• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMPMUHAMMADIYAH PEMATANGSIANTAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMPMUHAMMADIYAH PEMATANGSIANTAR."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP

MUHAMMADIYAH PEMATANGSIANTAR

Oleh:

Atma Fredy Syahputra NIM. 409111015

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dan Tipe STAD pada Materi Teorema Pythagoras Di Kelas VIII SMP Muhammadiyah Pematangsiantar”.Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepadaBapakDr. M. Manullang, M.Pd, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Bapak Abil Mansyur, S.Si, M.Si, Bapak Prof. Dr. S. Saragih, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Drs. Togi, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika, Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika.

(3)

v

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda Ahmad Syakim (Alm) dan Ibunda Rahmawati Rangkuti yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Terima kasih juga penulis ucapkan kepadaKakanda Desi Mardiani dan Devi Nurhayati dan adikku tersayang Novrizal Ahmad yang selalu memberikan dukungan dan doa. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga abangda Usni Thamrin Rangkuti dan kakanda Deni Apriani atas semangat, dukungan dan doanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

Ucapan terima kasih terkhususjuga penulis ucapkan kepada Ammamiarihta, yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungannya selama masa perkuliahan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan, Dayat, Adrianus, Hasan, Rizki, Saddam, Rolanddan teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelasdik A reguler2009 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini,beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika.

Medan, Januari 2014 Penulis,

(4)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP

MUHAMMADIYAH PEMATANGSIANTAR

Atma Fredy Syahputra (NIM 409111015)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada materi Teorema Phytagoras di kelas VIII SMP Muhammadiyah Pematangsiantar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPMuhammadiyah Pematangsiantaryang terdiri dari 3 kelas.Dua kelas dijadikan sampel, yaitu kelas VIII-1 yang merupakan kelas ekperimen A sebanyak 40 orang dan kelas VIII-2 yang merupakan kelas eksperimen B sebanyak 40orang. Kelas eksperimen A menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share)dan pada kelas eksperimen B menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan test, dengan test essay sebanyak 5 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli.

Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data.Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal.Dari analisis data pada kelas eksperimen A diperoleh nilai rata-rata pre-test 29,5 dan simpangan baku pre-test 10,896 sedangkan nilai rata-rata post-test 78,75 dan simpangan baku post-test 9,816. Pada kelas eksperimen B diperoleh nilai rata-rata pretest 24 dan simpangan baku pre-test 11,029 sedangkan nilai rata-rata post-test 72,65 dan simpangan baku post-test 8,891.

Dari analisa data post-test dengan menggunakan uji-t pada taraf  = 0,05 diperoleh nilai thitung = 2,908 dan ttabel = 1,667 Sehingga diperoleh thitung> ttabelmaka

H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan kemampuan pemecahan

(5)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 8

1.3.Batasan Masalah 8

1.4.Rumusan masalah 9

1.5.Tujuan penelitian 9

1.6.Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS 10

2.1.Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 10 2.1.2. Belajar dan Pembelajaran Matematika 13 2.1.3. Kesulitan Belajar Matematika 15

2.1.4. Masalah dalam Matematika 18

2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif 20 2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 22

2.1.6.1. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Kooperatif Tipe TPS 24

2.1.6.2. Teori Belajar yang Mendukung Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 25 2.1.7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 26 2.1.7.1. Kelebihan dan Kelemahan STAD 28 2.1.7.2. Teori Belajar yang Mendukung Model

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 30 2.1.7.3. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TPS dan STAD 32

