• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD DI KELAS VIII SMP SWASTA PAB 3 SAENTIS T.A. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD DI KELAS VIII SMP SWASTA PAB 3 SAENTIS T.A. 2013/2014."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD DI KELAS VIII SMP SWASTA

PAB 3 SAENTIS T.A. 2013/ 2014

Oleh :

Suriani NIM. 409411050

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ” Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan Tipe STAD Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis T.A. 2013/2014” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.Sahat Saragih, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd., Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd., dan Ibu Dra. N. Manurung, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku sekretaris jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.

(4)

Lembah Lestari, dan Anita. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Adi Wiharto, SE.MM, selaku Kepala SMP Swasta PAB 3 Saentis, Bapak Gatot Subroto, S.Pd selaku wakil kepala sekolah dan Ibu Sri Rahayu selaku guru bidang studi matematika di SMP Swasta PAB 3 Saentis, serta para staf pegawai di SMP Swata PAB 3 Saentis yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat terbaik penulis (Imam Prayogo, Mujianto, Fitria Kalsum, Vira Wirdani), kawan-kawan seperjuangan (Selly, Bibi, Siti Khadijah, Nurhasenah, Nafitry, Laila, Aisyah, Oky, Neny, Ridu, Amri, Risky, Winda) beserta teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas DIK B’09 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, 2013 Penulis,

Suriani

(5)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 8

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 9

1.7. Definisi Operasional 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 12

2.1.1. Masalah Dalam Matematika. 12 2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 13

2.1.3. Pengertian Belajar 16

2.1.4. Belajar Matematika 18 2.1.5. Model Pembelajaran 20

2.1.5.1. Pembelajaran Kooperatif 21

2.1.5.2 Model Pembelajaran Think Pair Share 23

2.1.5.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 25

2.1.5.4 Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model TPS 26

2.1.5.5 Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) 28 2.1.5.6 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) 29

2.1.6 Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 30

2.1.6.1 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 30

2.1.6.1.1 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 30

2.1.7 Penelitian yang Relevan 38

2.1.8 Kerangka Konseptual 39

(6)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 43

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 43

3.2.1. Populasi 43

3.2.2. Sampel 43

3.3. Variabel Penelitian 43

3.4. Jenis Penelitian 44

3.5. Desain Penelitian 44

3.6. Prosedur Penelitian 45

3.7. Instrumen Pengumpulan Data 47

3.7.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 47

3.8. Teknik Analisis Data 50

3.8.1. Kemampuan Pemecahan Masalah 50 3.8.1.1. Menghitung Rata-rata Skor 50 3.8.1.2. Menghitung Standard Deviasi 50 3.8.1.3 Uji Normalitas 50

3.8.1.4. Uji Homogenitas 51

3.8.1.5. Uji Hipotesis 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 54 4.1.1. Deskripsi Nilai Postest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 54 4.1.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah 55 4.2. Analisis Data Hasil Penelitian 56

4.2.1. Uji Normalitas Data 56

4.2.2. Uji Homogenitas Data 57

4.2.3. Pengujian Hipotesis 58

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 61

5.2. Saran 61

(7)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 22 Tabel 2.2. Langkah-langkah Penyelenggaraan Model Diskusi

Think-Pair-Share 27

Tabel 2.3. Fase-fasePembelajaranKooperatif Tipe STAD 28

Tabel 3.1. Desain Penelitian Randomized Control Group Only 45

Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 48

Tabel 3.3 Penentuan Ketuntasan Pemecahan Masalah Secara Individu 49

Tabel 4.1 Data hasil tes siswa kelas eksperimen I dan eksperimen II 54

Tabel 4.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari Kategori Pemecahan Masalah pada Kelas Eksperimen I 55

Tabel 4.3. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari Kategori Pemecahan Masalah pada Kelas Eksperimen II 56

Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Model Pembelajaran Tipe TPS dan STAD 56

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Lembar Jawaban Salah Satu Siswa 4 Gambar 2.1 Kedua persamaan 31 Gambar 2.2 Garis sejajar 33

Gambar 2.3 Garis Berhimpit 34

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TPS I 64

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD I 75

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TPS II 84

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD II 91 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa- I (LAS I) 96

Lampiran 6. Alternatif Jawaban LAS- I 100 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa- II (LASI I) 105 Lampiran 8. Alternatif Jawaban LAS- II 109 Lampiran 9. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 113 Lampiran 10. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 114 Lampiran 11. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 115 Lampiran 12. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 116 Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 117

Lampiran 14. Soal Post-Test 119

Lampiran 15. Alternatif Jawaban Soal Post-test 121 Lampiran 16. Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I 128 Lampiran 17 Penentuan Persentase Kemampuan Siswa Memecahkan

