• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA TERKAIT PELAYANAN PUBLIK KERTAS KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA TERKAIT PELAYANAN PUBLIK KERTAS KERJA"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA TERKAIT PELAYANAN PUBLIK

Oleh:

Ananta Widya Nugraha NIM : 232010211

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

MOTTO

"Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan."

(Samuel Jhonson)

"Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti. Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang

menonton."

(Mark Twain)

“The past can't see you, but the future is listening.”

(Terri Guillemets)

“I don’t know what the future holds, but I know who holds the future”.

(Jim Bishop)

(7)

vii

Abstract

This study aims to analyze financial performance the government of Salatiga city related to the public service. The main issue of the research is the extent to which the financial performance the government of Salatiga city related to the public service. This research is a comparative descriptive of the data time series. Data used in this study are secondary data, the data source from the Government Budget Realization Report Salatiga years 2008-2012 . The analysis technique used diviation analysis, growth analysis and proportion analysis. The result of this study is stated that the analysis of expenditure diviasi analysis showed favorable variance or operating expenditures and capital spending no more than is budgeted. For the growth of the budget and expenditure operations showed positive growth. Growth capital expenditures budget and show negative growth and positive. In the analysis of the proportion of expenditure, the proportion of capital expenditures related to public services is lower. The average allocation of operating expenses 76.70% and the average capital expenditure is only 26.01%.

Keywords: Financial Performance the Government of Salatiga ,Diviation, Growth, Proportion

(8)

viii

Saripati

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan Pemerintah Kota Salatiga terkait dengan pelayanan publik. Masalah yang dibahas adalah sejauh mana kinerja keuangan Pemerintah Kota Salatiga terkait dengan pelayanan publik.

Jenis penelitian adalah deskriptif komparatif, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, sumber data dari Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Salatiga tahun 2008-2012. Teknik analisis yang digunakan adalah menggunakan analisis diviasi belanja, analisis pertumbuhan belanja dan analisis proporsi belanja. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa dianalisis dari analisis diviasi belanja menunjukkan favourable variance atau realisasi belanja operasi dan belanja modal tidak ada yang melebihi dari yang dianggarkaan. Untuk pertumbuhan anggaran maupun realisasi belanja operasi menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan anggaran dan realisasi belanja modal menunjukkan pertumbuhan negative dan positif. Dalam analisis proporsi belanja,proporsi belanja modal yang terkait pelayanan publik lebih rendah. Rata-rata alokasi belanja operasi 76,70% dan rata-rata alokasi belanja modal hanya 26,01%.

Kata Kunci: Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Salatiga, Diviasi, Pertumbuhan, Proporsi

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena kasih karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul

“ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA TERKAIT PELAYANAN PUBLIK” dengan lancar. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan kondisi kinerja keuangan Pemerintah Kota Salatiga tahun 2008-2012. Melalui penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat.

Dalam penelitian ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk mewujudkan tugas akhir yang lebih baik. Semoga dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat memberikan dorongan bagi peneliti-peneliti lain untuk melakukan pengembangan penelitian serupa di kemudian hari. Tuhan Yesus memberkati.

Salatiga, 30 September 2015

Ananta Widya Nugraha

(10)

x

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan tugas akhir ini banyak sekali hambatan yang dihadapi oleh penulis. Berkat doa, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak, maka kertas kerja ini dapat juga terselesaikan. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.

2. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., PhD selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran. sabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Prof. Christantius Dwiatmadja SE., ME., PhDselaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

4. Ibu Theresia Woro Damayanti, SE., Msi, Akt. selaku Kaprogdi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana.

5. Ibu Gustin Tanggulungan SE., M.Ak. yang telah membantu dalam memberikan data penelitian yang terkait dengan tugas akhir.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang tak ternilai.

7. Seluruh staf pengajar dan Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah memberi bantuan administrasi dan teknis kepada penulis selama kuliah.

8. Papah, Mamah, Kak Azis, Kak Wisnu, Mbak Reni, Adek Yose.yang telah memberikan doa, bimbingan, sarana, dan dorongan semangat, serta dukungan yang diberikan kepada penulis.

9. Pacarku Maria Roswita Maya dan sahabatku Andriyanto, Yulius Hendra, Yocky Armando,Veni Nugroho, Katarina Yolanda, Paula Paskaliza dan semua teman-teman FEB angkatan 2010 yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

10. Saudara-saudara di Zebra Salatiga,Om Lie, Om Wisnu, Om Triyanto, Om Nugroho, Om Aji, Om Zainal, Om Ali yang telah memberikan semangat dan doa.

(11)

xi

11. Rekan dari Komunitas Daihatsu Zebra Club (ZEC) yaitu Chrismananda, Dwi Ono, John Martin, Rbe Pramono, dan masih banyak lagi. Terima kasih untuk dukungannya.

12. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah berperan serta dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Salatiga, 30 September 2015 Penulis

Ananta Widya Nugraha

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Pernyataan Tidak Plagiat... ii

Pernyataan Persetujuan Akses... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ... v

Motto ... vi

Abstract ... vii

Saripati ... viii

Kata Pengantar ... ix

Ucapan Terima Kasih ... x

Daftar Isi... xii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Grafik ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Masalah Penelitian ... 3

Persoalan Penelitian ... 3

Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

KAJIAN PUSTAKA ... 3

METODE PENELITIAN ... 11

(13)

xiii

Jenis dan Sumber Data ... 11

Teknik Analisis Data ... 11

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 12

Analisis Diviasi Belanja ... 12

Analisis Pertumbuhan Belanja ... 14

Analisis Proporsi Belanja ... 16

PENUTUP ... 18

Kesimpulan ... 18

Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

LAMPIRAN ... 22

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 34

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori Diviasi Anggaran Belanja Daerah... 9

Tabel 2. Kategori Pertumbuhan Belanja Daerah... 10

Tabel 3. Skala Alokasi Belanja Modal ... 10

Tabel 4. Diviasi Belanja Kota Salatiga Tahun 2008 – 2012 ... 12

Tabel 5. Pertumbuhan Belanja Kota Salatiga Tahun 2008 – 2012 ... 14

Tabel 6. Proporsi Belanja Kota Salatiga Tahun 2008 - 2012 ... 16

(15)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Diviasi Belanja Operasi dan Modal Kota Salatiga Tahun 2008-2012 ... 13 Grafik 2. Pertumbuhan Realisasi Belanja Operasi dan Modal Kota Salatiga Tahun 2008-2012 ... 15 Grafik 3. Proporsi Realisasi Belanja Operasi dan Modal Kota Salatiga Tahun 2008-2012 ... 17

