BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT
E. Pengertian dan Unsur-unsur Kredit
Istilah kredit bukan hal yang asing lagi dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Sebenarnya kata “kredit” berasal dari Romawi yaitu “Credere” yang
artinya adalah “percaya”. Apabila hal tersebut dihubungkan dengan tugas bank,
maka terkandung pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya untuk
meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah (Debitur) karena debitur dapat
dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka
waktu yang ditentukan.22
Pengertian Kredit dalam Undang-Undang Perbankan No.7 Tahun 1992
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. 23
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam
Pasal 1 angka 11 dinyatakan bahwa Kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
22
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Jakarta, Rineka Cipta, hal 152.
23
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga”.24
Defenisi tentang kredit menurut pendapat para ahli memberikan pengertian
yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Beberapa ahli memberikan
pengertian kredit sebagai berikut :
1. Menurut Raymond P.Kent mengatakan bahwa : Kredit adalah hak untuk
menerima pembayaran kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu
diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang
sekarang.25
2. Menurut Achmad Anwari dalam bukunya Praktek Perbankan di Indonesia
memberikan pengertian kredit yakni “suatu pemberian prestasi oleh suatu
pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada
waktu tertentu yang akan datang dengan disertai suatu kontra prestasi (balas
jasa) yang berupa bunga”.26
Dari penjelasan pengertian kredit diatas maka dapat diuraikan apa saja
yang terkandung dalam pemberian suatu kredit, atau dalam kata lain pengertian
kata kredit dapat disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang
atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Kemudian hal yang penting dalam
pemberian kredit yaitu adanya kesepakatan antara bank dengan nasabah penerima
kredit, bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan unsur-unsur yang
terkandung didalam kredit, yaitu :
24
Kasmir Op.cit hal.96
25
Raymond P. Kent dalam Gatot Supramono, Op.cit hal 163
26
a. Kepercayaan; yaitu sutu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang
diberikan (berupa uang, barang, atau jasa) akan benar-benar diterima kembali
dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana
sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik
secara intern maupun ekstern.
b. Kesepakatan; yaitu kesepakatan ini meliputi kesepakatan antara si pemberi
kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu
perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajibannya.
c. Jangka waktu; setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,
jangka wakyu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang.
d. Risiko; adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu
risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit
semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi
tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai,maupun
oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau
bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
e. Balas jasa; merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau fase
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga
F. Jenis-Jenis Kredit
Dalam Undang-Undang Perbankan hanya mengatur tentang lembaga yang
memberikan kredit, sehingga dalam pembentukan Undang-Undang kurang
memperhatikan tentang masalah kredit. Ketentuan yang menyangkut kredit hanya
satu pasal yaitu Pasal 8 UU Perbankan. Oleh karena itu dalam Undang-Undang
tersebut tidak dijumpai tentang jenis-jenis kredit.28
Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk
masyarakat terdiri dari berbagai jenis, secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat
dari berbagai segi antara lain sebagai berikut :29
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit Investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun
proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit
investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin.
Pendek kata masa pemakaiannya untuk periode yang relatif lebih lama.
b. Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku,
membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan
proses produksi perusahaan.
28
Gatot Supramono Op.cit hal 154
29
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nntinya akan
menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk
pertanian, serta kredit pertambangan akan menghasilkan bahan tambang
atau kredit industri lainnya.
b. Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini
tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang
untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai
contohnya kredit untuk perumahan, kredit mobil dan kredit konsumtif
lainnya.
c. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untukperdagangan, biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau
agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh
dari kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
b. Kredit jangka menengah.
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai 3 tahun, biasanya
untuk investasi.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas
3 sampai 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang
seperti perkebunan kret, kelapa sawit atau untuk kredit konsumtif seperti
kredit perumahan.
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
- Jaminan Perorangan (personal securities) yaitu kredit yang jaminannya berupa sesorang atau badan sebagai pihak ketiga yang
bertindak sebagai penanggung jawab.
- Jaminan Kebendaan yang bersifat “tangible” (berwujud) yaitu yang terdiri dari barang-barang bergerak dan barang-barang tidak bergerak.
