• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sugiri Syarief, Ketua BKKBN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sugiri Syarief, Ketua BKKBN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Sugiri Syarief, Ketua BKKBN

Penderita HIV/AIDS terus meningkat. Meski banyak program diluncurkan, ternyata pemerintah tak mampu menahan laju pertumbuhan penderita penyakit mematikan itu. Seperti apa kondisi yang sebenarnya terjadi di Indonesia dan bagaimana pemerintah melakukan upaya

pencegahan dan penanggulangannya, berikut wawancara wartawan Media Umat Joko

Prasetyo dengan Ketua Badang Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief. Inilah petikannya.

Hubungan antara seks bebas dengan AIDS?

Orang yang melakukan seks bebas tanpa kondom besar risikonya untuk terkena AIDS. Karena salah satu penularan HIV/AIDS yaitu melalui hubungan heteroseksual yakni hubungan antara laki-laki dengan perempuan.

Seks bebas itu kanantara laki-laki dengan perempuan, ada juga laki-laki dan laki-laki serta perempuan dan perempuan. Tetapi yang kebanyakan kan antara laki-laki dan perempuan.

Jadi virus HIV itu penularannya melalui mukosa cairan sperma dengan mukosa leher rahim vagina. Penularan lainnya lewat darah, tranfusi darah misalnya. Ada juga lewat kehamilan, dari ibu yang mengidap ke janinnya.

(2)

Penularan terbanyak melalui apa?

Sebagian besar kasus HIV/AIDS di Indonesia penularannya itu melalui hubungan heteroseksual.

Berapa persen?

Berdasarkan data BKKBN per Juni 2011, dari 66.693 orang yang positif terkena virus HIV, sebanyak 54,8 persennya itu akibat heteroseksual. Jarum suntik narkoba (IDU) 31,8 persen. Homoseks (LSL) 2,9 persen.Penularan dari ibu ke janin 2,8 persen. Transfusi darah 0,2 persen.

Berdasarkan kelompok usia yang paling banyak terkena AIDS siapa?

Mayoritas yang terkena AIDS itu kelompok usia 20-29 tahun. 20-29 tahun 45,5 persen. 30-39 tahun 38,1 persen. Dan 40-49 tahun 10,1 persen.

Apa yang dilakukan BKKBN untuk menekan angka pengidap HIV/AIDS?

Kita melakukan dua cara penyuluhan. Pertama, karena sasarannya adalah generasi muda, maka dibentuklah pusat-pusat informasi dan konseling untuk remaja dan ini kita targetkan semua SMA dan universitas, --paling tidak-- harus ada pusat informasi dan konseling remaja atau mahasiswa. Kemudian di setiap kecamatan dibuatlah satu, untuk memberikan penyuluhan kepada mereka yang tidak sekolah.

Kalau itu kita lakukan berarti kita bisa menjangkau semua generasi muda yang berisiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS. Apalagi kalau sudah terlibat narkoba, kan risikonya lebih tinggi lagi.

(3)

Penyuluhannya dengan memberikan pengetahuan serta membentuk sikap dan perilaku supaya tidak terkena HIV/AIDS. Jangan sampai terkena HIV/AIDS, jangan sampai terkena narkoba, dan jangan sampai terkena kehamilan yang tidak diinginkan.

Kedua, melalui petugas lapangan, kita menyuluh ke keluarga-keluarga. Karena sekarang ada indikasi penularan di keluarga-keluarga itu meningkat.

Berapa anggaran yang disediakan?

Anggaran 2011 untuk generasi muda itu sekitar Rp 300 milyar. Sedangkan untuk 2010 sekitar Rp 180 milyar.

Anggaran meningkat kok angka AIDS juga meningkat?

Peningkatan kasus AIDS jangan semata-mata dilihat dengan cara seperti itu. Kalau kita mengintensifkan pemeriksaan laboratorium kepada sample yang kita ambil secara acak,

misalnya di mall-mall, dan melakukan lebih banyak pemeriksaan maka tentu akan lebih banyak lagi menemukan orang yang positif HIV/AIDS. Karena AIDS itu fenomena gunung es.

Apakah temuan ini juga menunjukkan bahwa sebenarnya pengidap AIDS memang naik? Ya mungkin saja. Tetapi yang kita upayakan adalah kalau ada peningkatan penderita HIV/AIDS ibu-ibu di dalam keluarga itu jadi suatu peringatan, “Lho kok penyuluhan KB tidak

berhasil?”Karena kan kita melakukan penyuluhan ke keluarga-keluarga agar AIDS tidak menular di dalam keluarga.

Jadi meningkatnya anggaran tetapi meningkat pula angka HIV/AIDS tidak menunjukkan kegagalan BKKBN?

(4)

Ya, memang dengan temuan-temuan ini, kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan. Berarti kita masih kurang intensif melakukan penyuluhan. Maka harus lebih ditingkatkan lagi

penyuluhannya baik di tingkat keluarga maupun remaja.

Benarkah menggunakan kondom dapat mencegah penularan HIV/AIDS?

Sampai saat ini memang salah satu alat yang ada untuk mencegah penularan HIV/AIDS adalah kondom. Sebenarnya ada cara lain yang lebih ampuh dari itu. Tetapi manusia sering kali kurang bisa melakukannya.

