SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Abednego Banni Wicaksono 11208241050
JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
limpahan berkat rahmat dan kasih-Nya sehingga akhirnya saya boleh menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik. Saya sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam tugas akhir skripsi ini karena keterbatasan saya.
Berbagai motivasi, bantuan dan bimbingan yang saya dapatkan dari banyak pihak sangat membantu saya dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan tulus saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Hanna Sri Mudjilah, M.Pd. dan Ibu Francisca Xaveria Diah K, M.A. selaku pembimbing I dan pembimbing II yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu dan membimbing saya dengan penuh kesabaran.
2. Dr. Kuswarsantyo, M.Hum. dan Drs. Sritanto, M.Pd. yang bersedia mengoreksi dan memberi saran sebagai expert dalam penelitian ini.
3. Umat yang menjadi pemain gamelan di Gereja Hati Santa Perawan Maria TakBercelaKumetiran Yogyakarta yang bersedia menjadi responden.
v
i
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Orang tua saya Victor Subanar (†) dan Ch. Wahyu Suryo Ningrum Budi Rahayu
Astuti Ningsih (†)
v
ii
Berusahalah dalam doa dan percayalah,
Bapamu disorga akan memberikan yang terbaik bagi setiap orang
v
i ii
PERSETUJUAN... ii
PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN... iv
KATA PENGANTAR... v
PERSEMBAHAN...vi
MOTTO... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GRAFIK ... x
ABSTRAK... xi
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Batasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah... 6
E. Tujuan Penelitian... 6
v
C. Tempat dan Waktu Penelitian... 36
D. Populasi... 36
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43
A. Deskripsi Hasil Penelitian... 43
B. Pembahasan... 58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 65
A. Kesimpulan... 65
B. Implikasi... 65
v
ix
Tabel 4.1 : Hasil Statistik deskriptif per indikator...44
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat...44
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Perhatian...45
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Ketertarikan...46
Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Pengetahuan...47
Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Harapan...48
Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Manfaat...49
Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Eksternal...50
Tabel 4.9 : Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi...51
Tabel 4.10: Distribusi Kecenderungan Indikator Perhatian...52
Tabel 4.11: Distribusi Kecenderungan Indikator Ketertarikan...53
Tabel 4.12: Distribusi Kecenderungan Indikator Pengetahuan...54
Tabel 4.13: Distribusi Kecenderungan Indikator Harapan...55
Tabel 4.14: Distribusi Kecenderungan Indikator Manfaat...56
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Perhatian...46
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Ketertarikan...47
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Pengetahuan...48
Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Harapan...49
Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Manfaat...50
Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Eksternal...51
Tabel 4.8 : Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi...52
Tabel 4.9 : Distribusi Kecenderungan Indikator Perhatian...53
Tabel 4.10: Distribusi Kecenderungan Indikator Ketertarikan...54
Tabel 4.11: Distribusi Kecenderungan Indikator Pengetahuan...55
Tabel 4.12: Distribusi Kecenderungan Indikator Harapan...56
Tabel 4.13: Distribusi Kecenderungan Indikator Manfaat...57
xi
NIM 11208241050 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa minat dan motivasi sangat diperlukan agar seorang individu mempunyai dorongan dan gairah untuk mencapai suatu tujuan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bersifat mendeskripsikan atau menggambarkan suatu masalah secara apa adanya dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket. Angket yang digunakan bersifat tertutup dimana sudah disediakan 4 pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skor nilai 4 untuk jawaban sangat setuju, 3 untuk setuju, 2 untuk tidak setuju, dan 1 untuk sangat tidak setuju. Sebelum digunakan, instrumen penelitian sudah disetujui oleh expert dan sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas sehinggan instrumen penelitian layak untuk digunakan. Instrumen penelitian terdiri dari 30 pernyataan dengan 6 indikator yaitu perhatian, ketertarikan, pengetahuan, harapan, manfaat, dan eksternal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan ternyata masih rendah. Hal ini disebabkan oleh jumlah skor responden pada beberapa indikator dibawah rata-rata. Pada indikator harapan, dengan skor mean teoritik sebesar 27,5 responden yang dibawah nilai mean ada 17 responden, dan hanya 13 responden yang diatas rata-rata, begitu juga dengan indikator manfaat dan eksternal, sehingga secara keseluruhan minat dan motivasi umat berada pada kategori rendah yaitu sebesar 90%. Akan tetapi, masih ada pemain gamelan yang memiliki minat dan motivasi yang tinggi yaitu sebesar 10% yang dapat dilihat pada indikator perhatian, keingintahuan, dan pengetahuan, dimana dari ketiga indikator tersebut para responden memiliki minat dan motivasi yang tinggi terhadap gamelan.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat banyak musik dari berbagai belahan dunia dapat dengan mudah dinikmati masyarakat Indonesia. Berbagai macam jenis musik seperti musik klasik, musikjazz, musik rock, memiliki ciri khas masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya. Musik klasik, pop, jazz, merupakan musik universal yang dapat ditemukan diseluruh penjuru dunia, berbeda dengan musik daerah yang hanya ditemukan atau menjadi ciri khas dari suatu daerah tertentu, seperti gamelan yang hanya terdapat di Indonesia. Semakin banyaknya jenis musik yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat mulai lebih tertarik dengan musik klasik, jazz, dan sebagainya daripada musik tradisional yang dapat membuat kelestarian musik tradisional terutama gamelan terancam.
merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan secara turun-menurun oleh para pendahulu dan masih bertahan sampai sekarang.
Gamelan dahulu merupakan musik tradisional yang disajikan sebagai musik rakyat dalam bentuk jathilan, reog, rinding, siteran, gejog lesung, dan masih banyak lagi, serta sebagai musik istana dalam bentuk tari klasik, wayang dengan iringan gamelan, macapat, sekar ageng, sekar alit, dan sebagainya (Prier: 2014). Saat ini seiring dengan perkembangan zaman gamelan menjadi musik tradisional yang lebih fleksibel yang dapat dimainkan oleh semua kalangan, baik tua maupun muda, apapun jabatannya, dapat dipadukan dengan alat musik modern, serta dapat untuk mengiringi berbagai macam acara seperti wisuda, konser, bahkan dalam acara keagamaan seperti perayaan ekaristi.
Yesus saat masih menjadi manusia dalam bacaan-bacaan injil dan perjamuan kudus dalam ritus ekaristi.
Satu set gamelan membutuhkan kurang lebih 30 orang. Banyaknya orang yang dibutuhkan dalam menampilkan musik gamelan ini memunculkan suatu tantangan sekaligus manfaat bagi para penabuh gamelan dan pesinden.Tantangan dalam bermain gamelan salah satunya adalah banyaknya orang yang terlibat didalamnya sehingga dibutuhkan kerjasama yang baik antar pemain, dibutuhkan komunikasi dan relasi yang baik antar pemain agar dapat bermain dengan baik. Dibutuhkan latihan bersama yang rutin dan durasi waktu latihan yang cukup lama dan terus-menerus sehingga secara tidak langsung akan menimbulkan rasa kekeluargaan antar pemain yang berpengaruh pada keindahan dan kekompakkan permainan gamelan tersebut. Penabuh gamelan juga tidak boleh fokus pada alat yang dimainkannya saja, tetapi juga harus saling mendengarkan alat musik lainnya demi menjaga kekompakkan, terutama kendang yang bertugas sebagai pengatur tempo.
tersebut. Komunitas penabuh ini mempunyai jadwal latihan rutin, yaitu setiap hari senin pukul 19.00 WIB sampai dengan pukul 21.30 WIB di Gereja.
