• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Yayasan Sebagai Hukum Nirlaba Yang Menjadi Pemegang Saham Mayoritas Dalam Perseroan Terbatas Yang Bertujuan Mencari Keuntungan dan Tanggungjawab Yayasan Atas Kegiatan Usaha Perseroan Terbatas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Yayasan Sebagai Hukum Nirlaba Yang Menjadi Pemegang Saham Mayoritas Dalam Perseroan Terbatas Yang Bertujuan Mencari Keuntungan dan Tanggungjawab Yayasan Atas Kegiatan Usaha Perseroan Terbatas."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

viii

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Irmanio Nurul Haq Hermansyah (1187056)

ABSTRAK

Yayasan adalah suatu badan yang melakukan berbagai kegiatan bersifat nonkomersial (nirlaba) dan bergerak dibidang sosial, keagamaan, atau pendidikan, cenderung memiliki tujuan sosial. Yayasan tentunya membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan sosialnya, sehingga yayasan yang seharusnya badan hukum nirlaba yang tidak mencari laba tetapi pada Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Juncto 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, yayasan dapat mendirikan badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas (PT) untuk mendapatkan tambahan dana agar terwujudnya tujuan sosial dari yayasan tersebut. Dengan yayasan mendirikan PT tentunya PT tidak selalu mendapatkan keuntungan dan bisa saja PT yang didirikan oleh yayasan pun dapat mengalami kerugian dan tujuan sosial dari yayasan pun tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu bertentangan dengan Pasal 7 ayat (1) UU Yayasan dan Pasal 8 UU Yayasan sehingga tujuan semula yayasan menjadi hilang karena dengan PT rugi maka yayasan yang harus menanggung akibatnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif karena sasaran penelitian ini adalah hukum. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka yaitu antara lain dengan menganalisis dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Yayasan, Perseroan Terbatas, Yayasan yang mendirikan badan usaha dan pertanggung jawaban yayasan dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Penelitian ini menjelaskan bahwa yayasan sebagai badan hukum nirlaba dalam mendirikan badan usaha harus sesuai berdasarkan Undang-Undang Yang berlaku apabila bertentangan dengan Undang-Undang maka tujuan awal semula yayasan menjadi tidak terpenuhi. Yayasan mendirikan PT menjadikan yayasan yang bertanggung jawab atas kerugian dan ini mengakibatkan yayasan tidak dapat berjalan dengan seharusnya. Yayasan yang semula sebagai badan hukum yang menjalankan tujuan sosial menjadi ikut menanggung akibat dari kegiatan usaha yang didirikannya sebagai pemegang saham. Tanggung jawab organ yayasan dalam menjalankan tanggung jawab terbatasnya adalah hanya sebatas harta yang di investasikan dan tanggung jawab tidak terbatasnya harta kekayaan dapat diterobos apabila organ yayasan terbukti melakukan kelalaian yang mengakibatkan aset-aset yayasan menjadi turun dan pengurus serta organ yayasan harus ikut bertanggung jawab hingga pada harta pribadi.

(2)

ix

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Irmanio Nurul Haq Hermansyah (1187056)

ABSTRACT

Foundation is a legal entity that is a non-commercial (non-profitable) activity which moves in the field of social, religious or educational field and tends to have social purpose. Foundation as a non-commercial legal entity still needs funds to put together activities that allow their goals to be achievable. Therefore, at the Article 3 verse (1) Law Number 16/2001 Juncto 28/2004 about foundation, foundations are allowed to establish Limited Company to allow the foundation to gather funds. At this case, it is possible that the Limited Company makes loss instead of profit, which causes the foundation to be unable to achieve its goals. This is opposite of what Article 7 verse (1) of foundation law dan Article 8 of foundation law” because the goals of the foundation is unachievable as the limited company makes loss profit, the foundation is the one that has to burden the consequence.

The method that is used in this research is the normative juridical method as the target for this research is the law. Normative juridical research is a research method that is used by analyzing the literature legal materials, which is by analyzing the laws that is related with foundation law, Limited Company law, foundation that establish profitable legal entity and the responsibility of foundation from running their commercial activities.

From this research, we attain the conclusion that foundation as non-commercial legal entity as the entity that establishes the non-commercial entity must follow the laws that applies when it oppose the law which the true aim of creating the foundation becomes unachievable. For the foundation to set up Limited Company makes it responsible for all liability and this cause the foundation to be unable to run as it should be. Foundation that was at the beginning was a legal entity to conduct social purpose becomes the bearer of the burden from the business activity that it had built as a shareholder. The limited responsibility of the members of the foundation is only confined to the assets of the foundation that has been invested and the unlimited responsibility of the members of the foundation is not limited to only the assets of the foundation if there is an evident that there is a negligence by the foundation that results in a decline of assets, causing the members of the foundation to have to held responsible to their personal assets.

(3)

x

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

LEMBAR JUDUL ………..………... i

PERNYATAAN KEASLIAN ……… ii

LEMBAR PENGESAHAN ………...……….. iii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ……….. iv

KATA PENGANTAR …..……….. v

PERNYATAAN TELAH MENGIKUTI SIDANG ………. vii

ABSTRAK ………. viii

DAFTAR ISI……….………..……….... x

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………...……... 1

B. Identifikasi Masalah ………. 9

C. Tujuan Penelitian ………. 9

D. Kegunaan Penelitian ……… 10

E. Kerangka Pemikiran ………...……. 11

F. Metode Penelitian ……… 17

G. Sistematika Penulisan ………... 20

BAB II TINJAUAN YAYASAN SEBAGAI BADAN HUKUM NIRLABA ………... 23

A. Pengertian Yayasan ………... 23

(4)

xi

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

E. Kegiatan Usaha Yang Menunjang Maksud Dan Tujuan Yayasan ..

1. Asas Nirlaba Di Indonesia ...

2. Yayasan Bukan Sebagai Perusahaan ...

3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tidak Dapat

Diberlakukan ...

