• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN ELEKTRONIK MARKETPLACE TOKOPEDIA TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK PENGGUNA. Penulisan Hukum (Skripsi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN ELEKTRONIK MARKETPLACE TOKOPEDIA TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK PENGGUNA. Penulisan Hukum (Skripsi)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh Dian Tri Utami NIM. E0016127

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2020

(2)

ANALISIS ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN ELEKTRONIK MARKETPLACE TOKOPEDIA TERHADAP

PERLINDUNGAN HAK-HAK PENGGUNA

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh Dian Tri Utami NIM. E0016127

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2020

i

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN ELEKTRONIK MARKETPLACE TOKOPEDIA TERHADAP

PERLINDUNGAN HAK-HAK PENGGUNA

Oleh : Dian Tri Utami

E0016127

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 24 April 2020 Dosen Pembimbing

Dr. Arief Suryono, S.H., M.H.

NIP. 195809291987021001

ii

(4)

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN ELEKTRONIK MARKETPLACE TOKOPEDIA TERHADAP

PERLINDUNGAN HAK-HAK PENGGUNA

Oleh : Dian Tri Utami

E0016127

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari/Tanggal, Rabu 17 Juni 2020

Mengetahui Dekan

Prof. Dr. I Gusti Ayu Ketut R.H., S.H., M.M.

NIP. 197210082005012001

DEWAN PENGUJI

1. Nama : Dr. Anjar Sri C. N., S.H., M.Hum.

NIP : 197301221998020001………:

Ketua

2. Nama : Dr. Yudho Taruno M., S.H., M.Hum.

NIP : 197701072005011001………:

Sekretaris

3. Nama : Dr. Arief Suryono, S.H., M.H.

NIP : 195809291987021001………:

Anggota

iii

(5)

SURAT PERNYATAAN

Nama : Dian Tri Utami NIM : E0016127

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul : ANALISIS ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN

ELEKTRONIK MARKETPLACE TOKOPEDIA TERHADAP

PERLINDUNGAN HAK-HAK PENGGUNA adalah betul-betul karya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 24 April 2020 Yang Membuat Pernyataan,

Dian Tri Utami NIM. E0016127

iv

(6)

ABSTRACT

Dian Tri Utami. 2020. E0016127. ANALISIS ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN ELEKTRONIK MARKETPLACE TOKOPEDIA TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK PENGGUNA. Legal Writing (Thesis). Sebelas Maret University Faculty of Law.

This research aims to examine and describes regarding, first how the provisions of the principle of freedom of contract in electronic marketplace agreements. Second, how the user's legal protection of Tokopedia marketplace electronic agreements.

Legal research is a form of scientific activity, which is based on certain methods, systematic, and certain thoughts. This research uses doctrinal or normative legal research methods with the nature of perspective research. The approach used is the statute approach or legislation using research sources in the form of primary and secondary legal materials. Data collection techniques using library research with deductive analysis.

The discussion of research on the provisions of the principle of freedom of contract in the agreement is reviewed based on 5 (five) indicators of the principle of freedom of contract and the discussion of user rights in the agreement is divided into site visitor rights, buyer rights and seller rights.

The conclusion of the research shows that Tokopedia's electronic marketplace agreement has fulfilled the principle of freedom of contract and has protected the rights of users.

Keywords: Freedom of Contract Principle, Tokopedia Electronic Agreement, User Rights.

v

(7)

ABSTRAK

Dian Tri Utami. 2020. E0016127. ANALISIS ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN ELEKTRONIK MARKETPLACE TOKOPEDIA TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK PENGGUNA.

Penulisan Hukum (Skripsi). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan mengenai, pertama bagaimana ketentuan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian elektronik marketplace Tokopedia. Kedua, bagaimana perlindungan hak-hak pengguna dalam perjanjian elektronik marketplace Tokopedia.

Penelitian hukum ialah suatu bentuk kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum doktrinal atau normatif dengan sifat penelitian prespektif.

Pendekatan yang digunakan yaitu statute approach atau perundang-undangan dengan menggunakan sumber penelitian berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan library research dengan analisis deduktif.

Pembahasan penelitian mengenai ketentuan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian ditinjau berdasarkan pada 5 (lima) indikator asas kebebasan berkontrak dan pembahasan mengenai hak pengguna dalam perjanjian dibagi menjadi hak pengunjung situs, hak pembeli serta hak penjual.

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa perjanjian elektronik marketplace Tokopedia telah memenuhi asas kebebasan berkontrak serta telah melindungi hak-hak pengguna.

Kata Kunci : Asas Kebebasan Berkontrak, Perjanjian Elektronik Tokopedia, Hak-Hak Pengguna.

vi

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warah Matullahi Wabarakatuh. Alhamdulillah, Puji syukur tiada hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancarakan dalam menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) dengan judul Analisis Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Elektronik Marketplace Tokopedia terhadap Perlindungan Hak-Hak Pengguna. Penulisan hukum (skripsi) merupakan salah satu syarat kelulusan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk memperoleh gelar sarjana.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum (skripsi) ini tidaklah sempurna baik dari segi bahasa penulisan, teknik penulisan maupun teori serta dasar hukum yang digunakan, namun penulis berharap agar penulisan hukum (skripsi) ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan semangat, bantuan serta arahan dalam menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini, yaitu :

1. Allah Subhanahu Wata’ala.

2. Keluarga saya tercinta, Ibu, Bapak, Mas Soni, Mas Eko, Mbak Lelly dan ponakan saya Rafasya yang telah menjadi motivator utama saya untuk segera menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.

3. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, S.H., M.M.

4. Dosen pembimbing saya Bapak Dr. Arief Suryono, S.H., M.H. yang telah memberikan waktu, pikiran dan tenaga dengan kesabaran dan ketulusan dalam membagikan banyak sekali ilmu serta mengarahkan saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini.

