• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemahaman devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti perayaan ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh pemahaman devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti perayaan ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGARUH PEMAHAMAN DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI BAGI UMAT STASI ST. THERESIA KLAMPOK PAROKI ST. ANTONIUS BANJARNEGARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Margareta Ayu Panca Anggraini NIM : 121124007. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku (Petrus Marwoto dan Theresia Sri Rahayu), kakak dan adik (Agnes Eka Ratnawati, Agustinus Dwi Astoko, Fransisca Tri Andrianti, Albertus Hari Nugroho dan Yohanes Angga Kusuma) dan seluruh keluarga yang terkasih, Umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara Serta semua orang yang selalu mendukung dalam penyusunan skripsi ini.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Jangan takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberi kamu Kerajaan-Nya”. (Luk 12:32). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Skripsi ini berjudul “PENGARUH PEMAHAMAN DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI BAGI UMAT STASI ST. THERESIA KLAMPOK PAROKI ST. ANTONIUS BANJARNEGARA”. Penulis memilih judul ini berdasarkan keadaan yang penulis saksikan di Stasi St. Theresia Klampok bahwa umat di stasi tersebut sangat mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdevosi. Hampir dalam satu tahun mereka mengadakan devosi secara bersama dan rutin di Taman Doa Gua Maria Jatining Mulya. Kegiatan ini memang sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan. Dalam berdevosi, mereka membuat lemper untuk dibagikan kepada umat yang menghadiri devosi sebagai berkat dari novena tersebut. Ini adalah ciri khas dari Stasi St. Theresia Klampok. Makna dari lemper tersebut adalah karena terbuat dari ketan yang lengket, mereka menyakini bahwa dengan lengketnya lemper tersebut, lengket pula satu sama lain di dalam hidup menggereja, jauh dari permusuhan, konflik, dan lain-lain. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah sejauh mana pemahaman akan devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi dapat dimaknai sebagai sumber hidup beriman di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjawab persoalan tersebut penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian. Studi pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni Kitab Suci, dokumen Gereja, serta pandangan dari beberapa ahli yang berkaitan dengan devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Untuk memperoleh data guna keperluan penelitian penulis melakukan penyebaran kuesioner terhadap 60 responden di Stasi St. Theresia Klampok. Hasil akhir menunjukkan bahwa responden sudah dapat memahami devosi kepada Bunda Maria dengan kemampuan mereka masing-masing sehingga dengan pemahaman tersebut mereka terdorong untuk ikut serta dalam Perayaan Ekaristi yang diselenggarakan. Devosi kepada Bunda Maria merupakan bentuk kebaktian dan penghormatan terhadap Bunda Maria untuk menghayati imannya. Oleh karena itu, devosi ini bertujuan untuk menambah pemahaman dan penghayatan umat Katolik. Skripsi ini menawarkan katekese dengan menggunakan Shared Christian Praxis sebagai upaya untuk lebih memaknai devosi kepada Bunda Maria dan Perayaan Ekaristi sebagai sumber hidup beriman. Dengan demikian, responden dapat semakin mencintai dan memaknai devosi sehingga mereka terdorong untuk ikut Perayaan Ekaristi.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. This undergraduate thesis entitles “THE INFLUENCE OF UNDERSTANDING OF DEVOTION TO BLESSED VIRGIN MARY TO THE INTEREST IN PARTICIPATING THE EUCHARIST FOR THE PEOPLE OF REGION OF ST. THERESIA KLAMPOK, ST. ANTONIUS PARISH”. The writer chose this title based on circumstances which the writer witnessed in the region of St. Theresia Klampok that people very close to God by devotion. Almost every year they have a devotion together and routine in the garden prayer cave Maria Jatining Mulya. This activity has indeed become a habit. In devotion they make lemper (a kind of food made by sticky rice) to distribute to the people who attend the devotion as a blessing of the novena. This is typical of the religion St. Theresia Klampok. The meaning of the lemper made from sticky rice, they believe that like the lemper made from sticky rice, the people unity with the each other in the church life, away from hostility, conflict and so on. A key issue of this undergraduate thesis is the extent to which the knowledge of devotion to the Blessed Virgin Mary against the interest to participation the celebration of the Eucharist may be meant as a source of life for believers in the region of St. Theresia. To answer the question the writer used the study of literature and research. Literature study was carried out by studying various sources i.e., Scriptures, Church documents, as well as the views of some experts related to devotion to the Blessed Virgin Mary and an interest to participation the celebration of the Eucharist. The type of research used by the writer was qualitative research. To obtain the data for the purposes of the study writer distributed questionnaires to 60 respondents in the region of St. Theresia Klampok. The final results showed that the respondents were able to understand the devotion to the Blessed Virgin Mother with their respective capabilities so that with the understanding they were encouraged to participate in the celebration of the Eucharist. Devotion to Blessed Virgin Mary is a form of worship and respect to Blessed Virgin Mary to live their faith. Therefore, this devotion aims to increase the understanding and appreciation of Catholics. This undergraduate thesis offers catechesis using the Shared Christian Praxis as an attempt to further have more meaning the devotion to the Blessed Virgin Mary and the Eucharist as the source of life of faith. Thus, respondents may be the more loving and have more meaning devotion so that they are encouraged to join the celebration of the Eucharist.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PEMAHAMAN DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI. PERAYAAN. EKARISTI. BAGI. UMAT. STASI. ST.. THERESIA KLAMPOK PAROKI ST. ANTONIUS BANJARNEGARA. Skripsi ini disusun berdasarkan ketertarikan penulis terhadap devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara. Penulis melihat bahwa umat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan berdevosi. Oleh karena itu, penyusun skripsi ini dimaksudkan untuk membantu semua orang semakin menyadari keinginan untuk melakukan kegiatan berdevosi sehingga dengan berdevosi ini, semua orang dapat mewujudnyatakan dalam keikutsertaannya di Perayaan Ekaristi. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing utama dan dosen penelitian yang telah setia mengarahkan, memberikan perhatian, memotivasi, meluangkan waktu untuk mendampingi dan dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M. Hum selaku dosen penguji II sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktu. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. membaca, memberikan kritik dan masukan serta mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini. 3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen penguji III yang telah bersedia untuk meluangkan waktu membaca, memberikan kritik dan masukan, serta mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini. 4. Seluruh staf dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan setia mendukung, membimbing, mendidik, membagikan pengetahuan serta pengorbanan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik ini. 5. Staf karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah memberikan perhatian, dan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 6. Vincentius Suratno, Pr selaku Pastor Paroki St. Antonius Banjarnegara yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Stasi St. Theresia Klampok. 7. Valentinus Gatot Irianto selaku ketua Stasi St. Theresia Purwareja Klampok, yang telah menerima, mengizinkan serta memberikan masukan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian. 8. Orang tua, kakak, adik, Slamet Rianto Aji, Mas Hara, Kak Helsi, Kak Hida, Romo Joni, SCJ, Romo Aan, SCJ, Romo Suryo, SCJ dan Frater Martinus Joko Widiatmoko, SCJ yang selalu memberi semangat, motivasi dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii. HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv. HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi. PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................................ vii. ABSTRAK ....................................................................................................... viii. ABSTRACT ....................................................................................................... xi. KATA PENGANTAR ..................................................................................... x. DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii. DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xviii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1. A. Latar Belakang ........................................................................................ 