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... 21

Lampiran 1. Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga Tahun 2008 ... 22

Lampiran 2. Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga Tahun 2009 ... 24

Lampiran 3. Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga Tahun 2010 ... 26

Lampiran 4. Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga Tahun 2011 ... 28

Lampiran 5. Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga Tahun 2011 ... 30

Lampiran 6. Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga Tahun 2011 ... 32

Lampiran 7. Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga Tahun 2011 ... 32

Lampiran 8. Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga Tahun 2011 ... 33

(17)

i PENDAHULUAN

Latar Belakang

Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan kepentingan, prioritas, potensi daerah dan peraturan perundang-undangan. Tujuan dari otonomi daerah untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan pelayanan publik. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah (Yuwono dkk. 2005), yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik, menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk partisipasi dalam pembangunan. Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan sesuai peraturan undang-undang, transparan dan bertanggung jawab. Pengelolaan keuangan tersebut dilaksanakan dalam suatu sistem yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah (PP No 58 tahun 2005, pasal 4).

Di era otonomi daerah sekarang ini terjadi perubahan terhadap pembangunan di daerah, dimana kondisi pembangunan di daerah saat sekarang masih beragam karena diferensiasi kapasitas perekonomian yang diindikasikan dari adanya kesenjangan antar daerah. Di sisi lain, masih terdapat pula ketimpangan sosial ekonomi akibat dari terbatasnya akses kelompok masyarakat terhadap faktor produksi yang menyebabkan produktivitas rendah dan selanjutnya berdampak pada tingkat kesejahteraan yang rendah. Seiring perkembangan waktu, potensi meningkatnya kesenjangan hingga saat ini pun masih relatif cukup besar. Dalam konteks ini pelayanan publik akan dituntut untuk lebih memiliki sifat-sifat yang peka dalam efisiensi dan akuntabilitasnya.

Data dan informasi yang akurat dan tepat sasaran sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan serta pencapaian tujuan pembangunan daerah untuk pelayanan publik.

sejalan diberlakukannya UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah maka diharapkan Pemerintah kabupaten/kota termasuk Pemerintah Kota Salatiga dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna atas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan publik dengan

(18)

2

melakukan pembangunan di daerahnya. Pemberlakuan Undang-Undang tersebut memiliki konsekuensi pada pertanggungjawaban daerah atas dana yang dialokasikan dalam APBD.

Besaran dana yang dialokasikan dalam APBD dapat memberikan gambaran ukuran kinerja keuangan. Anggaran daerah merupakan desain teknis untuk melaksanakan strategi, sehingga apabila pengeluaran pemerintah mempunyai kualitas yang rendah, maka kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah juga cenderung melemah, yang berakibat pada pelayanan publik yang rendah (Mediaty, 2010).

Kecenderungan yang terjadi pada perencanaan anggaran di Kabupaten/Kota terkait pelayanan publik adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan publik. Hal ini ditunjukkan dari jumlah dana alokasi yang menyangkut kepentingan publik pada APBD masih dirasakan kurang oleh publik. sehingga terjadi penurunan tingkat pelayanan publik. Kebijakan maupun alokasi anggaran ditengarai belum dapat meningkatkan kesejahteraan publik.

ketimpangan proporsi bagi pengeluaran aparatur yang melebihi pengeluaran publik dengan persentase yang tidak seimbang mengakibatkan peningkatan pelayanan publik menjadi kurang maksimal. Perlu dilakukan penelitian lebih dalam apakah ketimpangan alokasi anggaran tersebut telah sesuai dengan aspirasi publik atau belum.

Di Kota Salatiga banyak infrastruktur yang masih terbengkalai, seperti Pasar Raya II Salatiga, Pasar Jetis, Kelurahan Salatiga, kurangnya saluran drainase dan aspal di jalan Taman Pahlawan dan jalan Patimura, dan rusaknya prasarana lain menjadi indikasi penyediaan infrastruktur bukan prioritas utama anggaran pemerintah daerah. Sebagian besar pengeluaran di daerah masih diutamakan untuk menutup biaya kegiatan rutin. Pada tahun 2008-2012 menunjukkan bahwa besaran belanja untuk pegawai menyerap rata-rata 54,04% dari realisasi belanja daerah dan belanja modal hanya menyerap 26,01% dari total belanja daerah.

Dalam penelitian Puspita (2012) yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Salatiga Tahun 2005-2009 yang menyatakan bahwa alokasi dana untuk belanja rutin dan belanja pembangunan pada Pemerintah Kota Salatiga belum stabil, sehingga dana yang dimiliki masih diprioritaskan untuk kebutuhan belanja rutin. Pengalokasian dana oleh pemerintah daerah terhadap sektor belanja harus dilihat dari sisi manfaat dan seberapa kontribusi yang ditimbulkan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan kajian untuk menganalisis kinerja keuangan

(19)

3

Pemerintah Kota Salatiga setelah melaksanakan otonomi daerah dengan analisis pengukuran kinerja keuangan APBD.

Terdapat permasalahan yang ada yaitu sejauh mana kinerja keuangan Pemerintah Kota Salatiga terkait pelayanan publik? Adapun persoalan penelitian dari penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah diviasi dari belanja APBD Pemerintah Kota Salatiga terkait pelayanan publik?

2. Bagaimanakah pertumbuhan dari belanja APBD Pemerintah Kota Salatiga terkait pelayanan publik?

3. Bagaimanakah proporsi dari belanja APBD Pemerintah Kota Salatiga terkait pelayanan publik?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja keuangan Pemerintah Kota Salatiga terkait dengan pelayanan publik berdasarkan analisis diviasi belanja, pertumbuhan belanja dan proporsi belanja dari APBD Pemerintah Kota Salatiga. Penelitian ini dilaksanakan yang diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu untuk memberikan gambaran kepada pembaca dan masyarakat Kota Salatiga mengenai kinerja keuangan Pemerintah Kota Salatiga terkait dengan pelayanan publik.

