• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi body fat percentage terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi body fat percentage terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP HbA1c PADA PRIA DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN

SLEMAN YOGYAKARTA Rivena Meidina

128114104

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

ABSTRACT

Anthropometric measurements are relatively quick, simple, and inexpensive to measure body fat. One frequently used anthropometric measurement is a measurement of skinfold thickness. Skinfold thickness measurements subsequently converted to a value of body fat percentage (BFP) to predict the existence of obesity. Obesity is one of the causes of insulin resistance. Insulin resistance is a condition of the body produces insulin but does not use it effectively, it can lead to type 2 diabetes mellitus disease. Early prediction of insulin resistance can be done by measuring the levels of HbA1c. This study aims to identify the correlation between body fat percentage on HbA1c in healthy adult males in the Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

This research is an observational analytic study with cross sectional study design. This study is used non-random sampling in 46 respondents. Measurements in this study were abdominal, suprailiac, and triceps skinfold thickness which is then converted as the BFP. Data were analyzed with the Shapiro-Wilk normality test, comparative test with one-way ANOVA test, and Pearson correlation with 95% confidence level. The results showed a significant positive correlation with the strength of weak correlation between body fat percentage on HbA1c (r=0.360;p=0.014) in healthy adult males in the Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

(2)

INTISARI

Antropometri yaitu pengukuran yang relatif cepat, sederhana, dan murah untuk pengukuran lemak tubuh. Salah satu pengukuran antropometri yang sering digunakan adalah pengukuran skinfold thickness. Pengukuran skinfold thickness

selanjutnya dikonversi menjadi nilai body fat percentage (BFP) untuk memprediksi adanya obesitas. Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab resistensi insulin. Resistensi insulin adalah suatu kondisi tubuh memproduksi insulin tetapi tidak menggunakannya secara efektif yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit Diabetes Melitus tipe 2. Prediksi dini adanya resistensi insulin dapat dilakukan dengan mengukur kadar HbA1c. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara body fat percentage terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang. Pemilihan responden dilakukan secara non-random sampling pada 46 responden. Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini adalah

abdominal, suprailiac, dan triceps skinfold thickness yang kemudian dikonversikan sebagai BFP. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji normalitas Shapiro-Wilk, uji komparatif dengan uji one-way ANOVA, serta uji korelasi Pearson dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif bermakna dengan kekuatan korelasi lemah antara body fat percentage terhadap HbA1c (r=0,360;p=0,014) pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Kata kunci : skinfold thickness, body fat percentage, HbA1c

(3)

KORELASI BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP HbA1c PADA PRIA DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN

SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh : Rivena Meidina

128114104

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

KORELASI BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP HbA1c PADA PRIA DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN

SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh : Rivena Meidina

128114104

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2016

(5)
(6)

iii

(7)

Halaman Persembahan

“Keberhasilan yang paling manis

adalah mencapai yang dikatakan oleh orang

lain sebagai tidak mungkin”

-Mario Teguh-

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yang Maha Esa yang selalu mendampingi setiap langkahku

Mama dan Papa yang selalu memberika cinta kasih tak terbatas

Saudara kandungku Meinandia Rivella yang selalu mendukungku

Keluarga besar Reksosubroto dan Hartowiratno

(8)

v PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan, pendampingan dan anugerah-Nya yang begitu besar dan tanpa batas

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi

Body Fat Percentage terhadap HbA1c pada Pria Dewasa Sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta” untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyelesaian skripsi ini tidak mungkin terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, memberi dukungan dan masukkan selama proses pengerjaan skripsi.

2. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. dan Dita Maria Virginia, S. Farm., M. Sc., Apt. selaku dosen penguji yang terlah memberikan masukkan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

4. Laboratorium Pramitha Yogyakarta yang telah bekerjasama dengan penulis untuk menganalisis sampel darah responden yag digunakan pada penelitian.

(9)

5. Masyarakat pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang telah berkenan untuk meluangkan waktu sebagai responden pada penelitian.

6. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak bimbingan, pengetahuan, dan arahan kepada penulis selama perkuliahan.

7. Orang tuaku yang tercinta dan tersayang. Papa dan Mama yang selalu mendoakan, mendukung, membimbingku, dan selalu sabar dalam menerima keluh kesahku. Selalu memberikan cinta kasih yang terbaik yang hanya aku dapat dari kedua orang tuaku.

8. Kakak perempuanku Meinandian Rivella yang selalu memberiku semangat, mendoakan yang terbaik, dan mendukungku dalam menyelesaikan skripsi.

9. Keluarga besar Reksosubroto dan Hartowiratno yang selalu mendoakan dan mendukungku.

10.Sahabat-sahabatku yang selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita-cerita baik suka maupun duka.

11.Teman-teman yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk membantu jalannya pengambilan data responden.

12.Teman-teman FSM C 2012, FKK B 2012, dan semua Farmasi angkatan 2012 yang telah berbagi kebersamaan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 13.Teman-teman seperjuangan dalam mengerjakan skripsi ini Mitha, Ida, Lisa,

(10)

vii

14.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik penulis maupun pembaca dan juga dapat dijadikan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 17 November 2015

Penulis

(11)
(12)

ix

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xviii

ABSTRACT ... xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 3

2. Keaslian penelitian ... 3

3. Manfaat penelitian ... 4

(14)

xi

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 6

A. Antropometri ... 6

B. Skinfold Thickness ... 6

1. Abdomial skinfold thickness ... 8

2. Triceps skinfold thickness ... 8

3. Suprailiac skinfold thickness ... 9

C. Body Fat Percentage ... 10

D. Obesitas ... 12

E. Resistensi Insulin ... 13

F. HbA1c ... 14

G. Landasan Teori ... 15

H. Hipotesis ... 16

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 17

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 17

B. Variabel Penelitian ... 18

1. Variabel bebas ... 18

2. Variabel tergantung ... 18

3. Variabel pengacau ... 18

C. Definisi Operasional... 18

D. Responden Penelitian ... 20

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

(15)

F. Ruang Lingkup ... 23

G. Teknik Sampling ... 23

H. Instrumen Penelitian... 24

I. Tata Cara Penelitian ... 24

1. Observasi awal ... 24

2. Permohonan izin dan kerja sama ... 24

3. Pembuatan informed consent dan leaflet... 25

4. Pencarian responden... 26

5. Validasi, reabilitas, dan kalibrasi instrument penelitian ... 26

6. Pengukuran parameter antropometri pengambilan darah ... 27

7. Analisis sampel darah responden ... 29

8. Pembagian hasil pemeriksaan ... 29

9. Pengolahan data ... 29

J. Analisis Data ... 29

K. Kesulitan Penelitian ... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Karakteristik Subyek Penelitian ... 32

1. Umur ... 33

2. Abdominal skinfold thickness ... 34

3. Suprailiac skinfold thickness ... 35

4. Triceps skinfold thickness ... 36

(16)

xiii

6. HbA1c ... 39

B. Perbandingan Rerata HbA1c terhadap Body Fat Percentage ≥ 25,1% (Overweight), Body Fat Percentage 20,1% - 25,0% (Moderate), dan Body Fat Percentage ≤20,0% (Good) ... 40

C. Korelasi Body Fat Percentage terhadap HbA1c ... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 55

BIOGRAFI PENULIS ... 81

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai Body Fat Percentage ... 11 Tabel II. Klasifikasi HbA1c ... 14 Tabel III. Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p,

dan Arah Korelasi ... 30 Tabel IV. Karakteristik Subyek Penelitian... 33 Tabel V. Perbandingan Nilai HbA1c Pada Body Fat Percentage ≥ 25%,

