• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Bumi

Minyak bumi bukan merupakan bahan yang seragam, melainkan mempunyai kompisisi yang sangat bervariasi, bergantung pada lokasi lapangan minyak dan juga kedalaman sumur.

Minyak bumi merupakan senyawaan kimia yang terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen, sulfur, oksigen, halogenida dan logam. Senyawa yang hanya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen dikelompokan ke dalam senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon diklasifikasikan atas naftanik, parafinik dan aromatik sedangkan senyawa campuran antara unsur karbon, hidrogen, halogenida dan logam, dikelompokan dalam senyawa non hidrokarbon.

2.1.1 Pengertian Minyak Bumi

Minyak bumi (petroleum) atau minyak mentah adalah campuran rumit senyawa alifatik dan aromatik termasuk pula semyawa sulfur dan nitrogen (1 – 6 %).Menurut American Society for Testing and Material (ASTM) minyak bumi merupakan campuran yang terjadi di bumi, sebagian besar terdiri atas hidrokarbon, sedikit belerang, nitrogen, oksigen yang dibebaskan dalam tanah dan disertai dengan zat-zat lain seperti garam anorganik dan impurities lain yang apabila dipisah-pisahkan akan merubah sifat minyak .

(2)

Minyak bumi mentah atau biasa disebut minyak mentah (Crude Oil) adalah suatu campuran kompleks dari hidrokarbon-hidrokarbon yang mengandung sedikit senyawa-senyawa oksigen, nitrogen, belerang dan sedikit senyawa logam serta unsur-unsur organik. Minyak bumi terjadi dengan sendirinya di dalam alam.

Batasan secara tepat untuk minyak bumi sangat sulit diberikan, secara fisik bahan tersebut kelihatan sebagai suatu cairan berwarna coklat kemerahan atau hitam tetapi sertingkali berwarna kehijauan atau fluoresensi kebiruan dan dalam sinar transmisi berwarna kekuning-kuningan, orange dan merah. Pada suhu biasa minyak bumi berbentuk cairan yang sangat kental, setengah padat dan padat. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kadar parafin yang terkandung didalamnya.

2.1.2 Komponen Minyak Bumi

Minyak bumi terdiri dari ribuan zat kimia, termasuk gas, cairan dan zat padat mulai dari metana sampai dengan asphalt. Komponen utama minyak bumi terutama hidrokarbon (83 – 87% C), (11 – 14% H), senyawa nitrogen (0 – 0,58%), S (0 – 6%) dan oksigen (0 – 3,5%).

2.1.3. Komponen Hidrokarbon 1. n-Parafin CnH2n+2

n-parafin merupakan fraksi utama dari minyak mentah, gasoline yang dihasilkan dari “straight run distillation” terutama terdiri dari n-parafin. Senyawa-senyawa ini mempunyai bilangan oktan rendah.

2. Isoparafin CnH2n+2

Senyawa ini dengan rantai cabang memberikan performansi yang lebih baik pada “internal combustion engne” hanya sejumlah kecil senyawa

(3)

isoparafin terdapat dalam minyak mentah. Jumlah senyawa isoparafin dapat dinaikkan dengan proses perengkahan katalitik, alkilasi, isomerisasi dan polimerisasi.

3. Olefin CnH2n

Senyawa olefin hampir tidak terdapat dalam minyak mentah tetapi proses pada pengkilangan minyak bumi, misalnya proses perengkahan secara katalitik akan menghasilkan senyawa-senyawa ini. Sifatnya tidak stabil, merupakan bahan baku yang baik untuk zat petrokimia.

4. Aromatik CnH2n-6

Hanya sejumlah kecil senyawa-senyawa aromat yang ada dalam minyak mentah, tetapi senyawa-senyawa aromat diinginkan dalam gasolin karena mempunyai sifat anti knock yang tinggi. Sering dipisahkan dari minyak bumi untuk bahan baku petrokimia.