Komunitas gamelan ini mempunyai anggota dari segala usia, yaitu remaja hingga orang tua, dari yang masih menjadi siswa hingga dosen, semua menjadi sama jabatannya yaitu sebagai penabuh gamelan, berbaur menjadi satu dibalik alat musiknya masing-masing. Ditengah kesibukan masing-masing dan perkembangan zaman yang menawarkan berbagai hiburan dan jenis musik lain yang baru dan lebih menarik, mereka selalu meluangkan waktu untuk datang sebelum pukul 19.00 WIB untuk berbincang-bincang terlebih dahulu dengan sesama pemain, lalu latihan bersama-sama sampai kurang lebih pukul 21.30 WIB. Seringkali terjadi perbedaan pendapat, salah paham, akibat kurangnya komunikasi dan kemampuan saling mengerti, selain karena kondisi badan yang sudah lelah setelah bekerja seharian, sehingga ada pemain yang salah saat menabuh gamelan.Adapun jadwal Perayaan ekaristi yang diselenggarakan di Gereja Kumetiran Yogyakarta yaitu (1) Sabtu sore pukul 18.00WIB, (2) Minggu pagi pukul 06.00 WIB, (3) Minggu pagi pukul 08.00WIB, (4)Minggu sore pukul 17.00WIB, (5) Minggu malam pukul 19.00 WIB.
dengan persiapan iringan. Perayaan ekaristi yang biasanya berlangsung selama kurang lebih satu jam, saat menggunakan iringan gamelan menjadi satu setengah jam bahkan hampir dua jam, karena lagu-lagu Jawa kebanyakan bertempo lambat sehingga selain lama juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemain gamelan untuk selalu fokus dalam memainkan bagiannya masing-masing.
Jumlah umat yang hadir saat perayaan ekaristi dengan iringan gamelan yang dimulai pada pukul 06.00 WIB tidak sebanyak saat perayaan ekaristi pada sore hari. Hal itu bisa jadi disebabkan karena waktu mulai perayaan ekaristi yang terlalu pagi sehingga umat memilih menghadiri perayaan yang lebih siang atau sore hari. Bahasa yang digunakan saat ekaristi dengan iringan gamelan adalah bahasa Jawa, sedangkan umat di Gereja Kumetiran Yogyakarta sebagian besar tidak berasal dari penduduk Jawa asli, sehingga masalah bahasa bisa menjadi salah satu faktor sedikitnya umat yang hadir.
mereka untuk tetap hadir latihan. Waktu pelaksanaan misa yang dimulai pukul enam pagi, dan harus persiapan jauh sebelum dimulainya misa membuat para pemain gamelan harus datang dan bangun lebih awal daripada umat yang lain. Oleh karena itu sangat menarik untuk mengetahui apa minat dan motivasi umat,sehingga tertarik menjadi pemain gamelan untuk mengiringi perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Banyaknyajenis musik yang lebih modern membuat gamelan kurang digemaridi Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta
2. Banyaknya waktu yang dibutuhkan mulai darilatihan sampai dengan selesainya proses perayaan ekaristi dengan iringan gamelan di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta
C. Batasan Masalah
Permasalahan yang terkait cukup kompleks. Agar dapat lebih terarah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian inidapat di rumuskan sebagai berikut:“Bagaimanaminat dan motivasi umat menjadi pemain gamelanpadaperayaan ekaristi di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta? “
E. Tujuan Penelitian
Tujuanpenelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan minat danmotivasi umat menjadi pemain gamelanpada perayaan ekaristi di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis
perayaan ekaristi dengan iringan gamelan menjadi lebih berkembang
pada khususnya.
2. Secara praktis
a. Bagi mahasiswa penelitian ini dapat digunakan menjadi
pembanding dalam penelitian selanjutnya terutama dalam
penelitian yang sejenis.
b. Bagi khalayak umum, penelitian ini dapat menjadi pengetahuan
tentang musik gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja
Katolik, dan memberi motivasi untuk lebih mengenal tentang
gamelan
c. Bagi Gereja, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi
yang penting dalam mempertahankan dan mengembangkan
musik inkulturasi khususnya gamelan Jawa sebagai identitas
lokal sebagai sarana untuk memuji dan memuliakan Tuhan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Minat
Setiap orang pasti memiliki minat terhadap suatu hal. Adanya minat dalam
diri seseorang akan menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih terhadap hal yang
di minati. Seseorang yang berminat dalam bidang otomotif, pasti akan mencari
tahu, mencoba, menekuni, melakukan kegiatan atau hal-hal yang berkaitan
dengan otomotif, begitu juga bagi yang berminat dalam bidang seni, kesehatan,
ilmu alam, dan masih banyak lagi. Seseorang yang mempunyai minat terhadap
suatu hal akan tertarik dan memperhatikan dengan lebih sungguh-sungguh
terhadap hal yang menjadi minatnya. “Minatadalah sumber penggerak dan
penolong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan
tertentu”(Setyobroto, 2002:22).
Minat adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu diluar diri (Djaali: 2012). Menurut Mappiere (1994:64) “Minat adalah
suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,
harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang
mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu”.
Crow and Crow dalam Khairani (2014: 137) menyatakan bahwa“minat
Slameto (2010:180) menjelaskan bahwa“minat adalah rasa lebih suka dan
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang
menyuruh.”“Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu apabila individu
itu memiliki beberapa unsur yaitu sikap, kemauan, ketertarikan, dorongan,
ketekunan dan perhatian”(Abror, 1999:136).
Crow dan Crow dalam Abror (1993:112) menjelaskan bahwa “minat
mengandung unsur kognisi (logika), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak).
Kognisi didahului oleh pengetahuan dan informasi tentang objek yang dituju”.
Unsur emosi dapat terjadi karena dalam partisipasi mendapat pengalaman
tertentu, sedangkan unsur konasi adalah kelanjutan dari kedua unsur tersebut
yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan dan hasrat untuk melakukan suatu
kegiatan yang diminati.
Berdasarkan pengertian minat dari para ahli di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa minat merupakan suatu campuran dari perasaan,harapan,
pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang menjadi
stimulus, penggerak, dan pendorong murni dari dalam diri sendiri tanpa
paksaan dari orang lain untuk mengarahkan individu kepada suatu pilihan
tertentu. Minat dalam diri suatu individu membuat individu tersebut menjadi
suka, tertarik, ingin tahu lebih jauh, serta melakukan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan hal-hal yang diminatinya. Minat setiap orang dapat
berbeda-beda, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi, kebutuhan,
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
Minat suatu individu bisa berbeda-beda namun juga bisa sama antara
satu dengan yang lain. Hal itu disebabkan karena minat sangat dipengaruhi
oleh hal-hal yang ada dalam masing-masing individu seperti pengetahuan,
pengalaman, kebiasaan, dan masih banyak lagi. Ada banyak sekali faktor
yang mempengaruhi minat seseorang. Menurut Hadiono (1998) dalam
Susanto (2011:11) ada dua faktor yang mempengaruhi minat seseorang
yaitu:
a. Faktor dari dalam (internal) yaitu bahwa suatu perbuatan memang diinginkan karena seseorang senang melakukannya dalam hal ini minat itu datang dari diri sendiri
b. Faktor dari luar (eksternal) yaitu bahwa suatu perbuatan dilakukan atas dasar dorongan atau pelaksanaan dari luar. Dalam hal ini minat itu muncul karena adanya dorongan dari luar maupun pengaruh dari luar bukan dari diri sendiri.