KAJIAN PUSTAKA

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Menurut Halim (2004:24), kinerja keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan otonomi daerah. Mariani (2013) mendefinisikan kinerja keuangan pemerintah daerah sebagai kemampuan suatu daerah untuk menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan asli daerah dalam memenuhi kebutuhannya guna mendukung berjalannya sistem pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan daerahnya. Definisi kinerja keuangan pemerintah daerah secara umum merupakan gambaran pencapaian kemampuan pengelolaan keuangan pemerintah daerah di dalam pencapaian pelaksanaan otonomi daerah guna mendukung berjalannya sistem pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan daerah.

(20)

4

Seperti dalam pasal 4 Peraturan Pemerintah No 58 tahun 2005, dinyatakan bahwa pengelolaan kinerja keuangan pemerintah daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah, menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan layanan sosial masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Pelaporan keuangan pemerintah hanya memaparkan informasi yang berkaitan dengan sumber pendapatan pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi pemerintah. Dengan demikian pelaporan keuangan pemerintah menekankan pada pertanggung jawaban apakah sumber yang diperoleh sudah digunakan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

APBD merupakan sebagai rencana oprasional keuangan pemerintah daerah yang menggambarkan pemikiran pengeluran setinggi-tinginya guna membiayai kegiatan-kegiatan rutin dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu (Abdul Halim,2007:19).

Menurut Bastian (2006:189), APBD merupakan rencana kerja Pemerintah daerah dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahun tahunan dan berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik.

Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan.Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Komponen Belanja Daerah

Istilah belanja daerah terdapat dalam laporan realisasi anggaran, karena dalam penyusunan laporan realisasi anggaran masih menggunakan basis kas. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan keseluruhan jenis

(21)

5

belanja daerah tersebut di atas dikonversi dalam penyajian laporan keuangan dikelompokan menjadi belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga dan belanja transfer.

Komponen Belanja Daerah yang pertama adalah Belanja Operasi, Belanja Operasi merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat / daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Meliputi:

1. Belanja Pegawai: merupakan pengeluaran pemerintah yang diberikan kepada pejabat negara, pegawai negeri sipil dan pegawai yang belum berstatus PNS dipekerjakan oleh pemerintah sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan.

2. Belanja Barang: merupakan pengeluaran pemerintah untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa.

3. Belanja Bunga: merupakan pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga atas kewajiban penggunaan pokok utang yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang.

4. Belanja Subsidi: merupakan pengeluaran pemerintah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat.

5. Belanja Hibah: Belanja Hibah merupakan pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada pemerintah atau masyarakat yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak mengikat dan tidak secara terus menerus.

6. Belanja Bantuan sosial: merupakan pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak terus-menerus dan selektif.

Komponen Belanja daerah yang kedua adalah Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi:

1. Belanja Tanah: Merupakan pengeluaran pemerintah yang dilakukan untuk pengadaan/

pembelian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

(22)

6

2. Belanja Peralatan dan Mesin: Merupakan pengeluaran pemerintah untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.

3. Belanja Gedung dan Bangunan: Merupakan pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian gedung dan bangunan sampai dengan bangunan dan gedung dimaksud dalam kondisi siap digunakan.

4. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan: Merupakan pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk pengadaan, pembangunan, perawatan yang menambah kapasitas sampai jalan, irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap digunakan.

5. Belanja Aset Tetap Lainnya: Merupakan pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk pengadaan, pembangunan, perawatan terhadap aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam belanja modal lainnya.

Belanja Modal Untuk Pelayanan Publik

Belanja Modal termasuk jenis Belanja Langsung dan digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka 1 tahun untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,dan aset tetap lainnya ( Permendagri No. 13 tahun 2006). Pembangunan dalam sektor pelayanan kepada publik akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan bergairah dalam bekerja karena ditunjang oleh fasilitas yang memadai selain itu investor juga akan tertarik kepada daerah karenafasilitas yang diberikan oleh daerah.

Peningkatan Pemerintah Daerah dalam investasi modal (belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik terhadap pembangunan. Hal ini berarti dengan bertambahnya belanja modal maka akan berdampak pada periode yang akan datang produktivitas masyarakat meningkat dan bertambahnya investor. Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan.

(23)

7

Belanja modal jenis Pelayanan Publik adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi (menambah aset) yang ditujukan untuk peningkatan sarana dan prasarana publik yang hasilnya dapat digunakan langsung oleh masyarakat. Belanja modal untuk pelayanan publik disusun atas dasar kebutuhan nyata masyarakatsesuai dengan tuntutan dan dinamika yang berkembang untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Rasio belanja modal pemerintah terhadap Total Belanja disebut juga indicator Capital Expenditure mengukur seberapa jauh kebijakan pemerintah dalam penganggaran yang berorientasi pada pelayanan publik.

Pengalokasian belanja daerah ditentukan oleh kebutuhan daerah sendiri atas kebutuhan belanja daerahnya. Pada umumnya lebih banyak dialokasikan kepada belanja operasional daerah dan sisanya dialokasikan untuk belanja daerah lainnya diantaranya belanja modal. Proporsi alokasi belanja daerah masih didominasi kepentingan operasional rutin pemerintahan seperti belanja barang dan belanja pegawai dibandingkan dengan alokasi belanja untuk kegiatan yang langsung bersentuhan dengan pelayanan publik. Hal ini tentunya mempengaruhi besarnya anggaran Belanja Modal. Kebutuhan akan pembangunan infratruktur seperti jalan, pembangunan pasar dan bangunan lain yang sedianya difungsikan untuk penunjang pelayanan publik menjadi terganggu akibat alokasi dana ke belanja modal yang rendah.

Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Adisasmita, 2011). Sementara menurut Kurniawan (2005:4) pelayanan publik adalah pemberian layanan kepada masyrakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah di tetapkan.

(24)

8

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Terkait Pelayanan Publik

Analisis kinerja keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri kinerja keuangan pemerintah daerah berdasarkan laporan keuangan yang tersedia (Halim, 2007:231). Pemerintah daerah sebagai pihak yang diberikan tugas menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaiakan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah sebagai dasar penilaian kinerja keuangannya. Samryn (2002) mengutarakan analisis kinerja keuangan merupakan cara untuk membuat perbandingan data keuangan, sebagai dasar untuk mengetahui kinerja keuangan suatu lembaga.

