MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK - TALK - WRITE (TTW) PADA MATERI PROGRAM LINEAR
DI KELAS X-AK 1 SMK-BM PAB 3 MEDAN ESTATE
Oleh :
Yuni Hartati Harahap NIM 4113311049
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada allah swt atas segala berkah,
rahmat dan hidayah-nya sehingga skripsi yang berjudul ” Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think - Talk - Write (TTW) pada Materi Program
Linear di Kelas X-AK 1 SMK-BM PAB 3 Medan Estate” ini dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.
Mukhtar, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan pada Bapak Mulyono,S.Si,M.Si Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si
dan Bapak Asrin Lubis, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selama ini telah
memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai
di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA, Bapak
Dr. Edy Surya selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si,Ph.D
selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Amaluddin, MM selaku Kepala
SMK – BM PAB 3 Medan Estate dan Ibu Asmah Arimbi, S.Pd selaku guru
bidang studi matematika di SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang telah banyak
v
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
Ir.Pendy Harahap (Alm), Ibunda Siti Lesni Siregar , abangku Muhammad Raja
Harahap, kakakku Destianna Sari Harahap dan Nova Risa Harahap , serta seluruh
keluarga yang terus memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan demi
keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis, Mudriqah Fadhilah Siregar ,
Halimahtussa’diah , Lavenia Ulandari, seorang informan kakak Alice Chulaisyah
teman-teman seperjuangan di Jurusan Matematika khususnya kelas Ekstensi
Matematika 2011 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan
sampai menyelesaikan skripsi ini, dan teman-teman PPLT Hinai (Rangers Hinai),
beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi
semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi
maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Mei 2015
Penulis,
Yuni Hartati Harahap
iii
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK - TALK - WRITE (TTW) PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI KELAS
X-AK 1 SMK-BM PAB 3 MEDAN ESTATE
Yuni Hartati Harahap (4113311049)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write pada materi Program Linear di kelas X- AK 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate T.A 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X- AK 1 SMK – BM PAB 3 Medan yang berjumlah 35 orang dan objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran Think-Talk-Write pada materi pokok Program Linear di kelas X- AK 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate T.A 2014/2015. Instrument penelitian yang digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus, masing – masing terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil dari PTK ini merupakan tindakan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil tes akhir kemampuan pemecahan masalah. Jumlah siswa yang telah mampu memecahkan masalah dari tes Awal yaitu 7 dari 35 orang siswa (20 %) dengan rata – rata kelas 48,63. Hasil analisis data pada siklus I setelah menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write menunujukkan jumlah siswa yang telah mampu memecahkan masalah I adalah 25 orang siswa (71,43%) , dengan rata – rata kelas 70,77 .Hasil analisis data pada siklus II dengan model pembelajaran Think-Talk-Write menunujukkan jumlah siswa yang yang telah mampu memecahkan masalah II adalah 30 orang siswa (85,71%). dengan rata – rata kelas 82,08 .Berdasarkan kriteria memecahkan masalah maka pembelajaran ini telah mencapai target kemampuan pemecahan masalah siswa berada pada kategori tinggi.
