• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN, BAMBANGLIPURO, BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN, BAMBANGLIPURO, BANTUL."

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

i

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK B

TK KKLKMD SEDYO RUKUN, BAMBANGLIPURO, BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Widiyanti NIM 13111247001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

Sains bukan daftar fakta dan prinsip yang harus dipelajari dengan cara dihafal. Sains adalah cara melihat dunia dan mengajukan pertanyaan. (F. James Rutherford)

The most exciting phrase to hear in science, the one that heralds the most discoveries, is not “Eureka!” (I found it) but “That’s funny..” (Isaac Asimov)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karya ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu Supadi terkasih yang telah memberikan segala bentuk

dukungan.

2. Bapak dan Ibu Mikan terkasih yang telah memberikan kesempatan dan segala bentuk dukungan.

(7)

vii

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK B

TK KKLKMD SEDYO RUKUN, BAMBANGLIPURO, BANTUL

Oleh Widiyanti NIM 13111247001

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun, Bambanglipuro, Bantul melalui metode eksperimen. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya keterampilan proses sains anak Kelompok B khususnya pada keterampilan mengamati (mengobservasi), memprediksi (meramalkan), mengklasifikasi (mengelompokkan), dan mengkomunikasikan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru TK. Model penelitian menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dimana setiap siklus dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Subyek yang diteliti adalah anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun yang berjumlah 19 anak terdiri dari 11 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Obyek dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains melalui metode eksperimen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat, dan juga syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah yang luar biasa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Melalui Metode Eksperimen pada Anak Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun, Bambanglipuro, Bantul” dengan baik dan lancar. Tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi.

3. Ketua Jurusan PAUD yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penyempurnaan skripsi.

4. Ibu Dr. Christina Ismaniati, M.Pd. dan Ibu Eka Sapti C, M.M., M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, telah berkenan meluangkan waktu, selalu memberi saran, arahan, dan motivasi pada penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi.

5. Seluruh dosen program studi PG PAUD yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman.

(9)
(10)

x

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Keterampilan Proses Sains pada Anak Usia Dini 1. Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-6 tahun ... 13

2. Hakikat Keterampilan Proses Sains Anak Usia Dini a. Pengertian Keterampilan Proses Sains ... 15

b. Komponen Keterampilan Prose Sains ... 18

(11)

xi

3. Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di TK

a. Pengertian Pembelajaran Keterampilan Proses Sains ... 29

b. Tahap-tahap Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di TK ... 31

c. Peran Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Proses Sains ... 35

B. Hakekat Anak TK Kelompok B 1. Pengertian Anak TK Kelompok B ... 38

2. Karakteristik Anak TK Kelompok B ... 39

3. Kemampuan Sains Anak TK Kelompok B ... 42

C. Hakekat Metode Eksperimen 1. Pengertian Metode Eksperimen ... 45

2. Macam-macam Metode Eksperimen ... 48

3. Tujuan Metode Eksperimen ... 52

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen ... 54

5. Langkah-langkah Penggunaan Metode Eksperimen ... 56

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran dengan Metode Eksperimen ... 58

7. Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di TK Melalui Metode Eksperimen ... 60

D. Kerangka Berpikir ... 72

E. Hipotesis Tindakan ... 74

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 75

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 76

C. Tempat penelitian ... 76

D. Waktu dan setting penelitian ... 76

E. Desain penelitian tindakan kelas ... 77

F. Metode pengumpulan data ... 83

G. Instrumen penelitian ... 84

H. Teknik analisis data ... 85

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 88

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...121

C. Keterbatasan Penelitian ... 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Komponen Keterampilan Proses Sains ... 20 Tabel 2. Keterampilan Proses Sains dan yang Dilatihkan ... 23 Tabel 3. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif

Anak Usia 5-6 tahun ... 44 Tabel 4. Kriteria Respon Siswa ... 87 Tabel 5. Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Anak Sebelum

Tindakan ... 90 Tabel 6. Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Anak Siklus I ... 103 Tabel 7. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Sebelum

Tindakan dan Sesudah Tindakan Siklus I ... 103 Tabel 8. Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Anak Siklus II ... 119 Tabel 9. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Sebelum Tindakan,

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 133

Lampiran 2. Lembar Observasi ... 138

Lampiran 3. Panduan Wawancara ... 151

Lampiran 4. Surat Validasi Instrumen Penelitian ... 158

Lampiran 5. Jadwal Penelitian ... 160

Lampiran 6. Rencana Kegiatan Harian ... 162

Lampiran 7. Hasil Observasi ... 175

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami kemajuan yang sangat pesat saat ini. Begitu pula dengan perkembangan pada dunia pendidikan, yang menuntut perubahan sistem pendidikan nasional supaya masyarakat khususnya anak mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Anak dituntut untuk mampu berpikir kritis dan logis dalam menyikapi setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, supaya dapat menentukan sikap dan mengambil posisi yang tepat di tengah-tengah masyarakat yang selalu mengalami perubahan.

Keterampilan berpikir kritis dan logis hendaknya menjadi suatu kompetensi yang harus dilatihkan pada anak. Kemampuan berpikir kritis dan logis merupakan sebuah proses berpikir yang diarahkan pada kemampuan untuk memutuskan apa yang dikerjakan atau diyakini, bukan pada sembarang kesimpulan, tetapi sebuah kesimpulan yang terbaik. Jadi, penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan proses berpikir panjang dan berdasarkan serangkaian kerja yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

(17)

2

dapat mengkonstruk pengetahuan mereka. Pada pembelajaran sains, anak dituntut untuk lebih aktif.

Sains tidak hanya terdiri dari kumpulan pengetahuan atau fakta yang harus dihafal. Lebih dari itu, sains terdiri dari kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala alam. Namun, fakta di lapangan membuktikan bahwa pembelajaran sains lebih terfokus pada penanaman konsep atau materi kepada anak dan tidak memperhatikan pengembangan proses dalam diri anak. Jika sains yang diajarkan pada saat ini hanya menekankan pada produk saja, maka pembelajaran sains tidak akan melahirkan anak didik yang memiliki sikap seperti sikap yang dimiliki oleh para ilmuan yang dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.

Hendaknya pembelajaran sains dapat mengembangkan seluruh aspek sains, yaitu berupa proses, produk dan sikap. Sains sebagai suatu proses terdiri dari keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh ilmuan untuk menghasilkan suatu produk sains. Keterampilan tersebut misalnya saja keterampilan melakukan pengamatan, melakukan pengukuran, melakukan penafsiran, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, dan mengkomunikasikan hasil temuan. Dengan kata lain, pembelajaran proses sains dapat melatih anak untuk memiliki sikap dan cara berpikir yang dimiliki oleh seorang ilmuwan, yaitu berpikir secara sistematis dan didasarkan atas beberapa fakta.

(18)

3

melakukan proses sains agar menghasilkan produk yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya perlu dilandasi dengan sikap yang ilmiah. Sikap ilmiah yang diharapkan adalah sikap obyektif, pantang menyerah, teliti, terbuka, dan kritis.

Pembelajaran sains tidak hanya diajarkan pada jenjang sekolah dasar dan menengah. Pembelajaran sains harus mulai dikenalkan sejak usia dini. Hal ini disebabkan karena pada usia ini anak dalam perkembangan yang sangat pesat baik kognisi, sosial, dan emosionalnya. Perkembangan intelektual atau kecerdasan anak pada usia 0-4 tahun mencapai 50%, pada usia 0-8 tahun sudah mencapai 80%, dan baru pada usia 0-18 tahun mencapai 100% (Osborn, White, dan Bloom dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah, 2012: 9). Oleh sebab itu, pada fase perkembangan otak yang sangat pesat inilah waktu yang tepat untuk memberikan beberapa stimulus guna mendukung tumbuh kembang anak.