Body Fat Percentage 20,1% - 25,0%, dan Body Fat

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skinfold Caliper... 7

Gambar 2. Abdominal Skinfold Thickness ... 8

Gambar 3. Triceps Skinfold Thickness ... 9

Gambar 4. Suprailiac Skinfold Thickness ... 9

Gambar 5. Apple-shaped and Pear-shaped ... 13

Gambar 6. Skema Pencarian Responden ... 22

Gambar 7. Grafik Distribusi Umur Subyek Penelitian ... 34

Gambar 8. Grafik Distribusi Abdominal Skinfold Thickness Subyek Penelitian ... 35

Gambar 9. Grafik Distribusi Suprailiac Skinfold Thickness Subyek Penelitian .... 36

Gambar 10. Grafik Distribusi Triceps Skinfold Thickness Subyek Penelitian ... 37

Gambar 11. Grafik Distribusi Body Fat Percentage Subyek Penelitian ... 38

Gambar 12. Grafik Distribusi HbA1c Subyek Penelitian ... 39

Gambar 13. Diagram Sebaran Korelasi Body Fat Percentage Terhadap HbA1c .... 47

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Etihical Clearance ... 56

Lampiran 2. Surat Izin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ... 57

Lampiran 3. Surat Izin Kecamatan ... 58

Lampiran 4. Sertifikat Clinical Epidemiologi and Biostatistics Unit ... 59

Lampiran 5. Leaflet Tampak Depan ... 60

Lampiran 6. Leaflet Tampak Belakang ... 60

Lampiran 7. Informed Consent ... 61

Lampiran 8. Pedoman Wawancara ... 62

Lampiran 9. Reabilitas Skinfold Thickness ... 63

Lampiran 10. SOP Pengukuran Skinfold Thickness ... 64

Lampiran 11. Validasi Skinfold Caliper... 65

Lampiran 12. Dokumentasi Pengambilan Data ... 65

Lampiran 13. Form Hasil Pengukuran Antropometri ... 66

Lampiran 14. Hasil Laboratorium ... 67

Lampiran 15. Data Pengukuran Skinfold Thickness dan Perhitungan Body Fat Percentage... 68

Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas Umur Responden ... 70

Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas Abdominal Skinfold Thickness ... 71

(20)

xvii

Lampiran 19. Deskriptif dan Uji Normalitas Triceps Skinfold Thickness ... 73

Lampiran 20. Deskriptif dan Uji Normalitas Body Fat Percentage ... 74

Lampiran 21. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c ... 75

Lampiran 22. Uji Normalitas HbA1c terhadap Body Fat Percentage ≥ 25,1% (Overweight), Body Fat Percentage 20,1% - 25,0% (Moderate), dan Body Fat Percentage ≤20,0% (Good) ... 76

Lampiran 23. Uji Komparatif HbA1c terhadap Body Fat Percentage ≥ 25,1% (Overweight), Body Fat Percentage 20,1% - 25,0% (Moderate), dan Body Fat Percentage ≤20,0% (Good) ... 78

Lampiran 24. Uji Korelasi Body Fat Percentage terhadap HbA1c ... 78

Lampiran 25. Uji Korelasi Abdominal Skinfold Thickness terhadap HbA1c ... 79

Lampiran 26. Uji Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness terhadap HbA1c ... 79

Lampiran 27. Uji Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap HbA1c ... 80

(21)

INTISARI

Antropometri yaitu pengukuran yang relatif cepat, sederhana, dan murah untuk pengukuran lemak tubuh. Salah satu pengukuran antropometri yang sering digunakan adalah pengukuran skinfold thickness. Pengukuran skinfold thickness

selanjutnya dikonversi menjadi nilai body fat percentage (BFP) untuk memprediksi adanya obesitas. Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab resistensi insulin. Resistensi insulin adalah suatu kondisi tubuh memproduksi insulin tetapi tidak menggunakannya secara efektif yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit Diabetes Melitus tipe 2. Prediksi dini adanya resistensi insulin dapat dilakukan dengan mengukur kadar HbA1c. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara body fat percentage terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang. Pemilihan responden dilakukan secara non-random sampling pada 46 responden. Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini adalah

abdominal, suprailiac, dan triceps skinfold thickness yang kemudian dikonversikan sebagai BFP. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji normalitas Shapiro-Wilk, uji komparatif dengan uji one-way ANOVA, serta uji korelasi Pearson dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif bermakna dengan kekuatan korelasi lemah antara body fat percentage terhadap HbA1c (r=0,360;p=0,014) pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

(22)

xix ABSTRACT

Anthropometric measurements are relatively quick, simple, and inexpensive to measure body fat. One frequently used anthropometric measurement is a measurement of skinfold thickness. Skinfold thickness measurements subsequently converted to a value of body fat percentage (BFP) to predict the existence of obesity. Obesity is one of the causes of insulin resistance. Insulin resistance is a condition of the body produces insulin but does not use it effectively, it can lead to type 2 diabetes mellitus disease. Early prediction of insulin resistance can be done by measuring the levels of HbA1c. This study aims to identify the correlation between body fat percentage on HbA1c in healthy adult males in the Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

This research is an observational analytic study with cross sectional study design. This study is used non-random sampling in 46 respondents. Measurements in this study were abdominal, suprailiac, and triceps skinfold thickness which is then converted as the BFP. Data were analyzed with the Shapiro-Wilk normality test, comparative test with one-way ANOVA test, and Pearson correlation with 95% confidence level. The results showed a significant positive correlation with the strength of weak correlation between body fat percentage on HbA1c (r=0.360;p=0.014) in healthy adult males in the Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Keywords: skinfold thickness, body fat percentage, HbA1c

(23)

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Antropometri yaitu pengukuran yang relatif cepat, sederhana, dan murah. Antropometri adalah studi tentang pengukuran tubuh manusia yaitu meliputi tulang, otot, dan adiposa (lemak) jaringan. Pengukuran pada jaringan adiposa subkutan penting karena individu dengan nilai pengukuran adiposa (lemak) yang besar dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, batu empedu, arthritis, dan penyakit lainnya, dan jenis kanker. Salah satu pengukuran lipatan kulit yaitu menggunakan alat skinfold caliper. Skinfold caliper digunakan untuk mengukur lemak bagian triceps, biceps, subskapularis, suprailiac, abdominal, thigh, dan midaxillary (NHANES, 2009).

Body fat percentage merupakan indikator baik dibandingkan dengan pengukuran lingkar pinggang untuk mengetahui penyakit terkait obesitas seperti diabetes mellitus tipe 2 (Dervaux, Wubuli, Megnien, Chironi, and Simon, 2008). Beberapa penelitian menyatakan bahwa body fat percentage dapat menjadi prediktor kuat terjadinya penyakit resistensi insulin (Preedy, 2012).

(24)

2

kardiometabolikdilakukan pada responden yang memiliki body fat percentage tinggi tetapi memiliki body mass index rendah pada middle-age.

Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara berkembang dan negara maju karena akan berkaitan dengan penyakit kronis termasuk diabetes tipe II, penyakit jantung, hipertensi dan kanker. Timbunan lemak telah disorot sebagai awal timbulnya masalah (Huxley, Mendis, Zheleznyakov, Reddy, and Chan, 2010).

Penelitian ini dilakukan pada pria dewasa sehat untuk memprediksi adanya kemungkinan terkena diabetes mellitus tipe 2 atau resistensi insulin yang disebabkan karena obesitas. Internasional Obesitas Task Force (IOTF) melaporkan bahwa 1,7 miliar dari penduduk dunia sudah berisiko tinggi berkaitan dengan berat badan yang dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes tipe 2 (International Diabetes Federation, 2006).