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12
2.1. Kerangka Teoritis 12
2.1.4.2 Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika 19 2.1.4.3 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah 19 2.1.5. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 23
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif 23
2.1.6.1 Unsur - unsur Pembelajaran Kooperatif 25 2.1.6.2 Langkah - langkah Pembelajaran Kooperatif 26 2.1.6.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 28 2.1.7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) 30 2.1.8. Teori - Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran
Kooperatif TipeThink- Talk-Write (TTW) 37
2.2 Materi Program Linear 38
2.2.1.1. Konsep Dasar Program Linear 38
vii
2.2.1.4. Model Matematika Program Linear 42
2.2.1.5. Menentukan Fungsi Objektif dan Kendala 43 2.2.1.6. Membuat Model Matematika dari Masalah Program Linear 46 2.2.1.7. Menentukan Nilai Optimum Fungsi Objektif 45 2.3. Pembelajaran Program Linear Dengan Model Kooperatif
Tipe Think-Talk-Write (TTW) 48
2.4. Kerangka Konseptual 50
4.1.2 Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus I 78
4.1.2.1. Tahap Permasalahan siklus I 78
4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan I 78
4.1.2.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan I 80
4.1.2.4. Observasi I 83
4.1.2.5. Analisis Data I 88
4.1.2.5. 1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 1 89
4.1.2.6. Refleksi I 100
4.1.3 Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus I 103
4.1.3.1. Tahap Permasalahan Siklus II 103
4.1.3.2.Tahap Perencanaan Tindakan II 104
4.1.3.3. Tahap Pelaksanaan Tindakan II 106
4.1.3.4. Observasi II 107
4.1.3.5. Analisis Data II 113
viii
4.1.3.6. Refleksi II 117
4.2 Temuan Penelitian 120
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Temuan Penelitian 123
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian 124
x Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan
Masalah pada Tes Awal 68 Tabel 4.2 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1 70 Tabel 4.3 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2 72 Tabel 4.4 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3 75 Tabel 4.5. Deskripsi Hasil Observasi Guru melakukan
Pembelajaran pada Siklus I 86 Tabel 4.6. Deskripsi Hasil Observasi Siswa melakukan
Pembelajaran pada Siklus I 87 Tabel 4.15. Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran pada Siklus II 110 Tabel 4.15. Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran pada Siklus II 111 Tabel 4.17 Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada TKPM II 113 Tabel 4.18 Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian Masalah
pada TKPM II 113 Tabel 4.19 Kemampuan Siswa Melaksanakan Penyelesaian Masalah
pada TKPM II 114 Tabel 4.20 Kemampuan Siswa Memeriksa Penyelesaian Masalah
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 56
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 127
Lampiran 2. Lembar Aktivitas Siswa I 131
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 135
Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa II 139
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 145
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa III 149
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II) 152
Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV 156
Lampiran 9. Pedoman Penskoran Tes 169
Lampiran 10. Kisi – Kisi Tes Awal 164
Lampiran 11. Tes Awal 165
Lampiran 12. Alternatif Tes Awal 166
Lampiran 13. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 169
Lampiran 14. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 170
Lampiran 15. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I 172
Lampiran 16. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I 177
Lampiran 17. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 178
Lampiran 18. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 179
Lampiran 19. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II 181
Lampiran 20. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I 188
Lampiran 21. Daftar Nilai Tes Awal 189
Lampiran 22. Daftar Nilai TKPM I 192
Lampiran 23. Daftar Nilai TKPM II 194
xiii
Lampiran 25. Daftar Nama Kelompok Siswa 197
Lampiran 26. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara 198
Lampiran 27. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan I (Siklus I) 200
Lampiran 28. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan II (Siklus I) 202
Lampiran 29. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan III (Siklus I) 204
Lampiran 30. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan IV (Siklus II) 206
192
Lampiran 31. Dokumentasi 208
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya.
Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan
terbelakang. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia
adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Berbagai upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan telah dan terus dilakukan. Namun, indikator
kearah mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Salah
satu cara untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah dengan melakukan
perbaikan dalam proses pembelajaran, maka perlu diadakan upaya dalam
perbaikan pembelajaran seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut
siswa untuk berwawasan luas.
Peranan Matematika yang sangat penting ini menjadi latar belakang
perlunya matematika untuk dipelajari seperti yang dikemukakan oleh Cockroft
(Abdurrahman, 2010 : 253) bahwa matematika perlu diajarkan pada siswa karena
Matematika:
“(1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan bidang keterampilan bidang matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan yang menantang”.