2.1.8. Teknik Pemberian Penghargaan Kelompok 33 2.1.9. Materi Teorema Pythagoras 35 2.1.10.Penelitian yang Relevan 37

(6)

vii

2.3.Hipotesis Penelitian 40

BAB III METODE PENELITIAN 41

3.1. Jenis Penelitian 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 41

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 41

3.3.1. Populasi Penelitian 41

3.3.2. Sampel Penelitian 41

3.4. Variabel Penelitian 42

3.5. Definisi Operasional Variabel 42

3.6. Jenis dan Desain Penelitian 43

3.7. Langkah-langkahPenelitian 44

3.8. Instrumen Penelitian 46

3.8.1. Tes Kemampuan 46

3.8.2. Penyekoran Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika 47

3.9.Teknik Analisis Data 48

3.9.1. Menghitung Rata-Rata Skor 48 3.9.2. Menghitung Standard Deviasi 49

3.9.3. Uji Normalitas 49

3.9.4. Uji Homogenitas 50

3.9.5. Uji Hipotesis 50

3.9.6. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 54 4.1.Deskripsi Data Hasil Penelitian 54 4.1.1. Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 54 4.1.2. Nilai Postest Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 56 4.2.Analisis Data Hasil Penelitian 58

4.2.1. Uji Normalitas Data 58

4.2.2. Uji Homogenitas Data 60

4.2.3. Pengujian Hipotesis 61

4.3.Pembahasan Hasil Penelitian 62

4.4.Keterbatasan Penelitian 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 67

5.1.Kesimpulan 67

5.2.Saran 67

(7)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1.Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 21 Tabel 2.2.Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 28 Tabel 2.3.Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 32

dan Tipe STAD

Tabel 2.4.Perhitungan Skor Peningkatan 34 Tabel 2.5.Pemberian Nilai Peningkatan 34

Tabel 3.1.Desain Penelitian 43

Tabel 3.2.Kisi-Kisi Pretest 46

Tabel 3.3.Kisi-Kisi Postest 47

Tabel 3.4.Rubrik Teknik Pemberian Skor KemampuanPemecahan 47 Masalah

Tabel 3.5.Kriteria Tingkat Penguasaan Siswa 53 Tabel 4.1.Data Pretest Kelas Eksperimen A dan B 54 Tabel 4.2.Data Pretest Aspek Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 55

A dan Kelas Eksperimen B

Tabel 4.3.Data Postest Kelas Eksperimen A dan B 56 Tabel 4.4.Data Postest Aspek Pemecahan Masalah KelasEksperimen 57

A dan Kelas Eksperimen B

Tabel 4.5. Ringkasan Rata-Rata nilai Pretest dan Postest Kedua Kelas 57 Tabel 4.6. Ringkasan Rata-Rata nilai Pretest dan Postest Aspek 57

Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen A

Tabel 4.7. Ringkasan Rata-Rata nilai Pretest dan Postest Aspek 58 Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen B

Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data 58 Tabel 4.9. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Aspek Pemecahan 59

Masalah

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : RPP I TPS 70

Lampiran 2 : RPP II TPS 76

Lampiran 3 : RPP III TPS 82

Lampiran 4 : RPP I STAD 88

Lampiran 5 : RPP II STAD 93

Lampiran 6 : RPP III STAD 98

Lampiran 7 : Lembar Aktifitas Siswa I 102 Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian LAS I 107 Lampiran 9 : Lembar Aktifitas Siswa II 112 Lampiran10:Alternatif Penyelesaian LAS II 118 Lampiran11: Lembar Aktifitas Siswa III 124 Lampiran12: Alternatif Penyelesaian LAS III 130

Lampiran 13 :Pre Test 136

Lampiran 14 :Alternatif Penyelesaian Pre Test 139

Lampiran 15 :Post Test 146

Lampiran 16 :Alternatif Penyelesaian Post Test 150 Lampiran 17 : Kisi-Kisi Hubungan Indikator KPM dan Indikator Materi 157 Lampiran 18 : Skala Penilaian Pengamat 159 Lampiran 19: Lembar Penilaian Validator Pretest 161 Lampiran 20: Lembar Penilaian Validator Postest 164 Lampiran 21: Tabulasi data Pretest dan Postest Kelas

Eksperimen A dan B 167

(10)

xi

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan hendaknya dikelola secara berkualitas dan berkuantitas. Kemajuan peradaban suatu bangsa dapat ditentukan kualitas pendidikannya. Oleh karena itu, pendidikan dapat dijadikan sebagai parameter seberapa baik kualitas pembangunan suatu bangsa.