- Jaminan Kebendaan yang bersifat tidak berwujud (intangible) yaitu misalnya obligasi, saham, dan surat-surat berharga lainnya.
b. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini deiberikan dengan melihat prospek usaha dan
karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.
5. Dilihat dari segi sektor usaha
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan
atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek
b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan
ayam dan untuk jangka panjang misalnya peternakan kambing dan sapi.
c. Kredit perindustrian, yaitu kredit yang berkenaan dengan usaha,kegiatan
mengubah bentuk (transformasi), atau pengolahan-pengolahan bahan
menjadi barang baru, baik secara mekanik maupun kimiawi yang
dikerjakan dengan mesin, tenaga manusia dan lain sebagainya.
d. Kredit pertambangan, yaitu kredit untuk membiayai usaha-usaha
penggalian dan pengumpulan bahan-bahan tambang dalam bentuk padat,
cair, dan gas yang meliputi minyak dan gas bumi, biji logam, batu bara
serta barang-barang tambang lainnya.
e. Kredit perdagangan, restoran dan hotel, yaitu kredit membiayai
usaha-usaha perdagangan, baik perdagangan eceran, distribusi, eksportir dan
importer.
f. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun
sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para
mahasiswa.
g. Kredit pengangkutan, perdagangan dan komunikasi yaitu kredit baik
investasi maupun modal kerja untuk tujuan pengangkutan umum, baik
angkutan darat,sungai, laut dan udara.
h. Kredit konstruksi yaitu kredit-kredit yang diberikan kepada kontraktor
untuk keperluan pembangunan dan perbaikan gedung, jalan raya, jalan
i. Kredit jasa-jasa sosial masyarakat yaitu kredit yang diberikan untuk
membiayai kegiatan dibidang kesenian dan kebudayaan serta jasa-jasa
pengarang, pelukis dan lain sebagainya.
j. Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti, dosen,
pengacara,notaris,dokter dan sebagainya.
6. Kredit dari segi materi yang dialihkan haknya
a. Kredit dalam bentuk uang
Yaitu kredit perbankan konvensional pada umumnya diberikan dalam
bentuk uang dan pengembaliannya pun dalam bentuk jasa.
b. Kredit dalam bentuk bukan uang
Kredit berupa benda-benda atau jasa yang biasanya diberikan oleh
perusahaan-perusahaan dagang, dan lain-lain. Kredit ini lazim juga disebut
mercantile credit atau merchant credit.
7. Kredit dari sektor cara penatikan dan pembayaran kembali
a. Kredit sekaligus yaitu kredit yang cara penarikan atau penyediaan dananya
dilakukan sekaligus, baik secara tunai maupun melalui pemindah bukuan
ke dalam rekening debitur.
b. Kredit rekening koran (kredit R/K) yaitu kredit yang penyediaan dananya
dilakukan dengan jalan pemindah bukuan kedalam rekening
koran/rekening giro atas nama debitur, sedangkan penarikannya dilakukan
dengan cek, bilyet, giro atau syarat pemindah bukuan.
c. Kredit bertahap yaitu kredit yang cara penarikan atau peyediaannya
d. Kredit berulang yaitu kredit yang setelah satu transaksi selesai, dapat
digunakan untuk transaksi berikutnya dalam batas maksimum dan jangka
waktu tertentu.
e. Kredit per-transaksi yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai suatu
transaksi tersebut merupakan sumber pelunasan kredit.
8. Kredit dari segi pembuktiannya
a. Kredit secara lisan yaitu kredit yang perjanjiannya dilakukan secara lisan
semata-mata.
b. Kredit secara pencatatan yaitu transaksi kredit dicatat dalam pembukuan/
administasi masing-masing pihak baik debitur maupun kreditur.
c. Kredit dengan perjanjian tertulis yaitu hubungan transaksi kredit yang
dinyatakan dalam suatu perjanjian yuridis antara pihak debitur dengan
pihak kreditur.