(19)

4

penyelidikan, dan percobaan untuk menemukan suatu fakta yang ada di lingkungan sekitar.

Pengenalan sains bagi anak usia dini lebih menekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut. Proses sains melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaannya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.

(20)

5

dengan mencari sebab akibat. Proses sains dapat melatih mental positif, berpikir logis, dan sistematis. Di samping itu, proses sains dapat pula melatih anak bersikap cermat, karena anak harus mengamati, menyusun prediksi, dan mengambil keputusan. Kemampuan berpikir logis berawal dari keterampilan proses sains anak ketika melakukan kegiatan pengenalan sains sederhana. Kemampuan berpikir logis mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yang menuntut anak untuk berpikir secara ilmiah.

Sama halnya dengan pendapat di atas, Slamet Suyanto (2005: 83) menyatakan bahwa kegiatan pengenalan sains untuk anak TK lebih ditekankan pada proses daripada produk. Proses sains yang dikenal dengan metode ilmiah yang terdiri dari: observasi, menemukan masalah, melakukan percobaan, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Melalui proses sains, anak dikenalkan dengan cara kerja para ilmuwan, yaitu cara kerja yang sistematis untuk memperoleh fakta, konsep dan teori.

(21)

6

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di TK KKLKMD Sedyo Rukun, keterampilan proses sains yang dimiliki anak kelompok B masih rendah. Dari 19 anak yang ada dalam satu kelas, hanya 6 anak yang mampu menggolongkan atau mengelompokkan benda-benda yang dapat terapung dan dapat tenggelam di air. Selain itu hanya terdapat 1 anak yang mampu memprediksi suatu peristiwa: “jika pecahan genting saja tenggelam dalam air, apakah batu kerikil juga akan

tenggelam dalam air?” Keterampilan proses sains yang rendah ditandai pula

dengan rendahnya kemampuan anak mengamati dan mengidentifikasi suatu benda dan rendahnya kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain. Hal ini terbukti ketika anak diminta untuk mengamati kambing yang ada di sekitar kebun sekolah dan menceritakan apa saja ciri-ciri kambing yang telah dilihatnya tersebut, hanya 5 anak yang mampu mengidentifikasi ciri-ciri kambing tersebut dan menceritakannya.

(22)

7

Melihat kenyataan di atas, maka perlu diadakan suatu tindakan dalam rangka meningkatkan keterampilan proses sains anak dengan metode yang tepat. Salah satu metode yang dapat memfasilitasi setiap anak untuk terlibat langsung dalam pembelajaran adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk pemberian kesempatan kepada anak untuk melakukan suatu proses atau percobaan. Metode eksperimen dapat memberikan pengalaman kepada anak di mana anak memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya (Siti Wahyuni dan Muhammad Munif Syamsuddin, 2011: 17). Metode eksperimen merupakan metode yang dapat mendukung anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains, karena melalui metode ini anak dapat melakukan eksplorasi dan melibatkan diri dalam rangkaian kegiatan eksperimen. Melalui metode eksperimen anak dapat terjun langsung melakukan percobaan-percobaan dan dapat melatih anak untuk memperhatikan, mengamati dan memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar.

(23)

8

Eksperimen pada Anak Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun,

Bambanglipuro, Bantul.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Keterampilan anak mengklasifikasi benda masih rendah, terbukti hanya 6 anak dari 19 anak yang ada dalam satu kelas yang mampu menggolongkan atau mengelompokkan benda-benda yang dapat terapung dan dapat tenggelam di air.

2. Keterampilan anak memprediksi suatu peristiwa masih rendah, terbukti hanya 1 anak dari 19 anak yang ada dalam satu kelas yang mampu memprediksi suatu peristiwa terapung dan tenggelam dalam air.

3. Keterampilan anak dalam melakukan observasi dan mengkomunikasikan hasil observasi masih rendah, terbukti hanya 5 anak dari 19 anak yang ada dalam satu kelas yang mampu mengidentifikasi ciri-ciri kambing di kebun sekolah dan menceritakannya.

4. Pada pengenalan sains guru lebih menekankan produk akhir sains daripada proses kerja anak.

(24)

9

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yaitu dalam konteks peningkatan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang peneliti rumuskan adalah: “Bagaimana meningkatkan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen pada anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun, Bambanglipuro, Bantul?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen pada anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun, Bambanglipuro, Bantul.

F. Manfaat Penelitian

(25)

10 1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan pembelajaran sains di taman kanak-kanak.

b. Sebagai informasi bagi guru tentang cara dan penerapan pembelajaran sains untuk anak usia dini dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan proses sains anak.

c. Membuka wawasan guru bahwa metode eksperimen dapat diterapkan pada semua tema di taman kanak-kanak (tidak terbatas pada satu tema tertentu) 2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru

1) Sebagai masukan bagi guru untuk menerapkan metode eksperimen dalam rangka meningkatkan keterampilan proses sains.

2) Sebagai masukan bagi guru agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan proses sains, agar pembelajaran sains bagi anak usia dini tidak hanya terfokus pada produk akhir. b. Bagi Anak

1) Mengembangkan keterampilan proses sains anak

(26)

11

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian yaitu:

1. Keterampilan proses sains

(27)

12

setiap pembelajaran yang terdiri dari kegiatan mengenal benda terapung dan tenggelam, mengenal benda menyerap dan tidak menyerap air, mengenal benda terapung dan tenggelam, mencampur warna, mengenal magnet, mengenal rasa manis dan pahit.

2. Metode eksperimen

Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara langsung dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Metode eksperimen dalam penelitian ini memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan uji coba dalam rangka menjawab pertanyaan percobaan. Dalam penelitian ini kegiatan eksperimen yang dilakukan adalah eksperimen mengenal benda terapung dan tenggelam, mengenal benda menyerap dan tidak menyerap air, mengenal larut dan tidak larut, mencampur warna, mengenal magnet, mengenal rasa manis dan pahit. 3. Anak TK Kelompok B

(28)

13

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Keterampilan Proses Sains pada Anak Usia Dini

1. Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-6 Tahun

Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan untuk mengingat, berpikir, hingga kemampuan yang lebih kompleks yaitu kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan kognitif anak mempengaruhi semua kegiatan pembelajaran anak, karena anak mulai dapat mengamati, membedakan, meniru, membuat pengelompokan, memecahkan masalah, dan berpikir logis.

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada rentang usia 2-7 tahun berada pada tahap perkembangan praoperasional yang ditandai dengan belum matangnya cara kerja pikiran. Pemikiran mereka masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik (Santrock, 2002: 251). Pada tahap ini anak menyimpulkan benar atau salah berdasarkan apa yang mereka lihat dan alami.

Rita Eka Izzaty, dkk (2013: 88) mengidentifikasi enam karakteristik anak pada tahap praoperasional, yaitu:

1. Anak mulai menguasai fungsi simbolis

Anak mulai mampu bermain pura-pura (pretend play) dan penguasaan bahasa semakin sistematis.

2. Terjadi tingkah laku imitasi

(29)

14

melihat tingkah laku orang lain, tidak langsung menirukannya, melainkan ada rentangan waktu beberapa saat untuk kemudian menirukannya.