5. Napthena CnH2n ( siklo heksana)

Senyawa-senyawa napthena merupakan senyawa siklis yang jenuh dan tidak reaktif seperti alkana. Senyawa-senyawa napthena merupakan senyawa kedua yang terdapat dalam minyak mentah. Senyawa napthena dengan berat molekul rendah merupakan bahan bakar yang baik, sedangkan yang mempunyai berat molekul tainggi terdapat dalam fraksi gasoil dan minyak pelumas.

2.1.4. Komponen non hidrokarbon

Komponen non hidrokarbon di dalam molekulnya selain unsur karbon dan hidrogen terdapat pula unsur-unsur sulfur, nitrogen, oksigen, halogen dan logam. Senyawa yang demikian disebut dengan senyawa hetero atam, keberadaan

(4)

unsur-unsur tersebut dalam bentuk senyawa organik yaitu organik sulfur, organik nitrogen, organik oksigen, organik halogen dan organik logam dan sebagian lagi dalam bentuk senyawa anorganik. Sebagai senyawa organik keberadaannya melarut dalam minyak bumi, sedang sebagai senyawa anorganik tidak melarut dalam minyak bumi melainkan larut dalam air sebagai emulsi yang didalamnya terdapat garam-garam anorganik

Walaupun minyak bumi memiliki komposisi kimia dan fisik yang sangat beragam, namun memiliki komposisi dasar yang sempit. Komposisi dasar minyak bumi dilihat pada tabel berikut. (Jasji, E. 1996)

Tabel 2.1.2 Komposisi Dasar Minyak Bumi.

Komposisi

Presentase (%)

Karbon 87,00 – 89,00 Hidrogen 11,00 – 15,00 Belerang 0,004 – 6,00 Oksigen 0,10 – 2,00 Nitrogen 0,01 – 2,00 Logam 0,00 – 0,10

Sumber : Jasji, E. 1996. Pengolahan Minyak Bumi. Lembaga Minyak dan Gas Jakarta

2.2 Produk-produk Minyak Bumi

Untuk mengahasilkan produk-produk minyak bumi digunakan bermacam-macam pengolahan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi yang diinginkan. Proses ini terdiri dari beberapa proses pemisahan baik fisik, maupun kimia.

Beberapa teknik yang digunakan dalam proses fisika yaitu destilasi, adsorpsi, ekstraksi, absorpsi dan kristalisasi. Tujuannya selain untuk memisahkan

(5)

fraksi-fraksi juga untuk stabilitas pemisahan dan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan.

Tabel 2.2 Fraksi yang dihasilkan dari destilasi minyak bumi dan

penggunaannya

Jangka Titik Didih (°C)

Jumlah karbon

Nama

Penggunaan

Dibawah 30 1 – 4 Fraksi gas Bahan Bakar Pemanas

30 – 80 5 – 10 Bensin Bahan Bakar Motor

180 – 230 11 – 12 Kerosene Bahan Bakar Jet

230 – 305 13 – 17 Solar Bahan Bakar Diesel

305 – 405 18 – 25 Minyak Gas Bahan Bakar Pemanas

Diatas 405 > 25 Residu Aspal

Sumber : Fessenden J Ralph, Fessenden S Joan, 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik, Bina Rupa Aksara, Jakarta

Sisa Destilasi :

1. Minyak yang mudah menguap, minyak pelumas, lilin, dan vaselin. 2. Bahan yang tidak mudah menguap, aspal dan kokas dari minyak bumi

2.2.1 Motor Gasoline ( Mogas) atau Bensin

Bensin atau motor gasoline merupakan fraksi minyak bumi yang paling komersial, paling banyak diproduksi dan paling banyak digunakan sebab bensin berfungsi sebagai bahan bakar kerndaraan yang menjadi alat transportasi manusia sehari-hari.