9. Kredit menurut besar kecilnya debitur
a. Kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM), termasuk juga kredit untuk
koperasi.
b. Kredit koperasi adalah kredit dengan jumlah besar dan diperuntukkan bagi
debitur-debitur koperasi (perusahaan besar).
10.Kredit menurut status hukum subjek debiturnya
a. Kredit untuk penggolongan penduduk, yaitu kredit yang diberikan kepada
penduduk Indonesia, baik kepada perorangan, badan-badan,
b. Kredit untuk golongan bukan penduduk, yaitu kredit yang diberikan
kepada bukan penduduk Indonesia, baik kepada perorangan, badan-badan,
lembaga lembaga serta perusahaan-perusahaan yang tidak berdomisili di
Indonesia maupun perwakilan negara-negara asing yang ada di Indonesia
beserta anggota yang berstatus diplomatik.
11.Kredit menurut sumber dananya
a. Kredit yang dananya berasal dari tabungan masyarakat, yaitu pemberian
kredit karena adanya kelebihan pendapatan dari segolongan anggota
masyarakat yang dikumpulkan dalam bentuk simpanan, baik berupa
tabungan, deposito, maupun sertifikat deposito.
b. Kredit yang dananya berasal dari penciptaan yang baru, yaitu pemberian
kredit yang dananya dibiayai oleh penambahan uang terhadap uang yang
beredar yang telah ada, sehingga terdapat penambahan daya beli baru yang
bersumber dari penciptaan uang tersebut.
G. Risiko dan Pengamanan Kredit
1. Risiko
Dalam setiap bentuk usaha selalu dihadapkan pada risiko, hal ini
sudah merupakan suatu hal yang biasa pada suatu kredit, walaupun satu
sama lainnya mempunyai bobot yang berbeda-beda. Begitu juga dalam hal
pemberian kredit ada terkandung risiko yang terlebih dahulu harus
dipahami, karena risiko ini juga akan menjadi kendala bagi keberhasilan
proses perkreditan tersebut. 30
30
Untuk memudahkan pemahaman tentang risiko dan pengamanan
kredit, terlebih dahulu diuraikan pengertian apa yang dimaksud dengan
“Risiko” dan bagaimana kejadian risiko serta dan apa akibat dari
timbulnya risiko. Risiko adalah sebagai peluang terjadinya hasil (outcome) yang buruk. Definisi tersebut menyatakan bahwa risiko terkait dengan
situasi dimana hasil negatif dapat terjadi dan besar kecilnya kemungkinan
terjadinya outcome tersebut dapat diperkirakan. Kejadian risiko (risk event) adalah sebagai terjadinya sebuah peristiwa yang menyebabkan potensi kerugian (yaitu terjadinya sebuah out come yang buruk. Sedangkan Risiko kerugian adalah kerugian yang terjadi sebagai konsekwensi
langsung atau tidak langsung dari kejadian risiko. 31
Dalam operasional bank, risiko yang dihadapi sangat bervariasi dan
memiliki spesifikasi serta membutuhkan pengelolaan yang khusus melalui
regulasi perbankan. Kebutuhan untuk meregulasi bank sebagai institusi
bermula dari adanya risiko yang melekat (inherent) pada sistem
perbankan. Tidak seperti industri mobil, bank menawarkan sebuah produk
yang digunakan oleh setiap nasabah, baik komersial maupun perorangan,
yaitu uang. Oleh karena itu kegagalan dari sebuah bank (baik kegagalan
sebagian maupun keseluruhan), dapat menimbulkan dampak
perekonomian secara menyeluruh dan disebut dengan “Risiko sistematik”.
Risiko sistematik adalah risiko kegagalan sebuah bank dapat menimbulkan
31
dampak yang menghancurkan perekonomian secara besar-besaran dan
bukan hanya dampak berupa kerugian yang secara langsung dihadapi oleh
pegawai, nasabah dan pemegang saham. Walaupun tidak setiap orang
mengenal istilah risiko sistemik, banyak orang mengetahui apa yang
dimaksud dengan “bank rush” yaitu penarikan dana besar-besaran dari
bank. Hal ini dapat terjadi saat sebuah bank tidak dapat memenuhi
kewajibannya atau dengan kata lain bank tidak memiliki dana yang cukup
untuk membayar para deposan yang ingin menarik dana mereka.32
Secara umum risiko yang dihadapi oleh perbankan yang telah
ditetapkan Bank Indonesia melalui Badan Sertifikasi Manajemen Risiko
(BSMR) dalam rangka sertifikasi manajemen risiko diuraikan sebagai
berikut :
Hal
tersebut diatas bisa saja terjadi karena kredit yang disalurkan oleh bank
tersebut tidak dapat dikembalikan para debitur-debitur yang disebabkan
berbagai faktor yang akan dijelaskan pada uraian berikutnya.