1. B. Rumusan Permasalahan .......................................................................... 5. C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 5. D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 6. E. Metode Penulisan ................................................................................... 6. F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 7. BAB II. DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA DAN MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI ................................................................. A. Devosi Kepada Bunda Maria ................................................................ 9 10. 1. Pengertian Devosi Secara Umum ...................................................... 10. 2. Beberapa Sudut Pandang Pemahaman Devosi .................................. 12. a. Sudut Historis Liturgis .................................................................. 12. b. Sudut Antropologis ....................................................................... 12. c. Sudut Agama Kerakyatan .............................................................. 13. 3. Peranan Devosi dalam Liturgi Gereja ................................................ 13. 4. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Devosi ..................... 13. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. Bentuk-bentuk Devosi kepada Bunda Maria ..................................... 13. a. Rosario .......................................................................................... 13. b. Novena Tiga Kali Salam Maria ..................................................... 14. c. Malaikat Tuhan ............................................................................. 14. d. Litani Bunda Maria ....................................................................... 15. e. Ziarah ............................................................................................ 15. B. Bunda Maria .......................................................................................... 18. 1. Bunda Gereja ................................................................................... 18. 2. Bunda Allah ..................................................................................... 19. 3. Bunda Sang Pendoa ......................................................................... 20. 4. Ibu Yesus Kristus ............................................................................. 21. 5. Maria Perawan ................................................................................. 21. C. Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi ........................................................ 22. 1. Minat ................................................................................................. 22. 2. Perayaan Ekaristi .............................................................................. 23. a. Berbagai Istilah Ekaristi .............................................................. 23. 1) Ekaristi ................................................................................... 23. 2) Misa ........................................................................................ 24. 3) Pemecahan Roti ...................................................................... 24. 4) Perjamuan Tuhan ................................................................... 24. b. Ekaristi dalam Gereja Katolik ..................................................... 25. 1) Akar Perayaan Ekaristi Gereja ............................................... 25. a) Perjamuan Makan dengan Yesus sebagai Tanda Kehadiran Kerajaan Allah .................................................................. 25 b) Perjamuan Malam Terakhir .............................................. 26 c) Perjamuan-perjamuan makan dengan Yesus Kristus yang bangkit .............................................................................. c. Makna Sosial Ekaristi ................................................................. 27 27. 1) Memahami Tugas Perutusan .................................................. 27. 2) Gereja yang Hidup: Kehadiran Kristus Nyata ....................... 28. 3) Spiritualitas Kristiani ............................................................. 30. d. Unsur-unsur Perayaan Ekaristi ................................................... 31. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1) Makna Ekaristi sebagai Perayaan ........................................... 31. 2) Partisipasi Umat Beriman ...................................................... 32. 3) Peran dan Tugas Imam ........................................................... 32. 4) Tata Gerak dan Sikap Tubuh .................................................. 34. 5) Saat Hening ............................................................................ 35. 6) Makna Nyanyian .................................................................... 36. D. Rangkuman ............................................................................................. 37. BAB III. PENGARUH DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI ............................ A. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Banjarnegara dan Stasi St. Theresia Klampok ........................................................................... 1. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Banjarnegara ..................... 2. Gambaran Umum Stasi St. Theresia Klampok ................................ 38 38 38 43. B. Penelitian Tentang Pengaruh Pemahaman Devosi Kepada Bunda Maria Terhadap Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi Bagi Umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara .................... 44 1. Rencana Penelitian ......................................................................... 44. 2.. 3.. 4.. a. Tujuan Penelitian ........................................................................ 44. b. Metode Penelitian ....................................................................... 44. c. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 44. d. Responden Penelitian .................................................................. 45. e. Instrumen Penelitian ................................................................... 46. f. Variabel Penelitian ...................................................................... 47. Laporan Hasil Penelitian ................................................................. 47. a. Laporan Hasil Penelitian melalui Kuesioner Terhadap Umat Di Stasi St. Theresia Paroki St. Antonius Banjarnegara ............ 1) Identitas Responden ............................................................... 47 49. 2) Devosi kepada Bunda Maria .................................................. 49. 3) Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi ....................................... 55. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 61. 1) Identitas Responden .................................................................... 61. 2) Devosi Kepada Bunda Maria ...................................................... 61. 3) Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi ............................................ 64. Kesimpulan Penelitian ..................................................................... 65. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB IV. USULAN PROGRAM PEMBINAAN IMAN UNTUK SEMAKIN MEMAHAMI DEVOSI DAN PERAYAAN EKARISTI DI STASI ST. THERESIA PAROKI ST. ANTONIUS BANJARNEGARA ............................................. A. Latar Belakang Pemilihan Program ........................................................ 67 67. B. Pengertian Katekese Umat ...................................................................... 68. C. Tujuan Katekese ..................................................................................... 69. D. Model Katekese ...................................................................................... 70. 1.. Langkah-langkah Shared Christian Praxis ..................................... 71. a. Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta .............................. 71. b. Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ...................................... 72. c. Menggali Pengalaman Iman Kristiani ........................................ 72. d. Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret ....... 73. e. Mengusahakan Suatu Aksi Konkret ........................................... 74. E. Usulan Kegiatan ..................................................................................... 75. 2.. Tema “Memaknai Devosi dan Perayaan Ekaristi sebagai Sumber Hidup Umat Beriman ...................................................................... Tujuan Umum .................................................................................. 75 75. 3.. Peserta .............................................................................................. 75. 