• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Pengembangan Pegawai Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai Pada Kantor Sekretariat Daerah Kota Sibolga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Pengembangan Pegawai Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai Pada Kantor Sekretariat Daerah Kota Sibolga"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan Pegawai

2.1.1 Pengertian Pengembangan Pegawai

Pengembangan pegawai dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan

pekerjaan atau jabatan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut

Malayu (2007:69) menyatakan bahwa “Pengembangan pegawai adalah usaha untuk

meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral pegawai sesuai

dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.”

Menurut Menurut Moekijat (1991:4), menyatakan bahwa “Pengembangan

pegawai adalah setiap usaha memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang

maupun yang akan datang dengan memberi informasi, mempengaruhi sikap atau

menambah kecakapan.” Dengan kata lain pengembangan pegawai adalah setiap

kegiatan yang dimaksudkan untuk mengubah kelakuan-kelakuan yang terdiri dari

pengetahuan, kecakapan dan sikap.

Selanjutnya, Sedarmayanti (2009:163), menyatakan bahwa “Pengembangan

pegawai adalah usaha mengurangi atau menghilangkan kesenjangan antara

(2)

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan

pegawai adalah setiap usaha meningkatkan teknis, teoritis, konseptual dan moral

pegawai sesuai dengan kebutuhan jabatan atau pekerjaan dengan member pengajaran

dalam penambahan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap.

2.1.2 Tujuan Pengembangan Pegawai

Menurut Ranupandoyo (1995:95), menyatakan bahwa “Tujuan

pengembangan pegawai adalah untuk memperbaiki efektifitas kerja pegawai dalam

mencapai hasil kerja yang ditetapkan .”

Menurut Malayu (2007:71), menyatakan bahwa tujuan pengembangan

pegawai hakikatnya menyangkut hal-hal berikut :

a. Produktifitas kerja, yaitu dengan pengembangan produktifitas kerja

pegawai akan meningkat, karena tecnical skill, human skill, dan

managerial skill pegawai yang semakin baik.

b. Pelayanan, yaitu pengembangan bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan yang lebih baik dari yang sebelumnya karena pekerjaan yang

baik merupakan daya penarik yang sangat penting bagi kantor

bersangkutan.

c. Moral, yaitu dengan pengembangan, moral pegawai akan lebih baik,

karena keahlian dan keterampilan sesuai dengan pekerjaannya dengan

(3)

d. Kepemimpinan, yaitu dengan pengembangan kepemimpinan seorang

pemimpin akan lebih baik, motivasinya lebih terarah, sehingga pembinaan

kerjasama vertikal dan horizontal semakin harmonis.

Selanjutnya, Sedarmayanti (2009:286), menyatakan bahwa, “Tujuan

pengembangan Pegawai adalah usaha dalam meningkatkan rasa tanggung jawab,

menumbuh kembangkan budaya organisasi yang kondusif dalam rangka

meningkatkan kinerja (performance) organisasi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pengembangan pegawai adalah untuk memperbaiki kinerja pegawai, menambah

pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan rasa tanggung jawab agar dapat

bekerja secara efektif dan efisien dalam meningkatkan efektifitas kerja yang sesuai

dengan visi dan misi organisasi.

2.1.3 Manfaat Pengembangan Pegawai

Menurut Manullang (1998:18), menyatakan bahwa “Manfaat pengembangan

pegawai dapat dilihat dari 2 segi, yaitu segi organisasi dan segi pegawai.”

Dari segi organisasi, maka pengembangan pegawai itu dapat memberi

manfaat seperti : menaikkan produktivitas pegawai, menurunkan biaya, mengurangi

turn over pegawai, memungkinkan memperoleh keuntungan yang lebih besar karena

direalisasinya ketiga manfaat tersebut lebih dahulu, memperbaiki image kepada

(4)

Menurut Sedarmayanti (2009:109), menyatakan bahwa manfaat

pengembangan adalah :

1. Memperbaiki kualitas sumber daya manusia

2. Memadukan kegiatan perusahaan dan tujuan organisasi di masa yang akan

datang secara efisien.

3. Memperoleh tenaga kerja pada posisi tepat.

4. Mengembangkan informasi dasar manajemen kepegawaian untuk

membantu kegiatan kepegawaian dan unit organisasi lain.