Menyadari pentingnya matematika, maka belajar matematika seharusnya
menjadi kebutuhan dan kegiatan yang menyenangkan. Namun pada kenyataannya
belajar matematika sering dianggap sesuatu yang menakutkan dan membosankan,
hal ini terjadi karena selama ini belajar matematika hanya cenderung menghitung
angka yang seolah – olah tidak ada makna dan kaitannya dengan peningkatan
kemampuan berpikir untuk memecahkan berbagai soal. Padahal dengan belajar
2
memecahkan permasalahan, serta dapat melatih kejujuran, ketekunan, dan
keuletan.
Namun, pembelajaran terhadap Matematika bagi kebanyakan pelajar
tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi seperti dalam hal ketelitian,
visualisasi, kecepatan dan ketepatan dalam menghitung. Hambatan-hambatan ini
menciptakan sugesti buruk terhadap Matematika sebagai pelajaran yang sulit dan
juga menimbulkan rasa malas untuk mempelajarinya. Reaksi berantai ini terus berlanjut dan semakin memperkuat anggapan bahwa ‘Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan’.
Seperti yang diungkapkan Cornelius (dalam Abdurrahman, 2010:253)
bahwa alasan perlunya belajar matematika adalah sebagai berikut:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya
tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar
matematika siswa. Hasil belajar matematika siswa rendah salah satunya
disebabkan kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini
disebabkan karena adanya anggapan dari sebagian besar siswa bahwa matematika
adalah salah satu mata pelajaran yang paling sulit. Sebagaimana yang diungkapkan Abdurrahman (2010:2002) bahwa : “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling
sulit oleh para siswa baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.”
Masalah dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya
prestasi siswa. Rendahnya kemampuan matematika ini disebabkan masih
banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kurang
berminat, dan selalu menganggap matematika sebagai ilmu yang sukar, sehingga
3
Berdasarkan kutipan disimpulkan bahwa melalui pembelajaran
matematika diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir,
bernalar, mengkomunikasikan gagasannya serta dapat mengembangkan aktivitas
kreatif dalam memecahkan masalah. Ini menunjukkan bahwa matematika
memiliki manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu
untuk dipelajari.
Namun pada kenyataannya, kualitas pendidikan matematika masih
memprihatinkan dilihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Mutu
akademik antarbangsa melalui Programme For International Student Assessment
(PISA) 2003 menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di deretan 39 dari 41 negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari
deretan penghuni papan bawah (dalam Kunandar, 2009:1).
Rendahnya prestasi belajar matematika di sekolah telah menjadi
masalah nasional yang harus diperhatikan oleh berbagai kalangan. Untuk
mengatasi rendahnya nilai matematika tersebut, para pendidik berusaha
mengadakan perbaikan dan peningkatan disegala segi yang menyangkut
pendidikan matematika.
Sedangkan berdasarkan hasil belajar matematika, Lenner (dalam
Abdurrahman, 2010:253) mengemukakan bahwa :
“kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah”.
Dari pernyataan di atas, salah satu aspek yang ditekankan dalam
kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat
penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin.
Cooney (dalam Hudojo, 2005:130) mengatakan bahwa:
4
keputusan didalam kehidupan. Namun hal tersebut dianggap bagian yang paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengerjakannya. Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.”
Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan
matematika yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di semua
tingkatan mulai dari SD sampai SMA. Namun hal tersebut dianggap bagian yang
paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.
Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikannya.
Rendahnya kemampuan siswa pada pelajaran matematika tidak terlepas
dari kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode yang tepat dan
melibatkan siswa, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami dan tidak merasa
bosan. Kebanyakan guru dalam mengajar dengan menggunakan metode yang
tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Seperti yang dikatakan oleh Arends
(dalam Trianto, 2007:66) bahwa :
“Dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah”.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menumbuhkan sendiri
minat belajar siswa untuk tertarik belajar.