4.. Tempat dan Waktu ........................................................................... 75. 5.. Bentuk .............................................................................................. 76. 6.. Metode ............................................................................................. 76. 7.. Sarana .............................................................................................. 76. 8.. Susunan Acara ................................................................................. 76. F. Matrik Program Shared Christian Praxis ............................................... 77. G. Contoh Persiapan Katekese .................................................................... 80. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 94. A. Kesimpulan .......................................................................................... 94. B. Saran ..................................................................................................... 95. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 97. LAMPIRAN ..................................................................................................... (1). Lampiran 1: Surat Izin Penelitian kepada Romo Paroki ........................... (1). Lampiran 2: Surat Pemberitahuan sudah Melaksanakan Penelitian ......... (2). 1.. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 3: Identitas Responden ............................................................. (3). Lampiran 4: Contoh Kuesioner Penelitian (Skala Likert) ........................ (6). Lampiran 5: Hasil Pengisian Kuesioner Penelitian (Skala Likert) ........... (9). Lampiran 6: Transkrip Hasil Kuesioner ................................................... (12) Lampiran 7: Lagu Pembuka “Kelana” ..................................................... (17) Lampiran 8: Teks Cerita “Inilah Kisah Seorang Raja yang Belajar Ilmu Taat pada Seorang Biarawan ...................................... (17) Lampiran 9: Teks Kitab Suci “Lukas 1:26-38 ......................................... (18) Lampiran 10: Lagu Penutup “Seperti yang Kau Ingini” .......................... (19). xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia,. ditambah. dengan. Kitab-kitab. Deuterokanonika. yang. diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2009.. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT. : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.. LG. : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.. PO. : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, 07 Desember 1965.. SC. : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 04 Desember 1963.. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. Singkatan Lain Art. : Artikel. DSA. : Doa Syukur Agung. Dsb. : Dan sebagainya. Hlm. : Halaman. KWI. : Konferensi Waligereja Indonesia. PUMR. : Pedoman Umum Misale Romawi. Sbb. : Sebagai Berikut. SCP. : Shared Christian Praxis. St. : Santo atau Santa. TPE. : Tata Perayaan Ekaristi. Dll. : Dan Lain-lain. xix.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penghormatan kepada Bunda Maria pada dasarnya sudah ada pada zaman para Bapa Bangsa dan menjadi pokok ajaran para Paus dan Konsili. Ia menjadi bagian dari Kitab Suci dan liturgi. Maria juga mempunyai tempat yang khusus dalam hati umat beriman (NN, 2011 : 2-3). Dalam Gereja Protestan, tempat dan peranan Bunda Maria tidak lebih dari seorang manusia biasa yang mendapat pilihan menjadi Ibu Yesus. Berbeda dengan Gereja Protestan, dalam Gereja Katolik, Bunda Maria mendapatkan tempat yang sangat istimewa. Secara khusus, Para Bapa Konsili Vatikan II memberikan pemahaman mengenai hubungan antara Santa Perawan (Bunda) Maria dan Gereja. Pemahaman ini terdapat dalam Dokumen Konstitusi Dogmatis tentang Gereja yakni Lumen Gentium yang secara khusus berbicara mengenai “Santa Perawan Maria Bunda Allah dalam Misteri Kristus dan Gereja”. Berikut adalah kutipan dari dokumen tersebut : Sebab Perawan Maria, yang sesudah warta malaikat menerima Sabda Allah dalam hati maupun tubuhnya, serta memberikan hidup kepada dunia, diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Penebus yang sesungguhnya. Karena pahala Putera-Nya, ia ditebus secara lebih unggul, serta dipersatukan dengan-Nya dalam ikatan yang lebih erat dan tidak terputuskan. Ia dianugerahi karunia serta martabat yang luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi Putri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh Kudus. Karena anugerah rahmat yang istimewa itu ia juga lebih unggul dari semua makhluk lainnya, baik di surga maupun di bumi. Namun, sebagai keturunan Adam Ia termasuk golongan semua orang yang harus diselamatkan. Bahkan “ Ia memang Bunda para anggota (Kristus), .....karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerjasamanya supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi anggota kepala itu.” Oleh karena itu, ia.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. menerima salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa, juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus, Gereja Katolik menghadapinya penuh rasa kasih sayang sebagai bundanya yang tercinta (LG 53). Penegasan Gereja Katolik terhadap tempat dan peranan Bunda Maria dalam Gereja dan kehidupan umat beriman sangat jelas melalui uraian dokumen diatas. Berbeda dengan pandangan para imam dan religius terhadap penghayatan dan pemahaman mengenai Bunda Maria ini lebih khusus lagi. Dalam hal ini, para imam dan religius memandang Bunda Maria adalah sebagai sumber kegembiraan dan pengharapan hidup religius dan para imam. Dalam Bunda Maria kaum religius dan para imam menyadari diri secara lebih mendalam terhadap panggilannya serta menemukan tanda pengharapan bagi hidupnya (Purnomo, 2000 : 12-13). Dengan iman, Maria menerima kata-kata Malaekat dan percaya kepada pesan bahwa ia akan menjadi Bunda Allah dalam ketaatan dari kesalehanya (Luk 1:38). Ketika mengunjungi Elisabet, dia melambungkan madah pujiannya kepada Yang Mahatinggi karena karya ajaib yang telah dikerjakan-Nya di dalam diri mereka yang menaruh kepercayaan kepada-Nya (Luk 1:46-55). Sejak zaman Gereja Perdana, Bunda Maria bersama dengan para rasul bertekun di dalam doa bersama-sama ketika menantikan kedatangan Roh Kudus (Kis 1:14), demikian pula keluarga-keluarga di masa kini juga dengan tekun dan khusuk berdevosi kepada Bunda Maria, dan berdoa dengan perantaraannya. Sekaligus dalam keluarga itu diungkapkan cinta mereka kepada Bunda Maria, yang juga berperan dalam Keluarga Kudus..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. Devosi kepada Bunda Maria biasanya lebih mengarah kepada kepentingan pribadi, hal ini nampak pada mereka yang mengalami permasalahan dalam hidupnya. Mereka berdoa kepada Bunda Maria, mohon bantuan dan berkatnya agar bisa secepatnya terlepas dari persoalan hidup yang sedang dihadapi itu. Menurut Teologi, devosi kepada Bunda Maria merupakan usaha untuk meneladan sikap iman Maria dalam kehidupan sehari-hari mereka, serta ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah sehingga Kerajaan Allah semakin terwujud dan devosi kepada Bunda Maria mengasilkan “buah” yang dapat dinikmati oleh orang lain (Groenen, 1988:150). Membangun hidup rohani mau tidak mau juga berarti membangun rasa bakti : terpesona, terpaut, dan terlibat. Bila itu digulati terus-menerus, akan melahirkan hidup ketaatan kepada Allah. Perjalanan. manusia merupakan. perjalanan untuk semakin menjadi taat dalam iman kepada Allah. Untuk mengembangkan dan memperkuat rasa bakti dan ketaatan kepada Allah, orang menghidupkannya dengan kegiatan devosional atau kegiatan rasa bakti. Mengenal, berjumpa dan mengalami Allah dan sesama itulah yang mengubah manusia. Sesuai dengan ajaran Konsisli Vatikan II, yang menyebutkan Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani (SC 10). Ekaristi bukan hanya salah satu dari sakramen. Ekaristi adalah Gereja dalam bentuk sakramen. Kalau dikatakan “Gereja adalah bagaikan sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan umat manusia (LG 1). Rumusan itu juga.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4 berlaku pada ekaristi. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya “sakramen” persatuan dengan Allah dan kesatuan antar manusia (KWI, 1996:401-402). Perayaan Ekaristi merupakan perayaan cinta kasih Tuhan Yesus Kristus kepada kita umat manusia (Supranto, 2012:1). Dalam hal ini, Perayaan Ekaristi memberikan sentuhan rohani baik bagi imam maupun umat sehingga imam dan umat memiliki kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus dengan merayakannya. Umat stasi St. Theresia Klampok paroki Antonius Banjarnegara sangat kental dengan devosi-devosi. Mereka secara rutin melakukan devosi, salah satunya adalah devosi kepada Bunda Maria. Dalam devosi ini, ibu-ibu membuat lemper untuk dibagikan kepada umat yang menghadiri devosi sebagai berkat dari novena tersebut. Inilah salah satu ciri khas yang ada di Stasi St. Theresia Klampok paroki Antonius Banjar-Negara saat mengadakan devosi. Makna dari lemper tersebut adalah karena terbuat dari ketan yang lengket, dari situlah muncul harapan untuk umat di stasi St. Theresia juga seperti lemper yang selalu lengket satu sama lain di dalam hidup menggereja, jauh dari permusuhan, konflik, dll. Sebagai umat dewasa ini, rupanya tidak lagi memiliki pengetahuan beragam mengenai devosi-devosi kepada Bunda Maria. Hal ini terjadi karena pewartaan kita mengenai devosi-devosi itu semakin minim dan terbatas hanya pengenalan akan doa-doanya, seakan dengan mengetahui doa dari devosi-devosi itu, itu sudah cukup. Akibatnya, mereka tidak lagi menaruh minat pada devosidevosi itu, dan dengan demikian mereka juga kehilangan beberapa sarana untuk.