Hadiono menjelaskan bahwa minat dipengaruhi oleh dua faktor, yang
berasal dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam (internal) dapat muncul
bila individu senang melakukan hal yang diminatinya, sehingga minat
tersebut datang dari dalam diri sendiri, sedangkan faktor dari luar (eksternal)
dapat muncul karena adanya dorongan atau pengaruh dari luar sehingga
bukan karena keinginan diri sendiri. Seseorang dapat dikatakan memiliki
minat terhadap suatu hal jika memiliki sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki
hal-hal yang berkaitan dengan minatnya, memiliki sifat kreatif dan
keinginan untuk selalu maju, dan ingin memperbaiki kegagalan yang pernah
dalam Khairani (2014:139) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi minat adalah sebagai berikut :
a. The factor of inner urge, yaitu rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
b. The factor of social motive, yaitu minat seseorang terhadap objek atau suatu hal yang dipengaruhi oleh motif sosial, misalnya seseorang berminat pada prestasi tinggi agar mendapat status sosial yang tinggi juga.
c. Emotional factor, yaitu faktor perasaan atau emosi yang memiliki pengaruh terhadapobjek, misalnya perjalanan sukses yang
digunakan individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat
membangkitkan perasaan senang dan semangat serta menguatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya, jika yang dialami adalah kegagalan maka akan menyebabkan minat individu berkurang
Menurut peneliti, ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi minat
seseorang. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar
individu.Beberapa hal yang dapat mempengaruhi minat seseorang yaitu :
(1) rasa ingin tahu, (2) lingkungan, (3) kesuksesan orang lain, (4) status
sosial, (5) pengalaman.
Seseorang yang memiliki rasa ingin tahu tinggi cenderung untuk
mencari tahu dan mempelajari hal-hal baru yang menarik perhatiannya. Hal
tersebut membuat individu tersebut mempunyai minat terhadap hal-hal baru
yang sedang dipelajari. Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi minat seseorang. Seorang individu yang orang tuanya
bekerja di bidang hukum, cenderung untuk mempelajari hal yang sama
minat seseorang. Seorang individu yang melihat temannya sukses dalam
berdagang, cenderung untuk ingin mencoba dalam hal yang sama pula.
Minat dalam hal dagang timbul karena keinginan untuk sukses seperti yang
sudah dicapai oleh temannya.
Status sosial juga sangat berperan dalam mempengaruhi minat
seseorang. Keinginan untuk dihormati dalam bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar, membuat seorang individu ingin mempunyai status
sosial yang tinggi di masyarakat. Misalnya, seorang individu mempunyai
niat untuk menjadi ketua RW agar disegani oleh warganya. Pengalaman
juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang.
Seseorang yang mempunyai pengalaman dalam bidang musik, akan lebih
berminat dalam bidang yang sama daripada bidang lain yang belum pernah
dipelajari.
2. Sifat-sifat yang mempengaruhi minat
Jahja (2011:63) menjelaskan bahwa minat memiliki sifat dan
karakter khusus sebagai berikut :
a. Minat bersifat pribadi (individual) ada perbedaan antara minat seseorang dan orang lain
b. Minat menimbulkan efek diskriminatif
c. Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi, dan dipengaruhi motivasi
Jahja menjelaskan bahwa minat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu adanya sifat ingin tahu, kreatif, adanya keinginan untuk mendapatkan
simpati orang lain, dan adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan.
Minat juga sangat erat kaitannya dengan motivasi, mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh motivasi. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan
bawaan dari lahir dan dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi
individu. Menurut Suryabrata (2014:236), minat juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor psikologis seperti:
a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju
c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang lain d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun kompetisi
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman jika sudah menguasai pelajaran
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pelajaran.
Sofaya (1986:18) menjelaskan bahwa menurut sifatnyaminat dibagi
menjadi empat macam :
a. Natural Interest yaitu minat yang muncul dari kecenderungan alami seperti insting dan emosi
b. Aquaredinterest yaitu menunjukkan adanya disposisi seperti kebiasaan-kebiasaan, cita-cita, dan karakter
c. Instrinsic Interest adalah minat yang berhubungan atau timbul dari dalam individu
d. Extrinsic Interest adalah minat yang didorong oleh sumber dari luar.
Sofaya dalam bukunya menjelaskan bahwa minat dibagi menjadi
insting dan emosi (Natural Interest), muncul dari kebiasaan-kebiasaan, cita-cita, dan karakter (Aquared Interest), muncul dari dalam individu (Intrinsic Interest), dan muncul karena adanya dorongan oleh sumber dari luar (Extrinsic Interest).
Menurut peneliti, minat seseorang dapat muncul karena rasa ingin
tahu terhadap suatu hal. Adanya sifat kreatif dalam suatu individu juga dapat
membuat individu tersebut berminat terhadap sesuatu yang disukai.
Keinginan untuk memperbaiki kegagalan dimasa lalu serta ingin
mendapatkan simpati dari orang lain termasuk faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi minat yang berasal dari dalam diri sendiri (intern), berbeda
dengan timbulnya minat karena takut akan adanya hukuman atau ganjaran
yang membuat minat muncul tidak dari dalam diri sendiri tetapi berasal dari
luar (ekstern).
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi. .
Motivasi menjadi penggerak individu agar bertindak dan melakukan hal-hal
tertentu yang akan mengantar pada tujuan yang ingin dicapai individu
tersebut. Motivasi adalah kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk
berperilaku, berpikir, dan merasa seperti yang mereka lakukan (King,
2010:64).Motivasi berasal dari kata motif, yaitu daya penggerak dalam diri
sehingga dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat
dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku
yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah, 2015:3).
Motivasi adalah “keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai suatu tujuan” (Gufron, 2014:83). Motivasi yang ada pada
seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan
mencapai sasaran kepuasan (Gufron: 2014). Menurut King (2010: 414)
motivasi dapat didefinisikan juga sebagai sebuah kekuatan yang besar dalam
melakukan perilaku yang lebih sehat. Motivasi adalah keadan dalam pribadi
orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas aktivitas tertentu
guna pencapaian suatu tujuan.Motivasi dapat menjadi kekuatan yang besar
untuk perubahan hidup yang positif.