5. Kepala Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Bapak Pranoto, S.H., M.H..

6. Pembimbing akademik saya Bapak Wasis Sugandha, S.H., M.H.

vii

(9)

7. Bapak/Ibu dosen pengampu mata kuliah selama saya belajar di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta atas semua ilmu pengetahuan, semangat, pengalaman, nasihat-nasihat serta semua hal yang telah diajarkan kepada saya.

8. Bapak/Ibu segenap civitas akademika Universitas Sebelas Maret Surakarta khususnya Fakultas Hukum yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

9. Bapak/Ibu tim penguji sidang penulisan hukum (Skripsi) saya yaitu Dr. Anjar Sri Ciptorukmi Nugraheni, S.H., M.Hum., Dr. Yudho Taruno Muryanto, S.H., M.Hum. serta Dr. Arief Suryono, S.H., M.H. yang telah memberikan masukan dan perbaikan demi hasil penelitian yang lebih baik.

10. Almamater saya tercinta, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

11. Sahabat dan teman-teman yang selalu siap sedia dalam segala proses kehidupan saya dari awal dan semoga sampai selamanya, Valin, Annisa, Elvira, Kharisma, Dea, Mbak Ellen, Mas Wawan dan yang tersayang.

12. Presidium Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2019, Annisa, Laras, Reyhan, Ridwan, Adolf, Kahar, Mikel, Pandu, dan Radit sebagai sahabat dalam melewati masa berproses saya selama di bangku perkuliahan serta sebagai acuan untuk segera mengejar ketertinggalan. Sangat bersyukur bisa mengenal kalian semua.

13. Kementerian Keuangan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2019 Fauzia, Nurul, Keke, Mega, Brigcin, Lala, Fadhal, Nico, Ica, Lia, Afil yang telah membantu tugas dan tanggung jawab saya selama ini.

14. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum (skripsi) ini jauh dari kata sempurna, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap penulisan hukum (skripsi) ini. Akhir kata,

(10)

Semoga penulisan hukum (skripsi) ini dapat bermanfaat untuk pembaca serta penulis.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Surakarta, April 2020

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kerangka Teori ... 10

1. Tinjauan tentang Perjanjian ... 10

2. Tinjauan tentang Perjanjian Elektronik ... 17

3. Tinjauan tentang E-Commerce ... 19

4. Tinjauan tentang Marketplace ... 21

5. Tinjauan tentang Perlindungan Pengguna ... 21

B. Kerangka pemikiran ... 23

x

(12)

BAB III PEMBAHASAN ... 25

A. Ketentuan Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Elektronik Marketplace Tokopedia………. ... 25

B. Perlindungan Hak-Hak Pengguna terhadap Perjanjian Elektronik Marketplace Tokopedia ... 37

BAB IV PENUTUP ... 53

A. KESIMPULAN ... 53

B. SARAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN...57

lampiran 1... ...57

lampiran 2...94

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran...25

DAFTAR TABEL... Tabel 1 Indikator Asas Kebebasan Berkontrak...35

Tabel 2 Hak Pengguna dalam Perjanjian Tokopedia...48

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan menyatakan bahwa, “Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/atau jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi.” Tujuan perdagangan tersebut juga tercantum dalam Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang menyatakan bahwa,

“Jual-beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan”. Maka, perdagangan dan jual-beli memiliki definisi yang hampir mirip serta memiliki tujuan yang sama yaitu pengalihan atau penyerahan hak atas barang dan/atau jasa dengan memperoleh imbalan atau bayaran.

Perdagangan merupakan salah satu sektor yang menjadi roda penggerak perekonomian dalam masyarakat. Bisnis perdagangan mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Zaman dahulu, jual beli dilakukan dengan menggunakan sistem barter. Saat ini, cara barter mulai ditinggalkan karena diterbitkannya uang sebagai alat pembayaran yang sah. Teknologi berkembang semakin pesat, masyarakat lebih memilih segala sesuatu yang bersifat cepat, mudah dan efisien termasuk dalam hal jual beli. Menurut Rosa Agustina ada paradigma bisnis yang ikut berubah seiring dengan perkembangan internet itu sendiri yaitu perubahan dari paradigma konvensional menjadi paradigma elektronik, dimana media kertas (paperbased) menjadi media elektronik (paperless based) (Rosa Agustina, 2008:4). Penjual dan pembeli mulai memanfaatkan kesempatan ini dengan melakukan jual beli produk melalui situs jual beli online atau biasa disebut sebagai E-Commerce. E-commerce menjadi sarana penting dalam perekonomian negara berkembang (Hassan 2011).

1

(14)

Marketplace merupakan bagian dari E-Commerce sebagai pengganti pasar dalam dunia nyata. Hal ini dipertegas dalam Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 210/PMK.010/2018 tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (E-Commerce) yang menyatakan bahwa, “Pasar elektronik (marketplace) adalah sarana komunikasi elektronik yang digunakan untuk transaksi yang ditujukan untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan secara elektronik.” Marketplace tidak hanya diperuntukkan untuk penjual tetapi juga untuk pembeli. Banyak penjual yang memutuskan untuk menjual produk secara online dalam marketplace dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar serta pasar yang lebih luas. Bagi pembeli, marketplace memberikan kesempatan untuk memilih produk sesuai dengan kualitas dan harga yang diinginkan.

Iprice Group adalah situs meta-search yang beroperasi di Indonesia dan 6 negara lain di Asia Tenggara, yakni : Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam dan Hongkong. Iprice bermitra dengan sejumlah brand terbesar di Kawasan ini, seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Shopee, Zalora, Gojek, Traveloka, Klook dan banyak lagi, secara berkala, Iprice Group juga merilis laporan mendalam mengenai

E-Commerce, stratup, dan topik terkait lainnya

(https://iprice.co.id/insights/mapofecommerce/ diakses pada 6 November 2019 Pukul 11.20 WIB). Berdasarkan data Iprice kuartal 3 2019 yang diperbaharui pada Oktober 2019, Tokopedia merupakan marketplace Indonesia yang menempati posisi pertama dengan jumlah pengunjung bulanan terbanyak sejumlah 65.953.400.