Dari hasil tes awal, diperoleh nilai rata-rata kelas X – Ak 1 yang
berjumlah 35 orang siswa adalah 48,63 (sangat rendah). Dari 35 orang siswa,
diperoleh penyebaran tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa, yaitu tidak
ada siswa pada tingkat kemampuan pemecahan masalah sangat tinggi dan tinggi ,
7 orang siswa atau 20 % yang memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah
sedang , 4 orang siswa atau 11,43 % yang memiliki tingkat kemampuan
pemecahan masalah rendah dan 24 orang siswa atau 68, 57 % yang memiliki
5
Berdasarkan data kesulitan siswa pada tes awal diketahui
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan tes awal adalah : Siswa
mengalami kesulitan dalam memahami makna soal sehingga siswa tidak mampu
menentukan apa yang diketahui dan apa yang akan ditanya dari soal yang
diberikan, Siswa mengalami kesulitan dalam memisalkan dan mengubah kalimat
soal ke dalam kalimat matematika (membuat model), Siswa mengalami kesulitan
dalam mengaitkan antara apa yang diketahui dengan apa yang ditanya dari
soal,Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang
akan digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Dari hasil wawancara peneliti dengan ibu Arimbi, sebagai guru
matematika SMK – BM PAB 3 Medan Estate pada tanggal 22 januari 2015,
mengatakan bahwa:
“Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang membutuhkan pemecahan masalah, jika soal yang diberikan sedikit bervariasi
maka siswa sulit mengerjakannya. Hal ini disebabkan kurangnya kreativitas siswa
untuk menyelesaikan soal serta cara belajar siswa yang kurang baik. Pembelajaran
yang dilaksanakan di sekolah ini masih menerapkan model pembelajaran
konvensional sehingga masih kurang mendukung siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatifnya. Selain model pembelajaran konvensional, model
pembelajaran lain yang pernah diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif.
Tergantung dari materi yang akan disampaikan.Namun, model pembelajaran
berdasarkan masalah belum pernah diterapkan di sekolah ini. Materi program
linear merupakan salah satu materi yang masih sulit dipahami siswa karena siswa
masih kesulitan memaknai soal cerita. Padahal materi program linear ini sangat
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam menyelesaikan soal cerita yang
diberikan, mereka cenderung harus dibimbing daripada berusaha memahami
sendiri soal tersebut. Kebanyakan siswa juga lebih senang materi pembelajaran
6
Tabel 1.1. Hasil Pengerjaan Siswa Dalam Kesalahan Menyelesaikan Soal Uraian
No Hasil Pekerjaan Siswa Analisis kesalahan
1.
2.
3
4.
.
Tidak mampu
memahami masalah
dalam menuliskan apa
yang diketahui dan
apa yang ditanya
Tidak mampu dalam
merencanakan
pemecahan masalah
dalam merencanakan
rumus yang akan
digunakan
Tidak mampu dalam
menyelesaikan
masalah dimana
penyelesaian yang
dilakukan masih salah
Tidak mampu dalam
memeriksa kembali
penyelesaian atau
dalam menyimpulkan
hasil jawaban masih
7
Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah yang telah dilaksanakan di
kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 terlihat bahwa kemapuan pemecahan masalah
siswa masih rendah , siswa sulit untuk mengubah kalimat verbal menjadi kalimat
matematika, siswa kurang mampu memodifikasi konsep yang sudah mereka
ketahui sebelumnya untuk menjadi suatu bentuk penyelesaian, dan siswa sering
tidak teliti dalam perhitungan sehigga berpengaruh pada saat pengambilan
keputusan, hasil akhir menjadi keliru.
Banyaknya siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal dikarenakan
proses pembelajaran yang kurang bermakna sehingga menyebabkan rendahnya
kemampuan siswa memecahkan masalah. Dengan demikian, tugas guru bukan
sekedar mengajarkan ilmu semata kepada siswa, tetapi membantu siswa belajar.