3. Cara berpikir anak egosentris

Cara berpikir egosentris merupakan suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif (sudut pandang) seseorang dengan perspektif orang lain.

4. Cara berpikir anak centralized

Cara berpikir centralized merupakan cara berpikir yang terpusat pada satu dimensi saja. Cara berpikir ini ditandai dengan belum menguasainya gejala atau konsep konversi zat cair.

5. Berpikir tidak dapat dibalik

Operasi logis anak pada tahap ini belum dapat dibalik. 6. Berpikir terarah statis

Dalam berpikir anak tidak pernah memperhatikan dinamika proses terjadinya sesuatu.

Pendapat yang hampir sama disampaikan oleh Syamsu Yusuf (dalam Masitoh, 2005: 9) yang mengemukakan bahwa perkembangan kognitif pada masa prasekolah adalah:

1. Mampu berpikir dengan menggunakan simbol

2. Berpikirnya masih dibatasi oleh persepsi. Mereka meyakini apa yang dilihatnya dan hanya terfokus pada satu dimensi terhadap satu obyek dalam waktu yang sama. Cara berpikir mereka memusat.

3. Berpikir masih kaku. Cara berpikirnya terfokus pada keadaan awal atau akhir suatu transformasi, bukan kepada transformasi itu sendiri. 4. Anak sudah mulai mengerti dasar-dasar pengelompokkan sesuatu atas

(30)

15

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak pada tahap praoperasional sedang mengembangkan kemampuan berpikir dalam bentuk simbolik, sudah mampu memikirkan sesuatu hal melalui logika satu arah, dan masih sulit untuk berpikir berdasarkan sudut pandang orang lain. Namun anak pada usia prasekolah sudah mampu mengklasifikasikan sesuatu berdasarkan pemahaman mereka yang masih sederhana. Oleh sebab itu, Woolfolk (Rita Eka Izzaty, dkk, 2013: 36) menyampaikan bahwa pembelajaran bagi anak pada tahap praoperasional hendaknya menggunakan media konkrit dan alat bantu visual, membuat instruksi pembelajaran yang relatif pendek, membantu mengembangkan sudut pandang yang berbeda, meminta anak untuk menjelaskan arti kata-kata yang dikemukakan, dan memberikan berbagai macam keterampilan dan mulai distimulasi memahami bacaan. Perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun dalam penelitian ini merujuk pada kemampuan anak yang mulai mengembangkan kemampuan berpikir simboliknya. Anak juga sudah mulai mengembangkan kemampuan berpikir logika satu arah dan sudah mampu melakukan klasifikasi sederhana berdasarkan pemahaman mereka.

2. Keterampilan Proses Sains Anak Usia Dini

a. Pengertian Keterampilan Proses Sains

(31)

16

anak untuk memahami alam atau dunia sekitar anak. Dengan mengetahui sejumlah ilmu pengetahuan, anak dapat menjelaskan mengapa air dapat menguap, es batu dapat mencair, dan menjelaskan mengapa tumbuhan dapat tumbuh. Melalui pemahaman ilmu pengetahuan anak juga dapat memprediksi suatu peristiwa yang akan terjadi. Oleh sebab itu, hendaknya guru dapat menstimulasi anak dengan berbagai aktivitas yang dapat melatih cara berpikir logis, kritis, dan sistematis yang belum dimiliki oleh anak usia dini.

Menurut Amien (Ali Nugraha, 2005: 3) sains adalah suatu bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, kimia, dan biologi. Sains mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk hidup maupun makhluk yang tidak hidup. Sains mempelajari tentang alam sekitar, termasuk peristiwa dan gejala alam.

Pendapat lain disampaikan oleh Neuman (Dwi Yulianti, 2010: 4), menurutnya sains adalah produk dan proses. Sebagai produk, sains adalah sebatang tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik alami. Sebagai proses, sains mencakup menelusuri, mengamati, dan melakukan percobaan. Sains dapat pula didefinisikan sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains.

(32)

17

memecahkan masalah yang akan melatih anak untuk berpikir logis, sistematis, dan kritis. Sains dalam penelitian ini merupakan pengetahuan dasar bagi anak yang berkaitan tentang makhluk hidup dan tidak hidup. Dalam penelitian ini, anak dikenalkan dengan proses sains sederhana yang berkaitan dengan cara kerja, cara berpikir, dan memecahkan masalah dalam rangka melatih kemampuan berpikir logis, kritis, dan sistematis.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa sains adalah suatu proses. Sains sebagai suatu proses terdiri dari serangkaian keterampilan yang harus dimiliki anak. Menurut Usman Samatowa (2006: 137) keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para ilmuwan dalam meneliti fenomena alam. Keterampilan proses sains yang dilakukan oleh para ilmuwan tersebut dapat dilatihkan pula kepada anak dalam bentuk yang lebih sederhana yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.

Pendapat lain disampaikan oleh Nuryani dan Andrian (Ali Nugraha, 2005: 125), keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan sosial. Dengan kata lain, keterampilan proses sains melibatkan seluruh aspek perkembangan anak.

Keterampilan proses sains bagi anak usia dini merupakan suatu proses

(33)

18

science for young children is a process of doing and thinking, a process that anyone can participate in and contribute to, not a list of facts and information discovered by other people. Keterampilan proses sains merupakan proses dimana setiap anak dapat berpartisipasi dan berkontribusi didalamnya, bukan membuktikan serangkaian fakta dan informasi yang telah ditemukan oleh para ahli sebelumnya. Jadi, keterampilan proses pada anak usia dini memungkinkan anak untuk menemukan fakta-fakta baru yang sebelumnya belum diketahui anak yang berkaitan dengan lingkungan sekitarnya, bukan proses untuk membuktikan suatu teori atau informasi dari para ahli sains.

Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains berkaitan dengan keterampilan intelektual, keterampilan fisik, dan keterampilan sosial untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan berbagai konsep, teori, dan hukum sains. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini merujuk pada keterampilan anak untuk berpartisipasi pada setiap aktivitas sains, bukan dalam rangka membuktikan hukum-hukum sains yang telah ditemukan oleh para ahli sains, tetapi lebih menekankan pada keterampilan untuk menemukan fakta-fakta baru yang berkaitan dengan lingkungan sekitar anak.

b. Komponen Keterampilan Proses Sains

(34)

19

yang telah dimodifikasi oleh konferensi para ahli sains, keterampilan tersebut antara lain:

1) keterampilan mengamati (observasi); 2) keterampilan mengajukan pertanyaan; 3) keterampilan berkomunikasi; 4) keterampilan menghitung; 5) keterampilan mengukur; 6) keterampilan melakukan eksperimen; 7) keterampilan melaksanakan teknik manipulasi; 8) keterampilan mengklasifikasikan; 9) keterampilan memformulasikan hipotesis; 10) keterampilan meramalkan; 11) keterampilan menarik kesimpulan; 12) keterampilan mengartikan data; 13) keterampilan menguasai dan memanipulasikan variabel (faktor ubah); 14) kesimpulan membentuk suatu model; dan 15) keterampilan menyusun suatu definisi yang operasional.