Penjual dan pembeli dalam marketplace disebut sebagai pengguna. Pengguna yang ingin menggunakan marketplace dalam melakukan transaksi jual beli online diharuskan untuk menyetujui syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh penyedia situs marketplace. Pasal 1313 KUHPer menyatakan bahwa, ”Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Berdasarkan pada ketentuan Pasal

(15)

tersebut, maka syarat dan ketentuan yang disetujui oleh pengguna merupakan perjanjian elektronik yang mengikat antara penyedia situs dengan pengguna marketplace. Perjanjian tersebut merupakan perjanjian baku. Perjanjian baku yaitu draft perjanjian yang telah disiapkan oleh pelaku usaha (Zaelani 2013, 401).

Perjanjian tersebut dibuat oleh penyedia situs sedangkan pengguna tidak diberi kesempatan untuk menentukan klausula dalam perjanjian. Kesempatan yang diberikan oleh penyedia situs marketplace kepada pengguna terbatas pada take it or leave it terhadap perjanjian tersebut. Pengguna yang membutuhkan situs marketplace mau tidak mau harus menyetujui segala klausula dalam perjanjian tersebut.

Salah satu asas dalam perjanjian adalah asas kebebasan berkontrak. Kebebasan berkontrak memberikan jaminan kebebasan kepada para pihak untuk secara bebas menentukan segala sesuatu terkait perjanjian. Kebebasan yang dimiliki penyedia marketplace dengan pengguna tidaklah sama. Hukum harus adil, begitu kata Gustav Radbruch... famously argued that a sufficiently unjust rule loses its status as a valid legal norm (Bix 2011, 46). Pengguna memiliki kebebasan untuk menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak serta dengan siapa ia akan melakukan perjanjian, sedangkan penyedia memiliki kebebasan menentukan bentuk perjanjian serta klausula dalam perjanjian. Perbedaan tersebut dapat menempatkan pengguna dalam posisi yang mungkin saja dirugikan karena klausula perjanjian hanya dibuat oleh penyedia situs marketplace. Hal ini mengakibatkan kerentanan terhadap terpenuhinya hak-hak pengguna.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai ketentuan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian elektronik marketplace Tokopedia terhadap perlindungan hak-hak pengguna berdasarkan pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata serta peraturan perundang - undangan terkait dalam sebuah penulisan hukum (skripsi) dengan judul : “Analisis Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Elektronik Marketplace Tokopedia terhadap Perlindungan Hak-Hak Pengguna”

(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merumuskan dua pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana ketentuan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian elektronik marketplace Tokopedia?

2. Bagaimana perlindungan hak-hak pengguna dalam perjanjian elektronik marketplace Tokopedia?

C. Tujuan Penelitian

Sebuah penelitian harus memiliki tujuan sehingga memberikan arah yang tepat bagi penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan hukum. Tujuan penelitian terbagi dalam dua macam yaitu obyektif dan subyektif. Tujuan obyektif merupakan tujuan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan hukum yang ada, sedangkan tujuan subyektif merupakan tujuan yang digunakan untuk memenuhi kepentingan dari penulis dan bermanfaat bagi penulis atau perorangan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan mengenai asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian elektronik marketplace Tokopedia;

b. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hak-hak pengguna dalam perjanjian elektronik marketplace Tokopedia.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang hukum perdata khususnya mengenai ketentuan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian elektronik marketplace Tokopedia dan perlindungan hak-hak pengguna marketplace Tokopedia;

b. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menambah literatur dan sebagai referensi dalam dunia kepustakaan hukum khususnya mengenai perjanjian elektronik marketplace Tokopedia.

(17)

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian harus memiliki manfaat dalam menambah literatur dan sebagai referensi dalam dunia kepustakan hukum baik secara teoritis maupun praktis di bidang ilmu hukum perdata. Manfaat ini diharapkan dapat dirasakan baik bagi penulis maupun orang lain. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Manfaat penelitian hukum ini berkaitan dengan pengembangan ilmu hukum sehingga manfaat teoritis adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian hukum ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu hukum baik ilmu hukum secara umum maupun ilmu hukum perdata secara khusus;

b. Penelitian hukum ini diharapkan sebagai bahan referensi dan masukan dalam penulisan karya ilmiah maupun penelitian-penelitian khususnya dibidang hukum perdata.

2. Manfaat praktis

Manfaat penelitian hukum berkaitan dengan pemecahan masalah yang diteliti sehingga manfaat praktis adalah sebagai berikut:

a. Sebagai sarana untuk mengembangkan penalaran sekaligus mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh khususnya hukum perdata untuk menganalisis masalah yang diteliti;

b. Memberikan saran dan masukan agar penelitian ini nantinya dapat menjadi salah satu bahan acuan atau referensi bagi para pihak.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum ialah suatu bentuk kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, untuk mempelajari gejala hukum melalui analisis. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode, sistematika dan pemikiran tertentu. Metode yang digunakan oleh penulis yaitu:

(18)

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih oleh penulis adalah penelitian hukum normatif atau yang biasa disebut penelitian doktrinal. Penelitian normatif menggunakan analisis dan mengkaji bahan hukum primer, sekunder maupun tersier.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian yang bersifat preskriptif. Bersifat preskriptif artinya memberikan argumentasi atas hasil penelitian yang telah dilakukan bukan membuktikan kebenaran hipotesis. Ilmu hukum merupakan ilmu terapan sehingga penelitian hukum dalam kerangka kegiatan akademis harus melahirkan preskripsi yang dapat diterapkan (Marzuki 2015, 69).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani (Marzuki 2015, 133). Melalui pendekatan perundang-undangan akan memperoleh suatu argumentasi hukum dengan menganalisis peraturan perundang-undangan terhadap isu hukum yang diteliti penulis.

