• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT - Tinjauan Hukum Tentang Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT - Tinjauan Hukum Tentang Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT

E. Pengertian dan Unsur-unsur Kredit

Istilah kredit bukan hal yang asing lagi dalam kehidupan sehari-hari di

masyarakat. Sebenarnya kata “kredit” berasal dari Romawi yaitu “Credere” yang

artinya adalah “percaya”. Apabila hal tersebut dihubungkan dengan tugas bank,

maka terkandung pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya untuk

meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah (Debitur) karena debitur dapat

dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka

waktu yang ditentukan.22

Pengertian Kredit dalam Undang-Undang Perbankan No.7 Tahun 1992

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. 23

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam

Pasal 1 angka 11 dinyatakan bahwa Kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan

yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

22

Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Jakarta, Rineka Cipta, hal 152.

23

(2)

peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga”.24

Defenisi tentang kredit menurut pendapat para ahli memberikan pengertian

yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Beberapa ahli memberikan

pengertian kredit sebagai berikut :

1. Menurut Raymond P.Kent mengatakan bahwa : Kredit adalah hak untuk

menerima pembayaran kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu

diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang

sekarang.25

2. Menurut Achmad Anwari dalam bukunya Praktek Perbankan di Indonesia

memberikan pengertian kredit yakni “suatu pemberian prestasi oleh suatu

pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada

waktu tertentu yang akan datang dengan disertai suatu kontra prestasi (balas

jasa) yang berupa bunga”.26

Dari penjelasan pengertian kredit diatas maka dapat diuraikan apa saja

yang terkandung dalam pemberian suatu kredit, atau dalam kata lain pengertian

kata kredit dapat disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang

atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Kemudian hal yang penting dalam

pemberian kredit yaitu adanya kesepakatan antara bank dengan nasabah penerima

kredit, bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan unsur-unsur yang

terkandung didalam kredit, yaitu :

24

Kasmir Op.cit hal.96

25

Raymond P. Kent dalam Gatot Supramono, Op.cit hal 163

26

(3)

a. Kepercayaan; yaitu sutu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang

diberikan (berupa uang, barang, atau jasa) akan benar-benar diterima kembali

dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana

sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik

secara intern maupun ekstern.

b. Kesepakatan; yaitu kesepakatan ini meliputi kesepakatan antara si pemberi

kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu

perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan

kewajibannya.

c. Jangka waktu; setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,

jangka wakyu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah dan

jangka panjang.

d. Risiko; adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit

semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi

tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai,maupun

oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau

bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

e. Balas jasa; merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau fase

tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga

(4)

F. Jenis-Jenis Kredit

Dalam Undang-Undang Perbankan hanya mengatur tentang lembaga yang

memberikan kredit, sehingga dalam pembentukan Undang-Undang kurang

memperhatikan tentang masalah kredit. Ketentuan yang menyangkut kredit hanya

satu pasal yaitu Pasal 8 UU Perbankan. Oleh karena itu dalam Undang-Undang

tersebut tidak dijumpai tentang jenis-jenis kredit.28

Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk

masyarakat terdiri dari berbagai jenis, secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat

dari berbagai segi antara lain sebagai berikut :29

1. Dilihat dari segi kegunaan

a. Kredit Investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun

proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit

investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin.

Pendek kata masa pemakaiannya untuk periode yang relatif lebih lama.

b. Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku,

membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan

proses produksi perusahaan.

28

Gatot Supramono Op.cit hal 154

29

(5)

2. Dilihat dari segi tujuan kredit

a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau

investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nntinya akan

menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk

pertanian, serta kredit pertambangan akan menghasilkan bahan tambang

atau kredit industri lainnya.

b. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini

tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang

untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai

contohnya kredit untuk perumahan, kredit mobil dan kredit konsumtif

lainnya.

c. Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untukperdagangan, biasanya untuk membeli barang

dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang

dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau

agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh

dari kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktu

a. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau

(6)

b. Kredit jangka menengah.

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai 3 tahun, biasanya

untuk investasi.

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas

3 sampai 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang

seperti perkebunan kret, kelapa sawit atau untuk kredit konsumtif seperti

kredit perumahan.

4. Dilihat dari segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan

- Jaminan Perorangan (personal securities) yaitu kredit yang jaminannya berupa sesorang atau badan sebagai pihak ketiga yang

bertindak sebagai penanggung jawab.