Mogas atau Bensin adalah campuran isomer-isomer heptana dan oktana. Pembakaran bensin oleh gas oksigen dari udara akan menghasilkan energi yang berfungsi menjalankan mesin kendaraan. Efisiensi energi yang tinggi dan komponen bensin yang rantai karbonnya banyak bercabang. Adapun komponen mogas atau bensin yang rantainya lurus atau sedikit bercabang akan menghasilkan

(6)

energi yang kurang effisien, artinya energi banyak terbuang dalam bentuk panas bukan sebagai kerja untuk menggerakkan mesin.

Mogas atau bensin adalah cairan yang mudah disimpan, dipindahkan dan alirannya mudah dikontrol, selain itu juga bensin mempunyai sifat mudah menguap, mudah menyala dan terbakar. Di dalam pemakaiannya dalam motor pembakar, bensin cair ini terlebih dahulu harus diubah bentuk menjadi uap atau kabut agar mudah terbakar.

Bensin-bensin yang mengandung molekul-molekul hidrokarbon dengan titik didih rendah akan memudahkan motor dihidupkan pada suhu sekeliling yang rendah. Disamping itu kendaraan dapat dijalankan tanpa pemanasan yang sedikit lama pada beban yang rendah. Bila suhu disekeliling cukup tinggi akan mengakibatkan bensin dapat mendidih dalam pipa yang terletak antara tangki dan karburator. Sehingga pompa bahan bakar tidak akan berfungsi dengan baik karena bensin mengandung gelembung-gelembung (kantong uap).

Fraksi mogas atau bensin dari penyulingan minyak mentah terlalu sedikit bagi masyarakat-masyarakat haus bensin dan kualitasnya pun rendah. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas bensin, dilakukan proses kertakan (cracking) dan reformasi terhadap fraksi-fraksi bertitik didih tinggi, yang dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Kertakan katalitik berupa proses memanaskan bahan katalitik bertitik didih tinggi dibawah tekanan dan dengan kadar katalis ( tanah liat alumunium dicuci dengan asam dan dijadikan bubuk halus). Dibawah kondisi ini molekul besar akan patah-patah menjadi fragmen kecil.

2. Kertakan kukus adalah suatu teknik mengubah alkana menjadi alkena. Reformasi katalitik mengubah senyawa alifatik menjadi senyawa aromatik

(7)

alkena dan senyawa aromatik yang diperoleh dalam cara kertakan dan reformasi ini dijadikan bahan baku untuk membuat plastik dan senyawa organik sintetik lainnya.

2.3. Proses Pembuatan Motor Gasoline

Gasoline yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan belum dapat langsung digunakan, melainkan masih ditambahkan beberapa bahan kimia atau dicampur (Blending) dengan gasoline lainnya yang tujuannya untuk memperbaiki mutu gasoline itu sehingga sesuai dengan spesifikasinya sehingga aman dalam pemakaiannya dan tidak mencemari lingkungan. Bahan kimia yang ditambahkan itu disebut aditif, sedangkan gasoline yang dihasilkan dari suatu proses disebut komponen gasoline, umumnya komponen gasoline tersebut diperoleh dari beberapa macam proses antara lain proses :

1. Destilasi atmosferik

Destilasi atmosferik adalah pemisahan minyak bumi secara fisik menjadi fraksi-fraksinya dengan perbedaan titik didih pada kondisi tekanan atmosferik. Pada proses destilasi ini terjadi penguapan dan pengembunan.

Proses penguapan campuran hidrokarbon dalam minyak bumi dipanaskan dalam suhu tertentu sehingga komponen yang lebih ringan akan lebih cepat berubah fasanya dari cair menjadi uap. Proses pengembunan uap yang terbentuk dari proses penguapan didinginkan sehingga berubah fasa menjadi cair, kemudian ditampungnya.