4. Sumber Bahan Penelitian

Sumber bahan penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya bahan hukum yang mempunyai otoritas (Marzuki 2015, 181). Bahan hukum primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

(19)

3) Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan;

6) Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;

7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik

8) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 210/PMK.010/2018 Tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (E-Commerce);

9) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/SEOJK.07/2014 b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini berupa buku-buku yang ditulis para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum, tulisan karya ilmiah, hasil penelitian, dan bahan dari media internet dan sumber lainnya yang memiliki korelasi yang mendukung penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier merupakan penjelasan mengenai bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus bahasa ataupun ensiklopedia.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kepustakaan (library research) adalah membaca dan mengkaji materi baik buku, peraturan perundang-undangan, dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.

(20)

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan penelitian ini adalah dengan menggunakan metode silogisme yang menggunakan pola berpikir deduktif. Silogisme deduktif yaitu menarik kesimpulan dari premis mayor dan premis minor. Premis mayor adalah aturan hukum yang berlaku sedangkan premis minor adalah fakta hukum dalam pelaksanaan aturan hukum tersebut

F. Sistematika Penulisan

Pada penelitian hukum perlu adanya sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan hukum. Secara umum, gambaran sistematika penulisan hukum terdiri dari 4 (empat) bab yang tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang memudahkan dalam pembahasan penulisan hukum ini. Adapun sistematika penulisan hukum adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulisan Hukum BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diurakan mengenai teori-teori dan materi-materi serta uraian tentang:

A. Kerangka Teori

a. Tinjauan tentang perjanjian

b. Tinjauan tentang perjanjian elektronik c. Tinjauan tentang E-Commerce

(21)

d. Tinjauan tentang marketplace

e. Tinjauan tentang perlindungan hak pengguna B. Kerangka Pemikiran

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan hasil penelitian berupa pembahasan berdasarkan rumusan masalah yaitu bagaimana ketentuan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian elektronik marketplace Tokopedia dan bagaimankah perlindungan hak pengguna terhadap perjanjian elektronik Tokopedia.

BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(22)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan tentang perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

Pengertian perjanjian, sebagaimana diatur dalam Pasal 1313 KUHPer adalah Suatu Perbuatan satu orang atau lebih yang mengikatkan dirinya pada satu orang atau lebih lainnya. Perjanjian menimbulkan hak dan kewajiban yang terwujud dalam objek yang dinamakan prestasi (Sri Ulisah 2017, 2). Definisi perjanjian dalam KUHPer memiliki arti bahwa suatu perbuatan salah satu pihak untuk mengikatkan diri disebut sebagai perjanjian. Abdulkadir Muhammad menyatakan kelemahan dari definisi dalam KUHPer yaitu hanya menyangkut sepihak saja, kata “perbuatan”

mencakup juga tanpa konsensus, pengertian perjanjian terlalu luas, dan tanpa menyebut tujuan.

b. Syarat sah perjanjian

Sebuah perjanjian dianggap sah dan memiliki kekuatan hukum apabila telah memenuhi syarat-syarat sahnya sebuah perjanjian. Syarat ini menjadi dasar yang harus ditaati oleh para pihak apabila ingin perjanjian yang dibuat diakui secara hukum. Syarat sahnya perjanjian terdapat dalam Pasal 1320 KUHPer, yaitu :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

Syarat ini memiliki arti bahwa sebuah perjanjian didasarkan pada kesepakatan para pihak. Tanpa sepakat, tidak akan ada perjanjian. Maka, sepakat merupakan langkah awal dilakukannya sebuah perjanjian. Pasal 1321 KUHPer menyatakan bahwa, “Tiada sepakat yang sah apabila diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan.” Penjelasan lebih lanjut mengenai Pasal tersebut termuat dalam:

10

(23)

a) Pasal 1322 KUHPer menyatakan bahwa kekhilafan tidak mengakibatkan perjanjian batal kecuali kekhilafan mengenai hakikat barang yang menjadi pokok perjanjian.

b) Pasal 1324 KUHPer menyatakan bahwa paksaan terjadi saat suatu perbuatan menjadikan seseorang yang berpikiran sehat menjadi takut, dan perbuatan tersebut menimbulkan ketakutan dan kerugian akan diri dan kekayaan orang yang dipaksa tersebut.

c) Pasal 1328 KUHPer menyatakan bahwa penipuan merupakan suatu alasan untuk membatalkan perjanjian, sehingga apabila tidak ada tipu muslihat, pihak lain tidak menghendaki adanya perjanjian.

2) Kecakapan

Kecakapan merupakan kemampuan seseorang yang dinilai berdasarkan hukum dalam melakukan perbuatan hukum. Pasal 1329 KUHPer menyatakan bahwa setiap orang dianggap cakap untuk membuat perikatan, apabila tidak ditentukan lain oleh Undang-Undang.

Tidak ada aturan mengenai kecakapan seseorang, akan tetapi Pasal 1330 KUHPer mengatur mengenai orang-orang yang tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum perjanjian, yaitu:

a) Orang-orang yang belum dewasa

Peraturan perundang-undangan di Indonesia belum memiliki standar baku mengenai umur kedewasaan seseorang. Batas kedewasaan ditentukan dalam beberapa undang-undang yang tentu saja memiliki filosofi dan pertimbangan masing-masing. KUHPer mengatur mengenai belum dewasannya seseorang yang termuat dalam Pasal 330 KUHPer yaitu orang yang belum berumur 21 tahun atau seseorang yang belum menikah. Ini berarti bahwa seseorang yang belum dewasa menurut hukum dianggap tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum.

(24)

b) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan

Pasal 433 KUHPer memberikan kriteria seseorang yang berada dalam pengampuan yaitu, orang yang dungu, sakit otak atau mata gelap dan boros. Orang-orang yang berada dalam pengampuan tidak menggunakan batasan umur. Ini berarti bahwa saat seseorang telah memenuhi salah satu ketentuan dalam Pasal 433 KUHPer, maka orang tersebut dianggap telah berada dibawah pengampuan.

Hal ini dipertegas dalam ketentuan Pasal 452 KUHPer yang menyatakan bahwa orang yang berada dibawah pengampuan memiliki kedudukan yang sama dengan seseorang yang belum dewasa. Maka, orang yang berada dalam pengampuan dianggap tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum.

c) Orang perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian tertentu.