4. Permasalahan Dalam Mencari Keuntungan ... 35

37

38

39

40

F. Kekayaan Yayasan ………...………... 41

G. Pendanaan Yayasan Dalam Aspek Yayasan ……… 45

H. Organ Yayasan ………...………...

1. Pembina ...

2. Pengurus ...

3. Pengawas ...

I. Bubarnya Suatu Yayasan ... 47

47

51

58

59

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP YAYASAN YANG MENDIRIKAN BADAN USAHA ………... 61

A. Pendirian Badan Usaha Oleh Yayasan ...

B. Badan Usaha Yang Didirikan Oleh Yayasan ...

1. Yayasan Yang Mendirikan Badan Usaha Berbentuk Badan

Hukum Perseroan Terbatas ...

2. Perseroan Terbatas Memiliki Organ Untuk Mengatur Jalannya

PT ... 61

63

65

(5)

xii

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

C. Yayasan Dapat Ikut Serta Menjadi Pemegang Saham Perseroan

Terbatas ... 75

D. Penyertaan Modal Yayasan Pada Perseroan Terbatas ...

E. Larangan Mengeluarkan Saham Untuk Dimiliki Sendiri ...

1. Jangkauan Larangan Meliputi Perseroan Lain ...

2. Kepemilikan Saham Sendiri Yang Tidak Dilarang ...

3. Kewajiban Mengalihkan Kepada Pihak Lain ...

F. Larangan Merangkap Jabatan Di Badan Usaha ...

G. Hasil Usaha Tidak Dapat Dibagikan ...

H. Melaksanakan Kepengurusan Yayasan Secara Langsung Dan

Penuh ...

I. Laporan Tahunan Sebagai Tanggung Jawab Yayasan Termasuk

Kegiatan Usahanya Terhadap Masyarakat ... 78

82

82

83

84

85

86

87

88

BAB IV ANALISA TERHADAP YAYASAN SEBAGAI BADAN HUKUM NIRLABA YANG MENJADI PEMEGANG SAHAM MAYORITAS DALAM PERSEROAN TERBATAS YANG BERTUJUAN MENCARI KEUNTUNGAN DAN TANGGUNG JAWAB YAYASAN ATAS KEGIATAN USAHA PERSEROAN TERBATAS ... 91

(6)

xiii

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

B. Tanggung Jawab Organ Yayasan Dalam Menjalankan Tanggung

Jawab Terbatas dan Tanggung Jawab Tidak Terbatas Yayasan

Dalam Badan Usaha Berbentuk Perseroan Terbatas... 105

BAB V PENUTUP ... 120

A. Simpulan ... 120

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ………. 126

(7)

1

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

A. Latar Belakang.

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna diantara

makhluk ciptaan Tuhan, Manusia mempunyai rasio, berbeda dengan

makhluk hidup lainnya. Manusia mempunyai kemauan dan kemampuan

untuk berbuat dan membangun organisasi. Manusia merupakan makhluk

social, makhluk bermasyarakat, yang mampu mengadakan kerjasama

dengan semua pihak dalam usaha mencapai tujuan bersama.1

Sifat dasar inilah dikenal dengan “ Ubi Societas Ibi Ius” yang dalam

arti Indonesianya adalah dimana “ada masyarakat disitu ada hukum”,

sehingga hukum itu munculnya dari masyarakat, karena manusia adalah

bagian dari masyarakat dimana manusia adalah makhluk sosial disebut

dengan Zoon Politicon, yaitu makhluk yang punya kepentingan dan

manusia tidak dapat hidup sendiri karena membutuhkan orang lain dalam

kehidupannya, menurut Thomas Hobes “manusia adalah makhluk yang

suka menonjolkan ego”, maka dari itu masyarakat merupakan kumpulan

manusia yang saling berinteraksi yang berdasarkan alasan tertentu

1

(8)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

membentuk suatu kelompok (group) dalam jangka waktu yang lama,

seperti organisasi masyarakat.

Dengan adanya keinginan manusia yang berorganisasi dan manusia

adalah makhluk sosial, hal inilah yang mendorong munculnya yayasan

guna mencapai tujuan sosial yang bersifat sosial, keagamaan, dan yang

bersifat kemanusiaan maka banyak masyarakat yang kemudian mendirikan

yayasan, karena yayasan sudah sejak lama hadir sebagai salah satu

organisasi atau badan yang melakukan kegiatan dalam bidang sosial,

kemanusiaan, dan keagamaan. Sebelum dikeluarkannya undang-undang

yang khusus mengatur tentang yayasan, mereka sudah terlebih dahulu ada

dan sudah aktif melakukan kegiatannya di Indonesia. Dalam aktifitasnya

Yayasan-Yayasan hanya menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata sebagai dasar pengaturannya. Adapun ketentuan-ketentuan dalam

KUHPerdata yang mengatur yayasan sebelum undang-undang yayasan

lahir adalah Pasal 365, Pasal 900, Pasal 1680 KUHPerdata.

Kemudian diterbitkanlah Peraturan mengenai Yayasan yaitu

Undang-undang 16 Tahun 2001 tentang yayasan yang diikuti Undang-Undang-undang 28

Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang 16 Tahun 2001 Tentang

Yayasan. Perubahan Undang-Undang Yayasan dilakukan bukan untuk

penggantian seluruhnya melainkan hanya beberapa pasal saja yang diganti,

dengan tidak merubah seluruh pasal dalam Undang-Undang 16 Tahun

2001. Kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan diantara lain memberikan

(9)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

penderita cacat badan, memberikan beasiswa kepada anak kurang mampu,

memberikan bantuak kepada masyarakat dalam berbagai bentuk guna

menolong masyarakat yang membutuhkan.2 Sehingga yayasan pun

merupakan badan hukum karena mereka terhubung guna membantu

masyarakat.