Tekanan pembelajarannya harus pada aktivitas siswa untuk belajar, aktif secara
mental maupun fisis. Banyak manfaat yang akan diperoleh dari belajar
matematika. Baik itu untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk dasar ilmu-ilmu
lainnya. Disamping pendekatan, guru mempunyai model pembelajaran yang
merupakan pegangan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write merupakan salah satu
alternatif pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dimulai dengan
bagaimana siswa memikirkan suatu tugas kemudian diikuti dengan
mengkomunikasikan hasil pemikirannya dan akhirnya melalui diskusi siswa dapat
menuliskan kembali hasil pemikiran tersebut. Aktivitas berpikir (think) dapat
dilihat dari proses membaca suatu teks matematik atau berisi cerita matematik
kemudian membuat catatan apa yang telah mereka baca.
Membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa
bahan-bahan yang ditulis yang dapat mempertinggi pemahaman siswa bahkan
meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.
Setelah tahap “think” selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka
8
berbicara. Keterampilan berkomunikasi dapat mempercepat kemampuan siswa
mengungkapkan idenya melalui tulisan. Hal ini bisa terjadi ketika siswa diberi
kesempatan berdialog atau berbicara sekaligus mengkonstruksi berbagai ide untuk
dikemukakan.
Selanjutnya fase “write” yaitu menuliskan hasil diskusi/dialog pada lembar kerja yang disediakan (Lembar Aktivitas Siswa). Aktivitas menulis berarti
mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi kemudian mengungkapkannya
melalui tulisan. Menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu
tujuan pembelajaran yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari.
Materi yang cocok untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write
(TTW) adalah program linear. Karena program linear merupakan materi yang erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, Sisti ingin membuat
puding buah dan es buah. Untuk membuat puding buah, Sisti membutuhkan 2 kg
mangga dan 1 kg melon. Sedangkan untuk membuat es buah, ia membutuhkan 1
kg mangga dan 1,5 kg melon. Persediaan buah mangga dan melon yang dimiliki
Sisti masing-masing 4 kg mangga dan 3 kg melon. Tentukan model matematika
dari permasalahan tersebut!
Berdasarkan masalah diatas penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) Pada Materi Program Linear di Kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate.”
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah adalah sebagai berikut :
1. Matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit untuk dipahami bagi
9
2. Proses pembelajaran matematika kurang mendukung siswa untuk
mengembangkan kemampuan Pemecahan masalah matematika siswa.
3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X – Ak 1 SMK –
BM PAB 3 Medan Estate masih rendah..
4. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) belum pernah
diterapkan di SMK – BM PAB 3 Medan Estate.
5. Materi program linear masih sulit dipahami siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM
PAB 3 Medan Estate.
1.3Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka
masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada kemampuan Pemecahan masalah
matematika siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang masih
rendah, sehingga peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Talk-Write (TTW) untuk meningkatkan kemampuan Pemecahan masalah matematika siswa kelas X – Ak 1 pada materi program linear di SMK – BM PAB
3 Medan Estate.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi
program linear?
2. Bagaimana strategi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa melalui model kooperatif tipe Think – Talk – Write (TTW) terhadap kelas X – AK 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelas X – AK 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate pada materi Program Linear
10
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan kemampuan Pemecahan masalah matematika siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3
Medan Estate.
2. Untuk mengetahui strategi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa melalui model kooperatif tipe Think – Talk – Write (TTW) terhadap kelas X – AK 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate.
3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kelas X – AK 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate pada materi Program
Linear setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write
(TTW).
1.6Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat yang berarti, yaitu :
1. Bagi siswa diharapkan dapat menumbuh kembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan memberikan kesempatan untuk belajar secara
mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.
2. Bagi guru dapat menjadi gambaran tentang bagaimana menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dalam kaitannya dengan
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika. Dan guru dapat
mengelola bagaimana cara mengajar matematika serta sebagai bahan
pertimbangan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar.
3. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
menyetujui pembelajaran dengan menggunakan menggunakan model
11
4. Bagi peneliti sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan
pembelajaran dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dalam menjalankan tugas sebagai
pengajar kelak dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang
123 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penerapan model
pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa dalam menyelesaikan soal-soal
materi program linear di kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate.
2. Strategi penerapan model pembelajaran Think-Talk-Write adalah :
a.Menerapkan diskusi kelompok dengan pengawasan yang lebih pada
kelompok yang belum maksimal dalam proses diskusi.
b.Memberikan LAS kepada siswa agar lebih mudah dalam berdiskusi.
c.Memberi reward bagi siswa yang aktif.
3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan
dengan menerapkan model pembelajaran Think-Talk-Write meningkat
dilihat dari nilai rata-rata siswa pada tes kemampuan pemecahan masalah I
adalah 70,77 sedangkan pada tes kemampuan pemecahan masalah II nilai
rata-rata diperoleh sebesar 82,08. Jadi, diperoleh peningkatan rata-rata
kelas sebesar 11,32. Pada tes kemampuan pemecahan masalah I, jumlah
siswa yang telah mampu memecahkan masalah yaitu sebanyak 25 orang
siswa (71,43%) sedangkan pada tes kemampuan pemecahan masalah II,
jumlah siswa yang telah mampu memecahkan masalah yaitu sebanyak 30
orang siswa (85,71%). Sehingga diperoleh peningkatan siswa dalam
124
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberika
beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran
matematika disarankan guru menggunakan Model pembelajaran
Think-Talk-Write (TTW) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan melihat hasil
dari tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2. Kepada siswa SMK – BM PAB 3 Medan Estate khususnya siswa yang
berkemampuan pemecahan masalah matematika rendah agar lebih banyak
berlatih, membaca dan tidak sungkan-sungkan untuk mengkomunikasikan
ide-ide matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam
pembelajaran matematika.
3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang
sama dengan penelitian ini supaya memperhatikan kelemahan-kelemahan
yang ada dalam penelitian ini yaitu siswa yang dibentuk dalam kelompok
jangan terlalu banyak agar setiap kelompok diskusi tersebut ikut terlibat
sehingga akan memudahkan guru dalam penguasaan kelas, lebih
menguasai kelas agar tidak ada lagi siswa yang berbincang-bincang, lebih
aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat dan peerhatikan tingkat
kemampuan setiap kelompok maupun individu agar dapat dilakukan
tindakan apa yang akan diberikan. Hal ini dikarenakan dengan adanya
penguasaan kelas yang baik maka diharapkan pembelajaran dengan Model
pembelajaran think-talk-write (TTW) dapat berlangsung dengan efektif dan
125
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M.2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Ansari,Bansu.2009. Komunikasi Matematika, Konsep dan Aplikasi.Banda Aceh : Pena.
Ari,Ana dan Abdul.2013. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Pembelajaran Problem Posing Berkelompok. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya : 5 – 6.
Ari,Rosihan.2008.Perspektif Matematika 3.Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Arifin,Zainal.2009. Evaluasi Pembelajaran.Bandung : Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S.dkk.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Bey ,Anwar, dan Asriani .2013 . Penerapan Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi SPLDV. Jurnal Pendidikan Matematika 4 (2) : 223-239.
Djamarah, S.B., dan Aswin Zain, .2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.
Gunantara, Gd, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2(1)
(1-10).
Hudojo, H .2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : Universitas Negeri Malang (UM PRESS).
Isjoni, H.2010. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Kuntarti,dkk.2006. Matematika SMA untuk kelas XII Program Ilmu Alam.Jakarta :
126
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ngalimun. 2014 . Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Presindo.
Purwanto .2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Russefendi, ET.1988. Pengantar Kepada Guru Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito
Slameto. 2003 . Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : RinekaCipta.
Suherman, dkk. 2000. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sumarno.2003. Model Pembelajaran Generatif. Jakarta : Rineka Cipta.