Dari uraian diatas, diharapkan korelasi antara body fat percentage (BFP) terhadap HbA1c dapat memberikan korelasi positif pada pengukuran pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Pengukuran

body fat percentage diharapkan dapat menjadi prediktor awal timbulnya penyakit diabetes mellitus tipe 2.

(25)

1. Perumusan Masalah

Apakah terdapat korelasi bermakna antara Body Fat Percentage (BFP) terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta?

2. Keaslian Penelitian

Keaslian Penelitian Persamaan Perbedaan

Body size, body composition and fat distribution:

comparative analysis of

European, Maori, wanita dengan rentang usia >19 tahun. Penelitian juga melihat

resiko terkena

hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada 4 etnis berbeda yaitu Maori, Pasific, Asian Indians, dan Europeans.

The Correlation

Between Body Fat

Distribution and Insulin

Resistance in melakukan lebih dari satu pengukuran yaitu BMI dan pengukuran lingkar pinggang.

Implication of High-Body-Fat Percentage on Cardiometabolic Risk in Middle-Aged, Healty, Normal-Weight Adults

(Kim et al., 2013).

Body fat percentage yang tinggi secara signifikan dapat meningkatkan prevalensi

hyperglycemia.

Subyek penelitian yang digunakan 12.386, dan subyek penelitian yang digunakan yaitu laki-laki dan perempuan.

“Korelasi Body Fat

Percentage Terhadap HbA1c Pada Staf Pria

Terdapat korelasi antara

body fat percentage

dengan HbA1c

(26)

4

Dewasa Sehat di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta” (Diandra, 2014).

(r=0,247;p=0,046) pemeriksaan hemoglobin.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi terkait korelasi antara body fat percentage dengan HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. b. Manfaat Praktis.

1). Bagi masyarakat Desa Kepuharjo: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai peningkatan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik untuk menghindari resiko penyakit diabetes mellitus tipe 2.

2). Bagi peneliti: hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit diabetes mellitus tipe 2.

3). Bagi masyarakat: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk sejak dini memulai pola hidup sehat untuk menghindari resiko penyakit diabetes mellitus tipe 2.

(27)

B. Tujuan Penelitian

(28)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Antropometri

Antropometri yaitu pengukuran yang relatif cepat, sederhana, dan murah. Antropometri adalah studi tentang pengukuran tubuh yang meliputi tulang, otot, dan adiposa (lemak) jaringan. Pengukuran berat, tinggi badan, panjang berbaring, skinfold thicknesses (ketebalan lipatan kulit), lingkar (kepala, pinggang, tungkai), panjang tungkai, dan breadths (bahu, pergelangan tangan) adalah contoh langkah-langkah antropometrik. Pengukuran jaringan adipose subkutan penting karena individu dengan nilai pengukuran adipose (lemak) yang besar, dilaporkan dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, batu empedu, arthritis, dan penyakit lainnya, dan jenis kanker (NHANES, 2009).

B. Skinfold Thickness

Skinfold Thickness (ST)/Ketebalan lipatan kulit telah digunakan sebagai metode penilaian komposisi tubuh . Hal ini mencerminkan distribusi lemak subkutan tubuh. Ketebalan lipatan kulit yaitu metode dengan biaya efektif untuk penilaian komposisi tubuh dengan akurasi yang signifikan. Skinfold Thickness akan mewakili distribusi lemak dalam tubuh (Preedy, 2012). Kelebihan lemak, yang dinilai menggunakan skinfold thickness, dikaitkan dengan konsentrasi tidak normal trigliserida, meningkatkan LDL kolesterol, mengurangi HDL kolesterol, dan resistensi insulin. Semua faktor meningkatkan risiko hipertensi, sindrom metabolik,

(29)

dan penyakit kardiovaskular (Jaworski, Kulaga, Pludowski, Grajda, Gurzkowska, Napieralsaka, et al., 2012).

Skinfold Thickness dapat diukur menggunakan skinfold calipers. Skinfold calipers yang digunakan untuk mengukur lipatan kulit, dilakukan dengan posisi berdiri, bahu santai dan lengan menggantung bebas di sisi badan (NHANES, 2009). Pengukuran ketebalan lemak lipatan kulit dengan skinfold calipers adalah teknik sederhana dan murah untuk penilaian komposisi tubuh (Demura and Sato, 2007).

Gambar 1. Skinfold Caliper

(30)

8

1. Abdominal Skinfold Thickness

Lipatan diukur 3 cm dari sisi tengah umbilicus (pusar) dan 1 cm ke bawah. Lipatan diukur vertikal dan sebaiknya diukur pada sisi kanan tubuh dan subyek harus selalu melemaskan perut (Nichols, Dalrymple, and Francis, 2012). Subyek berdiri dengan posisi santai dengan kedua tangan diletakan pada samping kanan dan kiri tubuh (Norton, Carter, Olds, and Marfell-Jones, 2001).

Gambar 2. Abdominal Skinfold Thickness (Norton et al., 2001) 2. Triceps Skinfold Thickness

Pengukuran triceps skinfold thikness dilakukan dengan cara lipatan kulit dicubit dengan ibu jari dan jari telunjuk pada daerah lengan atas yaitu daerah yang berada antara bahu dan siku (Hoeger and Hoeger, 2014).

(31)

Gambar 3. Triceps Skinfold Thickness (Smolin and Grosvenor, 2010) 3. Suprailiac skinfold thickness

Pengukuran dilakukan dengan cara lipatan dicubit diagonal yang terletak sejajar dengan iliac dan terletak dekat panggul (Hoeger et al., 2014). Pengukuran dilakukan dengan subyek berada dalam kondisi relax dengan tangan kiri menggantung santai dan tangan kanan di letakan di dekat perut (Norton et al., 2001).

Gambar 4. Suprailiac Skinfold Thickness (Norton et al., 2001) Dilakukan pemilihan pengukuran pada tiga tempat yaitu abdominal, suprailiac,dan triceps dikarenakan abdominal dan suprailiac menggambarkan

(32)

10

thickness pada bagian lemak tepi (Sievenpiper, Jenkins, Joss, Leiter, and Vuksan, 2001).

C. Body Fat Percentage

Body fat percentage yang disebut juga dengan %BF yaitu komponen lemak dalam tubuh yang sering disebut juga massa lemak. Untuk menentukan berat badan ideal seseorang harus diketahui terlebih dahulu persen total lemak tubuh. Komposisi lemak tubuh harus diukur berdasarkan prosedur yang ada. Body fat percentage terdiri dari essential fat dan storage fat (Hoeger et al., 2014).

Essential fat yaitu lemak yang digunakan untuk fungsi fisik. Lemak ini terdapat dalam jaringan seperti otot , sel syaraf, sumsum tulang belakang, saluran cerna, jantung, atau hati. Terdapat 3% essential fat pada laki-laki. Sedangkan storage fat terdapat pada jaringan lemak, umumnya terdapat di bawah kulit (lemak subkutan).

Storage fat digunakan untuk memproduksi panas tubuh, untuk metabolisme, dan lapisan proteksi terhadap trauma fisik (Hoeger et al., 2014).

Terdapat beberapa cara untuk pengukuran body fat percentage yaitu under water weighing, dual-energy x-ray absorptiometry (DEXA), bioelectrical impedance analyzer (BIA), body-girth measurements dan pengukuran skinfold thickness (Hoeger

et al., 2014). Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skinfold thickness. Karena pengukuran menggunakan skinfold thickness merupakan pengukuran yang mudah dan sudah dapat menggambarkan komposisi lemak tubuh dan dapat menjadi prediktor terhadap resistensi insulin (Sievenpiper et al., 2001).