Dalam Pasal 1 ayat (1) UU No.16 Tahun 2001 jo 28 Tahun 2004,

dengan tegas dikatakan bahwa “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri

atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan

tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak

mempunyai anggota”. Namun pada Pasal 2 Undang-Undang No.16 Tahun

2001 Jo. 28 Tahun 2004 disebutkan bahwa, “Yayasan mempunyai organ

yang terdiri atas pembina, pengurus, dan pengawas. Yayasan dapat

didirikan oleh beberapa orang ataupun dapat juga oleh seseorang saja, baik

warga negara Indonesia maupun warga negara asing dengan memisahkan

suatu harta dari seseorang atau beberapa pendirinya, dengan tujuan sosial

yang tidak mencari keuntungan, mempunyai pengurus yang diwajibkan

mengurus dan mengelola segala sesuatu yang bertalian dengan

kelangsungan hidup yayasan.3

Sumber dana yayasan selain yang sudah dipisahkan oleh pendirinya,

sumber dana yayasan pun dapat berasal dari sumbangan yang tidak

mengikat, wakaf, hibah, hibah wasiat,negara, dan perolehan lainnya yang

2

Gatot Supramono, Hukum Yayasan Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm 1 3

(10)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

didapat oleh yayasan dengan tidak melawan hukum. Dalam mencari dana

terkadang yayasan mendirikan badan usaha yang terdapat didalam Pasal 3

ayat 1 Undang-Undang No.16 Tahun 2001 Jo 28 Tahun 2004 tentang

Yayasan penjelesan umumnya yang berbunyi “ Ketentuan dalam ayat ini

dimaksudkan untuk menegaskan bahwa yayasan tidak digunakan sebagai

wadah usaha dan yayasan tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara

langsung tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui

badan usaha lain dimana yayasan menyertakan kekayaannya.’

Maka dari itu tidaklah tabu untuk yayasan bergerak bahkan sampai

menjalankan usaha yang bersifat mencari laba, asal gerak mencari laba itu

tidak langsung dijalankan sendiri oleh Yayasan, melainkan dengan jalan

Yayasan mendirikan perseroan terbatas, menurut rezim Undang-Undang

No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dengan Yayasan

mengambil saham dari perseroan dimaksud, dengan tujuan untuk dari

pembagian keuntungan yang diperoleh (deviden) mampu yayasan lebih

mengintensifkan tujuan sosialnya.4 Oleh karena itu perseroan terbatas bisa

melalui suatu lembaga CSR (Corporate Social Resposibility) sebagai suatu

pendekatan perusahaan yang mengintegrasikan kepedulian sosial dalam

operasi bisnis dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku

kepentingan (stake holders) berdasarkan prinsip keterbukaan, dimana

perusahaan mengakui bahwa permasalahan masyarakat adalah milik

mereka juga dan perusahaan juga harus menanganinya. Perseroan terbatas

4

(11)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

sebagai suatu perusahaan yang berkomitmen dalam dunia bisnis untuk

berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan

memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap aspek

ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Hadirnya Undang-Undang 40 tahun 2007 tidak terlepas dalam

pertimbangan Undang-Undang Perseroan Terbatas dimana didalamnya

menimbang point 1 dan point 2 yaitu :

a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar

atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan

dan kesatuan ekonomi nasional, perlu didukung oleh

kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

b. bahwa dalam rangka lebih meningkatkan pembangunan

perekonomian nasional yang sekaligus memberikan landasan

yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi

perkembangan perekonomian di era globalisasi pada masa

mendatang, perlu didukung oleh suatu undang-undang yang

mengatur tentang perseroan terbatas yang dapat menjamin

terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif.

Apabila dilihat sepintas antara yayasan dan perseroan terbatas adalah

(12)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

yayasan bertujuan untuk sosial sedangkan perseroan terbatas untuk bisnis,

dengan tujuan memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya tetapi apabila

dilihat dari pertimbangan point 1, dimana dalam point tersebut terdapat

prinsip kebersamaan, berkeadilan, berwawasan lingkungan, serta

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sama dengan yayasan yang

didirikan untuk kesejahteraan masyarakat, kebersamaan, sehingga

membuat yayasan dan perseroan terbatas dapat menjadi satu tujuan yang

sama.

Yayasan mendirikan Perseroan Terbatas yang menjalankan bisnis

seperti pabrik-pabrik, badan-badan usaha pencari laba, untuk hasil deviden

yang diperoleh disumbangkan kepada kegiatan sosial yang

diselenggarakan oleh pihak lain atau diselenggarakan sendiri oleh

Yayasan. Ini lah yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 7 Undang-Undang

No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan, menurut Pasal 7 ayat (1) “yayasan

dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud

dan tujuan yayasan”. Menurut Pasal 8 Undang-Undang No.16 Tahun 2001

tentang Yayasan, selain kegiatan badan usaha itu harus sesuai dengan

maksud dan tujuan yayasan, kegiatan badan usaha itu tidak boleh

bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan

perundang-undangan.

Dalam yayasan menjalankan badan usaha tidak perlu yayasan

mendirikan perusahaan baru yang seluruh sahamnya diambil oleh yayasan,

(13)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

perusahaan yang sudah ada (melalui akuisisi), atau yayasan ikut serta

mendirikan badan usaha baru bersama pihak-pihak lain (join venture).

Untuk tipe inilah yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 7 ayat (2) dan (3)

serta Pasal 8 Undang-Undang No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Tetapi

menurut Pasal 8 ayat (2) dalam hal yayasan melakukan penyertaan,

pertama-tama bidang kegiatan badan usaha yang dimaksud harus

prospektif, yaitu mempunyai masa depan yang menguntungkan, yang

kedua penyertaan yang dilakukan maksimum tidak lebih dari 25% dari

seluruh nilai kekayaan yayasan.

Tetapi yayasan adalah suatu badan yang melakukan berbagai kegiatan

bersifat nonkomersial (nirlaba) dan bergerak di bidang sosial, keagamaan,

atau pendidikan, dan cenderung memiliki tujuan sosial. Dimana dalam

pengertiannya nirlaba adalah Adalah suatu organisasi mandiri yang

menekankan pada kerja pelayanan sosial dengan tidak bermaksud untuk

menarik keuntungan yang bernilai bisnis dari usaha yang dilakukan.