- Jaminan Kebendaan yang bersifat “tangible” (berwujud) yaitu yang terdiri dari barang-barang bergerak dan barang-barang tidak bergerak.

- Jaminan Kebendaan yang bersifat tidak berwujud (intangible) yaitu misalnya obligasi, saham, dan surat-surat berharga lainnya.

b. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang

tertentu. Kredit jenis ini deiberikan dengan melihat prospek usaha dan

karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari segi sektor usaha

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan

atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek

(7)

b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan

ayam dan untuk jangka panjang misalnya peternakan kambing dan sapi.

c. Kredit perindustrian, yaitu kredit yang berkenaan dengan usaha,kegiatan

mengubah bentuk (transformasi), atau pengolahan-pengolahan bahan

menjadi barang baru, baik secara mekanik maupun kimiawi yang

dikerjakan dengan mesin, tenaga manusia dan lain sebagainya.

d. Kredit pertambangan, yaitu kredit untuk membiayai usaha-usaha

penggalian dan pengumpulan bahan-bahan tambang dalam bentuk padat,

cair, dan gas yang meliputi minyak dan gas bumi, biji logam, batu bara

serta barang-barang tambang lainnya.

e. Kredit perdagangan, restoran dan hotel, yaitu kredit membiayai

usaha-usaha perdagangan, baik perdagangan eceran, distribusi, eksportir dan

importer.

f. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun

sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para

mahasiswa.

g. Kredit pengangkutan, perdagangan dan komunikasi yaitu kredit baik

investasi maupun modal kerja untuk tujuan pengangkutan umum, baik

angkutan darat,sungai, laut dan udara.

h. Kredit konstruksi yaitu kredit-kredit yang diberikan kepada kontraktor

untuk keperluan pembangunan dan perbaikan gedung, jalan raya, jalan

(8)

i. Kredit jasa-jasa sosial masyarakat yaitu kredit yang diberikan untuk

membiayai kegiatan dibidang kesenian dan kebudayaan serta jasa-jasa

pengarang, pelukis dan lain sebagainya.

j. Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti, dosen,

pengacara,notaris,dokter dan sebagainya.

6. Kredit dari segi materi yang dialihkan haknya

a. Kredit dalam bentuk uang

Yaitu kredit perbankan konvensional pada umumnya diberikan dalam

bentuk uang dan pengembaliannya pun dalam bentuk jasa.

b. Kredit dalam bentuk bukan uang

Kredit berupa benda-benda atau jasa yang biasanya diberikan oleh

perusahaan-perusahaan dagang, dan lain-lain. Kredit ini lazim juga disebut

mercantile credit atau merchant credit.

7. Kredit dari sektor cara penatikan dan pembayaran kembali

a. Kredit sekaligus yaitu kredit yang cara penarikan atau penyediaan dananya

dilakukan sekaligus, baik secara tunai maupun melalui pemindah bukuan

ke dalam rekening debitur.

b. Kredit rekening koran (kredit R/K) yaitu kredit yang penyediaan dananya

dilakukan dengan jalan pemindah bukuan kedalam rekening

koran/rekening giro atas nama debitur, sedangkan penarikannya dilakukan

dengan cek, bilyet, giro atau syarat pemindah bukuan.

c. Kredit bertahap yaitu kredit yang cara penarikan atau peyediaannya

(9)

d. Kredit berulang yaitu kredit yang setelah satu transaksi selesai, dapat

digunakan untuk transaksi berikutnya dalam batas maksimum dan jangka

waktu tertentu.

e. Kredit per-transaksi yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai suatu

transaksi tersebut merupakan sumber pelunasan kredit.

8. Kredit dari segi pembuktiannya

a. Kredit secara lisan yaitu kredit yang perjanjiannya dilakukan secara lisan

semata-mata.

b. Kredit secara pencatatan yaitu transaksi kredit dicatat dalam pembukuan/

administasi masing-masing pihak baik debitur maupun kreditur.

c. Kredit dengan perjanjian tertulis yaitu hubungan transaksi kredit yang

dinyatakan dalam suatu perjanjian yuridis antara pihak debitur dengan

pihak kreditur.

9. Kredit menurut besar kecilnya debitur

a. Kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM), termasuk juga kredit untuk

koperasi.

b. Kredit koperasi adalah kredit dengan jumlah besar dan diperuntukkan bagi

debitur-debitur koperasi (perusahaan besar).