(8)

2. Perengkahan (cracking)

Perengkahan adalah proses pengolahan minyak bumi dengan memutus iktanan tunggal C-C dan C-H dari hidokarbon dengan berat molekul besar menjadi molekul kecil, pemutusan ikatan hidrokarbon tersebut dilakukan dengan menggunakan panas. Umpan dari proses ini bukan minyak mentah melainkan residu yang berasal dari proses destilasi

3. Reformasi (reporming) 4. Alkilasi

Alkilasi adalah proses dalam industri perminyakan yang bertujuan untuk menghasilkan komponen gasoline oktan tinggi dengan cara penggabunagn antara olefin dan paraffin.

5. Polimerisasi

Polemerisasi adalah penggabungan olefin menjadi polyolefin dengan berat molekul besar dalam kisaran titik didih cair gasoline. Olefin yang digabung adalah propylene menghasilkan polipropylena, n-butulena atau isobutilena menghasilkan polimer butilena atau gabungan propylene dan butylena.

Polimer yang dihasilkan disebut polimer gasilone disingkat poligasoline. Tujuan proses ini adalah untuk mendapatkan produk gasoline dengan angka oktan yang tinggi.

6. Isomerisasi

Isomerisasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk menghasilkan komponen gasoline oktan tinggi dengan mengubah n-pentana dan n-heksana. Masing-masing menjadi isopentana dan isoheptana. Umumnya isomerisasi dilakukan dengan mengubah heptana (ON 61,7) menjadi isopentana (ON 92,6) dan

(9)

n-heksana (ON 34,0) menjadi ison-heksana (2,3 dimetil butana ON 103,5). Atau mengubah butana menjadi isobutana.

Kemudian dilanjutkan dengan proses : 1. Pemurnian (treeting)

2. Pencampuran (Blending)

3. Penambahan bahan kimia (aditif) (Fessenden,1997)

2.4. Sifat-Sifat Umum Mogas atau Bensin

Sifat umum yang diinginkan dari bensin adalah pembakaran yang tepat dimana pembakaran dimulai dari busi merambat lancar ke seluruh ruang pembakaran. Bahan bakar ini terdiri dari bahan yang tidak mudah menimbulkan ketukan di dalam mesin. Sifat-sifat lain yang diperlukan adalah tidak berbau, tidak bersifat korosif terhadap logam yang dipakai bahan untuk membuat mesin dan perlengkapannya, tidak mudah menguap dan tidak terlalu sukar menguap. Semua sifat-sifat ini harus memnuhi persyaratan spesifikasi :

2.4.1 Sifat pengetukan (knocking)

Pengetukan pada mesin timbul karena terjadi pembakaran abnormal, dimana bahan bakar terbakar sendiri sebelum waktunya di dalam ruang pembakaran. Pengetesan itu sendiri adalah suatu yang timbul dari logam yang mengakibatkan kerugian tenaga dan getaran mesin yang akibatnya lebih lanjut seperti melubangi piston.

Campuran isooktana dan n-heptana dalam % volum dipakai sebagai campuran pembanding terhadap sifat pengetukan. Isooktana murni (100%) dinyatakan mempunyai angka oktan 100 dan 100% n-heptana bernilai oktan 0

(10)

(nol). Sifat pengetukan ini diuji pada mesin CFR F-1 makin tinggi kualitas anti ketukan bensin maka semakin tinggi kemampuan bensin untuk menahan terjadinya ketukan dan semakin tinggi pada daya maksimum yang dihasilkan.

Penambahan TEL (Tetra Ethyl Lead) adalah bahan anti ketuk yang umum dipakai, tetapi akan mengakibatkan umur pemakaian besi yang lebih pendek dan menghasilkan deposit yang merugikan. Disamping itu menimbulkan gas buang yang sangat berbahaya karena merupakan racun bagi manusia. Penyebab terjadinya knocking adalah:

a. Pembanding komposisi yang terlalu tinggi sehingga suhu dan tekanan dan campuran udara bakar cukup tinggi untuk menyala dengan sendiri. b. Kualitas bahan bakar, angka oktan yang rendah cenderung akan

meningkatkan terjadinya knocking. Untuk auto mobil digunakan bahan bakar bensin dengan angka oktan 89 – 93.