Organisasi Nirlaba menekankan pada pemberian pelayanan pada

kepentingan publik. Menurut wikipedia indonesia, organisasi nirlaba atau

organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk

mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk

suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal

yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi gereja,

sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi

(14)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset,

museum, dan beberapa para petugas pemerintah.5

Sehingga yayasan seharusnya badan hukum nirlaba yang tidak mencari

keuntungan atau mencari laba tetapi pada Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang

No.16 Tahun 2001 Jo 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, yayasan

dibolehkan membuka badan usaha sehingga itu bertentangan dengan

yayasan sebagai badan hukum nirlaba. Dimana adanya yayasan yang

membuka badan usaha perseroan terbatas seperti pada kasus Yayasan

Kartika Eka Paksi dimana 3 (tiga) orang yang sebagai pengurus yayasan,

selaku pemegang saham dan komisaris yayasan yang mengalihkan atau

menjual saham kepada PT. Mulia Agro Persada yang tidak mendapatkan

persetujuan dari pemegang saham Perseroan Terabatas lainnya,

sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 7 Anggaran Dasar Perseroan

tersebut menimbulkan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

ketiga orang tersebut dalam pengalihan saham yayasan.

Masalah yayasan dan perseroan terbatas tentang saham ini pernah

diteliti sebelumnya oleh Mona Winata Siahaan yang berjudul “Tinjauan

Hukum Fungsi Yayasan Yang Didirikan Oleh Perseroan Terbatas”, Skripsi

yang dibuat oleh penulis pun berbeda dengan penelitian pada judul

tersebut. Dalam skripsi ini penulis akan membahas menganai saham

mayoritas dan tanggung jawab yayasan terhadap perseroan terbatas.

(15)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Berdasarkan pemaparan diatas, saya tertarik untuk membahas lebih

jauh keterkaitan antara yayasan yang mendirikan Perseroan terbatas

sebagai pemegang saham dan memilih judul skripsi “TINJAUAN

YURIDIS YAYASAN SEBAGAI BADAN HUKUM NIRLABA YANG

MENJADI PEMEGANG SAHAM MAYORITAS DALAM

PERSEROAN TERBATAS YANG BERTUJUAN MENCARI

KEUNTUNGAN DAN TANGGUNG JAWAB YAYASAN ATAS

KEGIATAN USAHA PERSEROAN TERBATAS”

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis akan

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah yayasan sebagai badan hukum nirlaba yang menjadi

pemegang saham mayoritas dalam badan usaha berbentuk Perseroan

Terbatas ?

2. Bagaimanakah tanggung jawab organ yayasan dalam tanggung jawab

terbatas dan tanggung jawab tidak terbatas yayasan dalam badan usaha

berbentuk Perseroan Terbatas ?

C. Tujuan Penelitian.

Dari identifikasi masalah yang ada maka penulis memiliki tujuan

(16)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

1. Untuk mengetahui yayasan sebagai badan hukum nirlaba yang

menjadi pemegang saham mayoritas dalam badan usaha berbentuk

Perseroan Terbatas.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab terbatas dan tanggung jawab tidak

terbatas yayasan dalam badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas.

D. Kegunaan Penelitian.

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara

teoritis maupun secara praktis, yaitu :

1. Secara Teoritis

Pembahasan terhadap masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini

tentu akan menambah pemahaman dan pandangan baru tentang

yayasan dan perseroan terbatas, dalam hal ini akan menjadi

masukan bagi pemerintah untuk lebih giat lagi dalam

mengembangkan dunia pendidikan dan untuk mengembalikan

tujuan asli dari bentuk yayasan dan perseroan terbatas sebagaimana

mestinya.

2. Secara Praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para

pembaca baik rekan mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum dan

pemerintahan dalam menentukan kebijakan terhadap yayasan.

(17)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

hukum dan juga tidak hanya bertujuan untuk memperkaya diri

sendiri saja. Hal ini dimaksud kan agar dapat diterapkan dengan

baik sehingga dapat mencegah praktek perbuatan hukum yang

dilakukan yayasan yang dapat merugikan yayasan dan hanya

mencari keuntungan semata dengan menggunakan perseroan

terbatas.

E. Kerangka Pemikiran.

Yayasan adalah tiap kekayaan (vermogen) yang tidak merupakan

kekayaan orang atau kekayaan badan dan yang diberi tujuan tertentu.

Dalam pergaulan hukum, yayasan bertindak sebagai pendukung hak dan

kewajiban tersendiri, seperti yayasan yang menjadi dasar keuangan

swasta. Dari penjelasan di atas, sebagai Pendukung hak dan kewajiban,

Yayasan yang merupakan subjek hukum dapat memiliki tanah rumah dan

objek hukum lainnya.6 Untuk memberi pembenaran, dasar hukum bahwa

badan hukum itu sebagai subjek hukum ada beberapa teori tentang badan

hukum yaitu:

1. Teori Fiksi

Teori ini menyatakan bahwa badan hukum merupakan simbol

dari totalitas jumlah kumpulan orang-orang yang terkait dengan

badan hukum. Bahwa dalam teori ini yang menjadi subjek hukum

adalah manusia. Tokoh utama dari teori fiksi adalah Frederich Carl

6

(18)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

von Savigny.7 Dimana dalam yayasan yang berperan dalam

pembangunan nya adalah manusia karena dengan adanya

keinginan manusia berorganisasi, maka manusia pun membentuk

suatu perkumpulan dan memisahkan harta kekayaannya untuk

membangun suatu yayasan karena yayasan adalah suatu badan

hukum walaupun berbentuk yayasan tetap saja manusia yang

berperan dalam pelaksaan menjalankan yayasan.

2. Teori Organ

Teori ini merupakan reaksi terhadap teori fiksi. Tokoh teori

organ adalah Otto Von Gierke (1841-1921), dengan pengikut

antara lain L.G. Polano, ajaran teori organ disebut sebagai ajaran

realitas yang sempurna, inti dari teori organ adalah badan hukum

itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar ada

dalam pergaulan hukum.8 Sehingga teori ini seperti yayasan

dimana yayasan itu badan hukum yang seperti manusia karena

yayasan muncul didalam kehidupan masyarakat sehingga dapat

menimbulkan hukum seperti manusia, karena yayasan berpengaruh

pada kehidupan masyarakat dengan adanya yayasan maka

masyarakat dapat dibantu karena tujuan sosial dari yayasan.