10.Kredit menurut status hukum subjek debiturnya

a. Kredit untuk penggolongan penduduk, yaitu kredit yang diberikan kepada

penduduk Indonesia, baik kepada perorangan, badan-badan,

(10)

b. Kredit untuk golongan bukan penduduk, yaitu kredit yang diberikan

kepada bukan penduduk Indonesia, baik kepada perorangan, badan-badan,

lembaga lembaga serta perusahaan-perusahaan yang tidak berdomisili di

Indonesia maupun perwakilan negara-negara asing yang ada di Indonesia

beserta anggota yang berstatus diplomatik.

11.Kredit menurut sumber dananya

a. Kredit yang dananya berasal dari tabungan masyarakat, yaitu pemberian

kredit karena adanya kelebihan pendapatan dari segolongan anggota

masyarakat yang dikumpulkan dalam bentuk simpanan, baik berupa

tabungan, deposito, maupun sertifikat deposito.

b. Kredit yang dananya berasal dari penciptaan yang baru, yaitu pemberian

kredit yang dananya dibiayai oleh penambahan uang terhadap uang yang

beredar yang telah ada, sehingga terdapat penambahan daya beli baru yang

bersumber dari penciptaan uang tersebut.

G. Risiko dan Pengamanan Kredit

1. Risiko

Dalam setiap bentuk usaha selalu dihadapkan pada risiko, hal ini

sudah merupakan suatu hal yang biasa pada suatu kredit, walaupun satu

sama lainnya mempunyai bobot yang berbeda-beda. Begitu juga dalam hal

pemberian kredit ada terkandung risiko yang terlebih dahulu harus

dipahami, karena risiko ini juga akan menjadi kendala bagi keberhasilan

proses perkreditan tersebut. 30

30

(11)

Untuk memudahkan pemahaman tentang risiko dan pengamanan

kredit, terlebih dahulu diuraikan pengertian apa yang dimaksud dengan

“Risiko” dan bagaimana kejadian risiko serta dan apa akibat dari

timbulnya risiko. Risiko adalah sebagai peluang terjadinya hasil (outcome) yang buruk. Definisi tersebut menyatakan bahwa risiko terkait dengan

situasi dimana hasil negatif dapat terjadi dan besar kecilnya kemungkinan

terjadinya outcome tersebut dapat diperkirakan. Kejadian risiko (risk event) adalah sebagai terjadinya sebuah peristiwa yang menyebabkan potensi kerugian (yaitu terjadinya sebuah out come yang buruk. Sedangkan Risiko kerugian adalah kerugian yang terjadi sebagai konsekwensi

langsung atau tidak langsung dari kejadian risiko. 31

Dalam operasional bank, risiko yang dihadapi sangat bervariasi dan

memiliki spesifikasi serta membutuhkan pengelolaan yang khusus melalui

regulasi perbankan. Kebutuhan untuk meregulasi bank sebagai institusi

bermula dari adanya risiko yang melekat (inherent) pada sistem

perbankan. Tidak seperti industri mobil, bank menawarkan sebuah produk

yang digunakan oleh setiap nasabah, baik komersial maupun perorangan,

yaitu uang. Oleh karena itu kegagalan dari sebuah bank (baik kegagalan

sebagian maupun keseluruhan), dapat menimbulkan dampak

perekonomian secara menyeluruh dan disebut dengan “Risiko sistematik”.

Risiko sistematik adalah risiko kegagalan sebuah bank dapat menimbulkan

31

(12)

dampak yang menghancurkan perekonomian secara besar-besaran dan

bukan hanya dampak berupa kerugian yang secara langsung dihadapi oleh

pegawai, nasabah dan pemegang saham. Walaupun tidak setiap orang

mengenal istilah risiko sistemik, banyak orang mengetahui apa yang

dimaksud dengan “bank rush” yaitu penarikan dana besar-besaran dari

bank. Hal ini dapat terjadi saat sebuah bank tidak dapat memenuhi

kewajibannya atau dengan kata lain bank tidak memiliki dana yang cukup

untuk membayar para deposan yang ingin menarik dana mereka.32

Secara umum risiko yang dihadapi oleh perbankan yang telah

ditetapkan Bank Indonesia melalui Badan Sertifikasi Manajemen Risiko

(BSMR) dalam rangka sertifikasi manajemen risiko diuraikan sebagai

berikut :

Hal

tersebut diatas bisa saja terjadi karena kredit yang disalurkan oleh bank

tersebut tidak dapat dikembalikan para debitur-debitur yang disebabkan

berbagai faktor yang akan dijelaskan pada uraian berikutnya.

a. Risiko Pasar

Didefenisikan sebagai kerugian baik pada posisi on- maupun off-

balance sheet yang timbul dari pergerakan harga pasar. Istilah risiko

pasar digunakan untuk menyebut kelompok risiko yang timbul dari

perubahan tingkat suku bunga, kurs valuta asing dan hal-hal lain yang

nilainya ditentukan pasar, misal ekuitas dan komoditi.