a. Risiko Pasar
Didefenisikan sebagai kerugian baik pada posisi on- maupun off-
balance sheet yang timbul dari pergerakan harga pasar. Istilah risiko
pasar digunakan untuk menyebut kelompok risiko yang timbul dari
perubahan tingkat suku bunga, kurs valuta asing dan hal-hal lain yang
nilainya ditentukan pasar, misal ekuitas dan komoditi.
32
b. Risiko Operasional (operasional risk)
Adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak
memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat
dari kejadian eksternal.
c. Risiko Kredit
Adalah sebagai risiko kerugian yang terkait dengan kegagalan
counterparty memenuhi kewajibannya; atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya.
d. Risiko-risiko lainnya
Selain risiko-risiko yang disebutkan diatas ada beberapa jenis risiko
yang tidak seacara spesipik dicakup dalam regulasi tetapi penting
dipertimbangkan berbagai risiko dalam menghitung modal berbasis
risiko yaitu :
1) Risiko Bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi kompetitif
bank dan prospek bank untuk berkembang dalam pasar yang
senantiasa berubah. Risiko bisnis juga meliputi antara lain prospek
jangka pendek dan jangka panjang terhadap produk dan jasa yang
ada.
2) Risiko Strategis adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis
jangka panjang yang diambil oleh direksi bank. Risiko strategis
juga dapat dikaitkan dengan implementasi strategi tersebut.
3) Risiko Reputasi adalah risiko terjadinya potensi kerusakan bagi
Selain kerugian keuangan secara langsung, kejadian risiko pada
bank juga dapat berdampak pada stakeholder bank tersebut, pemegang saham, pegawai dan nasabah serta pada perekonomian. Secara umum, para
pemegang saham dan pegawai terkena pengaruh secara langsung, namun
tidak demikian halnya pada nasabah sehingga dampak kejadian risiko
tersbut tidak terlihat dengan jelas. Risiko kerugian secara tidak langsung
ini yang memiliki dampak ekonomis.33
2. Pengamanan Kredit
Menurut Johannes Ibrahim, bahwa dalam hubungannya dengan
pemberian kredit, jaminan hendaknya dipertimbangkan mengingat dua
faktor yaitu sebagai berikut :
a. Secured artinya jaminan kredit dapat diadakan pengikatan secara yuridis formal, sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan . Jika di kemudian hari terjadi wanprestasi dari debitur, maka pemberi kredit memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi.
b. Marketable artinya jaminan tersebut bila hendak dieksekusi dan segera dijual atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur.34
Dengan mempertimbangkan kedua faktor tersebut , jaminan yang
diterima oleh bank dapat meminimalkan risiko dalam penyaluran kredit
sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Dengan demikian betapa pentingnya
keberadaan jaminan dalam pemberian kredit. Apabila debitur tidak dapat
melunasi kredit sesuai dengan perjanjian, maka hak kebendaan yang
33Ibid
hal. A:29
34
dijadikan jaminan kredit oleh kreditur akan dieksekusi untuk memenuhi
pembayaran utang debitur yang bersangkutan.
Kredit-kredit yang diberikan oleh pihak bank perlu diamankan.
Tanpa adanya pengamanan, bank sulit mengelakkan risiko yang datang,
sebagai akibat dari prestasi nasabah. Pengamanan kredit merupakan suatu
mata rantai kegiatan bank dan aspek yang penting dalam manajemen
kredit, karena proses pengamanan berjalan terus.