Sejalan dengan itu, matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam pendidikan formal dan mengambil peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan matematika dapat melatih seorang (siswa) berfikir logis, bertanggung jawab, memiliki kepribadian yang baik dan keterampilan penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa untuk meningkatkan sumber daya manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009 : 253) mengemukakan bahwa:

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

Kemudian Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009 : 253) juga mengemukakan alasan perlunya siswa belajar matematika:

(12)

2

mengembangkan kreativitas; dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Sekalipun demikian, mata pelajaran matematika belum menjadi mata pelajaran yang diminati oleh banyak siswa. Siswa masih beranggapan matematika itu sulit. Pandangan siswa bahwa pelajaran matematika sulit disebabkan oleh pandangan mereka bahwa matematika merupakan seperangkat fakta-fakta atau rumus-rumus yang harus dihadapi. Selain itu objek matematika yang abstrak, konsep dan prinsipnya berjenjang, dan prosedur pengerjaannya yang banyak memanipulasi bentuk-bentuk ternyata menimbulkan anggapan siswa bahwa matematika itu sulit.

Pembelajaran matematika merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Sejalan dengan itu, Depdikbud mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika (dalam Sihombing, 2012 : 89) adalah:

“Tujuan pembelajaran matematika yang dituntut dalam KBK adalah (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam penyelidikan, eksplorasi, eksperimen menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsisten; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dalam mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba; (3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah; (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan”.

(13)

3

Suherman, 2003 : 95) mengindikasikan bahwa: “Siswa sekolah dasar pada umumnya menghadapi kesulitan dalam menghadapi soal tidak rutin (soal aplikasi) memerlukan analisis dan proses berfikir yang mendalam”. Hal ini berarti siswa kurang mampu memahami masalah sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Seperti hasil survey dari Suryadi, dkk (dalam Suherman, 2003 : 89) tentang current situation on mathematics and science education in Bandung menemukan bahwa:

“Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh guru maupun siswa di semua tingkatan mulai dari SD sampe SMA. Akan tetapi hal tersebut masih dianggap sebagai bagian yang paling sulit dalam matematika bagi siswa maupun bagi guru dalam mengajarkannya”.

Sebagai contoh masalah soal cerita pada materi teorema Pythagoras misalkan sebuah tangga yang panjangnya 6 m bersandar pada dinding rumah. Tinggi dinding yang dicapai tangga adalah 3 m. Berapakah jarak ujung bawah tangga terhadap dinding?. Untuk menyelesaikan masalah tersebut siswa sering kali tidak tahu bagaimana menggunakan teorema Pythagoras dalam soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga soal tersebut dianggap sulit untuk dikerjakan. Untuk menyelesaikan suatu masalah diperlukan langkah-langkah siswa harus memahami masalah, membentuk soal cerita ke dalam gambar, menentukan rumus yang digunakan dalam penyelesaian soal cerita, kemudian menyelesaikan soal secara matematis dan menentukan kesimpulan dari penyelesaian tersebut.

(14)

4

karena itu dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika. Seperti taksonomi hasil pembelajaran dalam ranah kognitif yang dikemukakan oleh Gagne (dalam Hamid, 2009 : 120):

“Taksonomi kognitif meliputi informasi verbal, keterampilan intelektual, dan strategi kognitif. Keterampilan intelektual dikembangkan lagi menjadi 5 kategori yang diurut dengan menggunakan prasyarat belajar yaitu deskriminasi, konsep, konkrit dan abstrak, kaidah/ aturan/ prinsip dan kaidah tingkat tinggi ( memecahkan masalah)”.