32

(13)

b. Risiko Operasional (operasional risk)

Adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak

memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat

dari kejadian eksternal.

c. Risiko Kredit

Adalah sebagai risiko kerugian yang terkait dengan kegagalan

counterparty memenuhi kewajibannya; atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya.

d. Risiko-risiko lainnya

Selain risiko-risiko yang disebutkan diatas ada beberapa jenis risiko

yang tidak seacara spesipik dicakup dalam regulasi tetapi penting

dipertimbangkan berbagai risiko dalam menghitung modal berbasis

risiko yaitu :

1) Risiko Bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi kompetitif

bank dan prospek bank untuk berkembang dalam pasar yang

senantiasa berubah. Risiko bisnis juga meliputi antara lain prospek

jangka pendek dan jangka panjang terhadap produk dan jasa yang

ada.

2) Risiko Strategis adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis

jangka panjang yang diambil oleh direksi bank. Risiko strategis

juga dapat dikaitkan dengan implementasi strategi tersebut.

3) Risiko Reputasi adalah risiko terjadinya potensi kerusakan bagi

(14)

Selain kerugian keuangan secara langsung, kejadian risiko pada

bank juga dapat berdampak pada stakeholder bank tersebut, pemegang saham, pegawai dan nasabah serta pada perekonomian. Secara umum, para

pemegang saham dan pegawai terkena pengaruh secara langsung, namun

tidak demikian halnya pada nasabah sehingga dampak kejadian risiko

tersbut tidak terlihat dengan jelas. Risiko kerugian secara tidak langsung

ini yang memiliki dampak ekonomis.33

2. Pengamanan Kredit

Menurut Johannes Ibrahim, bahwa dalam hubungannya dengan

pemberian kredit, jaminan hendaknya dipertimbangkan mengingat dua

faktor yaitu sebagai berikut :

a. Secured artinya jaminan kredit dapat diadakan pengikatan secara yuridis formal, sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan . Jika di kemudian hari terjadi wanprestasi dari debitur, maka pemberi kredit memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi.

b. Marketable artinya jaminan tersebut bila hendak dieksekusi dan segera dijual atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur.34

Dengan mempertimbangkan kedua faktor tersebut , jaminan yang

diterima oleh bank dapat meminimalkan risiko dalam penyaluran kredit

sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Dengan demikian betapa pentingnya

keberadaan jaminan dalam pemberian kredit. Apabila debitur tidak dapat

melunasi kredit sesuai dengan perjanjian, maka hak kebendaan yang

33Ibid

hal. A:29

34

(15)

dijadikan jaminan kredit oleh kreditur akan dieksekusi untuk memenuhi

pembayaran utang debitur yang bersangkutan.

Kredit-kredit yang diberikan oleh pihak bank perlu diamankan.

Tanpa adanya pengamanan, bank sulit mengelakkan risiko yang datang,

sebagai akibat dari prestasi nasabah. Pengamanan kredit merupakan suatu

mata rantai kegiatan bank dan aspek yang penting dalam manajemen

kredit, karena proses pengamanan berjalan terus.

Langkah-langkah yang diambil bank dalam mengamankan

kreditnya, pada pokoknya dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Pengamanan Prefentif adalah pengamanan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kemacetan kredit.

b. Pengamanan Represif adalah pengamanan yang dilakukan untuk menyelesaikan kredit-kredit yang telah mengalami ketidaklancaran atau kemacetan (debius).35

Dari uraian-uraian yang diatas maka terdapat pula hal-hal yang

harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Penyerahan kredit yang baik dari jumlah kredit yang diberikan yang

diberikan sehingga terjadi konsentrasi dalam pemberian kredit kepada

sejumlah kecil debitur.

b. Penetapan asuransi atas barang jaminan

c. Memanfaatkan lembaga asuransi kredit, yaitu dengan

mengansuransikan kredit yang diberikan.

d. Memenuhi syarat suatu perjanjian, menurut Pasal 1320 KUHPerdata

syarat sahnya perjanjian adalah :

35

(16)

1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri, kesepakatan merupakan

kesesuaian kehendak mereka yang mengikatkan diri. Kata sepakat

muncul dari kemauan bebas dari para pihak yang dinyatakan dalam

isi perjanjian. Peryataan tersebut dapat dinyatakan secara tegas

baik lisan maupun tertulis.