Abruscato (Patta Bundu, 2006: 23) menggolongkan keterampilan proses sains ke dalam dua golongan sebagai berikut:

1) Basic Skill (Keterampilan Dasar) a) Observing (mengamati)

b) Using space relationship (menggunakan hubungan ruang) c) Using number (menggunakan angka)

d) Classifying (mengelompokkan) e) Measuring (mengukur)

f) Communicating (mengkomunikasikan) g) Predicting (meramalkan)

h) Inferring (menyimpulkan)

2) Integrated Skill (Keterampilan Terintegrasi) a) Controlling variable (mengontrol variabel) b) Interpreting data (menafsirkan data)

c) Formulating hypothesis (menyusun hipotesis)

d) Defining operationally (menyusun definisi operasional) e) Experimenting (melakukan percobaan)

(35)

20

Secara lebih terperinci, Nuryani Rustaman (Ali Nugraha, 2005: 127) mengidentifikasi beberapa keterampilan proses sains dan beberapa sub keterampilan proses sains sebagai berikut:

Tabel 1. Komponen Keterampilan Proses Sains N

o

Keterampilan Proses Sains

Sub keterampilan Proses Sains

1 Mengamati (observasi)

1.1 mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda/ peristiwa

1.2 mengidentifikasi perbedaan dan persamaan berbagai benda/ peristiwa

1.3 membaca alat-alat ukur

1.4 mencocokan gambar dengan uraian tulisan/ benda

1.5 mengurutkan berbagai peristiwa yang terjadi secara simultan

1.6 memberikan (memberikan uraian) mengenai suatu benda atau peristiwa.

2 Mengklasifikasi (menggolongkan)

1.1 mengelompokkan benda/ peristiwa (kelompok ditentukan anak)

1.2 mengelompokkan benda/ peristiwa (kelompok diberikan kepada anak)

1.3 mengidentifikasi pola dari suatu seri pengamatan 1.4 mengemukakan/ mengetahui alasan pengelompokkan 1.5 mencari dasar atau kriteria pengelompokkan

1.6 memberikan nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya

1.7 menemukan alternatif pengelompokkan (kelompok ditentukan anak)

1.8 menemukan alternatif pengelompokkan (kelompok diberikan kepada anak)

1.9 mengurutkan kelompok berdasarkan keinklusifan 3 Meramalkan

(memprediksi)

3.1 membuat dugaan berdasarkan pola-pola atau hubungan informasi/ ukuran/ hasil observasi

3.2 mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola atau kecenderungan

4 Mengkomunikasikan 4.1 mengutarakan suatu gagasan

4.2 mencatat kegiatan-kegiatan atau pengamatan yang dilakukan

4.3 menujukkan hasil kegiatan 4.4 mendiskusikan hasil kegiatan

4.5 menggunakan berbagai sumber informasi

4.6 mendengarkan dan menanggapi gagasan-gagasan orang lain 4.7 melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan secara sistematis

dan jelas 5 Penggunaan alat dan

pengukuran

5.1 menentukan alat dan pengukuran yang diperlukan dalam suatu penyelidikan atau percobaan

5.2 menunjukkan hal-hal yang berubah atau harus diubah pada suatu pengamatan atau pengukuran

5.3 merencanakan bagaimana hasil pengukuran, perbandingan untuk memecahkan suatu masalah

5.4 menentukan urutan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam suatu percobaan

(36)

21

Beberapa keterampilan proses di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Mengamati/ observasi

Mengamati merupakan aktivitas yang melibatkan beberapa atau seluruh alat indera. Didalamnya terdapat kegiatan melihat, mencium, mendengar, mencicipi, dan meraba. Hal-hal yang diamati dapat berupa gambar atau benda-benda yang diberikan kepada anak pada waktu itu diuji kemudian anak diminta untuk menuliskan hasil pengamatannya itu.

2) Mengklasifikasi/ menggolongkan

Mengklasifikasi merupakan suatu sistematika yang digunakan untuk mengatur obyek-obyek ke dalam sederetan kelompok tertentu. Kegiatannya antara lain: mencari persamaan obyek-obyek dalam suatu susunan berdasarkan sifat-sifat dan fungsinya yang dilakukan dengan membandingkan (compare), mencari dasar pengklasifikasian obyek-obyek dengan mengkontraskan serta menggolongkan berdasarkan pada satu atau lebih ciri/ sifat/ fungsinya.

3) Meramalkan/ memprediksi

(37)

22 4) Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan meliputi kegiatan menempatkan data-data ke dalam beberapa bentuk yang dapat dimengerti oleh orang lain. Kegiatan ini melibatkan kemampuan mengutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, grafik, dan persamaan.

5) Penggunaan alat dan pengukuran

Menggunakan alat dan melakukan pengukuran amat penting dalam sains. Pengukuran sebaiknya dilakukan dengan cermat dan akurat. Keterampilan ini berkaitan erat dengan pengembangan sikap ilmiah yang hendak dicapai.

(38)

23

Tabel 2. Keterampilan Proses Sains dan yang Dilatihkan N e. Mengkontraskan 3 Menafsirkan/

a. Mengantisipasi (berdasarkan kecenderungan/ pola/ hubungan antara data/ hubungan antara informasi b. Menghitung atau menentukan obyek

c. Menentukan variabel d. Mengendalikan variabel

e. Merumuskan pernyataan penelitian f. Menyusun hipotesis

g. Membuat model

5 Menerapkan a. Menggunakan (informasi, konsep, hukum, teori, sikap, nilai, kaidah)

a. Menentukan masalah/ obyek yang akan diteliti b. Menentukan tujuan penelitian

c. Menentukan sumber data/ informasi d. Menentukan langkah-langkah kegiatan e. Menentukan alat, bahan, dan kepustakaan 7 Mengkomunikasikan a. Berdiskusi

b. Mendramakan

c. Mengungkapkan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gerak. Diagram, penampilan dan gambar d. Mendeklamasikan

(39)

24

David Jerner Martin (2009: 342) menguraikan beberapa indikator dalam keterampilan proses sains yaitu:

1) Observing

a) Identifies objects

b) Uses more than one sense c) Uses all appropriate senses d) Identifies the senses used

e) Uses observation equipment such as magnifying glasses correctly

f) Describes properties accurately

g) Provides qualitative observations either verbally or pictorially h) Provides quantitative observations

i) Describes changes in objects 2) Classifying

a) Identifies major properties by which objects can be sorted b) Identifies properties similar to all objects in a collection c) Sorts accurately into two groups

d) Sort accurately in multiple ways e) Forms subgroups

f) Establishes own sorting criteria

g) Provides sound rationale for classifications h) Develops complex classification systems 3) Communicating

a) Identifies objects and events accurately b) Describes objects and events accurately

c) Provides descriptions such that others can identify unknown objects

d) Formulates reasonable and logical arguments to justify explanations and conclusions b) Extends patterns

c) Performs simple predictions

d) Applies the process of prediction in appropriate situations e) Exhibits sound logic in verbalizing reasons for predictions f) Suggests tests to check for accuracy of predictions

(40)

25 Terjemahan dari uraian di atas adalah: 1) Mengamati

a) Mengidentifikasi obyek

b) Menggunakan lebih dari satu indera c) Menggunakan seluruh indera

d) Mengidentifikasi indera yang digunakan

e) Menggunakan alat untuk mengamati, misalnya: menggunakan kaca pembesar

f) Mendeskripsikan peralatan dengan tepat

g) Melakukan pengamatan secara kualitatif baik secara verbal maupun gambar

h) Melakukan pengamatan kuantitatif i) Mendeskripsikan perubahan pada obyek 2) Mengklasifikasi

a) Mengidentifikasi sifat utama dimana benda dapat dikelompokkan

b) Mengidentifikasi sifat-sifat yang sama c) Mengelompokkan ke dalam dua kelompok

d) Mengelompokkan dengan berbagai kategori dengan tepat e) Membentuk sub kategori

f) Menyusun kriteria pengelompokkan sendiri g) Memiliki alasan dalam pengelompokkan