Analisis kinerja keuangan Pemerintah Daerah dapat berhubungan dengan pelayanan publik. Jika hasil analisis menunjukkan realisasi anggaran terserap tidak melebihi dari yang dianggarkan, pertumbuhan belanja menunjukkan tren positif dan alokasi belanja untuk kegiatan yang langsung bersentuhan dengan pelayanan publik tentu kinerja keuangan Pemerintah Daerah akan baik dan pelayanan publik akan maksimal, namun jika hasil analisis realisasi anggaran terserap melebihi dari yang dianggarkan, pertumbuhan belanja menunjukkan tren negatif dan alokasi belanja kurang bersentuhan untuk kepentingan publik tentu kinerja keuangan Pemerintah Daerah akan kurang baik dan pelayanan publik kurang maksimal.

Dalam rangka memberikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang transparan, analisis kinerja keuangan terhadap APBD perlu dilaksanakan dengan cara membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui kecenderungan yang terjadi. Berdasarkan informasi dari laporan Realisasi Anggaran Belanja, dapat dianalisis kinerja keuangan pemerintah daerah dengan beberapa analisis berikut ini :

a. Analisis Diviasi Belanja

Analisis diviasi belanja merupakan analisis terhadap selisih antara anggaran belanja dengan realisasi belanja. Anggaran belanja menggunakan basis maksimal.

Maksimal bermakna bahwa jumlah anggaran belanja merupakan patokan jumlah pembayaran maksimal yang bisa dilaksanakan sebagai bentuk realisasi anggaran belanja. Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan, maka dapat diketahui secara langsung diviasi belanja antara anggaran belanja dan realisasi yang

(25)

9

dinyatakan dalam bentuk nilai nominal dan persentase. Pencapaian anggaran yang favorable mengindikasikan adanya diviasi yang tidak menggangu pelaksanaan program dan kegiatan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marizka (2010) mengenai Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan dimana hasil dari analisis varians kinerja Pemerintah Kota Medan dapat dikatakan baik karena realisasi belanja tidak ada yang melebihi dari yang dianggarkan. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Ananda (2012), Mengenai Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2009 sampai 2011 dimana kinerja belanja Pemerintah Kabupaten Pandeglang dikatakan sudah cukup baik. Selisih anggaran belanja dikategorikan menjadi 2 jenis menurut Mardiasmo (2009:70).

Tabel 1. Kategori Diviasi Anggaran Belanja Daerah

b. Analisis Pertumbuhan Belanja

Analisis pertumbuhan belanja bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan belanja dari tahun ke tahun dan untuk mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Faqihudin (2011) mengenai Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tegal dimana selama tahun 2006 sampai 2010 pertumbuhan belanja mengalami pertumbuhan yang positif meskipun ditinjau dari prosentase mengalami naik turun.

Pertumbuhan belanja dikategorikan menjadi 2 jenis menurut Halim (2011)

No. Diviasi Belanja Kategori Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah

1 Anggaran Belanja > Realisasi

Belanja Favourable Variance Baik

2 Anggaran Belanja < Realisasi

Belanja Unfavourable Variance Kurang Baik

(26)

10

Tabel 2. Kategori Pertumbuhan Belanja Daerah

No. Persentase Pertumbuhan Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah

1. ≥ 1% Positif Baik

2. < 1% Negatif Kurang Baik

c. Analisis Proporsi Belanja

Analisis ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja operasi, maka porsi untuk belanja modal yang dihasilkan cenderung semakin kecil.

Penelitian sebelumnya oleh Marizka (2010) mengenai Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan dimana hasil dari Analisis Keserasian Belanja membuktikan bahwa sebagian besar dana yang dimiliki pemerintah masih di prioritaskan untuk kebutuhan belanja operasi sehingga rasio belanja modal masih relatif kecil. Berikut adalah skala untuk menganalisis proporsi belanja daerah dengan menggunakan skala menurut Permendagri No 13 tahun 2006 sebagaimana dalam tabel 2.

Tabel 3. Skala Alokasi Belanja Modal No. Alokasi Belanja Modal

(%) Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

1 < 28% Kurang Baik

2 ≥ 28% Baik

(27)

11 METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber data

Jenis penelitian adalah deskriptif komparatif atas data time series. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder, sumber data dari Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Salatiga tahun 2008-2012. Data diperoleh dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Salatiga.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah (Halim, 2011):

a. Analisis Diviasi Belanja.

Analisis diviasi belanja merupakan selisih antara anggaran belanja dengan realisasi belanja, perhitungannya yaitu :

Diviasi Belanja Operasi = Anggaran Belanja Operasi – Realisasi Belanja Operasi Diviasi Belanja Modal = Anggaran Belanja Modal – Realisasi Belanja Modal b. Analisis Pertumbuhan Belanja.

Analisis pertumbuhan belanja merupakan pertumbahan belanja pemerintah daerah dari tahun ke tahun apakah positif atau negatif, dirumuskan sebagai berikut:

Pertumbuhan Belanja Operasi =

Realisasi Belanja Operasi tahun t − Realisasi Belanja Operasi (tahun t−1)

Realisasi Belanja Operasi (tahun t−1) x 100%

Pertumbuhan Belanja Modal =

Realisasi Belanja Modal tahun t − Realisasi Belanja Modal (tahun t−1)

Realisasi Belanja Modal (tahun t−1) x 100%

c. Analisis Proporsi Belanja.

Analisis proporsi belanja merupakan alokasi belanja yang dialokasikan oleh Pemerintah Daerah pada pos-pos belanja APBD. Untuk menganalisis proporsi belanja, dirumuskan sebagi berikut:

Proporsi Realisasi Belanja Operasi = Realisasi Belanja Operasi

Realisasi Belanja Daerah x100%

Proporsi Realisasi Belanja Modal = Realisasi Belanja Modal

Realisasi Belanja Daerah x100%

(28)

12 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Diviasi Belanja

Analisis diviasi memberikan informasi mengenai perbedaan antara belanja yang dianggarkan dan realisasi belanja yang telah dimanfaatkan Pemerintah Kota Salatiga. Diviasi belanja diukur dengan melihat selisih antara pemanfaatan realisasi belanja dengan belanja yang dianggarkan. Berdasarkan data yang berkaitan dengan anggaran belanja dan realisasi, diviasi belanja Pemerintah Kota Salatiga selama tahun 2008-2012 tertuang dalam tabel 4.