5. Mengkoordinasikan program manajemen kepegawaian seperti seleksi.

6. Menciptakan iklim dan kondisi kerja yang serasi dan harmonis serta

dinamis.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat pengembangan itu akan

menambah produktivitas, semangat kerja dan kreativitas pegawai sehingga

pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang dapat lebih

ditingkatkan dan diperbaiki guna mencapai tujuan organisasi agar lebih efektif dan

efisien.

2.1.4 Langkah-langkah Pengembangan Pegawai

Manullang (1992:200), mengungkapkan berbagai aktivitas yang dapat

dilakukan oleh suatu organisasi guna pengembangan sumber daya manusia yang

(5)

a. Rotasi Jabatan

b. Latihan atau pendidikan

c. Delegasi tugas

d. Penugasan dalam keanggotaan suatu panitia

e. Promosi

f. Pemindahan

g. Konseling

h. Konfernsi

Menurut Irawan, dkk (1997:92), bahwa Pengembangan pegawai dapat

dilakukan dengan baik melalui jalur (cara) diklat maupun jalur non diklat. Jalur diklat

misalnya, berbentuk kegiatan seminar, lokakarya dan lain-lain. Jalur non diklat

misalnya dapat berupa promosi jabatan, bonus, insentif, teguran dan hukuman, dan

lain-lain.

Dari dua pendapat ahli tentang aktivitas yang dilakukan dalam hal

pengembangan pegawai dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan

pengembangan pegawai dengan pendidikan dan pelatihan (diklat), dan promosi

jabatan.

a. Pendidikan dan pelatihan (Diklat)

Pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi salah satunya

(6)

meningkat, sehingga organisasi mampu menjawab berbagai tantangan akibat

perubahan yang terjadi, baik bersifat internal maupun eksternal.

Menurut Hardiyansyah (2012:57) : “Pendidikan dan pelatihan (Diklat) adalah

proses penyelenggaraan belajar mengajar guna meningkatkan kompetensi bagi calon

pegawai negeri sipil dan pegawai negeri sipil.”

Menurut Notoatmojo (1998:27), pentingnya program pendidikan dan

pelatihan bagi suatu organisasi disebabkan beberapa alasan. Pertama, sumber daya

manusia atau pegawai yang menduduki suatu jabatan dalam organisasi, belum tentu

mempunyai kemampuan yang sesuai dengan persyaratan yang diperlukan dalam

jabatan tersebut (the right man on the right place). Kedua, dengan adanya kemajuan

ilmu dan teknologi maka jabatan-jabatan yang belum diperlukan, sekarang

diperlukan. Ketiga, promosi sebagai salah satu cara mengembangkan sumber daya

manusia harus diberikan kepada pegawai yang telah memiliki kecakapan untuk

menjabat lebih tinggi. Keempat, dimasa pembangunan ini organisasi-organisasi, baik

pemerintah maupun swasta, merasa terpanggil untuk melaksanakan

pelatihan-pelatihan bagi karyawannya atau pegawainya agar diperoleh efektifitas kerja sesuai

dengan masa pembangunan.

Menurut Undang-Undang No. 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan

Pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) diklat ada dua jenis, yaitu Diklat

(7)

1. Diklat Pra-jabatan (pre service training) adalah suatu latihan yang diberikan

kepada Calon Pegawai Negeri Sipil, dengan tujuan agar ia dapat terampil

melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Diklat Pra-Jabatan terdiri dari :

a. Diklat Pra-Jabatan golongan I, diklat bagi mereka yang akan diangkat

untuk menjadi PNS golongan I ;

b. Diklat Pra-Jabatan golongan II, diklat bagi mereka yang akan diangkat

menjadi PNS golongan II ;

c. Diklat Pra-Jabatan golongan III, diklat bagi mereka yang akan diangkat

menjadi PNS golongan III.

2. Diklat Jabatan (in service training) adalah suatu pelatihan yang bertujuan

untuk meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan dan keterampilan. Diklat Jabatan

terdiri dari Diklat Kepemimpinan (DIKLATPIM), Diklat Fungsional dan Diklat

Teknis.

a. Diklat Kepemimpinan (DIKLATPIM) memiliki jenjang jabatan struktural

Diklat terdiri dari :

• Diklatpim Tingkat IV adalah Diklatpim untuk jabatan struktural

Eselon IV ;

• Diklatpim Tingkat III adalah Diklatpim untuk jabatan struktural

Eselon III ;

• Diklatpim Tingkat II adalah Diklatpim untuk jabatan struktural

(8)