Masalah Untuk Setiap Kategori I, II, III, dan IV

Pada post-test Kelas Eksperimen II 130 Lampiran 18. Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen II 133 Lampiran 19 Penentuan Persentase Kemampuan Siswa Memecahkan

Masalah Untuk Setiap Kategori I, II, III, dan IV

Pada post-test Kelas Eksperimen II 135 Lampiran 20. Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan

Baku Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa 138

Lampiran 21. Perhitungan Uji Normalitas data tes kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa 140 Lampiran 22. Perhitungan Uji Homogenitas Data Tes Kemampuan

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Agar nantinya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air. Karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kreatifitas pendidikan bangsa itu sendiri dan kompleksnya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi. Selain itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau penyempurnaan secara terus menerus.

Pemerintah selalu melakukan penyempurnaan kurikulum untuk meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan sumber (http://www.prayudi. wordpress.com) menyatakan:

Diantara hasil terbaru penyempurnaan tersebut adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kelebihan dari kurikulum tersebut adalah dinyatakan pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communicaation), dan menghargai kegunaan matematika sebagai tujuan pembelajaran matematika SD, SMP, SMA, dan SMK disamping tujuan yang berkaitan dengan pemahaman konsep yang sudah dikenal guru.

(11)

2

ditekankan dalam kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.

Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi perhatian utama dari berbagai kalangan. Hal ini didasari bahwa betapa pentingnya peranan matematika dalam pengembangan berbagai ilmu berbagai ilmu dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Cockroft ( dalam Abdurahman, 2003:253 ) menjelaskan:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakansarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (3) dapat digunakan untuk menyajikan infcormasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Akan tetapi mutu pendidikan diindonesia masih rendah, terutama dalam pembelajaran matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Ganis (2010) http://ganis.student.umm.ac.id/2010/01/26/mahalnya-biaya-sekolah-di-masa-sekarang/, bahwa:

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Indonesia memiliki daya saing yang rendah dan menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Hal ini sejalan dengan pendapat La Arul (2009) http://laarul.blogspot.com /2009/12/ matematika-dan-peradaban-dunia.html, yang menyatakan bahwa:

(12)

Dari kenyataan tersebut secara jelas menunjukkan bahwa pendidikan matematika masih memprihatinkan. Rendahnya hasil matematika ini disebabkan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, sehingga menimbulkan rasa takut dalam belajar matematika.

Kebanyakan guru mengajar dengan model yang kurang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran matematika di sekolah, selama ini masih didominasi oleh model pembelajaran yang terlalu biasa dan terlalu sering sehingga menimbulkan kejenuhan dalam proses belajar. Model pembelajaran yang biasa digunakan guru tidak mampu menolong siswa keluar dari masalah karena siswa hanya dapat memecahkan masalah apabila informasi yang dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu memikirkan kemungkinan jawaban atau bermacam-macam gagasan dalam memecahkan masalah tersebut.

Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang merupakan faktor penting dalam matematika. Slameto (2010:94) mengemukakan bahwa :

Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehinggga siswa tidak selalu menngantungkan diri kepada orang lain.

Selain itu, Slameto (2010:36) juga menyatakan bahwa:

Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru.

(13)

4

SMP tahun ajaran 2012-2013, peneliti menemukan beberapa fakta dari jawaban siswa. Sebelumnya peneliti memberikan soal kepada siswa, antara lain:

Selisih umur seorang ayah dan anak perempuannya adalah 26 tahun,

sedangkan lima tahun yang lalu jumlah umur keduanya 34 tahun.

Hitunglah umur ayah dan anak perempuannya dua tahun yang akan

datang?

a) Apakah yang diketahui dan yang ditanya dari soal di atas?

b) Bagaimanakah cara menentukan umur ayah dan umur anak

perempuannya?

c) Hitunglah umur ayah dan umur anak perempuannya!

d) Apakah benar umur ayah 2 tahun yang akan datang adalah 35 tahun?

Berikut merupakan hasil jawaban siswa :

(14)

Pada gambar 1.1 diatas, siswa tidak mampu menyelesaikan soal sistem persamaan linier dua variabel. Terlihat jelas bahwa siswa tersebut tidak memahami masalah sama sekali, tidak ada strategi pemecahan masalah sama sekali, dan jawaban siswa tersebut salah yang dikarenakan perencanaan yang tidak tepat.