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. menanggapi harta rohani dengan perantaraan Bunda Maria. Bertolak dari uraian tersebut maka penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Pemahaman Devosi Kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara”. Dan diharapkan dari hasil penelitian ini, nantinya Devosi kepada Bunda Maria dapat diterapkan dalam minat mengikuti Perayaan Ekaristi. B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan Devosi kepada Bunda Maria? 2. Apakah yang dimaksud dengan Ekaristi? 3. Apakah pemahaman Devosi kepada Bunda Maria berpengaruh terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka penulis memberikan penjelasan tujuan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Menjelaskan arti dari Devosi kepada Bunda Maria. 2. Menjelaskan arti dari Perayaan Ekaristi. 3. Mengetahui pengaruh pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi mengenai Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara adalah sebagai berikut: 1. Bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara, tersedianya informasi mengenai pemahaman Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. 2. Bagi penulis, mendapat informasi mengenai pemahaman devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. 3. Bagi para pembaca, mendapatkan informasi mengenai pengaruh pemahaman Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat guna perkembangan hidup beriman. E. Metode Penulisan Motode penulisan ini adalah penulisan deskriptif analitis yaitu memaparkan, menguraikan serta menganalisis permasalahan yang ada, sehingga ditemukan jalan pemecahan yang tepat. Dalam tulisan ini penulis memaparkan pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara. Data yang dibutuhkan, diperoleh dengan menggunakan penyebaran kuesioner terhadap umat mengenai Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi, supaya dapat menganalisis seberapa besar pengaruh pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. Dari pernyataan di atas, penulis mengambil metode penelitian dengan mengunakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2013:14). F. Sistematika Penulisan BAB I. : Membahas dan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.. BAB II. : Menguraikan tentang Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Bab ini akan membahas tentang Devosi kepada Bunda Maria yang meliputi pengertian devosi secara umum, beberapa sudut pandang pemahaman devosi meliputi sudut historis liturgis, sudut anthtropologis, dan sudut agama kerayatan, peranan devosi dalam liturgi Gereja, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam devosi, bentuk-bentuk devosi kepada Bunda Maria, dan Bunda Maria meliputi Bunda Gereja, Bunda Allah, Bunda Sang Pendoa, Ibu Yesus Kristus, Maria Perawan. Dilanjutkan mengenai minat mengikuti Perayaan Ekaristi meliputi minat, Perayaan Ekaristi meliputi berbagai istilah Ekaristi, Ekaristi dalam Gereja Katolik, makna sosial Ekaristi, dan unsur-unsur Perayaan Ekaristi. Bagian terakhir dari bab ini adalah rangkuman..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. BAB III : Memaparkan tentang hasil penelitian yang telah penulis laksanakan beserta dengan pembahasannya sehingga apa yang menjadi tujuan dalam penulisan laporan ini dapat tercapai. BAB IV : Usulan Program “Pembinaan iman untuk Semakin Memahami Devosi dan Perayaan Ekaristi”. Dalam bab ini akan disajikan dalam bentuk pembinaan iman melalui katekese yang meliputi: latar belakang pemilihan program, pengertian katekese umat, model katekese, usulan kegiatan, matrik program Shared Christian Praxis, contoh persiapan katekese dengan model Shared Christian Praxis di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjar-Negara. BAB V. : Berisi kesimpulan yang merangkum bab I sampai IV dan Saran..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA DAN MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI. Bab pertama telah menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan skripsi. Bab kedua akan membahas mengenai devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Bab kedua ini, penulis akan membahas secara lebih mendalam dari rumusan masalah yang pertama yakni, pengertian devosi kepada Bunda Maria, pengertian dari minat mengikuti Perayaan Ekaristi, dan mengetahui pengaruh antara devosi kepada Bunda Maria terhadap minta mengikuti Perayaan Ekaristi. Secara keseluruhan bab ini berisikan kajian pustaka dari berbagai sumber yang berhubungan dengan devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Pembahasan dalam bab ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni bagian pertama akan membahas tentang devosi kepada Bunda Maria, pengertian devosi secara umum, beberapa sudut pandang pemahaman devosi, peranan devosi dalam liturgi Gereja, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berdevosi, dan bentukbentuk devosi kepada Bunda Maria. Bagian kedua akan membahas tentang Bunda Maria, Bunda Gereja, Bunda Allah, Bunda Sang Pendoa, Ibu Yesus Kristus, dan Maria Perawan. Pada bagian ketiga akan membahas tentang minat mengikuti Perayaan Ekaristi, minat, dan Perayaan Ekaristi..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. A. Devosi Kepada Bunda Maria 1. Pengertian Devosi secara Umum Sebelum berbuat sesuatu sesudah selayaknya orang mengetahui dan memahami apa yang akan diperbuat, demikian juga dalam berdevosi kepada Bunda Maria, orang terlebih dahulu perlu tahu maksud dan kedudukan devosi yang hidup di dalam Gereja. Dokumen Konstitusi Dogmatis tentang Gereja yakni Lumen Gentium, art. 51 yang secara khusus berbicara mengenai “beberapa pedoman Pastoral”. Berikut adalah kutipan dari dokumen tersebut : ……….. Maka, hendaklah mereka mengajarkan kepada umat beriman bahwa ibadat yang sejatri kepada para kudus bukan pertama-tama diwujudkan dalam ba yaknya perbuatan lahiriah, melainkan terutama dalam besarnya cinta kasih kita yang disertai tindakan nyata.....…. (LG 51). Konsili Vatikan II dalam dokumen diatas memberikan tugas kepada para Uskup untuk mengajarkan kepada kaum beriman, bahwa kebaktian sejati kepada Para Kudus bukan hanya terletak dalam banyaknya perbuatan lahiriah, melainkan dalam hidup meneladan orang Kudus, bersatu padu dengan mereka serta memberikan pertolongan dengan pewartaan doa mereka demi kebaikan semua orang dan seluruh Gereja. Berdevosi kepada Santo-Santa dan pada Bunda Maria seharusnya bertujuan untuk memupuk semangat kita dalam mengabdi Gereja dan masyarakat. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam berdevosi, yaitu bahwa devosi itu tidak boleh menjadi perasaan belaka tanpa dasar iman yang kuat. Kedua, bahwa devosi tidak boleh dilepaskan dari keseluruhan hidup Kristiani. Namun, yang paling penting adalah bahwa semua devosi hanya mempunyai suatu.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. tujuan yaitu memperhatikan dan mengemukakan dengan lebih jelas Keselamatan Allah. Dalam Konstitusi Liturgi tentang Sacrosantum Concilium, art. 111 yang secara khusus berbicara mengenai “Pesta Para Kudus”. Berikut adalah kutipan dari dokumen tersebut : Menurut Tradisi, para kudus dihormati dalam Gereja, dan relikwi asli serta gambaran dan arca mereka mendapat penghormatan. Pesta para kudus mewartakan karya-karya agung Kristus dalam diri para hambaNya dan menyajikan kepada umat beriman teladan-teladan yang patut ditiru……….(SC 111) Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa Kristus dalam diri para hambahamba-Nya dan kepada orang beriman memberikan teladan yang patut dicontoh. Pokok seluruh hidup Gereja, yang merupakan hidup devosi adalah hidup Kristus dan dari para umat sendiri ialah iman akan Karya Keselamatan yang telah terlaksana dalam wafat dan kebangkitan Kristus. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa devosi merupakan suatu sikap yang diterapkan dalam perbuatan nyata oleh seorang pribadi dalam mengarahkan diri kepada sesuatu (seseorang) yang dihormati dan dicintai dalam hidup. Apabila devosi ini mengarah kepada Allah, maka devosi tersebut adalah sebagai devosi religius (keagamaan)..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. 