3. Teori Harta Kekayaan dalam Jabatan

Ajaran tentang kekayaan yang dimiliki seseorang dalam

jabatannya menyatakan adanya suatu hak yang melekat pada suatu

7 Budyiono Tri, Hukum Perusahaan, (Salatiga: Griya Media, 2011), hlm, 62 8

(19)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

kualitas. Bahwa tidaklah mungkin mempunyai hak apabila tidak

dapat melakukan hak tersebut. Teori ini dipelopori oleh Holder dan

Binder, sebagai pengikutnya adalah F.J. Oud. Untuk badan hukum

yang memiliki khendak adalah pengurus.9 Seperti pada yayasan

adanya organ yang mengelola yayasan salah satunya adalah

pengurus sehingga pengurus memiliki hak untuk melaksanakan

kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan.

4. Teori kekayaan bersama

Harta kekayaan badan hukum itu adalah milik

bersama-sama seluruh anggota. Para anggota yang berhimpun adalah suatu

kesatuan dan membentuk suatu pribadi yang disebut badan hukum.

Tokoh dari teori kekayaan bersama adalah Rudolf Von Jhering

(1818-1892).10 Dalam teori ini dapat dikaitkan dengan yayasan

karena setiap yang akan mendirikan yayasan dimana yayasan

adalah badan hukum yang kekayaannya dipisahkan maksimalnya

adalah 25% (dua puluh lima persen) dan digabungkan untuk

mendirikan yayasan.

5. Teori Kekayaan Bertujuan

Teori ini dikemukakan oleh A.Brinz ( Jerman), menurut

Brinz, hanya manusia yang dapat menjadi subjek hukum.11 Karena

itu Badan Hukum bukan subjek hukum dan hak-hak yang

diberikan kepada suatu badan hukum pada hakikatnya adalah

9 ibid, hlm 63 10 ibid 11

(20)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

hak dengan tiada subjek hukum. Teori ini mengemukakan bahwa

kekayaan badan hukum itu tidak terdiri dari hak-hak sebagaiman

lazimnya (ada manusia yang mejadi pendukung hak-hak tersebut).

Kekayaan badan hukum dipandang terlepas dari pemegangnya,

disini yang penting bukan siapakah badan hukumnya melainkan

kekayaan tersebut diurus untuk tujan tertentu, karena itu teori ini

berpandangan tidak peduli manusia atau bukan, tidak peduli

apakah kekayaan tersebut merupakan hak-hak yang normal atau

bukan, pokoknya adalah tujuan dari kekayaan tersebut. Sehingga

dengan adanya teori A. Brintz ini dapat diterapkan pada yayasan

karena yayasan memiliki kekayaan yang bertujuan sosial,

kemanusiaan, dan keagamaan. Sehingga yang dilihat adalah tujuan

dari kekayaan yayasan tersebut itu karena kekayaan yayasan

memiliki hak-hak dan kewajiban untuk suatu tujuan dimana

yayasan memiliki tujuan untuk membantu masyarakat, sehingga

kekayaan yayasan digunakan untuk tujuan kepentingan

masyarakat.

Yayasan merupakan suatu badan yang melakukan berbagai kegiatan

yang bersifat non komersial (nirlaba) dan bergerak di bidang sosial,

keagamaan, atau pendidikan, dan cenderung memiliki tujuan idiil. Dalam

ketentuan UU yayasan, Pasal 1 butir (1) dikatakan bahwa yayasan adalah

badan hukum, terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukakan

(21)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.12 Dalam mendirikan suatu

organisasi juga dapat diterapkan Teori Organisasi Neo Klasik dimana

suatu organisasi sebagai kelompok dengan tujuan bersama yang lebih

menekankan pada aspek sosial, maka teori ini pun dapat diterapkan pada

yayasan karena yayasan merupakan suatu organisasi yang memiliki tujuan

bersama yaitu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang

pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha

dan ikut serta dalam suatu badan usaha. Tetapi terdapat beberapa larangan

didalamnya. Dimana dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang No.16 Tahun

2001 Jo. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan disebutkan maksimal penyertaan

25% (dua puluh lima persen) dari harta kekayaan yayasan. Sebagai badan

hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan,

dan kemanusiaan. Kekayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang

dipisahkan dalam bentuk uang atau barang. Selain kekayaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No.16 Tahun 2001 Jo.

28 Tahun 2004 tentang Yayasan. Didalam hubungan antara yayasan

dengan perseroan terbatas maka akan terdapat keuntungan dan kerugian

yang terjadi di dalamnya, sehingga bagaimana akibat yang terjadi bagi

yayasan, dan perseroan terbatas yang mengalami kerugian dan

keuntungan. Sebagai Organ Yayasan walaupun tidak mencari keuntungan,

12

Mulhadi, Hukum Perusahaan, Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm 194.

(22)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

maka tidak tertutup kemungkinan badan usaha membuka bentuk usaha

badan hukum dan tidak berbadan hukum yang berbentuk perseroan

terbatas.

Perseroan Terbatas merupakan bentuk badan usaha yang paling

sempurna diatara berbagai bentuk badan usaha lainnya seperti firma dan

persekutuan komanditer (CV), didalam perseroan terbatas dikenal juga

beberapa teori personalitas perseroan dimana perseroan sebagai badan

hukum akan dikemukakan dalam beberapa teori yaitu Teori Fiksi yang

disebut juga teori entitas dimana dalam teori ini, kepribadian atau

perseonalitas perseroan sebagai badan hukum adalah pengakuan hukum

terhadap kepentingan sekelompok orang tertentu untuk melakukan

kegiatan perusahaan atau bisnis.13 Teori yang kedua adalah Teori Realistik

dimana hukum mengakui adanya perbedaan dan personalitas Perseroan

dengan personalitas para anggota kelompok yang terikat dalam

perseroan.14 Teori yang ketiga adalah Teori Kontrak yang mengatakan,

perseroan sebagai badan hukum, dianggap merupakan kontrak antara

anggota-anggota Perseroan , yaitu pemegang saham dengan pemerintah

dalam segi lain.15

Dalam mendirikan perseroan terbatas dimana harus berupa saham

dimana saham merupakan kekayaan pribadi pada umunya pemegang

saham mendapat keuntungan dari perseroan dalam bentuk deviden

sebanding dengan besarnya uang yang diinvestasikan, dalam kepemilikan

13 Harahap, M, Yahya, Hukum Perseroan terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika,2011), hlm 55 14 Ibid, hlm 56