(33)

Body fat percentage ditentukan dengan perhitungan rumus yang sesuai (Fahey, Insel, and Roth, 2005) :

% Body Fat = (0,39287 x jumlah ketiga pengukuran skinfold) – (0,00105 x

[jumlah ketiga pengukuran skinfold]2) + (0,15772 x umur) –

5,18845

= (0,39287 x [skinfolds]) – (0,00105 x [skinfolds]2) +

(0,15772 x [umur]) – 5,18845

= ……%

Menurut Hoeger et al. (2013) klasifikasi body fat percentage dibagi menjadi beberapa kelompok.

Tabel I. Nilai Body Fat Percentage

Men ≥40 years old (%)

Underweight <3

Good 3,0 – 20,0

Moderate 20,1 – 25,0

Overweight 25,1 – 30,0

(34)

12

D. Obesitas

Kegemukan atau obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang berisiko bagi kesehatan (World Health Organization, 2015). Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara berkembang dan negara maju karena akan berkaitan dengan penyakit kronis termasuk diabetes tipe II, penyakit jantung, hipertensi dan kanker. Timbunan lemak telah dilihat sebagai awal timbulnya masalah (Huxley et al., 2010). Lokasi lemak dalam tubuh penting dalam menentukan risiko yang terkait dengan kelebihan lemak tubuh. Lemak di sekitar pinggul dan paha umumnya disebut sebagai lemak subkutan. Lemak subkutan membawa kurang beresiko untuk terjadinya penyakit yang disebabkan oleh kegemukan dibandingkan dengan lemak yang tersimpan di sekitar organ-organ daerah perut, yang disebut lemak visceral. Peningkatan lemak visceral dapat menjadi pemicu terjadinya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, diabetes, dan kanker payudara lebih tinggi. Orang-orang yang cenderung memiliki deposit lemak di pinggul dan paha digambarkan sebagai bentuk pear, sedangkan mereka yang memiliki deposit lemak dalam perut digambarkan sebagai bentuk apel (Gambar 5). Lokasi lemak tubuh ditentukan terutama oleh gen yang diwariskan dari orang tua, tetapi jenis kelamin, usia, dan gaya hidup juga mempengaruhi lokasi penyimpanan lemak. Penyimpanan lemak visceral lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita (Smolin et al., 2010). Pengaruh obesitas terhadap diabetes melitus tipe 2 diawali dengan penurunan sensitivitas insulin yang berujung pada

(35)

resistensi insulin (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008; American DiabetesAssociation, 2013).

Gambar 5. Apple-shaped and Pear-shaped (Smolin et al, 2010) E. Resistensi Insulin

(36)

14

mengalami gangguan. Setelah pankreas tidak lagi mampu untuk memproduksi insulin yang cukup maka orang menjadi hyperglycaemic dan akan di diagnosis diabetes tipe 2 (International Diabetes Federation, 2006).

F. HbA1c

HbA1c merupakan kadar glukosa darah yang terikat pada Hb secara kuat dan beredar bersama eritrosit selama masa hidup eritrosit (120 hari). HbA1c adalah bentuk ikatan molekul glukosa pada asam amino valin di ujung rantai beta molekul hemoglobin (American Diabetes Association, 2011). Kadar HbA1c dapat meningkat dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti anemia defisiensi besi, usia, konsumsi alkohol, dan penggunaan salisilat dosis tinggi dalam jangka panjang. Kadar HbA1c juga dapat menurun dengan adanya beberapa faktor seperti transfusi darah dan penggunaan opioid jangka panjang (Paputungan dan Sanusi, 2014).

HbA1c secara luas digunakan dalam manajemen pasien dengan diabetes. Sebuah studi prospektif multinasional mengungkapkan hubungan linear antara HbA1c dan glukosa darah. Beberapa metode pengujian dapat secara akurat mengukur HbA1c pada individu dengan varian hemoglobin umum (Little and Sacks, 2009).

Tabel II. Klasifikasi HbA1c (American Diabetes Association, 2014)

Klasifikasi Nilai HbA1c (%)

Normal < 5,7

Prediabetes 5,7 – 6,4

Diabetes ≥ 6,5

(37)

G. Landasan Teori

Body fat percentage sering dijadikan sebagai penanda obesitas dibandingkan

body mass index dikarenakan pada body mass index yaitu bukan suatu pengukuran langsung terhadap adipositas dan tidak dapat dipakai pada individu dengan body mass index yang tinggi akibat besarnya massa otot (Guyton and Hall, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Dwimartutie, Setiati, dan Oemardi (2010) yang dilakukan pada 55 responden menyatakan terdapat korelasi antara body fat percentage dengan resistensi insulin yang dapat dilihat dari nilai signifikansi (p) yaitu sebesar 0,018. Penelitian yang dilakukan oleh Matinhomaee, Khorshidi, Azarbayjani, and Hossein-nezhad (2012) pada 21 responden laki-laki menyatakan bahwa terdapat korelasi antara body fat percentage dengan resistensi insulin dilihat dari nilai signifikansi (p) yaitu sebesar 0,043 dan kadar glukosa darah dengan signifikansi (p) sebesar 0,019. Pada penelitian yang dilakukan oleh Diandra (2014) pada 66 reponden pria menyatakan bahwa terdapat korelasi antara body fat percentage dengan HbA1c yang dapat dilihat dari nilai signifikansi (p) sebesar 0,046 dan korelasi (r) sebesar 0,247.

(38)

16

dilakukan oleh Bosy-Westphal, Plachta-Danielzik, Dorhofer, Muller (2009) obesitas dapat memicu terjadinya diabetes mellitus tipe 2.

HbA1c secara luas digunakan dalam manajemen pasien dengan diabetes. Sebuah studi prospektif multinasional mengungkapkan hubungan linear antara HbA1c dan glukosa darah. Penelitian oleh International A1c-Derived Avarage Glucose (ADAG), yang melibatkan 600 partisipan di sebelas negara melalui

monitoring glukosa 24 jam dan pengukuran HbA1c lebih sering, menunjukkan hubungan erat glukosa darah dan HbA1c (Gough, Manley, and Stratton, 2010).

Body fat percentage yaitu komponen lemak dalam tubuh yang sering disebut juga massa lemak. Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara berkembang dan negara maju karena akan berkaitan dengan penyakit kronis termasuk diabetes tipe II. HbA1c secara luas digunakan dalam manajemen pasien dengan diabetes. Sebuah studi prospektif multinasional mengungkapkan hubungan linear antara HbA1c dan glukosa darah.

H. Hipotesis

Ada korelasi positif bermakna antara body fat percentage terhadap kadar HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang/cross sectional. Penelitian observasional analitik digunakan untuk mencari korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek. Rancangan penelitian potong lintang/cross sectional yaitu penelitian dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efek dilakukan dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya, penelitian terhadap subyek dilakukan satu kali saja tanpa adanya tindak lanjut atau pengulangan pengukuran. Rancangan penelitian ini dipilih sebab cocok untuk penelitian klinis, baik deskriptif maupun analitik (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai hubungan antara pengukuran antropometri yaitu body fat percentage (BFP) terhadap HbA1c. Body fat percentage

(40)

18

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Body fat percentage

2. Variabel tergantung HbA1c

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali : keadaan puasa dan usia responden.

b. Variabel pengacau tidak terkendali : gaya hidup atau lifestyle, aktifitas responden, dan keadaan patologis.

