dalam setiap renungan perhentian menggunakan cerita-cerita bermakna. Responden juga menyetujui apabila dalam renungan perhentian jalan salib menggunakan cerita Kitab Suci.

(63)

untuk diperbaiki baik dalam susunan devosinya maupun dalam segi peserta dan petugasnya.

Tema yang sesuai dengan kehidupan merupakan tema yang mampu membawa umat dalam permenungan yang mendalam secara pribadi. Renungan dalam setiap perhentian dimanfaatkan umat untuk mengolah pengalaman hidup sehari-hari. Kerinduan umat untuk dapat aktif dalam pelaksanaan devosi dibuktikan dengan bersedianya umat untuk terlibat dalam pelaksanaan devosi. Umat memerlukan pemahaman yang benar mengenai devosi Jalan Salib baik mengenai sejarah, makna, dan peranannya. Sejarah jalan salib membantu umat agar semakin mengenal dan mencintai devosi jalan salib, makna membantu umat untuk menemukan dampak positif dari devosi jalan salib sehingga mampu untuk mewujudkan dampak tersebut di tengah masyarakat.

D. Rangkuman Pokok-pokok Permasalahan dalam Penghayatan Devosi

Jalan Salib di Wilayah Maria Cordis

Permasalahan pokok dalam penghayatan devosi jalan salib di Wilayah Maria Cordis, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria, Boyolali, Jawa Tengah berasal dari umat adalah motivasi, hambatan, peranan, dan kebutuhan umat yang mengikuti devosi jalan salib.

1. Motivasi Umat

(64)

bersama teman ketika berdoa menjadi salah satu motivasi untuk terus mengikuti devosi jalan salib. Dengan berdoa bersama-sama umat merasakan mudah untuk merenungkan sengsara Yesus yang penuh luka demi keselamatan manusia. merenungkan sengsara Yesus bagi umat merupakan media untuk melakukan silih atas dosa-dosa yang selama ini telah diperbuat [Lampiran 2: (6)].

Devosi jalan salib mengajarkan umat untuk bersabar dalam menghadapi segala cobaan yang ada. Dengan sikap Yesus yang mau menerima akibat dari kesalahan orang lain, memotivasi umat untuk selalu hadir dalam devosi agar senantiasa mampu memiliki kesabaran yang tanpa batas. Kesabaran menjadi motivasi karena dengan bersabar maka umat mampu melayani sesama yang memiliki latar belakang yang berbeda [Lampiran 2: (6)].

Melalui jalan salib umat mampu untuk belajar menerima keadaan dengan bercermin pada sengsara Yesus, umat merasa sependeritaan dengan Yesus dan dengan hadir merenungkan sengsara Yesus diharapkan mampu untuk meringankan beban Yesus yang begitu beratnya. Doa membawa umat kepada devosi yang sungguh mendalam, karena keterbiasaan melaksanakan hidup doa maka munculah devosi bagi umat. . Dengan adanya devosi maka umat belajar untuk tetap teguh pada pelayanan kepada umat yang lain dalam bentuk apapun tanpa memandang jarak atau status sosial yang terdapat pada umat.

2. Hambatan

(65)

besar umat adalah petani yang bekerja pada pagi hingga sore namun karena seharian sudah berada di ladang maka pekerjaan rumah diselesaikan pada malam hari, kendala ini banyak dialami oleh ibu-ibu Wilayah Maria Cordis. Kendala lain yang menghambat adalah keadaan umat di tengah masyarakat yang terkadang harus mengikuti acara-acara yang dilaksanakan oleh masyarakat seperti pertemuan kelompok tani atau tirakatan bersama.

Namun, dari semua kendala tersebut masih ada kendala yang sangat besar yaitu ketika musim panen tembakau. Pagi hari umat sudah disibukan dengan panen tembakau dan mulai mensortir tembakau hingga siang hari, malam hari hingga pagi umat disibukan dengan memotong-motong daun tembakau untuk dijemur siang harinya. Kegiatan ini benar-benar menyita tenaga dan waktu umat yang sebagian besar adalah petani. Rutinitas umat dalam kegiatan mengolah tembakau ini kurang lebih berjalan selama 2 (dua) bulan, hal inilah yang menjadi hambatan terbesar bagi umat untuk mengadakan kegiatan Wilayah bahkan kunjungan dari Romo Paroki pun terkadang harus hilang karena rutinitas ini.

3. Peranan Devosi Jalan Salib Bagi Umat

(66)

kekuatan dan ketabahan Yesus dalam menghadapi cobaan berat, cobaan fisik dan psikis yang datang secara bersamaan, umat mampu menumbuhkan mutu hidup rohani baik dalam tindakan nyata bagi sesama ataupun tindakan pribadi. Dengan terlibat secara langsung dalam devosi jalan salib, umat merasakan semangat akan pelayanan kepada sesama dan masyarakat.

4. Kebutuhan Umat

Umat Wilayah Maria Cordis mengharapkan adanya pengenalan mengenai devosi jalan salib agar umat semakin mengenal sejarah, makna, dan peranan devosi jalan salib. Dalam mengikuti jalan salib, umat sangat terbantu dengan adanya renungan-renungan yang dibawakan oleh pemandu. Dengan adanya renungan disetiap perhentian umat merasa terbantu untuk mendalami kisah-kisah sengsara Yesus dan umat mampu untuk merefleksikan pengalaman pribadi dengan pengalaman yang dialami oleh Yesus.