Tabel 4: Diviasi Belanja Kota Salatiga Tahun 2008 – 2012 (Dalam Milyar Rupiah)

Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan 2014, (data diolah)

Tabel 4 menunjukkan Diviasi Belanja Kota Salatiga tahun 2008-2012. Anggaran dan Realisasi Belanja Operasi dalam nominalnya rata-rata mengalami kenaikan 40 milyar setiap tahunnya. Pada Anggaran dan Realisasi Belanja Modal tersaji kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Namun data yang tersaji dalam tabel ini belumlah lengkap, untuk mengetahui lebih lengkap mengenai analisis diviasi belanja Kota Salatiga, dapat dilihat pada grafik berikut.

Pos Belanja Operasi Tahun Anggaran

2008 2009 2010 2011 2012

Anggaran (Rp) 276,84 318,82 358,12 403,18 458,79

Realisasi (Rp) 241,85 282,03 328,97 380,08 420,23

Diviasi (Rp) 34,98 36,79 29,15 23,10 38,55

Persentase Diviasi (%) 12,64% 11,54% 8,14% 5,73% 8,40%

Pos Belanja Modal Tahun Anggaran

2008 2009 2010 2011 2012

Anggaran (Rp) 205,13 165,79 113,73 113,96 162,26

Realisasi (Rp) 126,48 150,50 89,64 77,41 124,91

Diviasi (Rp) 78,65 15,30 24,09 36,55 37,35

Persentase Diviasi (%) 38,34% 9,23% 21,18% 32,07% 23,02%

(29)

13 Sumber: Tabel 1 (2015)

Berdasarkan Grafik 1 diviasi belanja operasi dan diviasi belanja modal Pemerintah Kota Salatiga pada tahun 2008-2012 dapat diketahui terdapat selisih antara realisasi dengan anggaran yang ada. Dapat dilihat bahwa realisasi belanja operasi yang terjadi lebih kecil dibandingkan anggaran belanja operasi. Rata-rata diviasi belanja operasi tahun 2008-2012 sebesar 32,51 milyar rupiah dan rata-rata diviasi belanja modal 38,39 milyar. Capaian realisasi penggunaan belanja operasi tinggi karena hampir 75% pemanfaatan realisasi belanja operasi digunakan untuk belanja pegawai. Disamping itu juga pemanfaatan terbanyak ada pada belanja barang dan jasa.

Pada diviasi belanja modal, ini memungkinkan bahwa Pemerintah Kota Salatiga dalam menyerap belanja modal mampu memberikan kontribusi berupa tindak nyata pelayanan publik dengan merealisasikan pembangunan sarana dan prasarana yang berorientasi pada pelayanan publik seperti perawatan jalan, irigasi dan sarana pelayanan publik lainnya. Karena capaian serapan belanja modal tertinggi ada pada belanja Gedung dan belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

Secara normatif anggaran belanja merupakan batas tertinggi dalam pengeluaran yang boleh dilakukan. Diviasi belanja modal Pemerintah Kota Salatiga masuk kategori favourable variance yang artinya dari diviasi tersebut tidak mengganggu pelaksanaan dan program yang terkait dengan pelayanan publik. Sebaliknya jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang dianggarkan maka hal itu mengindikasikan adanya kinerja keuangan Pemerintah Daerah dalam pelayanan publik kurang baik.

34.98 36.79

29.15

23.10

38.55 78.65

15.30 24.09

36.55

37.35

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00

2008 2009 2010 2011 2012

Grafik 1: Diviasi Belanja Operasi dan Belanja Modal Kota Salatiga Tahun 2008-2012

(Dalam Milyar Rupiah)

Belanja Operasi Belanja Modal

(30)

14 Analisis Pertumbuhan Belanja

Analisis pertumbuhan belanja memberikan informasi mengenai pertumbuhan belanja yang dialokasikan pemerintah daerah dari tahun ke tahun. Pertumbuhan belanja yang positif dari tahun ke tahun menunjukkan kinerja keuangan pemerintah daerah baik. Pertumbuhan Belanja Pemerintah Kota Salatiga selama tahun 2008-2012 tertuang dalam tabel 5.

Tabel 5: Pertumbuhan Belanja Kota Salatiga Tahun 2008 – 2012 (Dalam Persen)

Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan 2014, (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5 Pertumbuhan Belanja Kota Salatiga Tahun 2008-2012 diketahui bahwa pertumbuhan belanja operasi berkisar antara 10,57% sampai 16,65%. Sedangkan untuk pertumbuhan belanja modal berkisar antara -60,85% sampai 47,50%. Terdapat pertumbuhan negatif dan positif pada belanja modal. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai analisis pertumbuhan belanja Kota Salatiga, dapat dilihat pada grafik berikut.

Pos Belanja Operasi Tahun Anggaran

2008 2009 2010 2011 2012

Realisasi (Rp) 241,85 282,03 328,97 380,08 420,23

Kenaikan/Penurunan (Rp) - 40,17 46,95 51,10 40,16

Pertumbuhan (%) - 16,61% 16,65% 15,53% 10,57%

Pos Belanja Modal Tahun Anggaran

2008 2009 2010 2011 2012

Realisasi (Rp) 126,48 150,50 89,64 77,41 124,91

Kenaikan/Penurunan (Rp) - 24,01 -60,85 -12,23 47,50

Pertumbuhan (%) - 18,99% -40,43% -13,65% 61,36%

(31)

15 Sumber: Tabel 2 (2015)

Berdasarkan grafik 2 bahwa selama tahun 2008-2012 pertumbuhan belanja operasi menunujukkan pertumbuhan yang positif. Dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 14,84%

Meskipun pada tahun 4 tahun terakhir mengalami penurunan, grafik yang ditunjukkan tetap positif. Ini artinya kinerja keuangan Pemerintah Kota Salatiga dilihat dari analisis pertumbuhan belanja baik.

Pertumbuhan belanja modal Kota Salatiga menujukkan adanya pertumbuhan positif dan negatif. Pada tahun 2009 pertumbuhannya positif sebesar 18,99%. Pada tahun 2010 dan 2011 pertumbuhannya negatif masing-masing sebesar -40,43% dan -13,65%. Ini berarti kinerja keuangan pemerintah Kota Salatiga di tahun 2010 dan 2011 untuk belanja modalnya kurang baik karena Pemerintah Kota Salatiga kurang dalam kemampuan mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai. Namun di tahun 2012 pertumbuhan mengalami kenaikan menjadi 61,36%. Ini terjadi karena pada tahun 2011 dan 2012 terdapat kebijakan dari Pemerintah Kota Salatiga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan investasi daerah melalui pembangunan infrastruktur dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung pelayanan publik yang diharapkan mampu menarik pelaku ekonomi dan masyarakat Kota Salatiga untuk melakukan kegiatan ekonomi di Kota Salatiga. sehingga pertumbuhan belanja meningkat dengan banyaknya pembangunan penunjang pelayanan publik.