3) Suatu hal tertentu

Perjanjian yang dibuat oleh para pihak haruslah mengenai suatu hal tertentu atau dapat ditentukan. Suatu hal tertentu dapat diartikan sebagai suatu objek perjanjian. Sebuah perjanjian haruslah memiliki objek yang jelas mengenai hal-hal yang menjadi pokok perjanjian. Pasal 1332 KUHPer mengatur mengenai objek perjanjian yaitu hanya barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok perjanjian. Hal tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 1333 KUHPer yang mengatur mengenai jenis, dan jumlah barang yang dapat ditentukan atau dihitung. Pasal 1334 KUHPer menyatakan bahwa barang yang baru ada pada waktu yang akan datang, dapat menjadi pokok perjanjian.

(25)

4) Sebab yang halal

Sebab yang halal dapat diartikan sebagai sebab yang tidak dilarang oleh undang-undang atau tidak bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. Pasal 1337 KUHPer mengatur mengenai suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan ketentuan tersebut. Maka, sebuah perjanjian haruslah tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum.

Keempat syarat tersebut dikategorikan menjadi syarat subjektif dan syarat objektif. Syarat subjektif melekat pada diri pihak yang membuat yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya dan kecakapan. Sedangkan syarat objektif yaitu suatu hal tertentu dan sebab yang halal. Kategori tersebut berakibat pada status perjanjian apabila salah satu syarat tidak terpenuhi.

Apabila dalam perjanjian syarat subjektif tidak terpenuhi, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Perjanjian yang dapat dibatalkan memiliki arti bahwa perjanjian tersebut berlaku akan tetapi tidak sah serta dianggap ada dan berlaku sebelum pembatalan tersebut. Lain halnya apabila syarat objektif tidak terpenuhi, perjanjian dianggap batal demi hukum. Perjanjian yang dinyatakan batal demi hukum memiliki arti bahwa perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada sebelumnya, tidak pernah ada hubungan hukum, serta tidak ada hak dan kewajiban.

c. Saat terjadinya perjanjian

Teori tentang syarat terjadinya perjanjian, yaitu (Salim H.S.,2003:40):

1) Teori pernyataan, kesepakatan terjadi pada saat pihak yang menerima penawaran menyatakan bahwa ia menerima penawaran itu.

2) Teori pengiriman, kesepakatan terjadi apabila pihak yang menerima penawaran mengirimkan telegram.

(26)

3) Teori pengetahuan, keepakatan terjadi apabila pihak yang menawarkan mengetahui adanya penerimaan, akan tetapi penerimaan tersebut belum diterimanya (tidak diketahui secara langsung)

4) Teori penerimaan, bahwa perjanjian tersebut terjadi pada saat pihak yang menawarkan menerima langsung surat jawaban penerimaan penawaran oleh orang yang menawarkan tanpa memperhitungkan sudah atau belum dibacanya jawaban itu.

d. Asas-asas perjanjian 1) Asas Personalia

Pasal 1315 KUHPer menyatakan bahwa pada umumnya seseorang tidak dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkan janji selain untuk diri sendiri. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa perjanjian tidak dapat dibuat oleh satu orang dan tidak dapat pula diwakilkan oleh orang lain dikarenakan dalam Pasal 1340 KUHPer disebutkan bahwa perjanjian hanya berlaku bagi pihak-pihak yang membuatnya. Pasal tersebut mengandung arti bahwa perjanjian hanya berlaku bagi pribadi para pihak yang membuatnya. Akan tetapi Pasal 1317 KUHPer menyatakan bahwa perjanjian dapat diadakan untuk kepentingan orang ketiga, apabila perjanjian yang dibuat untuk dirinya sendiri, atau pemberian kepada orang lain yang mengandung syarat semacam itu.

2) Asas konsensualisme

Asas konsensualisme merupakan ketentuan umum yang melahirkan perjanjian konsensuil. Perjanjian konsensuil merupakan kesepakatan yang terjadi antara para pihak. Asas konsensualitas didasarkan pada Pasal 1320 KUHPer mengenai syarat sahnya perjanjian, yaitu kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.

(27)

3) Asas kebebasan berkontrak

Pasal 1338 (1) KUHPer menyatakan bahwa, “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Frasa “semua perjanjian” dapat dianggap sebagai semua jenis, bentuk, kapan dan siapapun yang membuat perjanjian itu diperbolehkan dengan catatan dibuat secara sah dan tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum.

4) Asas pacta sunt servanda

Asas ini didasarkan pula pada Pasal 1338 (1) KUHPer dalam frasa

“Berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Sebuah perjanjian merupakan undang-undang yang mengikat bagi para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Penarikan perjanjian hanya dapat dilakukan apabila para pihak sepakat atau karena alasan-alasan yang dinyatakan oleh undang-undang.

5) Asas itikad baik

Asas itikad baik dijelaskan pula dalam Pasal 1338 (3) KUHPer tepatnya dalam alenia ketiga yang menyatakan bahwa,“Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Mengenai itikad baik, Pasal 1965 KUHPer menyatakan lebih lanjut bahwa itikad baik selamanya harus dianggap ada, sedangkan siapapun yang menyatakan itikad tidak baik maka harus membuktikannya.

Asas kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang penting dalam hukum perjanjian. Kebebasan ini merupakan kehendak bebas, yang menggambarkan hak asasi manusia (Badrulzaman 2001, 84). Kebebasan yang dimaksudkan antara lain:

1) Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak;

2) Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian;

3) Bebas menentukan isi atau klausula perjanjian;

(28)

4) Bebas menentukan bentuk perjanjian;

5) Kebebasan-kebebasan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (Ahmadi 2007, 16).