Jamaris (2013:170) “motivasi sebagai suatu tenaga yang mendorong
dan mengarahkan perilaku manusia untuk mencapai tujuan yang akan
dicapainya”.“Motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang
terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara
tertentu” (Djaali, 2012:101). Menurut Purwanto (1992: 71) motivasi adalah
pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.Menurut Uno (2015) Motivasi
mengadakanperubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator
sebagai berikut:
1. hasrat dan keinginan 2. dorongan dan kebutuhan
3. harapan dan cita-cita
4. penghargaan dan penghormatan atas diri 5. adanya lingkungan yang baik
6. adanya kegiatan yang menarik.
Menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
suatu tenaga, kekuatan yang besar, penggerak, sekaligus pendorong yang
mengarahkan serta mengatur tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh
individu untuk melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.
2. Teori-teori motivasi
Motivasi merupakan sebuah alasan seseorang melakukan suatu hal.
Setiap hal yang dilakukan seseorang pasti berdasarkan motivasi yang akan
mendorong individu tersebut melakukan hal tersebut. Dalam melakukan hal
yang sama, suatu individu dapat mempunyai motivasi yang berbeda dari
individu yang lain. Menurut King (2010:118) ada 3 jenis teori motivasi
yaitu :
a. Pendekatan Evolusi
menekankan beragam aspek motivasi yang memberikan kita keunggulan dalam proses evolusi yang diturunkan melalui gen-gen dari gen-generasi ke gen-generasi,
b. Teori Pengurangan Dorongan
Sebuah dorongan adalah keadaan tergugah yang terjadi karena sebuah kebutuhan fisiologis. Sebuah kebutuhan adalah keadaan kekurangan yang mengarahkan dorongan untuk meghilangkan atau mengurangi keadaan ini. Teori pengurangan dorongan diajukan sebagai sebuah penjelasan motivasi, dengan tujuan pengurangan dorongan adalah keadaan homeostatis, kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan. c. Teori Penggugahan Optimal
Teori penggugahan optimal menekankan pada hukum Yerkes-Dodson dimana kinerja menjadi paling baik saat berada dalam kondisi rangsangan sedang yang bukan terlalu tinggi atau
rendah. Penggugahan sedang seringkali membuat kita
mengeluarkan kinerja terbaik untuk menghadapi tugas-tugas kehidupan, namun ada kalanya rangsangan rendah atau tinggi dihubungkan dengan kinerja terbaik.
Motivasi menurut King diklasifikasikan dalam 3 jenis teori yaitu: (1)
Pendekatan Evolusi yang menekankan tentang beragam aspek motivasi
yang memberikan keunggulan dalam proses evolusi dari generasi ke
generasi; (2) Teori Pengurangan Dorongan, yaitu suatu keadaan homeostatis
atau kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan atau
kenyamanan; (3) Teori Penggugahan Optimal yang menekankan pada
hukum Yerkes-Dodson tentang kinerja yang dapat optimal saat berada
dalam kondisi rangsangan sedang, bukan terlalu tinggi maupun rendah.
Menurut peneliti, motivasi merupakan suatu hal yag mutlak dimiliki
oleh setiap individu. Tanpa motivasi, seseorang akan kehilangan gairah dan
tujuan untuk mencapai mutu hidup yang lebih baik. Motivasi adalah hal
yang sangat dibutuhkan individu untuk dapat mencapai suatu tujuan.
keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan. Jadi, motivasi adalah suatu
dorongan, rangsangan, semangat, keinginan, untuk bergerak, bekerja keras,
dan berusaha demi meraih tujuan yang ingin dicapai.
3. Jenis-jenis Motivasi
Motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik tidak membutuhkan rangsangan dari
luar karena memang telah ada dalam diri individu itu sendiri. Motivasi
ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya
dalam bidang pendidikan, seseorang tertarik menjadi pendidik karena
melihat manfaatnya.“Motivasi tidak dapat dilihat secara langsung, namun
dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya berupa rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu”
(Uno, 2015:3).
Motivasi intrinsik adalah penghargaan internal yang dirasakan
seseorang jika mengerjakan tugas dimana ada hubungan langsung antara
kerja dan penghargaan yang berarti bila tugas sudah selesai dikerjakan maka
dapat langsung dirasakan adanya perasaan menyenangkan pada diri
seseorang (Campbell dan Campbell dalam Ghufron, 2014:84). Menurut
Harter dalam Uno (2015: 6) individu dikatakan termotivasi secara ekstrinsik
bila individu tersebut memilih pekerjaan yang mudah, rutin, sederhana, dan
dapat diramalkan, bekerja untuk mendapat hadiah, tergantung bantuan orang
dan menggunakan kriteria eksternal dalam menentukan kesuksesan dan
kegagalan. Motivasi intrinsik berdasarkan faktor-faktor internal seperti
determinasi diri, rasa ingin tahu, tantangan, dan usaha, adalah salah satu
aspek data motivasi berprestasi yang paling banyak diteliti. Motivasi
ekstrinsik didasarkan pada intensif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
Motivasi intrinsik lebih berhubungan dengan prestasi dibandingkan dengan
motivasi ekstrinsik.Menurut Uno (2015:3) motivasi ada tiga jenis yaitu:
1. motivasi biogenetis, yaitu motivasi yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan hidup seperti lapar, haus, istirahat, bernafas, seksualitas, dan sebagainya
2. motivasi sosial, yaitu motivasi yang berasal dari lingkungan dan kebudayaan sekitar seperti mendengarkan musik, mempunyai mobil seperti tetangga, dan lain-lain
3. motivasi teologis, yaitu manusia sebagai makhluk yang mempunyai Tuhan sehingga membutuhkan interaksi dengan Tuhan seperti ibadah serta merealisasikan ajaran-ajaran agamanya.
C. Pengertian Gamelan
Menurut pengertian secara umum Gamelan Jawa adalah kumpulan
alat-alat musik tradisional dalam jumlah yang besar yang terdapat terutama di pulau
Jawa. Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 75 alat, yang dapat
dimainkan oleh 30 orang penabuh (Niyaga, pradangga, pengrawit) dengan disertai 10 sampai 15 orang sinden dan gerong (Yudoyono, 1984:15).
Susunannya terdiri dari alat-alat pukul atau tetabuhan yang terbuat dari logam,
sedangkan bentuknya berupa bilah-bilah ataupun canang-canang dalam
berbagai ukuran dengan dilengkapi tempat atau wadah yang berfungsi sebagai
sehingga menjadi kumpulan suara yang teratur menurut tempo dan irama
tertentu. Dengan kata lain, masing-masing alat mempunyai nama dan
fungsinya sendiri-sendiri, serta dibunyikan menurut kebutuhannya. Hasil
pembunyiannya disebut Gendhing (Yudoyono, 1984:15).
Gamelan terdiri dari beberapa alat yaitu : Kendang, Bonang, Bonang
Penerus, Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem,
Gender, Gong, Gambang, Rebab, Siter, Suling. Gamelan ini berbentuk bilah
dan pencon. Pencon dari kata pencu yang berarti suatu bentuk tonjolan ke atas
ditengah.