(41)

26 3) Mengkomunikasikan

a) Mengidentifikasi obyek dan peristiwa dengan tepat b) Mendeskripsikan obyek dan peristiwa dengan tepat

c) Memberikan deskripsi yang dapat diidentifikasi oleh orang lain d) Menyusun argumen yang rasional mengenai penjelasan yang

disampaikannya

e) Menyampaikan informasi kepada orang lain secara verbal maupun tulisan

f) Verbalisasi pemikiran 4) Memprediksi

a) Membentuk pola b) Memperpanjang pola

c) Mengajukan dugaan sederhana

d) Menerapkan prediksi pada beberapa situasi

e) Menyampaikan alasan yang rasional saat memprediksi f) Melakukan tes dan mengecek keakuratan prediksi g) Memprediksi dengan interpolasi data

h) Memprediksi dengan ekstrapolasi data

(42)

27

yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Untuk indikator masing-masing keterampilan diuraikan di bawah ini:

1) Keterampilan proses mengamati terdiri atas keterampilan mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda; mengidentifikasi perbedaan berbagai benda; menggunakan lebih dari satu indera; menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda;

2) Keterampilan proses mengklasifikasi terdiri atas keterampilan mencari dasar atau kriteria pengelompokkan, mengelompokkan benda ke dalam dua kelompok berdasarkan persamaannya, mengemukakan alasan pengelompokan, memberikan nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya;

3) Keterampilan proses meramalkan atau memprediksi terdiri atas keterampilan mengidentifikasi suatu pola kejadian, membuat dugaan sederhana berdasarkan pola-pola hasil observasi, mengemukakan alasan dugaan yang dibuat, dan melakukan beberapa uji coba untuk menguji dugaan;

(43)

28

c. Karakteristik Anak yang Memiliki Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan salah satu tujuan pengenalan sains di taman kanak-kanak. Tujuan pengenalan sains yang berkaitan dengan keterampilan proses sains lebih diarahkan pada penguasaan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam menggali dan mengenal sains (Ali Nugraha, 2005: 30). Kemampuan akhirnya adalah anak menguasai cara-cara kerja yang ditempuhnya dalam menyingkap alam dan menyelesaikan masalah yang terkait dengannya. Jadi, anak yang memiliki keterampilan proses sains akan mampu menggali atau mengeksplorasi dan mengenal beberapa konsep yang berkaitan dengan sains yang ada di lingkungan mereka yang berkaitan dengan fenomena-fenomena alam. Pada saat menggali dan mengenal lingkungan tersebut, pastinya dibutuhkan beberapa proses yang berkaitan dengan langkah atau cara kerja.

(44)

29

mengamati, menggolongkan, mengukur, menguraikan, menjelaskan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang alam, merumuskan problem, merumuskan hipotesis, merancang penyelidikan termasuk eksperimen-eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini anak dianggap memiliki keterampilan proses sains apabila telah mampu melakukan cara-cara kerja atau serangkaian proses kerja yang berkaitan dengan kegiatan mengenal alam sekitarnya dan gejalanya. Proses tersebut terdiri dari kegiatan mengamati, mengklasifikasi, meramalkan, dan mengkomunikasikan.

3. Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di TK

a. Pengertian Pembelajaran Keterampilan Proses Sains

(45)

30

Pendapat serupa disampaikan oleh Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2003: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pendapat ini selaras dengan konsep pembelajaran yang tertulis dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal 1, pada poin 20 yang menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pembelajaran merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

(46)

31

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan proses sains adalah proses belajar mengajar yang didesain sebelumnya oleh guru guna meningkatkan kemampuan intelektual, keterampilan fisik, dan keterampilan sosial untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan berbagai konsep, teori, dan hukum sains. Pada penelitian ini, pembelajaran keterampilan proses sains didesain oleh guru guna meningkatkan keterampilan proses sains yang terdiri atas keterampilan mengamati (observasi), mengklasifikasi (mengelompokkan), meramalkan (memprediksikan), dan mengkomunikasikan.

b. Tahap-tahap Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di TK

(47)

32

Pembelajaran keterampilan proses sains tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran pengenalan sains di taman kanak-kanak. Menurut Slamet Suyanto (2005: 37) pengenalan sains bagi anak usia dini difokuskan untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut:

1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam;

2) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan;

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan mau melakukan kegiatan inkuiri dan penemuan; dan

4) Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur, maupun fungsinya.

Telah disebutkan di atas bahwa salah satu fokus pengenalan sains bagi anak usia dini adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains dasar yang terdiri dari keterampilan mengamati (observasi), mengklasifikasi (mengelompokkan), meramalkan (memprediksikan), penggunaan alat dan pengukuran (measurement), dan mengkomunikasikan.

Dalam jurnal yang berjudul “Integrate Science and Arts Process Skills in the Early Childhood Curriculum” Kathy Morrison (2012: 32-37)

(48)

33

Slamet Suyanto (2005: 93) menyampaikan bahwa ada beberapa topik sains yang sesuai dengan anak taman kanak-kanak antara lain sebagai berikut: 1) Mengenal gerak; 2) mengenal benda cair; 3) mengenal timbangan (neraca); 4) bermain gelembung sabun; 5) bermain dengan zat warna; 6) mengenal benda-benda lenting; 7) bermain dengan udara; 8) bermain bayang-bayang; 9) melakukan percobaan sederhana; 10) mengenal api dan pembakaran; 11) mengenal es; 12) bermain pasir; 13) bermain dengan bunyi; 14) bermain magnet; 15) mengenal binatang; 16) mengenal tubuh sendiri; 17) mengenal tumbuhan; 18) mengenal bumi; dan 19) mengenal mesin sederhana.

Beberapa kegiatan pembelajaran di atas dirangkum oleh Ali Nugraha (2005: 149) menjadi empat topik utama yaitu: 1) pembelajaran terkait dengan pengenalan bumi dan jagat raya; 2) pembelajaran yang terkait dengan pengenalan sains Biologi; 3) pembelajaran yang terkait dengan sains fisika-kimia; dan 4) pembelajaran yang terkait dengan pengenalan sains kelestarian alam sekitar. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan keterampilan proses sains yang terdiri dari keterampilan mengamati (observasi), mengklasifikasi (mengelompokkan), meramalkan (memprediksikan), dan mengkomunikasikan melalui kegiatan mengenal benda terapung dan tenggelam, mengenal benda menyerap dan tidak menyerap air, mengenal larut dan tidak larut, mencampur warna, mengenal magnet, mengenal rasa manis dan pahit.

(49)

34

sains tersebut perlu dipertimbangkan beberapa rambu-rambu dalam kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Slamet Suyanto (2005: 86-92) yang terdiri dari: 1) menggunakan benda-benda konkrit; 2) mengajak anak untuk melihat peristiwa secara langsung agar anak dapat mengetahui hubungan sebab akibat; 3) memberikan anak untuk melakukan eksplorasi; 4) lebih menekankan proses dari pada produk; 5) menyajikan kegiatan yang menarik.

Adapun langkah-langkah atau tahap-tahap pelaksanaan keterampilan proses dijelaskan oleh Trianto (2010: 144) sebagai berikut:

1) Mengamati, yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera.

2) Menggolongkan (mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai, atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau persamaan atau perbedaan antara benda, kenyataan atau konsep sebagai dasar penggolongan.

3) Menafsirkan (mengintepretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, penelitian, atau eksperimen.

4) Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi.