c. Pembakaran tidak sempurna dan bentuk ruang bakar. Ruang bakar yang kompak lebih disukai, ruang bakar yang datar dan lebar pada motor pembakaran dan katup sisa penyulingan spontan cenderung meningkatkan terjadinya knocking karena penyebaran api memerlukan waktu.

d. Pada motor dengan motor pengingin udara cenderung terjadi knocking dibandingkan motor pendingin air, karena pendiginan udara kurang baik.

e. Pada kecepatan rendah dan beban berat knocking cenderung akan terjadi karena suhu menjadi tinggi dan gas tidak cukup berputar dan bergerak.(Harjono,2001)

(11)

2.4.2 Sifat Penguapan

Sifat penguapan dari mogas atau bensin motor mempengaruhi proses kerja dari mesin. Sifat penguapan diukur dari pemeriksaan destilasi dan pemeriksaan tekanan uap reid (Reid Vapour Presure Test) sifat penguapan ini mengontrol sifat bensin dalam permukaan:

a. mudah dijalankan pada waktu dingin b. mudah mencapai panas operasi c. penghalang uap

d. pengendapan es dalam karburator e. distribusi campuran di dalam silinder

Bahan bakar harus mudah menguap agar mudah dimulai, cepat memanas, sebaliknya jangan terlalu cepat menguap untuk menghindari kehilangan karena penguapan, vapour lock terjadinya es di karburator. Pengenceran minyak pelumas biasanya diakibatkan oleh bagian yang sukar menguap. Bagian ini akan mencuci pelumas dari ruang bakar yang akibatnya lebih lanjut adalah proses pengausan menjadi lebih cepat.

2.4.3 Sifat Kestabilan

Gum atau Resin yang terkandung dalam mogas atau bensin akan menghasilkan deposit pada karburator dan pipa bahan bakar yang akan mengakibatkan tersembunyinya aliran bahan bakar. Pembentukan gum disebabkan oleh mogas yang mengandung olefin-olefin yang dihasilkan dari katalitik, proses membentuk polimer yang panjang.

(12)

2.4.4 Sifat Korosi

Senyawa sulfur adalah senyawa yang tidak diinginkan yang terkandung dalam mogas. Sulfur bebas dan senyawa sulfur bila terbakar membentuk sulfur dioksida yang bereaksi dengan air yang dihasilkan dari pembakaran membentuk asam sulfit yang sedikit dengan sedikit oksida membentuk asam sulfat. Kedua asam tersebut bersifat korosi terhadap logam.

Total sulfur ditentukan dengan cara lampu ASTM D-1266 yaitu dengan membakar sejumlah tertentu mogas di dalam lampu khusus, oksida sulfur diubah menjadi asam sulfat, kemudian jumlah asam sulfat ditentukan dengan cara titrasi atau grafimetri.

Sifat korosi dari bahan korosif yang terkandung di dalam mogas dapat diuji dengan corrosion copper strip dimana sebuah lempeng tembaga yang sudah dibersihkan direndam di dalam mogas pada suhu dan waktu tertentu. Perubahan warna tembaga memberikan indikasi sifat korosi.

( Mudjirahardjo,1997)

2.5. Pencampuran Mogas (Blending Mogas)

Blending mogas adalah pencampuran dari dua komponen mogas yang berbeda, angka oktan atau campuran antara mogas dengan bahan kimia (aditif) yang bertujuan untuk mendapatkan angka oktan yang dikehendaki, memperbnaiki mutu produk yang rusak yaitu produk yang menyimpang dari spesifikasinya, mengubah produk yang mempunyai produk rendah menjadi produk bermutu. Agar kualitas produk hasil blending memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan maka harys dilakukan uji laboratorium.