Kebebasan berkontrak disini bukan lagi kebebasan mutlak karena terdapat batasan-batasan yang diberikan oleh KUHPer diantarannya (Hendrawati 2011, 412):

1) Pasal 1320 ayat (1), bahwa perjanjian tidak sah apabila dibuat tanpa adanya konsensus atau sepakat dari para pihak yang membuatnya;

2) Pasal 1320 ayat (3), bahwa objek perjanjian haruslah dapat ditentukan dengan kata lain harus memiliki nilai ekonomis;

3) Pasal 1338 ayat (3), bahwa suatu perjanjian hanya dilaksanakan dengan itikad baik.

Pasal 1965 KUHPer menyatakan lebih lanjut bahwa itikad baik selamanya harus dianggap ada, sedangkan siapapun yang menyatakan itikad tidak baik maka harus membuktikannya. Kebebasan dalam asas kebebasan berkontrak terbatas pula pada segala ketentuan yang tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum. Berdasarkan pada kebebasan tersebut, diharapkan bahwa para pihak dapat memiliki hak dan kewajiban yang sama berdasarkan kesepakatan bersama. Persamaan hak dan kewajiban melahirkan keadilan bagi para pihak. Asas kebebasan berkontrak memiliki konsekuensi bahwa pihak yang kuat dapat memiliki kebebasan yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak yang lemah. Pihak yang lemah hanya memiliki kebebasan untuk memilih take it or leave it. Mariam Darus Badrulzaman menyimpulkan bahwa perjanjian baku itu bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak yang bertanggung jawab, Posisi yang didominasi oleh pelaku usaha, membuka peluang luas bagi dirinya untuk menyalahgunakan kedudukannya. Pelaku usaha hanya mengatur hak-haknya dan tidak kewajibannya (M. D. Badrulzaman 1994, 54). Akan tetapi, masih

(29)

diberikannya kebebasan untuk memilih ini oleh sementara pihak dikatakan, perjanjian baku tidaklah melanggar asas kebebasan berkontrak (Pasal 1320 Jo. Pasal 1338 KUHPerdata) karena konsumen masih memiliki hak untuk menyetujui (take it) atau menolak perjanjian yang diajukan kepadanya (leave it) (Shidarta 2000, 120).

e. Tahap pembuatan perjanjian

Dalam praktiknya di lapangan terdapat 3 (tiga) tahapan dalam membuat perjanjian yaitu: (Bismar Nasution 2017, 86)

1) Tahap pra-contractual: yaitu tahapan dimana adanya penawaran dan penerimaan.

2) Tahap contractual: yaitu tahapan dimana adanya penyesuaian pernyataan kehendak antara para pihak yang mengadakan perjanjian.

3) Tahapan post-contractual: yaitu tahapan dimana pelaksanaan perjanjian.

f. Unsur-Unsur perjanjian

Dalam perkembangan doktrin ilmu hukum dikenal adanya tiga unsur dalam Perjanjian. Unsur-unsur tersebut diuraikan sebagai berikut: (Prasetyo 2017, 67)

1) Unsur esensialia, adalah unsur yang harus ada dalam suatu perjanjian, karena jika tidak ada unsur ini maka perjanjian tidak ada.

2) Unsur naturalia, adalah unsur yang telah diatur dalam undang-undang, sehingga jika tidak diatur oleh para pihak dalam perjanjian, maka undang-undang yang mengaturnya.

3) Unsur aksidentalia, adalah unsur yang nanti ada atau mengikat para pihak jika para pihak memperjanjikannya.

2. Tinjauan tentang perjanjian elektronik

Macam-macam perjanjian berdasarkan pada nama dan tempat dibagi menjadi dua, yaitu perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama. Perjanjian bernama merupakan perjanjian yang diatur dalam KUHPer. Perjanjian tidak

(30)

bernama dibagi menjadi dua, yaitu perjanjian campuran antara dua atau lebih perjanjian bernama dan perjanjian mandiri yaitu perjanjian yang tidak dapat dibedakan bernama atau tidak bernama. Perjanjian tidak bernama yaitu kontrak elektronik, perjanjian terapetik dan kontrak pemerintah. Pasal 1 angka (17) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) mengatur mengenai kontrak elektronik. Dalam Pasal tersebut dikatakan bahwa,

“Kontrak elektronik merupakan perjanjian yang dibuat para pihak melalui sistem elektronik.” Johanes Gunawan berpendapat bahwa kontrak elektronik adalah kontrak baku yang dirancang, dibuat, ditetapkan, digandakan, dan disebarluaskan secara digital melalui situs internet secara sepihak oleh pembuat kontrak, untuk ditutup secara digital pula oleh penutup kontrak (Cita Yustitia Serfiani 2013, 100). Perjanjian elektronik terdapat pula dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan penyebutan kontrak elektronik yang dedifinisikan sebagai perjanjian yang dibuat melalui sistem elektronik. Berdasarkan pada pendapat-pendapat tersebut, perjanjian elektronik merupakan perjanjian baku yang dirancang, dibuat, ditetapkan, digandakan, disebarluaskan serta digunakan para pihak melalui sistem elektronik yang dibuat oleh salah satu pihak tanpa adanya negosiasi dengan pihak lain.

Sistem elektronik berdasarkan pada Pasal 1 ayar (5) UU ITE yaitu “Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang memiliki fungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan informasi elektronik.” Pihak yang membuat perjanjian elektronik harus memperhatikan ketentuan Pasal 9 UU ITE yang menyatakan bahwa “Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan.” Pihak dalam transaksi elektronik terdapat dalam Pasal 40

(31)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik (selanjutnya disebut PP ITE) menyatakan bahwa penyelenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik atau lingkup privat. Penyelenggaraan dalam lingkup publik meliputi penyelenggaraan oleh instansi atau oleh pihak lain yang menyelenggarakan layanan publik sepanjang tidak dikecualikan oleh Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan penyelenggara lainnya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelenggara dalam lingkup privat meliputi transaksi elektronik antar pelaku usaha (business to bussines), antar pelaku usaha dengan konsumen (business to consumer), antar pribadi (consumer to consumer), antar instansi dan antar instansi dengan pelaku usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perjanjian elektronik yang dibuat oleh para pihak merupakan bentuk kesepakatan yang dilakukan oleh para pihak berdasarkan pada Pasal 47 ayat (1) PP ITE. Perjanjian elektronik harus memenuhi syarat sah yang terdapat dalam Pasal 47 ayat (2) yaitu terdapat kesepakatan para pihak, dilakukan oleh subjek hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili, terdapat hal tertentu dan objek transaksi tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan ketertiban umum.