(23)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

saham harus ada syarat mengenai kepemilikan saham dimana syarat

tersebut dapat ditetapkan dalam Anggaran dasar. Kepemilikan saham

dibedakan menjadi dua cara yaitu kepemilikan silang secara langsung, dan

kepemilikan silang secara tidak langsung16, dan ada kepemilikan saham

yang tidak dilarang.17

Dengan adanya perseroan terbatas maka diterapkanlah Prinsip

Business Judgment Rule adalah suatu prinsip hukum yang berasal dari

system common law dan merupakan derivative dari Hukum Korporasi di

Amerika Serikat. Konsep ini mencegah pengadilan-pengadilan di Amerika

Serikat untuk mempertanyakan pengambilan keputusan usaha oleh

Direksi, yang diambil dengan itikad baik. Secara umum prinsip business

Judgment Rule dianut dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 97 UUPT 40

Tahun 2007.18

F. Metode Penelitian.

Titik berat kajian ilmu hukum adalah kaidah-kaidah atau norma-norma

hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang sedang berlaku,

penah berlaku, ataupu yang dicita-citakan. Oleh karena itu, untuk

membuat karya ilmiah penulis menggunakan metode penelitian hukum

16 Ibid, hlm 243

17 Ibid. 18

Dimar Zuliaskimsah, Prinsip Bussines Judgement Rule dan Penerapannya Dalam

(24)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

normatif19 yaitu penelitian hukum yang dilakukan melalui studi

kepustakaan atau data sekunder, yang dilakukan dengan menggunakan

bahan hukum primer, sekunder, tersier.

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah maka penelitian

dilakukan menggunakan penelitian hukum normatif berupa produk

perilaku hukum, misalnya mengkaji rancangan undang-undang. Pokok

kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah

yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap

orang, sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada inventarisasi

hukum positif, asas-asas dan doktrin-doktrin hukum, penemuan hukum

dalam perkara, sistematika hukum, taraf sinkronisasi hukum,

perbandigan hukum, dan sejarah hukum.20

2. Sifat Penelitian

Penelitian tentang “Tinjauan Yuridis Yayasan Sebagai Badan

Hukum Nirlaba Yang Menjadi Pemegang Saham Mayoritas Dalam

Perseroan Terbatas Yang Bertujuan Mencari Keuntungan Dan

Tanggung Jawab Yayasan Atas Kegiatan Usaha Perseroan Terbatas”

menggunakan penelitian yang bersifat Deskriptif.21

3. Pendekatan Penelitian

19

Soerjono Soekanto, dan Mamudji, Sri. Penelitian Hukum Normatif., Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003) hlm, 13.

20 Abdulkadir Muhamad, Hukum dan Penelitian Hukum, Cet. I (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hlm 52

21

(25)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Dalam penelitian ilmu hukum normatif dikenal beberapa

pendekatan- pendekatan, yaitu antara lain:22

a. Pendekatan undang-undang

b. Pendekatan kasus

c. Pendekatan historis

d. Pendekatan komparatif

e. Pendekatan konseptual

Untuk penelitan dalam tugas akhir ini, maka peneliti akan

menggunakan dua jenis pendekatan yaitu pendekatan undang-undang

dan pendekatan konseptual.

Pada pendekatan undang-undang peneliti akan menelaah

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas. Pada pendekatan konseptual peneliti akan menelaah

mengenai teori-teori dan doktrin-doktrin yang berkaitan dengan hukum

yayasan dan hukum perusahaan.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Adapun data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari :

1. Bahan Hukum Primer adalah berupa bahan-bahan hukum yang

mengikat yaitu peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini yaitu

Undang-Undang No.16 Tahun 2001 Jo 28 Tahun 2004 tentang

22

(26)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Yayasan dan Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas.

2. Bahan Hukum Sekunder adalah data yang bersumber dari

kepustakaan23 berupa buku-buku atau literatur-literatur ilmu hukum,

hasil penelitian kelompok, lembaga dan perseorangan dari para pakar,

materi tentang yayasan, serta dokumen-dokumen tertulis lainnya yang

relevan dengan obek penelitian dan memberikan penjelasan terhadap

badan hukum primer.

3. Bahan Hukum Tertier berupa kamus hukum dan kamus lainnya yang

relevan atau yang memberikan kejelasan terhadap bahan-bahan hukum

primer dan sekunder.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan penjabaran penulisan penelitian ini

akan dibagi menjadi lima bab dan akan dibagi dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis, menuliskan tentang Latar Belakang

Masalah, Identifikasi masalah, Tujuan, dan manfaat

penulisan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

(27)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB II TINJAUAN YAYASAN SEBAGAI BADAN HUKUM

NIRLABA

Pada bab ini berisikan tentang pengertian yayasan,

perseroan terbaatas, badan hukum, teori-teori, penjelasan

mengenai pendirian yayasan, badan hukum, badan hukum

nirlaba, dan hal-hal yang berkaitan dengan yayasan

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP YAYASAN YANG

MENDIRIKAN BADAN USAHA

Dalam bab ini akan dibahas mengenai bahasan mencakup

tentang pengaturan yayasan dan perseroan terbatas, alasan

dan faktor yayasan mendirikan perseroan terbatas.