Hal ini berarti hasil belajar dipengaruhi oleh keterampilan intelektual yang didalamnya ada memecahkan masalah. Permasalahan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga dialami oleh siswa SMP Muhammadiyah Pematangsiantar, salah satunya pada materi teorema pythagoras. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Agus Purwanto, selaku guru bidang studi matematika di SMP Muhammadiyah Pematangsiantar mengungkapkan bahwa pada pembelajaran materi teorema pythagoras banyak siswa kesulitan dikarenakan kemampuan dasar siswa yang masih rendah pada perpangkatan dan pengakaran suatu bilangan serta kurangnya pemahaman siswa pada saat memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengaplikasian rumus-rumus dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menghitung tinggi tiang sehingga siswa tidak dapat memahami apa yang seharusnya dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan apa yang diinginkan atau memecahkan masalahnya. Oleh karenanya faktor ini merupakan hal yang mendasari sehingga penilitian dilakukan di sekolah ini dengan materi teorema pythagoras.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ini bisa terjadi karena model pembelajaran yang digunakan guru bidang studi matematika kurang melatih keterampilan atau kemampuan pemecahan masalah siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Arends (dalam Trianto, 2009 : 90) bahwa:

“Dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah”.

(15)

5

satupun model pembelajaran yang dapat dipandang sempurna dan cocok untuk semua materi yang ada dalam setiap mata pelajaran. Guru yang professional dan kreatif hanya akan memilih model pembelajaran yang lebih tepat. Setelah menetapkan topik pembahasan materi dan tujuan pembelajaran serta jenis kegiatan belajar siswa yang dibutuhkan dengan adanya persiapan guru maka pembelajaran akan berjalan dengan baik.

Selama ini model pembelajaran yang digunakan guru model pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher oriented sehingga siswa menjadi pasif. Sehingga siswa merasa jenuh dan bosan yang mnyebabkan pencapain hasil belajar tidak optimal. Trianto (2009 : 5) mengemukakan bahwa:

“Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri memalui penemuan dalam proses berpikirnya”.

(16)

6

perubahan dalam belajar salah satunya bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi sendirinya melainkan karena usaha orang yang bersangkutan”.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka seorang guru harus mampu memilih dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan kebutuhan belajar. Salah satu solusinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan model alternatif yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam arti siswa harus aktif, saling berinteraksi dengan teman-temannya, saling tukar informasi dan memecahkan masalah. Sehingga tidak ada siswa yang pasif dalam menyelesaikan masalah pelajaran, yang ada adalah untuk menuntaskan materi belajarnya. Seperti yang dikemukakan Trianto (2009 : 59) bahwa:

“Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik unggul dalam membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keuntungan baik bagi siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik”.

Selanjutnya Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2009 : 57) mengatakan bahwa: “Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam proses kelompok dan pemecahan masalah”.

(17)

7

penelitian yang dilakukan oleh Yawan P. Butar-butar pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menuntaskan hasil belajar siswa.

Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini merupakan jenis pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TPS memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespons serta saling membantu yang lain. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini memberikan waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Siswa belajar mandiri, menemukan dan mencari penyelesaian dari suatu permasalahan yang diberikan dan siswa juga harus dapat mempertanggungjawabkan apa saja yang ia peroleh.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe sederhana dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang anggota yang saling membantu satu sama lain dan merupakan campuran tingkat kemampuan, jenis kelamin dan suku. Pada hakikatnya model ini menggali dan mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan pemahaman materi melalui kerjasama kelompok dan ini sangat baik untuk diterapkan pada mata pelajaran yang dirasakan guru sangat sulit dipahami siswa dan salah satunya adalah mata pelajaran matematika.