Langkah-langkah yang diambil bank dalam mengamankan
kreditnya, pada pokoknya dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Pengamanan Prefentif adalah pengamanan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kemacetan kredit.
b. Pengamanan Represif adalah pengamanan yang dilakukan untuk menyelesaikan kredit-kredit yang telah mengalami ketidaklancaran atau kemacetan (debius).35
Dari uraian-uraian yang diatas maka terdapat pula hal-hal yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Penyerahan kredit yang baik dari jumlah kredit yang diberikan yang
diberikan sehingga terjadi konsentrasi dalam pemberian kredit kepada
sejumlah kecil debitur.
b. Penetapan asuransi atas barang jaminan
c. Memanfaatkan lembaga asuransi kredit, yaitu dengan
mengansuransikan kredit yang diberikan.
d. Memenuhi syarat suatu perjanjian, menurut Pasal 1320 KUHPerdata
syarat sahnya perjanjian adalah :
35
1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri, kesepakatan merupakan
kesesuaian kehendak mereka yang mengikatkan diri. Kata sepakat
muncul dari kemauan bebas dari para pihak yang dinyatakan dalam
isi perjanjian. Peryataan tersebut dapat dinyatakan secara tegas
baik lisan maupun tertulis.
2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian. Sesuai dengan Pasal
1329 KUH Perdata, “Setiap orang adalah cakap membuat
perikatan-perikatan jika ia oleh Undang-Undang tidak dinyatakan
tidak cakap.
3) Mengenai suatu hal tertentu, suatu hal tertentu menyangkut
obyek umum perjanjian atau mengenai bendanya. Obyek perjanian
harus jelas, syarat ini diperlukan untuk menetukan hak dan
kewajiban para pihak jika terjadi permasalahan.
4) Suatu sebab yang halal, sebab yang halal berkaitan dengan isi
perjanjian, apakah isi perjanjian dilarang oleh Undang-Undang,
bertentangan dengan ketertiban umum, kepatutan dan kesusilaan
seperti yang tercantum dalam Pasal 1337 KUHP.
Sesuai dengan pemahaman yang telah dijelaskan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pengamanan kredit yang dilkukan oleh pihak bank
pada dasarnya adalah untuk memperkecil terjadinya risiko atau bahkan
menghilangkan risiko yang akan timbul maupun yang sudah timbul.
Klausula-klausula yang dimasukkan dalam suatu perjanjian kredit tersebut
seharusnya tidak berat sebelah sehingga dapat melindungi kepentingan
kedua belah pihak yaitu kepentingan bank dan kepentingan debitur itu
H. Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Standar dan Perjanjian
Pendahuluan
Perkataan standart contract merupakan sebuah istilah dalam bahasa Inggris. Dalam Kamus Inggris-Indonesia, kata standart mempunyai berbagai arti yaitu tiang (panji), kelas, ukuran (sebagai pedoman). Sedangkan kata contract
artinya perjanjian atau hubungan. Dengan memperhatikan arti kedua kata tersebut,
maka standart contract artinya perjanjian dengan menggunakan ukuran tertentu.36 Pengertian dari perjanjian standar menurut Prof.Mariam Darus
Badrulzaman adalah Perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan ke dalam
bentuk-bentuk formil dari rumusan-rumusan perjanjian standar tersebut jelaslah
perjanjian standar itu suatu perjanjian tertulis yang dibakukan atau distandarkan
yang dituangkan kedalam bentuk-bentuk formil, kemudian dicetak kedalam
jumlah tak terbatas sesuai dengan kebutuhan dan dipergunakan terhadap
perbuatan hukum yang sejenis.
Adapun ciri-ciri perjanjian standar adalah sebagai berikut :
1. Isi atau syarat yang diperjanjiakan telah ditetapkan secara sepihak 2. Masyarakat sama sekali tidak dapat menetukan isi atau syarat yang
diperjanjikan.