BAB IV ANALISA TERHADAP YAYASAN SEBAGAI BADAN

HUKUM NIRLABA YANG MENJADI PEMEGANG

SAHAM MAYORITAS DALAM PERSEROAN

TERBATAS YANG BERTUJUAN UNTUK MENCARI

KEUNTUNGAN DAN TANGGUNG JAWAB

YAYASAN ATAS KEGIATA PERSEROAN TERBATAS

Dalam bab ini akan di bahas tinjauan tanggung jawab

yayasan dan hukum perseroan terbatas berdasarkan

Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 Jo 28 Tahun 2004

tentang Yayasan dan Undang-Undang 40 Tahun 2007

(28)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

yayasan terhap pihak ketiga dan apa hukuman bagi yayasan

yang lalai dalam tanggung jawabnya.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini penulis akan menyimpulkan dan memberi

saran dari hasil penelitian mengenai permasalahan yang

(29)

120

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan permasalahan pada bab-bab sebelumnya, maka

dapat dihasilkan kesimpulan antara lain :

1. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha dengan cara mendirikan badan

usaha atau ikut serta dalam suatu badan usaha berdasarkan Pasal 3 ayat (1)

UU Yayasan, namun harus memperhatikan tujuan semula yayasan

tersebut mendirikan badan usaha itu untuk apa karena untuk menjalankan

fungsinya membutuhkan dana yang cukup itulah hal yang terpenting

untuk menjalankan suatu yayasan, berdasarkan Pasal 26 ayat (1) dan ayat

(2) UU Yayasan karena yayasan memiliki sumber kekayaan yang berasal

dari harta pendiri yang dipisahkan dan sumbangan-sumbangan seperti

sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat, wakaf, hibah, hibah wasiat,

dan perolehan lainnya, tentunya saja yayasan juga harus mendapatkan

dana lebih yaitu dengan cara mendirikan badan usaha, karena jika hanya

menunggu dari sumbangan saja maka yayasan pun tidak dapat berjalan

dengan semestinya karena tidak setiap saat sumbangan itu ada.

(30)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Yayasan oleh karena itu Yayasan mendirikan badan usaha karena agar

tujuan sosialnya dapat berjalan sempurna sehingga yayasan harus

mendapatkan dana lebih dengan melakukan penyertaan modal dengan

begitu Yayasan sebagai pendiri badan usaha dapat melakukan penyertaan

modal sebagai pemegang saham sehingga yayasan dengan begitu dapat

menjadi pemegang saham mayoritas pada suatu badan usaha berbentuk

Perseroan Terbatas.

2. Melalui pengertian badan hukum dan tanggung jawab pengurus sebagai

wakil yayasan, dapat diketahui bahwa penyertaan modal pada sebuah

badan usaha yang salah satunya adalah Perseroan Terbatas dilakukan

berdasarkan persetujuan organ yayasan. Kedudukan yayasan sebagai

pemegang saham dalam PT diwakili oleh pengurus, Pengurus yayasan

mewakili yayasan sebagai pemegang saham dalam Perseroan Terbatas

dengan ikut mengawasi jalannya Perseroan Terbatas melalui Rapat Umum

Pemegang Saham. Pengurus Yayasan sebenarnya memiliki tanggung

jawab terbatas karena yayasan sendiri memiliki kekayaan yayasan

dipisahkan dari para pendirinya yaitu 25% (dua puluh lima persen), tetapi

apabila yayasan ingin mendirikan badan usaha maka tanggung jawabnya

pun menjadi tidak terbatas dikarenakan adanya prinsip piercing the

(31)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

dengan begitu tanggung jawab terbatas yayasan sebagai pemegang saham

PT dapat diterobos oleh prinsip piercing the corporate veil apabila

pemegang saham telah melakukan perbuatan hukum yang ada pada Pasal

tersebut. Tentunya dengan adanya prinsip piercing the corporate veil ini

bertentangan dengan Pasal 3 ayat (1) UU Yayasan, Pasal 7 ayat (1) UU

Yayasan dan Pasal 8 UU Yayasan yang mengharuskan pendirian kegiatan

usaha tersebut harus berdasarkan tujuan sosial yayasan karena yayasan

membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan sosialnya, bukan

sebaliknya yayasan yang harus menanggung kerugian yang diakibatkan

PT dan yayasan harus menggunakan harta kekayaannya untuk membayar

kerugian tersebut, karena dengan begitu yayasan tidak menjalankan

kegiatan usahanya sesuai maksud dan tujuan yayasan. Yayasan sebagai

pemegang saham ikut bertanggung jawab untuk membayar hutang atau

kerugian sampai kepada harta pribadi organ yayasan, dengan begitu

Pengurus yayasan sebagai pemegang saham bersama-sama dengan PT

membayar utang perseroan secara pribadi. Pertanggungjawaban hukum

paling besar dalam yayasan yang mendirikan badan usaha PT adalah

Pengurus, pengurus dalam menjalankan tugasnya tidak beritikad baik

maka pengurus harus bertanggung jawab secara pribadi apabila yang

bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan anggaran

(32)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

membuktikan bahwa kesalahan atau kelalaian yang terjadi bukan

kesalahan pengurus maka pengurus tidak perlu menanggung kerugian

tersebut. Tetapi sangata sulit membuktikan bahwa pengurus tidak lalai

karena yang memutuskan adalah Pengadilan. Berdasarkan Pasal 39 ayat

(2) UU Yayasan Apabila kekayaan pengurus tidak cukup untuk menutupi

kerugian maka organ yayasan secara tanggung renteng bertanggung jawab

untuk membayar kerugian tersebut.

B. SARAN

1. Mengingat tujuan semula dari yayasan adalah tujuan sosial yang bergerak

dibidang keagamaan, kemanusiaan, pendidikan maka yayasan dalam

menjalankan kegiatan usaha pun perlu berhati-hati karena apabila badan

usaha Perseroan Terbatas yang didirkan oleh yayasan merugi maka

yayasan harus bertanggung jawab secara pribadi hingga ke harta organ

yayasan dapat mengakibatkan mengurangi aset-aset yayasan dan

mengalami kepailitan, dengan begitu yayasan yang semula bertujuan

untuk menjalakan kegiatan sosial harus ikut bertanggung jawab dalam

masalah badan usaha yang didirikannya. Tentunya dengan adanya Pasal 3

ayat (2) UUPT tentang prinsip piercing the corporate veil ini membuat

yayasan menjadi melemah karena dengan kerugian yang terjadi pada PT,

(33)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

berjalan dengan semestinya. Sebaiknya yayasan mencari kegiatan usaha

yang tidak merugikan yayasan dalam hal mencari dana misalnya jika harta

kekayaan yayasan berupa uang maka yayasan dapat membeli tanah atau

bangunan yang kemudian disewakan, dengan begitu yayasan

mendapatkan keuntungan yang dijadikan sebagai kekayaan yayasan.