C. Definisi Operasional

1. Karakteristik penelitian meliputi kondisi responden, demografi, pengukuran antropometri dan hasil pemeriksaan laboratorium. Karakteristik kondisi responden yaitu sehat, dimana responden sehat yang dimaksud tidak menderita penyakit kronis seperti Diabetes Melitus dan tidak mengkonsumsi obat-obatan rutin. Demografi responden yaitu usia 40-60 tahun dan berjenis kelamin pria. Pengukuran antropometri yaitu pengukuran skinfold thickness meliputi triceps, abdominal, dan, suprailiac, serta hasil pemeriksaan laboratorium yaitu HbA1c.

(41)

2. Pengukuran skinfold thickness yaitu pengukuran lipatan kulit pada bagian triceps, abdominal, dan suprailiac dengan skinfold caliper. Hasil pengukuran dinyatakan dalam millimeter (mm).

3. Body fat percentage yaitu nilai dalam bentuk % yang diperoleh dari hasil pengukuran 3 skinfold thickness yaitu triceps, abdominal, dan suprailiac.

% Body Fat = (0,39287 x jumlah ketiga pengukuran skinfold) – (0,00105 x

[jumlah ketiga pengukuran skinfold]2) + (0,15772 x umur) –

5,18845

= (0,39287 x [skinfolds]) – (0,00105 x [skinfolds]2)

+ (0,15772 x [umur]) – 5,18845

= ……% (Fahey et al., 2005).

(42)

20

5. Standar yang digunakan di dalam penelitian ini adalah:

a. Body fat percentage

Nilai yang dikatakan normal berdasarkan Hoeger et al. (2013) untuk pria berumur ≥40 tahun yaitu good ≤20,0%; moderate 20,1% – 25,0%; dan

overweight >25,0%

b. Kriteria HbA1c

Nilai normal berdasarkan American Diabetes Association (2014) adalah < 5,7%

D. Responden Penelitian

Responden penelitian yaitu masyarakat pria dewasa sehat Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah masyarakat pedesaan pria dewasa sehat yang masih aktif dengan rentang usia antara 40-60 tahun, bersedia menandatangani informed consent, dan bersedia berpuasa selama 10-12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah. Kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah responden tidak hadir saat pengambilan data, mengidap penyakit-penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus dan kardiovaskular, obesitas, mengkonsumsi obat-obatan penurun kadar lipid dan kadar glukosa.

(43)

Data warga pedukuhan yang diperoleh dari pendataan kantor Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta adalah 2.209 penduduk. Data yang diperoleh dipilih lagi berdasarkan kriteria umur yaitu 40-60 tahun dan masuk kriteria inklusi yaitu diperoleh sebesar 120 orang. Pengambilan data dilakukan selama tiga hari. Namun jumlah responden yang hadir sebanyak 100 orang yang terdiri dari 50 responden pria dan 50 responden wanita yang bersedia menandatangani

(44)

22

Gambar 6. Skema Pencarian Responden E. Waktu dan Tempat Penelitian

(45)

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian payung mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap HbA1c, HsCrp, dan Lipoprotein (A) pada Pria dan Wanita Dewasa Sehat di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta.” Penelitian ini dilakukan secara kelompok oleh 10 orang dengan kajian berbeda. Tujuan dari penelitian payung ini adalah untuk menganalisa adanya korelasi pengukuran antropometri terhadap nilai HbA1c, HsCrp, dan Lipoprotein (A). Penelitian ini berfokus pada korelasi Body Fat Percentage (BFP) terhadap nilai HbA1c dalam darah.

G. Teknik Sampling

(46)

24

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah skinfold calipers merek phi zhi hou du fi® untuk mengukur lipatan kulit responden di area triceps, abdomen, dan suprailiac; Cobas C 501 dengan metode turbidimetric inhibition immunoassay untuk mengukur HbA1c,

leaflet, dan informed consent.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi mengenai jumlah penduduk di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, serta mencari tempat atau lokasi yang cocok untuk melakukan pengukuran antropometri, serta dilakukan pencarian laboratorium yang akan membantu dalam menganalisis sampel darah responden. Pada observasi awal didapatkan keputusan untuk memilih Laboratorium Pramita Yogyakarta sebagai laboratorium untuk melakukan pengambilan dan menganalisis sampel darah responden.

2. Permohonan izin dan kerjasama

Permohonan izin pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 18 Mei 2015 dengan nomor Ref: KE/FK/502/EC. Tujuan permohonan izin ini untuk memenuhi etika penelitian karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel biologis yang berupa darah manusia.

(47)

Permohonan ijin kedua ditujukan untuk Kepala Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Permohonan izin bertujuan untuk memperoleh izin dalam melaksanakan penelitian melibatkan penduduk pria dewasa sehat dalam penelitian.

Permohonan kerjasama pertama diajukan ke bagian Laboratorium Pramitha Yogyakarta. Permohonan kerja sama ini berupa permohonan untuk melakukan kerjasama dalam pengambilan sampel yang berupa darah dan pengukuran kadar HbA1c melalui sampel darah.

3. Pembuatan informed consent dan leaflet

a. Informed consent. Merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan calon responden untuk ikut terlibat di dalam penelitian. Informed consent disusun berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden yang telah mendapatkan penjelasan dan memahami penelitian yang dilakukan selanjutkan diminta untuk mengisi nama, jenis kelamin, umur, tempat tanggal lahir, alamat, nomor telepon dan tanda tangan yang tertera pada informed consent.

(48)

26

dari leaflet yaitu tujuan penelitian, manfaat penelitian bagi responden, pengukuran body fat percentage, serta pemeriksaan laboratorium yaitu HbA1c.

4. Pencarian responden

Waktu pencarian responden dilakukan setelah mendapatkan persetujuan

ethical clearance dan mendapatkan izin dari Kecamatan Cangkringan untuk memperoleh informasi mengenai penduduk yang masuk kriteria inklusi. Pencarian responden dilakukan dengan memberikan penawaran kepada penduduk di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Penawaran dilakukan dengan cara mendatangi rumah penduduk yang masuk dalam kriteria inklusi satu-persatu untuk diberikan informasi mengenai penelitian yang akan dilaksanakan. Calon responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian kemudian diberi informasi mengenai tempat dan waktu pelaksanaan penelitian dan diingatkan untuk berpuasa selama 10-12 jam. Responden yang datang pada saat diadakan pengukuran antropometri dan pengambilan darah akan diberikan informed consent, yang selanjutnya diisi dan ditandatangani oleh responden sebagai bukti kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini.

5. Validasi, reabilitas, dan kalibrasi instrumen penelitian

Alat yang akan diketahui validitas dan reabilitasnya dalam penelitian ini adalah skinfold caliper dengan merek phi zhi hou du fi®. Kalibrasi dilakukan dengan cara melakukan perhitungan koefisien variasi setelah dilakukan pengukuran sebanyak

(49)

5 kali. Suatu alat kesehatan yang memiliki nilai koefisien distribusi < 5% dikatakan alat tersebut merupakan alat yang baik untuk digunakan dalam penelitian (Departemen Kesehatan RI, 2011).