5) Menerapkan, yaitu menggunakan hasil belajar yang berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, dan keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan, atau dihayati.

6) Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil-tidaknya penelitian. Pada tahap ini ditentukan masalah atau obyek yang akan diteliti, tujuan dan ruang lingkup penelitian, sumber data atau informasi, cara analisis, alat dan bahan atau sumber kepustakaan yang dibutuhkan, termasuk pula didalamnya langkah-langkah kerja.

(50)

35

Dalam penelitian ini, tahap merencanakan penelitian dilakukan oleh guru. Tahap merencanakan penelitian berupa penentuan masalah yang ingin dipecahkan, alat dan bahan, serta langkah-langkah kerja telah dipersiapkan oleh guru.

c. Peran Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Proses Sains

Cara-cara dan proses pengenalan obyek sains yang benar oleh anak perlu diperkenalkan sejak dini oleh pendidik. Menurut Ali Nugraha (2005: 31) melekat dan meningkatnya kemampuan anak dalam melakukan proses sains merupakan indikator kunci bahwa sains yang diberikan pada anak terjadi secara bermakna. Oleh sebab itu guru harus mengetahui standar-standar keterampilan proses sains yang benar, serta memahami keterampilan-keterampilan proses sains yang mana yang tepat dan sesuai untuk dilatihkan dan dikuasai anak sebagai bekal bagi kehidupannya kelak. Minimal bekal untuk melanjutkan studi pada jenjang yang lebih tinggi.

Secara lebih rinci, Ali Nugraha (2005: 142-146) menyampaikan beberapa peran guru pada pengembangan program pembelajaran sains khususnya yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains, yaitu:

1) Guru sebagai perencana

(51)

36 2) Guru sebagai inisiator

Ketika menemui anak yang membutuhkan bantuan dalam menindaklanjuti atau memulai kegiatan, guru dapat masuk sebagai pembuka gagasan atau inisiator. Namun jangan sampai mengambil alih inisiatif anak, terutama ketika anak sedang melakukan kegiatan dengan penuh konsentrasi.

3) Guru sebagai fasilitator

Guru memiliki kewajiban untuk memberi kemudahan dan keleluasaan terhadap anak untuk melakukan kegiatan. Guru harus mampu menciptakan suasana yang kondusif, memenuhi alat dan bahan, serta menyediakan waktu yang cukup untuk anak beraktivitas.

4) Guru sebagai observer

Mengamati setiap aktivitas anak, dapat berupa pengamatan intensitas maupun kesulitan anak sehingga diketahui saat yang tepat dalam memberikan bantuan belajar.

5) Guru sebagai elaborator

Mengajukan beberapa pertanyaan yang merangsang anak, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

6) Guru sebagai motivator

(52)

37 7) Guru sebagai antisipator

Memprediksi faktor-faktor yang diduga akan berpengaruh pada anak, terutama yang akan mencelakakan anak. Jika alat dan bahan banyak yang mudah melukai anak, maka sebaiknya dilakukan penyampaian tata tertib dan tata cara pemakaian yang benar. Kejelian guru dalam mengamati berbagai kemungkinan akan meningkatkan kenyamanan dan keamanan dalam pembelajaran.

8) Guru sebagai model

Guru sebagai model dapat menunjukkan cara, sikap, dan ketekunan terkait dengan penggunaan alat dan bahan.

9) Guru sebagai evaluator

Melakukan pengamatan yang benar dan tepat, melakukan pencatatan secara akurat, serta berupaya membuat laporan yang sesuai dengan perkembangan anak yang sesungguhnya.

10)Guru sebagai teman bereksplorasi bersama anak

Anak-anak akan merasa senang bila gurunya juga aktif dalam kegiatan, bukan sebagai penonton saja. Anak jauh akan menerima kehadiran guru ketika guru berusaha memahami perilaku anak.

11)Guru sebagai promotor agar anak menjadi pembelajar sejati

(53)

38

Guru dalam melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran keterampilan proses sains sebaiknya menempatkan aktivitas nyata dengan berbagai obyek yang dipelajari. Sebaiknya guru memberikan berbagai kesempatan kepada anak untuk bersentuhan langsung dengan obyek yang akan atau sedang dipelajari. (R. Rohandi, dalam Ali Nugraha 2005: 142). Guru harus mampu menyediakan aktivitas belajar yang menyenangkan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara langsung dan leluasa untuk mengeksplorasi berbagai alat dan bahan ajar melalui metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi itu semua adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara langsung dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Kegiatan eksperimen pada pembelajaran ditandai dengan adanya aktivitas mengamati, mencoba, dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

B. Hakikat Anak TK Kelompok B

1. Pengertian Anak TK Kelompok B

(54)

39

Sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak tahun 2011 halaman 21 dijelaskan bahwa anak taman kanak-kanak kelompok B merupakan anak pada rentang usia 5-6 tahun. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak TK kelompok B merupakan anak pada jalur pendidikan formal pada rentang usia 5-6 tahun.

2. Karakteristik Anak TK Kelompok B

Anak TK merupakan anak yang sangat aktif dengan rasa ingin tahu dan antusiasme yang tinggi. Anak pada usia ini memiliki jiwa berpetualang yang sangat kuat. Mereka banyak memperhatikan orang lain dan banyak bertanya tentang segala sesuatu. Mereka paling tidak bisa duduk berdiam diri dalam waktu yang lama. Sepuluh menit merupakan waktu yang wajar bagi anak usia sekitar lima tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyata. Oleh sebab itu, mereka mudah bosan terhadap kegiatan yang monoton dan tidak menarik.

Menurut Solehuddin (Rusdinal, dkk, 2005: 17), karakteristik anak prasekolah diantaranya:

(a)bersifat unik; (b) mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan; (c) bersifat aktif dan energik; (d) bersifat egosentris; (e) memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap semua hal; (f) bersifat eksploratif dan berpetualang; (g) kaya dengan fantasi; (h) memiliki daya perhatian yang pendek; (i) usia belajar yang paling potensial.

Pendapat lain disampaikan oleh Jolanda Howe dalam artikelnya yang

berjudul “Characteristics of Preschool Children” yang diposting pada 31

(55)

http://network.crcna.org./sunday-school/characteristics-40

preschool-children diakses pada 15 Februari 2015), anak pada usia TK memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Think very concretely an literally, not abstractly or figuratively as youth and adults do; to a preschool child, things are as they appear to be (berpikir konkret atau nyata, bukan pada hal abstrak atau kiasan yang dipikirkan oleh orang dewasa; bagi anak TK konsep tentang benda adalah seperti apa yang nampak oleh mereka)

b. Are not capable of reasoning or organizing abstract faith concepts along logical lines (belum mampu menalar atau mengorganisasikan konsep-konsep yang abstrak) mencicipi, menyentuh, bergerak, mengeksplorasi, membau, melihat, dan banyak bertanya)

e. Are just beginning to develop some literacy skills; some can write their own name, recognize the letters of alphabet, and count to twenty (mereka mulai mengembangkan beberapa keterampilan berbahasa; beberapa mampu menuliskan namanya, menyusun kata dari beberapa huruf, dan berhitung hingga 20)

f. Love to use language to please adults; “right answers” do not necessarily indicate comprehension (suka menggunakan bahasa untuk

menyenangkan orang dewasa, “jawaban yang benar” tidak selalu

menunjukkan pemahaman orang dewasa)

g. Enjoy being told stories and read to; repetition an important way to learn (menikmati kegiatan bercerita dan membaca; pengulangan adalah cara yang paling tepat untuk belajar)

h. Are often easily distracted from staying “on task” (mereka mudah bosan dengan tugas mereka).