2. Beberapa Sudut Pandang Pemahaman Devosi Munculnya devosi umat dapat kita pahami dalam beberapa segi, diantaranya adalah: a. Sudut Historis Liturgis Praktek devosi umat beriman senantiasa mengiringi perjalanan iman Gereja sepanjang masa. Beberapa bentuk macam devosi yang dapat kita lihat seperti Adorasi Ekaristi, devosi kepada Hati Kudus Yesus, devosi kepada Kerahiman Ilahi, doa rosario, novena, jalan salib, dsb (Martasudjita, 2011:248). Pada abad pertengahan, kita dapat melihat bahwa praktek devosi umat dalam gereja Katolik semakin berkembang pesat. Dari sinilah muncul beberapa macam praktek devosi yang digemari oleh umat (Martasudjita, 2011:249). b. Sudut Antropologis Secara antropologis, devosi umat menjawab kebutuhan afeksi dan emosi manusia. Dalam kenyataan ini, liturgi resmi Gereja tidak selalu menampung segi kebutuhan manusia. Umat membutuhkan praktek ungkapan iman yang mampu menampung sisi afektif, perasaan, dan emosi. Dalam devosi, aspek perasa, afektif, dan emosi ini mendapat tempat yang penting dan utama. Di lihat dari ini, devosi bukanlah keindahan rumusan doa yang secara teologis lengkap dan bagus, tetapi unsur perasaan yang ditumbuhkan dan mendapat tempat yang cukup pada praktek doa devosi itu (Martasudjita, 2011:251)..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. c. Sudut Agama Kerakyatan Dari sudut agama karakyatan, devosi ini sesuai dengan pengalaman religius umat manusia. Dari hal ini, pengalaman religius adalah pengalaman dasar setiap umat manusia yang merindukan kebahagiaan sejati yang diyakini ada dan dijamin oleh Yang Ilahi atau Yang Trasenden (Martasudjita, 2011:251). 3. Peranan Devosi dalam Liturgi Gereja Meskipun devosi tidak termasuk liturgi resmi, devosi atau olah kesalehan sangat dianjurkan oleh Gereja sebab devosi memang memberikan sumbangan yang sangat baik bagi liturgi Gereja. Akan tetapi, ada beberapa hal yang harus diwaspadai terhadap praktek devosi yang berlebihan (Martasudjata, 2011:254). 4. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Devosi a. Devosi tidak pernah dipandang sebagai pengganti liturgi resmi (Martasudjita, 2011:255). b. Praktek devosi harus dijauhkan dari bahaya praktek magis. Praktek magis ialah apabila orang memandang kekuatan dan daya pengudusan berasal dari barang, mantra, hitungan angka itu sendiri (Martasudjita, 2011:256). c. Devosi harus tetap sesuai dengan iman Gereja yang benar (Martasudjita, 2011:256) 5. Bentuk-bentuk Devosi kepada Bunda Maria a. Rosario Kata “rosario” berasal dari kata Latin “rosarium” berarti taman bunga mawar (Daia, 2001:15). Kata ini dipakai dalam arti simbolis yang merupakan ungkapan dari doa-doa kita yang secara tulus kepada Bunda Maria. Dengan.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. mendoakan rosario ini, diibaratkan menggambarkan karangan bunga mawar di hadapan Bunda Maria (Ratri, 2003:72). b. Novena Tiga Kali Salam Maria Kata “novena” berasal dari kata Latin “novem” yang berarti sembilan (Daia: 2001:28). Novena Tiga Kali Salam Maria berasal dari Santa Mechtildis (1241-1298). Ia mendapat pengalaman rohani saat ia mencemaskan hidupnya dan memohon kepada Bunda Maria untuk membantunya pada saat kematiannya (Ratri, 2003:94). Doa novena berarti doa yang didaraskan sembilan kali berturut-turut, misalnya dilakukan setiap hari selama sembilan kali, didoakan seminggu sekali pada hari Jumat atau didoakan selama sebulan sekali selama sembilan bulan pada Minggu pertama setiap bulannya (Daia, 2001:28). Biasanya novena Tiga kali Salam Maria selalu didoakan pada jam yang sama selama sembilan kali berturut-turut. Namun, patokan waktu tersebut bukan suatu aturan resmi. Patokan waktu ini tidak pertama-tama untuk menambah kemanjuran dari doa ini, tetapi patokan waktu ini berguna bagi kedisiplinan tubuh (Daia, 2001:29). c. Malaikat Tuhan (Angelus Domini) Kata “angelus” dan “domini” adalah kata-kata yang berasal dari bahasa Latin yang berarti “malaikat” dan “Tuhan”. Doa Angelus Domini adalah doa malaikat Tuhan. Doa ini didaraskan tiga kali dalam sehari pada waktu pagi pukul 06.00, siang pukul 12.00 dan sore pukul 18.00. Doa pagi bertujuan untuk mengenangkan. kebangkitan. Kristus.. Doa. siang. hari. bertujuan. untuk.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. mengenangkan kematian Yesus Kristus. Doa sore hari bertujuan untuk mengenang misteri penjelmaan Kristus (Ratri, 2003:112). d. Litani Bunda Maria (Magnificat) Magnificat adalah nama madah yang menurut Lukas 1:46-55 diucapkan Santa Maria dihadapan Elisabeth, saudarinya. Tema utama dari madah ini ialah rencana penyelamatan Allah yang kini telah digenapi. Magnificat ini adalah salah satu kidung yang kita miliki dari Ibu Maria. Dengan mengkidungkan ini kita mengucapkan syukur kepada Allah karena segala perbuatan-Nya yang baik dan mendatangkan karunia-karunia yang baru. Magnificat ini sangat dianjurkan dalam mendaraskannya sesudah menerima Komuni Suci sebagai ucapan syukur seperti yang dilakukan oleh Ibu Maria (Ratri, 2003:114). e. Ziarah Ziarah merupakan salah satu fenomen religius umum bagi umat Katolik pada umumnya. Dalam hal ini, peziarahan ke tempat-tempat Bunda Maria baru muncul pada abad pertengahan akhir dari abad modern, sehingga Gereja Katolik memaknai ziarah sebagai perjalanan tobat, olah askese, dan puasa. Dalam hal ini, ziarah juga dipandang sebagai ungkapan iman akan makna gereja musafir yang harus berjalan ke tanah air surgawi. Hal ini ditegaskan pula oleh Konsili Vatikan II dalam LG art 48, bahwa ziarah merupakan salah satu devosi umat yang mampu menampilkan dimensi kesatuan Gereja karena pada umumnya para peziarah datang dari berbagai daerah dan suku bangsa (Ratri, 2003:260-261). Di bawah ini daftar nama tempat ziarah terkenal di Indonesia yang sering dikunjungi, yaitu:.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. Lokasi Keuskupan Bogor. Nama Gua Gua Maria Bukit Kanada (Kampung Narimbang Dalam) Gua Maria Biara Santa Clara - Biara Suster Santa Clara, Pacet, Sindanglaya, Cipanas Gua Maria Lembah Karmel -Lembah Karmel , Cikanyere, Cipanas Puncak Keuskupan Bandung Gua Maria Karmel - Biara Suster Karmel OCD Gua Maria Sawer Rahmat Cisantana, Cigugur, Kuningan Gua Maria Paroki Subang - Gereja Paroki Subang Jakarta Gua Maria Fatima Keuskupan Agung Gua Maria Lourdes Sendang Sono Semarang Gua Maria Tritis Gua Maria Sendang Sriningsih Gua Maria Kerep – Ambarawa Gua Maria Mojosongo – Debegan. Keuskupan Malang. Salib Suci Gunung Sempu Gua Maria Sendang Ratu Kenya / Gua Hati Ibu Yang Bahagia – Danan Gua Maria Sendang Jatiningsih Sumur Maria Kitiran Mas - Gereja St.Maria Assumpta, Pakem Gua Maria Marganingsih Gua Maria Sendang Pawitra Sinar Surya Tawangmangu Gua Maria - Sendang Sancta Rosa Mystica Goa Maria Pereng Getasan Gua Maria Jatiningrum Gua Maria Sendang Purwaningsih Gua Maria Sendang Retno Adi Ngadireso - Tumpang Poncokusumo – Malang. Peresmian 13 Agustus 1988. Mei 1989 21 Juli 1990. 13 Mei 1950 08 Desember 1929 1974 19 Agustus 1979 04 Oktober 1981 25 Desember 1983 20 Mei 1990 30 September 1997 1999 14 Oktober 2001 27 Oktober 2002. 15 Agustus 1956 10 Mei 1990.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. Keuskupan Surabaya. Gua Maria Fatima Sendang Waluyojatiningsih Gua Maria Lourdes Puh Sarang Keuskupan Denpasar Goa Maria Palasari Bali Keuskupan Agung Graha Bunda Maria Annai Medan Velangkanni Keuskupan Pangkal Bunda Maria di Atas Perahu Pinang Gua Maria Pelindung Segala Bangsa Belinyu Gua Maria Bunda Pelindung Teluk Dalam Gua Hati Tersuci Santa Perawan Maria Gua Bunda Maria Lourdes "RATU DAMAI" Keuskupan Gua Maria Ratu Rosari Palembang Keuskupan Lampung Gua Maria Padang Bulan – Pringsewu, Lampung Gua Maria Fajar Mataram – Bandarjaya, Lampung Keuskupan Atambua Gua Maria Bunda Pengantara Rahmat Gua Maria Lourdes Betun Gua Maria Bitauni Gua Maria Kapela Wilain Keuskupan Gua Maria Wato Jong Larantuka Keuskupan Agung Gua Maria Fatima Ende Keuskupan Agung 'Gua Maria Lourdes' Kupang Keuskupan Ambon Golgota di Masbait + Gua Maria Gua Maria Bunda Hati Kudus Gua Maria Panjang Keuskupan Manado Gua Maria Bunda Bukit Karombasan Gua Maria Redemtoris Mater Gua Maria Bunda Hati Kudus. 27 Mei 1988 2 Mei 1999. 30 September 1994 08 Desember 1999 22 April 2001 17 Maret 2002 1 November 2006 07 Oktober 2002 19 Agustus 1984. Agustus 2001. Peresmian 2000.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. Gua Maria Gunung Karmel Keuskupan Agung Gua Maria Balla – Pena, Polmas – Makassar Toraja Barat, Sulawesi Selatan Gua Maria Watan Soppeng Gua Maria Sendang Mulyasari Keuskupan Agung Gua Maria Bukit Rahmat - Putak Samarinda Tenggarong - Kutai Kartanegara Keuskupan Gua Maria Manikam Damai – Banjarmasin Mandam, Hampang, Kota Baru Keuskupan Sanggau Gua Maria Pusat Damai Keuskupan Sintang Gua Maria Tahta Kebijaksanaan Putussibau Gua Maria Sejiram - Kapuas Hulu Keuskupan Agung Gua Maria Riam Merasap Pontianak Gua Maria Toho Gua Maria ratu Pencinta Damai Anjungan. awal Juni 2002. 1993 20 Oktober 1996 29 April 1973. B. Bunda Maria 1. Bunda Gereja Berdasarkan kesaksian Injil Yohanes dan kisah para rasul, Maria kemudian dihormati oleh umat katolik sebagai “Mater Ecclesiae”, yang artinya “Bunda Gereja”. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja menjelaskan sebagai berikut: Maria memang Bunda para anggota (Kristus), karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerjasamanya, supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi anggota Kepala itu. Oleh karena itu, ia menerima salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa, juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus, Gereja Katolik menghadapinya penuh rasa kasih sayang sebagai bundanya tercinta (LG, art 53).. Menurut Konsili Vatikan II, Gereja katolik mengakui peranan Maria bukan sebagai anggotanya yang serba unggul dan sangat istimewa, melainkan pula.