0.00%

16.61%

16.65% 15.53% 10.57%

18.99%

-40.43%

-13.65%

61.36%

-50%

-30%

-10%

10%

30%

50%

70%

2008 2009 2010 2011 2012

Grafik 2: Pertumbuhan Belanja Operasi dan Belanja Modal Kota Salatiga Tahun 2008-2012

(Dalam Persen)

Belanja Operasi Belanja Modal

(32)

16 Analisis Proporsi Belanja

Analisis proporsi belanja digunakan untuk mengetahui bagaimana pemerintah daerah dalam mengalokasikan belanja daerahanya. Keberpihakan Pemerintah Daerah kepada masyarakat dalam penyediaan infrastruktur, layanan publik dan lain – lain yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat diketahui sejauh mana Pemerintah Daerah membelanjakan APBD yang diperuntukan ke arah itu. Proporsi belanja Pemerintah Daerah dapat ditunjukkan dari berapa besar persentase yang digunakan untuk belanja operasi dibandingkan dengan belanja modal. Proporsi belanja Pemerintah Kota Salatiga selama tahun 2008-2012 tertuang dalam tabel 6.

Tabel 6: Proporsi Belanja Kota Salatiga Tahun 2008 - 2012 (Dalam Milyar)

Pos Belanja Operasi Tahun Anggaran

2008 2009 2010 2011 2012

Realisasi (Rp) 241,85 282,03 328,97 380,08 420,23 Total Belanja Daerah (Rp) 368,39 432,66 418,62 458,62 551,63

Proporsi (%) 65,65% 65,19% 78,59% 82,87% 76,18%

Pos Belanja Modal Tahun Anggaran

2008 2009 2010 2011 2012

Realisasi (Rp) 126,48 150,50 89,64 77,41 124,91

Total Realisasi Belanja Daerah (Rp) 368,39 432,66 418,62 458,62 551,63

Proporsi (%) 34,33% 34,78% 21,41% 16,88% 22,64%

Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan 2014, (data diolah)

Berdasarkan Tabel 6 mengenai proporsi belanja Kota Salatiga Tahun 2008-2012 menunjukkan bahwa proporsi belanja operasi setiap tahun selalu tersaji diatas 50 persen.

Sedangkan untuk pertumbuhan anggaran dan realisasi belanja modal setiap tahunnya selalu tersaji dibawah 50 persen. Ini artinya Pemerintah Kota Salatiga masih berpihak pada belanja operasi dalam mengalokasikan belanja daerah. Keberpihakan Pemerintah Kota Salatiga kepada masyarakat dalam penyediaan infrastruktur, layanan publik dan lain – lain yang bermuara pada

(33)

17

peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat justru rendah. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai analisis diviasi belanja Kota Salatiga, dapat dilihat pada grafik berikut.

Sumber: Tabel 3 (2015)

Berdasarkan grafik 3 dapat diketahui bahwa selama tahun 2008-2012 Pemerintah Kota Salatiga dalam mengalokasikan belanja daerahnya memiliki kecenderungan persentase yang cukup besar pada belanja operasi. Dimana proporsi belanja operasi selalu lebih besar dibandingkan dengan proporsi belanja modal. Selama tahun 2008-2012 proporsi belanja operasi dapat dikatakan baik karena proporsi dapat dikategorikan baik apabila persentase proporsi berkisar 61-80%. Dan proporsi belanja operasi dengan alokasi rata-rata sebesar 73,70%

digunakan untuk belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja bantuan keuangan.

Untuk proporsi belanja modal, selama tahun 2008-2012 ditunjukkan bahwa proporsi belanja modal kurang baik karena hampir setiap tahun mengalami penurunan dan alokasi sebesar rata-rata 26,01%. Dilihat dari persentase juga nilai belanja modal jauh lebih kecil dibanding belanja operasi. Ini dikarenakan karena belum ada aturan yang memberikan punishment bagi pemerintah daerah yang mengalokasikan belanja modalnya sedikit, dan tidak ada bentuk penghargaan terhadap Pemerintah Daerah yang proporsi belanja modalnya tinggi. Dengan kata lain dari hasil tersebut kinerja keuangan Pemerintah Kota Salatiga sudah baik dalam memberikan porsi keuangan pada belanja operasi tetapi untuk alokasi ke belanja daerah masih kurang.

65.65% 65.19%

78.59% 82.87%

76.18%

34.33% 34.78%

21.41%

16.88% 22.64%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

2008 2009 2010 2011 2012

Grafik 3: Proporsi Realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal Kota Salatiga Tahun 2008-2012

(Dalam Persen)

Belanja Operasi Belanja Modal

(34)

18

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan Pemerintah Kota Salatiga, beberapa kesimpulan disajikan dibawah ini:

Dari analisis diviasi belanja operasi dan diviasi belanja modal Pemerintah Kota Salatiga tahun 2008-2012, secara umum dapat dikatakan favourable variance atau selisih yang disukai.

Karena realisasi yang dihasilkan tidak melebihi dari anggaran yang tersedia dengan rata-rata persentase penyerapan 90,71% untuk belanja operasi dan 75,23% untuk belanja modal.

Dari analisis pertumbuhan belanja operasi dan pertumbuhan belanja modal Pemerintah Kota Salatiga tahun 2008-2012, secara umum pertumbuhan belanja menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan masing-masing rata-rata pertumbuhan 14,84% untuk belanja operasi dan 6,57% untuk belanja modal.