Macam-macam alat beserta fungsinya dalam sebuah gamelan adalah
sebagai berikut :
1. Bonang
Satu set terdapat sepuluh sampai empat belas gong-gong kecil
berposisi horisontal yang disusun dalam dua deretan, diletakkan di atas tali
yang direntangkan pada bingkai kayu. Pemain duduk di tengah-tengah pada
sisi deretan gong beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang
di setiap tangan. Ada tiga macam bonang yang dibedakan menurut ukuran,
oktaf, dan fungsinya dalam gamelan, yaitu :
a. Bonang Barung
Bonang berukuran sedang, beroktaf tengah sampai tinggi, adalah
salah satu dari instrumen-instrumen pemuka dalam gamelan, khususnya
dalam teknik tabuhan pipilan, yaitu pola-pola nada yang selalu
instrumen-instrumen lainnya. Pada jenis gendhing bonang, bonang
barung memainkan pembuka gendhing (menentukan gendhing yang akan
dimainkan) dan menuntun alur lagu gendhing. Pada teknik tabuhan
imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun,
tetapi membentuk pola-pola lagu yang saling mengisi dengan bonang
penerus, dan saat aksen-aksen penting bonang dapat membuat sekaran (lagu-lagu hiasan) yang biasanya terdapat pada akhir kalimat lagu.
b. Bonang Panembung
Bonang terbesar beroktaf tengah sampai rendah, memainkan
tabuhan dalam tingkat kerapatan yang lebih rendah daripada balungan.
Bonang panembung lebih banyak ditemukan dalam tradisi Yogyakarta.
Dalam tradisi Surakarta, kadang terdapat bonang panembung yang terdiri
dari hanya satu oktaf
c. Bonang Penerus
Bonang terkecil beroktaf tinggi. Pada teknik tabuhan pipilan,
tingkat kecepatan bonang penerus dua kali lipat lebih cepat daripada
bonang barung. Bonang penerus dapat mengantisipasi nada-nada
balungan, namun tidak berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena
kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya. Dalam teknik tabuhan
imbal-imbalan bekerja sama dengan bonang barung memainkan pola-pola lagu
2. Celempung
Celempung adalah instrumen kawat yang dipetik, dibingkai pada
semacam gerobogan sekaligus resonator berkaki dua pasang, dimana
sepasang kaki depan lebih tinggi dari sepasang kaki belakang, sehingga
instrumen ini posisinya menurun ke arah pemainnya. Kawat terdiri dari
tigabelas pasang, ditegangkan diantara paku untuk melaras (di atas) dan
paku-paku kecil (di bawah). Kepingan metal diletakkan di sisi atas
gerobogan sebagai jembatan pemisah kawat. Celempung dimainkan dengan
jari jempol tangan kiri dan kanan, sedangkan jari lainnya dipakai untuk
menutup kawat-kawat yang tidak dipetik untuk menghilangkan resonansi
suara. Dalam gamelan, celempung mendasarkan pada perangkaian pola-pola
lagu.
3. Gambang
Gambang terbuat dari bilah-bilah kayu yang juga berfungsi sebagai
resonator. Berbilah tujuhbelas sampai duapuluh bilah, range suara
mencakup dua oktaf atau lebih. Gambang dimainkan dengan tabuh
berbentuk bundar dengan tangkai panjang yang biasanya terbuat darisungu.
Kebanyakan gambang memainkan gembyangan (oktaf) dalam gaya
pola-pola lagu dengan ketukan ajeg (tetap). Gambang juga dapat memainkan
beberapa macam ornamentasi lagu dan ritme seperti permainan dua nada
dipisahkan oleh dua bilah, atau permainan dua nada dipisahkan oleh enam
4. Gender
Gender terdiri dari bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali di
atas bumbung-bumbung resonator. Gender dimainkan dengan tabuh
berbentuk bulat (dibalut lapisan kain) dengan tangkai pendek. Gender ada
dua macam yang dibedakan sesuai dengan fungsi, wilayah nada, dan
ukuran, yaitu:
a. Gender Barung
Gender barung berukuran besar, beroktaf rendah sampai tengah,
dan sebagai salah satu instrumen pemuka gender barung memainkan
pola-pola lagu yang mempunyai ketukan yang ajeg (tetap) yang dapat menciptakan tekstur sonoritas yang tebal dan menguatkan rasa pathet gendhing. Beberapa gendhing mempunyai pembuka yang dimainkan oleh
gender barung yang dinamakan gendhing gender.
b. Gender Penerus
Gender penerus berukuran kecil, beroktaf tengah sampai tinggi.
Instrumen ini tidak harus ada dalam sebuah gamelan, namun berguna
untuk menambah kekayaan tekstur gamelan. Gender penerus ini bermain
dalam pola ketukan tetap dan cepat.
5. Gong
Gong berukuran besar atau sedang digantung secara vertikal dan
ditabuh di tengah-tengah bulatannya (pencu) dengan tabuh bundar berlapis
kain. Gong menandai permulaan dan akhiran gendhing dan memberi nuansa
sangat penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu,
sehingga kelompok itu sendiri (kalimat lagu di antara dua tabuhan gong)
dinamakan gongan. Ada dua macam gong, yaitu:
a. Gong Ageng
Gong besar yang di gantung, ditabuh untuk menandai awak dan
akhir kelompok dasar lagu gendhing.
b. Gong Suwukan
Gong gantung berukuran sedang yang ditabuh untuk menandai
akhiran gendhing yang pendek sepertilancaran, srepegan,dansampak.
6. Kemanak
Kemanak adalah salah satu instrumen dalam gamelan yang
berbentuk seperti buah pisang dan dianggap sebagai instrumen kuno.
Kemanak ditabuh dalam sebuah gamelan untuk mengiringi beberapa macam
tari bedhaya, srimpi, dan santiswaran.
7. Kempul
Gong gantung berukuran kecil, yang menandai aksen-aksen penting
dalam kalimat lagu gendhing. Kempul dapat memainkan nada yang sama
dengan nada balungan, kadang mendahului nada balungan selanjutnya,
kadang memainkan nada yang membentuk interval kempyung dengan nada
balungan untuk menegaskan rasapathet.
8. Kendhang
Kendhang asimetris mempunyai dua sisi dengan sisi kulitnya
Kendhang diletakkan dalam posisi horisontal pada gawangan(tempatnya), dimainkan dengan jari dan telapak tangan, kendhang berfungsi untuk
menentukan irama dan tempo (menjaga tempo, menuntun peralihan tempo,
dan menghentikan tabuhan gendhing). Kendhang berperan penting dalam
gamelan sebagai salah satu instrumen pemuka. Kendhang ada empat jenis
yaitu :
a. Kendhang Ageng
Kendhang dengan ukuran terbesar, dimainkan untuk gendhing atau
bagian dari gendhing yang berirama tenang dan wibawa (regu). Dalam
teknik kendang kalih, kendhang ageng dimainkan dalam kombinasinya
dengan kendhang ketipung.
b. Kendhang Wayangan
Kendhang dengan ukuran sedang yang khususnya untuk
mengiringi pertunjukan wayang.
c. Kendhang Ciblon
Kendhang Ciblon berukuran kecil untuk mengiringi tarian.