2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian. Sesuai dengan Pasal

1329 KUH Perdata, “Setiap orang adalah cakap membuat

perikatan-perikatan jika ia oleh Undang-Undang tidak dinyatakan

tidak cakap.

3) Mengenai suatu hal tertentu, suatu hal tertentu menyangkut

obyek umum perjanjian atau mengenai bendanya. Obyek perjanian

harus jelas, syarat ini diperlukan untuk menetukan hak dan

kewajiban para pihak jika terjadi permasalahan.

4) Suatu sebab yang halal, sebab yang halal berkaitan dengan isi

perjanjian, apakah isi perjanjian dilarang oleh Undang-Undang,

bertentangan dengan ketertiban umum, kepatutan dan kesusilaan

seperti yang tercantum dalam Pasal 1337 KUHP.

Sesuai dengan pemahaman yang telah dijelaskan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa pengamanan kredit yang dilkukan oleh pihak bank

pada dasarnya adalah untuk memperkecil terjadinya risiko atau bahkan

menghilangkan risiko yang akan timbul maupun yang sudah timbul.

Klausula-klausula yang dimasukkan dalam suatu perjanjian kredit tersebut

seharusnya tidak berat sebelah sehingga dapat melindungi kepentingan

kedua belah pihak yaitu kepentingan bank dan kepentingan debitur itu

(17)

H. Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Standar dan Perjanjian

Pendahuluan

Perkataan standart contract merupakan sebuah istilah dalam bahasa Inggris. Dalam Kamus Inggris-Indonesia, kata standart mempunyai berbagai arti yaitu tiang (panji), kelas, ukuran (sebagai pedoman). Sedangkan kata contract

artinya perjanjian atau hubungan. Dengan memperhatikan arti kedua kata tersebut,

maka standart contract artinya perjanjian dengan menggunakan ukuran tertentu.36 Pengertian dari perjanjian standar menurut Prof.Mariam Darus

Badrulzaman adalah Perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan ke dalam

bentuk-bentuk formil dari rumusan-rumusan perjanjian standar tersebut jelaslah

perjanjian standar itu suatu perjanjian tertulis yang dibakukan atau distandarkan

yang dituangkan kedalam bentuk-bentuk formil, kemudian dicetak kedalam

jumlah tak terbatas sesuai dengan kebutuhan dan dipergunakan terhadap

perbuatan hukum yang sejenis.

Adapun ciri-ciri perjanjian standar adalah sebagai berikut :

1. Isi atau syarat yang diperjanjiakan telah ditetapkan secara sepihak 2. Masyarakat sama sekali tidak dapat menetukan isi atau syarat yang

diperjanjikan.

3. Masyarakat terdorong oleh kebutuhan terpaksa menerima isi atau syarat yang diperjanjikan, sehingga apabila kemudian akan mengadakan perubahan isi atau syarat tersebut sama sekali tidak bisa. 4. Isi atau syarat yang diperjanjikan telah dipersiapkan terlebuh dahulu.37

Mengenai perjanjian standar ini dapat pula dibagi ke dalam dua golongan

yaitu perjanjian standar umum dan perjanjian standar khusus. Yang dimaksud

perjanjian standar umum adalah perjanjian yang bentuk dan isinya telah

36

Gatot Supramono Op.cit hal.173

37

(18)

dipersiapkan terlebih dulu oleh kreditur, kemudian baru diberikan oleh debitur.