Dari hasil survei tes kemampuan yang dilakukan peneliti di SMP Swasta PAB 3 Saentis, terdapat kendala pada tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa yang ditemukan peneliti di kelas VIII yaitu dari 44 siswa yang mengikuti tes terdapat 27,27% yang dapat memahami soal, ada 20,46% yang dapat merencanakan strategi penyelesaian masalah, ada 0% yang dapat melaksanakan penyelesaian masalah dengan perencanaan yang telah dibuat. Sedangkan secara penguasaan siswa yang telah memiliki kemampuan pemecahan masalah pada tingkat kemampuan tinggi terdapat 0 orang (0%) siswa, 7 orang (15,9%) siswa yang memiliki kemampuan rendah, dan 34 orang (84,09%) siswa yang memiliki kemampuan sangat rendah.

Dari data ini terlihat jelas bahwa dari aspek merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah dan memeriksa prosedur tingkat penguasaan siswa masih rendah. Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa masih kurang terampil dalam memecahkan masalah matematika, sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah matematika.

Masalah lain yang ditemui peneliti pada waktu wawancara dengan salah seorang guru matematika di SMP Swasta PAB 3 Saentis ternyata model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat teacher oriented. Sebagian besar kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru lebih banyak menjelaskan dan memberikan informasi tentang konsep-konsep dari materi yang diajarkan sementara siswa hanya mendengarkan dan membahas soal-soal dari guru.

(15)

6

harus mempunyai metode-metode yang paling sesuai untuk bidang studi. Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru yang senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya. Peranan metode mengajar yang tepat diperlukan demi berhasilnya proses pendidikan dan usaha pembelajaran di sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh slameto (2010: 65) bahwa:

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnnya siswa malas untuk belajar.

Kenyataan di lapangan sering menunjukkan bahwa pembelajaran matematika sudah bervariasi tapi model pembelajaran yang tepat digunakan untuk memecahkan masalah matematika masih kurang. Ini menyebabkan siswa kurang mandiri, kurang berani mengemukakan pendapatnya, selalu meminta bimbingan guru dan kurang gigih mencoba menyelesaikan masalah, sehingga pengetahuan yang dipahami hanya sebatas apa yang diberikan guru. Kenyataan pembelajaran matematika seperti ini membuat siswa tidak tertarik belajar matematika yang akhirnya mengakibatkan penguasaan matematika menjadi relatif rendah. beranjak dari hal tersebut, pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnya diubah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Guru matematika memiliki tugas berusaha memampukan siswa memecahakan masalah sebab salah satu fokus pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah, sehingga kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap siswa adalah standar minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang terfleksi pada pembelajaran matematika dengan kebiasaan berpikir dan bertindak memecahkan masalah.

(16)

pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajarannya. Seperti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan yang ilmiah guna mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas suatu masalah.

Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dan yang dapat mendorong siswa belajar melakukan pemecahan masalah matematika adalah model pembelajaran kooperatif. Dengan model pembelajaran kooperatif, maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian penyelesaian masalah dari soal-soal pemecahan masalah di dalam kehidupan sehari-hari pada pokok bahasan kubus dan balok. Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika.

Johnson & Johnson (1994) dalam Trianto (2009 : 57) menyatakan bahwa:

Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.

Pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe pembelajaran diantaranya yaitu tipe Think Paire Share (TPS) dan tipe Student Team Achievement Division (STAD).

(17)

8

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”.

Sesuai yang dinyatakan oleh Istarani (2011:68) bahwa:

Model pembelajaran tipe Think Paire Share (TPS) ini baik digunakan dalam rangka melatih berpikir siswa secara baik. Untuk itu model pembelajaran Think Paire Share (TPS) ini menekankan pada peningkatan daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya imajinasi siswa dan daya anlisis terhadap suatu permasalahan.

Model tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok-kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penellitian dengan judul : “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) Dan tipe Student Team Achievement Division (STAD) di Kelas

VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis T.A 2013/2014”

1.2Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika.

2. Metode pengajaran yang digunakan guru PAB 3 Saentis kurang tepat. 3. Penguasaan guru terhadap berbagai model pembelajaran belum optimal

dan belum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) atau tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam

(18)

1.3Batasan masalah

Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibanding dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis, agar penelitian ini terarah dan dapat dilaksanakan maka peneliti membatasi masalah pada penelitian ini yaitu perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan tipe Student Team Achievement Division (STAD) di Kelas VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) pada pokok bahasan Persamaan

Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis?”

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama:

(19)

10

2. Bagi guru sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien dalam melibatkan siswa didalamnya sehingga nantinya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

3. Bagi siswa, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam matematika pada subpokok bahasan persamaan linier dua variabel .

4. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif dalam mengambil keputusan yang tepat pada peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa khususnya mata pelajaran matematika.