Kendhang ini juga dimainkan dalam klenengan, memiankan pola ritme
yang berasosasi dengan gerakan-gerakan tari.
d. Kendhang Ketipung
Kendhang ketipung berukuran paling kecil dimainkan dalam
kombinasinya dengan kendhang ageng dalam suatu teknik yang
9. Kenong
Kenong terdiri dari satu set instrumen jenis gong dengan posisi
horisontal yang ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai
kayu. Kenong merupakan instrumen penting kedua setelah gong. Kenong
membagi dua atau empat kalimat-kalimat kenong atau kenongan. Selain
berfungsi untuk menggaris-bawahi struktur gendhing, nada-nada kenong
juga berhubungan dengan lagu gendhing, dapat memainkan nada-nada yang
sama dengan nada balungan, dan boleh mendahului nada balugan berikutnya
untuk menuntun alur lagu gendhing, sekaligus dapat memainkan nad ayang
berjarak satu kempyung dengan nada balungan untuk mendukung rasa
pathet. Pada kenongan dengan tempo cepat, dalam ayak-ayakan, srepegan, dan sampak, tabuhan kenong menuntun alur lagu gendhing-gendhing tersebut.
10. Kethuk-Kempyang
Kethuk-Kempyang terdiri dari dua instrumen jenis gong yang
diletakkan secara horisontal pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu.
Kethuk-kempyang memberi aksen-aksen alur lagu gendhing menjadi
kalimat-kalimat yang pendek. Pada gaya tabuhan cepat lancaran, sampak, srepegan, dan ayak-ayakan, kethuk ditabuh di antara ketukan-ketukan balungan menghasilkan pola-pola saling mengisi yang cepat.
11. Rebab
Rebab merupakan instrumen kawat-gesek dengan dua kawat
dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi. Sebagai salah satu dari
instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel
terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing, rebab
memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan
pathet yang akan dimainkan, wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja sehingga alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas
jalan alur lagu gendhing. Rebab juga memberi tuntunan musikal pada
ansambel untuk beralih dari bagian satu ke bagian yang lain.
12. Saron
Saron adalah instrumen dalam gamelan yang berbentuk bilahan
dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf atau satu oktaf ditambah satu nada)
yang ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai
resonator. Saron ditabuh dengan tabuh yang terbuat dari kayu dan tanduk
(yang akhir ini untuk peking). Saron ada tiga jenis yaitu :
a. Demung
Demung adalah saron berukuran besar dan beroktaf tengah.
Demung memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang
terbatas. Pada teknik pinjalan, dua demung dan slenthem membentuk
lagu yang saling mengisi satu sama lain. Umumnya, satu perangkat
gamelan mempunya satu atau dua demung, namun ada gamelan di
b. Saron Barung
Saron barung adalah saron yang berukuran sedang dan beroktaf
tinggi. Seperti demung, saron barung emainkan balungan dalam
wilayahnya yang terbatas. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron
barung memainkan lagu yang saling mengisi dengan tempo cepat. Satu
set gamelan mempunyai satu atau dua saron barung, namun ada juga
gamelan yang mempunyai lebih dari dua saron barung.
c. Saron Penerus
Saron penerus adalah jenis saron yang berukuran paling kecil dan
beroktaf paling tinggi. Saron penerus atau peking ini memainkan tabuhan
rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan. Lagu peking juga
berusaha menguraikan lagu balungan dalam konteks lagu gendhing.
13. Slenthem
Menurut konstruksinya, slenthem masuk dalam keluarga gender.
Slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron, dan beroktaf paling
rendah dalam kelompok instrumen saron. Seperti demung dan saron barung,
slenthem memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
14. Suling
Suling bambu yang memainkan lagunya dalam pola-pola lagu
bergaya bebas metris. Pola-pola lagu ini dimainkan secara bergantian,
biasanya pada waktu lagu mendekati akhir kalimat, namun kadang pemain
suling juga memainkan lagu-lagu pendek di awal atau di tengah kalimat
D. Gereja
Gereja adalah Umat Allah yang dihimpun atas dasar peristiwa Yesus
Kristus dan pengutusan Roh Kudus (Weiden, 2015:36). Kata Gereja berasal
dari bahasa Portugis:igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar;klesiadari katakaleo= memanggil; kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia).Beberapa
pengertian lain tentang Gereja menurut Weiden (2015:124) :
1. Gereja adalah suatu paguyuban dari komunitas-komunitas kecil yang percaya akan Yesus Kristus Sang Juru Selamat ditengah mayoritas umat agama lain.
2. Gereja adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan
ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, gedung, dimana umat dapat berdoa dan bernyanyi bersama-sama.
3. Gereja sebagai mazhab (aliran) atau denominasidalam agama Kristen. Misalnya: Gereja Katolik, Gereja Protestan, dan lain-lain.
4. Gereja ialah lembaga (administratif). Contoh: Gereja membuat surat babtis, surat krisma, surat perkawinan, dan sebagainya.
Weiden (2015) mengatakan bahwa Pemahaman tentang Gereja juga bisa dilihat
dalam arti rohani dan arti fisik :
1. Arti Rohani:
Persekutuan semua orang Katolik di seluruh dunia yang percaya akan YesusHimpunan yang di dalamnya terdapat Umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh Kudus (bdk 1 Kor 10:32, 11:17-22, 15:9).
2. Arti Fisik:
E. Ekaristi
Ekaristi adalah “Sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani”, sakramen
sakramen lainnya, begitu pula semua pelayanan gerejawi serta karya kerasulan,
berhubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarahkan padanya, sebab dalam
Ekaristi tercakup seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus, Paskah kita
(Presbyterorum Ordinis 5 dalam Hadisumarta, 2013:2).
Kita bersyukur karena Tuhan telah menebus kita dan membebaskan kita
dari dosa dan maut dengan cara wafat dan bangkit dari mati.
F. Penelitian yang relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Ardyansah Jani Putra (2012) dengan judul
“Pengaruh Minat dan Motivasi Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Seni
Musik Terhadap Prestasi Belajar Seni Budaya Di SMP Negeri 1 Wates”
dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara minat dan motivasi siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler terhadap hasil belajar seni budaya dikelas. Relevansinyadengan
penelitian ini adalah sama-sama ingin mendeskripsikan satu variabel,
menggunakan angket tertutup untuk pengambilan data, dan menggunakan jenis
penelitian kuantitatif.
Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh
Nisa Puspaning Tyas Yudana (2014) dengan judul “Minat Siswa Kelas VIII
siswa cenderung lebih banyak berminat pada jenis musik dangdut. Variabel
pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang diambil secara acak (random sampling). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan minat siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pengadangan terhadap jenis musik pop,
rock, jazz, dangdut, dan keroncong. Relevansinya dengan penelitian ini adalah
sama-sama ingin mendeskripsikan satu variabel, menggunakan jenis penelitian
kuantitatif, dan sama-sama menggunakan kuesioner tertutup sebagai instrumen
penelitian untuk mengetahui minat siswa terhadap jenis musik.
G. Kerangka Berpikir
Dalam perayaan ekaristi, doa dan syukur yang dipanjatkan umat Katolik
sebagian besar dalam bentuk nyanyian, yang dibimbing oleh paduan suara dan
biasanya diiringi dengan organ. Seiring dengan perkembangan zaman, alat
musik yang dapat digunakan untuk mengiringi perayaan ekaristi tidak hanya
organ saja, melainkan alat musik lainnya yang dapat disesuaikan dengan
daerah masing-masing yang disetujui oleh pemimpin Gereja setempat. Di
Yogyakarta, karena budaya dalam bidang musik yang sangat kental adalah
gamelan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa gamelan dapat menjadi
musik pengiring dalam sebuah perayaan ekaristi.
Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta
merupakan salah satu Gereja Katolik di Yogyakarta yang mempunyai
seperangkat gamelan. Gereja tersebut juga mengadakan perayaan ekaristi
Gereja itu terdapat suatu komunitas yang dibentuk untuk belajar dan berlatih
gamelan untuk mengiringi perayaan ekaristi tersebut. Terdapat sekitar 30
anggota yang mempunyai minat yang sama untuk menjadi penabuh gamelan
untuk mengiringi perayaan ekaristi.
Minat adalah ketertarikan seorang individu terhadap suatu objek yang
membuat individu tersebut merasa senang dan mempunyai harapan untuk
mencapai tujuan tertentu, sedangkan motivasi merupakan keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup untuk mengambil data,
agar dapat mengetahui minat dan motivasi pemain gamelan terhadap iringan
gamelan dalam sebuah perayaan ekaristi. Kuesioner terlebih dahulu disebar
untuk mendapatkan data yang digunakan untuk menguji validitas dan
reliabilitas. Setelah dinyatakan valid dan reliabel, kuesioner disebar kembali
untuk mendapatkan data minat dan motivasi umat yang menjadi pemain
gamelan.
Setelah mendapatkan data minat dan motivasi umat menjadi pemain
gamelan, peneliti menggunakan program SPSS 20.0 dan Microsoft Excel untuk
mengolah data penelitian. Dengan mengetahui hal tersebut, peneliti berharap
agar Gereja dapat terus berupaya dan mencari solusi untuk meningkatkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Menurut
Emzir (2009:28), pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian
yang secara primer menggunakan paradigma post positivist dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan seperti tentang sebab-akibat, reduksi
terhadap variabel hipotesis dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran
dan observasi, serta pengujian teori, menggunakan strategi penelitian seperti
survey yang memerlukan data statistik.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian bersifat mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
permasalahan secara apa adanya dengan didukung oleh tabel dan grafik.
B. Variabel Penelitian
Variabel secara teori dapat didefinisikan sebagai suatu atribut seseorang
atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya (Hatch &
Farhady dalam Sugiono 2010:60). Dalam penelitian ini variabel yang
digunakan adalah variabel tunggal, yaitu minat dan motivasi pemain gamelan
terhadap iringan gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Hati Santa Perawan
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran Yogyakarta pada Bulan April sampai Mei 2016
D. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117).
Padapenelitian ini, populasi yang digunakan adalah 30 umat Katolik yang
menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristidi Gereja Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian
populasi, sehingga tidak menggunakan sampel.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan “suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”(Sugiyono, 2010:148).
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuisioner
tertutup, yaitu kuisioner yang sudah tersedia alternatif jawaban sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang dirasa cocok. Terdapat30 butir
No Variabel Indikator Nomor
Penelitian ini mengunakan pengukuran skala sikap yaitu skala likertuntuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang
fenomena sosial (Sugiyono: 2010). Kuisioner disusun menggunakan empat
alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju. Nilai untuk alternatif jawaban : Sangat setuju:4 ; Setuju:3 ; Tidak
setuju:2 ; Sangat tidak setuju:1.
1. Validitas instrumen
Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Hasil penelitian dapat
dengan data yang sesungguhnya terjadi padaobjek yang diteliti. Uji validitas
menggunakan rumus korelasi
pearson product moment:
Setelah mengambil data uji coba melalui instrumen penelitian yang
sudah dirancang, peneliti lalu melakukan uji validitas dan realibilitas
instrumen pengukuran minat dan motivasi pemain gamelan terhadap iringan
gamelan pada perayaan ekaristi. Uji coba dilakukan dengan bantuan
software SPSS 20.0 yaitu dengan mengkorelasikan setiap butir pernyataan
dengan skor total jawaban responden. Pernyataan dikatakan valid jika hasil r
hitung lebih besar atau sama dengan r tabel pada tingkat kepercayaan 95%
dan dikatakan tidak valid jika hasil r hitung lebih kecil daripada r tabel (r
tabel = 0,361 karena jumlah responden 30).
2. Reliabilitas Instrumen
Azwar (2012: 7) menyatakan bahwa “reabilitas adalah suatu
pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat
reliabilitas yang tinggi.” Dalam menguji reliabilitas digunakan uji
konsistensi internal dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai
berikut :
r
ᵪᵧ=
(
)(
)
Keterangan:
α = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
K = Jumlah item pertanyaan yang diuji
2
= Jumlah varian skor item
= Varian skor-skor tes (seluruh item K)
Uji reliabilitas instrumen ini menggunakan bantuan software SPSS
20.0. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel bila koefisien reliabilitas
lebih besar dari 0,6 atau jika nilai reliabilitas Alpha mendekati 1,00.
Penyebaran angket untuk uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan pada
Angket uji coba variabel minat dan motivasi dengan seluruh
indikator memiliki Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6 sehingga jawaban
responden dinyatakan reliabel. Uji validitas minat dan motivasi umat
diperoleh 30 butir valid pada tingkat kepercayaan 95%. Butir 1 sampai 30
diperoleh nilai validitas rᵪᵧlebih dari r tabel untuk n = 30 yaitu 0,361.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan melakukan
observasi dan menggunakan kuisioner tertutup. Dengan teknik ini penelitian
menjadi efisien karena responden tinggal memilih jawaban yang sudah
disediakan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Kelompok pertama adalah data untuk menguji validitas dan reliabilitas
instrumen pengukuran minat dan motivasi umat untuk menjadi pemain
gamelan pada perayaan ekaristi.
2. Kelompok kedua adalah data minat dan motivasi umat untuk menjadi
pemain gamelan yang merupakan skor akhir pengukuran minat dan
motivasi pemain gamelan terhadap iringan gamelan dalam misa yang
dilakukan peneliti terhadap sampel dengan menggunakan instrumen
G. Teknik analisis data
Data yang telah terkumpul dianalisis untuk mengetahui hasil penelitian.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis univariate (analisis deskriptif), bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan karakteristik setiap variabel
penelitian (Notoatmojo, 2010:182). Analisis deskriptif pada penelitian ini
berupa tabel-tabel dari hasil pengumpulan data termasuk mean, median,
standar deviasi, distribusi data dan diagram.Batasan untuk mengetahui positif
atau negatif nya minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan adalah
sebagai berikut :
1. Minat dan motivasi umatmenjadi pemain gamelan masuk dalam
kategori tinggiapabila ia memiliki skor lebih besar dari mean teoritik.
2. Minat dan motivasi umatmenjadi pemain gamelanmasuk dalam
kategori rendahapabila memiliki skor lebih kecil daripada mean
teoritik.