(67)

BAB III

DEVOSI JALAN SALIB DALAM GEREJA

Devosi merupakan sekumpulan doa yang berasal dari inisiatif umat diluar liturgi resmi Gereja. Devosi dilaksanakan sebagai sarana untuk membangun relasi dengan Allah agar umat beriman mampu untuk menghadapi kesulitan dalam menjalani kehidupan. Dewasa ini praktek devosi semakin banyak sesuai dengan kebutuhan umat dalam menghayati iman umat. Rosario, Novena, Adorasi, dan Jalan Salib merupakan praktek devosi umat yang sering dilaksanakan baik dalam kelompok maupun secara pribadi.

Devosi jalan salib yang bermaknakan sengsara Yesus menjadi pilihan yang tepat bagi umat yang hendak merenungkan perjalanan hidup-Nya sebagai semangat untuk berkurban. Sengsara Yesus membawa umat kedalam kasih yang besar, kasih akan pemberian tanpa syarat sehingga umat dapat merasakan bagaimana perjuangan dalam menempuh jalan salib. Umat mampu meneladan sikap-sikap Yesus dalam mengadapi kesulitan dan mereka mampu untuk memanggul salib sebagai konsekuensi mengikuti Yesus.

A. Devosi dalam Gereja

(68)

untuk menghayati Misteri Kristus (SC, art. 2). Selain liturgi Gereja Katolik juga mengenal devosi sebagai bentuk ungkapan iman umat beriman kepada Allah (SC, art. 12). Devosi merupakan sarana untuk membangun relasi secara pribadi dengan Allah dengan cara merenungkan kebaikan-kebaikan Allah yang dirasakan melalui sesama dan alam ciptaan-Nya. Gereja Katolik percaya bahwa devosi merupakan ungkapan iman umat beriman yang benar-benar muncul karena ungkapan syukur atas segala rahmat yang diberikan Allah.

1. Pengertian Umum Devosi

Kata devosi berasal dari bahasa latin devotio (dari kata kerja: devovere), yang berarti “kebaktian, pengorbanan, sumpah, kesalehan, cinta bakti” (Martasudjita, 1999: 126). Istilah devosi menunjuk pada sikap hati dan perwujudan dimana seseorang atau sesuatu dijunjung tinggi dan dicintai. Devosi mempunyai arti penyerahan diri secara setia dan menyeluruh kepada suatu hal tertentu (Darminta, 1993: 63). Penyerahan diri dilakukan dengan kebesaran dan kerelaan hati, karena didasari oleh cinta yang mengantar orang masuk dalam pengalaman akan misteri, yaitu misteri Allah dan karya penyelamatan.

(69)

Dalam liturgi gereja, praktek ulah kesalehan atau yang dikenal dengan devosi haruslah sesuai dengan hukum-hukum dan norma-norma Gereja. Devosi merupakan kegiatan non-liturgis, namun dianjurkan agar devosi mengantar kepada penghayatan liturgi yang lebih mendalam dan bermakna (SC, art. 12). Dalam liturgi devosi berperan sebagai pendukung untuk membantu umat lebih mendalami liturgi dengan cara berdoa. Sebab umat beriman kristiani, yang dipanggil untuk berdoa bersama dalam arti mengikuti liturgi suci, harus memasuki tempatnya juga untuk berdoa kepada Bapa di tempat yang tersembunyi. Dalam perkembangannya praktek devosi muncul karena umat merasakan kerinduan yang mendalam akan pengungkapan iman. Kurangnya keterlibatan umat dalam liturgi memunculkan banyak praktek devosi di tengah umat. Kerinduan umat dijawab oleh Gereja melalui Konsili Vatikan II mengenai pembaharuan liturgi yang menekankan pentingnya pemahaman atas liturgi dan keterlibatan umat secara penuh dan aktif dalam liturgi. Devosi ditempatkan dalam keselarasannya dengan liturgi Gereja (SC, art. 13).

Sacrosantum Concilium art. 13 menguraikan beberapa ajaran pokok liturgi

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian (N = 50)
Tabel 2. Identitas Responden (N = 50)
Tabel 4. Hambatan Mengikuti Devosi Jalan Salib (N = 50)
Tabel 5.Peranan Devosi Jalan Salib bagi Umat (N = 50)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini, agar dalam pembuatan dokumen penerimaan kas pada Berita Acara Perhitungan Kolekte dan Bukti Penerimaan Kas dibuat bernomor

Usulan katekese umat model Shared Christian Praxis ditujukan kepada umat di Lingkungan St. Katekese umat ini dilaksanakan setiap bulan sekali kecuali pada masa

Agar dapat lebih terarah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Hati

Motif yang mendorong khalayak dalam menggunakan produk media massa atau sering disebut dengan Gratification Sougth (GS) adalah salah satu konsep untuk mengukur kepuasan

“PERANAN DOA BERSAMA DALAM KELUARGA KATOLIK TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK DI WILAYAH JUWONO, PAROKI SANTA MARIA LOURDES SUMBER, MAGELANG, JAWA TENGAH”, beserta

• Apa arti pendidikan iman anak dalam artikel tadi?.. 3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan merenungkan pesan dari artikel 36 sehubungan dengan jawaban atas 3 (tiga)

Jawaban:  Umat dapat aktif mengikuti kegiatan Lingkungan dengan cara mengikuti proses pendalaman iman membangun dan menghidupi Lingkungan  Umat aktif dalam hidup menggereja 