3. Masyarakat terdorong oleh kebutuhan terpaksa menerima isi atau syarat yang diperjanjikan, sehingga apabila kemudian akan mengadakan perubahan isi atau syarat tersebut sama sekali tidak bisa. 4. Isi atau syarat yang diperjanjikan telah dipersiapkan terlebuh dahulu.37
Mengenai perjanjian standar ini dapat pula dibagi ke dalam dua golongan
yaitu perjanjian standar umum dan perjanjian standar khusus. Yang dimaksud
perjanjian standar umum adalah perjanjian yang bentuk dan isinya telah
36
Gatot Supramono Op.cit hal.173
37
dipersiapkan terlebih dulu oleh kreditur, kemudian baru diberikan oleh debitur.
Sedangkan perjanjian standar khusus adalah perjanjian yang standarnya telah
ditetapkan oleh pemerintah.38
Dari pengertian diatas maka perjanjian standar merupakan perjanjian yang
bentuknya secara tertulis dan isinya telah ditentukan secara sepihak oleh kreditur,
serta sifatnya memaksa debitur untuk menyetujuinya. Perjanjian yang bentuknya
demikian tidak dapat dilakukan secara lisan. Dalam perjanjian standar
mengatakan bahwa kreditur yang menentukan isi perjanjian tersebut, itu
dikarenakan ia dipandang memiliki kedudukan ekonomi sosial yang kuat
dibanding debiturnya.39
Pada umumnya nasabah bersikap menyetujui apa yang tertera di dalam
perjanjian standar. Jarang sekali ditemukan ada nasabah yang tidak setuju dengan
perjanjian yang demikian, sebab nasabah dihadapkan pada keadaan yang akan
menyulitkan dirinya. Apabila proyek nasabah yang telah disetujui bank tidak
diambil maka proyek nasabah akan menjadi terkatung-katung dan akibatnya
proyeknya menjadi gagal. Memang tidak sedikit nasabah yang belum atau tidak
menguasai hukum perjanjian dan hukum perkreditan sehingga pada waktu
nasabah dihadapkan pada model kontrak yang demikian cenderung terpaksa untuk
menyetujuinya.
Berhubung perjanjian standar bentuk dan isinya ditentukan secara sepihak
serta diberlakukan secara paksaan, dalam hal ini ada hubungannya dengan asas
konsensualisme, dimana paksaan dapat dibagi menjadi dua yaitu paksaan fisik dan
38
Gatot Supramono, Op.cit hal.174
39
paksaan psikis. Penggunaan perjanjian standar kebanyakan bukan dengan paksaan
fisik melainkan paksaan psikis, karena jika menerima perjanjian standar dan
disetujui dengan cara menandatangani debitur merasa khawatir prestasi yang akan
diberikan kreditur tidak jadi dilaksanakan. Perasaan takut yang demikianlah yang
dinamakan paksaan psikis, karena debitur tidak merasa bebas dalam memberikan
kata sepakat dalam membuat perjanjian .
Dalam perjanjian standar maupun perjanjian-perjanjian yang lain belum
pernah terjadi pembatalannya dengan putusan pengadilan. Para pihak belum ada
yang mengajukan permohonan pembatalan perjanjian kepada pengadilan.
Meskipun secara teori perjanjian itu mengandung kecacatan hukum, tetapi karena
perjanjian tidak dibatalkan maka perjanjiaannya tetap sah dan mengikat kedua
belah pihak serta dapat dilaksanakan.40
Dalam perjanjian kredit sebagai perjanjian pendahuluan mempunyai arti
yaitu perjanjian kredit adalah “perjanjian pendahuluan” dari penyerahan uang.
Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan
penerima perjanjian mengenai hubungan-hubungan hokum antara keduannya.
Perjanjian tersebut bersifat konsensual obligatoir (perjanjian yang timbul atau
berbentuk, mengikat mengikat).
Penyerahan uangnya sendiri, adalah bersifat riil. Jadi pada saat penyerahan
uang dilakukan, barulah berlaku ketentuan yang dituangkan dalam model
perjanjian kredit kedua pihak. Dengan terjadinya penyerahan uang barulah dapat
Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (pactum de contralendo). Maksudnya adalah perjanjian ini mendahului perjanjian hutang piutang (pinjam meminjam), sedangkan perjanjian hutang piutang merupakan
pelaksanaan dari perjanjian pendahuluan atau perjanjian kredit.41
41