3. Tinjauan tentang E-Commerce a. Pengertian E-Commerce

E-Commerce adalah suatu proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai perantara transaksi bisnis (Emmy Febriani Thalib 2019, 196).

(32)

b. Macam-macam E-Commerce

Jenis-jenis hubungan hukum yang terjadi dalam E-Commerce tidak hanya antara penjual dengan pembeli saja, akan tetapi juga terjadi pada pihak-pihak, yaitu (Munir 2005, 408):

1) Business to Business (B2B)

Transaksi oleh dua perusahaan atau lebih dalam bidang perdagangan melalui internet. Transaksi bisnis ini hanya terjadi diantara rekan bisnis, yaitu antar perusahaan yang sudah memiliki hubungan yang erat dan saling mengenal.

2) Business to Consumer (B2C)

Transaksi antara penjual dan pembeli melalui internet. Transaksi ini memiliki karakteristik:

a) Terbuka untuk umum dimana informasi dapat diperoleh dengan mudah dan secara luas;

b) Jasa yang dilakukan bersifat umum, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak;

c) Pelayanan yang diberikan berdasarkan permintaan. Konsumen yang berinisiatif sedangkan pelaku usaha hanya memberikan respon atas permintaan tersebut;

d) Menggunakan sistem yang berbasis web:

3) Consumer to Consumer (C2C)

Transaksi saat konsumen menjual produk secara langsung kepada konsumen lainnya dan juga individu yang mengiklankan produk barang atau jasa, pengetahuan, maupun keahliannya di salah satu situs lelang.

4) Consumer to Bussines (C2B)

Individu yang menjual produk atau jasa kepada organisasi atau individu yang mencari penjual sekaligus melakukan transaksi.

5) Non-Bussines Electronic Commerce

(33)

Kegiatan non bisnis seperti kegiatan lembaga pendidikan, organisasi nirlaba, dan kegamaan.

6) Intrabussines (Organizational) Electronik Commerce

Transaksi yang dilakukan internal organisasi melalui internet untuk melakukan pertukaran barang, jasa, informasi, dan menjual produk perusahaan kepada karyawan.

4. Tinjauan tentang Marketplace

E-commerce merupakan model bisnis modern yang bersifat non-face atau tidak menghadirkan pelaku bisnis secara fisik dan tidak memakai tanda tangan asli (Anjail 2018). Marketplace merupakan bagian dari E-Commerce, akan tetapi marketplace berbeda dari E-Commerce. Marketplace merupakan tempat terjadinya komunikasi atau transaksi, sedangkan E-Commerce merupakan sistem transaksi yang terjadi melalui internet. Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 210/PMK.010/2018 Tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (E-Commerce) menyatakan bahwa, “Pasar elektronik (marketplace) adalah sarana komunikasi elektronik yang digunakan untuk transaksi yang ditujukan untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan secara elektronik.” Definisi lain yaitu marketplace merupakan media online berbasis internet (web-based) tempat melakukan kegiatan bisnis dan transaksi antara pembeli dan penjual (Deni Apriadi 2017, 132). Berdasarkan pada definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa marketplace merupakan pengganti pasar dalam dunia nyata, sebagai tempat jual-beli secara elektronik dengan bermacam-macam penjual dan pembeli.

5. Tinjauan tentang Perlindungan Hak-Hak Pengguna a. Pengertian perlindungan

Perlindungan konsumen menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) yaitu segala

(34)

upaya yang dapat menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Sedangkan Pasal 2 undang-undang tersebut mengatur mengenai asas dalam perlindungan konsumen yaitu, manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.

b. Pengertian konsumen

Konsumen yaitu setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Pengertian tersebut tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) UUPK. Pengguna merupakan konsumen yang dilindungi berdasarkan pada UUPK dikarenakan pengunjung, pembeli dan penjual memanfaatkan jasa yang disediakan oleh penyedia situs untuk dimanfaatkan guna kepentingannya sendiri.

c. Hak dan kewajiban konsumen

1. Hak konsumen terdapat dalam Pasal 4 UUPK, yaitu:

a) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai jaminan barang dan/atau jasa;

d) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

e) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

(35)

g) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian;

i) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya:

2) Kewajiban konsumen terdapat dalam Pasal 5 UUPK, yaitu:

a) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d) Mengikuti upaya hukum penyelesaian sengketa secara patut:

B. Kerangka pemikiran

Perjanjian

Perjanjian Elektronik

Marketplace

Tokopedia

(36)

Gambar 1.1 Bagan kerangka pemikiran

Keterangan : Perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPer merupakan Suatu Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya pada satu orang atau lebih lainnya. Teknologi terus mengalami perkembangan. Perkembangan teknologi mempengaruhi perkembangan perjanjian dalam dunia bisnis. Saat ini, para pihak yang ingin melakukan perjanjian tidak harus duduk bersama dalam melakukan kesepakatan. Perjanjian elektronik hadir sebagai alternatif dalam melakukan perjanjian. Perjanjian elektronik dapat kita jumpai dalam penggunaan situs jual beli online melalui marketplace. Tokopedia merupakan salah satu situs marketplace di Indonesia. Pengguna yang ingin menggunakan situs marketplace diharuskan untuk menyetujui syarat dan layanan yang muncul saat pertama kali mendaftarkan akun.

Syarat dan layanan tersebut merupakan perjanjian yang dibuat oleh pihak penyedia situs dan pengguna hanya memiliki kebebasan untuk take it or leave it. Pengguna yang membutuhkan situs marketplace Tokopedia mau tidak mau harus menyetujui segala ketentuan yang telah dibuat oleh penyedia situs. Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah ketentuan asas kebebasan berkontrak dalam KUHPer serta perlindungan hak-hak pengguna dalam UUPK.