5. Sebagai bahan informasi awal bagi peneliti lain yang berminat meneliti hal yang sama atau melanjutkan penelitian ini dengan cakupan yang lebih luas, baik tentang masalah yang diteliti maupun tentang subjek penelitian. 6. Sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan guna kemajuan

pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika pada khususnya.

1.7 Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan definisi operasional:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika yang tidak rutin ditinjau dari aspek: a. Memahami masalah

b. Membuat rencana penyelesaian c. Melakukan penyelesaian masalah d. Memeriksa kembali.

(20)

Langkah-langkah pembelajaran tipe Think Pair Share sebagai berikut: i. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

ii. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk bepasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasikan. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

iii. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

3. Model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) adalah merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.

Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD terdiri atas enam langkah atau fase yaitu:

a. Menyampaika tujuan pembelajaran b. Menyajikan atau menyampaian materi

c. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

e. Mengevaluasi

(21)

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada materi

sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis T.A. 2013/2014.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya mengaktifkan siswa untuk memperoleh pemahaman materi yang lebih kuat dan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika lebih baik.

2. Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai model pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pelajaran.

3. Bagi guru-guru atau calon guru yang akan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS agar memperhatikan dan mengatur alokasi waktu yang ada secara cermat agar langkah-langkah pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Rineka Cipta.

Adinawan, C.,(2010),Mathematics for junior High School Grade VIII 2nd Semester, Jakarta : Erlangga.

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Arul, La.,( 2009), Matematika dan Peradaban Dunia, http://laarul.blogspot.com. Diakses tanggal 20 Januari 2013.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam_Universitas Negeri Medan., (2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA Unimed, FMIPA Unimed, Medan.

Ganis,(2010), Masalah Pendidikan di Indonesia, http://ganis.student.umm.ac.id/. Diakses tanggal 20 Januari 2013.

Hamalik, O.,(2001),Proses Belajar Mengajar, Bandung : Bumi Aksara.

Hudoyo, H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta.

Istarani,(2011),50 Model Pembelajaran Inovatif, Medan : Media Persada.

Lie, A.,(2008), Cooperative Learning, Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Nazir, Moh., (1988), Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bandung.

Nuharini, D., Wahyuni, T., (2008), Matematika Konsep Dan Aplikasinya, Surakarta:Depdikbud

Nurkanca, W., (1986),Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.

Prayudi, (2013), http://www.prayudi. wordpress.com. (diakses 11 April 2013)

(23)

63

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rhineka Cipta: Jakarta.

Sriudin, (2011), http://www.sriudin.com/2011/07/model-pembelajaran-think-pair-and-share.html. (diakses 11 April 2013)

Sudjana,(2005), Metode Statistika, Bandung : Tarsito

Sujono, (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah, Depdikbud, Jakarta.

Suprijono,A., ( 2009),Cooperative Learning, Teori dan Aplikasinya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Trianto,(2009),Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Veynisaicha, (2011), http://veynisaicha.blogspot.com/2011/07/kemampuan-pemecahan-masalah-(diakses 11 April 2013) )

Veynisaicha, (2011), http://veynisaicha.blogspot.com/2011/07/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika.html. (diakses 11 April 2013)

Veynisaicha, (2011), http://veynisaicha.blogspot.com/2011/07/pengertian-masalah-dalam-matematika.html) (diakses 11 April 2013 )

Gambar

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tabel 2.2. Langkah-langkah Penyelenggaraan Model Diskusi
Gambar  1.1. Lembar Jawaban Salah Satu Siswa                                                4 Halaman Gambar 2.1 Kedua persamaan                       31
Gambar 1.1 Lembar jawaban salah satu siswa

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Efektivitas insulasi termal dapat dilihat dari konduktivitas panasnya yang rendah karena hal itu dapat mempertahankan energi termal di dalam atau di luar sistem dengan

3) Patar dan Kikir , patar adalah kikir berukuran besar dengan berbagai bentuk. Fungsinya untuk meratakan patung yang baru dikeluarkan dari cetakan. Patung yang baru dikeluarkan

“ PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS BARIUM FERRUM TITANAT (BFT) DENGAN METODE SOL GEL ” adalah hasil kerja saya atas arahan pembimbing dan sepengetahuan saya hingga saat

Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ’’PENGARUH PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAN KEMAMPUAN EKONOMI ORANG TUA

Dari satu stasiun GPS Singapura NTUS dapat dikembangkan model TEC ionosfer di atas Sumatra dan sekitarnya yang mana cakupan model tersebut tergantung pada sudut elevasi minimum

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb) fermentasi pada ternak babi lokal lepas sapih sampai dengan