Dari analisis proporsi belanja operasi dan belanja modal Pemerintah Kota Salatiga tahun 2008-2012, Pemerintah Kota Salatiga masih memberikan porsi yang besar untuk belanja operasi dibandingkan dengan porsi untuk belanja modal. Sedangkan untuk penopang pelayanan publik dan penopang ekonomi, seperti infrastruktur, irigasi dan aset lainnya yang termasuk belanja modal masih rendah. Ini karena belum ada aturan ataupun penghargaan bagi pemerintah daerah yang berhasil meningkatkan proporsi belanja modal.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kota Salatiga tahun 2008-2012 terkait dengan pelayanan publik, Pemerintah Kota Salatiga masih perlu meningkatkan perhatian pada sektor pelayanan publik dengan terus menggali potensi pembangunan, pelayanan infrastruktur dan pelayanan lain yang dapat dirasakan oleh publik.

(35)

19 Saran

Bagi Pemerintah Kota Salatiga, lebih memperhatikan proporsi belanja antara belanja operasi dan belanja modal dengan meningkatkan belanja modal. Belanja yang lebih menyentuh pada pelayanan publik dan infrastruktur yang menopang pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat lebih diperhatikan.

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah tahun penelitian agar analisis terhadap kinerja pemerintah agar mendapatkan gambaran kinerja keuangan pemerintah daerah lebih jelas. Dan menambah rasio-rasio yang digunakan dalam menganalisis kinerja pemerintah daerah seperti rasio kemandirian dan rasio efisiensi, karena dalam rasio kemandirian dapat menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah dan dalam rasio efisiensi merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan yang diterima.

(36)

20

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2011. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Agung, Kurniawan. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaharuan.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2009. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Salatiga Tahun 2008.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2010. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Salatiga Tahun 2009.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2011. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Salatiga Tahun 2010.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2012. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Salatiga Tahun 2011.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2013. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Salatiga Tahun 2012.

Bastian, I. 2006. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Faqihudin, M. 2011. Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan Belanja dan Daerah Kota Tegal. Skripsi. Universitas Pancasakti. Tegal.

Halim, A, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

_____, A, 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

_____, A, dan M.S, Kusufi, 2011. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah.

Edisi 4. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Mardiasmo (2009). Akuntansi Sektor Publik. Andi Offset. Yogyakarta.

Mariani, L. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sesudah Pemekaran Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten / Kota di Sumatera Barat). Skripsi.

Universitas Negeri Padang.

Marizka, Addina. 2010. Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja dan Daerah Pemerintah Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Mediaty. 2010. Analisa Efisiensi APBD Kabupaten Maros Tahun 2003-2008. Jurnal Akuntabilitas. Vol.9 No.2 Maret 2010, pp 253-263.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standart Akuntansi Pemerintahan.

(37)

21

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Puspita, A. 2012. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Salatiga Tahun 2005-2009.

Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Salatiga.

Samryn, L. 2002. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. Cetakan Kedua. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 2004. Jakarta:

Direktorat Jenderal Otonomi Daerah.

Yuwono, Sony , Indrajaya, Agus Tengku dan Hariyadi. 2005. Penganggaran Sektor Publik:

Pedoman Penyusunan, Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja). Penerbit Bayumedia. Jawa Timur

(38)

22 Lampiran 1

(39)

23

(40)

24 Lampiran 2

(41)

25

(42)

26 Lampiran 3

(43)

27

(44)

28 Lampiran 4

(45)

29

(46)

30 Lampiran 5

(47)

31

(48)

32 Lampiran 6

DIVIASI BELANJA OPERASI DAN BELANJA MODAL PEMERINTAH KOTA SALATIGA TAHUN 2008-2012

Lampiran 7

PERTUMBUHAN BELANJA OPERASI DAN BELANJA MODAL PEMERINTAH KOTA SALATIGA TAHUN 2008-2012

Realisasi (Rp) Pertumbuhan (%) Realisasi (Rp) Pertumbuhan (%) Realisasi (Rp) Pertumbuhan (%) Realisasi (Rp) Pertumbuhan (%) Realisasi (Rp) Pertumbuhan (%)

Belanja Pegawai 181,68 - 201,56 10,94% 241,21 19,67% 278,03 15,27% 309,32 11,25%

Belanja Barang dan Jasa 49,51 - 60,58 22,34% 69,51 14,75% 83,54 20,17% 93,62 12,07%

Belanja Bunga - - - - - - - - - -

Belanja Subsidi - - - - - - - - - -

Belanja Hibah - - 7,89 - 8,95 13,49% 10,29 14,95% 15,82 53,73%

Belanja Bantuan Sosial 10,39 - 11,18 7,64% 8,18 -26,83% 6,83 -16,57% 0,50 -92,69%

Belanja Bantuan Keuangan 0,26 - 0,82 212,16% 1,12 35,84% 1,39 24,31% 0,97 -29,87%

Jumlah Belanja Operasi 241,85 - 282,03 16,61% 328,97 16,65% 380,08 15,53% 420,23 10,57%

Realisasi (Rp) Pertumbuhan Realisasi (Rp) Pertumbuhan Realisasi (Rp) Pertumbuhan Realisasi (Rp) Pertumbuhan Realisasi (Rp) Pertumbuhan

Belanja Tanah 7,62 - 37,68 394,13% 4,60 -87,80% 0,40 -91,20% 2,08 414,33%

Belanja Peralatan dan Mesin 22,10 - 21,68 -1,90% 14,92 -31,16% 24,46 63,90% 30,09 23,04%

Belanja Gedung dan Bangunan 21,74 - 36,79 69,21% 21,30 -42,10% 18,24 -14,34% 29,36 60,96%

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 71,47 - 52,73 -26,22% 47,71 -9,52% 32,14 -32,63% 62,94 95,83%

Belanja aset tetap lainnya 1,91 - 0,74 -61,50% 0,41 -44,55% 1,82 347,39% 0,38 -79,29%

Belanja Aset Lainnya 1,62 - 0,89 -44,98% 0,71 -20,54% 0,34 -52,11% 0,049 -85,63%

Jumlah Belanja Modal 126,46 - 150,50 19,01% 89,64 -40,43% 77,41 -13,65% 124,91 61,36%

2011 2012

2009 2011 2012

2008 2009

Belanja Operasi

Belanja Modal 2010

2010

Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%)

Belanja Pegawai 181,68 49,32% 201,56 46,59% 241,21 57,62% 278,03 60,62% 309,32 56,07%

Belanja Barang dan Jasa 49,51 13,44% 60,58 14,00% 69,51 16,61% 83,54 18,21% 93,62 16,97%