Validitas berarti bahwa instrument sebagai alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur, sedangkan reliabilitas berarti instrument sebagai alat ukur dapat memperoleh hasil ukur yang konsisten (Notoatmodjo, 2012). Validasi alat skinfold caliper yang digunakan pada penelitian ini dengan cara menggantungkan pemberat pada alat hingga jarum pengukuran menunjukkan angka nol. Reliabilitas alat skinfold caliper dilakukan dengan cara melakukan pengukuran pada bagian abdominal, suprailiac, dan triceps skinfold thickness sebanyak masing-masing 5 kali. Nilai CV yang di dapatkan dari alat skinfold caliper merk pi zhi hou du ji® pada bagian

abdominal adalah 1,23%, bagian suprailiac adalah 1,00%dan bagian triceps adalah 1,55%. Hasil nilai CV ini menunjukkan alat yang digunakan merupakan alat yang baik. Hasil CV juga dapat menunjukkan bahwa instrument yang digunakan memiliki hasil pengukuran yang cukup tetap. Alat yang digunakan untuk menentukan nilai HbA1c yaitu Cobas C 501 penentuan validitas dan reabilitas dilakukan oleh Laboratorium Pramita Yogyakarta.

6. Pengukuran parameter antropometri dan pengambilan darah

(50)

28

responden digunakan untuk pengukuran nilai HbA1c dilakukan oleh tenaga ahli dari Laboratorium Pramitha Yogyakarta.

Pengukuran skinfold thickness pada penelitian ini dengan posisi responden berdiri tangan berada disamping tubuh pada keadaan yang relax. Hasil pengukuran

skinfold thickness yang didapatkan harus benar-benar hanya bagian lipatan kulit saja (lemak subkutan), sehingga responden diminta ketersediaannyauntuk mengangkat pakaian yang dikenakan yang menutupi bagian abdominal, suprailiac, dan triceps

yang akan diukur. Pada pengukuran triceps skinfold thickness posisi responden membelakangi peneliti sedangkan pada pengukuran abdominal dan suprailiac skinfold thickness posisi responden berhadapan dengan peneliti.

Pengukuran skinfold thickness dilakukan dengan cara lipat kulit dan lemak menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, lipatan ditarik dengan lembut menjauhi jaringan otot, caliper di pegang tegak lurus terhadap lipatan dan dilakukan pengukuran pada jarak 1/2 inci dari jari. Pembacaan hasil dari skinfold caliper dilakukan pada 2 sampai 3 detik.

Pengukuran abdominal skinfold thickness dilakukan pada lipatan diukur 3 cm di sisi tengah umbilicus dan 1 cm ke bawah. Pengukuran suprailiac skinfold thickness dilakukan pada Pengukuran pada lipatan diagonal yang terletak sejajar dengan iliac dan terletak dekat panggul. Pengukuran triceps skinfold thickness

dilakukan pada lipatan vertical di bagian belakang lengan antara bahu dan siku.

(51)

7. Analisis sampel darah responden

Analisis sampel darah responden yang telah diambil dilakukan oleh Laboratorium Pramitha Yogyakarta untuk mendapatkan hasil nilai HbA1c

8. Pembagian hasil pemeriksaan

Hasil pengukuran antropometri dan hasil analisis sampel darah yang dilakukan oleh Laboratorium Pramitha Yogyakarta diberikan langsung kepada responden setelah perhitungan antropometri dan hasil dari laboratorium sudah keluar. Saat pembagian hasil kepada responden juga dilakukan penjelasan mengenai hasil laboratorium dan pengukuran antropometri. Selain itu diberikan saran kepada responden jika ada hasil laboratorium dan pengukuran antropometri yang tidak sesuai dengan nilai normal.

9. Pengolahan data

Data yang diperoleh oleh selanjutnya diolah dengan cara melakukan pengumpulan data yang sejenis untuk selanjutnya dibagi berdasarkan kategori yang sudah ditetapkan.

J. Analisis Data

(52)

30

menggunakan uji Shapiro-Wilk, dikarenakan sampel ≤ 50 responden. Data kemudian dianalisis untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan kategori nilai HbA1c melalui distribusi body fat percentage dengan menggunakan uji komparatif. Uji komparatif diawali dengan melakukan uji normalitas pada ketiga kelompok HbA1c pada pengukuran body fat percentage ≥25,1%, 20,1% - 25,0%, dan ≤20,0%. Pada ketiga kelompok jika dihasilkan data yang terdistribusi normal maka digunakan uji one-way

ANOVA. Hasil uji komparatif yang menunjukkan nilai p<0,05 yang berarti bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang berbeda bermakna (Dahlan, 2015).

Uji korelasi menggunakan uji Pearson untuk korelasi body fat percentage, abdominal skinfold thickness, dan suprailiac skinfold thickness terhadap HbA1c karena ketiga data terdistribusi normal, sedangkan data HbA1c tidak terdistribusi normal. Uji Spearman dilakukan untuk korelasi triceps skinfold thickness terhadap HbA1c karena data tidak terdistribusi normal. Dilakukan uji koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh suatu variabel bebas terhadap nilai variabel terikat (Miles and Shevlin, 2000).

Uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi. Data dikatakan memiliki korelasi yang bermakna jika nilai p < 0,05 (Dahlan, 2015).

(53)

Tabel III. Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi (Dahlan, 2015)

Parameter Nilai Interpretasi

Kekuatan korelasi (r)

0,0 - <0,2 Sangat Lemah

0,2 - <0,4 Lemah

0,4 - <0,6 Sedang

0,6 - <0,8 Kuat

0,8 – 1 Sangat kuat

Nilai p p <0,05 Korelasi bermakna

p >0,05 Korelasi tidak bermakna Arah

Korelasi

+ (positif) Searah

- (negatif) Berlawanan arah

K. Kesulitan Penelitian

(54)

32 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian

Responden pada penelitian ini merupakan masyarakat pria dewasa sehat Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta dengan rentang umur 40-60 tahun. Jumlah responden yang bersedia mengikuti penelitian ini sebanyak 46 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sudah sesuai karena jumlah minimal sampel yang digunakan dengan metode korelasi yaitu sebanyak 30 orang (Lodico et al., 2010).

Langkah awal pengolahan data pada penelitian ini dimulai dari analisis statistik yang berupa analisis deskriptif. Statistik deskriptif dapat dilihat melalui distribusi data yang normal atau dapat digunakan untuk melihat karakteristik dari data yang diperoleh (Dahlan, 2015). Karakteristik yang disajikan pada penelitian ini meliputi umur, Body Fat Percentage (BFP), abdominal skinfold thickness, suprailiac skinfold thickness, triceps skinfold thickness, dan HbA1c. Penyajian data pada penelitian harus disesuaikan dengan hasil normalitas data. Jika data tidak terdistribusi normal, disajikan dengan mean ± SD. Jika data tida terdistribusi normal maka data yang disajikan yaitu median (maksimum – minimum). Pengujian normalitas menggunakan Shapiro-Wilk sebab jumlah data penelitian ≤50 (Dahlan, 2015).

(55)

Tabel IV. Karakteristik Subyek Penelitian

No Karakteristik Distribusi Data

(n=46)

p

1 Umur (tahun) 48,50 (40,00-60,00) 0,005

2 Abdominal skinfold thickness (mm) 21,05±6,60 0,434* 3 Suprailiac skinfold thickness (mm) 19,04±6,12 0,513* 4 Triceps skinfold thickness (mm) 14,35 (4,00-34,30) 0,007 5 Body Fat Percentage/BFP (%) 20,63±4,66 0,367*

6 HbA1c (%) 5,50 (5,00-6,20) 0,027

*data terdistribusi normal 1. Umur

(56)

34

Gambar 7. Grafik Distribusi Umur Subyek Penelitian

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Garza, Dugan, Faghri, Gorin, Huedo-Medina, Kenny, et al (2015) dengan responden berjumlah 758 orang menyebutkan terdapat perbedaan signifikan body fat percentage terhadap umur responden (p < 0,01). Responden berumur < 45 tahun memiliki body fat percentage

lebih kecil dibandingkan responden yang berumur ≥45 tahun. Penelitian lain

dilakukan oleh Ranasinghe et al. (2013) dengan total responden berjumlah 1114 orang yang 49,1% terdiri dari laki-laki mengatakan semakin bertambah umur menyebabkan peningkatan body fat percentage pada laki-laki.