(13)

2.5.1 Spesifikasi Mogas

Spesifikasi mogas adalah batas minimum dan atau maksimim dari sifat-sifat produk yang diperbolehklan bagi suatu produk untuk dapat dipakai sehingga tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan. Bagi mogas, spesifikasi ini dibuatu alat atau mesin, keselamatan pemakai serta ramah lingkungan. Mutu suatu gasoline ditunjukkan oleh terpenuhinya spesifikasi.

2.5.2 Mogas Jenis Premium

Premium merupakan bahan bakar minyak yang memiliki angka oktan 88, premium hasil produksi UP VI Balongan tidak mengandung timbal atau sering dikatakan premium tanpa timbal dan diproses dengan cara brended. Komponen penyusun premium ini adalah SR.Naptha dengan angka oktan 55, RCC Naptha dengan angka oktan 92 dan poligasoline dengan angka oktan 98. Masing-masing komponen tersebut diblending dengan komposisi tertentu sehingga mendapatkan premium dengan angka oktan 88.(Karjono,2000)

2.6 Angka Oktan Riset ( Research Octane Number )

Angka oktan merupakan suatu angka yang menunjukan ketahanan bahan bakar mogas ketika menghasilkan ketukan yang dibandingkan dengan bahan bakar pembanding standar ( campuran isoktana dan n-heptana ) bila diuji pada mesin kendaraan. Angka oktan ditentukan dengan membandingkan tendensi ketukan dengan campuran suatu bahan bakar pembanding yang diketahui angka oktannya pada suatu kondisi optimum standar.

(14)

Adanya pembakaran bahan bakar yang tepat, yaitu pembakaran dari busi akan merambat secara cepat keseluruh ruang pembakaran, bahan bakar tersebut tidak mudah menimbulkan ketukan dalam mesin. Ketukan dalam mesin timbul karena terjadi pembakaran abnormal. Secara umum mutu bahan bakar ini ditentukan oleh kebutuhan angka oktan. Angka oktan riset bahan bakar bensin menunjukan mutu anti ketuk yang dimiliki oleh bahan bakar tersebut. Terjadinya ketukan pada motor bensin tergantung pada angka oktan dari bahan bakar yang digunakan. Bila bahan bakar yang digunakan memenuhi kebutuhan angka oktan dari motor bensin, maka tidak akan terjadi ketukan.

Untuk membuat produk premium dari SR Naphta dan RCC Naphta masing-masing oktan number nya harus diketahui dahulu. Setelah diketahui baru kita dapat menentukan komposisi % volume SR Naphta dan RCC Naphta tersebut.Berdasarkan hasil analisis menggunakan ASTM D2699 didapat angka oktan untuk SR Naphta sebesar 56.0 dan untuk RCC Naphta angka oktan sebesar 93.0 berdasarkan data ini, menurut perhitungan rumus blending didapatkan komposisi 83 % volume untuk RCC Naphta dan 17 % volume untuk SR Naphta. Didapatkan premium dengan angka oktan 88.3. padahal menurut perhitungan rumus blending seharusnya oktan yang didapatkan 86.6 hal ini dikarenakan adanya faktor blending yang dapat mempengaruhi hasil oktan blending sehingga hasil yang didapat tidak linier sama seperti perhitungan tetapi lebih besar sedikit.

2.7 Research Octane Number

(15)

ditetapkan dengan mempergunakan test mesin dan kondisi operasi standard untuk diperbandingkan tendensi ketukannya (knock characteristic) dengan campuran ‘primary reference fuel’ (bahan bakar reference primer) yang diketahui octane number-nya. Rasio kompresi dan rasio udara/bahan bakar diatur untuk memperoleh ‘standard knock intensity’ terhadap sample fuel yang diukur dengan mempergunakan system instrument detonationmeter electronic. Tabel standard menunjukkan ‘knock intensity’ berhubungan dengan level ‘compression ratio’ mesin ke octane number untuk metode yang spesifik ini. Rasio udara bahan bakar dan untuk sample fuel dan setiap campuran ‘primary