• Diklatpim Tingkat I adalah Diklatpim untuk jabatan struktural Eselon

I.

b. Diklat Fungsional adalah diklat yang dilaksanakan untuk memenuhi

persyaratan yang sesuai dengan jenis jenjang jabatan fungsional, yang

ditetapkan oleh instansi Pembina Jabatan Fungsional bersangkutan.

c. Diklat Teknis adalah diklat yang dilaksanakan untuk memberikan

keterampilan dan atau penguasaan pengetahuan teknis yang berhubungan

secara teknis yang berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan

tugas pokok instansi yang bersangkutan dan pengetahuan yang berkenaan

dengan bidang pelayanan teknis yang bersifat umum, administratif dan

manajemen yang keberadaannya menunjang pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi instansi yang bersangkutan.

Pada garis besarnya ada dua macam metode pendekatan dalam pendidikan dan

pelatihan karyawan maupun pegawai, yaitu :

1. Metode diluar pekerjaan (off the job site)

Metode ini peserta diklat keluar sementara dari segala aktifitas

pekerjaannya. Kemudian mengikuti pendidikan dan pelatihan, dengan

menggunakan teknik-teknik belajar mengajar seperti biasanya. Metode ini

(9)

• Teknik presentasi informasi, dengan menyajikan informasi yang

tujuannya mengintroduksikan pengetahuan, sikap dan keterampilan

baru kepada para peserta yang nantinya akan diadopsi oleh para

peserta diklat didalam pekerjaannya nanti. Seperti ceramah dan

diskusi.

• Metode Simulasi merupakan suatu peniruan karakteristik atau

perilaku tertentu dari dunia nyata sedemikian rupa sehingga peserta

diklat dapat merealisasikannya ditempat kerja.

2. Metode didalam pekerjaan (on the job site)

Pelatihan ini seperti memberi penugasan kepada pegawai baru oleh

pegawai yang sudah berpengalaman untuk membimbing dan mengajarkan

kepada pegawai baru. Para pegawai baru ini diharapkan dapat memberi

contoh-contoh pekerjaan baik dan memperlihatkan penanganan suatu

pekerjaan yang jelas dan konkret, yang akan dikerjakan oleh pegawai baru

setelah pelatihan berakhir.

b. Promosi Jabatan

Promosi memberikan peran penting bagi setiap pegawai, bahkan menjadi

sesuatu yang diinginkan. Dengan promosi berarti ada kepercayaan dan pengakuan

mengenai kemampuan serta kecakapan pegawai bersangkutan untuk menduduki suatu

(10)

prestasi kerja yang tinggi ada baiknya diberikan promosi terhadap pegawai tersebut

dengan tujuan agar lebih terjaminnya stabilitas pegawai yang bersangkutan. Pegawai

yang dipromosikan berarti mendapat kepercayaan dan pengakuan mengenai

kemampuannya untuk menjabat suatu jabatan tertentu. Pentingnya promosi pegawai

adalah sebagai perangsang yang dapat meningkatkan kinerja pegawai.

Menurut Malayu (2007:108), menyatakan bahwa “Promosi adalah

perpindahan yang memperbesar authority dan responsibility pegawai ke jabatan yang

lebih tinggi di dalam suatu organisasi sehingga kewajiban, hak, status dan

penghasilannya semakin besar.”

Menurut Sedarmayanti (2009:375), menyatakan bahwa “Promosi adalah

penempatan pegawai pada jabatan yang lebih tinggi dengan wewenang dan tanggung

jawab yang lebih tinggi dan penghasilan yang tinggi pula.”

Dari defenisi tentang promosi jabatan tersebut, diketahui adanya unsur-unsur

yang terkandung didalamnya, yaitu peningkatan penghasilan, tanggung jawab, dan

kewenangan. Dalam kaitannya dengan pengembangan pegawai, pegawai yang

dipromosikan akan berusaha meningkatkan kemampuan dan motivasinya.

(11)

1. Pengalaman (Senioritas)

Pengalaman (senioritas) yaitu promosi yang didasari pada lamanya

pengalaman kerja. Kelebihannya adalah adanya penghargaan dan

pengakuan bahwa pengalaman merupakan guru yang berharga. Dengan

pengalaman seseorang akan dapat mengembangkan kemampuannya

sehingga pegawai tetap betah bekerja pada organisasi dengan harapan,

suatu waktu ia akan dipromosikan. Kelemahannya adalah seorang pegawai

yang kemampuannya terbatas tetapi karena sudah lama bekerja tetap

dipromosikan. Dengan demikian terjadi ketimpangan karena kekuasaan

dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya akan sulit dimengerti

karena keterbatasan kemampuan yang dimilikinya.