(56)

41

ini diperkuat oleh pendapat Jolanda Howe dalam artikelnya yang berjudul

“Characteristics of Preschool Children” yang diposting pada 31 Desember

2009 (http://network.crcna.org./sunday-school/characteristics-preschool-children diakses pada 15 Februari 2015) yang menguraikan beberapa tips untuk pendidik, yaitu:

a. Try for a reasonable balance between times of quiet listening and active, “hands on” participation;

b. Relate learning to the experience children already have or to new experiences you can share with them;

c. Give your little ones plenty of opportunity to move around;

d. Keep games, stories, and other activities short, with transitional periods that enable movement from one part of the room to the other; e. Provide a variety of learning experiences: stories, art music, words,

numbers, group interaction, etc.

f. Avoid using figures of speech, symbolism, analogies;

g. Remember that each child develops at his or her own pace; nurture each child’s strengths.

Terjemahan dari uraian di atas adalah:

a. Memberikan keseimbangan antara waktu tenang dan waktu aktif, sebaiknya memberikan kesempatan setiap anak untuk berpartisipasi;

b. Kaitkan pembelajaran dengan pengalaman yang dimiliki anak atau berikan pengalaman baru kepada mereka;

c. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk bergerak;

d. Memberikan permainan, cerita, dan aktivitas singkat lainnya dengan waktu transisi yang memungkinkan anak dapat bergerak dari satu sudut ruangan ke sudut yang lain;

e. Menyiapkan pengalaman belajar yang bervariasi: cerita/ dongeng, seni musik, kebahasaan, membilang, interaksi dalam kelompok, dll.

(57)

42

g. Menyadari bahwa setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda; memelihara kekuatan masing-masing anak.

Berdasarkan tips di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru harus menyiapkan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak TK. Pembelajaran yang kaya akan pengalaman-pengalaman baru sebaiknya benar-benar memfasilitasi anak untuk terlibat langsung. Guru harus memberikan kesempatan seluas-luasnya agar anak membangun pengetahuannya sendiri tanpa intervensi orang dewasa. Media yang disiapkan merupakan media yang nyata yang memungkinkan anak untuk mengeksplorasinya.

3. Kemampuan Sains Anak TK Kelompok B

Kemampuan sains yang seharusnya dimiliki oleh anak usia 5-6 tahun menurut David Jerner Martin, dkk (2005: 13) adalah: (a) begins to understand concepts of “dark” and light; (b) begins to explore clocks and daily routines and

schedule; (c) begins to understand concept such as “less” and “more”; (d) increases skills of conservation; (e) asks questions such as “why”, “what”, “where”, “when”, “how”; (f) increases reading and writing skills. (mulai

memahami konsep gelap dan terang; mulai mengeksplorasi satuan waktu dan jadwal aktivitas sehari-hari; mulai memahami konsep “lebih sedikit” dan “lebih

banyak”; meningkatkan keterampilan konservasi zat; bertanya menggunakan kata

(58)

43

Perkembangan kognitif anak pada usia TK (5-6 tahun) sedang dalam peralihan dari tahap praoperasional ke tahap operasional konkret (Slamet Suyanto, 2005: 4). Cara berpikir konkret berpijak pada pengalaman atau konsep-konsep yang konkret. Pada tahap ini, anak belajar terbaik melalui kehadiran benda-benda. Obyek permanen (permanent object) sudah mulai berkembang. Anak juga dapat belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-cirinya meskipun sudah tidak berada didepannya.

Pendapat serupa disampaikan oleh Rusdinal, dkk. (2005: 16-17), menurutnya anak pada usia 5-7 tahun memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kebanyakan anak pada usia ini berada pada tahap berpikir praoperasional dan cocok belajar melalui pengalaman konkret dengan orientasi tujuan sesaat;

b. Mereka gandrung menyebut nama-nama benda, mendifinisikan kata-kata, dan mempelajari benda-benda yang berada di lingkungan dunianya sebagai anak-anak;

c. Mereka belajar melalui bahasa lisan dan pada tahap ini bahasanya tengah berkembang dengan pesat; dan

d. Pada tahap ini anak-anak sebagai pembelajar memerlukan struktur kegiatan yang jelas dan instruksi spesifik.

Secara lebih khusus, Bradecamp dan Copple (M Ramli, 2005: 196) mengidentifikasi beberapa kemampuan kognisi anak, yaitu:

a. Suka mempraktikkan kemampuan intelektual;

b. Memahami beberapa kata-kata ukuran dan kuantitas, seperti: separuh-semua, besar-kecil, lebih banyak-lebih sedikit, dan tertinggi-terpendek;

c. Mulai melihat hubungan antara kapasitas wadah yang berbeda-beda bentuk;

d. Dapat menyalin huruf-huruf besar nama tertentu;

e. Dapat memisahkan benda berdasarkan ukuran, warna, bentuk, dan lain-lainnya.

(59)

44

berjudul “Early Childhood Teacher’s Views About Science Teaching Practices”

mereka menyampaikan bahwa “children naturally enjoy observing and thinking

about nature” (anak sangat menyukai kegiatan pengamatan atau observasi dan pemikiran tentang alam). Selanjutnya, mereka menambahkan bahwa anak usia TK

“... liked engaging with their environment and tried to give meaning to them

(melibatkan diri dalam lingkungannya dan mencoba untuk memberi makna terhadap segala yang mereka temui).

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 diuraikan beberapa tingkat pencapaian perkembangan kognitif bagi anak usia 5-6 tahun yang disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 tahun

No. Lingkup

Perkembangan

Usia 5-6 tahun

1 Pengetahuan umum

dan sains

a. Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi.

b. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang terjadi ketika air ditumpahkan).

c. Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. d. Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin

bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah.)

e. Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan (seperti: ”ayo kita bermain pura-pura seperti burung”). f. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan

sehari-hari. 2 Konsep bentuk,

warna, ukuran dan pola

a. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: “lebih dari”; “kurang dari”; dan “paling/ter”.

b. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi)

c. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi. d. Mengenal pola ABCD-ABCD.

e. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya.

3 Konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf

a. Menyebutkan lambang bilangan 1-10.

b. Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan. c. Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan

(60)

45

Berdasarkan beberapa uraian tentang kemampuan sains anak usia TK khususnya kelompok B di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak TK kelompok B berada pada tahap perkembangan praoperasional menuju ke tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak akan membangun pengetahuannya melalui benda-benda nyata yang dapat mereka eksplorasi. Oleh sebab itu, untuk melatih kemampuan berpikir mereka dan agar siap memasuki jenjang pendidikan selanjutnya diperlukan metode pembelajaran yang tepat tentunya didukung dengan fasilitas dan media pembelajaran yang tepat pula.

C. Kajian Metode Eksperimen

1. Pengertian Metode Eksperimen

Tujuan pembelajaran akan tercapai manakala guru menggunakan metode yang tepat. Terdapat beberapa jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik. Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan keahlian pendidik dan kebutuhan masing-masing peserta didik. Metode pembelajaran yang tepat akan menciptakan aktivitas pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan baik bagi pendidik maupun peserta didik.

(61)

46

sebuah anak tangga yang membawa anak kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan anak sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Hamzah Uno, 2008: 18).