reference fuel’ diatur untuk memaksimumkan ‘knock intensity’ setiap fuel

Rasio udara bahan bakar untuk maksimum ‘knock intensity’ bisa diperoleh dengan membuat penambahan langkah perubahan didalam kekuatan campuran, memperoleh kesetimbangan harga ‘knock intensity’ untuk setiap langkah dan dengan memilih ‘knock intensity’ maksimum sebagai kekuatan campuran adalah perubahan dari kaya-ke-miskin atau miskin-ke-kaya pada suatu kecepatan (rate) yang konstant

2.8 Bracketing Procedures (prosedur apit)

mesin dikalibrasi ke standard operasi ‘knock intensity’ sesuai dengan petunjuk tabel. Rasio udara bahan bakar dan sampel bahan bakar diatur untuk memaksimumkan ‘knock intensity’ dan kemudian ketinggian silinder diatur sehingga diperoleh ‘knockintensity’ standard. tanpa merubah ketinggian silinder, dua campuran ‘primary reference fuel’ dipilih sehingga dalam hal ini rasio udara bahan bakar tercapai untuk ‘knock intensity’ maksimum satu ‘knock’ lebih keras (‘knock intensity’ yang lebih tinggi) dan yang lainnya lebih

(16)

lunak (‘knock intensit’ lebih rendah) dibanding sample fuel. Pengukuran kedua dari ‘knock intensity’ sampel fuel diperlukan ‘primary reference fuel’ dan

octane number sample dihitung dengan interpolasi dengan perbandingan

terhadap perbendaan pembacaan rata rata ‘knock intensity’. Kondisi akhir yang diperlukan, ketinggian silinder yang dipergunakan harus berada pada batas yang diterangkan disekeliling harga table petunjuk untuk perhitungan Octane

Number. Bracketing prsoedur rating bisa ditentukan mempergunakan

kesetimbangan level fuel leinnya atau level rasio dinamika udara bahan bakar yang bisa diterima

2.9 Compression Ratio Procedure (prosedur perbandingan kompresi) kalibrasi ditampakkan untuk mematapkan standard knock intensity

mempergunakan ketinggian silinder yang spesifik dengan petunjuk Tabel untuk

octane number dari primary reference fuel yang dipilih. Rasio udara dan bahan

bakar sampel diatur untuk memaksimumkan knock intensity dibawah kondisi yang setimbang, ketinggian silinder diatur sehingga standard knock intensity diperoleh. Kalibrasi dikonfir masikan ulang dan sample fuel diulangi untuk memantapkan kondisi sebenarnya pada waktu yang kedua. Rata rata pembacaan ketinggian silinder untuk sample fuel dikompensasikan terhadap tekanan barometer, dikonversikan secara langsung menjadi octane number mempergunakan Tabel petunjuk. Kondisi akhir dari rating diperlukan bahwa sampel fuel octane number berada pada batas yang diterangkan disekeliling octane number dari blend primery

reference fuel tunggal yang dipergunakan untuk mengkalibrasi mesin terhadap

Gambar

Tabel 2.1.2 Komposisi Dasar Minyak Bumi.
Tabel 2.2 Fraksi yang dihasilkan dari destilasi minyak bumi dan  penggunaannya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan: (1) kualitas pemahaman guru dikategorikan baik dengan kelemahan pada pemahaman berkolabo- rasi dengan mitra serta melibatkan seluruh

Anggota Gugus Tugas Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c mempunyai tugas mernbantu Ketua dalam menyediakan bahan perumusan kebijakan umum Provinsi ,

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Efektifitas Limbah Padat

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya , serta atas bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi dengan judul Analisa

perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran

Audio visual VCD merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat menunjang anak didik untuk menguasai materi pembelajaran, dengan media ini guru dapat memberikan

keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk. memberikan guna

[r]