2. Kecakapan (Ability)

Kecakapan (ability) adalah seseorang akan dipromosikan berdasarkan

penilaian kecakapannya. Pertimbangan promosi adalah kecakapan, orang

yang cakap akan mendapat prioritas pertama untuk dipromosikan.

3. Kombinasi Pengalaman dan Kecakapan

Kombinasi Pengalaman dan Kecakapan adalah promosi yang berdasarkan

pada lamanya pengalaman dan kecakapan. Pertimbangan promosi

berdasarkan lamanya dinas, ijasah pendidikan formal yang dimiliki, dan

(12)

memotivasi pegawai untuk memperdalam pengetahuannya bahkan

memaksa diri untuk mengikuti pendidikan formal, moral pegawai akan

lebih baik, bersemangat dan prestasi kerjanya semakin meningkat karena

ini termasuk elemen-elemen yang dinilai dalam promosi. Selain itu juga

memotivasi berkembangnya persaingan sehat dan dinamis diantara

pegawai sehingga mereka berlomba untuk mencapai kemajuan.

Kelemahannya adalah pegawai yang kurang mampu akan frustasi dan

menimbulkan minder dalam dirinya, biaya akan lebih banyak karena

adanya ujian kenaikan golongan dan pelatihan-pelatihan lainnya.

2.2 Efektifitas Kerja

2.2.1 Pengertian Efektifitas Kerja 2.2.1.1 Pengertian Efektifitas

Menurut Amin Tunggal Wijaya, (1993:32), mengatakan “Efektifitas adalah

hasil membuat keputusan yang mengarahkan melakukan suatu dengan benar, yang

membantu memenuhi misi suatu perusahaan atau pencapaian tujuan.”

Menurut T. Hani Handoko (1998:148) mengatakan bahwa “Efektifitas adalah

merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”

(13)

Efektifitas adalah suatu keadaan dalam mencapai tujuan. Manajamen yang

efektif perlu disertai dengan manajemen yang efisien. Tercapainya tujuan

mungkin hanya dapat dengan penghamburan dana, oleh karena itu manajemen

tidak boleh hanya diukur dengan efektifitas juga diperlukan efisiensi.

Menurut Perwata Wesha (1992:148), mengatakan bahwa “Efektifitas adalah

keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk

memberikan guna yang diharapkan.”

Dengan demikian jelaslah bahwa efektifitas merupakan suatu keadaan yang

menunjukkan keberhasilan kerja yang diterapkan dengan tepat dan sasaran yang telah

ditetpkan dapat tercapai tepat waktu.

2.2.1.2Pengertian Kerja

The Liang Gie (1995:360), mengatakan bahwa “Kerja adalah keseluruhan

pelaksanaan aktifitas-aktifitas jasmaniah yang dilakukan oleh manusia untuk

mencapai tujuan tertentu atau mengandung maksud tertentu terutama yang

berhubungan dengan kelangsungan hidupnya.

Maka pendapat penulis tentang kerja adalah serangkaian aktifitas yang

dilakukan manusia untuk kepentingan dirinya sendiri ataupun lingkungannya.

2.2.1.3Pengertian Efektifitas Kerja

(14)

“Penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya yang telah ditetapkan artinya

apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak, itu sangat tergantung

pada bilamana tugas itu dilaksanakan atau tidak, terutama tidak menjawab

pertanyaan bagaimana cara melaksanakan, berapa biaya dikeluarkan itu.”

Etzioni (Tangkilisan,2005) mengatakan bahwa, “Efektifitas kerja adalah

tingkat sejauh mana suatu organisasi yang merupakan sistem sosial dengan segala

sumber daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-tujuannya tanpa

pemborosan dan menghindari ketegangan yang tidak perlu diantara

anggota-anggotanya.”

Sedarmayanti (1996:97) mengatakan bahwa, “Efektifitas berkaitan dengan

pencapaian unjuk kerja yang maksimal dalam arti pencapaian target yang berkaitan

dengan kualitas, kuantitas dan waktu.”

Dengan demikian jelaslah bahwa efektifitas kerja adalah penyelesaian

pekerjaan tepat pada waktu yang ditentukan, artinya pelaksaan tugas ditandai baik

atau tidak, sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara

melaksanakannya.