Selanjutnya Slavin (Hamzah Uno, 2008: 16) menambahkan bahwa sesuai dengan teori belajar konstruktivistik anak harus mencari sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Agar anak benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan ide-ide.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode belajar yang tepat adalah metode belajar yang mampu memfasilitasi anak untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui pemaknaan pengalaman-pengalaman nyata yang dialaminya. Metode yang tepat adalah metode yang mampu memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan pemecahan masalah melalui serangkaian proses kerja agar anak dapat menemukan segala sesuatunya sendiri. Terdapat banyak pilihan metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi anak memperoleh pengalaman langsung, misalnya metode proyek, metode karya wisata, metode praktek langsung, dan metode eksperimen.

(62)

47

Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Guru dapat memilih metode yang dipandang tepat dalam kegiatan pembelajarannya.

Terdapat beberapa pilihan metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik. Metode pembelajaran tersebut diantaranya adalah metode ceramah, latihan, tanya jawab, karyawisata, demonstrasi, sosiodrama, bermain peran, diskusi, pemberian tugas, eksperimen, dan metode proyek. Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses atau percobaan (Sugihartono, dkk, 2013: 84). Melalui metode eksperimen anak diharapkan dapat sepenuhnya terlibat dalam kegiatan mengamati, mengklasifikasi, menggunakan alat dan bahan, menyusun hipotesis sederhana, dan mengkomunikasikan.

Pendapat lain disampaikan oleh Siti Wahyuningsih dan Muhammad Munif Syamsuddin (2011: 17) menurut mereka metode eksperimen adalah cara memberikan pengalaman kepada anak di mana anak memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya. Misalnya, balon ditiup, warna dicampur, air dipanaskan, tanaman disirami atau tidak disirami, membuat hujan, membuat kabut, membuat gunung meletus, dan lain-lain.

(63)

48

konsep baru yang sebelumnya belum dimiliki anak melalui pemaknaan pengalaman yang didapatnya melalui serangkaian kegiatan eksperimen. Dalam penelitian ini metode eksperimen dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memfasilitasi anak agar terlibat langsung dalam pembelajaran, memecahkan masalah, memperoleh pengalaman nyata dan membuktikan suatu peristiwa.

2. Macam-macam Metode Eksperimen

Metode eksperimen terdiri dari beberapa macam atau jenis. Berikut ini adalah bentuk-bentuk metode eksperimen menurut Winda Gunarti (2010: 11.10): a. Berdasarkan struktur kegiatan

1) Formal

Eksperimen formal adalah suatu bentuk percobaan atau eksperimen yang sudah direncanakan terlebih dahulu oleh pendidik. Tujuan aktivitas ini adalah mengembangkan kemampuan anak dalam mengamati suatu kejadian. Pada awalnya, anak belajar cara menjadi pengamat yang baik. Kemudian, mengaplikasikan kemampuan itu untuk mengamati benda-benda yang ada disekitarnya, mencari persamaan-perbedaan dan mengamati berbagai perubahan. Selain itu anak juga dapat belajar berkomunikasi untuk menjelaskan hasil pengamatannya.

2) Informal

(64)

49

potensi kreatif dan kemampuan berkomitmen untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan akan muncul. Pada kegiatan ini peralatan dan bahan harus disediakan dalam jumlah banyak dan beragam sehingga dapat mendorong anak untuk mencari tahu sendiri jawaban atas pertanyaan mereka. Eksperimen informal tidak direncanakan dengan ketat oleh pendidik dan dilakukan oleh anak secara individual.

3) Insidental

Eksperimen insidental adalah suatu kejadian yang dijumpai anak secara tidak terencana dan menghasilkan sesuatu yang tidak terduga. Misalnya, kejadian angin ribut yang menumbangkan pohon-pohon disertai banjir anak dapat mencari tahu berbagai informasi tentang akar pohon. Mereka juga ingin mencari tahu berbagai penyebab dan akibat banjir. Pendidik dapat membiarkan anak mengeksplorasi dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaannya. Eksperimen ini adalah kejadian menarik yang ditemukan dalam keseharian anak, yang ia temukan dan diselidiki sendiri tanpa perencanaan, pengarahan atau keterlibatan pendidik (di luar sekolah). Anak mungkin saja melakukannya dalam kegiatan bermain bebas bersama teman-temannya, atau bersama orang tua di rumah.

b. Berdasarkan kombinasi dengan metode belajar lain 1) Eksperimen tunggal

(65)

50

kegiatan ini, melibatkan anak untuk melakukan serangkaian kegiatan dengan pengamatan guru.

2) Eksperimen terintegrasi dalam metode pemecahan masalah

Pada bentuk ini, eksperimen merupakan salah satu bagian dari pemecahan masalah. Metode ini menciptakan situasi di mana anak dihadapkan pada suatu permasalahan, kemudian anak memprediksi solusinya (hipotesis) dan menguji dugaannnya tersebut melalui percobaan dan merumuskan hasil berupa solusi yang diperlukan anak.

Melalui strategi pemecahan masalah anak-anak merencanakan, meramalkan, mengamati hasil-hasil tindakannya dan merumuskan kesimpulan dari hasil-hasil tindakannya. Harlan dan Hendrick (Winda Gunarti, dkk, 2010: 11.13) menyampaikan bahwa dalam metode ini, peranan pendidik adalah sebagai fasilitator yaitu menfasilitasi sebagai sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

(66)

51

3) Eksperimen terintegrasi dalam metode demonstrasi

Bentuk ini merangkaikan metode demonstrasi dan eksperimen. Hampir semua kegiatan eksperimen pasti didahului dengan demonstrasi oleh pendidik, kemudian anak disuruh untuk menirukan atau mengembangkannya di bawah pengawasan pendidik. Sebenarnya metode eksperimen ini berkaitan erat dengan metode demonstrasi, di mana seorang pendidik lebih dahulu menunjukkan sesuatu proses atau cara kerja (demonstrasi), setelah itu anak-anak mencoba mempraktikannya (bereksperimen).

4) Eksperimen terintegrasi dalam metode estimasi

Bentuk ini mencoba memperkirakan jawaban atas suatu pertanyaan dengan cara mengujinya (melakukan percobaan). Berbeda dengan pemecahan masalah, metode ini tidak diawali dengan sesuatu yang dirasakan sebagai suatu permasalahan. Tetapi hanya ingin membuktikan sesuatu dengan memperkirakan jawabannya.

Gambar

Tabel 1.   Komponen Keterampilan Proses Sains .......................................
Tabel 1. Komponen Keterampilan Proses Sains
Tabel 2. Keterampilan Proses Sains dan yang Dilatihkan
Tabel 3. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI KEGIATAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK A TK/ RA

Tahun 2009 yang mengatur tentang standar PAUD di dalamnya memuat Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir sampai

Cara meningkatkan keterampilan proses sains dengan metode guided discovery pada anak kelompok B TK Salafiyah Pleret Bantul yaitu guru memberikan kesempatan lebih banyak untuk

Guru memberikan kesempatan anak untuk menceritakan hasil media grafis ( bulletin board ) yang telah dibuat

pembelajaran inquiry perlu dilakukan guna memfasilitasi rasa ingin tahu anak Maka dari itu, keterampilan proses sains dasar yang dicapai anak menunjukkan bahwa

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan (1) aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada asfek kognitif pada kegiatan mengenal saina melalui metode

Beberapa manfaat yang bisa diperoleh seorang anak melalui bermain air antara lain dikemuakan oleh Zaviera (2008: 23-24) yaitu (a) Aspek fisik, dengan mendapat

Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Aspek-Aspek Motorik Halus Indikator Ketepatan Dapat mengisi dan menempelkan bahan kolase dengan tepat