(18)

8

mendorong kerja sama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan Tipe STAD pada Materi Teorema Pythagoras di Kelas VIII SMP Muhammadiyah Pematangsiantar”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit;

2. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa pada materi teorema pythagoras;

3. Model pembelajaran yang digunakan guru selama ini masih berpusat pada guru sehingga kurang mendorong aktivitas siswa untuk mengikuti pelajaran; 4. Guru masih kurang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar

mengajar.

1.3. Batasan Masalah

(19)

9

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah dan batasan masalah maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TPS lebih tinggi dari model kooperatif tipe STAD pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Muhammadiyah Pematangsiantar?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

Mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TPS lebih tinggi dari model kooperatif tipe STAD pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Muhammadiyah Pematangsiantar.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan menjalin hubungan yang lebih baik antar siswa, sehingga siswa dapat saling membantu dalam pembelajaran akademis. Dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan minat dalam pembelajaran.

2. Bagi guru dan calon guru, bahan masukan bagi calon guru untuk memilih model pembelajaran matematika dalam merencanakan pembelajaran matematika khususnya pada materi teorema pythagoras.

(20)

67

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model tipe STAD pada materi teorema pythagoras dikelas VIII SMP Muhammadiyah Pematangsiantar.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ataupun STAD sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3. Kepada siswa, khususnya siswa SMP Muhammadiyah Pematangsiantar disarankan untuk saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran.

(21)

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Ahmad, Z.A., (2012), Perencanaan Pembelajaran, Pustaka Insan Madani, Yogyakarta.

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Firdaus, A., (2009), http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/ (diakses pada tanggal 21 Februari 2013)

Hamid, A.K., (2009), Teori Belajar dan Pembelajaran, PPs Unimed, Medan.

Hartina, (2012), http://www.tuanguru.com/2012/06/model-pembelajaran-think-pair-share.html (diakses pada tanggal 03 Februari 2013)

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Junaidi, W., (2010), http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/pembelajaran-matematika.html (diakses pada tanggal 20 Februari 2013)

Panen, P., (2002), Belajar dan Pembelajaran, Universitas Terbuka, Jakarta.

Roestiyah, (2011), http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html (diakses pada tanggal 03 Februari 2013)

Rusman, (2011), Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Rajawali Pers, Jakarta.

Sadiman, A. S., (2009), Media Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sihombing, W. L., (2012), Telaah Kurikulum (Pendidikan Matematika Sekolah), FMIPA Unimed, Medan.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta, Jakarta.

(22)

69

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Suherman, dkk, (2003), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Universitas Pendidikan Indonesia, FMIPA UPI, Bandung.

Tambunan, M., (2011), Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Tipe STAD di SMP Pahlawan Nasional, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Tim Dosen, (2012), Psikologi Pendidikan, PPs Unimed, Medan.

Toyibin, (2011), http://toyibin77.blogspot.com/2011/09/kesulitan-kesulitan-belajar-matematika/ (diakses pada tanggal 18 Februari 2013)

Trianto, (2009), Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

(23)

ii

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas insulasi termal dapat dilihat dari konduktivitas panasnya yang rendah karena hal itu dapat mempertahankan energi termal di dalam atau di luar sistem dengan

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ’’PENGARUH PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAN KEMAMPUAN EKONOMI ORANG TUA

digunakan untuk menyusun rencana zonasi yaitu kawasan konservasi dan kawasan pemanfaatan umum. Kriteria pemanfaatan ruang untuk konservasi mangrove disajikan pada

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk menguji dan menganalisa perubahan kinerja keuangan Pengakuisisi sebelum dan sesudah merger dan akuisisi yang diukur dengan

Dari satu stasiun GPS Singapura NTUS dapat dikembangkan model TEC ionosfer di atas Sumatra dan sekitarnya yang mana cakupan model tersebut tergantung pada sudut elevasi minimum

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb) fermentasi pada ternak babi lokal lepas sapih sampai dengan

Hambatan siswa dalam memecahkan masalah matematis yaitu, siswa belum.. memahami masalah dengan baik, tidak dapat membuat rencana/