Adapun rumus dari mean teoritik adalah sebagai berikut:
Mean teoritik =
Keterangan:
Sr = Skor terendah teoritik (Skor terendah adalah 1x banyaknya item pertanyaan)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian tentangMinat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan
Pada Perayaan Ekaristi Di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta ini telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016. Subjek penelitian ini adalah 30 umat yang menjadi pemain gamelan pada
perayaan Ekaristi di Gereja tersebut. Penelitian ini dimulai dari observasi, uji
coba instrumen, dan pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa angket kuesioner yang semula berjumlah 45 butir
pernyataan. Setelah dilakukan uji coba dan dimasukan dalam program SPSS 20, terdapat 30 butir pernyataan yang valid dan reliabel yang dapat digunakan untuk pengambilan data.
Skala jawaban menggunakan skala Likert dengan 4 pilihan jawaban
yaitu (SS) Sangat Setuju bernilai 4, (S) Setuju bernilai 3, (TS) Tidak Setuju
bernilai 2, dan (STS) Sangat Tidak Setuju bernilai 1.Analisis deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan informasi tentang jawaban responden
terhadap variabel penelitian atau menggambarkan suatu keadaan yang apa
adanya tanpa ada pengaruh dari dalam diri peneliti.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka diperoleh data dari 30 umat yang
standar deviasi. Berikut adalah hasil statistik deskriptif minat dan motivasi
umat per indikator :
Tabel 4.1. Hasil Statistik Deskriptif Per Indikator
Distribusi frekuensi data keseluruhan minat dan motivasi umat menjadi
pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Pada Perayaan Ekaristi di Gereja
Kumetiran Yogyakarta
Interval f Presentase (%)
115-119 1 3,3
105-109 2 6,7
100-104 5 16,7
95-99 8 26,7
90-94 13 43,3
85-89 1 3,3
Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada
gambar berikut :
Grafik 4.1. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat
Selain melihat distribusi frekuensi minat dan motivasi umat dari
keseluruhan data, berikut ini juga dapat dilihat distribusi frekuensi minat dan
motivasi umat per indikator.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Dengan Indikator Perhatian
115-119 105-109 100-104 95-99 90-94 85-89
Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada gambar
berikut :
Grafik 4.2. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Perhatian
Hasil distribusi frekuensi data minat dan motivasi umat menjadi
pemain gamelan pada ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dengan
indikator keterkarikan dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada
gambar berikut :
Grafik 4.3. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Ketertarikan
Hasil distribusi frekuensi data minat dan motivasi umat menjadi
pemain gamelan pada ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dengan
indikator pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada
gambar berikut :
Grafik 4.4. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Pengetahuan
Hasil distribusi frekuensi data minat dan motivasi umat menjadi
pemain gamelan pada ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dengan
indikator harapan dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada
gambar berikut :
Grafik 4.5. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Harapan
Hasil distribusi frekuensi data minat dan motivasi umat menjadi
pemain gamelan pada ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dengan
indikator manfaat dapat dilihat pada tabel berikut:
Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada
gambar berikut :
Grafik 4.6. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Manfaat
Hasil distribusi frekuensi data minat dan motivasi umat menjadi
pemain gamelan pada ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dengan
indikator eksternal dapat dilihat pada tabel berikut:
Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada
gambar berikut :
Grafik 4.7. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Eksternal
Selanjutnya skor rata-rata dijadikan untuk mengetahui kecenderungan
minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan. Distribusi kecenderungan
minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di
Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9. Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan
Skor tertinggi adalah 117 dan skor terendah adalah 89. Mean = 1 2
(117+89) = 103, dan simpangan baku (SD) = 1/6 (117-89) = 4,8. Berdasarkan
tabel tentang distribusi minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan
pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta, maka dapat
digambarkan dalam grafik seperti pada gambar berikut :
Grafik 4.8. Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan
Selain melihat kecenderungan minat dan motivasi umat dari
keseluruhan data, berikut ini juga dapat dilihat kecenderungan minat dan
motivasi umat per indikator. Selanjutnya, skor rata-rata dari indikator
perhatian dijadikan dasar untuk mengetahui kecenderungan skor aspek minat
dan motivasi umat. Distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat nenjadi
pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari
indikator perhatian dapat dilihat pada tabel berikut :
Skor tertinggi adalah 12 sedangkan skor terendah adalah 8. Mean =
½(12+8)= 10, dan simpangan baku (SD) = 1/6(12-8)=0,7. Berdasarkan tabel
diatas tentang distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi
pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari
indikator perhatian, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada
gambar berikut :
Grafik 4.9. Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Indikator Perhatian
Skor rata-rata dari indikator ketertarikan dijadikan untuk mengetahui
kecenderungan skor aspek minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan.
Distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat dari indikator ketertarikan
menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja
KumetiranYogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut :
Skor tertinggi adalah 16 sedangkan skor terendah adalah 10. Mean = ½
(16+10) = 13, dan simpangan baku (SD) = 1/6(16-10)=1. Berdasarkan tabel
diatas tentang distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi
pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari
indikator ketertarikan, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada
gambar berikut :
Grafik 4.10. Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Indikator Ketertarikan
Skor rata-rata dari indikator pengetahuan dijadikan untuk mengetahui
kecenderungan skor aspek minat dan motivasi umat. Distribusi kecenderungan
minat dan motivasi umat dari indikator pengetahuan menjadi pemain gamelan
pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat dilihat pada
tabel berikut :
Skor tertinggi adalah 10 sedangkan skor terendah adalah 7. Mean = ½
(10+7) = 8,5, dan simpangan baku (SD) = 1/6(10-7)=0,5. Berdasarkan tabel
diatas tentang distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi
pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari
indikator pengetahuan, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada
gambar berikut :
Grafik 4.11. Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Indikator Pengetahuan
Skor rata-rata dari indikator pengetahuan dijadikan untuk mengetahui
kecenderungan skor aspek minat dan motivasi umat. Distribusi kecenderungan
minat dan motivasi umat dari indikator harapan menjadi pemain gamelan pada
perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat dilihat pada tabel
berikut :
Skor tertinggi adalah 32 sedangkan skor terendah adalah 23. Mean = ½
(32+23) = 27,5 dan simpangan baku (SD) = 1/6(32-23)=1,5. Berdasarkan tabel
diatas tentang distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi
pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari
indikator harapan, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada gambar
berikut :
Grafik 4.12. Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Indikator Harapan
Skor rata-rata dari indikator pengetahuan dijadikan untuk mengetahui
kecenderungan skor aspek minat dan motivasi umat. Distribusi kecenderungan
minat dan motivasi umat dari indikator manfaat menjadi pemain gamelan pada
perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat dilihat pada tabel
berikut :
Skor tertinggi adalah 32 sedangkan skor terendah adalah 21. Mean = ½
(32+21) = 26,5, dan simpangan baku (SD) = 1/6(32-21)=1,8. Berdasarkan
tabel diatas tentang distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi
pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari
indikator manfaat, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada gambar
berikut :
Grafik 4.13. Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Indikator Manfaat
Skor rata-rata dari indikator pengetahuan dijadikan untuk mengetahui
kecenderungan skor aspek minat dan motivasi umat. Distribusi kecenderungan
minat dan motivasi umat dari indikator eksternal menjadi pemain gamelan
pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat dilihat pada
tabel berikut :