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. sebagai pola-teladannya yang mengagumkan serta sebagai bundanya yang tercinta. Maka, sesuai dengan penegasan Konsili Vatikan II ini, Paus Paulus VI memaklumkan Maria bukan hanya sebagai “Bunda Kristus”, Sang Kepala, tetapi juga sebagai “Bunda Gereja”, para anggota-Nya (Njiolah, 2003:21-22). Maria adalah Bunda Gereja, yaitu bunda dari orang-orang beriman sebagai yang pertama dalam tatanan rahmat. Sebutan Bunda Gereja mengungkapkan inti perhatian akan keibuan Maria. Dalam hal ini, Maria adalah Bunda universal dari semua umat Allah, dan di dalam Gereja ia menempati kedudukan sebagai ibu. Seluruh Gereja memanggil Bunda Tuhannya sebagai Bundanya sendiri (NN, 2011 :23-25). Maria adalah Bunda Gereja karena ia termasuk dalam kelompok manusia yang dipulihkan kembali oleh Kristus kepada Bapa dan karena ia juga mendapat keuntungan dari rahmat penebusan yang datang kepadanya saat ia dikandung tanpa noda dosa (NN, 2011:25-26). 2. Bunda Allah Konsili Efesus (431) menetapkan dogma atau ajaran resmi Gereja, bahwa Maria adalah “Theotokos” atau “Bunda Allah” (Njiolah, 2003:28-30). Pada abad ke tiga, sebutan Theotokos, yang berarti “Bunda Allah” atau “orang yang melahirkan Allah”, diberikan kepada Maria. Hal ini tersebar luas dan kemudian disiarkan oleh Konsili Efesus pada tahun 431. Sirilus dari Aleksandria, misalnya, mengumumkan hal ini dalam Kutukan Pertamanya Melawan Nestorius, “Jika seseorang tidak mengakui bahwa Emmanuel benar-benar Allah dan karena itu Perawan Suci adalah Bunda Allah (karena dia melahirkan dalam daging Sabda Allah yang menjadi daging), terkutuklah dia.”.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. Beberapa anggota konsili mengakui kata-kata Sirilus sebagai pernyataan iman Kristen yang sejati dan sejak itu sebutan Theotokos dinyatakan sebagai sebuah dogma yang diakui oleh semua anggota Gereja. Dengan mengakui Maria sebagai Bunda Allah, kita juga mengakui bahwa ia melahirkan Sang Ilahi dengan hakikatnya sebagai manusia sejati (NN, 2011:11-12). Majalah inspirasi oleh Bapak Julius Kardinal Darmaatmadja (2013:10) mengatakan bahwa Maria menjadi ibu karena naungan Roh Kudus, Roh Kesucian. Maria sepenuhnya menyerahkan diri kepada karya Roh Kudus, dengan menjawab “Terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:38). Iman yang total kepada Allah membuatnya kudus dan suci. Maria dapat bersikap demikian karena Maria “penuh rahmat”, sejak dari kandungan ibu Anna, telah “dikaruniai” dan bebas dari noda dosa. Perawan Maria adalah sungguh Allah, sungguh manusia, maka Maria sungguh Bunda Allah. 3. Bunda Sang Pendoa Bunda Maria memang seorang pendoa yang tulus dan jujur di hadapan Allah. Kehidupan doa adalah sebagian besar dari hidupnya. Sikap pendoa dari Bunda Maria terjadi begitu saja, bukan sebagai beban dan tugas berat. Hal ini terlihat saat Maria berjumpa dengan Elisabeth, saudarinya (Purnomo, 2001:4647). Sikap dasar iman Bunda Maria sebagai seorang pendoa tampak dalam sikap penyerahannya seperti terungkap dalam sikap pasrah-percaya-sepenuhnya kepada Allah dalam kerendahan hati. “Aku ini hamba Tuhan, terjadi padaku menurut.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21 kehendak-Mu!” sikap iman sebagai pendoa inilah yang terwariskan kepada diri Yesus (Purnomo, 2001:48). 4. Ibu Yesus Kristus Dalam Injil Matius, orang banyak mengenal Yesus sebagai “anak tukang kayu”, dan “anak Maria” serta “saudara Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas”. Sedangkan dalam Injil Lukas, malaikat Gabriel-lah yang membawa kabar gembira, dengan berkata kepada Maria: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus!” (Njiolah, 2003:17-20). Maka dengan perkataan malaikat itu, Maria kemudian mengandung dan melahirkan Yesus, sehingga Maria disebut Ibu Yesus Kristus. 5. Maria Perawan Agustinus dari Hippo (354-430) menegaskan bahwa, “Maria tetap perawan, ketika ia sedang mengandung Puteranya, perawan ketika ia melahirkan-Nya, perawan ketika ia menyusui-Nya; pendek kata ia selalu perawan”. Supaya tidak menimbulkan keraguan lagi, Konstantinopel II (553) akhirnya menetapkan “keperawanan” Maria sebagai dogma atau ajaran resmi Gereja. Mengenai “keperawanan” Maria, Konsili Vatikan II menguatkan pernyataan Konsili Lateran (649), yaitu kelahiran Yesus Kristus sama sekali tidak mengurangi keutuhan “keperawanan” Maria, melainkan justru menyucikan (LG 57) (Njiolah, 2003:3031)..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. Keibuan Maria diimani Gereja sebagai keibuan seorang perawan. Gereja mengajarkan keperawanan Maria lebih dihubungkan dengan iman Maria yang total, sikap penyerahan diri yang utuh terhadap kehendak Allah dalam dirinya. Kata “ya” terhadap panggilan hidup sebagai Ibu Penyelamat dunia meski tidak beliau ketahui apa arti sesungguhnya merupakan gambaran sikap ketaatan iman yang mutlak dan cinta bakti yang penuh dan total kepada Allah yang tiada bandingnya. Konsili Vatikan II memutuskan “Dalam iman dan ketaatan Maria melahirkan Putra Bapa sendiri di dunia, dan itu tanpa mengenal pria; dalam naungan Roh Kudus, sebagai Hawa yang baru, karena percaya kepada utusan Allah, dengan iman yang tak tercemar oleh kebimbangan” (LG 63). Majalah inspirasi oleh Bapak Julius Kardinal Darmaatmadja (2013:10) mengatakan bahwa keperawanan Maria berhubungan dengan keibunannya sejauh ia melahirkan Anak Allah, sebab, “ia percaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:45). C. Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi 1. Minat Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya. Oleh sebab itu orang akan merasa berminat apabila menjalani atau melihat suatu hal yang mempunyai hubungan dengan keinginan atau kebutuhannya. Karena minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang atau suatu hal. Pada umumnya kecenderungan tersebut disertai.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. rasa senang atau antusias, karena merasa ada kepentingan dengan hal itu (Sardiman, 2008:76). Menurut Hilgard (dalam Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi, 2013:57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diamati seseorang diperhatikan secara terus menerus yang disertai dengan rasa senang yang akan menimbulkan kepuasan. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2009:152), minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tetap dan tinggi untuk memperhatikan sesuatu hal yang mempunyai kaitan dengan keinginan dan kebutuhan. 2. Perayaan Ekaristi a. Berbagai istilah untuk Perayaan Ekaristi 1) Ekaristi Istilah “Ekaristi” berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang berarti puji syukur. Kata eucharistia adalah sebuah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa Yunani eucharistein yang berarti memuji, mengucap syukur. Kata Ekaristi itu sudah digunakan untuk menunjuk seluruh Perayaan Ekaristi pada tiga abad pertama sejarah Gereja, seperti terdapat pada tulisan Didakhe, tulisan Santo Ignatius dari Antiokhia, Yustinus Martir, dan Origenes. Namun, sejak abad IV baik di Gereja Timur maupun di Gereja Barat, istilah Ekaristi mulai menghilang (Martasudjita, 2005:28)..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. 2) Misa Kata “misa” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa latin, yaitu missa. Dalam hal ini, kata misa menjadi populer bagi seluruh Perayaan Ekaristi di Gereja Barat sejak abad V-VI, hingga Konsili Vatikan II, bahkan sampai saat sekarang ini. Dalam hal ini, kata misa sebenarnya digunakan untuk menunjuk perayaanperayaan liturgi lain, doa-doa, unsur-unsur perayaan sakramen tobat, bacaanbacaan, ataupun ibadat harian (Martasudjita, 2005:29). 3) Pemecahan Roti Pemecahan roti sebenarnya merupakan istilah yang menunjukkan tindakan bapa keluarga Yahudi pada awal perjamuan makan dalam rangka doa syukur singkat sebelum makan. Barangkali istilah pemecahan roti ini, diterapkan untuk menyebut seluruh Perayaan Ekaristi karena pernah ada pandangan jemaat yang sangat menekankan roti dan penerimaan roti ekaristik, atau karena tindakan pemecahan roti tersebut melambangkan kesatuan kita dengan Tuhan dan sesama secara menonjol (Martasudjita, 2005:31). 4) Perjamuan Tuhan (Dominica Cena) Dalam perkembangan, baik Gereja Barat maupun Gereja Timur, istilah Perjamuan Tuhan hanya digunakan dalam hubungannya dengan malam terakhir, tetapi tidak sebagai istilah Perayaan Ekaristi secara seluruh. Yang menggunakan istilah ini kembali ada para reformator pada abad XVI karena istilah Perjamuan Tuhan ini adalah ungkapan biblis, yaitu dari Paulus (Martasudjita, 2005:32)..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. b. Ekaristi dalam Gereja Katolik 1) Akar Perayaan Ekaristi Gereja Ekaristi dirayakan oleh Gereja berdasarkan pengalaman iman Gereja akan Tuhan Yesus Kristus. Ada tiga akar pengalaman pokok yang menjadi pangkal tolak Perayaan Ekaristi Gereja, yaitu perjamuan makan dengan Yesus sebagai tanda kehadiran Kerajaan Allah, perjamuan malam terakhir, dan perjamuanperjamuan makan dengan Yesus Kristus yang bangkit (Martasudjita, 2005:35). a) Perjamuan makan dengan Yesus sebagai tanda kehadiran Kerajaan Allah Secara monumental penetapan Ekaristi memang dilakukan oleh Yesus sendiri pada perjamuan malam terakhir. Namun, penetapan Ekaristi oleh Yesus pada perjamuan malam terakhir itu tidak bisa dilepaskan dari seluruh kerangka hidup, karya, dan perutusan Yesus (Martasudjita, 2005:35). Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui sabda dan karya. Tindakan pewartaan dan penghadiran Kerajaan Allah oleh Yesus itu tidak hanya tampak dalam karya penyembuhan berbagai orang sakit, pengusiran setan dan membangkitkan orang mati, tetapi juga dalam perjamuan makan Yesus dengan orang-orang miskin dan berdosa (Mrk 2:16.19). Penggandaan roti yang dibuat Yesus (Mrk 6:31-44) harus dipahami sebagai kesejajaran dengan peristiwa penganugerahan makanan yaitu manna dari Allah kepada umat-Nya di padang gurun (Kel 16:1-36) (Martasudjita, 2005:36). Kita sebagai umat manusia, dapat merumuskan bahwa Kerajaan Allah adalah perwujudan dari wafat Yesus, di mana Kerajaan Allah tersebut hadir dalam ketidakmampuan,. kekayaan. dalam. kemiskinan,. kasih. dalam. kesepian.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. ditinggalkan, kejayaan dalam kehinaan, kepenuhan dalam kekosongan, kehidupan dalam kematian. Perjamuan malam terakhir itu, di mana perjamuan-perjamuan makan lain dan tanda kehadiran Kerajaan Allah terpenuhi, Yesus mengartikan kesatuan hubungan batin-Nya dengan Bapa dan perutusan-Nya sebagai pelaksana dan pengantara Kerajaan Allah (Martasudjita, 2005:36). b) Perjamuan Malam Terakhir Perjamuan malam terakhir merupakan peristiwa teramat penting bagi pembahasan Ekaristi Gereja (Martasudjita, 2005:37). Perjamuan malam terakhir bukanlah Perayaan Ekaristi Gereja perdana. Namun, memang harus dikatakan bahwa antara perjamuan malam terakhir dan Perayaan Ekaristi Gereja ada kontinuitas dan sekaligus diskontinuitas. Kontinuitas perjamuan malam terakhir dan Perayaan Ekaristi Gereja, pertama terletak pada kenyataan bahwa Perayaan Ekaristi dilaksanakan oleh Gereja berdasarkan penetapan dan perintah oleh Yesus sendiri melalui sabda-Nya pada saat perjamuan makan terakhir : “Perbuatlah ini guna memperingati Aku!” tentu pada saatnya akan dijelaskan bahwa Perayaan Ekaristi sama sekali bukanlah pengulangan perjamuan malam terakhir, apa lagi pengulangan kurban Kristus di salib. Kontinuitas kedua ada pada tindakan Gereja dalam Perayaan Ekaristi (pada saat Doa Syukur Agung) yang selalu mengenangkan tindakan dan sabda Yesus atas roti dan anggur pada perjamuan malam terakhir (Martasudjita, 2005:37). Bagian DSA yang mengenangkan tindakan dan sabda Yesus atas roti dan anggur pada perjamuan malam terakhir itu biasa disebut kisah insitusi (Martasudjita, 2005:38)..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. Sedangkan diskontinuitas, mengapa Perayaan Ekaristi tidak sama dengan perjamuan malam terakhir, terletak pada isi dan fungsi perayaan. Isi Perayaan Ekaristi adalah perayaan iman Gereja akan wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Perjamuan malam terakhir lebih berfungsi sebagai perjamuan perpisahan Yesus dengan murid-murid-Nya (Martasudjita, 2005:38). c) Perjamuan-perjamuan makan dengan Yesus Kristus yang bangkit Perjanjian Baru melaporkan adanya perjamuan-perjamuan para murid dengan Yesus Kristus yang bangkit dan kini menampakkan diri. Penampakan Tuhan itu sudah boleh disebut Perayaan Ekaristi dalam Gereja pertama. Tidak boleh dilupakan bahwa baik perjamuan makan dengan Kristus yang bangkit dan menampakkan diri itu maupun Perayaan Ekaristi menunjukkan pada pokok pengalaman iman yang satu dan sama akan kehadiran Tuhan dan kebersamaan dengan-Nya dalam rangka suatu perayaan jemaat pasca-Paskah (Martasudjita, 2005:38-40). c. Makna Sosial Ekaristi 1) Memahami Tugas Perutusan Gereja tidak ada dari dan untuk dirinya sendiri. Melainkan Gereja ada karena mendapat tugas perutusan dari Kristus sendiri, di mana Ia mengutus “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat 28:19). Dalam perutusan tersebut, dengan demikian memiliki dimensi kemuridan. Tanda kemuridan yang diberikan oleh Tuhan merupakan panggilan kasih, “Kamu adalah murid-muridKu, yaitu jika kalian saling mengasihi” (Yoh 13:35). Oleh karena itu, dapat di lihat, bahwa Gereja ada karena menjalankan tugas perutusan Kristus, perutusan.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. untuk mewartakan-Nya yang adalah kasih sehingga semua orang mendapatkan keselamatan kasih-Nya. Keselamatan ini nyata ketika semua orang hanya memandang Allah serta berseru kepada-Nya (Krispurwana, 2009:21-24). Tugas perutusan Gereja, pertama-tama adalah mewartakan Kristus. Tentu dalam hal ini mewartakan Kristus tidak dengan sepotong-potong saja, melainkan Kristus yang seutuhnya, lengkap dengan pengalaman salib dan penderitaan-Nya (Krispurwana, 2009:24). 2) Gereja yang Hidup: Kehadiran Kristus Nyata Di tengah terpaan krisis serta tantangan perubahan zaman, Gereja harus senatiasa berubah untuk semakin mengarahkan diri kepada Dia yang memanggil dan mengutus, dan sebagai batu penjuru yang menyelamatkan. Dengan mau memurnikan diri, Gereja akan semakin mampu untuk menjadi umat Allah yang senantiasa menegaskan kehendak Allah (discernment) serta Gereja yang melayani. Gereja ada bukan untuk melayani dirinya sendiri, melainkan untuk melayani sesama sebagai wujud melayani Tuhan (Krispurwana, 2009:223). Para Uskup Asia menyatakan bahwa untuk menjadi murid Kristus dewasa ini berarti melayani kehidupan sehingga dalam komitmennya dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah ditempatkan sebagai konsekuensi dari panggilannya untuk memperjuangkan budaya kehidupan. Dengan demikian, Gereja dipanggil untuk melayani, sebagai hamba Tuhan, dan sebagai hamba bagi kehidupan, yang dalam hal ini pelayanannya diwujudkan dengan mewujudnyatakan panggilan dirinya sebagai sakramen keselamatan Allah, dan tubuh Kristus di dunia (Krispurwana, 2009:223-224)..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. Krispurwana (2009:226) mengutip kembali pandangan tentang Romo YB. Mangunwijaya menggambarkan wajah Gereja itu walau kecil, namun kokoh dalam prinsip. Karenanya, kepemimpinan dalam Gereja bukan birokrasi pasif menunggu, namun kepemimpinan yang memiliki mobilitas aktif untuk dapat menggerakkan orang. Dalam hal ini, yang mendasari cara hidup Gereja profetis adalah realitas inkarnasi Tuhan Yesus yang dinyatakan sebagai mewartakan kabar gembira atau kabar baik kepada orang miskin, memberikan pembebasan kepada orang tawanan, dan membebaskan orang tertindas. Atau terungkap kuat dalam Injil Matius ketika berbicara tentang pengadilan terakhir, yakni bahwa apa pun yang tidak kita lakukan untuk orang-orang yang paling hina: miskin, lapar, haus, tertawan, telanjang, tidak kita lakukan untuk Tuhan dan sebaliknya. Kita juga dapat belajar dari ungkapan Kidung Maria dalam Injil Lukas, yang sangat kuat mengatakan bahwa Allah sangat berpihak kepada mereka yang lemah, miskin, tersingkir dan tertindas. Dalam hal ini, realitas inkarnasi dengan demikian adalah realitas inkarnasi Allah yang berpihak (Krispurwana, 2009:231-232). Selain dari dasar kehadiran, panggilan, serta perutusan Gereja profetis menemukan kekuatan dan motivasi dalam realitas salib. Salib diimani sebagai tindakan solidaritas Allah akan penderitaan umat manusia. Dalam hal ini, penderitaan dihapuskan tidak dengan dominasi dan kekuasaan, melainkan dengan cinta. Salib menjadi simbol cinta dan kepercayaan. Dengan demikian, pastoral pun kemudian berangkat dari realitas mereka yang teraniaya, tertindas, dan menderita. Pastoral ini mendapat acuan dan sumber penderitaan Yesus. Sengsara.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. Yesus, secara teologis dimengerti sebagai menjalankan kehendak Bapa. Namun, secara historis, kesengsaraan tersebut disebabkan oleh tindakan Yesus yang menyingkapkan, menentang, dan melawan setiap bentuk penindasan dan kuasa ketidakadilan, dengan membela dan memperjuangkan tata kehidupan yang adil bagi mereka yang miskin. Kita dapat melihat bahwa Gereja yang berpangkal pada inkarnasi dan salib Yesus, adalah Gereja yang berpihak kepada korban. Dalam diri para korban, Tuhan hadir dan memanggil kita, umat-Nya untuk melayani-Nya (Krispurwana, 2009:232-234). 3) Spiritualitas Ekaristi Spiritualitas pada umumnya dimengerti sebagai hubungan pribadi seorang beriman dengan Allah dan perwujudannya dalam sikap hidup: pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dalam hal ini, spiritualitas kristiani berpusat pada iman kepada (fides qua) dan iman akan (fides quae) Allah Bapa dalam Yesus Kristus oleh Roh Kudus. Dan oleh karena itu, Allah Bapa dalam Yesus Kristus oleh Roh Kudus sendiri hadir secara nyata dalam Ekaristi. Maka dari itu, spiritualitas Kristiani adalah spiritualitas yang berpusat pada Ekaristi, “bagaikan sumber, mengalir rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus, semua karya Gereja lainnya”. Konsili Vatikan II menyebutkan Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup kristiani. Karena itu, hidup kristiani secara mendasar merupakan hidup dalam Roh, maka tepatlah bila dikatakan bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak spiritualitas kristiani (Prasetyantha, 2008:139-142)..