2. Abdominal skinfold thickness

Abdominal skinfold thickness terdistribusi normal dengan signifikansi (p) yaitu 0,434 dan dapat dilihat dari histogram yang simetris (Gambar 8). Pada penelitian ini nilai rata-rata abdominal skinfold thickness yang didapatkan adalah sebesar 21,05 mm dengan SD ± 6,60.

(57)

Gambar 8. Grafik Distribusi Abdominal Skinfold Thickness Subyek Penelitian Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sievenpiper et al. (2001) mengatakan bahwa abdominal skinfold thickness merupakan prediktor kuat terhadap sensitifitas dari insulin. Menurut Hoeger et al. (2014), abdominal skinfold thickness

merupakan salah satu yang disarankan dari lima bagian yang sering digunakan untuk pengukuran skinfold thickness pada pria.

3. Suprailiac skinfold thickness

(58)

36

Gambar 9. Grafik Distribusi Suprailiac Skinfold Thickness Subyek Penelitian Pengukuran suprailiac skinfold thickness merupakan parameter untuk menilai obesitas yang termasuk dalam obesitas sentral. Obesitas sentral merupakan salah satu risiko munculnya resistensi insulin yang nantinya dapat menjadi penyakit diabetes mellitus tipe 2. Pengukuran suprailiac skinfold thickness juga dapat menjadi prediktor kuat dalam menentukan resistensi insulin (Sievenpiper et al., 2001).

4. Triceps skinfold thickness

Pengujian normalitas triceps skinfold thickness pada subyek penelitian menggunakan Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95%, didapatkan hasil data tidak terdistribusi normal dengan dilihat dari signifikansi (p) yaitu 0,007 dan dapat dilihat pada histogram tidak simetris (Gambar 10). Nilai tengah atau nilai median didapatkan yaitu 14,35 mm dengan nilai minimum 4,00 mm dan nilai maksimum 34,30 mm.

(59)

Gambar 10. Grafik Distribusi Triceps Skinfold Thickness Subyek Penelitian

Triceps skinfold thickness merupakan salah satu dari lima bagian yang sering digunakan untuk pengukuran skinfold thickness (Hoeger et al., 2014). Menurut penelitian yang dilakukan Boye, Dimitriou, Manz, Schoenau, Neu, Wudy, et al.

(2002) menyebutkan pengukuran menggunakan triceps skinfold thickness dapat menjadi prediktor untuk regulasi insulin dan penanda metabolik yang tidak normal dengan menggabungkan beberapa pengukuran skinfold thickness.

5. Body Fat Percentage

Nilai body fat percentage pada penelitian ini didapatkan melalui pengukuran

skinfold thickness yang dilakukan pada tiga bagian yaitu abdominal skinfold thickness, suprailiac skinfold thickness, dan triceps skinfold thickness. Pengujian normalitas body fat percentage pada subyek penelitian menggunakan Shapiro-Wilk

(60)

38

menunjukkan hasil simetris (Gambar 11). Pada penelitian ini didapatkan hasil rata-rata body fat percentage 20,63 % dengan SD yaitu ± 4,66. Nilai rata-rata yang didapatkan pada pengukuran body fat percentage menunjukkan terdapat pada tingkat

moderate.

Gambar 11. Grafik Distribusi Body Fat Percentage Subyek Penelitian

Body fat percentage sering dijadikan sebagai penanda obesitas dibandingkan

body mass index dikarenakan pada body mass index yaitu bukan suatu pengukuran langsung terhadap adipositas dan tidak dapat dipakai pada individu dengan body mass index yang tinggi akibat besarnya massa otot (Guyton and Hall, 2006). Body fat percentage merupakan indikator baik dibandingkan dengan pengukuran lingkar pinggang untuk mengetahui penyakit terkait obesitas seperti diabetes mellitus tipe 2 (Dervaux, Wubuli, Megnien, Chironi, and Simon, 2008).

Body fat percentage dengan massa lemak yang tinggi dapat berhubungan kuat dengan tingkat kematian dibandingkan dengan body mass index (Heitmann,

(61)

Erikson, Ellsinger, Mikkelsen, and Larsson, 2000). Pengukuran body fat percentage

penting dilakukan untuk mengetahui penyakit terkait obesitas yaitu resiko diabetes mellitus tipe 2 (Gomez-Ambrosi, Silva, Galofre, Escalada, Santos, Gil, et al, 2011). 6. HbA1c

Pengujian normalitas HbA1c pada subyek penelitian menggunakan uji

Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil yang diperoleh yaitu data HbA1c tidak terdistribusi normal dilihat dari nilai signifikansi (p) yaitu 0,027 dan dapat dilihat dari histogram yang tidak simetris (Gambar 12). Nilai tengah atau median pada HbA1c yaitu 5,50 dengan nilai minimum 5,00 dan nilai maksimum 6,20.

Gambar 12. Grafik Distribusi HbA1c Subyek Penelitian

(62)

40

penelitian yang dilakukan oleh Paputungan et al. (2014) kadar HbA1c dapat meningkat dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti anemia defisiensi besi. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan hemoglobin terlebih dahulu untuk mengetahui kadar hemoglobin responden. Responden pria pada penelitian ini tidak memiliki kadar hemoglobin yang termasuk dalam kategori anemia (<13 mg/dl), sehingga kadar HbA1c pada penelitian ini tidak dipengaruhi oleh anemia. Menurut penelitian Matinhomaee, Khorshidi, Azarbayjani, and Hossein-nezhad (2012) pada 21 responden pria mengatakan bahwa peningkatan body fat percentage berkorelasi dengan kadar glukosa (p = 0,019) dan resistensi insulin (p = 0,043).

B. Perbandingan Rerata HbA1c terhadap Body Fat Percentage ≥ 25,1% (Overweight), Body Fat Percentage 20,1% - 25,0% (Moderate), dan Body

Fat Percentage 20,0% (Good)

Pada penelitian ini dilakukan perbandingan data dan jumlah responden berdasarkan nilai body fat percentage terhadap HbA1c. Nilai body fat percentage, dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok yang memiliki nilai body fat percentage ≥ 25,1% (overweight), kelompok kedua yaitu kelompok yang memiliki nilai body fat percentage 20,1% - 25,0% (moderate), dan kelompok ketiga yaitu yang memiliki nilai body fat percentage ≤20,0% (good). Nilai HbA1c dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok normal < 5,7%; prediabetes 5,7

–6,4%; dan diabetes ≥ 6,5%.

Nilai HbA1c yang sudah terbagi menjadi tiga kelompok selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

(63)

perbedaan bermakna antara nilai HbA1c pada body fat percentage yang termasuk dalam kategori overweight, moderate, dan good. Kelompok pertama yaitu kelompok HbA1c dengan hasil pengukuran body fat percentage ≥ 25,1% berjumlah 6 responden. Kelompok kedua yaitu kelompok HbA1c dengan hasil pengukuran body fat percentage 20,1% - 25,0% berjumlah 23 responden. Kelompok ketiga yaitu kelompok HbA1c dengan hasil pengukuran body fat percentage ≤ 20,0% berjumlah

17 responden. Pembagian kelompok didasarkan pada klasifikasi body fat percentage

menurut Hoeger et al., (2014), dimana nilai body fat percentage ≥ 25,10% termasuk dalam kategori overweight, nilai body fat percentage 20,10% - 25,0% dikatakan

moderate, dan nilai body fat percentage ≤20,0 dikatakan good.