Makanya dibuatlah rumusan ABC.A,abstinence. Artinya jangan melakukan hubungan seks

sama sekali. B,be faitful. Artinya setia pada

pasangan. C, condom.

Artinya, menggunakan kondom.

Jadi memang A dan B itu jauh lebih baik dibandingkan dengan C. Orang kan susah untuk

melakukan astinen

sia .

Karena nafsu seks itu muncul dari proses dalam tubuh kemudian menimbulkan tingkah laku atau tindakan hubungan seks.

Salah satu pemicunya kan karena terus-menerus dirangsang oleh televisi dan media lainnya. Mengapa televisi dan media lainnya tidak dilarang menayangkan tontonan yang merangsang nafsu seks?

Tanya ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dong!

Kembali ke program BKKBN. Mengapa harus pakai kondom?

(5)

Karena tidak bisa melakukan A dan B maka pakai C. Karena kondom itu untuk saat ini bisa dikatakan sudah paling canggih lah. Untuk masa yang akan datang mungkin akan ditemukan lagi alat yang lebih canggih dari pada itu.

Bukankah kondom itu dibuat untuk menahan sperma bukan virus HIV, sehingga virus bisa leluasa menembus kondom?

Ya, itu karena pemahamannya bahwa pori-pori kondom jauh lebih besar dari pada ukuran virus HIV. Tetapi berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan para ahli AIDS, menggunakan kondom bisa mencegah cukup banyak virus HIV masuk ke dalam tubuh.

Kalau dimisalkan itu, seperti saringan tahu. Kan dalam pembuatan tahu itu dibuat saringan dari kain yang pori-porinya lebih kecil dari bubur tahu. Tetapi ada juga ampas tahu yang lolos tetapi kan sebagian besar ampas tahu kan ada di atas.

Jadi upaya manusia sekarang ini adalah dengan pori-pori kondom yang segede itu, bisa

mengurangi sangat banyak virus yang bisa menerobos ke sana. Kalau tidak pakai kondom kan tidak ada penghambat sama sekali.

Jadi berpikirnya seperti itu. Tapi kalau berpikirnyapakai kondom itu percuma saja toh virus HIV bisa menerobos,ya sudah tahu tidak usah disaring saja, toh disaring pun tetap saja ada

ampasnya yang lolos.

Berapa persen pengguna kondom tetap tertulari virus HIV?

Dari data yang ada itu sangat kecil, di bawah satu persen.

(6)

Saya tidak punya datanya. Karena pelaku seks bebas kan tidak lapor.

Dalam Islam, zina kan dilarang keras tetapi mengapa tidak dibubarkan saja tempat-tempat pelacuran, dan diadakan pula penyadaran agar tidak berzina?

Tempat pelacuran kan sudah banyak dibubarkan.  Terkait semakin banyaknya orang yang berzina tanyakan dong ke Menteri Agama mengapa banyak orang berzina jangan ke saya. Saya bukan ustadz. Tanyakan ke ustadz-ustadz apakah salah menyampaikannya dakwahnya sehingga remaja-remaja dan orang pada umumnya banyak yang zina.

Sekarang ini justru, dengan dibubarkannya lokalisasi, itu menyulitkan kita mengontrol. Siapa yang akan kita periksa? Tidak ada. Masa orang sedang lewat di jalan ditangkap terus

diperiksa? Mending kalau dia pekerja seks, kalau ternyata dia perempuan baik-baik bagaimana?

Tapi kalau dilokalisasikan kan sudah jelas orang-orangnya. Ayo kita periksa, diawasi. Nah,  kalau positif terkena HIV/AIDS maka ‘wajib’ hukumnya untuk mengenakan kondom! Tapi kalau sekarang? Mana bisa kita melakukan itu.

Jadi kalau dilokalisasikan, meskipun saya pribadi tidak setuju lokalisasi, mereka bisa dipaksa pakai kondom.

Mengapa tidak dipaksa tobat saja?

Ya, kan ABC. Yang A dan B kan tobat itu. Nah, jangan melakukan zina itu kan tobat. Tetapi kalau disuruh tobat tidak mau? Jadi solusinya C. Jadi kalau semua orang tobat, tidak ada HIV/AIDS![]

(7)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Modul keempat membahas mengenai salah satu agen pengendali atau musuh alami yang digunakan dalam pengendalian hayati, yaitu serangga pemangsa (predatory insect)

Puji Tuhan peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul“Instrumen

Sebagai bahan baku industri pangan, kosmetik, dan bioetanol, tantangan dalam pengembangan iles-iles di Indonesia ialah bagaimana mendapatkan dan merakit varietas unggul

1 Depok sport center dirancang sebagai tempat berolahraga dengan fasilitas yang ditawarkan bermacam- macam fasilitas diantaranya kolam rengang untuk anak-anak dan dewasa / cafetaria

Berdasarkan rekapitulasi data biaya yang dikeluarkan responden dalam melakukan kegiatan wisata menurut total biaya perjalanan, maka diperoleh nilai ekonomi total

Perkembangan bakteri Coliform pada ikan Mujaer (Oreochromis mossambicus) setelah pemberian ekstrak biji buah kluwek (Pangium edule reinw) sebagai pengawet alami dapat

Tujuan penilitian adalah (i) memperoleh informasi mengenai klon ubi kayu yang digunakan oleh industri tapioka di 4 kabupaten (Garut, Sumedang, Subang, Bogor) dan 1