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. d. Unsur-unsur Perayaan Ekaristi 1) Makna Ekaristi sebagai perayaan Kata perayaan menerjemahkan kata Latin celebratio yang kata kerjanya : celebrare. Kata celebrare ini memiliki banyak kemungkinan arti, seperti : merayakan, mengunjungi atau menghadiri dalam jumlah banyak, meramaikan, memenuhi, kerap kali melakukan, memasyurkan, memurni atau memuja (Martasudjita, 2005:105). Dalam pengertian teologis-liturgis kata perayaan mengandung tiga arti, yaitu: segi kebersamaan yaitu sebuah perayaan yang merupakan kegiatan bersama atau sekurang-kurangnya melibatkan lebih dari satu orang. Dalam hal ini dapat di lihat bahwa yang merayakan Ekaristi adalah Kristus dan bersama dengan seluruh Gereja. Itu berarti, seluruh Gereja juga menjadi subyek atau pelaku Parayaan Ekaristi yang sungguh-sungguh, karena Kristus, di dalam Kristus, dan bersama Kristus. Sebagai suatu perayaan seluruh Gereja Perayaan Ekaristi selalu bersifat resmi, umum, eklesial (artinya menghadirkan seluruh Gereja). Dengan demikian, kapan pun dan di mana pun, juga oleh siapa pun dalam arti berapa pun jumlah umatnya (bahkan hanya suatu missa privata), Ekaristi tetap sebuah perayaan seluruh Tubuh Mistik Kristus yang di mana perayaan yang dirayakan oleh Kristus dan seluruh Gereja. segi partisipatif merupakan sebuah perayaan yang selalu menunjukkan makna keterlibatan dan partisipasi dari seluruh hadirin yang berpartisipasi secara aktif dan sadar. Kata aktif menunjukkan keterlibatan yang sepenuhnya dan seutuhnya. Kata sadar menunjukkan segi pemahaman atau tahu. Orang yang melakukan dengan sadar berarti bahwa orang itu sungguh tahu apa yang ia buat. Oleh karena itu umat.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. beriman perlu memahami seluruh makna Perayaan Ekaristi, termasuk arti dan simbolnya, dan segi kontekstual menunjukkan makna Ekaristi yang dirayakan menurut situasi dan kondisi aktual dan kontekstual yang setempat. Dalam hal ini, para Bapa Konsili Vatikan II sangat mendorong berbagai penyesuaian liturgi termasuk dengan hakikat semangat liturgi yang sejati dan asli (SC 37) (Martasudjita, 2005:106-108). Ditinjau dari aspek sosial, makna dari Ekaristi merupakan perjamuan Tuhan, di mana kita umat manusia bertemu dan bersatuan dengan Kristus sendiri yang telah membagikan hidupnya kepada semua orang (Prasetyantha, 2008:155-156). 2) Partisipasi Umat beriman 1) Umat beriman diharapkan berpartisipasi secara sadar dan aktif dalam seluruh Perayaan Ekaristi, sejak persiapan, saat pelaksanaan, dan juga saat pengalaman misteri iman itu dalam kehidupan sehari-hari (SC 14 dan 48) (Martasudjita, 2005:108). 2) Partisipasi sadar dan aktif umat beriman dalam liturgi tersebut dilaksanakan menurut “tingkatan, tugas, serta ke ikut sertaan mereka” (SC 26) (Martasudjita, 2005:109). 3) Selain para petugas terthabis, di antara umat beriman juga dipilih para petugas liturgi yang ambil bagian dalam pelayanan liturgi bagi seluruh umat beriman (Martasudjita, 2005:109). 3) Peran dan Tugas Imam Para Bapa Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa para imam adalah pembantu dan penasihat para uskup dalam pelayanan dan tugas mengajar,.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. menguduskan, dan menggembalakan umat Allah (PO 7).. Dalam Perayaan. Ekaristi, para imam berperan secara khas untuk “membawakan pribadi Kristus” (PO 13) atau bertindak in persona Chisti, tetapi sekalian juga menjadi saksi dan pelayan seluruh Gereja (Martasudjita, 2005:110). Martasudjita (2005:110) mengutip tentang buku PUMR (Pedoman Umum Misale Romawi) tahun 2000, menyebutkan beberapa hal sebagai tugas dari para imam, yaitu: 1) Memimpin Perayaan Ekaristi adalah tugas utama imam (PO 13). Maka, hendaknya para imam merayakan Ekaristi setiap hari sebab hal itu tidak hanya bagi kehidupan imamat dan rohaninya sendiri tetapi juga demi keselamatan umat (PUMR 19). 2) Dalam Perayaan Ekaristi, imam bertugas untuk membawakan doa-doa pemimpin atau doa-doa presidensial. Doa-doa presidensial itu mencakup pertama-tama dan utama, yaitu Doa Syukur Agung. DSA ini merupakan puncak seluruh ibadat (PUMR 30). Kemudian imam juga bertugas membawakan doa-doa presidensal lainnya, yakni doa pembuka, doa persiapan persembahan, dan doa-doa sesudah komuni. Doa-doa ini disampaikan oleh imam kepada Allah “atas seluruh umat kudus dan semua yang hadir, dan melalui dia Kristus sendiri memimpin himpunan umat” (PUMR 30). 3) Doa-doa presidensial itu harus dibawakan dengan suara lantang dan ucapan yang jelas sehingga dapat ditangkap oleh jemaat. Selama imam membawakan doa-doa presidensial tersebut, tidak diperkenankan adanya doa atau nyanyian atau juga iringan alat musik (PUMR 32)..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. 4) Imam juga memiliki wewenang untuk menyampaikan sejumlah ajakan yang tercantum dalam TPE (PUMR 31). Dalam perumusannya, imam tentu saja boleh menyesuaikan dengan daya tangkap umat. Imam juga diperkenankan memberikan pengantar sangat singkat pada ritus pembuka, sebelum masuk ke liturgi sabda, liturgi Ekaristi, dan sebelum berkat pengutusan pada ritus penutup. 5) Imam harus juga mendoakan doa-doa pribadi dalam hati pada bagian-bagian tertentu, seperti doa sebelum pemakluman Injil, doa pada persiapan persembahan, dan doa-doa sebelum serta sesudah komuni (PUMR 33). 4) Tata Gerak dan Sikap Tubuh Martasudjita (2005:111) mengutip kembali tentang buku PUMR tahun 2000 menyampaikan pedoman tata gerak dan sikap tubuh para petugas liturgi dan seluruh umat beriman. Seluruh tata gerak dan sikap tubuh harus dilaksanakan menurut 3 patokan ini, yaitu: 1) Tata gerak dan sikap tubuh memancarkan keindahan dan sekaligus kesederhanaan yang anggun dari Perayaan Ekaristi. 2) Tata gerak dan sikap tubuh itu mengungkapkan dengan baik pemahaman yang tepat dan penuh atas aneka bagian perayaannya. 3) Tata gerak dan sikap tubuh itu membuat bisa sungguh berpartisipasi secara aktif. Martasudjita. (2005:112). mengutip. kembali. tentang. buku. PUMR. menganjurkan agar setiap umat berdiri saat ritus pembuka, yakni dari awal nyanyian pembuka sampai ritus pembuka (dari awal nyanyian pembuka sampai.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. dengan doa pembuka selesai, saat bait pengantar Injil, Injil, syahadat, dan doa umat (PUMR 43)). Lalu PUMR menyarankan umat duduk selama baca-bacaan sebelum Injil dan selama Mazmur Tanggapan, selama homili, selama persiapan persembahan, dan selama saat hening sesudah komuni. Pada DSA umat dianjurkan untuk berdiri, namun juga bisa berlutut pada saat memasuki kisah dan kata-kata institusi atau berlutut sejak sesudah kudus sampai DSA berakhir (Martasudjita, 2005:112). 5) Saat Hening Dalam situasi dan praktek di berbagai tempat banyak sekali yang masih kurang memberikan perhatian pada keheningan di sekitar Perayaan Ekaristi. Hal ini bisa kita lihat saat para petugas sedang mempersiapkan diri, suasana di sakristi malah justru gaduh dan ribut; ketika Perayaan Ekaristi belum dimulai, ada sekelompok umat yang berbisik-bisik dan bercanda di dalam gereja, ada juga umat yang asyik bermain HP dan lupa menonaktifkannya selama Perayaan Ekaristi berlangsung (Martasudjita, 2005:113). Makna saat hening dalam Misa Kudus tidaklah sama. Saat hening sebelum pernyataan tobat ialah untuk mawas diri dan merenungkan kasih Allah dan tanggapan kita yang tidak sesuai melalui dosa dan kesalahan kita. Saat hening sebelum doa pembuka adalah untuk menyampaikan ujud doa pribadi masingmasing dan nantinya akan disatukan dalam doa pembuka oleh imam. Saat hening sesudah bacaan dan homili ialah untuk merenungkan Sabda Allah. Saat hening sesudah komuni dimaksudkan untuk bersyukur, memuji Tuhan, dan menyerukan.

Gambar

Tabel 1  Sampel Penelitian
Tabel 2  Variabel Penelitian
Tabel 3  Identitas responden

Referensi

Dokumen terkait

Peranan baktri asidogenik pada pembutan biogas sangatlah penting karena bakteri tersebut dapat mengubah gula sederhana menjadi asam organik yang selanjutnya

objek yang dihubungkan oleh dua titik. Polygon adalah sebuah objek yang dihubungkan oleh tiga titik atau lebih. Titik adalah sebuah objek spesifik yang menunjukkan lokasi

Sex-ratio orangutan pada saat lahir adalah 55% jantan, dengan jarak kelahiran (interbirth interval) minimal mencapai 5 tahun (dalam kondisi baik) dan maksimal (kondisi buruk)

Sebagai akibatnya unsur-unsur yang tadinya tidak tersedia seperti N, P, K, dan Mg menjadi tersedia bagi tanaman Sejalan dengan gypsum, pemberian pupuk kandang yang mengandung

Kemudian pada 5 April 1952 secara resmi kedua organisasi tersebut menjadi satu dengan nama Persatuan Umat Islam (PUI) di Bandung untuk menindaklanjuti cita-cita

a Sebelum proses penarikan konduktor dan ground wire dilaksanakan, harus di cek terlebih dahulu seluruh jalur yang akan dilalui pekerjaan stringing apakah telah aman, terutama

sungai-sungai yang berhulu yang ada di se- kitar Gunung Merapi. Lahar-lahar tersebut memiliki sortasi atau perbedaan ukuran butir yang beragam. Adanya perbedaan sebaran

Grafik adalah visualisasi dari sederetan data berupa angka untuk memudahkan kita dalam menganalisa data. grafik pada excel biasa disebut sebagai chart. Syarat utama untuk membuat