Asas Kebebasan Berkontrak

Perlindungan Hak-Hak Pengguna

(37)

BAB III PEMBAHASAN

A. Ketentuan Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Elektronik Marketplace Tokopedia

Pasal 1233 KUHPer menyatakan bahwa perikatan lahir baik karena persetujuan atau karena Undang-Undang. Persetujuan memiliki persamaan makna dengan kontrak dan/atau perjanjian. Hal tersebut dapat dilihat dalam buku ketiga BAB II KUHPer dalam judul BAB yaitu perikatan yang lahir dari kontrak atau persetujuan.

Judul tersebut dapat diartikan bahwa persetujuan memiliki makna yang sama dengan kontrak. Pendapat lain dikemukakan oleh Subekti, yaitu “Perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara dua orang membuatnya, dalam bentuknya perjanjian dapat berupa suatu rangkaian perikataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan maupun ditulis.” (Subekti 1996, 1). Berdasarkan pada pendapat tersebut, perjanjian menerbitkan perikatan atau dapat diartikan bahwa perikatan lahir dari perjanjian yang berarti bahwa perjanjian memiliki makna yang sama dengan persetujuan. Maka, berdasarkan pada KUHPer serta pendapat Subekti, Perjanjian, Persetujuan dan Kontrak dapat diartikan memiliki makna yang sama.

KUHPer dalam Pasal 1313 menyebutkan definisi perjanjian yaitu, “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.” Berdasarkan pada Pasal tersebut, perbuatan maupun tindakan berupa pengikatan terkesan hanya dilakukan oleh satu pihak saja kepada pihak lainnya. Subekti menyatakan definisi perjanjian yaitu bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal (Subekti 1996). Pendapat tersebut memperluas definsi yang ada dalam KUHPer bahwa dua orang saling berjanji dapat diartikan sebagai para pihak yang saling mengikatkan diri karena dalam sebuah perjanjian tidak dapat dilakukan oleh satu orang saja atau satu pihak saja akan tetapi harus dilakukan dengan orang lain atau pihak lain untuk saling mengikatkan diri. Maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud

25

(38)

dengan perjanjian yaitu suatu perbuatan atau peristiwa yang dilakukan oleh para pihak untuk saling berjanji mengikatkan diri dalam melaksanakan suatu hal dalam lingkup harta kekayaan yang melahirkan perikatan.

Pasal 1 ayat (17) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur mengenai kontrak elektronik. Kontrak elektronik yang diatur dalam Undang-Undang tersebut tentu saja merujuk pula pada arti yang ada dalam KUHPer yaitu persetujuan, kontrak atau perjanjian. Perjanjian elektronik sesuai dengan bunyi pasal tersebut merupakan perjanjian yang dibuat melalui sarana sistem elektronik.

Berdasarkan pada ketentuan tersebut, maka yang dimaksud dengan perjanjian elektronik yaitu suatu perjanjian yang dibuat melalui serangkaian perangkat dan prosedur elektronik. Prosedur tersebut berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan perjanjian yang dibuat sesuai dengan keinginan para pihak.

Perjanjian elektronik marketplace merupakan salah satu bentuk perjanjian elektronik yang baku. Hal ini dipertegas dengan pendapat Johanes Gunawan yang menyatakan bahwa kontrak elektronik adalah kontrak baku yang dirancang, dibuat, ditetapkan, digandakan, dan disebarluaskan secara digital melalui situs internet secara sepihak oleh pembuat kontrak, untuk ditutup secara digital pula oleh penutup kontrak (Cita Yustitia Serfiani 2013, 100). Berdasarkan pendapat tersebut, maka perjanjian elektronik marketplace merupakan perjanjian baku karena merupakan perjanjian yang dibuat dan digunakan serta disebarluaskan secara sepihak oleh pembuat perjanjian yang ditutup oleh penerima perjanjian melalui sistem elektronik.

Perjanjian elektronik marketplace pada umumnya memang berbentuk perjanjian baku yang telah disiapkan oleh salah satu pihak dan digunakan secara umum dan mengakibatkan pihak yang ingin melakukan perjanjian dianggap memiliki keinginan dan kepentingan yang sama. Hal tersebut berdampak pada pembatasan pihak lain untuk menentukan klausula dalam perjanjian sesuai dengan keinginannya.

Gambar

Tabel 1 Indikator Asas Kebebasan Berkontrak
Tabel 2 Perlindungan Hak Pengguna Tokopedia

Referensi

Dokumen terkait

Nurrizka Ardiyansyah, skripsi mahasiswi UIN Raden Intan Lampung, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Prodi Bimbingan Konseling yang berjudul “Peran Komunikasi Orangtua

lain, pendidikan orangtua minimal SMA, mereka bertempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan pengukuran awal menunjukkan nilai psychological well-being sedang.Jumlah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang sebuah sistem pendukung keputusan yang akan membantu dokter dalam mendiagnosa penyakit kanker serviks yang dialami pasien

Bersama dengan berdirinya Paroki Kristus Raja Tugumulyo pada tahun 1994, Paguyuban Para Ibu se-Paroki pun terbentuk. Kelompok Kategorial ini didirikan sebagai

Pemanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) digunakan untuk membeli pakaian sekolah (seragam sekolah) seperti seragam sekolah putih biru, dan pramuka. Dengan ada

Untuk penyempurnaan proses filtrasi ini, unit proses dilengkapi dengan cartridge filter dengan ukuran 0,5 µm, dengan demikian secara keseluruhan produk air dari unit

Penelitian ini menggunakan metode penelitian penjelasan (explanatory research) dengan pendekatan kuantitatif karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai

c) Hasil penelitian dosen telah dipublikasikan di jurnal internal, eksternal, e-jurnal, dan jurnal internasional bereputasi. d) Penelitian diarahkan sesuai dengan Rencana