Sedangkan perjanjian standar khusus adalah perjanjian yang standarnya telah

ditetapkan oleh pemerintah.38

Dari pengertian diatas maka perjanjian standar merupakan perjanjian yang

bentuknya secara tertulis dan isinya telah ditentukan secara sepihak oleh kreditur,

serta sifatnya memaksa debitur untuk menyetujuinya. Perjanjian yang bentuknya

demikian tidak dapat dilakukan secara lisan. Dalam perjanjian standar

mengatakan bahwa kreditur yang menentukan isi perjanjian tersebut, itu

dikarenakan ia dipandang memiliki kedudukan ekonomi sosial yang kuat

dibanding debiturnya.39

Pada umumnya nasabah bersikap menyetujui apa yang tertera di dalam

perjanjian standar. Jarang sekali ditemukan ada nasabah yang tidak setuju dengan

perjanjian yang demikian, sebab nasabah dihadapkan pada keadaan yang akan

menyulitkan dirinya. Apabila proyek nasabah yang telah disetujui bank tidak

diambil maka proyek nasabah akan menjadi terkatung-katung dan akibatnya

proyeknya menjadi gagal. Memang tidak sedikit nasabah yang belum atau tidak

menguasai hukum perjanjian dan hukum perkreditan sehingga pada waktu

nasabah dihadapkan pada model kontrak yang demikian cenderung terpaksa untuk

menyetujuinya.

Berhubung perjanjian standar bentuk dan isinya ditentukan secara sepihak

serta diberlakukan secara paksaan, dalam hal ini ada hubungannya dengan asas

konsensualisme, dimana paksaan dapat dibagi menjadi dua yaitu paksaan fisik dan

38

Gatot Supramono, Op.cit hal.174

39

(19)

paksaan psikis. Penggunaan perjanjian standar kebanyakan bukan dengan paksaan

fisik melainkan paksaan psikis, karena jika menerima perjanjian standar dan

disetujui dengan cara menandatangani debitur merasa khawatir prestasi yang akan

diberikan kreditur tidak jadi dilaksanakan. Perasaan takut yang demikianlah yang

dinamakan paksaan psikis, karena debitur tidak merasa bebas dalam memberikan

kata sepakat dalam membuat perjanjian .

Dalam perjanjian standar maupun perjanjian-perjanjian yang lain belum

pernah terjadi pembatalannya dengan putusan pengadilan. Para pihak belum ada

yang mengajukan permohonan pembatalan perjanjian kepada pengadilan.

Meskipun secara teori perjanjian itu mengandung kecacatan hukum, tetapi karena

perjanjian tidak dibatalkan maka perjanjiaannya tetap sah dan mengikat kedua

belah pihak serta dapat dilaksanakan.40

Dalam perjanjian kredit sebagai perjanjian pendahuluan mempunyai arti

yaitu perjanjian kredit adalah “perjanjian pendahuluan” dari penyerahan uang.

Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan

penerima perjanjian mengenai hubungan-hubungan hokum antara keduannya.

Perjanjian tersebut bersifat konsensual obligatoir (perjanjian yang timbul atau

berbentuk, mengikat mengikat).

Penyerahan uangnya sendiri, adalah bersifat riil. Jadi pada saat penyerahan

uang dilakukan, barulah berlaku ketentuan yang dituangkan dalam model

perjanjian kredit kedua pihak. Dengan terjadinya penyerahan uang barulah dapat

(20)

Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (pactum de contralendo). Maksudnya adalah perjanjian ini mendahului perjanjian hutang piutang (pinjam meminjam), sedangkan perjanjian hutang piutang merupakan

pelaksanaan dari perjanjian pendahuluan atau perjanjian kredit.41

41

Referensi

Dokumen terkait

S|RUP adalah aplikasi Slstem lntormasi Rencana Umum Pengadaan berbasis web yang funqsinya sebagai gaEna atau alat untuk mengumumkan RUP.. SiRUP bgrtujuan untu

Hasil penelitian ini menggambarkan faktor risiko yang mempengaruhi pre eklamsi kehamilan pada ibu post partum yaitu 56% kasus pre eklamsi terjadi pada ibu paritas satu, 65% kasus

Kurang ( 1 ) Menyebutkan nama benda- benda langit diangkasa luar Menyebutkan 8 nama-nama benda langit diangkasa luar Menyebutkan 6 nama-nama benda langit diangkasa luar

Salah satu penelitian yang menggunakan informasi fuzzy dalam menyelesaikan JSSP dengan menggunakan algoritma genetik ( Genetic Algorithm ) sebagai metode pencariannya sesuai yang

[r]

Mengapa banyak pengguna komputer senang dengan bentuk sajian tersebut, dikarenakan informasi yang disampaikan dalam bentuk aplikasi multimedia melalui internet jauh lebih mudah

[r]

Setelah dikembangkan aplikasi Media Player dapat menjalankan film dalam format DVD dan dapat membuat playlist untuk memudahkan pengguna memainkan lagu-lagu MP3, walaupun masih