2. Pengurus harus memperhatikan bagaimana usaha yang harus dijalankan

oleh yayasan agar yayasan bisa mendapatkan dana tanpa harus yayasan

bertanggung jawab sampai harta kekayaan pribadi yang diterapkan oleh

prinsip piercing the corporate veil. Perlu juga dilakukan pengawasan

terhadap jalannya suatu kegiatan usaha PT yang didirikan oleh yayasan

tersebut agar tidak terjadi penyimpangan dan menimbulkan kerugian bagi

PT, maka dari itu sebaiknya pengurus yayasan sebagai pemegang saham

hendaknya memeperhatikan permasalahan-permasahalan apa saja yang

timbul, lalu pengurus memberikan solusi agar permasalahan yang terjadi

pada PT tidak sampai merugikan PT. Pengurus pun harus membuat

mekanisme kerja agar setiap jalannya Usaha yang dilakukan PT dapat

berjalan dengan lancar. Perlu dilakukan pengawasan dalam jalannya suatu

usaha PT tersebut dan sebagai Pemegang Saham tentunya sudah harus

mengetahui aturan yang apa saja yang diperbolehkan dan dilarang dalam

perundang-undangan PT, dengan begitu pemegang saham tentunya harus

(34)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

kerugian atau pun pemegang saham beritikad buruk dalam melaksanakan

PT dan mengakibatkan PT yang harus bertanggung jawab terhadap

kerugian yang sebenarnya dilakukan oleh pemegang saham dan juga

hal-hal yang tidak diingkan terjadi karena hal-hal tersebut dapat membuat PT

mengalami kerugian dan harus bertanggung jawab sesuai dengan

(35)

129

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Nama : Irmanio Nurul Haq Hermansyah

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 01 Desember 1992

Alamat : Jalan Kopo Sadang Perumahan Linggahara Blok B5

Nomor 63, Bandung.

Nomor Handphone : 082219192225

E-mail : Irmanio_n@yahoo.com

Format Pendidikan

1. SD Gentra Maksekdas, Lulus Tahun 2004

2. SMPN 39 Bandung, Lulus Tahun 2007

3. SMAK Rehobot Bandung, Lulus Tahun 2010

(36)

126

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdulkadir Muhamad, Hukum dan Penelitian Hukum, Cet. I, Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2004.

Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,

Koperasi, Yayasan, dan Wakaf, Bandung: Alumni,1997.

Borahima Anwar. Kedudukan Yayasan DiIndonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010.

Dr. Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, Bandung:

Nuansa Aulia, 2006.

Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris

Perseroan Terbatas (PT), Jakarta : Visimedia, 2009.

Gatot Suparmono, Hukum Yayasan Indonesia, Cetakan I Jakarta: Rineka Cipta 2008.

Handri Raharjo, Hukum Perusahaan, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia, 2013.

Husein Umar. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005.

Kurniawan, Hukum Perusahaan, Karakteristik Badan Usaha Berbadan Hukum Dan

(37)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Mishardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good

Corporate Governance, (Jakarta: Program Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas

Indonesia, 2002).

Mulhadi. Hukum Perusahaan, Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Bogor:

Ghalia Indonesia, 2010.

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, Cet.2, Jakarta:Kencana, 2008.

Rudi Prasetya, Yayasan Dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Rochmat Soemitro, Yayasan, Status Hukum dan Sifat Usaha, Jakarta,15 Desember

1989.

Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan, dan Wakaf, Bandung:

Eresco, 1993.

Salim HS. Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar

Grafika, 2003.

Soerjono Soekanto dan Sri mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: Raja Grafindo, 2003.

Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Subekti, R dan Tjitrosudibio, R, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta:

Pradnya Paramita, 2003.

Tri Budiyono, Hukum Perusahaan Telaah Yuridis Terhadap Undang-Undang No. 40

(38)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Nomor. 16 Tahun 2001 Jo. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.

Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Rujukan Elektronik

Dimar Zuliaskimsah, Prinsip Bussines Judgement Rule dan Penerapannya Dalam

Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, 2011,

(http://dimarzuliaskimsah.blogspot.com/2011/03/prinsip-business-judgement-rule-dan.html), 17 Maret 2011, Kamis.

Muhamad Rayhan Dillah, “Ciri-Ciri, Unsur, dan Teori Organisasi. 2013,

(http://bangbiw.com/ciri-ciri-unsur-dan-teori-organisasi/), 10 Oktober 2013.

Syah Putra, Pengertian Organisasi,Laba, dan Nirlaba, 2012,04

(http://budhihadisyahputra.blogspot.com/2012/04/pengertian-organisasilaba-dan-nirlaba.html), 26 April 2012.

Tri Susanti Dewi. Manusia Sebagai Faktor Organisasi, 2012,

Referensi

Dokumen terkait

Komposisi serat pelepah pisang dan arang kulit singkong mempengaruhi kekuatan impak, kapasitas penyerapan air, dan perubahan volume komposit. Semakin tinggi komposisi serat, semakin

Berdasarkan Gambar 4.20 – – – 4.28 untuk sistem Fouad dan 4.28 untuk sistem Fouad dan Anderson 3 Generator 9 Bus, menunjukkan bahwa metode ini mampu untuk menentukan CUEP

yang berjudul “ Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Membentuk. Kepribadian Peserta Didik (Studi Kasus di SDI Sunan Giri

Sekolah THHK yang pertama kali terbentuk pada awal abad ke-20 dan kemudian banyak berdiri di berbagai wilayah di Jawa serta beberapa yang ada di Sumatera, Kalimantan,

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di serikat pekerja PT.Pantjatunggal kntting mill telak melakukan standar keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang

Penyesuaian diri yang dilakukan oleh ketiga subjek menurut hasil penelitian ini lebih menitikberatkan pada pengalaman-pengalaman para subjek untuk menyeimbangkan

Pengetahuan tentang batas-batas wilayah adat pada masing-masing sub marga untuk mengatur penangkapan Ikan Arwana Irian di wilayah sendiri sangat mendukung upaya