Uji normalitas pada analisis data dilakukan menggunakan Shapiro-Wilk

karena ketiga kelompok memiliki jumlah data < 50 responden. Uji normalitas data HbA1c pada kelompok pertama dengan body fat percentage ≥ 25% menunjukkan

data terdistribusi normal (p = 0,644), uji normalitas data HbA1c pada kelompok kedua dengan body fat percentage 20,1% - 25,0% menunjukkan data terdistribusi normal (p = 0,469), dan uji normalitas data HbA1c pada kelompok ketiga dengan

body fat percentage ≤20,0% menunjukkan data terdistribusi normal (p = 0,338). Berdasarkan hasil uji normalitas maka pada penelitian ini digunakan uji one-way

(64)

42

Tabel V. Perbandingan Nilai HbA1c Pada Body Fat Percentage ≥ 25%, Body

Fat Percentage 20,1% - 25,0% dan Body Fat Percentage ≤20,0%

Body Fat percentage menunjukkan bahwa HbA1c pada kelompok overweight masuk dalam klasifikasi prediabetes dengan rerata yang di dapatkan yaitu 5,7% (American Diabetes Association, 2014). Jumlah responden yang masuk dalam kelompok

overweight yaitu sebanyak 6 responden dan 3 responden atau 50% dari responden masuk dalam klasifikasi prediabetes. Data yang didapatkan menunjukkan bahwa 50% dari 6 responden yang memiliki body fat percentage pada kelompok overweight dapat beresiko mengalami penyakit diabetes mellitus tipe 2.

HbA1c pada kelompok moderate masuk dalam klasifikasi normal dengan rerata yang didapatkan yaitu 5,6% (American Diabetes Association, 2014). Jumlah responden yang masuk dalam kelompok moderate yaitu sebanyak 23 responden dan 8 responden atau 34,8% dari responden masuk dalam klasifikasi prediabetes. Data yang di dapatkan menunjukkan bahwa 34,8% dari 23 responden yang memiliki body fat

(65)

percentage pada kelompok moderate sebesar dapat beresiko terkena penyakit diabetes mellitus tipe 2. HbA1c pada kelompok good masuk dalam klasifikasi normal dengan rerata yang didapatkan yaitu 5,3% (American Diabetes Association, 2014). Jumlah responden yang masuk dalam kelompok good yaitu sebanyak 17 responden dan tidak terdapat responden yang memiliki nilai HbA1c diatas normal. Data yang didapatkan menunjukkan bahwa responden yang masuk dalam kelompok good tidak beresiko terkena penyakit diabetes mellitus tipe 2.

Pada uji homogenitas varian di dapatkan p = 0,064 yang berarti tidak terdapat varian yang berbeda atau dengan kata lain, varian yang digunakan sama. Menurut Dahlan (2015), bila sebaran normal dan varian sama, dilakukan pengujian

pos hoc Bonferroni untuk mengetahui antar kelompok mana yang mempunyai perbedaan. Hasil yang didapatkan yaitu good vs moderate memiliki signifikansi (p) 0,028, good vs overweight memiliki signifikansi (p) 0,041, dan overweight vs

moderate memiliki signifikansi (p) 1. Hasil yang didapatkan dari analisis pos hoc

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai HbA1c antar kelompok dengan nilai body fat percentage good dengan body fat percentage moderate. Analisis pos hoc juga menunjukkan perbedaan nilai HbA1c antar kelompok dengan nilai body fat percentage good dengan body fat percentage overweight. Hasil yang didapatkan tidak menunjukkan perbedaan nilai HbA1c antar kelompok body fat percentage moderate

(66)

44

HbA1c yang berbeda dengan responden dengan body fat percentage moderate,

maupun overweight, sedangkan responden yang memiliki nilai body fat percentage moderate tidak memperlihatkan profil HbA1c yang berbeda dengan responden yang memiliki nilai body fat percentage overweight.

Hasil yang didapatkan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kim, Han, and Yang (2013) pada 6.534 pria dan 5.852 wanita didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan antara kelompok %BF ≥25 dengan %BF <25 pada resistensi insulin dan gula darah puasa (p < 0,001). Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gomez-Ambrosi, Silva, Galofre, Escalada, Santos, Gil, et al., (2011) pada 1.642 laki-laki dan 3.186 perempuan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan

antara %BF ≥25 dengan %BF <25 pada penyakit diabetes mellitus tipe 2 (p <

0,0001).

C. Korelasi Body Fat Percentage terhadap HbA1c

Uji korelasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara

body fat percentage terhadap HbA1c. Menurut Dahlan (2015) uji korelasi yang digunakan adalah Pearson bila salah satu variabel berdistribusi normal, sedangkan uji korelasi menggunakan uji Spearman jika kedua data variabel yang akan dikorelasikan tidak terdistribusi normal. Taraf kepercayaan yang digunakan pada penelitian ini adalah 95% dan uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi < 0,05.

Pada uji normalitas diketahui bahwa data variabel body fat percentage, abdominal skinfold thickness, dan suprailiac skinfold thickness memiliki data yang

(67)

terdistribusi normal, sedangkan variabel HbA1c memiliki data yang tidak terdistribusi normal. Menurut Dahlan (2015), uji korelasi yang digunakan yaitu uji Pearson untuk menguji korelasi antara body fat percentage, abdominal skinfold thickness, dan

suprailiac skinfold thickness terhadap HbA1c bila salah satu variabel berdistribusi normal, kemudian dilakukan uji Spearman untuk menguji korelasi antara triceps skinfold thickness terhadap HbA1c bila kedua variabel tidak terdistribusi normal. Hasil uji korelasi ditunjukkan pada tabel.

Tabel VI. Hasil Uji Korelasi HbA1c

Pengukuran abdominal skinfold thickness dan suprailiac skinfold thickness

menggambarkan pengukuran lemak sentral, sedangkan triceps skinfold thickness

menggambarkan pengukuran lemak perifer (Sievenpiper, Jenkins, Josse, Leiter, and

Gambar

Tabel II.   Klasifikasi HbA1c ..................................................................................
Gambar 1. Skinfold Caliper
Gambar 2. Abdominal Skinfold Thickness (Norton et al., 2001)
Gambar 3. Triceps Skinfold Thickness (Smolin and Grosvenor, 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil Tabel 4.2 dapat dikatakan bahwa pendapatan keluarga responden relatif tinggi sehingga memungkinkan konsumen lebih banyak untuk mengkonsumsi produk kacang garing.. Dari

Dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat melalui sektor pertanian, maka perlu dilihat wilayah mana yang menjadi basis dari komoditi unggulan terpilih yang telah ditetapkan

Penyelesaian kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat, apabila

Penelitian Pengaruh Inokulasi Bakteri Rhizobium terhadap Pembentukan Bintil Akar Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Maret

Atu|

PPPPEEEERLINDUNGAN RLINDUNGAN RLINDUNGAN RLINDUNGAN KONSUMEN KONSUMEN KONSUMEN KONSUMEN DALAM DALAM DALAM DALAM PPPPEEEERJANJIAN RJANJIAN RJANJIAN RJANJIAN BAKU BAKU BAKU BAKU PADA

Stroberi merupakan salah satu tanaman buah yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Permintaan akan buah stroberi semakin meningkat dari waktu ke waktu. Salah satu

science for young children is a process of doing and thinking, a process that anyone can participate in and contribute to, not a list of facts and information discovered by other