Belanja Bunga - - - - - - - - - -

Belanja Subsidi - - - - - - - - - -

Belanja Hibah - - 7,89 1,82% 8,95 2,14% 10,29 2,24% 15,82 2,87%

Belanja Bantuan Sosial 10,39 2,82% 11,18 2,58% 8,18 1,95% 6,83 1,49% 0,50 0,09%

Belanja Bantuan Keuangan 0,26 0,07% 0,82 0,19% 1,12 0,27% 1,39 0,30% 0,97 0,18%

Jumlah Belanja Operasi 241,85 65,65% 282,03 65,18% 328,97 78,59% 380,08 82,87% 420,23 76,18%

Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%)

Belanja Tanah 7,62 2,07% 37,68 8,71% 4,60 1,10% 0,40 0,09% 2,08 0,38%

Belanja Peralatan dan Mesin 22,10 6,00% 21,68 5,01% 14,92 3,56% 24,46 5,33% 30,09 5,45%

Belanja Gedung dan Bangunan 21,74 5,90% 36,79 8,50% 21,30 5,09% 18,24 3,98% 29,36 5,32%

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 71,47 19,40% 52,73 12,19% 47,71 11,40% 32,14 7,01% 62,94 11,41%

Belanja aset tetap lainnya 1,91 0,52% 0,74 0,17% 0,41 0,10% 1,82 0,40% 0,38 0,07%

Belanja Aset Lainnya 1,62 0,44% 0,89 0,21% 0,71 0,17% 0,34 0,07% 0,05 0,01%

Jumlah Belanja Modal 126,46 34,33% 150,50 34,78% 89,64 21,41% 77,41 16,88% 124,91 22,64%

2012

Belanja Modal 2008 2009 2010 2011 2012

Belanja Operasi 2008 2009 2010 2011

(49)

33 Lampiran 8

PROPORSI BELANJA OPERASI DAN BELANJA MODAL PEMERINTAH KOTA SALATIGA TAHUN 2008-2012

Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%)

Belanja Pegawai 181,68 49,32% 201,56 46,59% 241,21 57,62% 278,03 60,62% 309,32 56,07%

Belanja Barang dan Jasa 49,51 13,44% 60,58 14,00% 69,51 16,61% 83,54 18,21% 93,62 16,97%

Belanja Bunga - - - - - - - - - -

Belanja Subsidi - - - - - - - - - -

Belanja Hibah - - 7,89 1,82% 8,95 2,14% 10,29 2,24% 15,82 2,87%

Belanja Bantuan Sosial 10,39 2,82% 11,18 2,58% 8,18 1,95% 6,83 1,49% 0,50 0,09%

Belanja Bantuan Keuangan 0,26 0,07% 0,82 0,19% 1,12 0,27% 1,39 0,30% 0,97 0,18%

Jumlah Belanja Operasi 241,85 65,65% 282,03 65,18% 328,97 78,59% 380,08 82,87% 420,23 76,18%

Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%) Realisasi (Rp) Proporsi (%)

Belanja Tanah 7,62 2,07% 37,68 8,71% 4,60 1,10% 0,40 0,09% 2,08 0,38%

Belanja Peralatan dan Mesin 22,10 6,00% 21,68 5,01% 14,92 3,56% 24,46 5,33% 30,09 5,45%

Belanja Gedung dan Bangunan 21,74 5,90% 36,79 8,50% 21,30 5,09% 18,24 3,98% 29,36 5,32%

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 71,47 19,40% 52,73 12,19% 47,71 11,40% 32,14 7,01% 62,94 11,41%

Belanja aset tetap lainnya 1,91 0,52% 0,74 0,17% 0,41 0,10% 1,82 0,40% 0,38 0,07%

Belanja Aset Lainnya 1,62 0,44% 0,89 0,21% 0,71 0,17% 0,34 0,07% 0,05 0,01%

Jumlah Belanja Modal 126,46 34,33% 150,50 34,78% 89,64 21,41% 77,41 16,88% 124,91 22,64%

Belanja Daerah 368,39 432,66 418,62 458,62 551,63

2012

Belanja Operasi 2008 2009 2010 2011 2012

Belanja Modal 2008 2009 2010 2011

(50)

34

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ananta Widya Nugraha

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 08 Februari 1992

Telepon : 085743640636

Agama : Katolik

Status Perkawinan : Belum menikah Warga Negara : Indonesia PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 1998 - 2004 : SDK Fransiskus Xaverius Marsudirini 78, Salatiga Tahun 2004 - 2007 : SMP Negeri 2 Salatiga

Tahun 2007 - 2010 : SMA Kristen 1 Salatiga

Tahun 2010 - 2015 : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga PENGALAMAN ORGANISASI

Tahun 2011 : Panitia kegiatan “English Conversation Club”

Tahun 2011 : Panitia kegiatan “Gebyar Teater Tilar 2011”

Tahun 2012 : Panitia kegiatan “Gebyar Teater Tilar 2012”

Tahun 2013 : Panitia kegiatan “Leading In Training Young Entrepreneur”

Tahun 2013 : Panitia kegiatan “Entrepreneurship National Seminar”

Tahun 2013 : Panitia kegiatan “Business Plan Competition Exhibition”

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pembahasan tentang analisis ayat riba dalam Tafsir Al- Azhar karya Buya Hamka di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, setiap pembahasan ayat-ayatnya Buya Hamka membuat

Mahasiswa mulai untuk membuat rendering dari sebuah model sederhana.

Materi kajian pada mata kuliah Ekonomi Teknik mencakup pengetahuan tentang Prinsip-prinsip Ekonomi Teknik dan Konsep Biaya, Konsep Nilai Uang Terhadap Waktu,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi pupuk organik cair menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap variabel jumlah buah tomat, hal ini

• Menjelaskan diet yang dianjurkan pada pasien hemodialisa ”Diet yang bapak/ibu perlukan selama hemodialisa adalah :

Dapat diketahui bahwa hasil penelitian yang dilakukan ini, menunjukkan hasil pada tabel 4.6 menyatakan kepemilikan manajerial memiliki nilai yang lebih besar dari 0,05

Penelitian ini merupakan penelitian Pre-Eksperimental Design yang bertujuan untuk mengetahui keaktifan dan hasil belajar peserta didik kelas VII SMPN 1 Ma’rang pada kelas yang

melakukan kembali dan mengulang lagi. Selanjutnya perjudian dapat menimbulkan masalah dalam keluarga karena tidak hanya berpengaruh pada perekonomian keluarga yang mengarah