2.2.1.4Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Kerja

Setiap organisasi menginginkan suatu pekerjaan dilakukan dengan efektif dan

efisien. Namun demikian kebanyakan organisasi tidak mengetahui faktor apa yang

(15)

efektifitas kerja dapat meningkat, hendaknya pihak organisasi dapat berpedoman

pada pendapat berikut :

Menurut The Liang Gie (1995:29), faktor-faktor yang mempengaruhi

efektifitas kerja, antara lain sebagai berikut :

1. Waktu

2. Tugas

3. Produktifitas

4. Motivasi

5. Evaluasi Kerja

6. Pengawasan

7. Lingkungan Kerja

8. Perlengkapan dan Fasilitas

Ad. 1. Waktu

Ketetapan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan faktor

utama. Semakin lama tugas yang dibebankan itu dikerjakan maka semakin

banyak tugas lain menyusul dan hal nini akan memperkecil tingkat efektifitas

(16)

Ad. 2. Tugas

Bawahan harus diberitahukan maksud dan pentingnya tugas-tugas yang

didelegasikan kepada mereka.

Ad. 3. Produktifitas

Seorang pegawai mempunyai produktifitas kerja yang tinggi dalam bekerja

tentunya akan dapat menghasilkan efektifitas kerja yang baik demikian pula

sebaliknya.

Ad. 4. Motivasi

Manajer dapat mendorong bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan

tujuan mereka yang sensitif. Semakin termotivasi untuk bekerja secara

produktif semakin baik pula kinerja yang dihasilkan.

Ad. 5. Evaluasi Kerja

Manajer memberikan dorongan, bantuan dan informasi kepada bawahan,

sebaliknya harus melaksanakan tugas dengan baik dan menyelesaikan untuk

dievaluasi apakah fungsi terlaksana dengan baik atau tidak.

Ad. 6. Pengawasan

Dengan adanya pengawasan maka kinerja pegawai dapat terus terpadu dan hal

(17)

Ad. 7. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah menyangkut tata ruang, cahaya alam dan pengaruh

suara yang mempengaruhi konsentrasi seorang pegawai sewaktu bekerja.

Ad. 8. Perlengkapan dan Fasilitas

Suatu sarana dan peralatan yang disediakan oleh pimpinan dalam bekerja.

Semakin baik sarana yang disediakan oleh organisasi akan memepengaruhi

semakin baiknya kerja seseorang dalam mencapai tujuan atau hasil yang

diharapkan.

2.2.1.5 Indikator Efektifitas Kerja

Menurut Hasibuan (2003:105), Efektifitas merupakan suatu keadaan

keberhasilan yang sempurna sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Supaya

dapat menjamin suatu keberhasilan usaha dalam meningkatkan efektifitas kerja

pegawai dalam suatu organisasi sehingga dapat menimbulkan kuantitas kerja, kualitas

kerja dan pemanfaatan waktu. Terdapat beberapa indikator efektifitas kerja, yaitu :

1. Semangat Kerja

2. Keterampilan

3. Sikap Etika Kerja

4. Tanggung Jawab

(18)

6. Sarana dan Prasarana

7. Efisiensi

8. Disiplin

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lain yang dilakukan oleh Tjan dkk (2013) tentang efek bising mesin elektronika terhadap gangguan fungsi pendengaran pada pekerja di kecamatan Sario Kota Manado

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan penalaran dan koneksi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif dengan

SUCRE merupakan rezim internasional yang lahir dari ALBA sehingga tujuan SUCRE tidak lepas dari tujuan besar ALBA yaitu untuk menyatukan Amerika Latin dan

Dalam tulisan terakhir, Ijtihad Kemanusiaan, Munawir memperluas kasus-kasus yang perlu dilakukan kontekstualisasi, tidak hanya soal warisan anak perempuan, zakat untuk muallaf,

Terkait bidang hukum, ada permasalahan teknis dari kriteria yang berdasarkan perundang-undangan untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam surat

(6) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan

Hasil analisis aktivitas enzim peroksidase planlet anggrek tanah yang di tanam pada medium VW dengan penambahan berbagai konsentrasi AF di sajikan pada Tabel 1. Tabel

multimedia, (7) evaluasi yang terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuan erdapat 10 soal pilihan ganda. Setelah produk multimedia dikembangkan, kemudian